MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
2.10.f. P5 Modul Kearifan Lokal-VIII- SMPN 1 Tegalsari.pdf
1.
2. Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menjadikan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan
mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Di Indonesia, kearifan lokal juga merupakan
ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mengutip jurnal Menggali Kearifan Lokal
Nusantara Sebuah Kajian Filsafati dari UGM, kearifan lokal terdiri dari dua kata, kearifan (wisdom) dan lokal (local). Menurut kamus Bahasa
Inggris-Indonesia, local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Maka, secara umum local wisdom bisa dipahami sebagai
gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti anggota masyarakatnya. Lebih
lanjut kearifan lokal juga didefinisikan menurut Robert Sibarani yaitu seorang guru besar dalam bidang Antropolonguistik menyatakan bahwa
“kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur
tatanan kehidupan masyarakat”. Dilansir dari laman umm.ac.id, Wibowo menuliskan bahwa kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian
budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar atau
bangsa lain, menjadi watak dan kemampuan sendiri.
Berdasarkan dari beberapa pengertian dan pendapat di atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa kearifan lokal merupakan warisan
nilai karakterisitik atau kepribadian masyarakat yang diperoleh secara arif dari hasil proses berinteraksi dengan lingkungannya dari generasi ke
generasi baik dari dalam maupun luar, sehingga tercipta sebuah produk akulturasi budaya baru. Akulturasi budaya Ini juga bisa menjadi suatu
bentuk pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau persepsi beserta kebiasaan atau etika adat, bahkan potensi dan kekayaan untuk menjadi
pedoman perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Potensi dan kekayaan yang dimiliki masing-masing daerah sebagai kearifan lokal sangatlah berbeda dan beranekaragam. Di tengah arus
globalisasi dan modernisasi yang semakin kuat, kearifan lokal sering kali menghadapi tekanan untuk beradaptasi atau bahkan hilang sama
sekali, jika kita sebagai generasi penerus tidak mewariskannya ke generasi berikutnya. Contoh sederhana dari kearifan lokal yang ada di
3. lingkungan masyarakat kita, seperti kegiatan kerja bakti yang mempunyai nilai kebersamaan gotong royong, upacara adat dalam memperingati
hari-hari besar tertentu dengan mempersiapkan kesenian-kesenian dan makanan-makanan tradisionalnya, bahkan permainan tradisional
seperti eggrang, congklak, dakon yang juga memiliki banyak manfaat positif,. Semua hal tersebut tidak menutup kemungkinan bisa hilang
tergerus oleh arus globalisasi dan modernisasi. Apalagi sekarang kita masuk pada generasi Z yaitu generasi yang hidup di Era teknologi canggih
dan informasi komunikasi serba cepat dengan jaringan internet.
Salah satu contoh teknologi yang dimaksud adalah gadget atau handphone android. Gadget merupakan alat atau perangkat media
elektronik yang sudah menjadi kebutuhan hidup pribadi atau bahkan gaya hidup di Era generasi Z. Penggunaan Gadget pada masyarakat
terutama pelajar atau siswa sangatlah membantu dalam dunia pendidikan. Selain memberikan dampak positif, gadget juga memiliki dampak
negatif. Adapun kutipan Alo Liliweri, dalam bukunya Komunikasi Serba Ada Serba Makna, “Di samping mempunyai pengaruh positif, media
teknologi informasi juga mempunyai dampak negatif di antaranya: polusi udara, demam teknisisme membuat hidup kita tidak lengkap sehingga pengguna
ketergantungan terhadap gadget yang bisa menimbulkan adanya sifat malas; bentuk baru hiburan misalnya internet, BBM, facebook, whatsApp, line;
peningkatan peluang beberapa penyakit, di antaranya ketidakaturan makan (kegemukan), dan juga dalam bidang kesehatan dapat merusak mata,
pemisahan sosial”.
Berdasarkan kutipan tersebut, bahwa penggunaan gadget memiliki dampak ketergantungan yang cukup mengkhawatirkan, terutama
bagi pelajar atau siswa yang bisa menimbulkan sifat malas, lupa waktu, serta pemisah sosial. Maka dari itu, untuk mengurangi efek
ketergantungan dari gadget, menjadikan salah satu alasan yang melatarbelakangi penulis untuk memilih kegiatan yang paling sesuai dengan
projek penguatan profil pelajar pancasila (P5) yaitu tema kearifan lokal dengan mengangkat “Permainan Tradisionalku Hidup Kembali”.
Harapan semoga dapat memberikan warisan baik atau nilai-nilai luhur yang sudah berakar dari hasil kearifan lokal. Pemahaman dan
penghormatan terhadap kearifan lokal sangat penting untuk memelihara keberagaman budaya dan menjaga keseimbangan ekologi.
Penulis,
Lega Rubi Cahya, S,Sn
4. RELEVANSI BAGI PENDIDIK DAN SEKOLAH
Sebagai tempat penyemai karakter bangsa, sekolah memiliki tanggung jawab untuk
menyelenggarakan pendidikan yang bisa menumbuhkan karakter-karakter baik dalam
diri peserta didik. Sekolah bisa melakukannya antara lain dengan cara mengajak
peserta didik mengidentifikasi tradisi-tradisi luhur atau kearifan-kearifan lokal
masyarakat yang mulai terlupakan. Tradisi-tradisi baik bangsa umumnya bertujuan
untuk memelihara kehidupan bersama, merekatkan silaturahmi, dan mengajak
manusia untuk memelihara alam. Dengan mengajak peserta didik menyelami nilai-
nilai luhur tersebut, sekolah sudah menjalankan salah satu fungsinya sebagai tempat
pembentukan karakter Pancasila.
5. PROFIL MODUL
Tema : Kaerifan Lokal
Judul : Permainan Tradisionalku Hidup Kembali
Penyusun : Lega Rubi Cahya, S.Sn
Fase : D / SMP
Durasi : 120 JP
Tujuan Projek :
Meningkatkan pemahaman serta apresiasi siswa terhadap kearifan lokal
dan keragaman budaya.
Menanamkan sikap gotong royong antar siswa dalam bentuk kerjasama dan
kolaborasi
Mengembangakan potensi kreativitas siswa dan mendorong penerapan ide-
idebaru.
6. DIMENSI PROJEK PROFIL
Dimensi Elemen Subelemen Fase D
Berkebinekaan Global Mengenal dan menghargai budaya
Menumbuhkan rasa menghargai dan
menghormati terhadap
keanekaragaman budaya dan
identitas
Bernalar Kritis
Memperoleh dan memproses
Informasi dan gagasan
Mengajukan pertanyaan
Gotong Royong Kolaborasi Kerjasama
Kreatif
Menghasilkan karya dan tindakan
orisinal
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan pikiran dan/
perasaannya dalam bentuk karya,
dan/ tindakan serta mengevaluasinya
dan mempertimbangkan dampaknya
bagi orang lain
7. PERKEMBANGAN SUBELEMEN ANTARFASE
BERKEBINEKAAN GLOBAL
Subelemen
Mulai
Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai Harapan
Sangat
Berkembang
Menumbuhkan
rasa menghargai
dan
menghormati
terhadap
keanekaragaman
budaya dan
identitas
Memahami
bahwa
kemajemukan
dapat
memberikan
kesempatan
untuk
memperoleh
pengalaman
dan
pemahaman
yang baru
Mengidentifikasi
peluang dan
tantangan yang
muncul dari
keragaman
budaya di
Indonesia.
Memahami
pentingnya
melestarikan dan
merayakan tradisi
budaya untuk
mengembangkan
identitas pribadi,
sosial, dan bangsa
Indonesia serta
mulai berupaya
melestarikan budaya
dalam kehidupan
sehari-hari
Mempromosikan
pertukaran budaya
dankolaborasi dalam
dunia yang saling
terhubung serta
menunjukkannya
dalam perilaku
8. PERKEMBANGAN SUBELEMEN ANTARFASE
BERNALAR KRITIS
Subelemen
Mulai
Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai
Harapan
Sangat
Berkembang
Mengajukan
pertanyaan
Mengajukan
pertanyaan untuk
mengidentifikasi
suatu
permasalahan dan
mengkonfirmasi
pemahaman
terhadap suatu
permasalahan
mengenai dirinya
danlingkungan
sekitarnya.
Mengajukan
pertanyaan
untuk
membandingkan
berbagai
informasi dan
untuk
menambah
pengetahuannya
.
Mengajukan
pertanyaan
untuk klarifikasi
dan interpretasi
informasi, serta
mencari tahu
penyebab dan
konsekuensi dari
informasi
tersebut
Mengajukan
pertanyaan
untuk
menganalisis
secara kritis
permasalahan
yang kompleks
dan abstrak
9. PERKEMBANGAN SUBELEMEN ANTARFASE
GOTONG ROYONG
Subelemen
Mulai
Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai
Harapan
Sangat
Berkembang
Bekerja Sama Bekerja sama
menerima dan
melaksanakan
tugas serta peran
yang diberikan
kelompok dalam
sebuah kegiatan
bersama.
Menampilkan
tindakan kerja
sama yang
sesuai dengan
harapan dan
tujuan
kelompok..
Menunjukkan
ekspektasi
(harapan) positif
kepada orang
lain dalam rangka
bekerja sama
mencapai tujuan
kelompok di
lingkungan
sekitar (sekolah
dan rumah).
Menyelaraskan
tindakannya
sesuai dengan
perannya dan
mempertimbang
kan peran orang
lain untuk dapat
bekerja sama
mencapai tujuan
bersama.
10. PERKEMBANGAN SUBELEMEN ANTARFASE
KREATIF
Subelemen
Mulai
Berkembang
Sedang
Berkembang
Berkembang
Sesuai
Harapan
Sangat
Berkembang
Menghasilkan
karya dan
tindakan yang
orisinal
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan
pikiran dan/atau
perasaannya sesuai
dengan minat dan
kesukaannya dalam
bentuk karya
dan/atau tindakan
serta mengapresiasi
karya dan tindakan
yang dihasilkan
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan
pikiran dan/atau
perasaannya sesuai
dengan minat dan
kesukaannya dalam
bentuk karya
dan/atau tindakan
serta mengapresiasi
dan mengkritisi karya
dan tindakan yang
dihasilkan
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan
pikiran dan/atau
perasaannya dalam
bentuk karya
dan/atau tindakan,
serta
mengevaluasinya
dan
mempertimbangkan
dampaknya bagi
orang lain
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan
pikiran dan/atau
perasaannya dalam
bentuk karya
dan/atautindakan,
serta
mengevaluasinya
dan
mempertimbangkan
dampak dan
resikonya bagi diri
dan lingkungannya
11. TAHAPAN DALAM PROJEK
Tahapan 1. (Pengenalan: Mengenali dan membangun kesadaran peserta didik terhadap
kearifan lokal)
1.1. Mengenali apa itu kearifan lokal dan ciri-cirinya
1.2. Macam-macam produk kearifan lokal yang ada di lingkungan rumah dan sekolah
1.3. Manfaat dan fungsi dari kearifan lokal
Tahapan 2. (Kontekstualisasi: Mengkontekstualisasi penerapan kearifan lokal “bahasa,
kebudayaan, dan kesenian” di lingkungan rumah maupun sekolah dalam
kehidupan sehari-hari)
2.1. Membuat ulasan mengenai kearifan lokal yang ada di lingkungan rumah dan sekolah
2.2. Eksplorasi isu, diskusi dan membuat karya dalam bentuk Pop Up Book, klipping,
poster dengan tema kearifan lokal yang ada dilingkungan rumah dan sekolah
2.3. Membuat video kreatif dalam bentuk drama tentang tema kearifan lokal yang ada di
lingkungan rumah dan sekolah
2.4. Presentasi hasil video dan Refleksi hasil diskusi antar kelompok di masing-masing kela
12. Tahapan 3. (Kontekstualisasi: Mengkontekstualisasi penerapan kearifan lokal “Permainan
Tradisional”)
3.1. Membuat ulasan mengenai permainan tradisional yang ada di lingkungan
rumah dan sekolah
3.2. Eksplorasi isu, eksistensi permainan tradisional di era generasi Z dengan
membentuk kelompok
3.3. Refleksi hasil diskusi antar kelompok di masing-masing kelas
Tahapan 4. (Aksi: Bersama-sama berkarya membuat alat permainan tradisional)
4.1. Diskusi menentukan jenis permainan tradisional yang menggunakan alat bantu
4.2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat alat
permainan tradisional
4.3. Mengkreasikan dan memodifikasi alat permainan tradisional dengan berbagai bahan
dan media
4.4. Menghadirkan narasumber pengrajin kepang dan perlengkapan jaranan mainan
anak-anak
13. Tahapan 5. (Gelar Karya dan Refleksi)
5.1. Presentasi dan mengaplikasikan alat permainan tradisional
5.2. Bermain bersama dengan permainan tradisional
5.3. Refleksi yaitu berbagi pengalaman, pemikiran, perasaan tentang proses dan hasil
karya