Resveratrol berpotensi memperbaiki disregulasi diabetes pada tikus Goto-Kakizaki dengan diabetes tipe 2. Resveratrol meningkatkan ekspresi reseptor insulin dan protein transpor glukosa serta menormalisasi kadar hormon terkait pada jaringan otot dan adiposa tikus. Temuan ini menunjukkan resveratrol dapat memperbaiki gangguan sinyal insulin dan metabolisme glukosa pada model hewan diabetes.
2. Abstrak
Resveratrol adalah senyawa aktif difenolik yang secara biologis memiliki sifat anti-diabetes. Pada
penelitian ini diuji efek resveratrol pada beberapa parameter yang terkait insulin signaling, dan
disregulasi diabetes pada tikus Goto-Kakizaki (GK) dengan diabetes tipe 2 kongenital. Resveratrol
diberikan dengan dosis 20 mg/kgbb selama 10 minggu.
Itu diharapan menunjukkan bahwa ekspresi dan tingkat fosforilasi reseptor insulin pada otot rangka
GK tikus mengalami penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hewan kontrol. Namun,
perubahan ini akan benar-benar dicegah oleh resveratrol. Ekspresi hati dari reseptor insulin juga
berkurang, tetapi dalam hal ini, resveratrol tidak efektif.
Resveratrol terbukti signifikan mempengaruhi parameter pengikatan pada otot rangka dan hati.
Juga, ditunjukkan bahwa tingkat ekspresi protein yang terkait dengan intraseluler intraseluler
(GLUT4 dan TUG) pada jaringan adiposa tikus GK menurun secara signifikan. Namun, pengobatan
dengan resveratrol sepenuhnya menghapuskan perubahan ini. Resveratrol ditemukan untuk
menginduksi normalisasi ekspresi TUG di otot rangka. Kadar insulin dan GIP dalam darah
meningkat, sedangkan proinsulin dan GLP-1 berkurang pada tikus GK. Namun, konsentrasi hormon-
hormon ini tidak terpengaruh oleh resveratrol. Hasil ini menunjukkan bahwa resveratrol sebagian
memperbaiki disregulasi terkait diabetes pada tikus GK serta temuan yang paling relevan mencakup
normalisasi ekspresi reseptor insulin pada otot rangka dan juga GLUT4 dan TUG dijaringan adiposa.
Kata kunci: resveratrol; diabetes tipe 2; insulin; reseptor insulin
3. Pendahuluan
Resveratrol (3,5,3′-trihydroxystilbene) adalah senyawa bioaktif alami, ditemukan dalam
jumlah besar terutama pada anggur merah. Efek positif senyawa ini bermanfaat pada
kondisi patologis, termasuk diabetes.
Hasil penelitian pada hewan dan uji klinis menunjukkan bahwa
resveratrol memiliki potensi besar untuk meringankan disregulasi yang
terjadi pada diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 2 terkait dengan inflamasi dan stress oksidatif.
Resveratrol diketahui melakukan tindakan pleiotropik, dan anti-
diabetes yang potensinya sangat kompleks.
Hasil dari berbagai penelitian membuktikan bahwa pada hewan
dengan diabetes tipe 2 yang diinduksi secara eksperimental dengan
pengobatan resveratrol berhubungan dengan penurunan kadar
glukosa darah. .
4. Kontrol glikemik yang baik terkait dengan pengurangan resistensi insulin dan peningkatan
penyerapan glukosa yang dihasilkan oleh kerangka otot.
Resveratrol juga terbukti memperbaiki struktur dan fungsi endokrin sel β pankreas. Efek anti-
diabetes dari resveratrol sebagian disebabkan oleh sifat anti-oksidaan dan anti-inflamasi
Hasil penelitian dan uji klinis menunjukkan terapi resveratrol mengurangi kadar glukosa darah dan
meningkatkan kerja insulin, mengurangi inflamasi dan stress oksidatif pada pasienn diabetes tipe 2
juga mengurangi komplikasi diabetes, seperti ukuran ulkus diabetik.
Adapun hasil mengenai aksi resveratrol pada manusia dengan diabetes tipe 2 bervariasi; beberapa
penelitian menunjukkan bahwa resveratrol efektif, namun, yang lain menunjukkan kurangnya
efektif. Ini mungkin sebagian terkait dengan dosis resveratrol yang berbeda digunakan dalam
penelitian.
Berdasarkan data menunjukan bahwa resveratrol memiliki potensi untuk meringankan gejala
diabetes pada manusia, namun, uji klinis lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan perbedaan
yang ada.
Pendahuluan (2)
5. Pendahuluan (3)
Penelitian terbaru memberikan bukti bahwa resveratrol mengurangi gejala diabetes pada tikus GK dengan
model diabetes tipe 2. Akan tetapi, tikus GK non-obesitas menunjukkan hiperglikemia ringan, resistensi insulin
substansial, hiperinsulinemia, dan kegagalan progresif sel β pancreas
Efek positif pengobatan resveratrol pada sebagian besar GK tikus disebabkan pengaruhnya pada otot rangka.
Pada otot rangka tikus GK, akumulasi lipid adalah terbukti meningkat secara substansial. Selain itu,
peningkatan akumulasi lipid terbukti disertai oleh ekspresi berlebihan dan fosforilasi asetil-KoA karboksilase
(ACC) dan protein kinase B (Akt).
Perubahan metabolisme pada tikus GK disertai dengan banyak gejala peradangan dan stres
oksidatif. Namun, gangguan ini juga diringankan oleh resveratrol. Hasil ini dengan jelas
menunjukkan bahwa resveratrol secara efektif mengurangi banyak gangguan terkait diabetes
yang sangat penting pada tikus GK.
Namun, beberapa aspek yang membahas aksinya dalam model hewan ini tidak dapat
dijelaskan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lebih baik sifat anti-diabetes resveratrol
pada tikus GK karena kami terutama berfokus pada parameter yang terkait dengan sinyal
insulin, kadar beberapa hormon, dan ekspresi protein yang terlibat dalam transpor glukosa
intraseluler.
7. Discussion (1)
1. Meningkatkan insulin darah pada tikus GK
Kinerja resveratrol dengan menghambat IDE
Hiperglikemia puasa merupakan ciri resistensi insulin, penurunan kadar glukosa darah
yang ditimbulkan oleh resveratrol menunjukkan peningkatan toleransi glukosa pada
tikus diabetes.
2. Meningkatkan struktur dan fungsi pankreas
Tikus GK mengalami kegagalan progresif sel β pankreas, dan kadar insulin darah
menurun mencapai nilai di bawah fisiologis. Sehingga peningkatan insulinemia yang
ditunjukkan pada tikus puasa yang diobati dengan resveratrol menegaskan efek
perlindungannya pada sel β.
Efek anti-oksidan dan anti-inflamasi resveratrol pada tikus GK menyebabkan kadar GIP
dalam darah berkurang sedangkan GLP-1 meningkat jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Sedangkan konsentrasi hormon inkretin tidak dipengaruhi oleh
resveratrol. Ini menunjukkan bahwa efek resveratrol yang menguntungkan pada struktur
pankreas pada tikus GK terlepas dari GIP dan GLP-1.
8. Discussion (2)
3. Tingkat fosforilasi reseptor insulin pada otot rangka tikus GK berkurang,
sementara resveratrol menyebabkan normalisasi. Efek positif ini karena
penghambatan oleh resveratrol protein-tirosin fosfatase.
4. Resveratrol meningkatkan afinitas reseptor insulin dan secara bersamaan
meningkatkan jumlahnya.
5. Ekspresi protein penting lainnya yang secara tidak langsung terlibat dalam
transpor glukosa ke dalam sel otot, yaitu TUG, secara nyata menurun pada
tikus GK. Terapi resveratrol dikaitkan dengan normalisasi ekspresi TUG pada
otot rangka tikus GK.
6. Terapi resveratrol secara signifikan mengurangi ekspresi GLUT4 dalam
jaringan adiposa pada tikus GK.
9. Discussion (2)
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu hanya dapat memaparkan
ekspresi reseptor insulin hati tanpa tingkat fosforilasinya. Selain itu, dalam
eksperimen tentang pengikatan insulin, jaringan harus dikumpulkan untuk
mendapatkan hasil yang terukur. Dan pada penelitian ini tidak mengamati adanya
perbedaan kadar glukagon darah pada tikus diabetes dan tikus kontrol, yang
sejalan dengan hasil yang menunjukkan bahwa sel α pankreas pada tikus GK jauh
lebih sedikit terpengaruh.
Sedangkan kelebihan dari penelitian ini, penelitian ini dilakukan pada tikus GK
dimana aksi resveratrol masih kurang dieksplorasi, dan hasil yang diperoleh masih
baru.
10. Conclusions
Tikus GK memiliki resistensi insulin dengan hiperinsulinemia bersamaan.
Terkait dengan disregulasi substansial dari pensinyalan insulin dan gangguan yang
mencakup banyak parameter terkait diabetes. Temuan yang paling relevan adalah
normalisasi tingkat ekspresi reseptor insulin di otot rangka dan juga protein yang
terkait dengan transpor glukosa intraseluler (GLUT4 dan TUG) di jaringan adiposa.
Parameter tentang pengikatan insulin juga dipengaruhi oleh resveratrol. Perubahan
ini mungkin seharusnya memiliki efek positif pada metabolisme.