SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG DESA NOMOR 6 TAHUN 2014 DALAM
MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penyusunan karya tulis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban membuat karya tulis untuk proses
wawancara yang akan dilaksanakan oleh peserta Ujian Kenaikan Pangkat Tk. IV
dengan mengambil tema “Implementasi Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014
Dalam Mendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa”.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak
mudah bagi saya untuk menyelesaikan hasil karya tulis. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangat serta membantu saya dalam
pelaksanaan proses penyusunan karya tulis ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
dalam proses wawancara Ujian Kenaikan Pangkat Tk. IV serta menjadi informasi yang
berguna bagi pembaca.
Jakarta, 1 Juni 2015
Yohannes
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................5
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................7
C. Metode Penulisan......................................................................................................7
D. Sistimatika Penulisan................................................................................................7
BAB II.................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................9
A. Kebijakan Publik.......................................................................................................9
B. Implementasi kebijakan...........................................................................................10
E. Model Implementasi Kebijakan................................................................................13
BAB III..............................................................................................................................18
PEMBAHASAN/ANALISIS...............................................................................................18
A. Komunikasi..............................................................................................................18
i. Transmisi (transmission) .......................................................................................18
ii. Kejelasan (clarity).................................................................................................19
iii. Konsistensi (consistency) ....................................................................................19
B. Sumber daya............................................................................................................19
1. Sumber daya........................................................................................................19
ii. Sumber daya anggaran........................................................................................20
iii. Sumber daya peralatan........................................................................................21
iv. Sumber daya kewenangan..................................................................................22
C. Disposisi..................................................................................................................23
1. Pengangkatan birokrasi........................................................................................23
ii. Insentif...................................................................................................................24
D. Struktur birokrasi......................................................................................................24
1. SOP......................................................................................................................24
ii. Fragmentasi..........................................................................................................24
BAB IV..............................................................................................................................26
PENUTUP........................................................................................................................26
A. Kesimpulan..............................................................................................................26
B. Saran.......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada Era Globalisasi muncul berbagai macam perkembangan dalam berbagai
bidang, beberapa hal diantaranya adalah perkembangan sosial, budaya, pangsa pasar,
teknologi, dan sebagainya. Munculnya berbagai ragam perkembangan tersebut
berimbas pada pertumbuhan dan kemajuan antara masyarakat di daerah pedesaan dan
perkotaan yang menciptakan kesenjangan. Kondisi tersebut diperburuk dengan krisis
ekonomi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat desa baik ekonomi, sosial
maupun budaya. Hal tersebut tercermin dari banyaknya jumlah masyarakat yang
tergolong miskin.
Gambar 1 Gap Koefisien GINI antar Propinsi
(Sumber: BPS hasil olahan sendiri)
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumpulkan data seperti terlihat pada
gambar diatas, memperlihatkan bahwa kesenjangan ekonomi terjadi pada skala
nasional dan pada masing-masing propinsi terlihat dari nilai koefisiennya yang semakin
mendekati nilai 1 (satu). Hal tersebut didukung oleh hasil pengumpulan data yang
dilakukan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
terhadap kesenjangan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan dan
perkotaan.
Gambar 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Desa dan Kota
(Sumber: Bappenas)
Berdasarkan data dari TNP2K, pertumbuhan ekonomi hanya terjadi pada
pendapataan riil tenaga professional sedangkan pendapataan riil buruh tidak
mengalami perubahan yang berarti. Untuk mengurangi kesenjangan antara desa dan
kota dibutuhkan upaya yang diperuntukan bagi kelompok masyarakat mengengah
kebawah dan perlu dilakukan tidak hanya dimulai dari masyarakat itu sendiri melainkan
juga dari pihak pemerintah. Upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi khususnya dengan cara meningkatkan keterampilan,
produktivitas, mudahnya akses terhadap modal dalam mendukung kegiatan ekonomi
produktif.
Upaya penyamarataan status ekonomi sampai ke pedesaan, paradigma
pembangunan diubah menjadi pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat
Desa. Undang–undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) mengatur hal
yang dapat mendukung peningkatan perekonomian, dan keterampilan dari masyarakat
Desa untuk dapat bersaing dengan daerah perkotaan. UU Desa mengharapkan kondisi
masyarakat Desa lebih berdaya dan berpartisipasi lebih aktif dalam pembangunan.
Upaya pemberdayaan masyarakat lebih mengarah kepada langkah-langkah
yang menuju pemerataan kemakmuran. Demi tercapainya keserasian dengan
masyarakat kota perlu memprioritaskan upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Pembinaan terhadap masyarakat desa dilakukan dengan pendekatan sosial budaya
yang mempergunakan kearifan lokal masyarakat dalam berkomunikasi dan
bermusyawarah. Pengimplementasian UU Desa dibuat untuk membantu meningkatkan
kapasitas dan kualitas hidup masyarakat Desa.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa?
2. Apakah faktor keberhasilan implementasi Undang-undang dalam
mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat Desa?
C. Metode Penulisan
Pengumpulan informasi dalam Karya Tulis ini didapatkan berdasarkan hasil
1. Studi pustaka.
Metode literatur merupakan metode pengumpulan data melalui dokumen
tertulis maupun elektronik dari lembaga atau institusi.
D. Sistimatika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang informasi umum berupa latar belakang, identifikasi
masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa petikan buku yang
berupa pengertian dan definisi mengenai istilah dan informasi pembahasan
dari Implementasi Kebijakan Publik.
BAB III : PEMBAHASAN/ANALISIS
Bab ini menjelaskan mengenai pembahasan implementasi Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa yang dilihat
dari sudut pandang Implementasi Kebijakan Publik.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi Kesimpulan dan Saran berdasarkan hasil
pembahasan/analisis yang telah dijelaskan sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Publik
Studi Kebijakan Publik mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi,
politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya dengan hierarki kebijakan publik yang
bersifat nasional, regional, maupun lokal yaitu undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi,
keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota
Menurut H. Tachjan (2006 : 15) Merupakan rangkaian keputusan yang
mengandung konsekuensi moral yang di dalamnya adanya keterkaitan akan
kepentingan rakyat banyak dan keterikatan terhadap tanah air atau tempat dimana
yang bersangkutan berada.
Pressman dan Widavsky mendefinisikan Kebijakan Publik sebagai hipotesis
yang mengandung kondisi awal dan akibat yang dapat diramalkan (Purwo & Jatmiko,
2012).
Leslie A. Pal dalam widodo (2010:10) berpendapat bahwa definisi kebijakan
publik terdiri dari dua kategori yaitu definisi yang menekankan pada maksud dan tujuan
utama kebijakan dan definisi yang menekankan pada dampak dari tindakan pemerintah
(Wijaya & Putra, 2012). Sedangkan dilihat dari sisi pembuatnya, Anderson (1978 : 3)
yang dikutip oleh H.Tachjan (2006 : 16) berpendapat bahwa Kebijakan Publik adalah
kebijakan yang dikembangkan oleh Badan-badan dan Pejabat-pejabat Pemerintah.
Sebagaimana yang dikutip oleh Islamy (2009 : 19) Thomas R Dye
mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dipilihkan oleh
Pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan (Purwo & Jatmiko, 2012),
yang memiliki 3 elemen kebijakan yaitu kebijakan publik/public policy, pelaku
kebijakan/policy stakeholder, dan lingkungan kebijakan (Rosyid, 2012). Ketiga elemen
tersebut saling memiliki hubungan timbal balik antara elemen yang satu dengan elemen
yang lainnya dan diartikan oleh Subarsono bahwa kebijakan publik dibuat oleh
pemerintah bukan organisasi swasta, dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang
harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah (Wijaya & Putra, 2012).
David Easton yang dikutip Leo Agustino (2009: 19) berpendapat bahwa
kebijakan publik sebagai the autorative allocation of values for the whole society (Purwo
& Jatmiko, 2012). Definisi tersebut diartikan bahwa yang memiliki otoritas dalam sistem
politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan
keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai (Purwo & Jatmiko, 2012).
Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan
masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik (Purwo & Jatmiko, 2012).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Publik
adalah suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur proses bagi
pelaku kebijakan yang dipergunaan untuk kepentingan seluruh rakyat baik dalam
lingkup nasional maupun regional sampai lingkup regional terkecil yang bersifat
mengikat dan memaksa.
B. Implementasi kebijakan
Implementasi kebijakan dapat diartikan seperti pendapat beberapa ahli berikut
(Nawawi, 2009; Wahab, 2010) :
Van Meter dan Van Horn (1957) berpendapat bahwa implementasi kebijakan
merupakan tindakan yang dilakukan individu, pejabat, kelompok pemerintah atau
swasta yang memiliki satu kepentingan yang sama yaitu tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan kebijakan.
Mazmanian dan Paul Sebatier (1983) berpendapat bahwa implementasi
kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar dalam bentuk undang-
undang, perintah atau keputusan eksekutif.
Odoji (1981) berpendapat bahwa implementasi kebijakan adalah sesuatu yang
lebih penting dari pembuatan kebijakan dan kebijakan tersebut hanya merupakan
sebuah konsep dan angan-angan yang baik apabila tidak diimplementasikan.
Jones (1991) berpendapat bahwa implementasi kebijakan adalah kemampuan
membentuk kelanjutan hubungan antara sebab dan akibat yang saling berkaitan Antara
tujuan dan tindakan.
Pada tahun 2010 Widodo berpendapat bahwa implementasi adalah proses yang
melibatkan berbagai macam sumber seperti manusia, dana, dan kemampuan
organisasional yang dilaksanakan pihak pemerintah dan pihak swasta ataupun
dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pembuat kebijakan (Wijaya & Putra, 2012).
Pelaksanaan implementasi publik tidak dapat berjalan tanpa adanya beberapa
proses yang telah terjadi pada saat penyusunan kebijakan. Proses dalam penyusunan
kebijakan tersebut terdiri dari beberapa tahap. Menurut William dunn tahap penyusunan
kebijakan yaitu tahap penyusunan agenda, tahap formulasi kebijakan, tahap adopsi
kebijakan, tahap implementasi kebijakan, tahap evaluasi kebijakan (Purwo & Jatmiko,
2012).
Tahap penyusunan agenda adalah tahap dimana permasalahan yang akan
diatur dalam sebuah kebijakan dimunculkan dan ditetapkan menjadi fokus pembahasan
dalam kebijakan. Pada tahap ini permasalahan yang akan masuk dalam agenda
kebijakan para perumus kebijakan akan dibahas, namun juga terdapat permasalahan
yang tidak menjadi fokus pembahasan dan ditunda untuk diatur dalam sebuah
kebijakan.
Tahap formulasi kebijakan adalah tahap dimana permasalahan yang sudah
menjadi agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan. Permasalahan
tersebut akan didefinisikan dan kemudian akan dicarikan solusi terbaik dalam
pemecahan permasalahannya. Pada tahap ini perumus kebijakan berlomba-lomba
untuk menghasilkan pemecahan permasalahan yang terbaik untuk diimplementasikan
kedalam peraturan.
Tahap adopsi kebijakan adalah tahap dimana hasil pemecahan permasalahan
tersebut disuarakan kepada penentu kebijakan dengan memberikan hasl tersebut
kepada legislative untuk mendapatkan dukungan dalam persetujuan pemecahan
permasalahan.
Tahap implementasi kebijakan adalah tahap dimana persetujuan hasil peraturan
yang telah disetujui untuk dapat dilaksanakan secara administrasi dan
dipertanggungjawabkan secara finansial oleh instansi-instansi maupun agen
pemerintah ditingkat bawah.
Tahap evaluasi kebijakan adalah tahap dimana seluruh tahap-tahap dalam
penyusunan kebijakan telah dijalankan, dinilai, serta dievaluasi dilihat dari kebijakan.
Pemecahan masalah dari kebijakan yang dibuat tersebut mendapatkan hasil yang
diinginkan dari permasalahan yang dihadapi masyarakat.
James A. Anderson, dkk. Dalam Tilaar dan Nugroho (2005 : 186) juga memiliki
pandangan yang serupa mengenai proses kebijakan publik. Menurutnya tahap-
tahap/stages dalam proses kebijakan public sebagai berikut:
Gambar 3 Proses Kebijakan Publik Menurut Anderson, dkk
(Sumber: James A. Anderson, dkk. dalam Rosyid (2012))
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Tahap 1 : permasalahan dari berbagai permasalahan yang ada mendapatkan
perhatian khusus dari pejabat publik.
Tahap 2 : pengembangan program usulan yang bersangkutan dan dapat diterima
tindakan untuk menangani masalah.
Tahap 3 : pengembangan dalam mendukung usulan kebijakan sehingga kebijakan
tersebut dapat menjadi sah dan resmi.
Tahap 4 : implementasi dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan.
Tahap 5 : upaya dari pemerintah untuk menentukan bagaimana kebijakan tersebut
memiliki dampak bagi permasalahan yang diatur didalamnya.
Policy
agenda
tahap 1
Policy
formulati
on
tahap 2
Policy
adoption
tahap 3
Policy
impleme
ntation
tahap 4
Policy
evaluatio
n
tahap 5
E. Model Implementasi Kebijakan
Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan tidak selalu berjalan sesuai dengan
rencana, hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi
keberhasilan implementasi suati kebijakan. Faktor-faktor tersebut menurut para ahli
dapat dijelaskan dengan beberapa model dalam mengimplementasikan kebijakan.
Menurut George Edward III dalam Widodo (2010:96) terdapat 4 faktor yang
berperan dalam keberhasilan dan kegagalan implementasi suati kebijakan yaitu
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi (Wijaya & Putra, 2012).
Gambar 4 Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi menurut Edward III
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian berbagai informasi yang
disampaikan kepada pelaku kebijakan sehingga dapat mengetahui dan melakukan
berbagai langkah persiapan untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan baik dan
mencapat tujuan serta sasaran kebijakan yang diharapkan. Menurut Edward III,
komunikasi kebijakan memiliki beberapa dimensi yaitu transmisi (transmission),
kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency).
Transmisi (transmission) mengharapkan agar kebijakan disampaikan kepada
pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran atau pihak lain yang berkepentingan
secara langsung dan tidak langsung dalam pelaksanaan kebijakan. Kejelasan (clarity)
mengharapkan kebijakan yang diinformasikan tersebut telah jelas diterima pihak
pelaksana kebijakan serta kelompok lainnya dan setiap pihak yang berperan
mengetahui secara jelas tindakan yang perlu diambil. Konsistensi (consistency)
mengharapkan agar kebijakan yang diambil tidak berubah-ubah dan tidak simpang siur
dan membingungkan pelaksana kebijakan dan pihak yang berperan dalam pelaksanaan
kebijakan.
Sumber daya diartikan sebagai ketersediaan atas sumber daya manusia,
anggaran, dan peralatan serta kewenangan dalam kelancaran pelaksanaan kebijakan.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pengimplementasian kebijakan karena pentingnya dan jelasnya sebuah kebijakan tanpa
pelaksanaan yang baik tidak akan terimplementasi dengan baik. Sumber daya
anggaran merupakan salah satu sumber daya yang memperlancar setiap tindakan
implementasi kebijakan karena dengan sumber anggaran yang terbatasi berpengaruh
dalam pelaksanaan implementasi kebijakan.Sumber daya peralatan merupakan sarana
yang dipergunakan dalam kegiatan operasional pengimplementasian kebijakan seperti
gedung, tanah, dan berbagai sarana yang dapat mempermudah pengimplementasian
dan memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan. Sumber daya kewenangan
merupakan hak yang dimiliki oleh suatu lembaga tertentu dalam melaksanakan
kebijakan. Kewenangan menjadi sangat penting ketika dihadapkan pada permasalahan
yang harus diselesaikan hanya dengan membuat suatu keputusan.
Disposisi diartikan sebagai kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku
kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh dengan tujuan dari
kebijakan tersebut dapat diwujudkan bersama-sama. Dalam pelaksanaan disposisi,
terdapat hal yang memicu perwujudan implemenasi kebijakan yaitu pengangkatan
birokrasi dan insentif. Pengangkatan birokrasi merupakan pengangkatan dan pemilihan
personel pelaksana kebijakan yang memiliki dedikasi terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan dan kepentingan masyarakat. Insentif merupakan faktor pendorong yang
membuat pelaksana menjalankan perintah dengan baik sehingga permasalahan sikap
para pelaksana kebijakan dapat diminimalisir dengan tidak hanya melaksanakan
perintah untuk kepentingan masyarakat melainkan juga mendapatkan hal yang setimpal
dengan pelaksanaan yang dilakukan.
Struktur birokrasi diartikan sebagai aspek-aspek yang mencakup struktur
birokrasi, pembagian wewenang, hubungan antar unit organisasi yang terbagi menjadi
2 karakteristik utama birokrasi yaitu Standard Operational Procedure (SOP) dan
fragmentasi. SOP merupakan perkembangan dari pelaksana kebijakan secara internal
akan kepastian waktu, sumber daya, serta keseragaman dalam organisasi kerja yang
kompleks dan luas. SOP juga dapat menjadi kendala dalam pengimpmlementasian
kebijakan baru yang memerlukan cara kerja baru dan personil yang baru. Fragmentasi
merupakan penyebaran tanggung jawab kebijakan yang diserahkan kepada beberapa
badan/lembaga sehingga membutuhkan koordinasi.
Selain itu terdapat beberapa model implementasi kebijakan lainnya yang
mempengaruhi dan dirincinkan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh oleh
beberapa ahli seperti tabel dibawah ini (Nawawi, 2009):
Tabel 1 Model dan Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
No Model Variabel Keterangan
1 Van Meter dan
Van Horn
(1975)
1. Ukuran dan Tujuan Tujuan kebijakan harus dipahami mulai dari atas
sampai bawah dan harus ada ukurannya
2. Sumber daya Implementasi kebijakan membutuhkan dukungan
berbagai sumber daya
3. Komunikasi Implementasi kebijakan memerlukan dukungan
dan koordinasi dengan banyak pihak
4. Karakteristik agen
birokrasi
Mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan
pola hubungan dalam satu organisasi
5. Lingkungan ekonomi,
sosial, dan politik
Kondisi perekonomian masyarakat, sosial dan
politik yang terjadi berpengaruh pada
implementasi kebijakan
6. Disposisi a. respon implementasi terhadap kebijakan
b. pemahaman implementor terhadap isi dan
tujuan kebijakan
c. intensitas preferensi nilai yang dimiliki
No Model Variabel Keterangan
implementor
2 Grindle (1980) 1. Isi kebijakan a. Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran
terakomodasi
b. Jenis manfaat yang diinginkan oleh kebijakan
c. Perubahan yang diinginkan
d. Kedudukan pembuat kebijakan
e. Siapa pembuat kebijakan
f. Sumber daya
2. Konteks implementasi a. Seberapa besar kekuasaan dan strategi
implementor
b. Karakteristik rezim yang berkuasa
c. Tingkat kepatuhan kelompok sasaran
3 Mazmanian &
Sabatier
1. Karakteristik dari
masalah
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah
b. Tingkat kemajemukan kelompok sasaran
c. Cakupan perubahan yang diharapkan
d. Proporsi kelompok sasaran terhadap total
populasi
e. Kejelasan dan konsistensi aturan
f. Tingkat komitmen
2. Karakteristik dari
kebijakan
a. Kejelasan isi kebijakan
b. Dukungan teoritis terhadap kebijakan
c. Besarnya alokasi sumber daya finansial
d. Kejelasan dan konsistensi aturan badan
pelaksana
e. Akses kelompok luar untuk berpartisipasi
3. Kondisi lingkungan a. Kondisi sosial ekonomi
b. Dukungan publik terhadap kebijakan
c. Sikap kelompok pemilih
d. Komitmen dan keterampilan implementor
4 Hoogwood dan
Gunn (1978)
1. Jaminan Kondisi eksternal tidak menimbulkan masalah
baru
2. Dukungan sumber daya Sumber daya manusia, materal dan metode
3. Pengadaan sumber
daya
Ada kesiapan semua sumber
4. Hubungan kasual Ada hubungan sebab akibat
5. Seberapa banyak
hubungan konsalitas
Apakah jumlahnya memadai
6. Kecil ketergantungan Bila tinggi tidak akan efektif
7. Pemaaman yang
mendalam dan
Ada peran antar lembaga
No Model Variabel Keterangan
kesepakatan
8. Masalah diurutkan Dirinci masalahnya mana yang awal dan akhir
Berdasarkan beberapa model diatas Rosyid membaginya kedalam beberapa
faktor tersebut menjadi kategori yang serupa seperti gambar berikut (Rosyid, 2012):
Gambar 5 Kategori Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS
A. Komunikasi
UU Desa telah menetapkan pelaporan antara Kepala Desa Kepada
Bupati/Walikota dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk rutin dilaksanakan
setiap tahunnya seperti penyampaian laporan setiap akhir tahun anggaran, laporan
penyelenggaraan pada akhir masa jabatan, laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan kepada BPD setiap akhir tahun anggaran, serta menyediakan dan
menyebarkan informasi tertulis mengenai penyelenggaraan pemerintahan kepada
masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran (UU6/2014 Pasal 27).
Kepala Desa wajib memberikan informasi kepada masyarakat Desa (UU6/2014
Pasal 26:4p). Informasi mengenai Pemerintahan Desa juga dapat diminta dan
didapatkan oleh masyarakat Desa, serta dapat mengawasi semua kegiatan yang
dilaksanakan Pemerintah Desa (Pemdes) salah satunya yaitu Pemberdayaan
Masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 68:1a). Komunikasi antara Kepala Desa tidak
hanya dilakukan secara 1 arah, masyarakat Desa juga dapat memberikan aspirasi,
saran dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab mengenai kegiatan-
kegiatan di Desa yaitu Pemberdayaan Masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 68:1c).
Selain hal tersebut dalam UU Desa juga mengatur mengenai Musyawarah Desa
berperan sebagai forum yang diikuti oleh BPD, Pemdes, dan Unsur Masyarakat Desa
untuk memusyawarahkan hal-hal dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang
dilaksanakan paling kurang 1 pertemuan dalam 1 tahun (UU6/2014 Pasal 54).
i. Transmisi (transmission)
Kepala Desa berkewajiban untuk memberikan laporan kepada Bupati/Walikota
serta BPD secara berkelanjutan setiap tahunnya sebagai sarana untuk memberikan
penjelasan dan perkembangan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa dari
hasil laporan tertulis Kepala Desa. Selain kepada lembaga-lembaga terkait, Informasi
mengenai kebijakan ataupun kegiatan yang dilakukan oleh Pemdes diinformasikan
kepada masyarakat dengan melakukan komunikasi 2 arah sehingga kedua pihak
pemberi atau penerima informasi dapat berperan aktif untuk mendapatkan dan/atau
memberikan informasi kepada masing-masing pihak. Informasi mengenai kegiatan
Pemdes juga dilaksanakan baik secara lisan, tertulis, maupun dilakukan dengan
Musyawarah Desa.
ii. Kejelasan (clarity)
Kejelasan informasi kebijakan juga terlihat dari pengaturan pemberian informasi
dari Kepala Desa kepada Bupati/Walikota, masyarakat Desa, BPD serta lembaga
lainnya yang dilakukan secara lisan, tertulis, dan dibahas didalam Musyawarah Desa
dengan berbagai unsur yang dilibatkan dalam kegiatan Pemdes.
iii. Konsistensi (consistency)
Konsistensi penyampaian informasi mengenai kegiatan yang dilakukan Pemdes
sudah diatur dalam undang-undang yang memang penginformasiannya lebih banyak
dilakukan setiap tahun akhir tahun anggaran. Konsistensi komunikasi ini juga didukung
dengan pasal yang menyebutkan adanya komunikasi 2 arah yang dilakukan baik dari
Kepala Desa maupun dari masyarakat Desa itu sendiri, sehingga program dan kegiatan
yang dijalankan dalam Pemdes dapat disebarluaskan dan diketahui oleh masyarakat
Desa.
B. Sumber daya
1. Sumber daya
Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan agar masyarakat Desa dapat
mandiri dan sejahtera dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya lainnya melalui
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa (UU6/2014 Pasal 1)
Dengan adanya bantuan dari Pemerintah Pusat sampai kepada Pemerintah
Daerah melakukan pemberdayaan masyarakat desa dengan cara menerapkan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, temuan baru
dalam kemajuan ekonomi dan pertanian, meningkatkan kualitas pemerintahan dan
masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, mengakui dan
memfungsikan institusi asli yang suda ada di masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal
112:3). Pemberdayaan yang dilakukan tersebut akan dilaksanakan dengan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan Pembangunan
Desa dan Kawasan Perdesaan (UU6/2014 Pasal 112:4). Sumber daya manusia di
Desa yaitu masyarakat Desa dapat memilih dan dipilih menjadi Kepala Desa, perangkat
Desa yang dapat berperan dalam proses berjalannya Pemerintahan Desa (UU6/2014
Pasal 68:1d). Selain itu masyarakat Desa juga berkewajiban membangun dan
memelihara lingkungan Desa, mendorong terciptanya penyelenggaraan Pemberdayaan
Masyarakat Desa yang baik, terciptanya situasi yang aman, nyaman, tentram,
memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan,
dan kegotongroyongan, serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa
(UU6/2014 Pasal 68:2).
Sumber daya manusia yang akan dimanfaatkan dalam pemerintahan Desa
kebanyakan berasal dari masyarakat yang tinggal di Desa tersebut yang umumnya kita
ketahui dengan tingkat pendidikan kurang, dan keterampilan yang terbatas. Dengan
adanya pasal dalam undang-undang ini, masyarakat Desa di berikan pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan untuk membuka wawasan masyarakat Desa dalam
membantu jalannya kegiatan pemerintahan Desa. Peran serta masyarakat yang
diharapkan dengan cara ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang difasilitasi
Pemdes maupun berpartisipasi dalam pencalonan diri sebagai Kepala Desa yang
diharapkan dengan adanya partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kualitas
menjadi masyarakat Desa yang mandiri dan sejahtera sesuai dengan karakteristik dan
keunggulan dari masing-masing Desa.
ii. Sumber daya anggaran
Dalam UU desa, Desa memiliki sumber anggaran yang beragam yaitu
pendapatan asli Desa, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
bagian hasil pajak daerah, alokasi dana Desa, bantuan keuangan Anggaran
Pendapaan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota,
Hibah/sumbangan yang tidak mengikat,serta pendapatan lain Desa yang sah
(UU6/2014 Pasal 72:1).
Selain dari pendapatan, Desa memiliki asetnya masing-masing berupa tanah kas
Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa,
pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa,
pemandian umum, dll. Aset Desa lainnya berupa kekayaan Desa yang diperoleh dari
APBN, APBD, APBDes, hibah dan sumbangan, perjanjian/kontrak dengan ketentuan
perundang-undangan, hasil kerja sama Desa, dan kekayaan lainnya yang dianggap
sah, tanah yang disertifikatkan atas nama Pemdes, serta bangunan milik Desa yang
dilengkapi dengan bukti status kepemilikan Pemdes (UU6/2014 Pasal 76).
Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Des) yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa (Perdes) akan dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang akan menjalankan usaha di bidang ekonomi dan pelayanan
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BUM Des ini akan
dimanfaatkan dalam pengembangan usaha, pembangunan Desa, pemberdayaan
masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin (UU6/2014 BAB X).
Undang-undang sudah telah mengatur mengenai sumber pendanaan dalam
mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemdes seperti yang dapat dilihat pada
pasal-pasal diatas. Aset desa juga sebagai salah satu sarana yang dipergunakan untuk
mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa dalam pengembangan
potensi asset tersebut. Pengembangan potensi asset tersebut tidak akan berjalan
dengan baik apabila masyarakat mengelola Asset Desanya tanpa pengetahuan dan
keterampilan yang memadai sehingga program Pemberdayaan Masyarakat Desa selain
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, juga untuk
mengembangkan potensi Aset Desa. Sama halnya dengan pengelolaan Aset Desa,
pengelolaan BUM Des dilakukan dengan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan dan dimanfaatkan untuk pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat desa.
iii. Sumber daya peralatan
Sumber daya peralatan berupa Aset Desa berupa tanah kas Desa, tanah ulayat,
pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan,
pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dll
(UU6/2014 Pasal 76:1).
Desa pada mulanya sudah memiliki modal awal sebagai sarana yang
mendukung kegiatan pengimplementasian sebuah kebijakan. Sarana tersebut dapat
dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan BUM Des dalam bidang ekonomi dan bidang
pelayanan umum kepada masyarakat Desa. Aset Desa juga dapat dimanfaatkan
Pemdes sebagai tempat untuk membantu masyarakat Desa memperoleh keterampilan
baru, pengetahuan baru dari hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa yang
berkaitan dengan asset tersebut, salah satu contohnya yaitu pengelolaan bahan
mentah hasil pertanian, hutan, pengelolaan mata air dan pemandian umum yang
efisien.
iv. Sumber daya kewenangan
Desa itu sendiri memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan
adat istiadat Desa (UU6/2014 Pasal 18). Wewenang dimiliki oleh Kepala Desa selaku
pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, perangkat Desa,
pengelolaan Keuangan dan Aset Desa, mengembangkan kehidupan sosial budaya
masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 26:2). Salah satu wewenang yang diberikan kepada
pemerintah pusat sampai kepada pemerintah Daerah diatur sedemikian rupa pada BAB
XIV mengenai Pembinaan dan Pengawasan (UU6/2014).
Dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, permasalahan dari masyarakat Desa
pasti akan muncul sejalan dengan struktur birokrasi yang berjalan dan bersinggungan
dengan adat istiadat dari masing-masing Desa. Pengadaan kegiatan yang dilakukan
Pemdes terkadang tidak berjalan sesuai dengan adat istiadat Desa. Berdasarkan hasil
penelitian Lestari (2014) budaya Orang Rimba memiliki pandangan yang berbeda
mengenai konsep pemukiman. Membangun rumah menurut Orang Rimba disesuaikan
dengan kebutuhan hidup sehari-hari yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka
dapatkan turun temurun dari nenek moyangnya (Lestari, 2014). Pemukiman yang biasa
disebut Orang Rimba genah dibangun sepanjang aliran anak sungai dan memiliki jarak
yang cukup dengan sungai (Lestari, 2014).
Berdasarkan contoh diatas bagaimanapun juga Kepala Desa selaku pemimpin
Pemdes harus mengetahui secara lebih mendalam adat istiadat masyarakat yang
berada dalam wilayah administrasi yang sulit dijangkau karena mungkin memiliki
pemahaman yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat Desa lainnya. Wewenang
memang dimiliki oleh Kepala Desa namun penggunaan wewenang tersebut harus
sejalan dengan kearifan lokal dan/atau adat istiadat masyarakat Desa. Penggunaan
wewenang diharapkan dapat menghindari permasalahan tersebut sehingga dapat
mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat desa yang sejalan dengan kearifan
lokal dan/atau adat istiadat masyarakat Desa.
C. Disposisi
1. Pengangkatan birokrasi
Pengangkatan birokrasi menurut UU Desa terdapat dalam BAB V
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Bagian Ketiga mengenai Pemilihan Kepala Desa
pada pasal 31 yang mengangkat Kepala Desa dan teknis pengangkatannya akan diatur
berdasarkan peraturan pemerintah yang dipanitiai oleh perangkat Desa, lembaga
kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat Desa. Kepala Desa dipilih dengan cara
pemungutan suara yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil oleh
penduduk Desa (UU6/2014 Pasal 34). Pengangkatan birokrasi merupakan pelaksana
yang memiliki dedikasi tersirat secara jelas sebagai syarat yang diberikan kepada Calon
Kepala Desa untuk dapat mempertanggungjawabkan dirinya sebagai penduduk Desa
tersebut untuk dicalonkan sebagai Kepala Desa (UU6/2014 Pasal 33).
Selain dari Kepala Desa, terdapat Perangkat Desa yang nantinya akan
membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa
dalam bentuk berbagai program yang akan diadakan di Desa. Perangkat Desa yang
dimaksud yaitu Sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, serta pelaksana teknis
(UU6/2014 Pasal 48). Perangkat-perangkat Desa tersebut adalah penduduk Desa yang
memiliki persyaratan-persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai Perangkat Desa
yang akan diatur lebih lanjut didalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan
Peraturan Pemerintah (UU6/2014 Pasal 50).
Pemilihan Kepala Desa, Sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, serta
pelaksana teknis dalam undang-undang merupakan suatu perwujudan dalam
pengangkatan birokrasi yang yang memiliki dedikasi terhadap kebijakan dan
kepentingan masyarakat. Hal tersebut didukung dari pemilihan Kepala Desa yang
melibatkan perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan, serta tokoh masyarakat yang
diharapkan sesuai dengan keinginan masyarakat Desa dengan berbagai pertimbangan.
Selain itu perangkat Desa yang diatur lebih lanjut diangkat berdasarkan aturan yang
nantinya akan dibuat. Salah satu contoh Desa yang telah membuat Perdes mengenai
Perangkat Desa adalah Desa Margajaya, Perdes ini sudah diterbitkan pada tahun 2011.
Beberapa Desa lainnya mungkin juga sudah memiliki aturan mengikat dalam
pengangkatan Perangkat Desa, dan akan dimodifikasi berdasarkan asas dan aturan
yang tertulis dalam UU Desa, dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
(PP23/2014).
ii. Insentif
Kepala Desa dan perangkat Desa diberikan tunjangan yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), serta jaminan kesehatan dan
penerimaan lainnya yang dianggap sah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
(UU6/2014 Pasal 66).
Insentif yang didapatkan hampir serupa dengan jaminan yang dimiliki Pegawai
Negeri Sipil yaitu pemberian tunjangan, jaminan kesehatan, dan penerimaan lainnya
yang keseluruhannya itu didapatkan dari Pendapatan Asli Desa.
D. Struktur birokrasi
1. SOP
SOP dalam pelaksanaan pemerintahan desa ini beberapa diantaranya sudah
dipersiapkan sebelumnya oleh masing-masing Bupati/Walikota. SOP tersebut
kebebanyakan sudah dibuat oleh BPM untuk pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
contohnya yaitu pada kabupaten Sumbawa dan Provinsi Jawa Timur. BPM yang
sebelumnya sudah eksis dalam bidang pemberdayaan Desa sudah memulai
langkahnya dalam memberdayakan masyarakat Desa. Oleh karena itu,penetapan SOP
dalam berbagai kegiatan Desa dalam Pemdes tidak akan menjadi hal yang sulit karena
sudah ada tata cara tersendiri yang dapat diadaptasi dalam pengaturan SOP di masing-
masing Pemdes.
ii. Fragmentasi
Fragmentasi ini ditunjukkan dalam UU Desa dengan mengadakan kerja sama
dengan Desa lain ataupun bekerja sama dengan pihak ketiga (UU6/2014 Pasal 91).
Penyebaran tanggung jawab dalam kerja sama antar-Desa diberikan kepada
kelompok/lembaga hasil musyawarah antar-Desa yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Bersama Kepala Desa. Sedangkan kerja sama dengan pihak ketiga yang
dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa dilakukan untuk mempercepat dan
meningkatkan penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal
93).
Pembagian tanggung jawab terhadap berjalannya program Pemdes juga
diberikan kepada lembaga kemasyarakatan desa dalam membantu fungsi
penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan bertugas melakukan
pemberdayaan masyarakat Desa, merencanakan dan melaksanakan pembangunan,
serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 94). Selain itu
pengelolaan Keuangan Desa diberikan kepada perangkat Desa (UU6/2014 Pasal 75:2).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dukungan Undang-undang Desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa
sangat berperan, hal tersebut dapat terlihat dari faktor-faktor seperti komunikasi antar
lembaga, sumber daya, disposisi, serta struktur birokrasi yang mendukung berjalannya
program/kegiatan Pemdes khususnya dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa.
B. Saran
Pemdes harus lebih berhati-hati dengan menentukan kebijakan turunan dari
Undang-undang Desa agar wewenang khususnya dalam mengembangkan kehidupan
sosial budaya masyarakat tidak bertentangan dengan kearifan lokal atau adat istiadat
masyarakat Desa, dan memilih program yang sesuai dengan karakteristik Desa dan
adat istiadatnya.
DAFTAR PUSTAKA
academia.edu. . Retrieved from
https://www.academia.edu/6241649/intisari_UU_no_6_tahun_2014_ttg_Desa_ol
eh_Try_Raharjanto_
Lestari, I. (2014). Penolakan dan Penerimaan Orang Rimba Terhadap Program
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (Studi kasus: Orang Rimba di Taman
Nasional Bukit Dua Belas, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam,
Sarolangun, Jambi). Universitas Andalas.
Nawawi, I. (2009). Public Policy, Analisis, Strategi Advokasi Teori Dan Praktek.
Surabaya: PMN Surabaya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksana Undang-undang No. 06 Tahun 2014 tentang Desa.
Purwo, A., & Jatmiko. (2012). Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo
Dalam Pelestarian Benda Cagar Budaya Sebagai Kearifan Lokal. DI.
Yogyakarta.
Rosyid, M. (2012). Perkembangan Komunitas Samin di Kudus dan Perlawanannya
Terhadap Program Pembangunan Irigasi Tahun 1986. Semarang.
Tachjan, H. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia (AIPI) Bandung & Puslit KP2W Lembaga Penelitian Unpad.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Wahab, S. A. (2010). Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara (Kedua ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wijaya, C., & Putra, H. A. (2012). Implementasi Program Pagu Wilayah
Kecamatan(Pwk) Bidang Ekonomi. DI. Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Untuk paparan pemberdayaan desa mandiri
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiriUntuk paparan pemberdayaan desa mandiri
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiriAdelfios Andyka Fatra
 
1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$rajapusbar
 
Panduan rpjmdes
Panduan rpjmdesPanduan rpjmdes
Panduan rpjmdesrajapusbar
 
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosKarang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
 
RPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah Desa
RPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah DesaRPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah Desa
RPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah Desagunawankusumo
 
001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...
001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...
001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...Adelfios Andyka Fatra
 
Peran Bpd Dalam Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
Peran Bpd Dalam  Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021Peran Bpd Dalam  Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
Peran Bpd Dalam Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021TV Desa
 
Perencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM DesaPerencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM DesaFormasi Org
 
Rencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desaRencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desaTeguh Kristyanto
 
POKOK KEBIJAKAN TEKNIS PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021
POKOK KEBIJAKAN TEKNIS  PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021POKOK KEBIJAKAN TEKNIS  PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021
POKOK KEBIJAKAN TEKNIS PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021Teguh Kristyanto
 
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiDokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiPradna Paramita
 
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Formasi Org
 
Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...
Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...
Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...Pemdes Seboro Sadang
 
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017ari saridjo
 

What's hot (20)

MATERI TOT BAGI KPMD
MATERI TOT BAGI KPMDMATERI TOT BAGI KPMD
MATERI TOT BAGI KPMD
 
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiri
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiriUntuk paparan pemberdayaan desa mandiri
Untuk paparan pemberdayaan desa mandiri
 
Materi kpmd
Materi kpmdMateri kpmd
Materi kpmd
 
1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$1467091226$1$qevl0 w$
1467091226$1$qevl0 w$
 
Panduan rpjmdes
Panduan rpjmdesPanduan rpjmdes
Panduan rpjmdes
 
Proposal rw
Proposal rwProposal rw
Proposal rw
 
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosKarang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
 
RPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah Desa
RPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah DesaRPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah Desa
RPJMDes dan Tata Kelola Pemerintah Desa
 
001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...
001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...
001 prioritas dan arah kebijakan pembangunan desa da kawasan perdesaan tahun ...
 
Peran Bpd Dalam Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
Peran Bpd Dalam  Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021Peran Bpd Dalam  Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
Peran Bpd Dalam Perencanaan Pembangunan Desa | Malming Desa 06 Feb 2021
 
Perencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM DesaPerencanaan BUM Desa
Perencanaan BUM Desa
 
Lkd mapan
Lkd mapanLkd mapan
Lkd mapan
 
Rencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desaRencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desa
 
POKOK KEBIJAKAN TEKNIS PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021
POKOK KEBIJAKAN TEKNIS  PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021POKOK KEBIJAKAN TEKNIS  PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021
POKOK KEBIJAKAN TEKNIS PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA TAHUN 2021
 
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiDokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
 
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
 
Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...
Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...
Permendagri no. 18 tahun 2018 tentang lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga...
 
Perbup 13 2011
Perbup 13 2011Perbup 13 2011
Perbup 13 2011
 
Perdes rpjm desa 2016 2018
Perdes rpjm desa  2016 2018Perdes rpjm desa  2016 2018
Perdes rpjm desa 2016 2018
 
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa 2017
 

Viewers also liked

Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESA
Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESAImplementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESA
Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESADesa Institute
 
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPenjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaZulfikri Armada
 
Sosialisasi uu desa membangun desa berbasis aset
Sosialisasi uu desa membangun desa berbasis asetSosialisasi uu desa membangun desa berbasis aset
Sosialisasi uu desa membangun desa berbasis asetfasilitatorsid
 
Powerpoint desa
Powerpoint desaPowerpoint desa
Powerpoint desavae ri
 
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaKesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaDesa Institute
 
Desa siaga kilensari
Desa siaga kilensariDesa siaga kilensari
Desa siaga kilensariYupy Cinta
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatfakultashukumuiba
 
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "Rachmah Safitri
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang DesaPeraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang DesaPenataan Ruang
 
Ppt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi
Ppt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan  provinsiPpt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan  provinsi
Ppt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsiCha-cha Taulanys
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...Riza Magfirah
 

Viewers also liked (20)

Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESA
Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESAImplementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESA
Implementasi UU No 6 Tahun 2014 Tentang DESA
 
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPenjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
 
Presentasi uu desa versi terbaru
Presentasi uu desa versi terbaruPresentasi uu desa versi terbaru
Presentasi uu desa versi terbaru
 
Uu desa pembangunan desa
Uu desa   pembangunan desa Uu desa   pembangunan desa
Uu desa pembangunan desa
 
Sosialisasi uu desa membangun desa berbasis aset
Sosialisasi uu desa membangun desa berbasis asetSosialisasi uu desa membangun desa berbasis aset
Sosialisasi uu desa membangun desa berbasis aset
 
Powerpoint desa
Powerpoint desaPowerpoint desa
Powerpoint desa
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaKesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
 
Desa siaga book
Desa siaga bookDesa siaga book
Desa siaga book
 
Desa siaga kilensari
Desa siaga kilensariDesa siaga kilensari
Desa siaga kilensari
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adat
 
Bab 2 revisi
Bab 2 revisiBab 2 revisi
Bab 2 revisi
 
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
Materi pkn kelas 4 semester 1 sistem pemerintahan desa dan kecamatan " Rachmah "
 
5 bab ii
5 bab ii5 bab ii
5 bab ii
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
A mímica
A mímicaA mímica
A mímica
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang DesaPeraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
 
Ppt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi
Ppt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan  provinsiPpt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan  provinsi
Ppt sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
 

Similar to UUDESA

SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptxSPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptxSRIKURNIATI6
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Operator Warnet Vast Raha
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Operator Warnet Vast Raha
 
Presentasi pileg 2014
Presentasi pileg 2014Presentasi pileg 2014
Presentasi pileg 2014Igk Subaga
 
Mensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasi
Mensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasiMensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasi
Mensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasiIgk Subaga
 
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaAnalisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022Pemdes Wonoyoso
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desaLaporan penyelenggaraan pemerintahan desa
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desaari saridjo
 
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxPPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxEdiSuhandi2
 
Implementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatImplementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatJacob Breemer
 
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optBuku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optwedusputih
 
Laporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxLaporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxIr. Soekarno
 
Fild stadi peran kepala desan dalam pembangunan masyarakat desa
Fild stadi peran  kepala desan dalam pembangunan masyarakat desaFild stadi peran  kepala desan dalam pembangunan masyarakat desa
Fild stadi peran kepala desan dalam pembangunan masyarakat desaOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to UUDESA (20)

SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptxSPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
SPB 2.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa_Aceh Barat - Copy.pptx
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
 
Peranan Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Peranan Masyarakat dalam Pembangunan DesaPeranan Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Peranan Masyarakat dalam Pembangunan Desa
 
Presentasi pileg 2014
Presentasi pileg 2014Presentasi pileg 2014
Presentasi pileg 2014
 
Mensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasi
Mensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasiMensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasi
Mensejahterakan masyarakat bersama bisa kita atasi
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaAnalisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
 
95532571 makalah
95532571 makalah95532571 makalah
95532571 makalah
 
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (LKPPD) TAHUN 2022
 
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui program nasional pem...
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desaLaporan penyelenggaraan pemerintahan desa
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
 
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptxPPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
PPT Bahan Seminar Proposal tesis.pptx
 
Implementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatImplementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakat
 
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optBuku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
 
Laporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxLaporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docx
 
Fild stadi peran kepala desan dalam pembangunan masyarakat desa
Fild stadi peran  kepala desan dalam pembangunan masyarakat desaFild stadi peran  kepala desan dalam pembangunan masyarakat desa
Fild stadi peran kepala desan dalam pembangunan masyarakat desa
 

Recently uploaded

PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxssuser8905b3
 

Recently uploaded (14)

PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
 

UUDESA

  • 1. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG DESA NOMOR 6 TAHUN 2014 DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penyusunan karya tulis ini dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban membuat karya tulis untuk proses wawancara yang akan dilaksanakan oleh peserta Ujian Kenaikan Pangkat Tk. IV dengan mengambil tema “Implementasi Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Dalam Mendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa”. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak mudah bagi saya untuk menyelesaikan hasil karya tulis. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangat serta membantu saya dalam pelaksanaan proses penyusunan karya tulis ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dalam proses wawancara Ujian Kenaikan Pangkat Tk. IV serta menjadi informasi yang berguna bagi pembaca. Jakarta, 1 Juni 2015 Yohannes
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................................2 DAFTAR ISI.......................................................................................................................3 BAB I..................................................................................................................................5 PENDAHULUAN................................................................................................................5 A. Latar Belakang Masalah............................................................................................5 B. Identifikasi Masalah...................................................................................................7 C. Metode Penulisan......................................................................................................7 D. Sistimatika Penulisan................................................................................................7 BAB II.................................................................................................................................9 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................9 A. Kebijakan Publik.......................................................................................................9 B. Implementasi kebijakan...........................................................................................10 E. Model Implementasi Kebijakan................................................................................13 BAB III..............................................................................................................................18 PEMBAHASAN/ANALISIS...............................................................................................18 A. Komunikasi..............................................................................................................18 i. Transmisi (transmission) .......................................................................................18 ii. Kejelasan (clarity).................................................................................................19 iii. Konsistensi (consistency) ....................................................................................19 B. Sumber daya............................................................................................................19 1. Sumber daya........................................................................................................19 ii. Sumber daya anggaran........................................................................................20 iii. Sumber daya peralatan........................................................................................21 iv. Sumber daya kewenangan..................................................................................22 C. Disposisi..................................................................................................................23 1. Pengangkatan birokrasi........................................................................................23 ii. Insentif...................................................................................................................24 D. Struktur birokrasi......................................................................................................24 1. SOP......................................................................................................................24
  • 4. ii. Fragmentasi..........................................................................................................24 BAB IV..............................................................................................................................26 PENUTUP........................................................................................................................26 A. Kesimpulan..............................................................................................................26 B. Saran.......................................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................27
  • 5. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi muncul berbagai macam perkembangan dalam berbagai bidang, beberapa hal diantaranya adalah perkembangan sosial, budaya, pangsa pasar, teknologi, dan sebagainya. Munculnya berbagai ragam perkembangan tersebut berimbas pada pertumbuhan dan kemajuan antara masyarakat di daerah pedesaan dan perkotaan yang menciptakan kesenjangan. Kondisi tersebut diperburuk dengan krisis ekonomi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat desa baik ekonomi, sosial maupun budaya. Hal tersebut tercermin dari banyaknya jumlah masyarakat yang tergolong miskin. Gambar 1 Gap Koefisien GINI antar Propinsi (Sumber: BPS hasil olahan sendiri) Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumpulkan data seperti terlihat pada gambar diatas, memperlihatkan bahwa kesenjangan ekonomi terjadi pada skala nasional dan pada masing-masing propinsi terlihat dari nilai koefisiennya yang semakin mendekati nilai 1 (satu). Hal tersebut didukung oleh hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
  • 6. terhadap kesenjangan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan dan perkotaan. Gambar 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Desa dan Kota (Sumber: Bappenas) Berdasarkan data dari TNP2K, pertumbuhan ekonomi hanya terjadi pada pendapataan riil tenaga professional sedangkan pendapataan riil buruh tidak mengalami perubahan yang berarti. Untuk mengurangi kesenjangan antara desa dan kota dibutuhkan upaya yang diperuntukan bagi kelompok masyarakat mengengah kebawah dan perlu dilakukan tidak hanya dimulai dari masyarakat itu sendiri melainkan juga dari pihak pemerintah. Upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya dengan cara meningkatkan keterampilan, produktivitas, mudahnya akses terhadap modal dalam mendukung kegiatan ekonomi produktif. Upaya penyamarataan status ekonomi sampai ke pedesaan, paradigma pembangunan diubah menjadi pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat Desa. Undang–undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) mengatur hal yang dapat mendukung peningkatan perekonomian, dan keterampilan dari masyarakat Desa untuk dapat bersaing dengan daerah perkotaan. UU Desa mengharapkan kondisi masyarakat Desa lebih berdaya dan berpartisipasi lebih aktif dalam pembangunan. Upaya pemberdayaan masyarakat lebih mengarah kepada langkah-langkah yang menuju pemerataan kemakmuran. Demi tercapainya keserasian dengan
  • 7. masyarakat kota perlu memprioritaskan upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan. Pembinaan terhadap masyarakat desa dilakukan dengan pendekatan sosial budaya yang mempergunakan kearifan lokal masyarakat dalam berkomunikasi dan bermusyawarah. Pengimplementasian UU Desa dibuat untuk membantu meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup masyarakat Desa. B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa? 2. Apakah faktor keberhasilan implementasi Undang-undang dalam mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat Desa? C. Metode Penulisan Pengumpulan informasi dalam Karya Tulis ini didapatkan berdasarkan hasil 1. Studi pustaka. Metode literatur merupakan metode pengumpulan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga atau institusi. D. Sistimatika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang informasi umum berupa latar belakang, identifikasi masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa petikan buku yang berupa pengertian dan definisi mengenai istilah dan informasi pembahasan dari Implementasi Kebijakan Publik. BAB III : PEMBAHASAN/ANALISIS Bab ini menjelaskan mengenai pembahasan implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa yang dilihat dari sudut pandang Implementasi Kebijakan Publik.
  • 8. BAB IV : PENUTUP Bab ini berisi Kesimpulan dan Saran berdasarkan hasil pembahasan/analisis yang telah dijelaskan sebelumnya.
  • 9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya dengan hierarki kebijakan publik yang bersifat nasional, regional, maupun lokal yaitu undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota Menurut H. Tachjan (2006 : 15) Merupakan rangkaian keputusan yang mengandung konsekuensi moral yang di dalamnya adanya keterkaitan akan kepentingan rakyat banyak dan keterikatan terhadap tanah air atau tempat dimana yang bersangkutan berada. Pressman dan Widavsky mendefinisikan Kebijakan Publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi awal dan akibat yang dapat diramalkan (Purwo & Jatmiko, 2012). Leslie A. Pal dalam widodo (2010:10) berpendapat bahwa definisi kebijakan publik terdiri dari dua kategori yaitu definisi yang menekankan pada maksud dan tujuan utama kebijakan dan definisi yang menekankan pada dampak dari tindakan pemerintah (Wijaya & Putra, 2012). Sedangkan dilihat dari sisi pembuatnya, Anderson (1978 : 3) yang dikutip oleh H.Tachjan (2006 : 16) berpendapat bahwa Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh Badan-badan dan Pejabat-pejabat Pemerintah. Sebagaimana yang dikutip oleh Islamy (2009 : 19) Thomas R Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dipilihkan oleh Pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan (Purwo & Jatmiko, 2012), yang memiliki 3 elemen kebijakan yaitu kebijakan publik/public policy, pelaku kebijakan/policy stakeholder, dan lingkungan kebijakan (Rosyid, 2012). Ketiga elemen tersebut saling memiliki hubungan timbal balik antara elemen yang satu dengan elemen yang lainnya dan diartikan oleh Subarsono bahwa kebijakan publik dibuat oleh pemerintah bukan organisasi swasta, dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah (Wijaya & Putra, 2012).
  • 10. David Easton yang dikutip Leo Agustino (2009: 19) berpendapat bahwa kebijakan publik sebagai the autorative allocation of values for the whole society (Purwo & Jatmiko, 2012). Definisi tersebut diartikan bahwa yang memiliki otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai (Purwo & Jatmiko, 2012). Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik (Purwo & Jatmiko, 2012). Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Publik adalah suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur proses bagi pelaku kebijakan yang dipergunaan untuk kepentingan seluruh rakyat baik dalam lingkup nasional maupun regional sampai lingkup regional terkecil yang bersifat mengikat dan memaksa. B. Implementasi kebijakan Implementasi kebijakan dapat diartikan seperti pendapat beberapa ahli berikut (Nawawi, 2009; Wahab, 2010) : Van Meter dan Van Horn (1957) berpendapat bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan individu, pejabat, kelompok pemerintah atau swasta yang memiliki satu kepentingan yang sama yaitu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan. Mazmanian dan Paul Sebatier (1983) berpendapat bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar dalam bentuk undang- undang, perintah atau keputusan eksekutif. Odoji (1981) berpendapat bahwa implementasi kebijakan adalah sesuatu yang lebih penting dari pembuatan kebijakan dan kebijakan tersebut hanya merupakan sebuah konsep dan angan-angan yang baik apabila tidak diimplementasikan. Jones (1991) berpendapat bahwa implementasi kebijakan adalah kemampuan membentuk kelanjutan hubungan antara sebab dan akibat yang saling berkaitan Antara tujuan dan tindakan.
  • 11. Pada tahun 2010 Widodo berpendapat bahwa implementasi adalah proses yang melibatkan berbagai macam sumber seperti manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang dilaksanakan pihak pemerintah dan pihak swasta ataupun dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan (Wijaya & Putra, 2012). Pelaksanaan implementasi publik tidak dapat berjalan tanpa adanya beberapa proses yang telah terjadi pada saat penyusunan kebijakan. Proses dalam penyusunan kebijakan tersebut terdiri dari beberapa tahap. Menurut William dunn tahap penyusunan kebijakan yaitu tahap penyusunan agenda, tahap formulasi kebijakan, tahap adopsi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, tahap evaluasi kebijakan (Purwo & Jatmiko, 2012). Tahap penyusunan agenda adalah tahap dimana permasalahan yang akan diatur dalam sebuah kebijakan dimunculkan dan ditetapkan menjadi fokus pembahasan dalam kebijakan. Pada tahap ini permasalahan yang akan masuk dalam agenda kebijakan para perumus kebijakan akan dibahas, namun juga terdapat permasalahan yang tidak menjadi fokus pembahasan dan ditunda untuk diatur dalam sebuah kebijakan. Tahap formulasi kebijakan adalah tahap dimana permasalahan yang sudah menjadi agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan. Permasalahan tersebut akan didefinisikan dan kemudian akan dicarikan solusi terbaik dalam pemecahan permasalahannya. Pada tahap ini perumus kebijakan berlomba-lomba untuk menghasilkan pemecahan permasalahan yang terbaik untuk diimplementasikan kedalam peraturan. Tahap adopsi kebijakan adalah tahap dimana hasil pemecahan permasalahan tersebut disuarakan kepada penentu kebijakan dengan memberikan hasl tersebut kepada legislative untuk mendapatkan dukungan dalam persetujuan pemecahan permasalahan. Tahap implementasi kebijakan adalah tahap dimana persetujuan hasil peraturan yang telah disetujui untuk dapat dilaksanakan secara administrasi dan dipertanggungjawabkan secara finansial oleh instansi-instansi maupun agen pemerintah ditingkat bawah.
  • 12. Tahap evaluasi kebijakan adalah tahap dimana seluruh tahap-tahap dalam penyusunan kebijakan telah dijalankan, dinilai, serta dievaluasi dilihat dari kebijakan. Pemecahan masalah dari kebijakan yang dibuat tersebut mendapatkan hasil yang diinginkan dari permasalahan yang dihadapi masyarakat. James A. Anderson, dkk. Dalam Tilaar dan Nugroho (2005 : 186) juga memiliki pandangan yang serupa mengenai proses kebijakan publik. Menurutnya tahap- tahap/stages dalam proses kebijakan public sebagai berikut: Gambar 3 Proses Kebijakan Publik Menurut Anderson, dkk (Sumber: James A. Anderson, dkk. dalam Rosyid (2012)) Dengan penjelasan sebagai berikut: Tahap 1 : permasalahan dari berbagai permasalahan yang ada mendapatkan perhatian khusus dari pejabat publik. Tahap 2 : pengembangan program usulan yang bersangkutan dan dapat diterima tindakan untuk menangani masalah. Tahap 3 : pengembangan dalam mendukung usulan kebijakan sehingga kebijakan tersebut dapat menjadi sah dan resmi. Tahap 4 : implementasi dari kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan. Tahap 5 : upaya dari pemerintah untuk menentukan bagaimana kebijakan tersebut memiliki dampak bagi permasalahan yang diatur didalamnya. Policy agenda tahap 1 Policy formulati on tahap 2 Policy adoption tahap 3 Policy impleme ntation tahap 4 Policy evaluatio n tahap 5
  • 13. E. Model Implementasi Kebijakan Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana, hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suati kebijakan. Faktor-faktor tersebut menurut para ahli dapat dijelaskan dengan beberapa model dalam mengimplementasikan kebijakan. Menurut George Edward III dalam Widodo (2010:96) terdapat 4 faktor yang berperan dalam keberhasilan dan kegagalan implementasi suati kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi (Wijaya & Putra, 2012). Gambar 4 Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi menurut Edward III Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian berbagai informasi yang disampaikan kepada pelaku kebijakan sehingga dapat mengetahui dan melakukan berbagai langkah persiapan untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan baik dan mencapat tujuan serta sasaran kebijakan yang diharapkan. Menurut Edward III, komunikasi kebijakan memiliki beberapa dimensi yaitu transmisi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency).
  • 14. Transmisi (transmission) mengharapkan agar kebijakan disampaikan kepada pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran atau pihak lain yang berkepentingan secara langsung dan tidak langsung dalam pelaksanaan kebijakan. Kejelasan (clarity) mengharapkan kebijakan yang diinformasikan tersebut telah jelas diterima pihak pelaksana kebijakan serta kelompok lainnya dan setiap pihak yang berperan mengetahui secara jelas tindakan yang perlu diambil. Konsistensi (consistency) mengharapkan agar kebijakan yang diambil tidak berubah-ubah dan tidak simpang siur dan membingungkan pelaksana kebijakan dan pihak yang berperan dalam pelaksanaan kebijakan. Sumber daya diartikan sebagai ketersediaan atas sumber daya manusia, anggaran, dan peralatan serta kewenangan dalam kelancaran pelaksanaan kebijakan. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengimplementasian kebijakan karena pentingnya dan jelasnya sebuah kebijakan tanpa pelaksanaan yang baik tidak akan terimplementasi dengan baik. Sumber daya anggaran merupakan salah satu sumber daya yang memperlancar setiap tindakan implementasi kebijakan karena dengan sumber anggaran yang terbatasi berpengaruh dalam pelaksanaan implementasi kebijakan.Sumber daya peralatan merupakan sarana yang dipergunakan dalam kegiatan operasional pengimplementasian kebijakan seperti gedung, tanah, dan berbagai sarana yang dapat mempermudah pengimplementasian dan memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan. Sumber daya kewenangan merupakan hak yang dimiliki oleh suatu lembaga tertentu dalam melaksanakan kebijakan. Kewenangan menjadi sangat penting ketika dihadapkan pada permasalahan yang harus diselesaikan hanya dengan membuat suatu keputusan. Disposisi diartikan sebagai kemauan, keinginan dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh dengan tujuan dari kebijakan tersebut dapat diwujudkan bersama-sama. Dalam pelaksanaan disposisi, terdapat hal yang memicu perwujudan implemenasi kebijakan yaitu pengangkatan birokrasi dan insentif. Pengangkatan birokrasi merupakan pengangkatan dan pemilihan personel pelaksana kebijakan yang memiliki dedikasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan kepentingan masyarakat. Insentif merupakan faktor pendorong yang membuat pelaksana menjalankan perintah dengan baik sehingga permasalahan sikap
  • 15. para pelaksana kebijakan dapat diminimalisir dengan tidak hanya melaksanakan perintah untuk kepentingan masyarakat melainkan juga mendapatkan hal yang setimpal dengan pelaksanaan yang dilakukan. Struktur birokrasi diartikan sebagai aspek-aspek yang mencakup struktur birokrasi, pembagian wewenang, hubungan antar unit organisasi yang terbagi menjadi 2 karakteristik utama birokrasi yaitu Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi. SOP merupakan perkembangan dari pelaksana kebijakan secara internal akan kepastian waktu, sumber daya, serta keseragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. SOP juga dapat menjadi kendala dalam pengimpmlementasian kebijakan baru yang memerlukan cara kerja baru dan personil yang baru. Fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab kebijakan yang diserahkan kepada beberapa badan/lembaga sehingga membutuhkan koordinasi. Selain itu terdapat beberapa model implementasi kebijakan lainnya yang mempengaruhi dan dirincinkan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh oleh beberapa ahli seperti tabel dibawah ini (Nawawi, 2009): Tabel 1 Model dan Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan No Model Variabel Keterangan 1 Van Meter dan Van Horn (1975) 1. Ukuran dan Tujuan Tujuan kebijakan harus dipahami mulai dari atas sampai bawah dan harus ada ukurannya 2. Sumber daya Implementasi kebijakan membutuhkan dukungan berbagai sumber daya 3. Komunikasi Implementasi kebijakan memerlukan dukungan dan koordinasi dengan banyak pihak 4. Karakteristik agen birokrasi Mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola hubungan dalam satu organisasi 5. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik Kondisi perekonomian masyarakat, sosial dan politik yang terjadi berpengaruh pada implementasi kebijakan 6. Disposisi a. respon implementasi terhadap kebijakan b. pemahaman implementor terhadap isi dan tujuan kebijakan c. intensitas preferensi nilai yang dimiliki
  • 16. No Model Variabel Keterangan implementor 2 Grindle (1980) 1. Isi kebijakan a. Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran terakomodasi b. Jenis manfaat yang diinginkan oleh kebijakan c. Perubahan yang diinginkan d. Kedudukan pembuat kebijakan e. Siapa pembuat kebijakan f. Sumber daya 2. Konteks implementasi a. Seberapa besar kekuasaan dan strategi implementor b. Karakteristik rezim yang berkuasa c. Tingkat kepatuhan kelompok sasaran 3 Mazmanian & Sabatier 1. Karakteristik dari masalah a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah b. Tingkat kemajemukan kelompok sasaran c. Cakupan perubahan yang diharapkan d. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi e. Kejelasan dan konsistensi aturan f. Tingkat komitmen 2. Karakteristik dari kebijakan a. Kejelasan isi kebijakan b. Dukungan teoritis terhadap kebijakan c. Besarnya alokasi sumber daya finansial d. Kejelasan dan konsistensi aturan badan pelaksana e. Akses kelompok luar untuk berpartisipasi 3. Kondisi lingkungan a. Kondisi sosial ekonomi b. Dukungan publik terhadap kebijakan c. Sikap kelompok pemilih d. Komitmen dan keterampilan implementor 4 Hoogwood dan Gunn (1978) 1. Jaminan Kondisi eksternal tidak menimbulkan masalah baru 2. Dukungan sumber daya Sumber daya manusia, materal dan metode 3. Pengadaan sumber daya Ada kesiapan semua sumber 4. Hubungan kasual Ada hubungan sebab akibat 5. Seberapa banyak hubungan konsalitas Apakah jumlahnya memadai 6. Kecil ketergantungan Bila tinggi tidak akan efektif 7. Pemaaman yang mendalam dan Ada peran antar lembaga
  • 17. No Model Variabel Keterangan kesepakatan 8. Masalah diurutkan Dirinci masalahnya mana yang awal dan akhir Berdasarkan beberapa model diatas Rosyid membaginya kedalam beberapa faktor tersebut menjadi kategori yang serupa seperti gambar berikut (Rosyid, 2012): Gambar 5 Kategori Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
  • 18. BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS A. Komunikasi UU Desa telah menetapkan pelaporan antara Kepala Desa Kepada Bupati/Walikota dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk rutin dilaksanakan setiap tahunnya seperti penyampaian laporan setiap akhir tahun anggaran, laporan penyelenggaraan pada akhir masa jabatan, laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan kepada BPD setiap akhir tahun anggaran, serta menyediakan dan menyebarkan informasi tertulis mengenai penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran (UU6/2014 Pasal 27). Kepala Desa wajib memberikan informasi kepada masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 26:4p). Informasi mengenai Pemerintahan Desa juga dapat diminta dan didapatkan oleh masyarakat Desa, serta dapat mengawasi semua kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Desa (Pemdes) salah satunya yaitu Pemberdayaan Masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 68:1a). Komunikasi antara Kepala Desa tidak hanya dilakukan secara 1 arah, masyarakat Desa juga dapat memberikan aspirasi, saran dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab mengenai kegiatan- kegiatan di Desa yaitu Pemberdayaan Masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 68:1c). Selain hal tersebut dalam UU Desa juga mengatur mengenai Musyawarah Desa berperan sebagai forum yang diikuti oleh BPD, Pemdes, dan Unsur Masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal-hal dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dilaksanakan paling kurang 1 pertemuan dalam 1 tahun (UU6/2014 Pasal 54). i. Transmisi (transmission) Kepala Desa berkewajiban untuk memberikan laporan kepada Bupati/Walikota serta BPD secara berkelanjutan setiap tahunnya sebagai sarana untuk memberikan penjelasan dan perkembangan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa dari hasil laporan tertulis Kepala Desa. Selain kepada lembaga-lembaga terkait, Informasi mengenai kebijakan ataupun kegiatan yang dilakukan oleh Pemdes diinformasikan kepada masyarakat dengan melakukan komunikasi 2 arah sehingga kedua pihak pemberi atau penerima informasi dapat berperan aktif untuk mendapatkan dan/atau
  • 19. memberikan informasi kepada masing-masing pihak. Informasi mengenai kegiatan Pemdes juga dilaksanakan baik secara lisan, tertulis, maupun dilakukan dengan Musyawarah Desa. ii. Kejelasan (clarity) Kejelasan informasi kebijakan juga terlihat dari pengaturan pemberian informasi dari Kepala Desa kepada Bupati/Walikota, masyarakat Desa, BPD serta lembaga lainnya yang dilakukan secara lisan, tertulis, dan dibahas didalam Musyawarah Desa dengan berbagai unsur yang dilibatkan dalam kegiatan Pemdes. iii. Konsistensi (consistency) Konsistensi penyampaian informasi mengenai kegiatan yang dilakukan Pemdes sudah diatur dalam undang-undang yang memang penginformasiannya lebih banyak dilakukan setiap tahun akhir tahun anggaran. Konsistensi komunikasi ini juga didukung dengan pasal yang menyebutkan adanya komunikasi 2 arah yang dilakukan baik dari Kepala Desa maupun dari masyarakat Desa itu sendiri, sehingga program dan kegiatan yang dijalankan dalam Pemdes dapat disebarluaskan dan diketahui oleh masyarakat Desa. B. Sumber daya 1. Sumber daya Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan agar masyarakat Desa dapat mandiri dan sejahtera dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya lainnya melalui kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa (UU6/2014 Pasal 1) Dengan adanya bantuan dari Pemerintah Pusat sampai kepada Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan masyarakat desa dengan cara menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, temuan baru dalam kemajuan ekonomi dan pertanian, meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, mengakui dan memfungsikan institusi asli yang suda ada di masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 112:3). Pemberdayaan yang dilakukan tersebut akan dilaksanakan dengan
  • 20. pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan (UU6/2014 Pasal 112:4). Sumber daya manusia di Desa yaitu masyarakat Desa dapat memilih dan dipilih menjadi Kepala Desa, perangkat Desa yang dapat berperan dalam proses berjalannya Pemerintahan Desa (UU6/2014 Pasal 68:1d). Selain itu masyarakat Desa juga berkewajiban membangun dan memelihara lingkungan Desa, mendorong terciptanya penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang baik, terciptanya situasi yang aman, nyaman, tentram, memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan, serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa (UU6/2014 Pasal 68:2). Sumber daya manusia yang akan dimanfaatkan dalam pemerintahan Desa kebanyakan berasal dari masyarakat yang tinggal di Desa tersebut yang umumnya kita ketahui dengan tingkat pendidikan kurang, dan keterampilan yang terbatas. Dengan adanya pasal dalam undang-undang ini, masyarakat Desa di berikan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan untuk membuka wawasan masyarakat Desa dalam membantu jalannya kegiatan pemerintahan Desa. Peran serta masyarakat yang diharapkan dengan cara ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang difasilitasi Pemdes maupun berpartisipasi dalam pencalonan diri sebagai Kepala Desa yang diharapkan dengan adanya partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kualitas menjadi masyarakat Desa yang mandiri dan sejahtera sesuai dengan karakteristik dan keunggulan dari masing-masing Desa. ii. Sumber daya anggaran Dalam UU desa, Desa memiliki sumber anggaran yang beragam yaitu pendapatan asli Desa, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bagian hasil pajak daerah, alokasi dana Desa, bantuan keuangan Anggaran Pendapaan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, Hibah/sumbangan yang tidak mengikat,serta pendapatan lain Desa yang sah (UU6/2014 Pasal 72:1). Selain dari pendapatan, Desa memiliki asetnya masing-masing berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa,
  • 21. pemandian umum, dll. Aset Desa lainnya berupa kekayaan Desa yang diperoleh dari APBN, APBD, APBDes, hibah dan sumbangan, perjanjian/kontrak dengan ketentuan perundang-undangan, hasil kerja sama Desa, dan kekayaan lainnya yang dianggap sah, tanah yang disertifikatkan atas nama Pemdes, serta bangunan milik Desa yang dilengkapi dengan bukti status kepemilikan Pemdes (UU6/2014 Pasal 76). Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Des) yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes) akan dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan yang akan menjalankan usaha di bidang ekonomi dan pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BUM Des ini akan dimanfaatkan dalam pengembangan usaha, pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin (UU6/2014 BAB X). Undang-undang sudah telah mengatur mengenai sumber pendanaan dalam mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemdes seperti yang dapat dilihat pada pasal-pasal diatas. Aset desa juga sebagai salah satu sarana yang dipergunakan untuk mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa dalam pengembangan potensi asset tersebut. Pengembangan potensi asset tersebut tidak akan berjalan dengan baik apabila masyarakat mengelola Asset Desanya tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga program Pemberdayaan Masyarakat Desa selain untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, juga untuk mengembangkan potensi Aset Desa. Sama halnya dengan pengelolaan Aset Desa, pengelolaan BUM Des dilakukan dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan dan dimanfaatkan untuk pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat desa. iii. Sumber daya peralatan Sumber daya peralatan berupa Aset Desa berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dll (UU6/2014 Pasal 76:1). Desa pada mulanya sudah memiliki modal awal sebagai sarana yang mendukung kegiatan pengimplementasian sebuah kebijakan. Sarana tersebut dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan BUM Des dalam bidang ekonomi dan bidang
  • 22. pelayanan umum kepada masyarakat Desa. Aset Desa juga dapat dimanfaatkan Pemdes sebagai tempat untuk membantu masyarakat Desa memperoleh keterampilan baru, pengetahuan baru dari hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat Desa yang berkaitan dengan asset tersebut, salah satu contohnya yaitu pengelolaan bahan mentah hasil pertanian, hutan, pengelolaan mata air dan pemandian umum yang efisien. iv. Sumber daya kewenangan Desa itu sendiri memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa (UU6/2014 Pasal 18). Wewenang dimiliki oleh Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, perangkat Desa, pengelolaan Keuangan dan Aset Desa, mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 26:2). Salah satu wewenang yang diberikan kepada pemerintah pusat sampai kepada pemerintah Daerah diatur sedemikian rupa pada BAB XIV mengenai Pembinaan dan Pengawasan (UU6/2014). Dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, permasalahan dari masyarakat Desa pasti akan muncul sejalan dengan struktur birokrasi yang berjalan dan bersinggungan dengan adat istiadat dari masing-masing Desa. Pengadaan kegiatan yang dilakukan Pemdes terkadang tidak berjalan sesuai dengan adat istiadat Desa. Berdasarkan hasil penelitian Lestari (2014) budaya Orang Rimba memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep pemukiman. Membangun rumah menurut Orang Rimba disesuaikan dengan kebutuhan hidup sehari-hari yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka dapatkan turun temurun dari nenek moyangnya (Lestari, 2014). Pemukiman yang biasa disebut Orang Rimba genah dibangun sepanjang aliran anak sungai dan memiliki jarak yang cukup dengan sungai (Lestari, 2014). Berdasarkan contoh diatas bagaimanapun juga Kepala Desa selaku pemimpin Pemdes harus mengetahui secara lebih mendalam adat istiadat masyarakat yang berada dalam wilayah administrasi yang sulit dijangkau karena mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat Desa lainnya. Wewenang memang dimiliki oleh Kepala Desa namun penggunaan wewenang tersebut harus
  • 23. sejalan dengan kearifan lokal dan/atau adat istiadat masyarakat Desa. Penggunaan wewenang diharapkan dapat menghindari permasalahan tersebut sehingga dapat mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat desa yang sejalan dengan kearifan lokal dan/atau adat istiadat masyarakat Desa. C. Disposisi 1. Pengangkatan birokrasi Pengangkatan birokrasi menurut UU Desa terdapat dalam BAB V Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Bagian Ketiga mengenai Pemilihan Kepala Desa pada pasal 31 yang mengangkat Kepala Desa dan teknis pengangkatannya akan diatur berdasarkan peraturan pemerintah yang dipanitiai oleh perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat Desa. Kepala Desa dipilih dengan cara pemungutan suara yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil oleh penduduk Desa (UU6/2014 Pasal 34). Pengangkatan birokrasi merupakan pelaksana yang memiliki dedikasi tersirat secara jelas sebagai syarat yang diberikan kepada Calon Kepala Desa untuk dapat mempertanggungjawabkan dirinya sebagai penduduk Desa tersebut untuk dicalonkan sebagai Kepala Desa (UU6/2014 Pasal 33). Selain dari Kepala Desa, terdapat Perangkat Desa yang nantinya akan membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa dalam bentuk berbagai program yang akan diadakan di Desa. Perangkat Desa yang dimaksud yaitu Sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, serta pelaksana teknis (UU6/2014 Pasal 48). Perangkat-perangkat Desa tersebut adalah penduduk Desa yang memiliki persyaratan-persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai Perangkat Desa yang akan diatur lebih lanjut didalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah (UU6/2014 Pasal 50). Pemilihan Kepala Desa, Sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, serta pelaksana teknis dalam undang-undang merupakan suatu perwujudan dalam pengangkatan birokrasi yang yang memiliki dedikasi terhadap kebijakan dan kepentingan masyarakat. Hal tersebut didukung dari pemilihan Kepala Desa yang melibatkan perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan, serta tokoh masyarakat yang diharapkan sesuai dengan keinginan masyarakat Desa dengan berbagai pertimbangan.
  • 24. Selain itu perangkat Desa yang diatur lebih lanjut diangkat berdasarkan aturan yang nantinya akan dibuat. Salah satu contoh Desa yang telah membuat Perdes mengenai Perangkat Desa adalah Desa Margajaya, Perdes ini sudah diterbitkan pada tahun 2011. Beberapa Desa lainnya mungkin juga sudah memiliki aturan mengikat dalam pengangkatan Perangkat Desa, dan akan dimodifikasi berdasarkan asas dan aturan yang tertulis dalam UU Desa, dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 (PP23/2014). ii. Insentif Kepala Desa dan perangkat Desa diberikan tunjangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), serta jaminan kesehatan dan penerimaan lainnya yang dianggap sah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (UU6/2014 Pasal 66). Insentif yang didapatkan hampir serupa dengan jaminan yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil yaitu pemberian tunjangan, jaminan kesehatan, dan penerimaan lainnya yang keseluruhannya itu didapatkan dari Pendapatan Asli Desa. D. Struktur birokrasi 1. SOP SOP dalam pelaksanaan pemerintahan desa ini beberapa diantaranya sudah dipersiapkan sebelumnya oleh masing-masing Bupati/Walikota. SOP tersebut kebebanyakan sudah dibuat oleh BPM untuk pelaksanaan kegiatan yang dilakukan contohnya yaitu pada kabupaten Sumbawa dan Provinsi Jawa Timur. BPM yang sebelumnya sudah eksis dalam bidang pemberdayaan Desa sudah memulai langkahnya dalam memberdayakan masyarakat Desa. Oleh karena itu,penetapan SOP dalam berbagai kegiatan Desa dalam Pemdes tidak akan menjadi hal yang sulit karena sudah ada tata cara tersendiri yang dapat diadaptasi dalam pengaturan SOP di masing- masing Pemdes. ii. Fragmentasi Fragmentasi ini ditunjukkan dalam UU Desa dengan mengadakan kerja sama dengan Desa lain ataupun bekerja sama dengan pihak ketiga (UU6/2014 Pasal 91).
  • 25. Penyebaran tanggung jawab dalam kerja sama antar-Desa diberikan kepada kelompok/lembaga hasil musyawarah antar-Desa yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bersama Kepala Desa. Sedangkan kerja sama dengan pihak ketiga yang dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa dilakukan untuk mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 93). Pembagian tanggung jawab terhadap berjalannya program Pemdes juga diberikan kepada lembaga kemasyarakatan desa dalam membantu fungsi penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat Desa, merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa (UU6/2014 Pasal 94). Selain itu pengelolaan Keuangan Desa diberikan kepada perangkat Desa (UU6/2014 Pasal 75:2).
  • 26. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dukungan Undang-undang Desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa sangat berperan, hal tersebut dapat terlihat dari faktor-faktor seperti komunikasi antar lembaga, sumber daya, disposisi, serta struktur birokrasi yang mendukung berjalannya program/kegiatan Pemdes khususnya dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa. B. Saran Pemdes harus lebih berhati-hati dengan menentukan kebijakan turunan dari Undang-undang Desa agar wewenang khususnya dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat tidak bertentangan dengan kearifan lokal atau adat istiadat masyarakat Desa, dan memilih program yang sesuai dengan karakteristik Desa dan adat istiadatnya.
  • 27. DAFTAR PUSTAKA academia.edu. . Retrieved from https://www.academia.edu/6241649/intisari_UU_no_6_tahun_2014_ttg_Desa_ol eh_Try_Raharjanto_ Lestari, I. (2014). Penolakan dan Penerimaan Orang Rimba Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (Studi kasus: Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Dua Belas, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi). Universitas Andalas. Nawawi, I. (2009). Public Policy, Analisis, Strategi Advokasi Teori Dan Praktek. Surabaya: PMN Surabaya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang No. 06 Tahun 2014 tentang Desa. Purwo, A., & Jatmiko. (2012). Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Dalam Pelestarian Benda Cagar Budaya Sebagai Kearifan Lokal. DI. Yogyakarta. Rosyid, M. (2012). Perkembangan Komunitas Samin di Kudus dan Perlawanannya Terhadap Program Pembangunan Irigasi Tahun 1986. Semarang. Tachjan, H. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Bandung & Puslit KP2W Lembaga Penelitian Unpad. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Wahab, S. A. (2010). Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara (Kedua ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara. Wijaya, C., & Putra, H. A. (2012). Implementasi Program Pagu Wilayah Kecamatan(Pwk) Bidang Ekonomi. DI. Yogyakarta.