SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
“Kearifan Lokal Kebudayaan Suku Banjar
di kalimantan Selatan”
Dosen Pengampu:
JUMAIDI, S. AP., M. T.
Di Susun Oleh:
Dinda Zeny Saputri (212308433)
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI
( STIA AMUNTAI )
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas proposal
usaha kewirausahaan dengan judul “ Dessert Box ”.
Adapun tujuan penulis menyusun proposal ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan. Penulis menyadari bahwa kiranya dalam penyusunan proposal ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mohon maaf apabila
ada kekeliruan ataupun kekurangan dalam proses penyusunan hingga terpenuhinya tugas ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu FENNY REFIANA., S.P,MP. selaku
pembimbing dan dosen mata kuliah Kewirausahaan dan semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan proposal ini hingga selesai dan mungkin kami tidak dapat
menyebutkan namanya satu persatu. Kami juga meminta saran serta kritik yang membangun
demi lebih sempurnanya proposal ini.Semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi para
pembaca sekalian.
Tanjung,08 Mei 2022
Penulis
Dinda Zeny Saputri
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi Dan Pengertian Kebudayaan
2.2 Asal Usul Suku Banjar
2.3 System Kebudayaan Kalimantan Selatan Secara Material
2.4 Sistem Kebudayaan Kalimantan Selatan Secara Non Material
Bab Iii Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku,
kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena
perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini
menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita
pelihara dan lestarikan keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang
agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari
kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan
yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan
yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik
untuk membahasnya lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
 Sejarah kebudayaan Kalimantan selatan
 System kebudayaan Kalimantan selatan secara material
 System kebudayaan Kalimantan selatan secara non material
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu
dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat
dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism.
iii
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
iv
2.2 Asal Usul Suku Banjar
Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang menempati
wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan
Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di
wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang
Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7
juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal di wilayah
Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat
beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS Barito, DAS Martapura dan DAS
Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak
melakukan migrasi secara sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku Banjar
kuno sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau
Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara alias Madagaskar dan ke
wilayah lainnya.
Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti
seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam, sehingga
kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi
juga konsep politis, sosiologis, dan agamis. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam
ini disebut Oloh Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak
Maanyan.
Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa kemaritiman.
Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah I dengan VOC-Belanda
tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur
bahwa orang Banjar tidak boleh berlayar ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok,
batas ke sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung.
Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa jiwa
kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan masyarakat Banjar di daerah
perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh
v
budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah
kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut.
Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (‫)ﻤﺪﺡ‬ yang artinya pujian. Madihin merupakan
puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar
dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara
khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi
berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar.
Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah
dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan
menjadi bahasa Banjar.
2.3 System kebudayaan Kalimantan selatan secara material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi
Kebudayaan material Kalimantan selatan berupa bangunan rumah adat banjar
Rumah Adat
Rumah adat suku Banjar yang terkenal adalah “Bubungan Tinggi”. Pada zaman dahulu,
Bubungan Tinggi merupakan rumah adat khusus keluarga kerajaan, namun seiring
perkembangan kemudian diadopsi oleh masyarakat Banjar secara umum yang kemudian
menjadi ikon kebanggaan suku Banjar. Disebut “Bubungan Tinggi” karena konstruksi
bangunan rumah memiliki bagian yang menjulang lancip ke atas. Secara umum “Bubungan
Tinggi” terdiri dari beberapa konstruksi ruangan, yaitu :
 Pelatar
Pelatar merupakan ruangan yang ada pada bagian paling depan rumah. Biasanya terdapat
setelah menaiki tangga rumah.
 Paciran
Paciran merupakan ruangan penghubung. Paciran terbagi menjadi paciran dalam dan paciran
luar. Biasanya paciran ini digunakan sebagai ruang untuk menyimpan peralatan pertanian atau
pertukangan.
vi
 Panampik
Panampik merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk menerima dan menjamu
tamu yang berkunjung.
 Palindangan
Palindangan merupakan bagian ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan
tidur.
 Padapuran
Padapuran berada di bagian paling belakang rumah dan berfungsi sebagai tempat untuk
memasak maupun menyimpan berbagai perabot memasak
2.4 sistem kebudayaan Kalimantan selatan secara non material
Kebudayaan nonmaterial, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi. Inilah denyut nadi kehidupan sosial.
Kebudayaan di kalsel berupa:
Kesenian Adat
 Tarian
Secara historis tarian banjar terbagi kedalam dua bentuk pola, yakni pola seni tari yang
dikembangkan di wilayah lingkungan keraton kerajaan dan pola seni tari yang dikembangkan
oleh masyarakat. Nama seni tari yang dikembangkan dalam lingkungan keraton selalu diawali
dengan nama “Baksa”, contohnya seperti tari Baksa Kembang, tari Baksa Panah, serta tari
Baksa Dadap. Baksa sendiri memiliki makna arti kehalusan gerak dalam tarian. Sedangkan tari
yang dikembangkan masyarakat salah satunya adalah tari Radab Rahayu yang biasanya
disajikan dalam upacara adat pernikahan.
Tarian yang berkembang pada masyarakat Banjar sedikit banyak mengadopsi bentuk tarian
tradisional Jawa, sehingga lebih nampak seperti tata tari Jawa yang kalem, pelan, dan luwes
daripada tata tari yang rampak, cepat dan keras. Tarian yang dikembangkan oleh suku Banjar
merupakan bagian dari tarian tradisional Indonesia yang patut untuk dilestarikan.
 Teater
Seni teater yang dimiliki oleh suku Banjar biasa disebut dengan “Mamanda”. Mamanda
merupakan sejenis teater rakyat yang menyuguhkan setting kerajaan melayu Banjar. Setting
kerajaan melayu nampak kental pada teater Mamanda karena seni teater ini pada mulanya
berasal dari warga Melayu yang datang ke tanah Banjar. Karena kemenarikannya kemudian
vii
kesenian ini diadopsi oleh masyarakat asli suku Banjar. Selain unsur hiburannya, keberadaan
Mamanda di tengah-tengah masyarakat suku Banjar juga memiliki kegunaan lain
sebagaimana fungsi seni pertunjukan.
 Musik
Kesenian musik yang hidup dalam tradisi suku Banjar adalah “Gamelan Banjar”. Seni gamelan
banjar hampir serupa dengan seni gamelan yang ada pada suku Jawa. Perangkat alat musik
yang digunakan pun sama seperti gong, kendang, sarun, kanung, kangsi, seruling dan
selainnya. Seni Gamelan Banjar pada zaman dahulu merupakan pertunjukkan wajib yang ada
pada lingkungan kerajaan, namun pada acara-acara adat tertentu, seni Gamelan Banjar juga
sering dipentaskan.
 Tradisi Lisan
Kesenian lisan suku Banjar biasa dikenal dengan seni “Madihin”. Madihin sendiri berasal dari
serapan bahasa Arab yang artinya nasihat. Seni Madihin merupakan seni berpantun atau
bersyair yang memiliki rima-rima tertentu dan biasa disajikan dengan cara bersaut-sautan antar
satu pamadihin (sebutan bagi seniman madihin) dengan pamadihin lainnya. Dalam satu
pementasan biasanya terdapat 2 – 4 orang pamadihin yang saling unjuk kebolehan.
Upacara Adat Pernikahan
 Basasuluh
Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini
seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga
berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua
calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa dilanjutkan
dengan upacara badatang.
 Badatang
Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi
keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan
tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya
untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu
untuk melaksanakan pernikahan.
 Nikah
Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah,
mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku.
Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum
viii
pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi-
saksi.
 Batimung
Batimung merupakan upacara mandi uap yang dilakukan oleh pengantin pria dan pengantin
wanita. Biasanya dilakukan 3 hari sebelum upacara pernikahan dan resepsi pernikahan.
Upacara mandi uap dilakukan untuk menguras keringat kedua calon agar lebih bersih dan
wangi, sehingga ketika nanti tiba waktu persandingan, kedua mempelai pengantin tidak akan
mengeluarkan keringat lagi.
 Badudus
Tradisi badudus adalah kegiatan mandi kembang yang dilakukan oleh mempelai wanita. Mirip
seperti tradisi siraman pada masyarakat suku Jawa. Tradisi badudus dilakukan pada pagi hari
sebelum acara persandingan. Mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dilengkapi
dengan berbagai macam taburan bunga. Pada saat tradisi badudus ini pula dilakukan tradisi
yang namanya Belarap, yakni tradisi mencukur dan membentuk rambut pengantin wanita.
 Batapung Tawar
Upacara Batapung Tawar dilakukan bersamaan dengan upacara badudus. Upacara batapung
tawar dilakukan sebagai bentuk penebusan atas berakhirnya masa perawan dari seorang wanita
yang akan menikah. Dalam upacara batapung tawar disediakan berbagai perangkat yang
melambangkan keperluan pokok rumah tangga. Diantara perangkat yang disiapkan adalah
seperti beras, kelapa, gula merah, ayam, telur ayam, pisau, lilin, uang koin (receh), jarum dan
benang, sirih, rokok daun dan berbagai rempah-rempah dapur. Masing-masing perangkat
memiliki kandungan makna filosofisnya sendiri-sendiri yang menggambarkan makna
kehidupan berumah tangga. Berbagai perangkat tersebut dimasukkan kedalam sebuah
keranjang yang kemudian diserahkan kepada tetua adat kampung yang memimpin jalannya
upacara badudus.
 Walimahan
Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan oleh
keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk memberikan restu
kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong royong sangat kental
terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak diperbolehkan untuk
mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian secara gotong royong
membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam keperluan pesta pernikahan
ix
yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian kesenian, sajian makanan bagi
para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan pesta lainnya.
 Petataian
Petataian merupakan kursi dan hiasan pelaminan khas Banjar yang disiapkan sebagai tempat
pengantin untuk menerima para tamu undangan. Petataian biasanya diberi hiasan dibagian
belakang kursi pengantin maupuan di sisi kanan dan sisi kirinya, seperti hiasan ornamen kain,
maupun gucci dan tanaman sebagai pemanis dan pengindah pelaminan.
 Batataian
Batataian merupakan kegiatan puncak pernikahan. Pengantin pria dan wanita bersanding di
kursi petataian dan kemudian keduanya menerima para tamu undangan. Namun sebelum
pengantin menerima tamu undangan biasanya didahului dengan upacara sujud pada orang tua
serta makan bersama, baru kemudian pengantin diarak untuk duduk di petataian.
x
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah Propinsi
Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa
yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang.
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan
Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi sebagai
suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang
behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang
tersendiri.
xi
DAFTAR PUSTAKA
https://manajemen2015uniwidyagama.wordpress.com/2017/03/15/makalah-suku-banjar/
https://yolitha371.wordpress.com/2012/03/20/kebudayaan-kalimantan-selatan-dan-
pengaruhnya-terhadap-kehidupan-sehari-hari/
https://www.plengdut.com/komponen-kebudayaan/337/
https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar
Depdikbud.(1994). Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kalimantan Selatan.
Dimyati Mursimah.(2014). Perkawinan Adat Banjar Dan Tata Rias Pengantin (TRP) Banjar
Gaya Ba’amar Galung Pavaran Matahari. Banjarmasin. CV Rahmat Hafiz Al
Mubaraq.
Ideham, M. Suriansyah.dkk (2007). Urang Banjar Dan Kebudayaannya. Banjarmasin.
Pustaka Banua.
Idwar Saleh, Muhammad. Dkk. (1979). Adat Istiadat dan Upacara Perkawinan Kalimanatan
Selatan. Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan
Daerah 1978/1979.
Ihromi, T.O. (2006). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Jacman, W.R & Miller, A.R. (2004).Before Norms Institutions AND Civic Culture. United
States of America: The University of Michigan Press. Kaelan. (2003). Pendidikan
Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. (2011). KearifanLokal di
Tengah Modernisasi,Jakarta :Kemendikbud

More Related Content

Similar to MAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docx

Eksplorasi Keragaman seni budaya lampung
Eksplorasi Keragaman seni budaya lampungEksplorasi Keragaman seni budaya lampung
Eksplorasi Keragaman seni budaya lampung
Riyan Hidayatullah
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Dede Adi Nugraha
 
Problematika kebudayaan
Problematika kebudayaanProblematika kebudayaan
Problematika kebudayaan
Haidar Bashofi
 
sejarah tradisi indonesia
sejarah tradisi indonesia sejarah tradisi indonesia
sejarah tradisi indonesia
Priee 'Supriatna
 
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docxTHONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
rigoibnhamzah
 
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptx
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptxBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptx
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptx
AvinaashChandran
 
Pengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budayaPengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budaya
Lusi Puspita Sari
 
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku maya
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku mayaArtikel modernisasi dan kebudayaan suku maya
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku maya
RezaWahyuni5
 
PERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAH
PERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAHPERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAH
PERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAH
Guru Online
 
Jurnal rizki
Jurnal rizkiJurnal rizki
Jurnal rizki
Rizki Hidayat
 
Pembelajaran sejarah kelas X semester 1
Pembelajaran sejarah kelas X semester 1Pembelajaran sejarah kelas X semester 1
Pembelajaran sejarah kelas X semester 1Umi Rosyidah
 
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanBab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Catharina School
 
Makalah tradisi lisan kantola
Makalah tradisi lisan kantolaMakalah tradisi lisan kantola
Makalah tradisi lisan kantola
Septian Muna Barakati
 
Makalah kehidupan zaman pra aksara
Makalah kehidupan zaman pra aksaraMakalah kehidupan zaman pra aksara
Makalah kehidupan zaman pra aksaraRohman Efendi
 
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
Makalah tradisi  sariga  kabupaten munaMakalah tradisi  sariga  kabupaten muna
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
Septian Muna Barakati
 
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
Makalah tradisi  sariga  kabupaten munaMakalah tradisi  sariga  kabupaten muna
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
Operator Warnet Vast Raha
 
tugas sosped fix
tugas sosped fixtugas sosped fix
tugas sosped fixsulai men
 
04 bab i
04 bab i04 bab i
04 bab i
Royen Bengkulu
 
Kebudayaan Bali dan Nusa Tenggara
Kebudayaan Bali dan Nusa TenggaraKebudayaan Bali dan Nusa Tenggara
Kebudayaan Bali dan Nusa Tenggara
wahyu candika
 

Similar to MAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docx (20)

Eksplorasi Keragaman seni budaya lampung
Eksplorasi Keragaman seni budaya lampungEksplorasi Keragaman seni budaya lampung
Eksplorasi Keragaman seni budaya lampung
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan Bali
 
Problematika kebudayaan
Problematika kebudayaanProblematika kebudayaan
Problematika kebudayaan
 
sejarah tradisi indonesia
sejarah tradisi indonesia sejarah tradisi indonesia
sejarah tradisi indonesia
 
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docxTHONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
THONGIN FANGIN THJITJHONG UNGKAPAN PEMERSATU TIONGHOA DAN MELAYU BANGKA.docx
 
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptx
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptxBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptx
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptx
 
Pengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budayaPengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budaya
 
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku maya
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku mayaArtikel modernisasi dan kebudayaan suku maya
Artikel modernisasi dan kebudayaan suku maya
 
PERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAH
PERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAHPERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAH
PERAN BAHASA IBU DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN DERAH
 
Jurnal rizki
Jurnal rizkiJurnal rizki
Jurnal rizki
 
Pembelajaran sejarah kelas X semester 1
Pembelajaran sejarah kelas X semester 1Pembelajaran sejarah kelas X semester 1
Pembelajaran sejarah kelas X semester 1
 
Print
PrintPrint
Print
 
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagamanBab 6 bertoleransi dalam keberagaman
Bab 6 bertoleransi dalam keberagaman
 
Makalah tradisi lisan kantola
Makalah tradisi lisan kantolaMakalah tradisi lisan kantola
Makalah tradisi lisan kantola
 
Makalah kehidupan zaman pra aksara
Makalah kehidupan zaman pra aksaraMakalah kehidupan zaman pra aksara
Makalah kehidupan zaman pra aksara
 
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
Makalah tradisi  sariga  kabupaten munaMakalah tradisi  sariga  kabupaten muna
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
 
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
Makalah tradisi  sariga  kabupaten munaMakalah tradisi  sariga  kabupaten muna
Makalah tradisi sariga kabupaten muna
 
tugas sosped fix
tugas sosped fixtugas sosped fix
tugas sosped fix
 
04 bab i
04 bab i04 bab i
04 bab i
 
Kebudayaan Bali dan Nusa Tenggara
Kebudayaan Bali dan Nusa TenggaraKebudayaan Bali dan Nusa Tenggara
Kebudayaan Bali dan Nusa Tenggara
 

MAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docx

  • 1. MAKALAH “Kearifan Lokal Kebudayaan Suku Banjar di kalimantan Selatan” Dosen Pengampu: JUMAIDI, S. AP., M. T. Di Susun Oleh: Dinda Zeny Saputri (212308433) SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI ( STIA AMUNTAI ) 2022
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas proposal usaha kewirausahaan dengan judul “ Dessert Box ”. Adapun tujuan penulis menyusun proposal ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan. Penulis menyadari bahwa kiranya dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mohon maaf apabila ada kekeliruan ataupun kekurangan dalam proses penyusunan hingga terpenuhinya tugas ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu FENNY REFIANA., S.P,MP. selaku pembimbing dan dosen mata kuliah Kewirausahaan dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal ini hingga selesai dan mungkin kami tidak dapat menyebutkan namanya satu persatu. Kami juga meminta saran serta kritik yang membangun demi lebih sempurnanya proposal ini.Semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca sekalian. Tanjung,08 Mei 2022 Penulis Dinda Zeny Saputri
  • 3. iii DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah Bab II Pembahasan 2.1 Definisi Dan Pengertian Kebudayaan 2.2 Asal Usul Suku Banjar 2.3 System Kebudayaan Kalimantan Selatan Secara Material 2.4 Sistem Kebudayaan Kalimantan Selatan Secara Non Material Bab Iii Penutup Kesimpulan Daftar Pustaka
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih lanjut. 1.2 Rumusan Masalah  Sejarah kebudayaan Kalimantan selatan  System kebudayaan Kalimantan selatan secara material  System kebudayaan Kalimantan selatan secara non material
  • 5. ii BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi dan Pengertian Kebudayaan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
  • 6. iii Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
  • 7. iv 2.2 Asal Usul Suku Banjar Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu. Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan. Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS Barito, DAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak melakukan migrasi secara sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku Banjar kuno sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara alias Madagaskar dan ke wilayah lainnya. Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam, sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut Oloh Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak Maanyan. Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah I dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak boleh berlayar ke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok, batas ke sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung. Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa jiwa kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan masyarakat Banjar di daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh
  • 8. v budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (‫)ﻤﺪﺡ‬ yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar. 2.3 System kebudayaan Kalimantan selatan secara material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi Kebudayaan material Kalimantan selatan berupa bangunan rumah adat banjar Rumah Adat Rumah adat suku Banjar yang terkenal adalah “Bubungan Tinggi”. Pada zaman dahulu, Bubungan Tinggi merupakan rumah adat khusus keluarga kerajaan, namun seiring perkembangan kemudian diadopsi oleh masyarakat Banjar secara umum yang kemudian menjadi ikon kebanggaan suku Banjar. Disebut “Bubungan Tinggi” karena konstruksi bangunan rumah memiliki bagian yang menjulang lancip ke atas. Secara umum “Bubungan Tinggi” terdiri dari beberapa konstruksi ruangan, yaitu :  Pelatar Pelatar merupakan ruangan yang ada pada bagian paling depan rumah. Biasanya terdapat setelah menaiki tangga rumah.  Paciran Paciran merupakan ruangan penghubung. Paciran terbagi menjadi paciran dalam dan paciran luar. Biasanya paciran ini digunakan sebagai ruang untuk menyimpan peralatan pertanian atau pertukangan.
  • 9. vi  Panampik Panampik merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk menerima dan menjamu tamu yang berkunjung.  Palindangan Palindangan merupakan bagian ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan tidur.  Padapuran Padapuran berada di bagian paling belakang rumah dan berfungsi sebagai tempat untuk memasak maupun menyimpan berbagai perabot memasak 2.4 sistem kebudayaan Kalimantan selatan secara non material Kebudayaan nonmaterial, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Inilah denyut nadi kehidupan sosial. Kebudayaan di kalsel berupa: Kesenian Adat  Tarian Secara historis tarian banjar terbagi kedalam dua bentuk pola, yakni pola seni tari yang dikembangkan di wilayah lingkungan keraton kerajaan dan pola seni tari yang dikembangkan oleh masyarakat. Nama seni tari yang dikembangkan dalam lingkungan keraton selalu diawali dengan nama “Baksa”, contohnya seperti tari Baksa Kembang, tari Baksa Panah, serta tari Baksa Dadap. Baksa sendiri memiliki makna arti kehalusan gerak dalam tarian. Sedangkan tari yang dikembangkan masyarakat salah satunya adalah tari Radab Rahayu yang biasanya disajikan dalam upacara adat pernikahan. Tarian yang berkembang pada masyarakat Banjar sedikit banyak mengadopsi bentuk tarian tradisional Jawa, sehingga lebih nampak seperti tata tari Jawa yang kalem, pelan, dan luwes daripada tata tari yang rampak, cepat dan keras. Tarian yang dikembangkan oleh suku Banjar merupakan bagian dari tarian tradisional Indonesia yang patut untuk dilestarikan.  Teater Seni teater yang dimiliki oleh suku Banjar biasa disebut dengan “Mamanda”. Mamanda merupakan sejenis teater rakyat yang menyuguhkan setting kerajaan melayu Banjar. Setting kerajaan melayu nampak kental pada teater Mamanda karena seni teater ini pada mulanya berasal dari warga Melayu yang datang ke tanah Banjar. Karena kemenarikannya kemudian
  • 10. vii kesenian ini diadopsi oleh masyarakat asli suku Banjar. Selain unsur hiburannya, keberadaan Mamanda di tengah-tengah masyarakat suku Banjar juga memiliki kegunaan lain sebagaimana fungsi seni pertunjukan.  Musik Kesenian musik yang hidup dalam tradisi suku Banjar adalah “Gamelan Banjar”. Seni gamelan banjar hampir serupa dengan seni gamelan yang ada pada suku Jawa. Perangkat alat musik yang digunakan pun sama seperti gong, kendang, sarun, kanung, kangsi, seruling dan selainnya. Seni Gamelan Banjar pada zaman dahulu merupakan pertunjukkan wajib yang ada pada lingkungan kerajaan, namun pada acara-acara adat tertentu, seni Gamelan Banjar juga sering dipentaskan.  Tradisi Lisan Kesenian lisan suku Banjar biasa dikenal dengan seni “Madihin”. Madihin sendiri berasal dari serapan bahasa Arab yang artinya nasihat. Seni Madihin merupakan seni berpantun atau bersyair yang memiliki rima-rima tertentu dan biasa disajikan dengan cara bersaut-sautan antar satu pamadihin (sebutan bagi seniman madihin) dengan pamadihin lainnya. Dalam satu pementasan biasanya terdapat 2 – 4 orang pamadihin yang saling unjuk kebolehan. Upacara Adat Pernikahan  Basasuluh Basasuluh merupakan kegiatan untuk saling mengenal antar calon mempelai. Kegiatan ini seperti tradisi ta’aruf dalam Islam dimana mempelai pria yang didampingi oleh keluarga berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai calon yang ingin dinikahinya. Bila kedua calon telah mendapatkan informasi satu sama lainnya dan merasa cocok maka bisa dilanjutkan dengan upacara badatang.  Badatang Badatang merupakan kegiatan dimana mempelai pria dan beserta keluarganya mendatangi keluarga calon mempelai wanita yang ingin diperistri. Tradisi badatang hampir sama dengan tradisi lamaran. Calon mempelai pria dan keluarga menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminang calon istri. Di dalam acara badatang kemudian akan ditetapkan pula waktu untuk melaksanakan pernikahan.  Nikah Acara nikah suku Banjar biasa disebut juga dengan ‘Meantar Jujuran’. Pada acara nikah, mempelai pria dan mempelai wanita dinikahkan sesuai dengan hukum agama yang berlaku. Bila calon mempelai beragama Islam maka pernikahan dilakukan sebagaimana hukum
  • 11. viii pernikahan dalam Islam dengan menghadirkan penghulu, mahar, ijab qabul dan juga saksi- saksi.  Batimung Batimung merupakan upacara mandi uap yang dilakukan oleh pengantin pria dan pengantin wanita. Biasanya dilakukan 3 hari sebelum upacara pernikahan dan resepsi pernikahan. Upacara mandi uap dilakukan untuk menguras keringat kedua calon agar lebih bersih dan wangi, sehingga ketika nanti tiba waktu persandingan, kedua mempelai pengantin tidak akan mengeluarkan keringat lagi.  Badudus Tradisi badudus adalah kegiatan mandi kembang yang dilakukan oleh mempelai wanita. Mirip seperti tradisi siraman pada masyarakat suku Jawa. Tradisi badudus dilakukan pada pagi hari sebelum acara persandingan. Mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dilengkapi dengan berbagai macam taburan bunga. Pada saat tradisi badudus ini pula dilakukan tradisi yang namanya Belarap, yakni tradisi mencukur dan membentuk rambut pengantin wanita.  Batapung Tawar Upacara Batapung Tawar dilakukan bersamaan dengan upacara badudus. Upacara batapung tawar dilakukan sebagai bentuk penebusan atas berakhirnya masa perawan dari seorang wanita yang akan menikah. Dalam upacara batapung tawar disediakan berbagai perangkat yang melambangkan keperluan pokok rumah tangga. Diantara perangkat yang disiapkan adalah seperti beras, kelapa, gula merah, ayam, telur ayam, pisau, lilin, uang koin (receh), jarum dan benang, sirih, rokok daun dan berbagai rempah-rempah dapur. Masing-masing perangkat memiliki kandungan makna filosofisnya sendiri-sendiri yang menggambarkan makna kehidupan berumah tangga. Berbagai perangkat tersebut dimasukkan kedalam sebuah keranjang yang kemudian diserahkan kepada tetua adat kampung yang memimpin jalannya upacara badudus.  Walimahan Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan oleh keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk memberikan restu kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong royong sangat kental terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak diperbolehkan untuk mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian secara gotong royong membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam keperluan pesta pernikahan
  • 12. ix yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian kesenian, sajian makanan bagi para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan pesta lainnya.  Petataian Petataian merupakan kursi dan hiasan pelaminan khas Banjar yang disiapkan sebagai tempat pengantin untuk menerima para tamu undangan. Petataian biasanya diberi hiasan dibagian belakang kursi pengantin maupuan di sisi kanan dan sisi kirinya, seperti hiasan ornamen kain, maupun gucci dan tanaman sebagai pemanis dan pengindah pelaminan.  Batataian Batataian merupakan kegiatan puncak pernikahan. Pengantin pria dan wanita bersanding di kursi petataian dan kemudian keduanya menerima para tamu undangan. Namun sebelum pengantin menerima tamu undangan biasanya didahului dengan upacara sujud pada orang tua serta makan bersama, baru kemudian pengantin diarak untuk duduk di petataian.
  • 13. x BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Suku bangsa Banjar ialah penduduk asli yang mendiami sebagian besar wilayah Propinsi Kalimantan Selatan.Suku Banjar berasal dari orang Melayu Sumatera, Kalimantan dan Jawa yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berdagang. Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang tersendiri.
  • 14. xi DAFTAR PUSTAKA https://manajemen2015uniwidyagama.wordpress.com/2017/03/15/makalah-suku-banjar/ https://yolitha371.wordpress.com/2012/03/20/kebudayaan-kalimantan-selatan-dan- pengaruhnya-terhadap-kehidupan-sehari-hari/ https://www.plengdut.com/komponen-kebudayaan/337/ https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar Depdikbud.(1994). Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kalimantan Selatan. Dimyati Mursimah.(2014). Perkawinan Adat Banjar Dan Tata Rias Pengantin (TRP) Banjar Gaya Ba’amar Galung Pavaran Matahari. Banjarmasin. CV Rahmat Hafiz Al Mubaraq. Ideham, M. Suriansyah.dkk (2007). Urang Banjar Dan Kebudayaannya. Banjarmasin. Pustaka Banua. Idwar Saleh, Muhammad. Dkk. (1979). Adat Istiadat dan Upacara Perkawinan Kalimanatan Selatan. Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah 1978/1979. Ihromi, T.O. (2006). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Jacman, W.R & Miller, A.R. (2004).Before Norms Institutions AND Civic Culture. United States of America: The University of Michigan Press. Kaelan. (2003). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. (2011). KearifanLokal di Tengah Modernisasi,Jakarta :Kemendikbud