SlideShare a Scribd company logo
Pembahasan Soal UAS
Hukum Acara Pidana
FH UNPAS
Rudi Pradisetia Sudirdja, SH
Bandung, 6 Juni 2014www.rudipradisetia.com
1
www.rudipradisetia.com
Soal UAS Hukum Acara Pidana
FH UNPAS Tahun 2012/2013
2
www.rudipradisetia.com
3
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 1
• Menurut Romli Atmasasmita alat bukti adalah sesuatu yang
dijadikan dasar oleh hakim untuk menyatakan terdakwa
bersalah atau tidak, dan kemudian menjadi pertimbangan untuk
menjatuhkan putusan. Dalam Pasal 184 ayat (1)
KUHAP disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah :
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan
keterangan terdakwa.
• Alat bukti petunjuk diatur dalam pasal 184 ayat (1) huruf d dan
pasal 188 KUHAP. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau
keadaan yang karena penyesuaiannya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,
menandakan bahwa terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya, hal ini seperti apa yang tercantum dalam pasal 188
ayat (1) KUHAP. 4
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Yahya Harahap menyatakan bahwa alat bukti petunjuk adalah isyarat
yang dapat ditarik dari suatu perbuatan, kejadian, atau keadaan
dimana isyarat itu mempunyai persesuaian antara yang satu dengan
yang lain maupun isyarat itu mempunyai persesuaian dengan tindak
pidana itu sendiri, dan dari persesuaian tersebut melahirkan atau
mewujudkan suatu petunjuk yang membentuk kenyataan terjadinya
tindak pidana dan terdakwalah pelakunya.
• Syarat-syarat untuk dapat dijadikannya petunjuk sebagai alat bukti
haruslah :
a. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi.
b. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain
dengan kejahatan yang terjadi.
c. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa
maupun saksi di persidangan. 5
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Pasal 1 butir 27 KUHAP: Keterangan saksi adalah salah satu alat
bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, Ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan
pengetahuannya itu.
• Pasal 1 butir 28 KUHAP: Keterangan ahli adalah keterangan
yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
• Saksi memberikan keterangan berdasarkan sesuatu yang
dilihat, di dengar dan dialaminya, sedangkan ahli memberikan
keterangan berdasarkan pengetahuanya tentang sesuatu hal.
Sehingga saksi memberikan keterangan terbatas pada apa yang
ia lihat, ia dengar dan ia alami sendiri. Oleh karenanya saksi
tidak diperkenankan memberikan pendapat.
6
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 2
• Putusan sela ( interim meascure ) adalah merupakan putusan yang dijatuhkan oleh
hakim sebelum hakim memeriksa pokok perkara baik perkara pidana maupun
perkara perdata. Dalam Praktik pemeriksaan perkara pidana, putusan sela
biasanya dijatuhkan karena adanya eksepsi dari terdakwa atau Penasihat
Hukumnya.
• Terhadap adanya Eksepsi Terdakwa atau Penasihat Hukumnya Hakim Wajib
memberikan “putusan sela”, apakah menerima atau menolak eksepsi tersebut.
Bentuk dan sifat putusan yang dijatuhkan oleh Hakim dalam hal adanya Eksepsi
dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya terdiri dari tiga macam yaitu :
Penetapan, Putusan Sela, dan Putusan Akhir.
• Putusan atas Eksepsi dapat berbentuk Penetapan adalah dalam hal Pengadilan
berpendapat bahwa Pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang untuk
mengadili kemudian melimpahkannya kepada Pengadilan lainnya. Sedangkan
suatu putusan lainnya dapat berbentuk putusan sela yang berarti putusan tersebut
dijatuhkan sebelum dijatuhkannya putusan akhir. Dapat juga suatu putusan sela
bersifat dan berbentuk suatu putusan akhir, yang berarti bahwa pemeriksaan
perkara tersebut dinyatakan berhenti. Putusan ini mengandung konsekuensi
berlakunya asas Nebis In Idem.
• Hakim menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir (putusan sela) karena
adanya eksepsi dari terdakwa atau Penasihat Hukumnya.
7
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Surat Dakwaan adalah sebuah akta yang dibuat oleh penuntut umum
yang berisi perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada
terdakwa berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan. Surat
dakwaan merupakan senjata yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa
Penuntut Umum berdasarkan atas asas oportunitas yang memberikan
hak kepada jaksa penuntut umum sebagai wakil dari negara untuk
melakukan penuntutan kepada terdakwa pelaku tindak pidana.
• Pasal 143 KUHAP , Penuntut umum membuat surat dakwaan yang
diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:
a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan
tersangka;
b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan.
• Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum. 8
www.rudipradisetia.com
Lanjutan
• Hakim menjatuhkan putusan yang berbunyi surat dakwaan batal demi
hukum karena Surat Dakwaan yang dibuat oleh Jaksa penuntut
Umum tidak memenuhi syarat materil surat dakwaan sebagaimana
diatur dalam pasal 143 ayat 2 huruf (b).
• Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP tentang putusan bebas dan
putusan lepas, sebagai berikut:
(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di
sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa
diputus bebas.
(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu
tindakan pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan
hukum. 9
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Menurut Lilik Mulyadi perbedaan antara putusan bebas dan lepas
dapat ditinjau dari segi hukum pembuktian, yaitu:
• Pada putusan bebas (vrijspraak) tindak pidana yang didakwakan
jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaannya tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan menurut hukum. Dengan kata lain, tidak
dipenuhinya ketentuan asas minimum pembuktian (yaitu dengan
sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah) dan disertai keyakinan
hakim (Vide Pasal 183 KUHAP)
• Sedangkan, pada putusan lepas (onslag van recht vervolging), segala
tuntutan hukum atas perbuatan yang dilakukan terdakwa dalam surat
dakwaan jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum, akan tetapi terdakwa tidak dapat
dijatuhi pidana, karena perbuatan tersebut bukan merupakan tindak
pidana, misalnya merupakan bidang hukum perdata, hukum adat atau
hukum dagang. 10
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 3
• Menurut saya, dalam kasus vivin sebagaimana diuraikan dalam soal.
Majelis hakim dapat menjatuhkan putusan lepas (onslag van recht
vervolging). Hal ini dikarenakan perbuatan yang dilakukan terdakwa
terbukti secara sah dan meyakinkan dan merupakan tindak pidana.
Namun terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana,
karena terdapat alasan pemaaf atas kesalahan, yaitu terdakwa ketika
melakukan tindak pidana dalam keadaan sakit jiwa. (Vide pasal 44
KUHP)
• Pasal 44 ayat (1) KUHP : “Tiada dapat dipidana barangsiapa
mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya
atau sakit berubah akal.” Pasal 44 ayat (2) “Jika nyata perbuatan itu
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang
sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim
memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama-
lamanya satu tahun untuk diperiksa.” 11
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Putusan lepas tidak dapat diajukan upaya hukum banding (lihat
Pasal 67 KUHAP).
• Terhadap putusan lepas sesuai dengan pasal 244 KUHAP,
Jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum kasasi.
Permohonan kasasi disampaikan kepada panitera pengadilan
yang memutus perkara dalam tingkat pertama, dalam waktu
empat belas hari sesudah putusan pengadilan yang diminta
kasasi itu diberitahukan kepada terdakwa.
• Sehingga dalam kasus ini Jaksa Penuntut umum hanya dapat
melakukan upaya hukum kasasi terhadap putusan lepas yang
dijatuhkan oleh majelis hakim.
12
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 4
• Berdasarkan Pasal 205 ayat (1) KUHAP yang diperiksa menurut
acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah : perkara yang diancam
dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau
denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan
penghinaan ringan, kecuali perkara pelanggaran lalu lintas (Pasal 211
KUHAP).
• Pasal 352 KUHP, Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356,
maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam,
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
• Pelaku Tindak pidana penganiyaan ringan diancam dengan pidana
maksimal tiga bulan, sehingga dapat diselesaikan menggunakan acara
pemeriksaan cepat sesuai dengan pasal 205 ayat (1) KUHAP. 13
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Dalam kasus ini, Noni dapat diadili menggunakan acara
pemeriksaan cepat sesuai dengan pasal 205 KUHAP, karena
tindak pidana yang dilakukan yaitu penganiyaan ringan
diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga
bulan ( vide pasal 252 KUHP).
• Pasal 210 KUHAP yang menyatakan bahwa “Ketentuan dalam
bagian kesatu, bagian kedua dan bagian ketiga bab ini tetap
berlaku sepanjang peraturan ini tidak bertentangan dengan
paragraf ini. Oleh karenanya ketentuan dalam bagian kesatu,
kedua dan ketiga tetap berlaku bagi Noni. Sehingga dalam
kasus ini, Noni tidak diperkenankan mengajukan upaya hukum
banding sesuai dengan pasal 67 KUHAP, namun Noni dapat
mengajukan upaya hukum kasasi sesuai dengan ketentuan
dalam pasal 244 KUHAP. 14
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 5
• Mengacu pada UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (“KUHAP”), pejabat polisi negara RI adalah bertindak
sebagai penyelidik dan penyidik perkara pidana (lihat pasal 4
jo pasal 6 KUHAP). Jadi, polisi berwenang untuk menjadi
penyelidik dan penyidik untuk setiap tindak pidana, termasuk
tindak pidana korupsi.
• Berdasarkan pasal 30 UU No 16 tahun 2004 tentang
Kejaksaan, kejaksaaan berwenang untuk
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang. Kewenangan kejaksaan ini
contohnya kewenangan yang diberikan oleh UU No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001, dan
UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
15
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Berdasarkan pasal 6 UU KPK, bertugas untuk melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi. Pasal 11 UU KPK selanjutnya membatasi
bahwa kewenangan KPK melakukan penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan dibatasi pada tindak pidana korupsi yang:
1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara,
dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara negara;
2. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
dan/atau
3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
16
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Pasal 50 ayat 1 yang berbunyi : “Dalam hal suatu tindak pidana korupsi
terjadi dan Komisi Pemberantasan Korupsi belum melakukan
penyidikan, sedangkan perkara tersebut telah dilakukan penyidikan oleh
Kepolisian atau Kejaksaan, instansi tersebut wajib memberitahukan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja terhitung sejak tanggal dimulainya penyidikan.”
• Pasal 50 ayat 2 yang berbunyi : “Penyidikan yang dilakukan oleh
Kepolisian atau Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib
dilakukan koordinasi secara terus-menerus dengan Komisi
Pemberantasan korupsi.”
• Pasal 50 ayat 3 yang berbunyi : “Dalam hal Komisi Pemberantasan
Korupsi sudah mulai melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, Kepolisian atau Kejasaan tidak berwenang lagi melakukan
penyidikan.”
• Pasal 50 ayat 4 yang berbunyi : “Dalam hal penyidikan dilakukan secara
bersamaan oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan dan Komisi
Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian atau
Kejaksaan tersebut segera dihentikan.” 17
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Dalam hal terjadi penyidikan yang berbarengan sebagaimana
yang diuraikan dalam soal ini. Menurut pasal 50 ayat 4 UU
KPK lembaga yang paling berwenangan melakukan
penyidikan adalah Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam
pasal diatas dikemukakan “Dalam hal penyidikan dilakukan
secara bersamaan oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan dan
Komisi Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan
oleh Kepolisian atau Kejaksaan tersebut segera dihentikan.”
• Dalam hal ini berlaku asas “lex specialis derogat lex
generalis” Perundang undangan yang khusus
mengesampingkan perundang undangan yang umum”
18
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 6
• Pada dasarnya, dalam sistem hukum pidana formil di
Indonesia, beban untuk membuktikan ada atau tidaknya pidana
terletak pada Jaksa Penuntut Umum. Hal ini sebagaimana
tersirat dalam Pasal 66 KUHAP, bahwa tersangka atau
terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
Dalam penjelasan Pasal 66 KUHAP, dikatakan bahwa
ketentuan ini adalah penjelmaan asas “praduga tak bersalah”.
• Pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban
pembuktian yang tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi
kepada terdakwa.
19
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Di Indonesia, sistem pembalikan beban pembuktian dapat
dilihat antara lain dalam UU Tipikor, tetapi yang diterapkan
dalam UU Tipikor adalah sistem pembalikan beban
pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang. Sistem
pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau
berimbang ini dijelaskan dalam penjelasan UU Tipikor
tersebut, yaitu terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan
bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib
memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan
harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang
atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan
perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum tetap
berkewajiban membuktikan dakwaannya. 20
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Mengenai sistem pembalikan beban pembuktian yang bersifat
terbatas atau berimbang ini dapat kita lihat dalam Pasal 37 ayat (1)
dan Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor:
• Pasal 37 ayat (1) UU Tipikor : “Terdakwa mempunyai hak untuk
membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi.”
• Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor : “Ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan tindak pidana atau perkara
pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal
13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, sehingga
penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan
dakwaannya.” 21
www.rudipradisetia.com
Lanjutan
• Pasal 12B (1) UU No 20 Tahun 2001, Setiap gratifikasi kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau
lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan
suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan
oleh penuntut umum.
• Pasal 38A : Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 B ayat (1) dilakukan pada saat pemeriksaan disidang
pengadilan. 22
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Pasal 28 UU Tipikor juga mengatur bahwa untuk kepentingan
penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan tentang
seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak,
dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan
atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana
korupsi yang dilakukan tersangka.
• Pasal 77 UU No 8 Tahun 2010 tentang tindak Pidana
pencucian uang, Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta
Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.
23
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Menurut saya setelah melihat uraian diatas, bahwa dalam
tindak pidana korupsi beban pembuktian terbalik tidak hanya
berlaku pada proses penuntutan dan persidangan (vide pasal
38A), namun juga dalam proses penyidikan. Hal ini dapat
dilihat dalam pasal Pasal 28 UU Tipikor, yang merumuskan
untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan
keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda
istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau
korporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai
hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan
tersangka.
• Sedangkan dalam UU No 8 Tahun 2010 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang, beban pembuktian terbalik hanya
dapat dilakukan ketika proses pemeriksaan dimuka sidang
pengadilan, sesuai dengan ketentuan pasal 77 UU TPPU.
24
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 7
• Dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan
Surat Dakwaan. disebutkan tentang bentuk-bentuk surat dakwaan antara lain:
1. Dakwaan Tunggal
Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena
tidak terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti
lainnya.
2. Dakwaan Alternatif
Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis,
lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada
lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang
Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif,
meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang
dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti
maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk Surat
Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung
atau.
Contoh dakwaan alternatif: Pertama: Pencurian (Pasal 362 KUHP) atau Kedua:
Penadahan (Pasal 480 KUHP)
25
www.rudipradisetia.com
lanjutan
3. Dakwaan Subsidair
Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga
terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis
dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan
sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari
Tindak Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan
Tindak Pidana yang diancam dengan pidana terendah.
Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan secara berurut
dimulai dari lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya.
Lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan
dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan yang
bersangkutan.
• Contoh dakwaan subsidair:
Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP)
Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)
26
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• 4. Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak
Pidana sekaligus, ke semua dakwaan harus dibuktikan satu
demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan
secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut.
Dakwaan ini dipergunakan dalam hal Terdakwa melakukan
beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan
Tindak Pidana yang berdiri sendiri.
Contoh dakwaan kumulatif:
Kesatu: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)
dan
Kedua: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)
Dan
Ketiga: Perkosaan (Pasal 285 KUHP)
27
www.rudipradisetia.com
lanjutan
5. Dakwaan Kombinasi
Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini
dikombinasikan atau digabungkan antara dakwaan kumulatif
dengan dakwaan alternatif atau subsidair.
Contoh dakwaan kombinasi:
Kesatu: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);
Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP);
Dan
Kedua: Primair: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363
KUHP);
Subsidair: Pencurian (Pasal 362 KUHP)
28
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Mengingat hal-hal yang telah dijabarkan di atas, maka
penggunaan kata dan, atau, juncto, atau primair-
subsidair disesuaikan dengan jenis Tindak Pidana yang
dilakukan oleh Terdakwa. Dalam hal terdakwa melakukan satu
Tindak Pidana yang menyentuh beberapa perumusan Tindak
Pidana dalam undang-undang dan belum dapat dipastikan
tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang dilanggar,
dipergunakan dakwaan alternatif (menggunakan kata atau)
atau dakwaan subsidair. Sedangkan, dalam hal terdakwa
melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing
merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri-sendiri
dipergunakan bentuk dakwaan kumulatif (menggunakan kata
dan). 29
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Dalam kasus sebagaimana di uraiakan diatas, menurut saya terdakwa
dapat dijerat dengan pasal-pasal berikut ini :
Pasal 374 KUHP
“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap
barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian
atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.”
Pasal 365 KUHP (1)
“Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atsu mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau
peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.
30
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Jaksa dapat menyusun surat dakwaan dengan bentuk dakwaan
alternatif, hal ini dikarenakan belum dapat dipastikan tindak pidana
mana yang paling tepat dapat dibuktikan.
• Dakwaan alternatif :
Pertama Pasal 374 KUHP
Atau
Kedua Pasal 365 KUHP (1)
31
www.rudipradisetia.com
Pembahasan No 8
• Dalam pasal 263 KUHAP tidak diatur secara tersurat bahwa
jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum
peninjauan kembali. Namun dalam praktiknya jaksa sering
melakukan upaya hukum tersebut, dan Mahkamah Agung
menerima peninjauan kembali jaksa tersebut.
• Keputusan Mahkamah Agung menerima peninjauan kembali
yang diajukan oleh jaksa, pertama dimulai dalam kasus
Muchtar Pakpahan. Pertimbangan hukum Mahkamah Agung
dalam menerima pengajuan peninjauan kembali oleh jaksa
dalam putusan peninjauan kembali perkara Muchtar Pakpahan,
perkara Ram Gulumal alias V. Ram (The Gandhi Memorial
School), perkara Soetiyawati maupun perkara Pollycarpus
Budihari Priyanto tersebut di atas, didasarkan atas alasan yang
pada intinya sebagai berikut :
32
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, yang
saat ini sudah diubah oleh Pasal 24 Undang undang No 48 tahun
2009 tentang kekuasaan kehakiman yang menentukan “Terhadap
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan permintaan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal
atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang”.
• Ketentuan tersebut tidak menjelaskan tentang “siapa saja yang
dimaksud pihak pihak yang bersangkutan yang dapat mengajukan
peninjauan kembali” tersebut.
• Dalam putusan Mahkamah Agung perkara Muchtar Pakpahan
maupun putusan setelahnya telah memberikan jawaban dengan
menggunakan penafsiran ekstensif, bahwa yang dimaksud “pihak-
pihak yang berkepentingan dalam perkara pidana”, selain terpidana
atau ahli warisnya adalah jaksa.
• Sehingga atas dasar tersebut Mahkamah Agung dalam praktik
menerima peninjauan kembali yang dilakukan oleh jaksa penuntut
umum, walaupun dalam pasal 263 KUHAP tidak diatur.
33
www.rudipradisetia.com
lanjutan
• Menurut saya Mahkamah Agung telah tepat mengambil
langkah untuk menerima peninjauan kembali yang dilakukan
oleh jaksa. Dengan penafsiran yang dilakukanya, MA telah
melakukan terobosan hukum yang mampu memberikan
keadilan bagi masyarakat. MA tidak lagi berfikir secara
legalistik semata namun berfikir progresif dengan mengikuti
perkembangan masyarakat.
34
www.rudipradisetia.com
Referensi
• Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009
• Hukum Online ; www.hukumonline.com, ; Bedanya Kewenangan
Polisi, jaksa dan KPK dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi,
Bentuk-bentuk Surat Dakwaan, Tentang Sistem Pembalikan Beban
Pembuktian.
• Lilik Mulyadi. Hukum Acara Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2002.
• M. Sofyan Lubis, Nebis in Idem vs Putusan Sela Miranda Rule,
http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=nebis-in-idem-vs-putusan-
sela-miranda-rule
• Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan
KUHAP : Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan
Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2003
• Yahya Harahap , Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan
KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2003
35
www.rudipradisetia.com
36
www.rudipradisetia.com

More Related Content

What's hot

PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
sayidmuhfaldy
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
alsalcunsoed
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
Anto Neo Madani
 
surat kuasa tergugat
surat kuasa tergugatsurat kuasa tergugat
surat kuasa tergugat
Nakano
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Sigit Riono
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
Fenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Idik Saeful Bahri
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugat
Nakano
 
Replik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdataReplik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdata
Topan Erlando
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
Kardoman Tumangger
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
anthonius karianga
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTAndhika Pratama
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Contoh Surat Tuntutan
Contoh Surat TuntutanContoh Surat Tuntutan
Contoh Surat Tuntutan
Fenti Anita Sari
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Bab 10 penyertaan
Bab 10   penyertaanBab 10   penyertaan
Bab 10 penyertaan
Nuelimmanuel22
 

What's hot (20)

PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
 
Perbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak PidanaPerbarengan Tindak Pidana
Perbarengan Tindak Pidana
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
surat kuasa tergugat
surat kuasa tergugatsurat kuasa tergugat
surat kuasa tergugat
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugat
 
Replik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdataReplik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdata
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPTMateri kuliah Hukum Acara Pidana PPT
Materi kuliah Hukum Acara Pidana PPT
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Contoh Surat Tuntutan
Contoh Surat TuntutanContoh Surat Tuntutan
Contoh Surat Tuntutan
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
Bab 10 penyertaan
Bab 10   penyertaanBab 10   penyertaan
Bab 10 penyertaan
 

Viewers also liked

Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Rudi Sudirdja
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Anggit Dwi A
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumsyophi
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
asnin_syafiuddin
 
Hukum Keluarga
Hukum Keluarga Hukum Keluarga
Hukum Keluarga
Muhamad Yogi
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Eko Nainggolan
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
Muhammad Qoyim
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
Masrijal SH MH
 
Menyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirriMenyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirri
Muhsin Hariyanto
 
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Perkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianPerkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraian
Mohammad Hakim
 
Perkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianPerkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraian
Tatang Suwandi
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agama
Rachman B. Prasetyo
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Rahmanzie Share
 
Perrilaku terpuji
Perrilaku terpujiPerrilaku terpuji
Perrilaku terpuji
yaniajhaa34
 

Viewers also liked (20)

Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
02 perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim
 
Hukum Keluarga
Hukum Keluarga Hukum Keluarga
Hukum Keluarga
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsiPeran mahasiswa dalam mencegah korupsi
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi
 
Menyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirriMenyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirri
 
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
 
Perkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianPerkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraian
 
Perkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraianPerkawinan dan perceraian
Perkawinan dan perceraian
 
Makalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agamaMakalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agama
 
Hukum Keluarga
Hukum KeluargaHukum Keluarga
Hukum Keluarga
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agama
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
 
CWT_AWARD
CWT_AWARDCWT_AWARD
CWT_AWARD
 
Perrilaku terpuji
Perrilaku terpujiPerrilaku terpuji
Perrilaku terpuji
 

Similar to Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Putusan
Putusan Putusan
Putusan
epylian
 
Putusan
Putusan Putusan
Putusan
Virasavira
 
Putusan
Putusan Putusan
Putusan
Lilissumiyati
 
Putusan Pengadilan
Putusan PengadilanPutusan Pengadilan
Putusan Pengadilanntii_meiian
 
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptxMATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
sinomjaya50
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
Bagus Edi Prayogo
 
penuntutan dalam huikum pidana gafaauala
penuntutan dalam huikum pidana gafaaualapenuntutan dalam huikum pidana gafaauala
penuntutan dalam huikum pidana gafaauala
M Setiawan
 
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
GradeAlfonso
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
Tri Pamungkas
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
ntii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agamantii_meiian
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
asifsardari
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
MaulanaAminThahir1
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
DirgaGunk
 
13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap
GradeAlfonso
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
MaulanaAminThahir1
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
GradeAlfonso
 
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
GradeAlfonso
 

Similar to Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014 (20)

Putusan
Putusan Putusan
Putusan
 
Putusan
Putusan Putusan
Putusan
 
Putusan
Putusan Putusan
Putusan
 
Putusan Pengadilan
Putusan PengadilanPutusan Pengadilan
Putusan Pengadilan
 
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptxMATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
MATERI II Perbedaan Hukum Pidana Dengan Hukum Perdata.pptx
 
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di IndonesiaPPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
PPT HUKUM PIDANA - Pra peradilan Di Indonesia
 
penuntutan dalam huikum pidana gafaauala
penuntutan dalam huikum pidana gafaaualapenuntutan dalam huikum pidana gafaauala
penuntutan dalam huikum pidana gafaauala
 
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
7 upaya paksa ( penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan);
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
praperadilann.pptx
praperadilann.pptxpraperadilann.pptx
praperadilann.pptx
 
13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap13 teori pembuktian dalam hap
13 teori pembuktian dalam hap
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan11 pengertian, alasan  dan tujuan praperadilan
11 pengertian, alasan dan tujuan praperadilan
 

Recently uploaded

Estimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptx
Estimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptxEstimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptx
Estimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptx
pcaiolenovo20232
 
PERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdf
PERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdfPERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdf
PERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdf
OsmanHjAbdulWahid
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
CI kumparan
 
ILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptx
ILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptxILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptx
ILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptx
NinaRahayuBelia
 
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptxMATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
muhammadarsyad77
 
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAPEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
AchmadHasanBasri
 

Recently uploaded (6)

Estimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptx
Estimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptxEstimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptx
Estimasi Pendapatan Pemerintah Dalam Manajemen Keuangan Daerah.pptx
 
PERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdf
PERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdfPERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdf
PERATURAN KKP (LOJI YANG MENGHENDAKI PERAKUAN KELAYAKAN) 2024.pdf
 
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdfRUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
RUU KIA pada Seribu HPK-Raker Tingkat I Komisi VIII DPR RI-25032024-FINAL.pdf
 
ILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptx
ILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptxILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptx
ILMU HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK.pptx
 
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptxMATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
MATERI PANWASLU KELURAHAN DESA JUNI 2024.pptx
 
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAPEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBUKTIAN HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 

Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

  • 1. Pembahasan Soal UAS Hukum Acara Pidana FH UNPAS Rudi Pradisetia Sudirdja, SH Bandung, 6 Juni 2014www.rudipradisetia.com 1 www.rudipradisetia.com
  • 2. Soal UAS Hukum Acara Pidana FH UNPAS Tahun 2012/2013 2 www.rudipradisetia.com
  • 4. Pembahasan No 1 • Menurut Romli Atmasasmita alat bukti adalah sesuatu yang dijadikan dasar oleh hakim untuk menyatakan terdakwa bersalah atau tidak, dan kemudian menjadi pertimbangan untuk menjatuhkan putusan. Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah : keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. • Alat bukti petunjuk diatur dalam pasal 184 ayat (1) huruf d dan pasal 188 KUHAP. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena penyesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya, hal ini seperti apa yang tercantum dalam pasal 188 ayat (1) KUHAP. 4 www.rudipradisetia.com
  • 5. lanjutan • Yahya Harahap menyatakan bahwa alat bukti petunjuk adalah isyarat yang dapat ditarik dari suatu perbuatan, kejadian, atau keadaan dimana isyarat itu mempunyai persesuaian antara yang satu dengan yang lain maupun isyarat itu mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, dan dari persesuaian tersebut melahirkan atau mewujudkan suatu petunjuk yang membentuk kenyataan terjadinya tindak pidana dan terdakwalah pelakunya. • Syarat-syarat untuk dapat dijadikannya petunjuk sebagai alat bukti haruslah : a. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi. b. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain dengan kejahatan yang terjadi. c. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa maupun saksi di persidangan. 5 www.rudipradisetia.com
  • 6. lanjutan • Pasal 1 butir 27 KUHAP: Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya itu. • Pasal 1 butir 28 KUHAP: Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. • Saksi memberikan keterangan berdasarkan sesuatu yang dilihat, di dengar dan dialaminya, sedangkan ahli memberikan keterangan berdasarkan pengetahuanya tentang sesuatu hal. Sehingga saksi memberikan keterangan terbatas pada apa yang ia lihat, ia dengar dan ia alami sendiri. Oleh karenanya saksi tidak diperkenankan memberikan pendapat. 6 www.rudipradisetia.com
  • 7. Pembahasan No 2 • Putusan sela ( interim meascure ) adalah merupakan putusan yang dijatuhkan oleh hakim sebelum hakim memeriksa pokok perkara baik perkara pidana maupun perkara perdata. Dalam Praktik pemeriksaan perkara pidana, putusan sela biasanya dijatuhkan karena adanya eksepsi dari terdakwa atau Penasihat Hukumnya. • Terhadap adanya Eksepsi Terdakwa atau Penasihat Hukumnya Hakim Wajib memberikan “putusan sela”, apakah menerima atau menolak eksepsi tersebut. Bentuk dan sifat putusan yang dijatuhkan oleh Hakim dalam hal adanya Eksepsi dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya terdiri dari tiga macam yaitu : Penetapan, Putusan Sela, dan Putusan Akhir. • Putusan atas Eksepsi dapat berbentuk Penetapan adalah dalam hal Pengadilan berpendapat bahwa Pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang untuk mengadili kemudian melimpahkannya kepada Pengadilan lainnya. Sedangkan suatu putusan lainnya dapat berbentuk putusan sela yang berarti putusan tersebut dijatuhkan sebelum dijatuhkannya putusan akhir. Dapat juga suatu putusan sela bersifat dan berbentuk suatu putusan akhir, yang berarti bahwa pemeriksaan perkara tersebut dinyatakan berhenti. Putusan ini mengandung konsekuensi berlakunya asas Nebis In Idem. • Hakim menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir (putusan sela) karena adanya eksepsi dari terdakwa atau Penasihat Hukumnya. 7 www.rudipradisetia.com
  • 8. lanjutan • Surat Dakwaan adalah sebuah akta yang dibuat oleh penuntut umum yang berisi perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan. Surat dakwaan merupakan senjata yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan atas asas oportunitas yang memberikan hak kepada jaksa penuntut umum sebagai wakil dari negara untuk melakukan penuntutan kepada terdakwa pelaku tindak pidana. • Pasal 143 KUHAP , Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi: a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka; b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan. • Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum. 8 www.rudipradisetia.com
  • 9. Lanjutan • Hakim menjatuhkan putusan yang berbunyi surat dakwaan batal demi hukum karena Surat Dakwaan yang dibuat oleh Jaksa penuntut Umum tidak memenuhi syarat materil surat dakwaan sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat 2 huruf (b). • Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP tentang putusan bebas dan putusan lepas, sebagai berikut: (1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. (2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum. 9 www.rudipradisetia.com
  • 10. lanjutan • Menurut Lilik Mulyadi perbedaan antara putusan bebas dan lepas dapat ditinjau dari segi hukum pembuktian, yaitu: • Pada putusan bebas (vrijspraak) tindak pidana yang didakwakan jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaannya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum. Dengan kata lain, tidak dipenuhinya ketentuan asas minimum pembuktian (yaitu dengan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah) dan disertai keyakinan hakim (Vide Pasal 183 KUHAP) • Sedangkan, pada putusan lepas (onslag van recht vervolging), segala tuntutan hukum atas perbuatan yang dilakukan terdakwa dalam surat dakwaan jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, karena perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, misalnya merupakan bidang hukum perdata, hukum adat atau hukum dagang. 10 www.rudipradisetia.com
  • 11. Pembahasan No 3 • Menurut saya, dalam kasus vivin sebagaimana diuraikan dalam soal. Majelis hakim dapat menjatuhkan putusan lepas (onslag van recht vervolging). Hal ini dikarenakan perbuatan yang dilakukan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan dan merupakan tindak pidana. Namun terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana, karena terdapat alasan pemaaf atas kesalahan, yaitu terdakwa ketika melakukan tindak pidana dalam keadaan sakit jiwa. (Vide pasal 44 KUHP) • Pasal 44 ayat (1) KUHP : “Tiada dapat dipidana barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal.” Pasal 44 ayat (2) “Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama- lamanya satu tahun untuk diperiksa.” 11 www.rudipradisetia.com
  • 12. lanjutan • Putusan lepas tidak dapat diajukan upaya hukum banding (lihat Pasal 67 KUHAP). • Terhadap putusan lepas sesuai dengan pasal 244 KUHAP, Jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum kasasi. Permohonan kasasi disampaikan kepada panitera pengadilan yang memutus perkara dalam tingkat pertama, dalam waktu empat belas hari sesudah putusan pengadilan yang diminta kasasi itu diberitahukan kepada terdakwa. • Sehingga dalam kasus ini Jaksa Penuntut umum hanya dapat melakukan upaya hukum kasasi terhadap putusan lepas yang dijatuhkan oleh majelis hakim. 12 www.rudipradisetia.com
  • 13. Pembahasan No 4 • Berdasarkan Pasal 205 ayat (1) KUHAP yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah : perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan, kecuali perkara pelanggaran lalu lintas (Pasal 211 KUHAP). • Pasal 352 KUHP, Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. • Pelaku Tindak pidana penganiyaan ringan diancam dengan pidana maksimal tiga bulan, sehingga dapat diselesaikan menggunakan acara pemeriksaan cepat sesuai dengan pasal 205 ayat (1) KUHAP. 13 www.rudipradisetia.com
  • 14. lanjutan • Dalam kasus ini, Noni dapat diadili menggunakan acara pemeriksaan cepat sesuai dengan pasal 205 KUHAP, karena tindak pidana yang dilakukan yaitu penganiyaan ringan diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan ( vide pasal 252 KUHP). • Pasal 210 KUHAP yang menyatakan bahwa “Ketentuan dalam bagian kesatu, bagian kedua dan bagian ketiga bab ini tetap berlaku sepanjang peraturan ini tidak bertentangan dengan paragraf ini. Oleh karenanya ketentuan dalam bagian kesatu, kedua dan ketiga tetap berlaku bagi Noni. Sehingga dalam kasus ini, Noni tidak diperkenankan mengajukan upaya hukum banding sesuai dengan pasal 67 KUHAP, namun Noni dapat mengajukan upaya hukum kasasi sesuai dengan ketentuan dalam pasal 244 KUHAP. 14 www.rudipradisetia.com
  • 15. Pembahasan No 5 • Mengacu pada UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), pejabat polisi negara RI adalah bertindak sebagai penyelidik dan penyidik perkara pidana (lihat pasal 4 jo pasal 6 KUHAP). Jadi, polisi berwenang untuk menjadi penyelidik dan penyidik untuk setiap tindak pidana, termasuk tindak pidana korupsi. • Berdasarkan pasal 30 UU No 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan, kejaksaaan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang. Kewenangan kejaksaan ini contohnya kewenangan yang diberikan oleh UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001, dan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 15 www.rudipradisetia.com
  • 16. lanjutan • Berdasarkan pasal 6 UU KPK, bertugas untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Pasal 11 UU KPK selanjutnya membatasi bahwa kewenangan KPK melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan dibatasi pada tindak pidana korupsi yang: 1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara; 2. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau 3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) 16 www.rudipradisetia.com
  • 17. lanjutan • Pasal 50 ayat 1 yang berbunyi : “Dalam hal suatu tindak pidana korupsi terjadi dan Komisi Pemberantasan Korupsi belum melakukan penyidikan, sedangkan perkara tersebut telah dilakukan penyidikan oleh Kepolisian atau Kejaksaan, instansi tersebut wajib memberitahukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal dimulainya penyidikan.” • Pasal 50 ayat 2 yang berbunyi : “Penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dilakukan koordinasi secara terus-menerus dengan Komisi Pemberantasan korupsi.” • Pasal 50 ayat 3 yang berbunyi : “Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi sudah mulai melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepolisian atau Kejasaan tidak berwenang lagi melakukan penyidikan.” • Pasal 50 ayat 4 yang berbunyi : “Dalam hal penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan tersebut segera dihentikan.” 17 www.rudipradisetia.com
  • 18. lanjutan • Dalam hal terjadi penyidikan yang berbarengan sebagaimana yang diuraikan dalam soal ini. Menurut pasal 50 ayat 4 UU KPK lembaga yang paling berwenangan melakukan penyidikan adalah Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam pasal diatas dikemukakan “Dalam hal penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan tersebut segera dihentikan.” • Dalam hal ini berlaku asas “lex specialis derogat lex generalis” Perundang undangan yang khusus mengesampingkan perundang undangan yang umum” 18 www.rudipradisetia.com
  • 19. Pembahasan No 6 • Pada dasarnya, dalam sistem hukum pidana formil di Indonesia, beban untuk membuktikan ada atau tidaknya pidana terletak pada Jaksa Penuntut Umum. Hal ini sebagaimana tersirat dalam Pasal 66 KUHAP, bahwa tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian. Dalam penjelasan Pasal 66 KUHAP, dikatakan bahwa ketentuan ini adalah penjelmaan asas “praduga tak bersalah”. • Pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban pembuktian yang tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa. 19 www.rudipradisetia.com
  • 20. lanjutan • Di Indonesia, sistem pembalikan beban pembuktian dapat dilihat antara lain dalam UU Tipikor, tetapi yang diterapkan dalam UU Tipikor adalah sistem pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang. Sistem pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang ini dijelaskan dalam penjelasan UU Tipikor tersebut, yaitu terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya. 20 www.rudipradisetia.com
  • 21. lanjutan • Mengenai sistem pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang ini dapat kita lihat dalam Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor: • Pasal 37 ayat (1) UU Tipikor : “Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi.” • Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor : “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan tindak pidana atau perkara pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, sehingga penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya.” 21 www.rudipradisetia.com
  • 22. Lanjutan • Pasal 12B (1) UU No 20 Tahun 2001, Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum. • Pasal 38A : Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) dilakukan pada saat pemeriksaan disidang pengadilan. 22 www.rudipradisetia.com
  • 23. lanjutan • Pasal 28 UU Tipikor juga mengatur bahwa untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka. • Pasal 77 UU No 8 Tahun 2010 tentang tindak Pidana pencucian uang, Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. 23 www.rudipradisetia.com
  • 24. lanjutan • Menurut saya setelah melihat uraian diatas, bahwa dalam tindak pidana korupsi beban pembuktian terbalik tidak hanya berlaku pada proses penuntutan dan persidangan (vide pasal 38A), namun juga dalam proses penyidikan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal Pasal 28 UU Tipikor, yang merumuskan untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka. • Sedangkan dalam UU No 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, beban pembuktian terbalik hanya dapat dilakukan ketika proses pemeriksaan dimuka sidang pengadilan, sesuai dengan ketentuan pasal 77 UU TPPU. 24 www.rudipradisetia.com
  • 25. Pembahasan No 7 • Dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan. disebutkan tentang bentuk-bentuk surat dakwaan antara lain: 1. Dakwaan Tunggal Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena tidak terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti lainnya. 2. Dakwaan Alternatif Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk Surat Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung atau. Contoh dakwaan alternatif: Pertama: Pencurian (Pasal 362 KUHP) atau Kedua: Penadahan (Pasal 480 KUHP) 25 www.rudipradisetia.com
  • 26. lanjutan 3. Dakwaan Subsidair Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari Tindak Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan Tindak Pidana yang diancam dengan pidana terendah. Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan secara berurut dimulai dari lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya. Lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan yang bersangkutan. • Contoh dakwaan subsidair: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP) Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP) 26 www.rudipradisetia.com
  • 27. lanjutan • 4. Dakwaan Kumulatif Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal Terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri. Contoh dakwaan kumulatif: Kesatu: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP) dan Kedua: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP) Dan Ketiga: Perkosaan (Pasal 285 KUHP) 27 www.rudipradisetia.com
  • 28. lanjutan 5. Dakwaan Kombinasi Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan atau digabungkan antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidair. Contoh dakwaan kombinasi: Kesatu: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP); Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP); Dan Kedua: Primair: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP); Subsidair: Pencurian (Pasal 362 KUHP) 28 www.rudipradisetia.com
  • 29. lanjutan • Mengingat hal-hal yang telah dijabarkan di atas, maka penggunaan kata dan, atau, juncto, atau primair- subsidair disesuaikan dengan jenis Tindak Pidana yang dilakukan oleh Terdakwa. Dalam hal terdakwa melakukan satu Tindak Pidana yang menyentuh beberapa perumusan Tindak Pidana dalam undang-undang dan belum dapat dipastikan tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang dilanggar, dipergunakan dakwaan alternatif (menggunakan kata atau) atau dakwaan subsidair. Sedangkan, dalam hal terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri-sendiri dipergunakan bentuk dakwaan kumulatif (menggunakan kata dan). 29 www.rudipradisetia.com
  • 30. lanjutan • Dalam kasus sebagaimana di uraiakan diatas, menurut saya terdakwa dapat dijerat dengan pasal-pasal berikut ini : Pasal 374 KUHP “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.” Pasal 365 KUHP (1) “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atsu mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri. 30 www.rudipradisetia.com
  • 31. lanjutan • Jaksa dapat menyusun surat dakwaan dengan bentuk dakwaan alternatif, hal ini dikarenakan belum dapat dipastikan tindak pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. • Dakwaan alternatif : Pertama Pasal 374 KUHP Atau Kedua Pasal 365 KUHP (1) 31 www.rudipradisetia.com
  • 32. Pembahasan No 8 • Dalam pasal 263 KUHAP tidak diatur secara tersurat bahwa jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum peninjauan kembali. Namun dalam praktiknya jaksa sering melakukan upaya hukum tersebut, dan Mahkamah Agung menerima peninjauan kembali jaksa tersebut. • Keputusan Mahkamah Agung menerima peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa, pertama dimulai dalam kasus Muchtar Pakpahan. Pertimbangan hukum Mahkamah Agung dalam menerima pengajuan peninjauan kembali oleh jaksa dalam putusan peninjauan kembali perkara Muchtar Pakpahan, perkara Ram Gulumal alias V. Ram (The Gandhi Memorial School), perkara Soetiyawati maupun perkara Pollycarpus Budihari Priyanto tersebut di atas, didasarkan atas alasan yang pada intinya sebagai berikut : 32 www.rudipradisetia.com
  • 33. lanjutan • Dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, yang saat ini sudah diubah oleh Pasal 24 Undang undang No 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang menentukan “Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang”. • Ketentuan tersebut tidak menjelaskan tentang “siapa saja yang dimaksud pihak pihak yang bersangkutan yang dapat mengajukan peninjauan kembali” tersebut. • Dalam putusan Mahkamah Agung perkara Muchtar Pakpahan maupun putusan setelahnya telah memberikan jawaban dengan menggunakan penafsiran ekstensif, bahwa yang dimaksud “pihak- pihak yang berkepentingan dalam perkara pidana”, selain terpidana atau ahli warisnya adalah jaksa. • Sehingga atas dasar tersebut Mahkamah Agung dalam praktik menerima peninjauan kembali yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum, walaupun dalam pasal 263 KUHAP tidak diatur. 33 www.rudipradisetia.com
  • 34. lanjutan • Menurut saya Mahkamah Agung telah tepat mengambil langkah untuk menerima peninjauan kembali yang dilakukan oleh jaksa. Dengan penafsiran yang dilakukanya, MA telah melakukan terobosan hukum yang mampu memberikan keadilan bagi masyarakat. MA tidak lagi berfikir secara legalistik semata namun berfikir progresif dengan mengikuti perkembangan masyarakat. 34 www.rudipradisetia.com
  • 35. Referensi • Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009 • Hukum Online ; www.hukumonline.com, ; Bedanya Kewenangan Polisi, jaksa dan KPK dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi, Bentuk-bentuk Surat Dakwaan, Tentang Sistem Pembalikan Beban Pembuktian. • Lilik Mulyadi. Hukum Acara Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002. • M. Sofyan Lubis, Nebis in Idem vs Putusan Sela Miranda Rule, http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=nebis-in-idem-vs-putusan- sela-miranda-rule • Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2003 • Yahya Harahap , Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2003 35 www.rudipradisetia.com