SAP (satuan acara penyeluhan)
GDM(Gestasional Diabetes Melitus) adalah intoleransi karbohidrat ringan(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (Diabetes Melitus),
SAP (satuan acara penyeluhan)
GDM(Gestasional Diabetes Melitus) adalah intoleransi karbohidrat ringan(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (Diabetes Melitus),
Language meets Knowledge in Digital Content ManagementTatjana Gornostaja
It is not about string OR thing, language OR knowledge, linguistics OR semantics - it is about string AND thing, language AND knowledge, linguistics AND semantics! (At SEMANTiCS 2014 www.semantics.cc)
Ppt formulasi mikroemulsi minyak ikan patin - tekfarAnna Lisstya
FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK IKAN PATIN (Pangasius djambal) DENGAN
VARIASI POLYSORBATE 80 SEBAGAI SURFAKTAN
(The Formula of Catfish Oil Microemulsion (Pangasius djambal) With Variation of
Polysorbate 80 as Surfactan)
jurnal oleh Husnul Warnida, Sapri, Yullia Sukawaty, Pranata Atma Dharma
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Selengkapnya bisa baca online atau download filenya di link berikut: http://gudangbuku.menantisenja.com/2016/12/laporan-pendahuluan-diabetes-melitus.html
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
5. Insulin
~ Insulin meningkatkan transportasi glukosa didalam
darah untuk digunakan sel target.
~ Bila ada kelebihan energi glukosa didalam darah
tersebut akan di simpan didalam hati dan otot dalam
bentuk glikogen yang akan selanjutnya akan diubah
menjadi energi bila dibutuhkan
~ Insulin juga meningkatkan penyimpanan serta sintesi
protein dan lemak
6.
7. Pada dasarnya bila tidak ada glukosa di dalam
tubuh kebanyakan jaringan masih bisa menggunakan
lemak dan protein menjadi energi.
Namun Glukosa adalah satu- satunya bahan
makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina,
epitel germinal gonad
8. DM Tipe 1
DM Tipe 2
DM Tipe Lain
DM Gestasional
9. => Terjadi akibat kurangnya insulin yang
diproduksi oleh sel Beta Pankreas
=> Diakibatkan oleh:
1. Infeksi Virus
2. Kelainan Autoimun
3. Herediter menyebabkan degenaratif sel
beta, bahkan tanpa adanya virus atau
penyakit autoimun.
10. Penderita DM tipe 2:
Glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel karena sel
resisten terhadap insulin.
Pada Orang normal:
Glukosa dapat masuk
ke dalam sel dengan
mudah.
11.
12. => Karena terjadi peningkatan sekresi
beberapa hormone yang mempunyai efek
metabolic terhadap toleransi glukosa,
{maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik. }
=> Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus
gestasional yaitu:
usia tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.
13. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan :
Riwayat diabetes dalam keluarga
Umur
Jenis kelamin
Faktor risiko yang dapat dikendalikan:
Kegemukan
Tekanan darah tinggi
Kadar kolesterol
Toleransi glukosa terganggu
Kurang gerak
14. 1) DM Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa
yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
15. 2). DM Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin
menurunkan kadar gula darah menjadi tumpul. Akibatnya
pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk
mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan
individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa,
tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes
mellitus.
Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin
bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus
menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup
untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa
hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak
berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan
setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas
akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin
bertambah berat.
16. 3) DM Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita
diabetes sebelum kehamilannya.Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormone-hormon plasenta. Sesudah
melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada
wanita yang menderita diabetes gestasional
akan kembali normal.
17. => POLI URIN
Peningkatan Glukosa menyebabkan terjadinya
diuresis Osmotik, Glukosa yang tinggi pada sistem
filtrasi sehingga mengurangi reabsobsi cairan
tubulus. Efek keseluruhannya adalah kehilangan
cairan yang sangat besar dalam urin
=> POLI FAGIA
Penggunaan glukosa yag tidak efektif didalam sel,
sehingga sel kekurangan makanan, sinyal lapar
dikirimkan ke pusat lapar dan meningkatkan intake
asupan makanan.
18. => POLI DIPSI
Akibat diuresis osmotik dalam sistem
perkemihan, sel mengalami dehidarasi dan
memberikan sinyal haus, ini menyebabkan
asupan cairan meningkat.
Gejala lain yg sering timbul :
Pandangan kabur, sering berganti ukuran
kacamata
Kesemutan
Luka yang lama sembuh
Penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
19. Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan
apabila ada keluhan khas DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain
yang mungkin disampaikan penderita antara lain
badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus
vulvae pada wanita.
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat
digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
20. Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah abnormal tinggi (hiperglikemia) satu
kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.
Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan
mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah
sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dL) pada hari lain,
kadar glukosa darah puasa yang abnormal tinggi (>126
mg/dL), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan
kadar glukosa darah paska pembebanan >200 mg/dL.
21. Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara
spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran
normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya
komplikasi diabetes.
The American Diabetes Association (ADA)
merekomendasikan beberapa parameter yang dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan
diabetes.
23. Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam
penatalaksanaan diabetes :
1. pendekatan tanpa obat (Terapi tanpa obat)
2. pendekatan dengan obat (Terapi obat).
Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa
pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah
pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat
dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi
insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi
keduanya.
Bersamaan dengan itu, apa pun langkah penatalaksanaan
yang diambil, satu faktor yang tak boleh ditinggalkan
adalah penyuluhan atau konseling pada penderita diabetes
oleh para praktisi kesehatan, baik dokter, apoteker, ahli gizi
maupun tenaga medis lainnya.
24. 1. Terapi tanpa obat
A. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein
dan lemak.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat
mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respons sel-sel β terhadap
stimulus glukosa
25. B. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan
dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat
CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance Training).
dengan Olah raga akan memperbanyak jumlah
dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin
dalam tubuh dan juga meningkatkan
penggunaan glukosa.
26. 2. Terapi Obat
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat
(pengaturan diet dan olah raga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita,
maka perlu dilakukan langkah berikutnya
berupa penatalaksanaan terapi obat, baik
dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral,
terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
27. A. Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi
penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel β
Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak,
sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin.
Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I
harus mendapat insulin eksogen untuk membantu
agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya
dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar
penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi
insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan
terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.
28. =>> Mekanisme Kerja Insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting
dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin
yang disekresikan oleh sel-sel β pankreas akan
langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena
porta, yang kemudian akan didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal
adalah membantu transpor glukosa dari darah ke
dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan
glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk
ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan
meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh
kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak
dapat memproduksi energi sebagaimana
seharusnya.
29. =>> PRINSIP TERAPI INSULIN
1. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin endogen oleh sel-sel β kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak
ada.
2. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin
apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah
3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke
4. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin,
apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
5. Ketoasidosis diabetik
6. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia
hiperosmolar non-ketotik.
7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO
30.
31. B. Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan
untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II.
Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat
sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes.
Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral
dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis
obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan
dan penentuan rejimen hipoglikemik yang
digunakan harus mempertimbangkan tingkat
keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta
kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk
penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.
32.
33. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan
Obat Hipoglikemik Oral :
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah
yang kemudian dinaikkan secara bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama
kerja dan efek samping obat-obat tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan
kemungkinan adanya interaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat
hipoglikemik oral, usahakanlah menggunakan obat
oral golongan lain, bila gagal lagi, baru
pertimbangkan untuk beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada
penderita lanjut usia, oleh sebab itu sebaiknya obat
hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak
diberikan pada penderita lanjut usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.
34. C. Terapi Kombinasi
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi
kombinasi dari beberapa OHO atau OHO dengan
insulin. Kombinasi yang umum adalah antara
golongan sulfonilurea dengan biguanida.
Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang
sekresi pankreas yang memberikan kesempatan
untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua
golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek
terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga
kombinasi keduanya mempunyai efek saling
menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa
kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada
banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak
bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.