Makalah ini membahas kebudayaan suku Banjar di Kalimantan Selatan, mulai dari definisi kebudayaan, asal usul suku Banjar, sistem kebudayaan material seperti rumah adat, dan sistem kebudayaan non material seperti kesenian, tarian, dan teater rakyat.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang penelitian mengenai makna simbol dan nilai-nilai religius dalam pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai di Provinsi Bengkulu, termasuk rumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan masalah."
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahFitrah Plur
Makalah ini membahas tentang kebudayaan penduduk Kalimantan Tengah, khususnya tiga suku yaitu Ngaju, Ot-Danum, dan Ma'anyan. Pembahasan meliputi identifikasi suku, jumlah penduduk, bentuk desa, mata pencaharian, sistem kekerabatan, kemasyarakatan, dan keagamaan ketiga suku tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang keberagaman budaya di Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberagaman budaya Indonesia adalah latar belakang historis, perbedaan kondisi geografis, dan keterbukaan terhadap budaya luar. Indonesia dikenal memiliki keragaman budaya yang tinggi karena pertemuan berbagai suku bangsa dan pengaruh budaya dari luar yang masuk melalui perdagangan.
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di IndonesiaMira Sari
Indonesia memiliki keberagaman budaya yang tinggi akibat pengaruh lingkungan alam, sejarah perpindahan manusia, dan interaksi antar budaya. Keanekaragaman ini terlihat dari suku bangsa, bahasa, agama, seni, dan tradisi yang berbeda di setiap wilayah. Walaupun beragam, kebudayaan Indonesia saling memperkaya dan menjadi modal untuk membangun persatuan bangsa.
Makalah ini membahas tentang unsur-unsur kebudayaan suku Sumbawa seperti sistem keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan sistem pengetahuan tradisional. Suku Sumbawa memeluk agama Islam, Hindu-Budha, dan memiliki kepercayaan roh leluhur, dengan organisasi desa yang dipimpin kepala desa. Masyarakat Sumbawa juga mewarisi sistem pengetahuan tradisional seperti pengobatan dari sanro.
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)Adi Widodo
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pola komunikasi keluarga dalam mengenalkan nilai budaya Sunda kepada anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang.
Makalah ini membahas tentang falsafah budaya bangsa Indonesia. Budaya nasional merupakan kebudayaan yang dikemas dari beragam budaya lokal di seluruh Indonesia, diperkuat oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika. Identitas nasional bangsa terbentuk dari pengalaman sejarah bersama yang menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan memberi warna kepribadian bangsa. Faktor-faktor seperti etnisitas, wilayah, bahasa, agama, dan tekn
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang penelitian mengenai makna simbol dan nilai-nilai religius dalam pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai di Provinsi Bengkulu, termasuk rumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan masalah."
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahFitrah Plur
Makalah ini membahas tentang kebudayaan penduduk Kalimantan Tengah, khususnya tiga suku yaitu Ngaju, Ot-Danum, dan Ma'anyan. Pembahasan meliputi identifikasi suku, jumlah penduduk, bentuk desa, mata pencaharian, sistem kekerabatan, kemasyarakatan, dan keagamaan ketiga suku tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang keberagaman budaya di Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberagaman budaya Indonesia adalah latar belakang historis, perbedaan kondisi geografis, dan keterbukaan terhadap budaya luar. Indonesia dikenal memiliki keragaman budaya yang tinggi karena pertemuan berbagai suku bangsa dan pengaruh budaya dari luar yang masuk melalui perdagangan.
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di IndonesiaMira Sari
Indonesia memiliki keberagaman budaya yang tinggi akibat pengaruh lingkungan alam, sejarah perpindahan manusia, dan interaksi antar budaya. Keanekaragaman ini terlihat dari suku bangsa, bahasa, agama, seni, dan tradisi yang berbeda di setiap wilayah. Walaupun beragam, kebudayaan Indonesia saling memperkaya dan menjadi modal untuk membangun persatuan bangsa.
Makalah ini membahas tentang unsur-unsur kebudayaan suku Sumbawa seperti sistem keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan sistem pengetahuan tradisional. Suku Sumbawa memeluk agama Islam, Hindu-Budha, dan memiliki kepercayaan roh leluhur, dengan organisasi desa yang dipimpin kepala desa. Masyarakat Sumbawa juga mewarisi sistem pengetahuan tradisional seperti pengobatan dari sanro.
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)Adi Widodo
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pola komunikasi keluarga dalam mengenalkan nilai budaya Sunda kepada anak di keluarga keturunan Kerajaan Sumedang Larang.
Makalah ini membahas tentang falsafah budaya bangsa Indonesia. Budaya nasional merupakan kebudayaan yang dikemas dari beragam budaya lokal di seluruh Indonesia, diperkuat oleh semangat Bhinneka Tunggal Ika. Identitas nasional bangsa terbentuk dari pengalaman sejarah bersama yang menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan memberi warna kepribadian bangsa. Faktor-faktor seperti etnisitas, wilayah, bahasa, agama, dan tekn
Keberagaman budaya di Lampung dipengaruhi oleh dua suku besar yang mendiami wilayah berbeda dan kreativitas masyarakat. Budaya Lampung memiliki keragaman seni, budaya, dan kuliner serta tempat-tempat eksotis. Falsafah hidup masyarakat Lampung diarahkan oleh piil pesenggiri yang mendorong sikap pemurah dan silaturahmi.
Upacara adat tradisional di Bali seperti Mekotek dan Ngaben masih dipertahankan sebagai warisan budaya leluhur. Mekotek dilakukan di Desa Munggu untuk memohon keselamatan dan menolak bala, sedangkan di Desa Trunyan, jenasah diletakkan di tanah bukan dibakar seperti di tempat lain. Kedua upacara ini mencerminkan keanekaragaman budaya Bali yang dipengaruhi Hindu.
Dokumen tersebut membahas tentang tradisi lisan masyarakat pra-aksara dalam mewariskan sejarah dan budaya melalui generasi, serta pengaruh budaya asing seperti Hindu-Buddha terhadap perkembangan politik, sosial, budaya, dan keagamaan masyarakat Indonesia pada masa aksara. Dokumen ini juga menjelaskan contoh-contoh peninggalan sejarah tertulis dan perkembangan penulisan sejarah di Indonesia.
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptxAvinaashChandran
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku mayaRezaWahyuni5
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh modernisasi terhadap dinamika kebudayaan suku Maya di Kabupaten Raja Ampat khususnya bahasa daerah.
2) Hasilnya menunjukkan modernisasi memiliki dampak positif dan negatif terhadap kebudayaan suku Maya, seperti menyebarkan budaya lokal namun juga menggerus nilai-nilai budaya.
3) Teluk Mayalibit mem
Bab VI membahas tentang keberagaman dan toleransi dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat beragam dalam hal suku bangsa, agama, budaya dan lainnya karena pengaruh letak geografis, kondisi kepulauan, perbedaan alam, dan faktor sejarah. Keragaman ini perlu dihargai dan ditoleransi untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Tradisi lisan Kantola di Muna terancam punah karena pengaruh globalisasi. Untuk melestarikan budaya lokal, perlu menghidupkan kembali tradisi lisan ini melalui sosialisasi kepada generasi muda dan pelestarian nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Revitalisasi tradisi lisan diperlukan agar identitas lokal tetap terjaga.
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan cepat beradaptasi. Pelaksanaan tradisi sariga meliputi membanting kepala anak 7 kali selama 4 hari diiringi
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Pelaksanaan tradisi ini meliputi membanting-banting kepala anak
Bahasa Bali dan bahasa-bahasa lokal di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat merupakan unsur penting dalam kebudayaan masing-masing daerah. Kebudayaan daerah di antaranya tercermin dalam sistem bahasa, organisasi sosial, peralatan hidup, mata pencaharian, agama, seni, dan upacara adat. Kebudayaan lokal di daerah-daerah ini cukup kokoh meskipun dihadapkan pada pengaruh global
Keberagaman budaya di Lampung dipengaruhi oleh dua suku besar yang mendiami wilayah berbeda dan kreativitas masyarakat. Budaya Lampung memiliki keragaman seni, budaya, dan kuliner serta tempat-tempat eksotis. Falsafah hidup masyarakat Lampung diarahkan oleh piil pesenggiri yang mendorong sikap pemurah dan silaturahmi.
Upacara adat tradisional di Bali seperti Mekotek dan Ngaben masih dipertahankan sebagai warisan budaya leluhur. Mekotek dilakukan di Desa Munggu untuk memohon keselamatan dan menolak bala, sedangkan di Desa Trunyan, jenasah diletakkan di tanah bukan dibakar seperti di tempat lain. Kedua upacara ini mencerminkan keanekaragaman budaya Bali yang dipengaruhi Hindu.
Dokumen tersebut membahas tentang tradisi lisan masyarakat pra-aksara dalam mewariskan sejarah dan budaya melalui generasi, serta pengaruh budaya asing seperti Hindu-Buddha terhadap perkembangan politik, sosial, budaya, dan keagamaan masyarakat Indonesia pada masa aksara. Dokumen ini juga menjelaskan contoh-contoh peninggalan sejarah tertulis dan perkembangan penulisan sejarah di Indonesia.
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptxAvinaashChandran
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku mayaRezaWahyuni5
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh modernisasi terhadap dinamika kebudayaan suku Maya di Kabupaten Raja Ampat khususnya bahasa daerah.
2) Hasilnya menunjukkan modernisasi memiliki dampak positif dan negatif terhadap kebudayaan suku Maya, seperti menyebarkan budaya lokal namun juga menggerus nilai-nilai budaya.
3) Teluk Mayalibit mem
Bab VI membahas tentang keberagaman dan toleransi dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat beragam dalam hal suku bangsa, agama, budaya dan lainnya karena pengaruh letak geografis, kondisi kepulauan, perbedaan alam, dan faktor sejarah. Keragaman ini perlu dihargai dan ditoleransi untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Tradisi lisan Kantola di Muna terancam punah karena pengaruh globalisasi. Untuk melestarikan budaya lokal, perlu menghidupkan kembali tradisi lisan ini melalui sosialisasi kepada generasi muda dan pelestarian nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Revitalisasi tradisi lisan diperlukan agar identitas lokal tetap terjaga.
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan cepat beradaptasi. Pelaksanaan tradisi sariga meliputi membanting kepala anak 7 kali selama 4 hari diiringi
Makalah ini membahas tentang tradisi sariga, salah satu tradisi yang dahulu dilakukan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara namun kini mulai terlupakan. Tradisi sariga dilakukan untuk anak berusia 1-10 tahun dengan tujuan agar anak tidak menjadi durhaka dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Pelaksanaan tradisi ini meliputi membanting-banting kepala anak
Bahasa Bali dan bahasa-bahasa lokal di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat merupakan unsur penting dalam kebudayaan masing-masing daerah. Kebudayaan daerah di antaranya tercermin dalam sistem bahasa, organisasi sosial, peralatan hidup, mata pencaharian, agama, seni, dan upacara adat. Kebudayaan lokal di daerah-daerah ini cukup kokoh meskipun dihadapkan pada pengaruh global
1. MAKALAH
“Kearifan Lokal Kebudayaan Suku Banjar
di kalimantan Selatan”
Dosen Pengampu:
JUMAIDI, S. AP., M. T.
Di Susun Oleh:
Dinda Zeny Saputri (212308433)
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI
( STIA AMUNTAI )
2022
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas proposal
usaha kewirausahaan dengan judul “ Dessert Box ”.
Adapun tujuan penulis menyusun proposal ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan. Penulis menyadari bahwa kiranya dalam penyusunan proposal ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mohon maaf apabila
ada kekeliruan ataupun kekurangan dalam proses penyusunan hingga terpenuhinya tugas ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu FENNY REFIANA., S.P,MP. selaku
pembimbing dan dosen mata kuliah Kewirausahaan dan semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan proposal ini hingga selesai dan mungkin kami tidak dapat
menyebutkan namanya satu persatu. Kami juga meminta saran serta kritik yang membangun
demi lebih sempurnanya proposal ini.Semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi para
pembaca sekalian.
Tanjung,08 Mei 2022
Penulis
Dinda Zeny Saputri
3. iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi Dan Pengertian Kebudayaan
2.2 Asal Usul Suku Banjar
2.3 System Kebudayaan Kalimantan Selatan Secara Material
2.4 Sistem Kebudayaan Kalimantan Selatan Secara Non Material
Bab Iii Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku,
kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena
perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini
menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita
pelihara dan lestarikan keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang
agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari
kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan
yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan
yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik
untuk membahasnya lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Sejarah kebudayaan Kalimantan selatan
System kebudayaan Kalimantan selatan secara material
System kebudayaan Kalimantan selatan secara non material
5. ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu
dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat
dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.
6. iii
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
7. iv
2.2 Asal Usul Suku Banjar
Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang menempati
wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan
Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di
wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang
Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7
juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal di wilayah
Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat
beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS Barito, DAS Martapura dan DAS
Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak
melakukan migrasi secara sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku Banjar
kuno sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau
Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara alias Madagaskar dan ke
wilayah lainnya.
Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti
seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam, sehingga
kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi
juga konsep politis, sosiologis, dan agamis. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam
ini disebut Oloh Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak
Maanyan.
Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa kemaritiman.
Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah I dengan VOC-Belanda
tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur
bahwa orang Banjar tidak boleh berlayar ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok,
batas ke sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung.
Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa jiwa
kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan masyarakat Banjar di daerah
perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh
8. v
budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah
kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut.
Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah ()ﻤﺪﺡ yang artinya pujian. Madihin merupakan
puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar
dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara
khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi
berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar.
Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah
dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan
menjadi bahasa Banjar.
2.3 System kebudayaan Kalimantan selatan secara material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi
Kebudayaan material Kalimantan selatan berupa bangunan rumah adat banjar
Rumah Adat
Rumah adat suku Banjar yang terkenal adalah “Bubungan Tinggi”. Pada zaman dahulu,
Bubungan Tinggi merupakan rumah adat khusus keluarga kerajaan, namun seiring
perkembangan kemudian diadopsi oleh masyarakat Banjar secara umum yang kemudian
menjadi ikon kebanggaan suku Banjar. Disebut “Bubungan Tinggi” karena konstruksi
bangunan rumah memiliki bagian yang menjulang lancip ke atas. Secara umum “Bubungan
Tinggi” terdiri dari beberapa konstruksi ruangan, yaitu :
Pelatar
Pelatar merupakan ruangan yang ada pada bagian paling depan rumah. Biasanya terdapat
setelah menaiki tangga rumah.
Paciran
Paciran merupakan ruangan penghubung. Paciran terbagi menjadi paciran dalam dan paciran
luar. Biasanya paciran ini digunakan sebagai ruang untuk menyimpan peralatan pertanian atau
pertukangan.
9. vi
Panampik
Panampik merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk menerima dan menjamu
tamu yang berkunjung.
Palindangan
Palindangan merupakan bagian ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan
tidur.
Padapuran
Padapuran berada di bagian paling belakang rumah dan berfungsi sebagai tempat untuk
memasak maupun menyimpan berbagai perabot memasak
2.4 sistem kebudayaan Kalimantan selatan secara non material
Kebudayaan nonmaterial, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi. Inilah denyut nadi kehidupan sosial.
Kebudayaan di kalsel berupa:
Kesenian Adat
Tarian
Secara historis tarian banjar terbagi kedalam dua bentuk pola, yakni pola seni tari yang
dikembangkan di wilayah lingkungan keraton kerajaan dan pola seni tari yang dikembangkan
oleh masyarakat. Nama seni tari yang dikembangkan dalam lingkungan keraton selalu diawali
dengan nama “Baksa”, contohnya seperti tari Baksa Kembang, tari Baksa Panah, serta tari
Baksa Dadap. Baksa sendiri memiliki makna arti kehalusan gerak dalam tarian. Sedangkan tari
yang dikembangkan masyarakat salah satunya adalah tari Radab Rahayu yang biasanya
disajikan dalam upacara adat pernikahan.
Tarian yang berkembang pada masyarakat Banjar sedikit banyak mengadopsi bentuk tarian
tradisional Jawa, sehingga lebih nampak seperti tata tari Jawa yang kalem, pelan, dan luwes
daripada tata tari yang rampak, cepat dan keras. Tarian yang dikembangkan oleh suku Banjar
merupakan bagian dari tarian tradisional Indonesia yang patut untuk dilestarikan.
Teater
Seni teater yang dimiliki oleh suku Banjar biasa disebut dengan “Mamanda”. Mamanda
merupakan sejenis teater rakyat yang menyuguhkan setting kerajaan melayu Banjar. Setting
kerajaan melayu nampak kental pada teater Mamanda karena seni teater ini pada mulanya
berasal dari warga Melayu yang datang ke tanah Banjar. Karena kemenarikannya kemudian
10. vii
kesenian ini diadopsi oleh masyarakat asli suku Banjar. Selain unsur hiburannya, keberadaan
Mamanda di tengah-tengah masyarakat suku Banjar juga memiliki kegunaan lain
sebagaimana fungsi seni pertunjukan.
Musik
Kesenian musik yang hidup dalam tradisi suku Banjar adalah “Gamelan Banjar”. Seni gamelan
banjar hampir serupa dengan seni gamelan yang ada pada suku Jawa. Perangkat alat musik
yang digunakan pun sama seperti gong, kendang, sarun, kanung, kangsi, seruling dan
selainnya. Seni Gamelan Banjar pada zaman dahulu merupakan pertunjukkan wajib yang ada
pada lingkungan kerajaan, namun pada acara-acara adat tertentu, seni Gamelan Banjar juga
sering dipentaskan.
Tradisi Lisan
Kesenian lisan suku Banjar biasa dikenal dengan seni “Madihin”. Madihin sendiri berasal dari
serapan bahasa Arab yang artinya nasihat. Seni Madihin merupakan seni berpantun atau
bersyair yang memiliki rima-rima tertentu dan biasa disajikan dengan cara bersaut-sautan antar
satu pamadihin (sebutan bagi seniman madihin) dengan pamadihin lainnya. Dalam satu
pementasan biasanya terdapat 2 – 4 orang pamadihin yang saling unjuk kebolehan.
Upacara Adat Pernikahan
Basasuluh
Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini
seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga
berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua
calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa dilanjutkan
dengan upacara badatang.
Badatang
Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi
keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan
tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya
untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu
untuk melaksanakan pernikahan.
Nikah
Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah,
mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku.
Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum
11. viii
pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi-
saksi.
Batimung
Batimung merupakan upacara mandi uap yang dilakukan oleh pengantin pria dan pengantin
wanita. Biasanya dilakukan 3 hari sebelum upacara pernikahan dan resepsi pernikahan.
Upacara mandi uap dilakukan untuk menguras keringat kedua calon agar lebih bersih dan
wangi, sehingga ketika nanti tiba waktu persandingan, kedua mempelai pengantin tidak akan
mengeluarkan keringat lagi.
Badudus
Tradisi badudus adalah kegiatan mandi kembang yang dilakukan oleh mempelai wanita. Mirip
seperti tradisi siraman pada masyarakat suku Jawa. Tradisi badudus dilakukan pada pagi hari
sebelum acara persandingan. Mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dilengkapi
dengan berbagai macam taburan bunga. Pada saat tradisi badudus ini pula dilakukan tradisi
yang namanya Belarap, yakni tradisi mencukur dan membentuk rambut pengantin wanita.
Batapung Tawar
Upacara Batapung Tawar dilakukan bersamaan dengan upacara badudus. Upacara batapung
tawar dilakukan sebagai bentuk penebusan atas berakhirnya masa perawan dari seorang wanita
yang akan menikah. Dalam upacara batapung tawar disediakan berbagai perangkat yang
melambangkan keperluan pokok rumah tangga. Diantara perangkat yang disiapkan adalah
seperti beras, kelapa, gula merah, ayam, telur ayam, pisau, lilin, uang koin (receh), jarum dan
benang, sirih, rokok daun dan berbagai rempah-rempah dapur. Masing-masing perangkat
memiliki kandungan makna filosofisnya sendiri-sendiri yang menggambarkan makna
kehidupan berumah tangga. Berbagai perangkat tersebut dimasukkan kedalam sebuah
keranjang yang kemudian diserahkan kepada tetua adat kampung yang memimpin jalannya
upacara badudus.
Walimahan
Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan oleh
keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk memberikan restu
kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong royong sangat kental
terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak diperbolehkan untuk
mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian secara gotong royong
membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam keperluan pesta pernikahan
12. ix
yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian kesenian, sajian makanan bagi
para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan pesta lainnya.
Petataian
Petataian merupakan kursi dan hiasan pelaminan khas Banjar yang disiapkan sebagai tempat
pengantin untuk menerima para tamu undangan. Petataian biasanya diberi hiasan dibagian
belakang kursi pengantin maupuan di sisi kanan dan sisi kirinya, seperti hiasan ornamen kain,
maupun gucci dan tanaman sebagai pemanis dan pengindah pelaminan.
Batataian
Batataian merupakan kegiatan puncak pernikahan. Pengantin pria dan wanita bersanding di
kursi petataian dan kemudian keduanya menerima para tamu undangan. Namun sebelum
pengantin menerima tamu undangan biasanya didahului dengan upacara sujud pada orang tua
serta makan bersama, baru kemudian pengantin diarak untuk duduk di petataian.
13. x
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah Propinsi
Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa
yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang.
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan
Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi sebagai
suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang
behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang
tersendiri.