Hukum waris adat didasarkan pada prinsip-prinsip komunal dan kekeluargaan. Terdapat empat unsur pokok yaitu pewaris, harta warisan, ahli waris, dan proses penyerahan harta. Sistem pewarisan dapat berupa garis keturunan, individual, atau kolektif. Para ahli waris meliputi anak, cucu, istri, dan lainnya sesuai dengan aturan adat setempat.
Menurut Rene David, perbandingan hukum merupakan ilmu yg setua dg ilmu hukum itu sendiri, namun perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan baru pada abad-abad terakhir ini.
Demikian pula Adolf F. Schnitser mengemukakan, bahwa baru pada abad ke-19 perbandingan hukum itu berkembang sebagai cabang khusus dari ilmu Hukum
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
1. Berdasarkan kekuasaan absolut yang berada dibawah Mahkamah agung ada beberapa lingkungan peradilan, sebut dan jelaskan?
2. Didalam penyelesain perkara perdata ada beberapa tahap sebutkan? Serta jelaskan tahapan aministratif dalam perkara perdata?
3. Menurut KUHPerdata alat-alat bukti dalam hokum acara perdata terdiri atas, sebut dan jelaskan?
4. Menurut golongannya suatu putusan pengadilan dikenal dua macam pengolongan putusan, sebut dan jelaskan?
5. Sebut dan jelaskan Macam Upaya hokum dan macam Eksekusi menurut sifatnya? Serta buat skema hokum acara perdata di pengadilan?
Menurut Rene David, perbandingan hukum merupakan ilmu yg setua dg ilmu hukum itu sendiri, namun perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan baru pada abad-abad terakhir ini.
Demikian pula Adolf F. Schnitser mengemukakan, bahwa baru pada abad ke-19 perbandingan hukum itu berkembang sebagai cabang khusus dari ilmu Hukum
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
1. Berdasarkan kekuasaan absolut yang berada dibawah Mahkamah agung ada beberapa lingkungan peradilan, sebut dan jelaskan?
2. Didalam penyelesain perkara perdata ada beberapa tahap sebutkan? Serta jelaskan tahapan aministratif dalam perkara perdata?
3. Menurut KUHPerdata alat-alat bukti dalam hokum acara perdata terdiri atas, sebut dan jelaskan?
4. Menurut golongannya suatu putusan pengadilan dikenal dua macam pengolongan putusan, sebut dan jelaskan?
5. Sebut dan jelaskan Macam Upaya hokum dan macam Eksekusi menurut sifatnya? Serta buat skema hokum acara perdata di pengadilan?
Sistem Pewarisan dalam Hukum Adat by Agustinus Astono.pptxAgustinus Astono
Di Indonesia dikenal sistem pewarisan dalam hukum adat. Sistem Pewarisan dalam Hukum adat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu individual, kolektif, dan mayorat.
Fakultas Hukum Universitas Jakarta
Semester Gasal 2021
Dosen Yapiter Mapri
(Kelas bu yanti)
Sistem kewarisan individual
Harta peninggalan dapat dibagi-bagikan kepada para ahli waris seperti dalam masyarakat di Jawa
Sistem kewarisan kolektif
Harta peninggalan itu diwarisi secara bersama-sama para ahli waris, misalnya harta pusaka tidak dilmiliki atau dibagi-bagikan hanya dapat dipakai atau hak pakai.
Sistem kewarisan mayorat
Harta peninggalan diwariskan keseluruhan atau sebagian besar jatuh pada salah satu anak saja. Sistem kewarisan mayorat dibagi dua yaitu :
a. mayorat laki-laki yaitu harta peninggalan jatuh kepada anak-anak lakilaki.
b. Mayorat perempuan yaitu harta peninggalan jatuh pada anak perempuan tertua
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxAgustinus Astono
Pada awalnya, kedudukan janda atau duda tidak mewaris harta dalam perkawinannya, tetapi dalam perkembangannya, bahwa janda dan duda dapat mewaris harta tersebut. Janda dan duda dapat mewaris karena akibat dari perkembangan zaman dari hukum adat itu sendiri. Di dalam hukum adat, kedudukan janda dan duda dapat dilihat dari sistem kekerabatannya, yaitu sistem kekerabatan patrilineal, sistem kekerabatan matrilineal, dan sistem kekerabatan parental atau bilateral. Terkait dengan kedudukan janda, janda dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu janda perempuan dan janda laki-laki (duda). Terhadap harta asal istrinya, dengan adanya prinsip dalam hukum adat, kedudukan janda laki-laki dan kedudukan janda perempuan itu dilihat dari sistem kekerabatannya (partilineal, matrilineal, atau parental/bilateral). Dalam Hukum Nasional Putusnya Perkawinan Serta Akibatnya terdapat dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. sebab-sebab putusnya perkawinan, antara lain: kematian, perceraian serta atas keputusan pengadilan.
Hukum Keluarga dan Waris Adat by agustinus astono.pptxAgustinus Astono
Hukum Waris Adat merupakan hukum yang memuat ketentuan-ketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang harta warisan, pewaris dan ahli waris serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada ahli waris.
SISTEM HUKUM INDONESIA
Sistem hukum merupakan suatu kesatuan sistem yang tersusun atas integralitas berbagai komponen sistem hukum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait, bergantung, memengaruhi, bergerak dalam kesatuan proses, yaitu proses sistem hukum, untuk mewujudkan tujuan hukum
KONSEP DASAR PENGANTAR HUKUM INDONESIA
unsur-unsur Hukum dan kaidah dan norma yang berlaku di masyarakat
Perbedaan, persamaan dan hubungan pih dan phi
Sumber hukum dalam arti formal
WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
Warga Negara adalah warga suaru negra yang ditetapkan berdasrkan peraruran perundang-undangan. Warga Negara adalah istilah yuridis sementara rakyat adalah istilah politik, baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sejarah Perkembangan Peraturan Perundang-undangan tentang Kewarganegaraan di Indonesia
Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara
Letak Hukum Tata Negara
Obyek dan Ruang Lingkup Hukum Tata Negara
Empat fungsi utama Negara dan Tipe negara Konsep Negara
Masalah ketatanegaraan yang terdapat Dalam UUD 1945
PERADILAN HUKUM ADAT
Dasar Hukum dan Pengertian Peradilan Hukum Adat (Pasal 3a Rechterlijke Organisatie )
Jenis-jenis Peradilan dan Peradilan yang Menerapkan Hukum Adat
Peradilan pribumi, Peradilan desa
, Peradilan swapraja
Jenis-jenis Putusan Hakim dan Sifat Putusan Hakim
Kekuatan materiilAturan-aturan hukum adat
Hakim Terikat dan Bebas
HUKUM TANAH ADAT
Hukum Purba Masyarakat. Hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam hukum adat. Tanah Ulayat. Sisi bentuk masyarakat hukum adat. Hak Persekutuan Atas Tanah / Hak Ulayat
Hukum Perkawinan adat
Upacara peralihan tersebut terdiri atas 3 tingkatan, yaitu:Rites de Separation yaitu upacara perpisahan dari status semula;
Rites de Marga, yaitu upacara ke status yang baru;
Rites de Agreegation, yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.
Asas-Asas Dalam hukum Perkawinan adat
Bentuk Perkawinan adat
Sistem Perkawinan dalam Hukum Adat dan Perceraian dalam Hukum Adat
Keturunan, hubungan anak dengan orang tua,
Masalah adat Jika tidak ada Perkawinan
Hubungan anak dengan Keluarga
Anak Yatim Piatu
Mengangkat Anak (Adopsi)
Konsep dasar Hukum Perhutangan
ciri Pokok dari Hukum Perhutangan
Hak atas perumahan, tumbuh-tumbuhan, ternak dan barang
Prinsip Pengecualian
Perbuatan Kredit, Tolong Menolong antara satu sama lain dan bertimbal balik, Kredit Perseorangan
Pengertian Delik Adat,jenis, objek
Perimbangan antara dunia lahir dengan gaib
sifa pelanggaran Hukum Adat
petugas Hukum adat
Aliran Pemikiran tradisional dan barat
Struktur Masyarakat dan Organisasi Hukum adat
Persekutuan Hukum, Masyakarakat Hukum Desa, Masyakarakat Hukum Wilayah (Persekutuan Desa) Masyarakat Hukum Serikat Desa ( Perserikatan Desa), Masyarakat Hukum yang strukturnya bersifat Genealogis Teritorial,
Sifat-sifat umum hukum adat di Indonesia
Pembidangan Hukum Adat dan Wilayah Hukum Adat di Indonesia
Sumber Pengenal Hukum Adat
Ciri-Ciri Hukum Adat
Sumber-Sumber Hukum Adat, Sifat, Sistem-sistem Hukum Adat dan corak-corak Hukum adat Indonesia
Dasar Hukum sah beralkunya Hukum adat
2. Istilah dan Pengertian Hukum Adat
Waris
Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garisgaris ketentuan
mengenai sistem dan Asas-asas hukum waris; tentang harta warisan;
pewaris dan ahli waris; serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan
penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada ahli waris.
Hukum waris adat merupakan hukum penerusan harta kekayaan dari satu
generasi kepada keturunannya. Hukum kewarisan tersebut pada dasarnya
bersendikan prinsip-prinsip komunal atau kebersamaan sebagai bagian
dari kepribadian bangsa Indonesia
3. empat unsur pokok dalam hukum adat
waris
a. Adanya pewaris;
b. Adanya harta warisan;
c. Adanya ahli waris; dan
d. Penerusan dan pengoperan harta waris
4. Aturan-aturan hukum lainnya
1. Adanya hak purba pertuanan ulayat masyarakat adat yang bersangkutan yang
membatasi pewarisan tanah
2. Adanya transaksi seperti jual gadai tanah yang harus dilanjutkan oleh para
ahli waris yang ditinggalkan
3. Adanya hak dan kewajiban timbul dari perbuatan-perbuatan kredit tetap
berkekuatan hukum setelah pelaku semula (pewaris) Meninggal dunia
4. Adanya struktur pengelompokan wangsa atau sanak termasuk pula bentuk
perkawinan akan turut menentukan bentuk isi pewarisan
5. Adanya perbuatan hukum seperti pengangkatan anak, pernikahan ambil anak
, pemberian modal berumah tangga kepada anak perempuanpada saat
menikah yang merupakan perbuatan di wilayah hukum kewarisan
5. Sifat Hukum Waris Adat
Harta warisan adat terdiri dari harta yang tidak dapat dibagi-bagikan penguasaan dan pemilikannya
kepada para ahli waris dan ada yang dapat dibagikan. Harta yang tidak terbagi adalah milik
beberapa para waris, ia tidak boleh dimiliki secara perorangan, tetapi ia dapat dipakai dan dinikmati.
Sifat hukum waris adat secara umum:
1. Harta warisan dalam sistem hukum adat tidak merupakan kesatuan yang dapat dinilai harganya,
tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat terbagi atau dapat terbagi tetapi menurut jenis
macamnya dan kepentingan para ahli waris;
2. Hukum waris adat tidak mengenal asas legitieme portie atau bagian mutlak;
3. Hukum waris adat tidak mengenal adanya hak bagi ahli waris untuk sewaktu-waktu menuntut
agar harta warisan segera dibagikan.
6. Asas Pewarisan dalam Hukum Adat
1. Jika pewarisan tidak dapat dilaksanakan secara menurun, maka warisan ini dilakukan secara ke atas
atau ke samping, artinya: yang menjadi ahli waris ialah pertama-tama anak laki atau perempuan dan
keturunan mereka.
2. Menurut hukum adat, tidaklah selalu harta peninggalan seseorang itu langsung dibagi di antara para
ahli waris setelah si pewaris meninggal dunia, namun merupakan satu kesatuan yang pembagiannya
ditangguhkan dan adakalanya tidak dibagi sebab harta tersebut tidak tetap dan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dibagi untuk selamanya.
3. Hukum adat mengenal prinsip penggantian tempat (plaatsvervulling), artinya: ketika seorang anak
sebagai ahli waris dari ayahnya, maka posisi anak itu dapat digantikan oleh anak dari anak tersebut
(cucu dari si pewaris), dan bagian dari cucu ini adalah sama dengan yang akan diperoleh ayahnya
sebagaimana bagian warisan yang diterimanya.
4. Dikenal adanya lembaga pengangkatan anak (adopsi) di mana hak dan kedudukan anak angkat bisa
seperti anak sendiri (kandung).
7. Asas-asas yang khusus yang berpangkal
pada sila-sila Pancasila
1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri Dengan dasar hukum orang berpegang pada ajaran Ketuhanan Yang
Maha Esa, maka dengan iman dan takwanya ia dapat mengendalikan diri menahan nafsu kebendaan sehingga
dapat mengendalikan diri dalam masalah kewarisan.
2. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak Adanya asas demikian dimaksudkan bahwa setiap ahli waris mempunyai
kesamaan kedudukan sebagai orang yang berhak untuk mewaris harta peninggalan pewarisnya, seimbang antara
hak dan kewajiban tanggung jawab bagi setiap ahli waris untuk memperoleh harta warisannya
3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan Suatu asas yang dipertahankan untuk tetap memelihara hubungan
kekeluargaan yang tenteram dan damai dalam mengurus, menikmati dan memanfaatkan warisan yang tidak
terbagi ataupun dalam menyelesaikan masalah pembagian pemilikan harta warisan yang dibagi
4. Asas Musyawarah dan Mufakat Dalam mengatur atau menyelesaikan harta warisan setiap anggota waris
mempunyai rasa tanggung jawab yang sama dan/atau hak dan kewajiban yang sama berdasarkan musyawarah
dan mufakat Bersama
5. Asas Keadilan dan Pengasuhan Asas welas asih terhadap para anggota keluarga pewaris dikarenakan keadaan,
kedudukan, jasa, karya dan sejarahnya. Dengan demikian, meskipun bukan ahli waris juga wajar untuk
diperhitungkan mendapat bagian harta warisan.
9. Sistem Garis Keturunan
a. Sistem Patrilineal (kelompok garis ke-bapak-an) Sistem keturunan yang ditarik
menurut garis bapak, di mana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya
daripada kedudukan wanita di dalam pewarisan.
b. Sistem Matrilineal (kelompok garis ke-ibu-an) Sistem keturunan yang ditarik
menurut garis ibu, di mana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya
dibandingkan kedudukan pria dalam pewarisan.
c. Sistem Parental atau Bilateral (kelompok garis ibu-bapak) Sistem yang ditarik
menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu), di mana
kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan dalam pewarisan
10. Sistem Pewarisan Individual
Sistem pewarisan yang setiap waris mendapatkan
pembagian untuk dapat menguasai dan/atau
memiliki harta warisan menurut bagiannya
masing-masing. Setelah harta warisan tersebut
dilakukan pembagian, maka masing-masing ahli
waris dapat menguasai dan memiliki secara
individual bagian harta warisannya untuk
diusahakan dan dinikmati.
11. Sistem Pewarisan Kolektif
Pengalihan kepemilikan harta peninggalan dari pewaris
kepada waris sebagai kesatuan yang tidak terbagi-bagi
penguasaan dan pemilikannya, melainkan setiap waris
berhak untuk mengusahakan, menggunakan atau
mendapat hasil dari harta peninggalan itu; sedangkan cara
pemakaiannya diatur bersama atas dasar musyawarah dan
mufakat oleh semua anggota kerabat yang berhak atas
harta peninggalan di bawah bimbingan kepala kerabat.
12. Sistem Pewarisan Mayorat
merupakan sistem kewarisan kolektif, hanya saja pengalihan harta yang tidak
terbagi itu dilimpahkan kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin
keluarga menggantikan kedudukan ayah dan ibu sebagai kepala keluarga.
a. Mayorat lelaki, yaitu kepemimpinan yang dipegang oleh anak laki-laki tertua
seperti berlaku di lingkungan masyarakat adat Lampung;
b. Mayorat perempuan, yaitu anak tertua perempuan sebagai penunggu harta
orang tua seperti berlaku di lingkungan masyarakat adat Semendo di Sumatera
Selatan.
13. Alasan-alasan harta peninggalan tidak
dapat dibagi
1. Karena sifatnya seperti barang-barang milik bersama/milik kerabat;
2. karena kedudukan hukumnya seperti barang keramat, kasepuhan, tanah
bengkok, tanah kasikepan;
3. Karena pembagian warisan ditunda, misal: adanya anak-anak yang belum
dewasa;
4. Karena belum bebas dari kekuasaan persekutuan seperti tanah milik desa;
5. Karena hanya diwariskan pada satu golongan saja seperti pada sistem
kewarisan mayorat.
14. Penghibahan Atau Pewarisan
1. Hibah biasa, yaitu pemberian harta kekayaan pada waktu pewaris masih
hidup;
2. Hibah wasiat, yaitu pelaksanaannya setelah pewaris meninggal dunia
harta tersebut baru diberikan.
syarat-syarat hibah
a. Hibah tidak memerlukan persetujuan ahli waris;
b. Hibah tidak menyebabkan ahli waris yang lain menjadi kehilangan hak
atas harta kekayaan tersebut
15. Para Ahli Waris
Keputusan Mahkamah Agung tanggal 1 November 1961 (Reg. Nomor
179/K/Sip/61), anak perempuan dan anak laki-laki – dari seorang pewaris – bersama
berhak atas harta warisan dalam arti bahwa bagian anak laki-laki adalah sama
dengan anak perempuan.
Anak angkat anak angkat berhak atas barang (harta) gono-gini orang tua
angkatnya, sedangkan barang-barang pusaka (barang asal), anak angkat tidak
berhak mewarisinya.
Anak tiri, Terhadap bapak atau ibu kandungnya, anak itu adalah ahli waris, tetapi
terhadap bapak atau ibu tirinya anak itu bukanlah ahli waris melainkan hanya warga
serumah tangga saja.
Anak di luar kawin adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak pernah
disahkan, sehingga ia hanya dapat mewarisi dari pihak ibunya saja
16. Kedudukan janda
Dalam sistem kekeluargaan matrilineal: harta warisan suami yang
meninggal kembali ke keluarga suami atau saudara kandungnya;
Dalam sistem kekeluargaan patrilineal:
• Istri dapat mewarisi harta peninggalan suaminya;
• Anak yang belum dewasa di bawah kekuasaan ibunya dan harta kekayaan
anak dikuasai ibunya.
• Janda wajib berada dalam ikatan kekeluargaan kerabat suami, bahkan tidak
jarang janda menjadi istri dari saudara suami.
17. Kedudukan duda
Di daerah Minangkabau dengan sistem kekeluargaan Matrilineal, suami pada
hakikatnya tidak masuk dalam keluarga istri sehingga duda tidak berhak atas
warisan istri;
Di daerah Batak/Tapanuli, suami berhak atas warisan istrinya yaitu barang-
barang yang dulu dibawa oleh istrinya;
Di Jawa, duda berhak mendapat nafkah dari harta kekayaan rumah tangga
setelah istrinya meninggal dunia.
18. Dasar Hukum Tentang Waris Adat
1. Keputusan Mahkamah Agung 18 Maret 1959 (Reg. Nomor
391/K/SIP/1959)mengatakan bahwa: “Hak untuk mengisi/menggantikan
kedudukan ahli waris yang telah lebih dahulu meninggal dunia daripada yang
meninggalkan warisan adalah ada pada keturunan dalam garis menurun.”
2. Keputusan Mahkamah Agung tanggal 10 November 1959 (Reg. Nomor
141/K/SIP/1959) mengatakan bahwa:
o Penggantian waris dalam garis keturunan ke atas juga mungkin ditinjau dari
rasa keadilan;
o Pada dasarnya, penggantian waris harus ditinjau pada rasa keadilan masyarakat
dan berhubungan dengan kewajiban untuk memelihara orang tua dan sebaliknya.