SlideShare a Scribd company logo
HUKUM PERKAWINAN ADAT 1
Pertemuan ke 9
Makna Perkawinan
 Menurut Hukum Adat, perkawinan bisa merupakan
urusan pribadi, namun lebih sering merupakan
urusan kerabat, keluarga, atau persekutuan.
Semuanya tergantung pada tata susunan
masyarakat yang bersangkutan.
 Bagi kelompok masyarakat yang menyatakan diri
sebagai kesatuan atau persekutuan hukum,
perkawinan adalah: sarana untuk melangsungkan
hidup kelompoknya secara tertib, teratur, dan
sekaligus sarana yang dapat melahirkan generasi
baru yang berfungsi untuk meneruskan garis hidup
kelompoknya.
 Dalam pandangan masyarakat adat, perkawinan
memiliki tujuan untuk membangun dan memelihara
hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.
 Dikarenakan nilai-nilai hidup yang menyangkut
tujuan perkawinan tersebut dan juga menyangkut
kehormatan keluarga dan kerabat bersangkutan
dalam pergaulan masyarakat maka proses
pelaksanaan perkawinan diatur dengan tata tertib
adat, agar terhindar dari pelanggaran yang dapat
menjatuhkan martabat keluarga dan kerabat yang
bersangkutan.
 Pada masyarakat adat, masalah
perkawinan lebih banyak merupakan suatu
ritus yang bersifat religius-magis.
 A Van Gennep (seorang sosiolog Prancis),
menamakan semua upacara perkawinan
sebagai rites de passage (upacara
peralihan), yakni upacara peralihan yang
melambangkan peralihan status dari
masing-masing mempelai yang tadinya
hidup sendiri-sendiri secara terpisah
menjadi hidup bersatu sebagai suami-istri,
somah sendiri; suatu keluarga yang baru
berdiri dan mereka bina sendiri.
Menurut van Gennep, rites de passage terdiri
atas tiga tingkatan:
i. Rites de sparation (upacara perpisahan dari
status semula)
ii. Rites de marge (upacara perpisahan dari
status yang baru)
iii.Rites de anggreegation (suatu upacara
penerimaan dalam status yang baru).
 Prof. Hazairin dalam bukunya yang bertitel
Rejang menyatakan: upacara perkawinan
merupakan tiga buah rentetan perbuatan
magis yang bertujuan untuk: (i) menjamin
ketenangan, (ii) menjamin kebahagiaan,
dan (iii) menjamin kesuburan.
…
Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan yang berlaku dalam
masyarakat:
i Endogami
ii Eksogami
iii Eleutherogami
Perkawinan Endogami
 Sistem perkawinan di mana seorang laki-laki
harus mencari calon istri di dalam lingkungan
kerabat (suku, clan, family) sendiri.
Ex: Tanah Toraja (Sulawesi Tengah) dan
masyarakat Kasta di Bali.
Perkawinan Exsogami
 Sistem perkawinan di mana seorang laki-laki
dilarang mengawini perempuan yang se-
marga dan diharuskan mencarai calon istri di
luar marganya sendiri.
Ex: Tapanuli Selatan, Minangkabau, Sumatra
Selatan, Lampung, dan Maluku.
Saat ini, sistem perkawinan seperti ini
(endogami dan exsogami) telah luntur dan
salah satunya akibat masuknya ajaran Islam
ke daerah-daerah tersebut.
Perkawinan Eleutherogami
 Sistem perkawinan yang tidak mengenal
larangan ataupun keharusan seperti yang
terdapat dalam sistem perkawinan endogami
dan eksogami.
 Larngan yang ada adalam sistem perkawinan
eleutherogami adalah larangan-larangan
yang berhubungan dengan ikatan-ikatan
kekeluargaan, yakni: (i) Nasab (ibu, nenek,
anak kandung, cucu, saudara kandung,
saudara bapak, dan saudara ibu), (ii)
Musyaharoh (ibu tiri, anak tiri, dan saudara
perempuan istri). …
Bentuk-Bentuk Perkawinan
Bentuk perkawinan berdasar persiapan ke arah
pelaksanaan perkawinan:
1. Perkawinan Pinang
2. Perkawinan Lari Bersama
3. Perkawinan Bawa – Lari
Bentuk perkawinan berdasar atas tata susunan
kekerabatan
1. Perkawinan pada masyarakat patrilineal
2. Perkawinan pada masyarakat matrilineal
3. Perkawinan pada masyarakat parental
Bentuk perkawinan berdasar persiapan
ke arah pelaksanaan perkawinan
1. Perkawinan Pinang
 Perkawinan pinang adalah bentuk perkawinan yang
dilaksanakan dengan cara meminang atau melamar.
 Peminangan pada umumnya datang dari pihak laki-laki
yang berupa ajakan kepada pihak perempuan untuk
menjalin ikatan perkawinan.
 Peminangan / pertunangan baru mengikat jika pihak laki-
laki telah memberikan sesuatu tanda kepada pihak
perempuan yang disebut Panjer (Jawa), Penyancang
(Pasundan), Tandan Kong Narit (Aceh), Bono Nibu
(Nias), Pujompo (Toraja), dan Paweweh (Bali).
Dasar / Alasan Pertunangan
 Ingin menjamin bahwa yang dikehendaki itu
dapat dilangsungkan dalam waktu dekat;
 Untuk membatasi pergaulan kedua belah
pihak;
 Memberi kesempatan kepada kedua belah
pihak untuk saling lebih mengenal sihingga
mereka kelak sebagi suami istri dapat
diharapkan menjadi pasangan yang
harmonis.
Akibat Hukum Pertunangan
 Kedua belah pihak telah terikat untuk
melansungkan perkawinan, meskipun
sifatnya bukan suatu keharusan.
___________
 Akan tetapi, jika di kemudian hari ternyata
tidak ada kecocokan maka salah satu pihak
atau keduanya bisa membatalkan ikatan
pertunangan.
Pembatalan Pertunangan
 Apabila pertunangan itu diputuskan oleh
pihak perempuan maka pihak perempuan itu
harus memberikan ulos-ulos (bukan berupa
uang) kepada pihak laki-laki sebagai ganti
Panjer (Keputusan MA / 06 / 06 / 1959. No.
46 k/Sip/1958)
 Apabila ikatan pertunangan itu diputuskan
oleh pihak laki-laki maka pihak laki-laki tidak
berhak menuntut kembali uang tunangan
(Keputusan MA/ 07 / 02 / 1959, no.
396/Sip/1958). …
2. Perkawinan Lari Bersama
 Perkawinan di mana kedua belah pihak (calon
suami-istri) secara bersama-sama dan atas
persetujuan bersama melarikan diri ke suatu
tempat untuk melangsungkan perkawinan.
 Tujuannnya:
Untuk menghindarkan diri dari berbagai
keharusan sebagai akibat perkawinan dengan
cara pelamaran atau peminangan ataupun untuk
menghindarkan diri dari berbagai rintangan dari
pihak orang tua atau sanak saudara.
 Dengan perkawinan lari bersama maka
pembayaran perkawinan sering kali menjadi
berkurang
 Di Bali dan Lampung, jujur masih harus
dibayar tinggi atau bahkan lenih tinggi.
 Di Sulawesi Selatan, perkawinan lari bersama
dianggap sebagai delik adat sehingga
perkawinan baru dapat dilaksanakan setelah
tercapai perdamaian antara kedua belah
pihak.
3. Perkawinan Bawa - Lari
 Lari dengan seorang perempuan yang sudah
dipertunangkan atau sudah dikawinkan dengan
laki-laki lain (terdapat di Kalimantan), atau
 Melarikan seorang perempuan secara paksa
(terdapat di Lampung).
 Perkawinan bawa lari seringkali menimbulkan
perlawanan hebat dari kelompok kerabat
perempuan sehingga dalam masyarakat Bugis-
Makasar, kerabat perempuan berhak membunuh
laki-laki yang membawa lari perempuan.
Bentuk perkawinan berdasar atas
tata susunan kekerabatan
 Perkawinan pada masyarakat
patrilineal
1. Perkawinan jujur
2. Perkawinan mengabdi
3. Perkawinan mengganti/levirat
4. Perkawinan meneruskan/sorotan
5. Perkawinan bertukar
6. Perkawinan ambil anak
1. Perkawinan Jujur
 Suatu bentuk perkawinan yang dilakukan dengan
pemberian jujur oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan.
 Pemberian jujur ini merupakan lambang dari
diputuskannya hubungan kekeluargaan istri
dengan orang tuanya, nenek moyangnya, saudara
kandungnya, kerabatnya, dan persekutuannya.
 Sebagai konsekuensinya: anak-anak yang (akan)
lahir nantinya akan menarik garis keturunan pihak
ayah dan akan menjadi anggota dari masyarakat
hukum adat di mana ayahnya juga menjadi
anggotanya.
2. Perkawinan Mengabdi
 Suatu bentuk perkawinan yang disebabkan
oleh karena pihak laki-laki tidak dapat
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
pihak perempuan.
 Dalam perkawinan mengabdi, seorang suami
harus mengabdi kepada kerabat mertuanya
hingga dia mampu membayar jujur yang
dipersyaratkan oleh pihak perempuan.
3. Perkawinan Mengganti/Levirat
 Suatu bentuk perkawinan di mana seorang
janda kawin dengan saudara laki-laki
almarhum suaminya.
 Bentuk perkawinan seperti ini terjadi akibat
adanya anggapan bahwa perempuan telah
dibeli oleh pihak suami.
 Perkawinan jenis ini memeiliki banyak nama.
Di Batak disebut Pereakhon;
di Palembang dan Bengkulu disebut Ganti Tikar;
di Lampung disebut Nyemalang, dan
di Jawa disebut Turun Ranjang.
4. Perkawinan Meneruskan/Sorotan
 Suatu bentuk perkawinan di mana seorang duda
kawin dengan saudara perempuan almarhum
istrinya.
 Perkawinan ini bisa dilangsungkan tanpa
membayar jujur tambahan karena istri kedua hanya
berfungsi meneruskan istri pertama.
 Perkawinan jenis ini bertujuan untuk memelihara
hubungan kekeluargaan agar tetap terjalin dengan
baik; kehidupan anak-anak yang lahir dari istri
pertama tetap terpelihara, serta untuk menjaga
harta kekayaan.
 Di Jawa, perkawinan jenis ini disebut Ngarag Wulu.
5. Perkawinan Bertukar
 Suatu bentuk perkawinan di mana
perkawinan timbal balik (synetrio connubium)
diperbolehkan sehingga pembayaran jujur
yang terhutang secara timbal balik seakan-
akan dikompensasikan (jujur timbal balik
diperhitungkan satu dengan yang lain
sehingga menjadi hapus/lunas).
6. Perkawinan Ambil Anak
 Suatu bentuk perkawinan yang dilakukan
tanpa pembayaran jujur dengan maksud
untuk mengambil sang suami sebagai anak
laki-laki mereka sehingga si istri akan
berkedudukan tetap sebagai anggota clan-
nya.
 Anak-anak yang (akan) lahir dari hubungan
perkawinan itu akan menarik garis keturunan
melalui garis keturunan ayahnya.
 Salah satu alasan dilakukannya perkawinan ambil
anak adalah karena keluarga tidak memiliki anak
laki-laki.
 Tidak adanya anak laki-laki akan mengakibatkan
punahnya hubungan patrilineal (Lampung:
semenda).
 Hubungan kekeluargaan antara suami dengan
keluarganya sendiri menjadi putus dan si suami
masuk menjadi anggota keluarga si istri.
 Dalam kegiatan adat, si istri mempunyai peranan
sebagai kepala keluarga yang diwakilkan kepada
suaminya.
Bentuk-Bentuk Perkawinan Ambil Anak
 Perkawinan Ambil Anak
 Perkawinan Tegak-Tegi
 Perkawinan Jeng Mirul
 Perkawinan Meminjam Jago
Perkawinan Ambil Anak
 Suatu bentuk perkawinan antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan anak
pejabat di mana si laki-laki diadopsi terlebih
dahulu oleh kerabat calon mempelai
perempuan.
 Tujuannya: agar menantu laki-laki yang
sudah diadopsi itu dapat meneruskan
kebesaran dan dapat menerima warisan
(sebagai anak laki-lakinya).
 Di daerah Lampung: seorang pejabat
kebesaran adat yang dari istri tuanya (bini
ratu) hanya memiliki anak perempuan maka
untuk dapat mempertahankan kebesarannya
dalam lingkungan kerabatnya dia akan
melakukan perkawinan ambil anak.
 Sang suami akan dijadikan sebagai anak
angkat yang kedudukanya sama dengan
istrinya.
 Perkawinan ini disebut sebagai Semendo
tambi Anak.
Perkawinan Tegak Tegi
 Suatu bentuk perkawinan antara anak laki-
laki saudaranya (kemenakannya yang laki-
laki) dengan anak perempuannya.
 Tujuannya: menantu laki-laki yang telah
menjadi anak laki-lakinya dapat memperoleh
warisan yang kelak akan diteruskan kepada
cucu-cucunya.
Perkawinan Jeng Mirul
 Suatu bentuk perkawinan yang menyebabkan
si suami benar-benar beralih ke kerabat
istrinya karena dijadikan anak angkat.
 Dalam perkawinan model ini, suami menjadi
wakil mutlak bagi anak-anaknya yang akan
lahir yang tugasnya adalah mengawasi harta
peninggalan untuk kepentingan istri dan
anak-anaknya.
Perkawinan Meminjam Jago
 Suatu bentuk perkawinan yang terjadi apabila
si suami tidak beralih ke dalam kerabat
istrinya.
 Di situ, si suami ditoleransi / diberi sarana
untuk menyambung keturunan dan dia
berkedudukan sebagai orang yang
menumpang.
 Anak-anak yang dilahirkan masuk clan ibu.
Perkawinan pada masyarakat
matrilineal
 Suatu bentuk perkawinan di mana si istri tetap
tinggal dalam clan atau golongan familinya
(keluarganya).
 Di sini, Istri tidak masuk dalam kerabat atau
golongan si suami, melainkan tetap tinggal
dalam clan-nya sendiri.
 Seorang suami diperkenankan bergaul dalam
lingkungan kerabat si istri sebagai urang
semendo (ipar).
 Anak-anak yang lahir dalam perkawinan ini
akan masuk ke dalam clan ibunya.
 Dalam perkawinan matrilineal berlaku ketentuan
hukum exogami dalam perkawinan, yakni
kewajiban seorang laki-laki dari suatu clan untuk
mengambil perempuan dari clan lainnya.
 Perkawinan “cross-cousin”, di mana antara dua
orang saudara yang berbeda sex (laki-laki dan
perempuan) diizinkan/diperbolehkan berbesanan
satu dengan yang lain.
 Perkawinan “pararel-cousin”, di mana antara dua
orang saudara yang berkelamin sama (laki-laki
semua atau perempuan semua) tidak
diperbolehkan berbesanan.
Perkawinan pada Masyarakat
Parental
 Dalam perkawinan pada masyarakat
parental, pihak suami maupun pihak istri
masing-masing menjadi anggota kerabat dari
kedua belah pihak.
 Dengan demikian, setelah terjadi perkawinan
maka si suami menjadi anggota keluarga
istrinya, dan begitu juga si istri menjadi
anggota keluarga suaminya.
 Anak-anak yang kelak dilahirkan juga
menjadi anggota kekerabatan keluarga suami
dan sekaligus keluarga istri.
 Dalam susunan keluarga parental juga
terdapat kebiasaan pemberian-pemberian
dari pihak suami kepada pihak istri.
 Pemberian tersebut pada dasarnya
merupakan pemberian perkawinan saja.
 Pemberian ini pada masyarakat Aceh disebut
jinamee,
- Pada masyarakat Jawa disebut Tukon;
- Di Sulawesi Selatan disebut Surang/Sompa;
- Pada suku Dayak disebut Pekain.
Perkawinan Anak-Anak
 Hukum Adat tidak melarang perkawinan
antara-antara laki-laki dan perempuan yang
masih kanak-kanak.
 Akan tetapi, di beberapa daerah, seperti
daerah Kerinci (Jambi), di Roti (Nusa Tenggara
Timur), dan di Toraja (Sulawesi Tengah),
perkwainan anak-anak tidaklah diperbolehkan.
 Di Pulau Bali, perkawinan gadis yang belum
dewasa dianggap sebagai suatu perbuatan
yang dapat dijatuhi hukuman.
 Jika terjadi perkawinan pada kanak-kanak
maka kehidupan bersama antara keduanya
sebagai pasangan suami istri ditangguhkan
hingga mereka mencapai umur.
 Perkawinan anak-anak pada masyarakat adat
sering disebut Kawin Gantung (Jawa:
Gantung Nikah).
 Jika kedua mempelai sudah mencapai umur
maka Kawin Gantung ini akan disusuli
dengan Perkawinan Adat.
Alasan/Sebab-Sebab Terjadinya
Perkawinan Anak-Anak
 Untuk merealisasikan hubungan
kekeluargaan antara kerabat mempelai laki-
laki dan kerabat mempelai perempuan.
 Oleh karena alasan itu juga, terkadang anak-
anak yang masih dalam kandungan telah
dijanjikan kelak akan dikawinkan dengan
anak dari suatu keluarga tertentu karena
ikatan kekeluargaan tersebut dinilai akan
membawa keuntungan-keuntungan bagi
kedua belah pihak.
Perkawinan anak-anak pada
umumnya merupakan kehendak
orang tuanya, bukan kehendak kedua
mempelai sehingga tidak jarang
perkawinan itu berakhir dengan
perceraian.

More Related Content

What's hot

Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
Kardoman Tumangger
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Idik Saeful Bahri
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat
natal kristiono
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2
villa kuta indah
 
Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11
irfan11333
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
Muhammad Qoyim
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Evi Rohmatul Aini
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalIca Diennissa
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
suiggetsu
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumsyophi
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
Fenti Anita Sari
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatNuelimmanuel22
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Idik Saeful Bahri
 
Perkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptx
Perkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptxPerkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptx
Perkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptx
BloomBloom13
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
Sigit Riono
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Idik Saeful Bahri
 
Kontrak jual beli
Kontrak jual beliKontrak jual beli
Kontrak jual beli
Farida Hutabalian
 

What's hot (20)

Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2
 
Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11Skenario pengadilan semu11
Skenario pengadilan semu11
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Perkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptx
Perkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptxPerkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptx
Perkawinan Adat dalam hukum perkawinan.pptx
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
Kontrak jual beli
Kontrak jual beliKontrak jual beli
Kontrak jual beli
 

Viewers also liked

Hukum perkawinan adat
Hukum perkawinan adatHukum perkawinan adat
Hukum perkawinan adat
Franky L. Tobing
 
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
Dadang DjokoKaryanto
 
The 2 undip words of length 2 with their lattice walks
The 2 undip words of length 2 with their lattice walksThe 2 undip words of length 2 with their lattice walks
The 2 undip words of length 2 with their lattice walks
jmallos
 
Pentingnya Membaca
Pentingnya MembacaPentingnya Membaca
Pentingnya Membaca
nurul fadzilah
 
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharKonsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
ikafia maulidia
 
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidanaPenjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Sei Enim
 
Cara menentukan tindak pidana kelompok5
Cara menentukan tindak pidana kelompok5Cara menentukan tindak pidana kelompok5
Cara menentukan tindak pidana kelompok5
Rujendro Caturpandu
 
Bertumbuh melalui Membaca
Bertumbuh melalui MembacaBertumbuh melalui Membaca
Bertumbuh melalui Membaca
Johan Setiawan
 
Pembinaan olimpiade matematika
Pembinaan olimpiade matematikaPembinaan olimpiade matematika
Pembinaan olimpiade matematika
Sriwijaya University
 
3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir
3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir
3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir
SMPN 1 Cikidang
 
Budidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinciBudidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinci
Ainul Yaqin
 
Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1
Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1
Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1
lavanter simamora
 
Serikat tolong menolong
Serikat tolong menolongSerikat tolong menolong
Serikat tolong menolong
Ilpan Rambe
 
Marhata Umpasa Adat Batak
Marhata Umpasa Adat BatakMarhata Umpasa Adat Batak
Marhata Umpasa Adat Batak
lavanter simamora
 
MPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatan
MPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatanMPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatan
MPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatan
Mimi Mokhtar
 
Sumatera utara
Sumatera utaraSumatera utara
Sumatera utara
Novitasary Sisilia S
 
petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017
petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017 petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017
petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017
Sapto Samodra
 
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Sriwijaya University
 
Soal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsi
Soal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsiSoal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsi
Soal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsi
Sosuke Aizen
 

Viewers also liked (20)

Hukum perkawinan adat
Hukum perkawinan adatHukum perkawinan adat
Hukum perkawinan adat
 
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
 
The 2 undip words of length 2 with their lattice walks
The 2 undip words of length 2 with their lattice walksThe 2 undip words of length 2 with their lattice walks
The 2 undip words of length 2 with their lattice walks
 
Pentingnya Membaca
Pentingnya MembacaPentingnya Membaca
Pentingnya Membaca
 
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharKonsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
 
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidanaPenjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
 
Cara menentukan tindak pidana kelompok5
Cara menentukan tindak pidana kelompok5Cara menentukan tindak pidana kelompok5
Cara menentukan tindak pidana kelompok5
 
Bertumbuh melalui Membaca
Bertumbuh melalui MembacaBertumbuh melalui Membaca
Bertumbuh melalui Membaca
 
Pembinaan olimpiade matematika
Pembinaan olimpiade matematikaPembinaan olimpiade matematika
Pembinaan olimpiade matematika
 
3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir
3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir
3 olim-sd-soal-eksplorasi-akhir
 
Budidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinciBudidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinci
 
Umpasa Ni halak Batak
Umpasa Ni halak BatakUmpasa Ni halak Batak
Umpasa Ni halak Batak
 
Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1
Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1
Garis besar-ruhut-paradaton-parsadaan-raja-sitorus-dohot-boruna-se-jabodetabek-1
 
Serikat tolong menolong
Serikat tolong menolongSerikat tolong menolong
Serikat tolong menolong
 
Marhata Umpasa Adat Batak
Marhata Umpasa Adat BatakMarhata Umpasa Adat Batak
Marhata Umpasa Adat Batak
 
MPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatan
MPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatanMPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatan
MPW1143 - Bab 10 konsep kekeluargaan & kemasyarakatan
 
Sumatera utara
Sumatera utaraSumatera utara
Sumatera utara
 
petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017
petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017 petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017
petunjuk teknik dan jadwal osn sd 2017
 
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
Pembinaan olimpiade matematika tingkat sd 13
 
Soal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsi
Soal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsiSoal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsi
Soal dan pembahasan osn matematika 2011 bagian a isian singkat tingkat provinsi
 

Similar to 09 hukum perkawinan adat

HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptxHUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
DAHLAN SITOHANG S.Pd., M.H
 
Hukum Perkawinan Adat
Hukum Perkawinan AdatHukum Perkawinan Adat
Hukum Perkawinan Adat
Faizal Imam Dharmawan
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptxNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
natal kristiono
 
Diktat hukum adat
Diktat hukum adatDiktat hukum adat
Diktat hukum adat
batozai32
 
Makalah budaya
Makalah budayaMakalah budaya
Makalah budaya
arnoldjansen10
 
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman JambakAsas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman JambakUsman Jambak
 
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx
RafiZuhri
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan AgamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
pjj_kemenkes
 
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxKedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Agustinus Astono
 
Jenis-jenis perkawinan
Jenis-jenis perkawinanJenis-jenis perkawinan
Jenis-jenis perkawinan
Nakano
 
Ketentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptxKetentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptx
MuhammadFahreziHarjo
 
Etika pergaulan
Etika pergaulanEtika pergaulan
Etika pergaulan
tarwiyah12
 
HUKUM WARIS ADAT.pptx
HUKUM WARIS ADAT.pptxHUKUM WARIS ADAT.pptx
HUKUM WARIS ADAT.pptx
DAHLAN SITOHANG S.Pd., M.H
 
Ailana Kalaki Lede.docx
Ailana Kalaki Lede.docxAilana Kalaki Lede.docx
Ailana Kalaki Lede.docx
FirstaVindy1
 
T1 a3
T1 a3T1 a3
T1 a3
amirtaro
 
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaKetentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaYulia Fauzi
 
HUKUM PERKAWINAN.pptx
HUKUM PERKAWINAN.pptxHUKUM PERKAWINAN.pptx
HUKUM PERKAWINAN.pptx
YunHyerim2
 
Munakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptx
Munakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptxMunakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptx
Munakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptx
TaufikNurKholis2
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
natal kristiono
 

Similar to 09 hukum perkawinan adat (20)

HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptxHUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
 
Hukum Perkawinan Adat
Hukum Perkawinan AdatHukum Perkawinan Adat
Hukum Perkawinan Adat
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptxNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
 
Diktat hukum adat
Diktat hukum adatDiktat hukum adat
Diktat hukum adat
 
Makalah budaya
Makalah budayaMakalah budaya
Makalah budaya
 
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman JambakAsas Hukum Keluarga - Usman Jambak
Asas Hukum Keluarga - Usman Jambak
 
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx
_Moch. Rafi Zuhri Henditiyana_Filsafat Hukum Islam.pptx
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan AgamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
 
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxKedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
 
Jenis-jenis perkawinan
Jenis-jenis perkawinanJenis-jenis perkawinan
Jenis-jenis perkawinan
 
Ketentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptxKetentuan Perkawinan.pptx
Ketentuan Perkawinan.pptx
 
Etika pergaulan
Etika pergaulanEtika pergaulan
Etika pergaulan
 
HUKUM WARIS ADAT.pptx
HUKUM WARIS ADAT.pptxHUKUM WARIS ADAT.pptx
HUKUM WARIS ADAT.pptx
 
Ailana Kalaki Lede.docx
Ailana Kalaki Lede.docxAilana Kalaki Lede.docx
Ailana Kalaki Lede.docx
 
T1 a3
T1 a3T1 a3
T1 a3
 
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluargaKetentuan islam tentang hukum keluarga
Ketentuan islam tentang hukum keluarga
 
HUKUM PERKAWINAN.pptx
HUKUM PERKAWINAN.pptxHUKUM PERKAWINAN.pptx
HUKUM PERKAWINAN.pptx
 
Munakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptx
Munakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptxMunakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptx
Munakahat_pernikahan_dalam_islam-SMK Nawa BHakti_kelas XII-Semester Genap.pptx
 
Panggilan hidup berkeluarga
Panggilan hidup berkeluargaPanggilan hidup berkeluarga
Panggilan hidup berkeluarga
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
 

More from Qomaruz Zaman

Fitur dan Fungsi
Fitur dan FungsiFitur dan Fungsi
Fitur dan Fungsi
Qomaruz Zaman
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratis
Qomaruz Zaman
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenya
Qomaruz Zaman
 
Baliho isro
Baliho isroBaliho isro
Baliho isro
Qomaruz Zaman
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
Qomaruz Zaman
 
Satuan acara perkuliahan_bmd
Satuan acara perkuliahan_bmdSatuan acara perkuliahan_bmd
Satuan acara perkuliahan_bmdQomaruz Zaman
 

More from Qomaruz Zaman (6)

Fitur dan Fungsi
Fitur dan FungsiFitur dan Fungsi
Fitur dan Fungsi
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratis
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenya
 
Baliho isro
Baliho isroBaliho isro
Baliho isro
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
 
Satuan acara perkuliahan_bmd
Satuan acara perkuliahan_bmdSatuan acara perkuliahan_bmd
Satuan acara perkuliahan_bmd
 

09 hukum perkawinan adat

  • 1. HUKUM PERKAWINAN ADAT 1 Pertemuan ke 9
  • 2. Makna Perkawinan  Menurut Hukum Adat, perkawinan bisa merupakan urusan pribadi, namun lebih sering merupakan urusan kerabat, keluarga, atau persekutuan. Semuanya tergantung pada tata susunan masyarakat yang bersangkutan.  Bagi kelompok masyarakat yang menyatakan diri sebagai kesatuan atau persekutuan hukum, perkawinan adalah: sarana untuk melangsungkan hidup kelompoknya secara tertib, teratur, dan sekaligus sarana yang dapat melahirkan generasi baru yang berfungsi untuk meneruskan garis hidup kelompoknya.
  • 3.  Dalam pandangan masyarakat adat, perkawinan memiliki tujuan untuk membangun dan memelihara hubungan kekerabatan yang rukun dan damai.  Dikarenakan nilai-nilai hidup yang menyangkut tujuan perkawinan tersebut dan juga menyangkut kehormatan keluarga dan kerabat bersangkutan dalam pergaulan masyarakat maka proses pelaksanaan perkawinan diatur dengan tata tertib adat, agar terhindar dari pelanggaran yang dapat menjatuhkan martabat keluarga dan kerabat yang bersangkutan.
  • 4.  Pada masyarakat adat, masalah perkawinan lebih banyak merupakan suatu ritus yang bersifat religius-magis.  A Van Gennep (seorang sosiolog Prancis), menamakan semua upacara perkawinan sebagai rites de passage (upacara peralihan), yakni upacara peralihan yang melambangkan peralihan status dari masing-masing mempelai yang tadinya hidup sendiri-sendiri secara terpisah menjadi hidup bersatu sebagai suami-istri, somah sendiri; suatu keluarga yang baru berdiri dan mereka bina sendiri.
  • 5. Menurut van Gennep, rites de passage terdiri atas tiga tingkatan: i. Rites de sparation (upacara perpisahan dari status semula) ii. Rites de marge (upacara perpisahan dari status yang baru) iii.Rites de anggreegation (suatu upacara penerimaan dalam status yang baru).
  • 6.  Prof. Hazairin dalam bukunya yang bertitel Rejang menyatakan: upacara perkawinan merupakan tiga buah rentetan perbuatan magis yang bertujuan untuk: (i) menjamin ketenangan, (ii) menjamin kebahagiaan, dan (iii) menjamin kesuburan. …
  • 7. Sistem Perkawinan Sistem perkawinan yang berlaku dalam masyarakat: i Endogami ii Eksogami iii Eleutherogami
  • 8. Perkawinan Endogami  Sistem perkawinan di mana seorang laki-laki harus mencari calon istri di dalam lingkungan kerabat (suku, clan, family) sendiri. Ex: Tanah Toraja (Sulawesi Tengah) dan masyarakat Kasta di Bali.
  • 9. Perkawinan Exsogami  Sistem perkawinan di mana seorang laki-laki dilarang mengawini perempuan yang se- marga dan diharuskan mencarai calon istri di luar marganya sendiri. Ex: Tapanuli Selatan, Minangkabau, Sumatra Selatan, Lampung, dan Maluku. Saat ini, sistem perkawinan seperti ini (endogami dan exsogami) telah luntur dan salah satunya akibat masuknya ajaran Islam ke daerah-daerah tersebut.
  • 10. Perkawinan Eleutherogami  Sistem perkawinan yang tidak mengenal larangan ataupun keharusan seperti yang terdapat dalam sistem perkawinan endogami dan eksogami.  Larngan yang ada adalam sistem perkawinan eleutherogami adalah larangan-larangan yang berhubungan dengan ikatan-ikatan kekeluargaan, yakni: (i) Nasab (ibu, nenek, anak kandung, cucu, saudara kandung, saudara bapak, dan saudara ibu), (ii) Musyaharoh (ibu tiri, anak tiri, dan saudara perempuan istri). …
  • 11. Bentuk-Bentuk Perkawinan Bentuk perkawinan berdasar persiapan ke arah pelaksanaan perkawinan: 1. Perkawinan Pinang 2. Perkawinan Lari Bersama 3. Perkawinan Bawa – Lari Bentuk perkawinan berdasar atas tata susunan kekerabatan 1. Perkawinan pada masyarakat patrilineal 2. Perkawinan pada masyarakat matrilineal 3. Perkawinan pada masyarakat parental
  • 12. Bentuk perkawinan berdasar persiapan ke arah pelaksanaan perkawinan 1. Perkawinan Pinang  Perkawinan pinang adalah bentuk perkawinan yang dilaksanakan dengan cara meminang atau melamar.  Peminangan pada umumnya datang dari pihak laki-laki yang berupa ajakan kepada pihak perempuan untuk menjalin ikatan perkawinan.  Peminangan / pertunangan baru mengikat jika pihak laki- laki telah memberikan sesuatu tanda kepada pihak perempuan yang disebut Panjer (Jawa), Penyancang (Pasundan), Tandan Kong Narit (Aceh), Bono Nibu (Nias), Pujompo (Toraja), dan Paweweh (Bali).
  • 13. Dasar / Alasan Pertunangan  Ingin menjamin bahwa yang dikehendaki itu dapat dilangsungkan dalam waktu dekat;  Untuk membatasi pergaulan kedua belah pihak;  Memberi kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling lebih mengenal sihingga mereka kelak sebagi suami istri dapat diharapkan menjadi pasangan yang harmonis.
  • 14. Akibat Hukum Pertunangan  Kedua belah pihak telah terikat untuk melansungkan perkawinan, meskipun sifatnya bukan suatu keharusan. ___________  Akan tetapi, jika di kemudian hari ternyata tidak ada kecocokan maka salah satu pihak atau keduanya bisa membatalkan ikatan pertunangan.
  • 15. Pembatalan Pertunangan  Apabila pertunangan itu diputuskan oleh pihak perempuan maka pihak perempuan itu harus memberikan ulos-ulos (bukan berupa uang) kepada pihak laki-laki sebagai ganti Panjer (Keputusan MA / 06 / 06 / 1959. No. 46 k/Sip/1958)  Apabila ikatan pertunangan itu diputuskan oleh pihak laki-laki maka pihak laki-laki tidak berhak menuntut kembali uang tunangan (Keputusan MA/ 07 / 02 / 1959, no. 396/Sip/1958). …
  • 16. 2. Perkawinan Lari Bersama  Perkawinan di mana kedua belah pihak (calon suami-istri) secara bersama-sama dan atas persetujuan bersama melarikan diri ke suatu tempat untuk melangsungkan perkawinan.  Tujuannnya: Untuk menghindarkan diri dari berbagai keharusan sebagai akibat perkawinan dengan cara pelamaran atau peminangan ataupun untuk menghindarkan diri dari berbagai rintangan dari pihak orang tua atau sanak saudara.
  • 17.  Dengan perkawinan lari bersama maka pembayaran perkawinan sering kali menjadi berkurang  Di Bali dan Lampung, jujur masih harus dibayar tinggi atau bahkan lenih tinggi.  Di Sulawesi Selatan, perkawinan lari bersama dianggap sebagai delik adat sehingga perkawinan baru dapat dilaksanakan setelah tercapai perdamaian antara kedua belah pihak.
  • 18. 3. Perkawinan Bawa - Lari  Lari dengan seorang perempuan yang sudah dipertunangkan atau sudah dikawinkan dengan laki-laki lain (terdapat di Kalimantan), atau  Melarikan seorang perempuan secara paksa (terdapat di Lampung).  Perkawinan bawa lari seringkali menimbulkan perlawanan hebat dari kelompok kerabat perempuan sehingga dalam masyarakat Bugis- Makasar, kerabat perempuan berhak membunuh laki-laki yang membawa lari perempuan.
  • 19. Bentuk perkawinan berdasar atas tata susunan kekerabatan  Perkawinan pada masyarakat patrilineal 1. Perkawinan jujur 2. Perkawinan mengabdi 3. Perkawinan mengganti/levirat 4. Perkawinan meneruskan/sorotan 5. Perkawinan bertukar 6. Perkawinan ambil anak
  • 20. 1. Perkawinan Jujur  Suatu bentuk perkawinan yang dilakukan dengan pemberian jujur oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan.  Pemberian jujur ini merupakan lambang dari diputuskannya hubungan kekeluargaan istri dengan orang tuanya, nenek moyangnya, saudara kandungnya, kerabatnya, dan persekutuannya.  Sebagai konsekuensinya: anak-anak yang (akan) lahir nantinya akan menarik garis keturunan pihak ayah dan akan menjadi anggota dari masyarakat hukum adat di mana ayahnya juga menjadi anggotanya.
  • 21. 2. Perkawinan Mengabdi  Suatu bentuk perkawinan yang disebabkan oleh karena pihak laki-laki tidak dapat memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak perempuan.  Dalam perkawinan mengabdi, seorang suami harus mengabdi kepada kerabat mertuanya hingga dia mampu membayar jujur yang dipersyaratkan oleh pihak perempuan.
  • 22. 3. Perkawinan Mengganti/Levirat  Suatu bentuk perkawinan di mana seorang janda kawin dengan saudara laki-laki almarhum suaminya.  Bentuk perkawinan seperti ini terjadi akibat adanya anggapan bahwa perempuan telah dibeli oleh pihak suami.  Perkawinan jenis ini memeiliki banyak nama. Di Batak disebut Pereakhon; di Palembang dan Bengkulu disebut Ganti Tikar; di Lampung disebut Nyemalang, dan di Jawa disebut Turun Ranjang.
  • 23. 4. Perkawinan Meneruskan/Sorotan  Suatu bentuk perkawinan di mana seorang duda kawin dengan saudara perempuan almarhum istrinya.  Perkawinan ini bisa dilangsungkan tanpa membayar jujur tambahan karena istri kedua hanya berfungsi meneruskan istri pertama.  Perkawinan jenis ini bertujuan untuk memelihara hubungan kekeluargaan agar tetap terjalin dengan baik; kehidupan anak-anak yang lahir dari istri pertama tetap terpelihara, serta untuk menjaga harta kekayaan.  Di Jawa, perkawinan jenis ini disebut Ngarag Wulu.
  • 24. 5. Perkawinan Bertukar  Suatu bentuk perkawinan di mana perkawinan timbal balik (synetrio connubium) diperbolehkan sehingga pembayaran jujur yang terhutang secara timbal balik seakan- akan dikompensasikan (jujur timbal balik diperhitungkan satu dengan yang lain sehingga menjadi hapus/lunas).
  • 25. 6. Perkawinan Ambil Anak  Suatu bentuk perkawinan yang dilakukan tanpa pembayaran jujur dengan maksud untuk mengambil sang suami sebagai anak laki-laki mereka sehingga si istri akan berkedudukan tetap sebagai anggota clan- nya.  Anak-anak yang (akan) lahir dari hubungan perkawinan itu akan menarik garis keturunan melalui garis keturunan ayahnya.
  • 26.  Salah satu alasan dilakukannya perkawinan ambil anak adalah karena keluarga tidak memiliki anak laki-laki.  Tidak adanya anak laki-laki akan mengakibatkan punahnya hubungan patrilineal (Lampung: semenda).  Hubungan kekeluargaan antara suami dengan keluarganya sendiri menjadi putus dan si suami masuk menjadi anggota keluarga si istri.  Dalam kegiatan adat, si istri mempunyai peranan sebagai kepala keluarga yang diwakilkan kepada suaminya.
  • 27. Bentuk-Bentuk Perkawinan Ambil Anak  Perkawinan Ambil Anak  Perkawinan Tegak-Tegi  Perkawinan Jeng Mirul  Perkawinan Meminjam Jago
  • 28. Perkawinan Ambil Anak  Suatu bentuk perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan anak pejabat di mana si laki-laki diadopsi terlebih dahulu oleh kerabat calon mempelai perempuan.  Tujuannya: agar menantu laki-laki yang sudah diadopsi itu dapat meneruskan kebesaran dan dapat menerima warisan (sebagai anak laki-lakinya).
  • 29.  Di daerah Lampung: seorang pejabat kebesaran adat yang dari istri tuanya (bini ratu) hanya memiliki anak perempuan maka untuk dapat mempertahankan kebesarannya dalam lingkungan kerabatnya dia akan melakukan perkawinan ambil anak.  Sang suami akan dijadikan sebagai anak angkat yang kedudukanya sama dengan istrinya.  Perkawinan ini disebut sebagai Semendo tambi Anak.
  • 30. Perkawinan Tegak Tegi  Suatu bentuk perkawinan antara anak laki- laki saudaranya (kemenakannya yang laki- laki) dengan anak perempuannya.  Tujuannya: menantu laki-laki yang telah menjadi anak laki-lakinya dapat memperoleh warisan yang kelak akan diteruskan kepada cucu-cucunya.
  • 31. Perkawinan Jeng Mirul  Suatu bentuk perkawinan yang menyebabkan si suami benar-benar beralih ke kerabat istrinya karena dijadikan anak angkat.  Dalam perkawinan model ini, suami menjadi wakil mutlak bagi anak-anaknya yang akan lahir yang tugasnya adalah mengawasi harta peninggalan untuk kepentingan istri dan anak-anaknya.
  • 32. Perkawinan Meminjam Jago  Suatu bentuk perkawinan yang terjadi apabila si suami tidak beralih ke dalam kerabat istrinya.  Di situ, si suami ditoleransi / diberi sarana untuk menyambung keturunan dan dia berkedudukan sebagai orang yang menumpang.  Anak-anak yang dilahirkan masuk clan ibu.
  • 33. Perkawinan pada masyarakat matrilineal  Suatu bentuk perkawinan di mana si istri tetap tinggal dalam clan atau golongan familinya (keluarganya).  Di sini, Istri tidak masuk dalam kerabat atau golongan si suami, melainkan tetap tinggal dalam clan-nya sendiri.  Seorang suami diperkenankan bergaul dalam lingkungan kerabat si istri sebagai urang semendo (ipar).  Anak-anak yang lahir dalam perkawinan ini akan masuk ke dalam clan ibunya.
  • 34.  Dalam perkawinan matrilineal berlaku ketentuan hukum exogami dalam perkawinan, yakni kewajiban seorang laki-laki dari suatu clan untuk mengambil perempuan dari clan lainnya.  Perkawinan “cross-cousin”, di mana antara dua orang saudara yang berbeda sex (laki-laki dan perempuan) diizinkan/diperbolehkan berbesanan satu dengan yang lain.  Perkawinan “pararel-cousin”, di mana antara dua orang saudara yang berkelamin sama (laki-laki semua atau perempuan semua) tidak diperbolehkan berbesanan.
  • 35. Perkawinan pada Masyarakat Parental  Dalam perkawinan pada masyarakat parental, pihak suami maupun pihak istri masing-masing menjadi anggota kerabat dari kedua belah pihak.  Dengan demikian, setelah terjadi perkawinan maka si suami menjadi anggota keluarga istrinya, dan begitu juga si istri menjadi anggota keluarga suaminya.  Anak-anak yang kelak dilahirkan juga menjadi anggota kekerabatan keluarga suami dan sekaligus keluarga istri.
  • 36.  Dalam susunan keluarga parental juga terdapat kebiasaan pemberian-pemberian dari pihak suami kepada pihak istri.  Pemberian tersebut pada dasarnya merupakan pemberian perkawinan saja.  Pemberian ini pada masyarakat Aceh disebut jinamee, - Pada masyarakat Jawa disebut Tukon; - Di Sulawesi Selatan disebut Surang/Sompa; - Pada suku Dayak disebut Pekain.
  • 37. Perkawinan Anak-Anak  Hukum Adat tidak melarang perkawinan antara-antara laki-laki dan perempuan yang masih kanak-kanak.  Akan tetapi, di beberapa daerah, seperti daerah Kerinci (Jambi), di Roti (Nusa Tenggara Timur), dan di Toraja (Sulawesi Tengah), perkwainan anak-anak tidaklah diperbolehkan.  Di Pulau Bali, perkawinan gadis yang belum dewasa dianggap sebagai suatu perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman.
  • 38.  Jika terjadi perkawinan pada kanak-kanak maka kehidupan bersama antara keduanya sebagai pasangan suami istri ditangguhkan hingga mereka mencapai umur.  Perkawinan anak-anak pada masyarakat adat sering disebut Kawin Gantung (Jawa: Gantung Nikah).  Jika kedua mempelai sudah mencapai umur maka Kawin Gantung ini akan disusuli dengan Perkawinan Adat.
  • 39. Alasan/Sebab-Sebab Terjadinya Perkawinan Anak-Anak  Untuk merealisasikan hubungan kekeluargaan antara kerabat mempelai laki- laki dan kerabat mempelai perempuan.  Oleh karena alasan itu juga, terkadang anak- anak yang masih dalam kandungan telah dijanjikan kelak akan dikawinkan dengan anak dari suatu keluarga tertentu karena ikatan kekeluargaan tersebut dinilai akan membawa keuntungan-keuntungan bagi kedua belah pihak.
  • 40. Perkawinan anak-anak pada umumnya merupakan kehendak orang tuanya, bukan kehendak kedua mempelai sehingga tidak jarang perkawinan itu berakhir dengan perceraian.