SlideShare a Scribd company logo
Kedudukan Fonologi
              dalam Linguistik
              Mikrolinguistik                          Fonetik
                                        o Fonologi
               Teori linguistik                       Fonemik
                                        o Morfologi
               Linguistik deskriptif
                                        o Sintaksis
               Linguistik historis
                                        o Semantik
                komparatif
Linguistik


              Makrolinguistik
               Fonetik
               Psikolinguistik
               Sosiolinguistik
               Dsb.
 Istilah FONOLOGI berasal dari kata
  FON yang berarti bunyi dan LOGOS
  yang berarti ilmu pengetahuan
 FONOLOGI adalah ilmu yang

  mempelajari bunyi (bahasa), yaitu bunyi
  yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
Pembagian Bidang Fonologi
 Fonologi dibagi dalam dua bidang yaitu
  Fonetik dan Fonemik
 Fonetik adalah ilmu yang mempelajari

  pembentukan bunyi bahasa
 Fonemik adalah ilmu yang mempelajari

  bunyi bahasa sebagai pembeda arti
Pembagian Fonetik
   Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
    Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustis, dan
    Fonetik Auditoris
   Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme
    alat bicara manusia
   Fonetik akustis mempelajari bunyi sebagai
    gejala fisis
   Fonetik auditoris mempelajari mekanisme
    telinga menerima bunyi bahasa
FONETIK ARTIKULATORIS
   Alat ucap manusia yang pokok adalah
    PARU-PARU sebagai sumber udara,
    PITA SUARA, ALAT UCAP (LIDAH,
    BIBIR, DSB.)
3 BAGIAN BESAR ALAT UCAP
Proses Terjadinya Bunyi Bahasa
1.   Udara mengalir melalui paru-paru
2.   Udara digetarkan pada bagian pita suara
     (proses fonasi)
3.   Udara keluar melalui rongga mulut atau
     rongga hidung dengan/tanpa hambatan
Arus Udara
 Arus udara adalah sumber energi utama
  bagi pembentukan bunyi bahasa
 Arus udara ada dua macam, yaitu: ARUS

  UDARA INGRESIF dan ARUS UDARA
  EGRESIF
Pita Suara
 Pita suara digetarkan oleh udara yang
  keluar atau masuk dalam paru-paru
 Terletak pada pangkal tenggorok (laring)

 Pita suara dapat MEMBUKA,

  MEMBUKA LEBAR, MENUTUP, dan
  MENUTUP RAPAT
 Celah antara sepasang pita suara disebut

  GLOTIS
Epiglotis (katup Pangkal
            Tenggorok)
 Berfungsi untuk melindungi masuknya
  makanan atau minuman ke batang
  tenggorok
 Tidak mempunyai peran dalam

  pembentukan bunyi bahasa
Rongga Kerongkongan (faring)
 Terletak di antara pangkal tenggorok
  dengan rongga mulut dan rongga hidung
 Berfungsi sebagai saluran makanan dan

  minuman
 Berperan sebagai tabung udara yang ikut

  bergetar bila pita suara bergetar
Langit-langit Lunak (Velum)
 Bagian ujung langit-langit lunak disebut
  uvula(anak tekak) yang dapat turun naik
 Dalam keadaan bernapas normal, langit-

  langit lunak beserta anak tekak menurun
  sehingga udara dapat keluar masuk
  melalui rongga hidung
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA

   Ada tidaknya gangguan (vokal, konsonan,
    semi vokal)
   Arah udara (egresif dan ingresif)
   Pita suara (bunyi bersuara, bunyi tak bersuara)
   Saluran lewatan udara (oral, nasal, sengau)
   Mekanisme artikulasi (bilabial, dental,dsb)
   Cara gangguan (stop hambat, alir, frikatif, dsb)
KLASIFIKASI BUNYI BAHASA
   Tinggi rendahnya lidah (bunyi tinggi, agak
    tinggi, tengah, agak rendah, rendah)
   Maju mundurnya lidah (bunyi depan, pusat,
    belakang)
BUNYI VOKAL
   Bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan
    penyempitan atau penutupan pada daerah
    artikulasi (Muslich, 2008)
   Bunyi yang dihasilkan tanpa hambatan pada
    alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan
    pada bunyi vokal hanya terjadi pada pita suara
    saja
VOKAL KARDINAL
   Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris
    memperkenalkan sistem vokal kardinal
    (cardinal vowels)
   Vokal kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang
    mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan
    lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu.
   Vokal kardinal digunakan sebagai acuan
    perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan
    bahasa di dunia
VOKAL KARDINAL
VOKAL BAHASA INDONESIA
KLASIFIKASI VOKAL

   Tinggi rendahnya lidah
   Bagian lidah yang bergerak
   Striktur
   Bentuk bibir
Tinggi Rendahnya Lidah

   Vokal tinggi, misal: i, u
   Vokal madya, misal: e, E, o, O
   Vokal rendah, misal: a
Bagian Lidah yang Bergerak

   Vokal depan, misal: i, e, E, a
   Vokal tengah, misal:
   Vokal belakang, misal: u, o, O, a
STRIKTUR (hubungan artikulator aktif dan
artikulator pasif)
   Vokal tertutup, misal: i,u
   Vokal semi tertutup, misal: e, o
   Vokal semi terbuka, misal: E,O
   Vokal terbuka, misal a
BENTUK BIBIR

   Vokal Bulat, misal: O
   Vokal netral, misal: a
   Vokal tak bulat, misal: i, e, E
CONTOH BUNYI VOKAL BAHASA INDONESIA
BUNYI KONSONAN
   Bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus
    udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi
   Apabila proses artikulasi disertai bergetarnya pita
    suara, menghasilkan konsonan bersuara [b,d, g, j]
   Apabila proses artikulasi tidak disertai bergetarnya
    pita suara (glotis terbuka) menghasilkan konsonan
    tak bersuara [k, p, t, s]
KLASIFIKASI KONSONAN

   Cara dihambat (artikulasi)
   Tempat hambatan (tempat artikulasi)
   Hubungan posisional antara penghambat-
    penghambatnya atau hubungan antara artikulator
    aktif dan pasif (striktur)
   Bergetar tidaknya pita suara
KLASIFIKASI KONSONAN
     BERDASARKAN CARA ARTIKULASI
   Konsonan hambat letup, ialah konsonan yang
    terjadi dengan hambatan penuh arus udara
    kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba-
    tiba. Contoh : [p], [b]
   Konsonan nasal, ialah konsonan yang dibentuk
    dengan menghambat rapat jalan udara dari
    paru-paru melalui rongga hidung, namun
    kemudian anak tekak diturunkan sehingga
    udara keluar melalui rongga hidung. Contoh:
    [m], [n]
KLASIFIKASI KONSONAN
    BERDASARKAN CARA ARTIKULASI
   Konsonan paduan, ialah konsonan yang terjadi
    dengan menghambat penuh arus udara dari
    paru-paru, kemudian hambatan itu dilepaskan
    dengan cara bergeser pelan-pelan.
   Konsonan jenis ini tidak ada dalam bahasa
    Indonesia. Dalam bahasa Inggris, misal pada
    kata rich.
KLASIFIKASI KONSONAN
    BERDASARKAN CARA ARTIKULASI
   Konsonan sampingan, ialah konsonan yang
    dibentuk dengan menutup arus udara di tengah
    rongga mulut sehingga udara keluar melalui
    samping. Contoh: [l]
   Konsonan geseran, ialah konsonan yang
    dibentuk dengan menyempitkan jalannya arus
    udara yang dihembuskan dari paru-paru,
    sehingga jalannya udara terhalang dan keluar
    dengan cara bergeser. Contoh: [s], [f]
KLASIFIKASI KONSONAN
    BERDASARKAN CARA ARTIKULASI
   Konsonan getar, ialah konsonan yang dibentuk
    dengan menghambat jalannya udara yang
    dihembuskan dari paru-paru secara berulang-
    ulang dan cepat. Contoh: [r]
   Konsonan sentuhan, ialah konsonan yang
    pembentukannya hampir sama dengan getar,
    tetapi proses bergetar itu hanya terjadi satu
    kali. Dalam bahasa Indonesia, konsonan jenis
    ini tidak ada. Contoh: perro (artinya anjing,
    bahasa Spanyol)
KLASIFIKASI KONSONAN
    BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI
   Konsonan bilabial, ialah konsonan yang
    artikulator aktifnya ialah bibir bawah dan
    artikulator pasifnya ialah bibir atas. Contoh:
    [p], [b].
   Konsonan apikodental, ialah konsonan yang
    artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan
    artikulator pasifnya ialah gigi atas. Contoh: [t],
    [d]
KLASIFIKASI KONSONAN
    BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI
   Konsonan apikoalveolar ialah konsonan yang
    artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan
    artikulator pasifnya adalah gusi (lengkung kaki
    gigi). Contoh: [l], [n]
   Konsonan apikopalatal ialah konsonan yang
    artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan
    artikulator pasifnya ialah langit-langit keras.
    Contoh: [D], pada kata madu
KLASIFIKASI KONSONAN
    BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI
   Konsonan mediopalatal ialah konsonan yang
    artikulator aktifnya ialah tengah lidah dan
    artikulator pasifnya ialah langit-langit keras.
    Contoh: [c, j].
   Konsonan dorsovelar ialah konsonan yang
    artikulator aktifnya ialah pangkal lidah dan
    artikulator pasifnya langit-langit lunak.
    Contoh: [k,g]
KLASIFIKASI KONSONAN
     BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI
   Konsonan hamzah (glottal stop), ialah konsonan
    yang pembentukannya terjadi karena pita suara
    merapat (glotis tertutup rapat) dan kemudian secara
    tiba-tiba dipisahkan (terbuka). Contoh: [?]
   Konsonan laringal, ialah konsonan yang
    artikulatornya adalah sepasang pita suara. Udara
    yang dihembuskan dari paru-paru pada waktu
    melewati glotis digeserkan. Glotis dalam posisi
    terbuka (lebih sempit daripada saat bernafas
    normal). Contoh [h]
BUNYI SEMI-VOKAL
   Bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan.
   Contoh: [w] proses pembentukannya menyerupai
    [u], namun bibir yang membentuk bundaran
    dipersempit sehingga arus udara hampir terhambat
    (labialisasi)
   Semi-vokal [y] proses pembentukannya
    menyerupai [i], namun posisi lidah dinaikkan terlalu
    tinggi ke arah langit-langit keras (palatalisasi)
BUNYI DIFTONG

   Diftong (vokal rangkap) adalah dua buah
    vokal yang dibunyikan dalam kesatuan waktu
   Diftong ada dua macam, yaitu diftong naik dan
    diftong turun
   Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat
    diftong naik [ai, oi, au]
   Contoh diftong lain: oi, ai, ui (bahasa Madura),
    ua, uo, ue (bahasa Jawa)
BUNYI KLUSTER
   Kluster (konsonan rangkap) adalah dua atau tiga
    konsonan yang dibunyikan dalam kesatuan waktu.
   Pola bunyi dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak
    mengenal kluster. Kluster yang digunakan dalam
    bahasa Indonesia merupakan serapan.
   Contoh: [pr], [tr], [fr], [bl], [kl], [kw], [dw], [sw],
    [str], [skr],...
BUNYI SUPRASEGMENTAL
   Bunyi-bunyi yang menyertai bunyi segmental
   Bunyi suprasegmental (prosodi) meliputi nada,
    tekanan, durasi, jeda.
   Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi
   Tekanan menyangkut keras lemahnya bunyi
    diujarkan
   Durasi menyangkut panjang pendeknya bunyi
   Jeda menyangkut perhentian (kesenyapan) bunyi
NADA (PITCH)
   Nada dapat dibedakan atas nada naik, nada datar,
    nada turun, nada turun naik, nada naik turun
   Nada dipengaruhi ketegangan pita suara dan getaran
    pita suara. Semakin tegang, semakin cepat
    getarannya, nada yang terdengar semakin tinggi
   Dalam bahasa Indonesia, nada tidak fungsional
    (tidak membedakan makna)
TEKANAN (STRESS)

   Tekanan dipengaruhi kekuatan arus udara.
    Semakin kuat ketegangan arus udara, bunyi
    terdengar semakin keras.
   Tekanan dibedakan atas tekanan keras dan
    tekanan lunak (lemah)
   Dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak
    membedakan makna dalam tataran kata, tetapi
    membedakan maksud dalam tataran kalimat.
DURASI

   Durasi dalam bahasa Indonesia tidak
    fungsional dalam tataran kata, tetapi
    fungsional dalam tataran kalimat.
   Contoh: awas jatuh [awa:s/ jatu:h]
             saya senang [saya sena:ng]
JEDA

   Jeda atau perhentian dapat terjadi antarkalimat,
    antarkata, antarsilaba.
   Jeda antarsilaba ditandai [+], antarkata [/],
    antarfrase [//], antarkalimat [#]
   Dalam bahasa Indonesia, jeda fungsional.
    Contoh: anak/pejabat yang nakal
             anak pejabat/ yang nakal
LATIHAN SOAL

1.   Deskripsikan perbedaan bunyi [t] pada [tari]
     dan [pantun]
2.   Mengapa ketika kita mengucapkan kata biar
     muncul [y] di antara [i] dan [a]?
3.   Mengapa bunyi awal yang dikuasai seorang
     anak pada umumnya bunyi bilabial?
4.   Mengapa nada dalam bahasa Indonesia
     dikatakan tidak fungsional? Berikan
     penjelasan beserta contoh.
PERUBAHAN BUNYI
   ASIMILASI
   DISIMILASI
   MODIFIKASI VOKAL
   NETRALISASI
   ZEROISASI
   METATESIS
   DIFTONGISASI
   MONOFTONGISASI
   ANAPTIKSIS
Bunyi lingual cenderung berubah karena
lingkungannya
   Perubahan bunyi lingual dibedakan atas (1)
    perubahan fonetis (2) perubahan fonemis

   Perubahan fonetis tidak mengubah identitas
    fonem, contoh: [t] pada [tentang] dan
    [tendang]
   Perubahan fonemis mengubah identitas fonem,
    contoh: [vis] – [ik eet fis]
ASIMILASI

   Perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak
    sama menjadi bunyi yang sama atau yang
    hampir sama.
   Asimilasi dapat digolongkan menjadi (1)
    asimilasi progresif, (b) asimilasi regresif, (c)
    asimilasi resiprokal
ASIMILASI PROGRESIF
   Bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah
    bunyi yang mengasimilasikan.
   Contoh: top – stop
             [t] pada [top] apiko-dental
             [t] pada [stop] lamino-palatal
             karena [s] adalah lamino-palatal
   Contoh: [t] pada [tari] apiko-dental
             [t] pada [santai] apiko-alveolar
             karena [n] apiko-alveolar
ASIMILASI REGRESIF
   Bunyi yang diasimilasikan terletak sebelum
    bunyi yang mengasimilasikan.
   Contoh: [k] pada [zak] velar tak bersuara
            [d] pada [doek] apiko-dental bersuara
            [k] pada [zakdoek] velar bersuara

   Contoh: meN + bawa = membawa
            [N] berwujud [m] bilabial karena [b]
    pada [bawa] adalah bilabial
ASIMILASI RESIPROKAL

   Kedua bunyi saling mengasimilasikan
    sehingga menimbulkan bunyi baru.
   Contoh: [holan] + [ho] = [holakko]
            [suan] + [hon] = [suatton]
DISIMILASI
   Perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama
    menjadi tidak sama.
   Contoh: [sajjana] – [sarjana]
            [sayur sayur] – [sayur mayur]
            [berajar] – [belajar]
MODIFIKASI VOKAL

   Perubahan bunyi vokal sebagai pengaruh
    bunyi lain yang mengikutinya.
   Contoh: [oto] – [OtOt]
             [balI?] – [balikan]
NETRALISASI

   Hilangnya fungsi pembeda suatu fonem akibat
    pengaruh lingkungan.
   Contoh: [b] pada [sebab] dibunyikan [p]
    karena [b] tidak mungkin ada pada posisi koda
ZEROISASI

   Penghilangan bunyi fonemis sebagai upaya
    ekonomisasi pengucapan.
   Contoh: [tetapi] – [tapi] aferesis
            [pelangit] – [pelangi] apokop
            [dahulu] – [dulu] sinkop
METATESIS

   Perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu
    kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang
    bersaing.
   Contoh: kerikil – kelikir
              jalur – lajur
              brantas – bantras
              serap – resap
              almari - lemari
DIFTONGISASI

   Perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong)
    menjadi vokal rangkap (diftong)
   Contoh: anggota – anggauta
            teladan – tauladan
            sentosa - sentausa
MONOFTONGISASI

   Perubahan dua bunyi vokal rangkap (diftong)
    menjadi vokal tunggal (monoftong)
   Contoh: kalau – kalo
            danau – dano
            satai – sate
ANAPTIKSIS

   Perubahan bunyi dengan jalan menambahkan
    bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan
    untuk memperlancar ucapan.
   Contoh: mpu – empu (protesis)
            sloka – seloka (epentesis)
            adi – adik (paragog)
SUKU KATA (SILABA)

   Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan
    satuan denyutan dada yang menyebabkan
    udara keluar dari paru-paru.
   Contoh: [mendaki] memiliki 3 puncak
            kenyaringan bunyi [men+da+ki]
   Pada umumnya struktur suku kata terdiri atas
    satu bunyi sonor yang berupa vokal.
POLA SUKU KATA

   Pola suku kata dasar bahasa Indonesia:
    V (i-kan, ba-u,...)
    VK (en-tah, in-dah,...)
    KV (se-nang, ra-mai,...)
    KVK (tem-pat, leng-kap,...)
POLA SUKU KATA

   Pola suku kata serapan dalam bahasa Indonesia:
    VKK       (ons, eks-tra,...)
    KVKK (teks, ...)
    KKVKK (kom-pleks, spons,...)
    KKV       (pre-tes, psi-ko-lo-gi,...)
    KKVK (trak-tor, kris-tal,...)
    KKKV (stra-te-gi, ...)
    KKKVK (struk-tur, skrip-si,...)
Catatan:

   Kata dasar dalam bahasa Indonesia pada umumnya
    terdiri atas dua suku kata. Hanya sedikit yang terdiri
    atas satu, tiga, empat suku kata.
   Konsonan dalam bahasa Indonesia yang tidak dapat
    menjadi penutup suku kata: /c/, /d/, /g/ /j/, /q/, /v/
    /w/, /x/,/y/, /z/. Beberapa hanya ditemukan dalam
    kata serapan, contoh: abad, gudeg, mikraj, juz
RANGKAIAN SUKU KATA

1.   V–V           9. KV – V
2.   V – VK        10. KV – VK
3.   V – KV        11. KV – KV
4.   V – KVK       12. KV – KVK
5.   VK–V          13. KVK – V
6.   VK – VK       14. KVK – VK
7.   VK – KV       15. KVK – KV
8.   VK - KVK      16. KVK - KVK
PEMENGGALAN KATA
   Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan,
    pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf
    vokal. Contoh: ma – in, bu – ah
   Diftong tidak pernah diceraikan, contoh: sau –
    da – ra, bukan sa- u – da – ra
   Jika di tengah kata ada huruf konsonan,
    gabungan huruf konsonan, di antara dua buah
    huruf vokal, pemenggalan dilakukan di
    sebelum huruf konsonan. Contoh: ba – pak, de
    - ngan
PEMENGGALAN KATA
   Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan
    yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
    antara dua huruf konsonan. Contoh: man – di,
    som – bong
   Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan
    atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara
    huruf konsonan pertama dan kedua. Contoh: ul
    tra, in – fra
Latihan pemenggalan kata
   Makanan
   Caplok
   Mutakhir
   Aula
   April
   Isyarat
   Instrumen
   boikot
Fonologi

More Related Content

What's hot

Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumImam Suwandi
 
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Juvrianto Chrissunday Jakob
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Rizzty Mennelz
 
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana BahasaWujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
Yudha Fadillah
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
 
Materi fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaMateri fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaRakatajasa
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemEster Emilia
 
Morfologi Reduplikasi Kata
Morfologi Reduplikasi KataMorfologi Reduplikasi Kata
Morfologi Reduplikasi Kata
Tifanny Ellies
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
Abdul Hasan
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
Mencari ridho alloh di dunia untuk bekal di akhirat
 
PRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNANPRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNAN
Nurulbanjar1996
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Akhul Syaifuddin D'oxide
 
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiBunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Restu Waras Toto
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikAstri Plenyet
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Rizzty Mennelz
 
Materi 2 morfem (rev)
Materi 2 morfem (rev)Materi 2 morfem (rev)
Materi 2 morfem (rev)anggerio
 

What's hot (20)

Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
 
Kel 1
Kel 1Kel 1
Kel 1
 
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana BahasaWujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
 
Materi fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaMateri fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesia
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 
Morfologi Reduplikasi Kata
Morfologi Reduplikasi KataMorfologi Reduplikasi Kata
Morfologi Reduplikasi Kata
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
 
PRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNANPRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNAN
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Bunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyiBunyi bahasa dan tata bunyi
Bunyi bahasa dan tata bunyi
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistik
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
 
Materi 2 morfem (rev)
Materi 2 morfem (rev)Materi 2 morfem (rev)
Materi 2 morfem (rev)
 

Viewers also liked

Proses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayu
Proses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayuProses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayu
Proses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayuAtykah Aura
 
Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)
Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)
Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)
Rafiza Diy
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
Darwis Maulana
 
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesiaMakalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Universitas Negeri Semarang
 
Fonologi & fonetik
Fonologi & fonetikFonologi & fonetik
Fonologi & fonetikceplos1969
 
Muhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiiiMuhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiiiM Azni Rasyid
 
fonetik fonologi
fonetik fonologifonetik fonologi
Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013
Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013
Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013
Antasha Kamaruzzaman
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
Didikparavisi
 
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
murni mohamat
 

Viewers also liked (13)

Proses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayu
Proses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayuProses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayu
Proses pembentukan perkataan baharu dalam bahasa melayu
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)
Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)
Morfologi Bahasa Melayu (Pembentukan Perkataan Baharu)
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesiaMakalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
 
Asimilasi
AsimilasiAsimilasi
Asimilasi
 
Fonologi & fonetik
Fonologi & fonetikFonologi & fonetik
Fonologi & fonetik
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Muhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiiiMuhammad azniiiiiiiiii
Muhammad azniiiiiiiiii
 
fonetik fonologi
fonetik fonologifonetik fonologi
fonetik fonologi
 
Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013
Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013
Fonetik & Fonologi Bahasa Melayu BMMB3013
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
FONETIK DAN FONOLOGI (VOKAL & KONSONAN)
 

Similar to Fonologi

PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
MohRiezkyMaulana1
 
Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
MohamadFauzanAzima
 
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
Ghian Velina
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
Ghian Velina
 
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxKELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
NiPutuPramiyogi
 
listia diah indriyani
listia diah indriyanilistia diah indriyani
listia diah indriyani
listiadiah
 
Struktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptxStruktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptx
SariEkowati
 
Listia diah indriyani
Listia diah indriyaniListia diah indriyani
Listia diah indriyani
listiadiah
 
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
illaaaaaa
 
makalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemmakalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonem
suraijmunir
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
Zukét Printing
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
Zukét Printing
 
Tik fira 2 d
Tik fira 2 dTik fira 2 d
Tik fira 2 d
firays28
 
Phonetics and phonology
Phonetics and phonologyPhonetics and phonology
Phonetics and phonology
Homi Audie
 
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaMakalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Dewi Puspitasari
 
Tugas cara membentuk fonem bahasa indonesia
Tugas cara membentuk fonem bahasa indonesiaTugas cara membentuk fonem bahasa indonesia
Tugas cara membentuk fonem bahasa indonesia
erlianajuwitanurafifah
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
hanifanadhira
 
Dila
DilaDila
Tugasan individu
Tugasan individuTugasan individu
Tugasan individutinie eva
 

Similar to Fonologi (20)

PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
 
Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
 
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
 
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxKELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
 
listia diah indriyani
listia diah indriyanilistia diah indriyani
listia diah indriyani
 
Struktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptxStruktur Fonologi Fix.pptx
Struktur Fonologi Fix.pptx
 
Listia diah indriyani
Listia diah indriyaniListia diah indriyani
Listia diah indriyani
 
PPG FONETIK DAN FONOLOGI
PPG FONETIK DAN FONOLOGIPPG FONETIK DAN FONOLOGI
PPG FONETIK DAN FONOLOGI
 
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
 
makalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemmakalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonem
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
 
Tik fira 2 d
Tik fira 2 dTik fira 2 d
Tik fira 2 d
 
Phonetics and phonology
Phonetics and phonologyPhonetics and phonology
Phonetics and phonology
 
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaMakalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
 
Tugas cara membentuk fonem bahasa indonesia
Tugas cara membentuk fonem bahasa indonesiaTugas cara membentuk fonem bahasa indonesia
Tugas cara membentuk fonem bahasa indonesia
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Dila
DilaDila
Dila
 
Tugasan individu
Tugasan individuTugasan individu
Tugasan individu
 

More from Imam Suwandi

Rekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiadeRekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiadeImam Suwandi
 
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesiaDaftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesiaImam Suwandi
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaImam Suwandi
 
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannyaImam Suwandi
 
8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknya8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknyaImam Suwandi
 
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaanImam Suwandi
 
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaanImam Suwandi
 
5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaanImam Suwandi
 
4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaan4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaanImam Suwandi
 
3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakat3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakatImam Suwandi
 
2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaan2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaanImam Suwandi
 
1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaan1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaanImam Suwandi
 
Peta konsep linguistik
Peta konsep linguistikPeta konsep linguistik
Peta konsep linguistikImam Suwandi
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Imam Suwandi
 

More from Imam Suwandi (20)

Rekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiadeRekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiade
 
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesiaDaftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
 
Memahami media
Memahami mediaMemahami media
Memahami media
 
Komunikasi massa
Komunikasi massaKomunikasi massa
Komunikasi massa
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesia
 
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
 
8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknya8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknya
 
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
 
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
 
5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan
 
4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaan4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaan
 
3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakat3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakat
 
2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaan2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaan
 
1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaan1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaan
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Peta konsep linguistik
Peta konsep linguistikPeta konsep linguistik
Peta konsep linguistik
 
Pengertian bahasa
Pengertian bahasaPengertian bahasa
Pengertian bahasa
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 

Fonologi

  • 1. Kedudukan Fonologi dalam Linguistik Mikrolinguistik  Fonetik o Fonologi  Teori linguistik  Fonemik o Morfologi  Linguistik deskriptif o Sintaksis  Linguistik historis o Semantik komparatif Linguistik Makrolinguistik  Fonetik  Psikolinguistik  Sosiolinguistik  Dsb.
  • 2.  Istilah FONOLOGI berasal dari kata FON yang berarti bunyi dan LOGOS yang berarti ilmu pengetahuan  FONOLOGI adalah ilmu yang mempelajari bunyi (bahasa), yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
  • 3. Pembagian Bidang Fonologi  Fonologi dibagi dalam dua bidang yaitu Fonetik dan Fonemik  Fonetik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan bunyi bahasa  Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti
  • 4. Pembagian Fonetik  Fonetik dibedakan atas tiga jenis, yaitu: Fonetik Artikulatoris, Fonetik Akustis, dan Fonetik Auditoris  Fonetik artikulatoris mempelajari mekanisme alat bicara manusia  Fonetik akustis mempelajari bunyi sebagai gejala fisis  Fonetik auditoris mempelajari mekanisme telinga menerima bunyi bahasa
  • 5. FONETIK ARTIKULATORIS  Alat ucap manusia yang pokok adalah PARU-PARU sebagai sumber udara, PITA SUARA, ALAT UCAP (LIDAH, BIBIR, DSB.)
  • 6. 3 BAGIAN BESAR ALAT UCAP
  • 7. Proses Terjadinya Bunyi Bahasa 1. Udara mengalir melalui paru-paru 2. Udara digetarkan pada bagian pita suara (proses fonasi) 3. Udara keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung dengan/tanpa hambatan
  • 8. Arus Udara  Arus udara adalah sumber energi utama bagi pembentukan bunyi bahasa  Arus udara ada dua macam, yaitu: ARUS UDARA INGRESIF dan ARUS UDARA EGRESIF
  • 9. Pita Suara  Pita suara digetarkan oleh udara yang keluar atau masuk dalam paru-paru  Terletak pada pangkal tenggorok (laring)  Pita suara dapat MEMBUKA, MEMBUKA LEBAR, MENUTUP, dan MENUTUP RAPAT  Celah antara sepasang pita suara disebut GLOTIS
  • 10. Epiglotis (katup Pangkal Tenggorok)  Berfungsi untuk melindungi masuknya makanan atau minuman ke batang tenggorok  Tidak mempunyai peran dalam pembentukan bunyi bahasa
  • 11. Rongga Kerongkongan (faring)  Terletak di antara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung  Berfungsi sebagai saluran makanan dan minuman  Berperan sebagai tabung udara yang ikut bergetar bila pita suara bergetar
  • 12. Langit-langit Lunak (Velum)  Bagian ujung langit-langit lunak disebut uvula(anak tekak) yang dapat turun naik  Dalam keadaan bernapas normal, langit- langit lunak beserta anak tekak menurun sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung
  • 13. KLASIFIKASI BUNYI BAHASA  Ada tidaknya gangguan (vokal, konsonan, semi vokal)  Arah udara (egresif dan ingresif)  Pita suara (bunyi bersuara, bunyi tak bersuara)  Saluran lewatan udara (oral, nasal, sengau)  Mekanisme artikulasi (bilabial, dental,dsb)  Cara gangguan (stop hambat, alir, frikatif, dsb)
  • 14. KLASIFIKASI BUNYI BAHASA  Tinggi rendahnya lidah (bunyi tinggi, agak tinggi, tengah, agak rendah, rendah)  Maju mundurnya lidah (bunyi depan, pusat, belakang)
  • 15. BUNYI VOKAL  Bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi (Muslich, 2008)  Bunyi yang dihasilkan tanpa hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan pada bunyi vokal hanya terjadi pada pita suara saja
  • 16. VOKAL KARDINAL  Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris memperkenalkan sistem vokal kardinal (cardinal vowels)  Vokal kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu.  Vokal kardinal digunakan sebagai acuan perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan bahasa di dunia
  • 19. KLASIFIKASI VOKAL  Tinggi rendahnya lidah  Bagian lidah yang bergerak  Striktur  Bentuk bibir
  • 20. Tinggi Rendahnya Lidah  Vokal tinggi, misal: i, u  Vokal madya, misal: e, E, o, O  Vokal rendah, misal: a
  • 21. Bagian Lidah yang Bergerak  Vokal depan, misal: i, e, E, a  Vokal tengah, misal:  Vokal belakang, misal: u, o, O, a
  • 22. STRIKTUR (hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif)  Vokal tertutup, misal: i,u  Vokal semi tertutup, misal: e, o  Vokal semi terbuka, misal: E,O  Vokal terbuka, misal a
  • 23. BENTUK BIBIR  Vokal Bulat, misal: O  Vokal netral, misal: a  Vokal tak bulat, misal: i, e, E
  • 24. CONTOH BUNYI VOKAL BAHASA INDONESIA
  • 25. BUNYI KONSONAN  Bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi  Apabila proses artikulasi disertai bergetarnya pita suara, menghasilkan konsonan bersuara [b,d, g, j]  Apabila proses artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara (glotis terbuka) menghasilkan konsonan tak bersuara [k, p, t, s]
  • 26. KLASIFIKASI KONSONAN  Cara dihambat (artikulasi)  Tempat hambatan (tempat artikulasi)  Hubungan posisional antara penghambat- penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif dan pasif (striktur)  Bergetar tidaknya pita suara
  • 27. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN CARA ARTIKULASI  Konsonan hambat letup, ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba- tiba. Contoh : [p], [b]  Konsonan nasal, ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung, namun kemudian anak tekak diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Contoh: [m], [n]
  • 28. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN CARA ARTIKULASI  Konsonan paduan, ialah konsonan yang terjadi dengan menghambat penuh arus udara dari paru-paru, kemudian hambatan itu dilepaskan dengan cara bergeser pelan-pelan.  Konsonan jenis ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris, misal pada kata rich.
  • 29. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN CARA ARTIKULASI  Konsonan sampingan, ialah konsonan yang dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui samping. Contoh: [l]  Konsonan geseran, ialah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalannya udara terhalang dan keluar dengan cara bergeser. Contoh: [s], [f]
  • 30. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN CARA ARTIKULASI  Konsonan getar, ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalannya udara yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang- ulang dan cepat. Contoh: [r]  Konsonan sentuhan, ialah konsonan yang pembentukannya hampir sama dengan getar, tetapi proses bergetar itu hanya terjadi satu kali. Dalam bahasa Indonesia, konsonan jenis ini tidak ada. Contoh: perro (artinya anjing, bahasa Spanyol)
  • 31. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI  Konsonan bilabial, ialah konsonan yang artikulator aktifnya ialah bibir bawah dan artikulator pasifnya ialah bibir atas. Contoh: [p], [b].  Konsonan apikodental, ialah konsonan yang artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan artikulator pasifnya ialah gigi atas. Contoh: [t], [d]
  • 32. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI  Konsonan apikoalveolar ialah konsonan yang artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi (lengkung kaki gigi). Contoh: [l], [n]  Konsonan apikopalatal ialah konsonan yang artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan artikulator pasifnya ialah langit-langit keras. Contoh: [D], pada kata madu
  • 33. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI  Konsonan mediopalatal ialah konsonan yang artikulator aktifnya ialah tengah lidah dan artikulator pasifnya ialah langit-langit keras. Contoh: [c, j].  Konsonan dorsovelar ialah konsonan yang artikulator aktifnya ialah pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Contoh: [k,g]
  • 34. KLASIFIKASI KONSONAN BERDASARKAN TEMPAT ARTIKULASI  Konsonan hamzah (glottal stop), ialah konsonan yang pembentukannya terjadi karena pita suara merapat (glotis tertutup rapat) dan kemudian secara tiba-tiba dipisahkan (terbuka). Contoh: [?]  Konsonan laringal, ialah konsonan yang artikulatornya adalah sepasang pita suara. Udara yang dihembuskan dari paru-paru pada waktu melewati glotis digeserkan. Glotis dalam posisi terbuka (lebih sempit daripada saat bernafas normal). Contoh [h]
  • 35. BUNYI SEMI-VOKAL  Bunyi semi-vokal secara praktis termasuk konsonan.  Contoh: [w] proses pembentukannya menyerupai [u], namun bibir yang membentuk bundaran dipersempit sehingga arus udara hampir terhambat (labialisasi)  Semi-vokal [y] proses pembentukannya menyerupai [i], namun posisi lidah dinaikkan terlalu tinggi ke arah langit-langit keras (palatalisasi)
  • 36. BUNYI DIFTONG  Diftong (vokal rangkap) adalah dua buah vokal yang dibunyikan dalam kesatuan waktu  Diftong ada dua macam, yaitu diftong naik dan diftong turun  Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat diftong naik [ai, oi, au]  Contoh diftong lain: oi, ai, ui (bahasa Madura), ua, uo, ue (bahasa Jawa)
  • 37. BUNYI KLUSTER  Kluster (konsonan rangkap) adalah dua atau tiga konsonan yang dibunyikan dalam kesatuan waktu.  Pola bunyi dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak mengenal kluster. Kluster yang digunakan dalam bahasa Indonesia merupakan serapan.  Contoh: [pr], [tr], [fr], [bl], [kl], [kw], [dw], [sw], [str], [skr],...
  • 38. BUNYI SUPRASEGMENTAL  Bunyi-bunyi yang menyertai bunyi segmental  Bunyi suprasegmental (prosodi) meliputi nada, tekanan, durasi, jeda.  Nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi  Tekanan menyangkut keras lemahnya bunyi diujarkan  Durasi menyangkut panjang pendeknya bunyi  Jeda menyangkut perhentian (kesenyapan) bunyi
  • 39. NADA (PITCH)  Nada dapat dibedakan atas nada naik, nada datar, nada turun, nada turun naik, nada naik turun  Nada dipengaruhi ketegangan pita suara dan getaran pita suara. Semakin tegang, semakin cepat getarannya, nada yang terdengar semakin tinggi  Dalam bahasa Indonesia, nada tidak fungsional (tidak membedakan makna)
  • 40. TEKANAN (STRESS)  Tekanan dipengaruhi kekuatan arus udara. Semakin kuat ketegangan arus udara, bunyi terdengar semakin keras.  Tekanan dibedakan atas tekanan keras dan tekanan lunak (lemah)  Dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak membedakan makna dalam tataran kata, tetapi membedakan maksud dalam tataran kalimat.
  • 41. DURASI  Durasi dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kata, tetapi fungsional dalam tataran kalimat.  Contoh: awas jatuh [awa:s/ jatu:h] saya senang [saya sena:ng]
  • 42. JEDA  Jeda atau perhentian dapat terjadi antarkalimat, antarkata, antarsilaba.  Jeda antarsilaba ditandai [+], antarkata [/], antarfrase [//], antarkalimat [#]  Dalam bahasa Indonesia, jeda fungsional. Contoh: anak/pejabat yang nakal anak pejabat/ yang nakal
  • 43. LATIHAN SOAL 1. Deskripsikan perbedaan bunyi [t] pada [tari] dan [pantun] 2. Mengapa ketika kita mengucapkan kata biar muncul [y] di antara [i] dan [a]? 3. Mengapa bunyi awal yang dikuasai seorang anak pada umumnya bunyi bilabial? 4. Mengapa nada dalam bahasa Indonesia dikatakan tidak fungsional? Berikan penjelasan beserta contoh.
  • 44. PERUBAHAN BUNYI  ASIMILASI  DISIMILASI  MODIFIKASI VOKAL  NETRALISASI  ZEROISASI  METATESIS  DIFTONGISASI  MONOFTONGISASI  ANAPTIKSIS
  • 45. Bunyi lingual cenderung berubah karena lingkungannya  Perubahan bunyi lingual dibedakan atas (1) perubahan fonetis (2) perubahan fonemis  Perubahan fonetis tidak mengubah identitas fonem, contoh: [t] pada [tentang] dan [tendang]  Perubahan fonemis mengubah identitas fonem, contoh: [vis] – [ik eet fis]
  • 46. ASIMILASI  Perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama.  Asimilasi dapat digolongkan menjadi (1) asimilasi progresif, (b) asimilasi regresif, (c) asimilasi resiprokal
  • 47. ASIMILASI PROGRESIF  Bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.  Contoh: top – stop [t] pada [top] apiko-dental [t] pada [stop] lamino-palatal karena [s] adalah lamino-palatal  Contoh: [t] pada [tari] apiko-dental [t] pada [santai] apiko-alveolar karena [n] apiko-alveolar
  • 48. ASIMILASI REGRESIF  Bunyi yang diasimilasikan terletak sebelum bunyi yang mengasimilasikan.  Contoh: [k] pada [zak] velar tak bersuara [d] pada [doek] apiko-dental bersuara [k] pada [zakdoek] velar bersuara  Contoh: meN + bawa = membawa [N] berwujud [m] bilabial karena [b] pada [bawa] adalah bilabial
  • 49. ASIMILASI RESIPROKAL  Kedua bunyi saling mengasimilasikan sehingga menimbulkan bunyi baru.  Contoh: [holan] + [ho] = [holakko] [suan] + [hon] = [suatton]
  • 50. DISIMILASI  Perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama menjadi tidak sama.  Contoh: [sajjana] – [sarjana] [sayur sayur] – [sayur mayur] [berajar] – [belajar]
  • 51. MODIFIKASI VOKAL  Perubahan bunyi vokal sebagai pengaruh bunyi lain yang mengikutinya.  Contoh: [oto] – [OtOt] [balI?] – [balikan]
  • 52. NETRALISASI  Hilangnya fungsi pembeda suatu fonem akibat pengaruh lingkungan.  Contoh: [b] pada [sebab] dibunyikan [p] karena [b] tidak mungkin ada pada posisi koda
  • 53. ZEROISASI  Penghilangan bunyi fonemis sebagai upaya ekonomisasi pengucapan.  Contoh: [tetapi] – [tapi] aferesis [pelangit] – [pelangi] apokop [dahulu] – [dulu] sinkop
  • 54. METATESIS  Perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing.  Contoh: kerikil – kelikir jalur – lajur brantas – bantras serap – resap almari - lemari
  • 55. DIFTONGISASI  Perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi vokal rangkap (diftong)  Contoh: anggota – anggauta teladan – tauladan sentosa - sentausa
  • 56. MONOFTONGISASI  Perubahan dua bunyi vokal rangkap (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong)  Contoh: kalau – kalo danau – dano satai – sate
  • 57. ANAPTIKSIS  Perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan.  Contoh: mpu – empu (protesis) sloka – seloka (epentesis) adi – adik (paragog)
  • 58. SUKU KATA (SILABA)  Satuan kenyaringan bunyi yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru-paru.  Contoh: [mendaki] memiliki 3 puncak kenyaringan bunyi [men+da+ki]  Pada umumnya struktur suku kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa vokal.
  • 59. POLA SUKU KATA  Pola suku kata dasar bahasa Indonesia: V (i-kan, ba-u,...) VK (en-tah, in-dah,...) KV (se-nang, ra-mai,...) KVK (tem-pat, leng-kap,...)
  • 60. POLA SUKU KATA  Pola suku kata serapan dalam bahasa Indonesia: VKK (ons, eks-tra,...) KVKK (teks, ...) KKVKK (kom-pleks, spons,...) KKV (pre-tes, psi-ko-lo-gi,...) KKVK (trak-tor, kris-tal,...) KKKV (stra-te-gi, ...) KKKVK (struk-tur, skrip-si,...)
  • 61. Catatan:  Kata dasar dalam bahasa Indonesia pada umumnya terdiri atas dua suku kata. Hanya sedikit yang terdiri atas satu, tiga, empat suku kata.  Konsonan dalam bahasa Indonesia yang tidak dapat menjadi penutup suku kata: /c/, /d/, /g/ /j/, /q/, /v/ /w/, /x/,/y/, /z/. Beberapa hanya ditemukan dalam kata serapan, contoh: abad, gudeg, mikraj, juz
  • 62. RANGKAIAN SUKU KATA 1. V–V 9. KV – V 2. V – VK 10. KV – VK 3. V – KV 11. KV – KV 4. V – KVK 12. KV – KVK 5. VK–V 13. KVK – V 6. VK – VK 14. KVK – VK 7. VK – KV 15. KVK – KV 8. VK - KVK 16. KVK - KVK
  • 63. PEMENGGALAN KATA  Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokal. Contoh: ma – in, bu – ah  Diftong tidak pernah diceraikan, contoh: sau – da – ra, bukan sa- u – da – ra  Jika di tengah kata ada huruf konsonan, gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan di sebelum huruf konsonan. Contoh: ba – pak, de - ngan
  • 64. PEMENGGALAN KATA  Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara dua huruf konsonan. Contoh: man – di, som – bong  Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan kedua. Contoh: ul tra, in – fra
  • 65. Latihan pemenggalan kata  Makanan  Caplok  Mutakhir  Aula  April  Isyarat  Instrumen  boikot