SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Nama : Dewi Puspitasari
Kelas : X – 2
No Absen : 11
Materi : Kebahasaan
KEBAHASAAN
1. Huruf
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani
dan aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan
fonem tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap
aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis
alfabet, abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem
atau bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili
ungkapan atau makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara
jenis silabis atau aksara suku kata, suatu huruf melambangkan suatu suku kata,
contohnya adalah Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang.
Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian
dari satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil.
Huruf besar biasanya dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis
setelahnya.
1. Jenis-jenis huruf berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya, huruf dibedakan menjadi 4 yaitu sebagai berikut.
a. Huruf fonemis, yaitu huruf yang melambangkan satu bunyi seperti huruf latin.
b. Huruf silabis, yaitu huruf yang melambangkan satu suku kata seperti huruf
jepang atau aksara jawa.
c. Huruf logograf atau idiograf, yaitu huruf yang melambangkan bunyi satu kata
seperti huruf cina.
d. Huruf piktograf, yaitu bunyi huruf yang dilambangkan dalam bentuk gambar
atau lukisan peristiwa seperti relif manusia prasejarah.
2. Jenis huruf berdasarkan bunyinya
a. Vokal
1) Vokal
Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak
terkena hambatan.
Contoh : a, I, u, e, o, u
2) Vokal Rangkap
Gabungan dua buah huruf vocal yang menghasilkan bunyi rangkap
Contoh : ai, au, oi
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal tidak
dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak
terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak.
Klasifikasi vokal sebagai berikut:
1. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.
 Vokal Tinggi = [ i ], [ I ], [ u ], [ U ]
 Vokal Madya = [ e ], [ �� ], [ e ], [ o ], [ c ]
 Vokal Rendah = [ a ]
2. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak
(gerak naik turunnya lidah).
 Vokal Depan = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ a ]
 Vokal Tengah = [ a ]
 Vokal Belakang = [ o ], [ c ], [ u ], [ U ]
3. Vokal berdasarkan posisi strukturnya
Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator
pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain
saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh
artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.
Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan
oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan
seperti uraian berikut.
 Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara
lain [ i ], [ u ].
 Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di
atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ].
 Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di
bawah vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ �� ], [ c ].
 Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].
4. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.
 Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang
lebar) = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ e ]
 Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar) =
[ a ]
 Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Terbuka bulat = [ c ]
 Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Tertutup bulat = [ o ], [ u ], [ U ]
Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan vokal
tersebut. Pemanjangan dan pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah
maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ] di atas bunyi yang
dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.
 Bentuk Vokal
a) Monoftong
Monoftong atau vokal murni (pure vowels) ialah bunyi vokal tunggal yang
terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir
artikulasinya dalam sebuah suku kata (Kridalaksana via Marsono, 1999:36).
Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasa hanya disebut dengan istilah
vokal saja. Dalam arti bahwa yang dimaksud dengan istilah vokal adalah vokal
tunggal, sedangkan diftong adalah vokal rangkap.
Kegunaan penulisan ini didasari adanya kerancuan dalam melafalkan beberapa
kata yang mempunyai vokal sama, namun berbeda pengucapannya. Misalnya
“edaran” dengan “nenek”. Secara literal, kedua kata tersebut sama
komposisinya, masing-masing mempunyai vokal “e”. Namun, pengucapan
keduanya berbeda. Contoh lain adalah “korupsi” dan “koma”. Atas dasar inilah,
maka perlunya memelajari fonologi bahasa Indonesia. Perlu diketahui, bahwa
penyimbolan vokal, berbeda dengan huruf vokal tersebut. Berikut adalah
klasifikasi vokal dalam bahasa Indonesia:
No Vokal
Tinggi
rendah lidah
Gerak
lidah
bagian
Struktur
Bentuk
bibir
Contoh
kata
1. [i] Tinggi atas Depan Tertutup Tak bulat Ini, ibu,
kita, cari
2. [I] Tinggi bawah Depan Semi-tertutup Tak bulat Kerikil,
kelingking
3. [e] Madya atas Depan Semi-tertutup Tak bulat Ekor,
enak
4. [e] Madya bawah Depan Semi-terbuka Tak bulat Nenek,
leher,
gelang
5. [a] Rendah
bawah
Depan Terbuka Tak bulat Ada, apa,
pada
6. [ ] Madya Tengah Semi-terbuka Tak bulat Emas,
elang
7. [ ] Madya bawah Belakang Semi-terbuka Bulat Otot,
tokoh,
dorong
8. [o] Madya atas Belakang Semi-tertutup Bulat Toko,
kado
9. [U] Tinggi bawah Belakang Semi-tertutup Bulat Ukur,
urus
10. [u] Tinggi atas Belakang Tertutup Bulat Udara,
paku
b) Diftong
Diftong atau vokal rangkap mempunyai ciri waktu diucapkan posisi lidah yang
satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan iu menyangkut tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, dan strikturnya (jarak lidah dengan
langit-langit).
Diftong naik Bahasa Indonesia:
1. Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya dalam: pakai, lalai, pandai, nilai
2. Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya dalam: amboi, sepoi-sepoi
3. Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya dalam: saudara, lampau,pulau
Dalam Bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak
ada.
kata IPA bunyi Contoh
ai /aɪ/ /ay/ santai, lambai, dll
au /aw/ /aʊ/ kerbau, dll
oi /oy/ /oɪ/ koboi, amboi
ei[butuh rujukan]
/eɪ/ Mei, arbei, survei, dll
Beberapa deret vokal bukan merupakan diftong misalnya buah, lauk, daur, daun,
semua, mencintai.
Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.
Dua deret vokal yang diucapkan dengan serentak itu menyebabkan terjadinya
perubahan pada kualitas bunyinya. Misalnya au menjadi o, ai menjadi e, oi
menjadi oe. Contoh: lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau,
amboi, masing-masing berubah menjadi lante, pante, sante, harimo, kerbo,
imbo, pulo, amboe.
Dua bunyi vokal disebut sebagai diftong jika berada pada suku kata yang sama,
misalnya au pada kata da-nau. Bunyi vokal au tersebut berubah bunyi menjadi o
sehingga kata danau diucapkan dano. Perubahan ini hanya berlaku dalam hal
pengucapan saja, sedangkan dalam hal penulisan, bentuk danau dipertahankan.
Dalam sebuah percakapan atau tuturan, proses perubahan bunyi juga dapat
terjadi sebaliknya. Artinya, selain dua bunyi vokal dapat berubah menjadi satu
bunyi vokal, satu bunyi vokal juga dapat berubah menjadi dua bunyi vokal.
Misalnya bunyi o menjadi au pada kata anggota menjadi anggauta.
b. Huruf Konsonan
Bunyi Huruf Konsonan adalah Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat bicara, Terdapat artikulasi , Konsonan bersuara adalah
konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Konsonan tidak
bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.
Contohnya seperti: b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z.
1) Konsonan
Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapat
halangan
Contoh : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z
2) Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan
Contoh : kh, ng, ny, dan sy
Konsonan dibedakan menurut:
 Cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;
 Tempat hambat (tempat artikulasi);
 Hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan
antara artikulator pasif; dan
 Bergetar tidaknya pita suara
1) Konsonan Asli
Konsonan Asli adalah semua abjad kecuali huruf vokal.
Yaitu : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z
2) Konsonan Asing
Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing
Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima
ke dalam bahasa Indonesia, sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya.
Kaidah penyesuaian ejaan yang diuraikan pada Pasal 6.5 tetap berlaku dalam
pelambangan huruf gugus konsonan itu.
a) Huruf gugus konsonan di awal atau di tengah
fl- : flexible menjadi fl- : fleksibel
fr- : frequenci fr- : frekuensi
phl- : phlegmatic fl- : flegmatik
phr- : schizophrenia fr- : skizofrenia
b) Huruf gugus konsonan akhir
-ck : block menjadi -k : blok
-ct : contract -k : kontrak
-nt : gradient -n : gradien
3) Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)
Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh
arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan
tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan seperti berikut.
 Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang
dihasilkan [ p, b ].
 Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang
dihasilkan [ t, d ].
 Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit
atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan [ d ] ditulis
dh.
 Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi
yang dihasilkan [ c, j ].
 Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit-
langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
 Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang
satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak
beserta anak tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat
beberapa saat. Bunyi yang dihasilkan [ ? ].
4) Konsonan Nasal (Sengau)
Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat
rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama
dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga udara
keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal
dibedakan sebagai berikut.
 Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].
 Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal
yang dihasilkan ialah [ ñ ].
 Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan
ialah [ n ].
 Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya
pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang
diberikan [ h ].
5) Konsonan Paduan ( i tes)
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya
ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ]
ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.
6) Konsonan Sampingan ( te ls)
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga
mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja.
Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [ I ].
7) Konsonan Geseran atau Frikatif
Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan
menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paruparu, sehingga jalan
udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya, konsonan
geseran dibedakan sebagai berikut.
o Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang
dihasilkan [ f , v ].
o Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan
artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].
o Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan [ x ].
o Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya
sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang
dihasilkan [ h ].
8) Konsonan Getar ( ills, i ts)
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus
udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat.
Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-
alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses
menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang
dihasilkan [ r ].
c) Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam
mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar.
Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan
adalah bunyi [ w ].
Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya
tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ y ]
2. Kata
a. Bentuk Kata
A. Kata Asal
1. Kata Asli
Kata yg berkembang dr perbendaharaan asli suatu bahasa dan bukan kata
pinjaman; (linguistik)
2. Kata Dasar
a) Pola Kanonik I
K-V-K-V maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar
terdiri dari konsonan, vocal, konsonan, vocal. Misalnya, padi, lari, paku,
tiga, dada, dll
b) Pola Kanonik II
K-V-K-V-K sama seperti kanonik I cuma polanya ditambah konsonan
diakhir. Misalnya, rumah, tanah, nanah, batang, sayap, dll
Kata dasar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Kata Verbal
Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa
cenderung menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat
dinegatifkan oleh kata tidak. Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad
berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri sebagai P), pada tataran frase dapat
dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri.
Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi
sebagai keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu: (1) kata kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat
diikuti grase dengan sangat … sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh
dapat diperluas menjadi menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi
membaca dengan sangat tenang. Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak
dapat diikuti oleh frase dengan sangat …sebagai keterangan cara. Misalnya
gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan sangat tiba-tiba atau
berhati-hati dengan sungguh-sungguh. Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O
(obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua yaitu: (1) kata kerja transitif
ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan, (2) kata kerja
intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang tentu kata
kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
2) Kata Nominal
Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran
frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat
diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya.
Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata
nominal yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata
nominal yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi
berdasarkan kata yang digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti
yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang
dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya,
kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu sekalian, anda; dan (c) ketiga,
misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata ganti yang dapat
menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu ini dan
itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana,
situ, dan sini.
3) Kata Adjektiva
Adjektiva adalah suatu kata yang sering muncul dalam bahasa tulis. Adjektiva
memberikan informasi sifat terhadap nominal dan verbal yang umumnya
mendahuluinya dalam suatu frase atau kalimat. Dalam kalimat Dia adalah gadis
yang cantik misalnya adjektiva cantik bila diteliti lebih lanjut memiliki relativitas
makna.
B. Kata Jadian
1. Kata Ulang
Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau
seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda.
Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi
makna atau fungsi perulangan kata.
a. Bentuk Kata Ulang
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.
1) Kata Ulang Penuh atau Kata Ulang Murni
Yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara
penuh. Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
2) Kata Ulang Berimbuhan atau Kata Ulang Bersambungan
Yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan,
atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
3) Kata Ulang Berubah Bunyi
Yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau
unsur kedua kata ulang. Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
4) Kata Ulang Semu
Yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang,
komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang
tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Misalnya: hati-hati, tiba-tiba,
kunang-kunang, pura-pura, lumba-lumba, dll.
5) Kata Ulang Dwipurwa
Yang berarti “dahulu dua” atau kata ulang yang berasal dari komponen yang
semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti
itu. Dengan kata lain Kata ulang dwipurwa yakni perulangan kata yang dialami
oleh sebagian dari kata dasar. Misalnya: lelaki, tetua,pepohonan,tetangga.
b. Makna dan Fungsi Kata Ulang
1) Perulangan kata benda
 Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata
benda.
 Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-
sayuran.
 Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-
anakan, orang-orangan.
2) Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
- Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau
beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
- Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau
keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: berenang-renang, duduk-
duduk.
- Menyatakan bermacam-macam pekerjaan. Misalnya: cetak-mencetak,
karang-mengarang.
- Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau
berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
c. Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan cepat-cepat!
Kerjakan baik-baik!
Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh
sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh).
Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).
Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna
superlatif (paling). Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya
memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat
itu.
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak
terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening;
pening sedikit)
Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa
Indonesia, makna perulangannya kurang jelas. Misalnya: Jangan
menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
d. Perulangan kata bilangan
 Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna “satu demi satu”.
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
 Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna
“hanya satu itu”. Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
 Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian “sekaligus
dua, tiga, dst.” Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak
lebar.
 Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst.
menyatakan makna “kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..
0Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering
diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh
menjadi puluhan
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan.
Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk
membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang disebut kata
berimbuhan.
BENTUK-BENTUK IMBUHAN
· Awalan (Prefiks)
Contoh: me(N)- ; ber- ; di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke-
· Sisipan (Infiks)
Contoh: -el- ; -em- ; -er- ; -in-
· Akhiran (Sufiks)
Contoh: -kan ; -an ; -i ; -nya
· Konfiks
- Imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus.
Contoh: ke-an ; per-an ; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya
Di samping itu, dikenal pula imbuhan yang diserap dari bahasa asing, yaitu: -i ; -
man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ; -isme
FUNGSI IMBUHAN
Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah
diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.
Contoh:
- batu (benda) -> membatu (sifat)
- indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)
- mandi (kerja) -> pemandian (benda)
Fungsi imbuhan:
· Membentuk kata benda
pe(N)- ; ke- ; -isme ; -wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ;
pe-an ; -an ; per-
Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi,
fakultas, perairan, lautan, kelautan, dll.
· Membentuk kata kerja
me(N)- ; ber- ; per- ; ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan ;
di-kan ; di-i
Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari,
mengertingkan, menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll.
· Membentuk kata sifat
-i ; -wi ; -iyah ; -is
Contoh: insani, duniawi, alamiah, humoris, dll.
· Membentuk kata keterangan
se-nya ; -nya ; -an
Contoh: sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll.
· Membentuk kata bilangan
se- ; ke-
Contoh: sebelas, seratus, kedua, kelima, dll.
PENGGUNAAN IMBUHAN
Awalan me(N)-
Pemakaian imbuhan ini bervariasi: mem- ; men- ; meny- ; meng- ; menge-
Contoh: melapor, menyanyi, menghibur, mengecat, mencari, menangis,
menyapu, dll.
Perubahan bentuk me(N)- dipengaruhi oleh fonem awal dari setiap kata dasar
yang diikutinya.
VARIASI me(N)- FONEM AWAL CONTOH
mem- /b/
/f/
/p/
/v/
Membaca
memfitnah
memukul
memvonis
men- /c/
/d/
/j/
/t/
Mencoret
mendorong
menjual
menulis
meny- /s/ Menyapu
meng- /a/
/e/
mengambil
mengembun
/i/
/o/
/u/
/g/
/h/
/k/
mengisap
mengoles
mengubah
menggunting
menghafal
mengubur
menge- kata dasar yang dibetuk
oleh satu suku kata
mengecat
mengebom
me- /l/
/m/
/n/
/r/
/w/
melambai
memuai
menilai
merusak
mewarnai
Dari contoh di atas, ada yang fonem awalnya luluh dan ada yang tidak. Fonem
awal suatu kata akan luluh bila diberi imbuhan me(N)- dan fonem awalnya
berupa /k/ /t/ /s/ /p/.
Contoh:
· me + kejar -> mengejar
· me + sapu -> menyapu
· me + tulis -> menulis
· me + pukul -> memukul
Makna awalan me(N)-:
· Melakukan perbuatan atau tindakan
Contoh: mengambil, mengejar, menulis, dll.
· Melakukan perbuatan dengan alat
Contoh: menyapu, menggunting, mencangkul, dll.
· Menjadi atau dalam keadaan
Contoh: mengeras, mencair, membesar, dll.
· Membuat kesan
Contoh: mengalah, membisu, mematung, dll.
· Menuju ke
Contoh: melaut, menepi, mendarat, dll.
· Mencari
Contoh: merumput, merotan, mendamar, dll.
Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- memiliki kaidah sebagai berikut:
· Apabila kata dasar berhuruf awalan /r/ dan beberapa kata dasar yang suku
kata pertamanya berakhir huruf /er/, bentuk awalan berubah menjadi be-
Contoh:
· ber + rambut -> berambut
· ber + kerja -> bekerja
· Apabila bertemu kata dasar ajar, berubah menjadi bel- (belajar).
· Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa
perubahan.
Contoh:
· ber + balik -> berbalik
· ber + tebar -> bertebar
Makna awalan ber-:
· Memunyai
Contoh: berkumis, berambut, berbulu, dll.
· Memakai, menggunakan, atau mengendarai
Contoh: berkuda, berkacamata, bermotor, dll.
· Mengeluarkan
Contoh: beranak, bertelur, berkata, berkeringat, bernapas, dll.
· Menyatakan sikap mental
Contoh: berbahagia, bersedih, berhati-hati, bersuka cita, dll.
· Dalam jumlah
Contoh: berdua, bertiga, berempat, dll.
Awalan di-
Bermakna suatu perbuatan yang pasif. Sebagai kebalikan dari awalan me(N)-
yang bermakna aktif.
Contoh:
· di + baca -> dibaca
· di + tulis -> ditulis
· di + sapu -> disapu
· di + kawal -> dikawal
Awalan ter-
Hampir sama dengan awalan di- yang berfungsi membentuk kata kerja pasif.
Contoh: terbakar, tertendang, terbalik, dll.
Di samping itu, imbuhan ter- ada yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh: tertinggi, terendah, terpandai, tercantik, dll.
Awalan ter- memiliki dua variasi bentuk, yaitu ter- dan te. Variasi te- terjadi
padakata dasar berawalan fonem /r/.
Contoh:
· ter + rajin -> terajin
· ter + ramah -> teramah
· ter + rakus -> terakus
Makna awalan ter-:
· Sudah di- atau dapat di-
Contoh: terbuka, tertutup, terkunci, dll.
· Ketidaksengajaan
Contoh: terinjak, terbakar, tertendang, dll.
· Tiba-tiba
Contoh: terkejut, teringat, terjatuh, dll.
· Dapat atau kemungkinan
Contoh: ternilai, terbagus, terbakar, dll.
· Paling (superlatif)
Contoh: terajin, terendah, tercantik, dll.
Awalan pe(N)-
Pemakaian awalan ini hampir sama variasinya yang berlaku pada awalan me(N)-
yang telah dibicarakan sebelumnya.
VARIASI pe(N)- FONEM AWAL CONTOH
pem- /b/
/f/
/p/
/v/
Pembaca
pemfitnah
pemukul
pemvonis
pen- /c/
/d/
/j/
/t/
/z/
pencoret
pendorong
penjual
penulis
penzikir
peny- /s/ Penyapu
peng- /a/
/e/
/i/
/o/
/u/
/g/
/h/
/k/
Pengambil
pengembun
pengisap
pengoles
pengubah
penggunting
pengharum
pengubur
penge- kata dasar yang dibetuk
oleh satu suku kata
Pengecat
pengebom
pe- /l/
/m/
/n/
/r/
/w/
pelambai
pemuai
penilai
perusak
pewarna
Makna awalan pe(N)-:
· Menyatakan yang melakukan perbuatan.
Contoh: pembunuh, penyapu, pengebom, dll.
· Menyatakan pekerjaan.
Contoh: pedagang, penjual, peternak, petani, dll.
· Menyatakan alat.
Contoh: pemotong, penghapus, penggaris, dll.
· Menyatakan memiliki sifat.
Contoh: pemalas, pemarah, pemaaf, pemberi, dll.
· Menyatakan penyebab.
Contoh: pengeras, pencari, pendingin, pemanas, dll.
Awalan per-
Umumnya tidak dapat digunakan secara mandiri. Pemakaian awalan ini
membutuhkan imbuhan lain, seperti –kan, dan –an.
Contoh:
· per-kan + timbang -> pertimbangkan
· per-an + usaha -> perusahaan
Secara umum, awalan per- bermakna kausatif (membuat jadi).
Contoh: perbesar, perkecil
Awalan se-
Makna awalan se-:
· Menyatakan satu
Contoh: seekor, selembar, setangkai, dll.
· Menyatakan seluruh
Contoh: sekecamatan, sekabupaten, dll.
· Menyatakan sama
Contoh: sesama, setingkat, sedarah, dll.
· Menyatakan setelah
Contoh: sesudah, sepulang, sekembalinya, dll.
Awalan ke-
Makna awalan ke-:
· Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah
Contoh: kesebelasan
· Menyatakan urutan
Contoh: kedua
Akhiran –kan dan –i
Sama-sama berfungsi membentuk pokok kata.
Contoh: bacakan, belikan, ajari, hindari
Kata-kata tersebut dikatakan sebagai pokok kata, bukan kata mandiri karena
masih memrlukan imbuhan lain untuk melengkapinya. Kata-kata berimbuhan –
kan dan –i belum bisa digunakan sebagai kata yang mandiri. Kata-kata seperti
contoh di atas tidak boleh dipakai dalam kalimat normal. Kita tak mungkin
menggunakan kalimat:
· Saya bacakan buku Bahasa Indonesia. (?)
· Dia ajari saya membacakan puisi. (?)
Hanya dengan kalimat perintah yang bisa digunakan.
Contoh:
· Coba kamu bacakan buku ini!
· Tolong ajari dia membaca puisi!
Dengan tambahan awalan me(N)- ; di- ; ter- pokok kata itu dapat membentuk
sebuah kata.
Makna akhiran –kan:
· Menyatakan perbuatan untuk orang lain.
Contoh: membacakan, membawakan, dll.
· Membuat jadi.
Contoh: memanjangkan, mematahkan, dll.
· Tidak sengaja.
Contoh: termanfaatkan, dll.
· Pengantar objek sebagai kata depan.
Contoh: dibuatkan minuman, memasakkan makanan, dll.
Makna akhiran –i:
· Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang.
Contoh: memukuli, mencomoti, dll.
· Memberi, membumbui.
Contoh: menandatangani, membumbui, dll.
· Menghilangkan.
Contoh: menguliti, membului, dll.
Akhiran –an
Makna akhiran –an:
· Menyatakan tempat.
Contoh: pangkalan, kubangan, dll.
· Menyatakan alat.
Contoh: ayunan, perosotan, timbangan, dll.
· Menyatakan hal atau cara.
Contoh: didikan, pimpinan, dll.
· Menyatakan akibat, hasil perbuatan.
Contoh: pembunuhan, hukuman, balasan, dll.
· Menyatakan sesuatu yang di.
Contoh: tulisan, catatan, suruhan, dll.
· Menyatakan kumpulan, seluruh.
Contoh: daratan, perairan, kepulauan, sayuran, dll.
· Menyatakan menyerupai.
Contoh: mobil-mobilan, rumah-rumahan, dll.
· Menyatakan tiap-tiap.
Contoh: harian, mingguan, bulanan, tahunan, dll.
· Menyatakan memunyai sifat.
Contoh: asinan, kuningan, dll.
Akhiran –man, –wan, dan –wati
Merupakan contoh imbuhan serapan dari bahasa asing, ketiganya berasal dari
Bahasa Sansekerta. Berfungsi membentuk kata benda.
Makna ketiga imbuhan ini:
· Menyatakan orang yang ahli.
Contoh: ilmuwan, negarawan, dll.
· Menyatakan orang yang memiliki pekerjaan.
Contoh: usahawati, karyawan, wartawan, dll.
· Menyatakan orang yang memiliki sifat.
Contoh: budiman, rupawan, darmawan, dll.
Akhiran –i, –wi, –is, dan –iyah
Keempat bentuk ahiran ini hasil serapan. Akhiran –i berasal dari Bahasa Inggris,
sedangkan –iyah, –is, dan –wi berasal dari Bahasa Arab. Berfungsi membentuk
kata sifat. Makna yang dikandungnya pun menyatakan memiliki sifat.
Contoh: alami, manusiawi, alamiah, anarkis, agamis, insani, humoris, dll.
Akhiran –isme, dan –isasi
Merupakan imbuhan serapan. Mulanya pemakaian imbuhan ini sangat terbatas
pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan wasterisasi.
Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari Bahasa Inggris atau Belanda.
Kata-kata Indonesia asli pun banyak memakai imbuhan ini, seperti bapakisme,
Indonesialisasi.
Makna akhiran –isme, dan –isasi:
· Bermakna paham atau ajaran.
Contoh: komunisme, liberalisme, animisme, dll.
· Bermakna proses atau menjadikan sesuatu.
Contoh: labelisasi, globalisasi, swastanisasi, dll.
Konfiks me(N)-kan
Memiliki beberapa variasi, yakni: me-kan, men-kan, meng-kan, mem-kan, meny-
kan, dan menge-kan. Variasi-variasi di atas ditentukan dengan fonem kata awal
yang mengikutinya.
Makna konfiks me(N)-kan:
· Melakukan pekerjaan untuk orang lain.
Contoh: Adik memesankan ibu baju baru.
· Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh: Ledakan itu sanggup memecahkan kaca jendela.
· Melakukan perbuatan.
Contoh: Petugas menyemprotkan air pada bangunan itu.
· Mengarahkan.
Contoh: Pemilik toko itu meminggirkan barang dagangannya ke tempat aman.
· Memasukkan.
Contoh: Polisi memenjarakan maling itu.
Konfiks ber-an
Makna konfiks ber-an:
· Jumlah pelakunya banyak.
Contoh: bersamaan, berdatangan, berjatuhan, dll.
· Perbuatan yang diulang-ulang.
Contoh: bergulingan, berlompatan, dll.
· Hubungan antara dua pihak.
Contoh: berpelukan, berpasangan, bergandengan, bersalaman, dll.
· Timbal balik (respirok).
Contoh: bersahutan, berbalasan, bersalaman, dll.
Konfiks pe-an
Makna konfiks pe-an:
· Menyatakan hal yang berhubungan dengan.
Contoh: penanaman, pendidikan, dll.
· Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh: pemberontakan, pendaftaran, dll.
· Menyatakan hasil.
Contoh: pengakuan, penyamaran, dll.
· Menyatakan alat.
Contoh: perabaan, penciuman, dll.
· Menyatakan tempat.
Contoh: penampungan, pemandian, dll.
Konfiks per-an
Makna konfiks per-an:
· Menyatakan tempat.
Contoh: perhentian, percetakan, dll.
· Menyatakan daerah.
Contoh: perkebunan, pertanian, perkotaan, dll.
· Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh: pernyataan, pertahanan, dll.
· Menyatakan perihal.
Contoh: perbukuan, peristilahan, dll.
· Menyatakan berbagai-bagai, banyak.
Contoh: peralatan, perlengkapan, persyaratan, dll.
Konfiks ke-an
Imbuhan ini memiliki dua fungsi, yaitu: membentuk kata benda (kebenaran,
keikhlasan), dan membentuk kata kerja (kecurian, kehilangan).
Makna konfiks ke-an:
· Menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi.
Contoh: keserakahan, kebenaran, kemarahan, kekerasan, dll.
· Menyatakan tempat atau daerah.Contoh: kecamatan, kelurahan, dll.
· Menyatakan menderita sesuatu hal atau kena.
Contoh: kehujanan, kecolongan, kehilangan, dll.
· Menyatakan suatu perbuatan yang tidak sengaja.
Contoh: kelupaan, ketiduran, keguguran, dll.
· Menyatakan terlalu.
Contoh: kekecilan, kegemukan, kemahalan, dll.
· Menyatakan menyerupai.
Contoh: keibuan, kekuningan, kecoklatan, dll.
Konfiks se-nya
Umumnya berkombinasi dengan kata ulang. Berfungsi membentuk kata
keterangan.
Contoh:
· se-nya + putih -> seputih-putihnya
· se-nya + pendek -> sependek-pendeknya
Konfiks se-nya umumnya menyatakan superlatif atau tingkat yang paling tinggi
yang dapat dicapai.
Contoh:
· seputih-putihnya (seputih mungkin)
· sependek-pendeknya (sependek mungkin)
4) Kata Majemuk
Gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru
Contoh : rumah baru, rumah sakit, rumah makan
b. Jenis Kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata
turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan
dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata
turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau
awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan
baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan
beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
1) Kata Benda
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Kata benda konkrit
Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan
dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas,
rumah, dan sebagainya.
b) Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak
kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya
ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.
 Ciri-ciri kata benda :
o Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an
dan –nya.
o Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang +
kata sifat.
2) Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga
disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh:
membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya.
 Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung
oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.
 Ciri-ciri kata kerja:
 Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan,
di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
 Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir,
dan segera.
 Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan
+ kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat,
dan sebagainya.
3) Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda
atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut
bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :
 Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan
sebagainya.
 Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil,
terbaru, dan sebagainya.
 Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan,
pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.
 Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif,
super, dan sebagainya.
 Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah
hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya
 Ciri-ciri kata sifat:
 Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang
mengandung arti paling.
 Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih,
agak, paling, sangat, cukup.
 Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi
(pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-
tingginya, dan sebagainya.
4) Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau
sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :
a) Kata ganti orang
Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama
benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
 Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan
sebagainya
 Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
 Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan
sebagainya.
 Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
 Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
 Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka
b) Kata ganti kepunyaan
Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan
kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan
sebagainya.
c) Kata ganti petunjuk
Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu
tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.
d) Kata ganti penghubung
Kata ganti penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak
kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu :
yang, tempat, waktu.
Contoh :
- Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
- Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
- Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e) Kata ganti tanya
Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang
benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f) Kata ganti tak tentu
Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-
masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.
5) Kata Keterangan
Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan
keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan
adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata
bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
 Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu
tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
 Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan
berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang,
nanti, minggu depan, dan sebagainya.
 Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu
berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi
buta, dan sebagainya.
 Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu
proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya,
bila, dan sebagainya.
 Kata keterangan sebab ialah kata yang memberi keterangan mengapa
sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu,
dan sebagainya.
6) Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau
tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah
dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
 Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan
atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan
sebagainya.
 Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah
satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian,
segerombolan, dan sebagainya.
 Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk
pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir,
seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
 Pemakaian Kata Bantu Bilangan
Kata bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak dapat
ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata bantu
bilangan berikut ini.
KB
Bilangan
Pasang
an
KB
Bilangan
Pasang
an
KB
Bilangan
Pasang
an
KB
Bilangan
Pasang
an
Sebatang
pohon,
kayu
Secawan
Mangko
k
Sekeping logam
Serumpu
n
bambu
Sebilah
pisau,
keris
Seekor
kuda,
kambing
Sekerat tebu
Sesayat
daging
as
Seberkas cahaya Segagang sirih
Sekalinda
n
benang Sesisir pisang
Sebentuk Cincin
Segengga
m
pasir Sekodi
jarit,
sarung
Sesuap nasi
Sebuah
mangga,
jeruk
Segumpal darah
Semata
wayang
Jarum
Setangka
i
bunga,
daun,
dahan
Sebidang Tanah Segulung benang Seorang
anak,
manusia
Seteguk air
Sebongka
h
Emas Segayung air
Sepasang
kekasih,
penganti
n
Setanda
n
pisang
Sebonggo
l
bawang
Segantang
beras Sepatah Kata Setukal benang
Sebutir Telur Sehelai
rambut,
benang
Sepotong bambu Seulas limau
Sebulir Padi Seikat sayur Sepucuk
surat,
senjata
Seuntai kalung
Secangkir
kopi,
susu,
the
Sejengkal tanah Serawan gelang Seutas tali
Secarik Kertas Sekaki paung Serajut Jala as as
Secocok Sate Sekapur sirih Seruas Tebu as as
7) Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian
dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang
lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu :
 Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
 Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi,
melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.
 Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah,
sehabis, dan sebagainya.
 Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan
sebagainya.
 Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
 Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak,
dan sebagainya
 Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
 Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan
sebagainya
 Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon,
dan sebagainya
8) Kata Depan
Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu
dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan
jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata
benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan
kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu :
 Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-
kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh
: di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
 Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang
atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan
pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain,
contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
 Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara.
Contoh : saya berjalan dengan cepat.
 Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan
sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang
pelajaran.
9) Kata Sandang
Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi,
yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang
Pencipta alam.
10) Kata Seru
Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu
seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering
digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru
yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh,
amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah kemari!
- Pergilah ke sekolah!/
11) Kata Tanya
Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-
macam kata tanya :
 Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh :
Apa yang kau lakukan ?
 Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama
adikmu ?
 Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu
dimulai ?
 Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak
anakmu ?
 Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah
kakekmu ?
 Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh :
Bagaimana kabar pamanmu ?
 Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa
kamu tidak masuk sekolah kemarin ?
12) Kata Tugas
Adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat
dibagi menjadi lima subkelompok:
o preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan),
Konjungsi subordinat (karena),
o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa
Eropa (misalnya the),
o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o partikel.
3. Kelompok Kata
a. Klausa
Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat dan sering kali mengikutsertakan objek,
pelengkap, dan keterangan. Posisi objek, pelengkap, ataupun keterangan disini
bersifat manasuka.
Contoh:
Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru
melakukan proses menuju negara berkembang.
Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:
Saat negara-negara lain menjadi (S-P);
negara berkembang (O-Pel);
negara kita baru melakukan (S-P);
proses menuju negara berkembang (P-O).
Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu : klausa induk dan
klausa subordinatif (anak kalimat).
Contoh:
Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.
Keterangan:
Dia menulis surat (klausa induk)
ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)
Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat.
Bergabungnya kedua klausa ini menandakan masuknya konjungsi atau kata
sambung “ketika”. Sedangkan untuk konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri
atas 4 bagian, yaitu :
 Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)
Contoh:
Kami membaca dan dia menulis surat.
Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.
Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.
Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.
 Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)
Contoh:
Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara
kelas tapi juga memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.
 Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)
Contoh:
Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.
Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas
rumah Sani sangat banyak.
Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter.
Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang
pembalap profesional.
Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami
menjadi juara.
Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.
 konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh
karena itu, bahkan, lagi pula)
Contoh:
Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami
uang.::
Saykvn;owvnwobv[owbv[owubv[owub[vowbv['owbv[owbvwb'WW'VWNFO
WNWF
Dia tidak bisa berbicara (klausa)
tidak bisa berbicara (frasa)
karena (konjungsi)
lidahnya pendek. (klausa)
Klausa “Dia tidak bisa berbicara” dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan
klausa “lidahnya pendek” menempati klausa anak. Untuk konjungsi “karena”
berperan sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang telah menghubungkan 2
klausa atau lebih.
 Jenis-jenis klausa
 Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa.
Contoh :
Mereka sudah menyiapkan seekor sapi untuk hari Raya Idhul Adha.
 Klausa berdasarkan struktur.
Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
 Klausa berdasarkan struktur intern.
Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsure inti klausa yaitu
“S” dan “P”. meski begitu dalam penggabungan klausa “S” sering kali dapat
dihilangkan dalam kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari “S” dan “P”
disebut klausa lengkap sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat
tidak lengkap.
Contoh:
May mempercepat laju sepedanya karena May tidak ingin terlambat.
Subjek “May” dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya
penggabungan klausa “May tidak masuk sekolah” dan “May tidak ingin
terlambat”.
Klausa juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kalusa lengkap dan klausa
tidak lengkap. Untuk klausa lengkap secara struktur internnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama yaitu klausa lengkap susun biasa
yang Subjeknya terletak di depan Predikat, sedangkan golongan kedua yaitu
klausa lengkap susun balik (klausa inversi) yang Subjeknya tepat diletakkan
dibelakang Predikat.
 Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara
gramatikal mengaktifkan Predikat.
Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif.
Klausa positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang
secara otomatis mampu menegatifkan unsur “P” (predikat), sedangkan untuk
klausa negatif merupakan klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara
gramatikal memang menegatifkan unsur “P” (predikat) (kata-kata negatif: tiada,
tak, bukan, belum, dan jangan).
Klausa Positif
Contoh:
Dia sudah menjadi primadona dikampusnya.
Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Klausa negatif
Contoh:
Mereka bukan siswa disekolah ini lagi.
Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya).
Rima tidak memiliki orangtua lagi.
Saya mohon jangan bawa dia pergi.
 Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang
menduduki fungsi Predikat.
Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur “P”(predikat) pada
klausa ialah “Nomina”, “Verba”, “Bilangan”, dan “Frasa Depan”. Berdasarkan
penggolangan klausa unsur “P” dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
 Klausa Nominal
Contoh:
Kami mahasiswa
yang digunakan mobil itu
 Klausa Verbal
Contoh:
Pamanku membelah kayu.
Anak-anak itu membuat prakarya.
Untuk klausa golongan Verbal fungsi “P” dapat secara gramatikal dinegatifkan
dengan kata “tidak”.
Contoh:
Pamanku tidak membelah kayu.
anak-anak itu tidak membuat prakarya.
Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi 6 bentuk klausa, yaitu:
1) Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa
kata sifat. Contoh: Orang yang pemarah.; Harga saham turun.
2) Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya
termasuk kedalam kelompok kata kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa
SMA berkompetisi di olimpiade matematika.; Presiden sedang berpidato
di depan calon PNS.
3) Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang
menikmati liburan sekolahnya di Bali.
4) Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa
oleh security Mall.
5) Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya
menyatakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata
kerja). Contoh: Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu mencoba
memutus urat nadinya.
6) Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya
termasuk dalam kata kerja yang menyatakan kesalingan. Bentuk-
bentuknya sendiri adalah (saling) meN-, (saling) ber-an dengan proses
pengulangan maupun tidak. Contoh: Kami saling berkirim-kiriman surat.;
Mereka saling menuduh.
 Klausa Bilangan
Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping,
buah, kodi, helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor,
tiga batang, beberapa butir, dll.
Contoh:
Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga.
Kami hanya dua bersaudara.
Kami membeli satu kodi pakaian wanita.
 Klausa Depan
Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya
frasa atau klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda.
Contoh:
Rok itu untuk kaum hawa.
Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam.
b. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif
maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai
predikat dan hanya memiliki satu makna gramatikal. Frasa memiliki beberapa ciri
yang dapat diketahui, yaitu :
1) Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
2) Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3) Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4) Bersifat Non-predikatif.
 Jenis atau Kelas Frasa
 Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal :rumah mungil, hari senin,
buku dua buah, bulan pertama, dll.
- Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal :hak dan
kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll.
- Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak
lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak
 Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja.
Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
- Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang,
misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu
sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan
pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada
tahun mendatang.
- Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi
satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh
kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya
sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
- Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini
semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah
pertambangan batubara.
 Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan
sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan, seperti :agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok
kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
- Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal :cantik sekali, indah nian,
hebat benar, dll.
- Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal :tegap kekar,
aman tentram, makmur dan sejahtera, dll.
- Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan
batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik
dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu
menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.
 Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.
Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal :sangat baik kata baik merupakan
inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini
contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai
sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat
koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata
lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
 Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri
atas 3 jenis yaitu :
- Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu,
mereka berdua.
- Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
- Apositif, misal :Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang
melawan narkotika.
 Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa
ini terdiri atas :
- Modifikatif, contoh :
 Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
 Kami membeli setengah lusin buku tulis.
- Koordinatif, contoh :
 Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan.
 Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.
 Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada
kata tanya. Contoh :
- Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat.
- Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari
jawaban predikat.
 Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh
dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh :
 Saya tinggal di sana atau di sini sama saja.
 Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
 Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh
kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh :
 Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu
bulan.
 Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.
 Fungsi Unsur Pembentuknya
Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam,
yaitu :
 Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk
diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan
(MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).Ada beberapa
jenis frasa endosentris, yaitu :
- Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola
DM atau MD. contoh :Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
- Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan)
dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).
contoh :Farah si penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai
diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).
- Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya
menduduki fungsi inti (setara). contoh :ayah ibu, warta berita, dll.
- Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya
menggunakan kata tugas. contoh :dari Bandung, kepada teman, di
kelurahan, dll.
 Berdasarkan Unsur-Unsurnya
Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau
yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa
frasa, yaitu :
1) Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang
sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam;
b) Meja hijau itu milik ayah.
2) Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya
menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya
(konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.
c. Aneksi
Aneksi dalam bahasa Indonesia disebut “susunan serangkai”. Aneksi adalah dua
kata atau lebih yang menjadi satu dengan rapat atau erat tetapi tidak
menimbulkan satu pengertian baru.
Perbedaan terrsebut dapat dilihat dari ciri-ciri aneksi sebagai berikut:
o Aneksi terdiri dari dua kata yang hubungannya sanagt erat dan tidak
dapat disisipi. Namun cirri aneksi bahwa tidak dapat disisipi tidak bersifat
mutlak.
o Hubungan unsur dalam aneksi tidak menimbulkan pengertian baru.
o Pengafikan pada aneksi tidak kena pada seluruh kata.
o Hubungan kedua unsure dalam aneksi rapat sehingga tidak dapat
dipertukarkan tempatnya.
 Penulisan Aneksi
 Penulisan aneksi senantiasa ditulis terpisah
 Penulisan aneksi tidak ditulis serangkai seperti pada bentuk kata majemuk
tertentu.
 Kata-kata yang ada tidak boleh dibalik atau dipisahkan oleh kata-kata lain
 Pengafikan tidak kena pada seluruh kata, melainkan pada salah satu unsuur
saja.
 Perulangan aneksi hanya terjadi pda salah satu kata.
 Jenis-jenis aneksi (kata gabung)
1) Aneksi kopulatif adalah aneksi yang terjadi dari kata-kata yang sederajat atau
setara, misalnya: kakek nenek, ibu bapak, adik kakak, siang malam, dan tua
muda.
2) Aneksi kualitatif adalah aneksi yang kata pertama merupakan sifat yang dimiliki
oleh kata kedua. Misal: sangat baik, ketajaman pikiran, lebih semangat.
3) Aneksi pronominal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata ganti,
misalnya: saudaraku, kampung kita, keluarga kami, buku mereka, dan rumah
kami, .
4) Aneksi original adalah aneksi yang kata kedua menyatakan asal tempat kata
pertama, misalnya: lagu Korea, masyarakat Australia, orang Indonesia, wanita
Jepang, dan ukiran Jepara.
5) Aneksi partitif adalah aneksi yang kata kesatu merupakan bagian kata kedua,
misalnya: awal pertemuan, sisa makanan, pertengahan acara, akhir tahun, dan
pertengahan bulan.
6) Aneksi posesif adalah aneksi yang pertama menjadi milik kata kedua, misalnya:
buku saya, bola adik, baju ibu, paman Edo, dan rumah nenek.
7) Aneksi substantive adalah aneksi yang kedua unsurnya berupa kata benda,
misalnya: gambar anjing, boneka panda, makanan anjing, korek api, dan
makanan ayam.
8) Aneksi subjektif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan pelaku perbuatan
kata pertama atau menjadi sebab yang menghasilkan sesuatu, misalnya: artikel
Amir, lukisan Shinta, karangan Ja'far, panas mentari, dan suara ayam.
9) Aneksi verbal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata kerja,
misalnya: lari pagi, bermain bola, memutar haluan, berlaku bodoh, dan sedang
tidur.
10) Aneksi ablative adalah aneksi yang kata kedua merupakan asal kejadian kata
yang pertama, misalnya: sepatu kulit, kursi besi, patung emas, meja kayu, dan
tegel semen.
11) Aneksi adjektiva adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata
keadaan atau kata sifat, misalnya: makanan sehat, orang sakit, baju kotor, mobil
mewah, dan rumah indah.
12) Aneksi adverbial adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata
keterangan, misalnya: sangat baik, sangat murah, indah sekali, baik sekali, dan
terlalu mahal.
13) Aneksi atributif adalah aneksi yang kata kedua diberi sifat oleh kata pertama,
misalnya: keindahan alam, kedisiplinan pemain, keberanian pahlawan,
kekuasaan pemerintah, dan keramahan penduduk.
14) Aneksi final adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tujuan atau maksud
kata pertama, misalnya: jam bicara, baju tidur, uang belanja, sendok makan, dan
sepatu olahraga.
15) Aneksi instrumental adalah aneksi yang kata kedua menyatakan alat untuk
melakukan perbuatan pada kata pertama, misalnya: lemparan sepatu, tembakan
senapan, permainan bola, tamparan tangan, dan pukulan cemeti.
16) Aneksi kata ganti persona adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari
kata ganti persona, misalnya: sekeras dia, kebodohan kami, sekuat kamu,
kepandaian mereka, dan sehebat saya.
17) Aneksi kata ganti penunjuk adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari
kata ganti penunjuk, misalnya: dalam hal ini, seperti ini, semacam ini, hal ini, dan
seperti itu.
18) Aneksi keahlian adalah aneksi yang kata kedua merupakan lapangan
keahlian/kepandaian kata pertama, misalnya: juru memasak, juru bahasa, juru
kunci, ahli hukum, dan tukang las.
19) Aneksi komparatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan persamaan atau
perbandingan, misalnya: sebening air, bulat telur, semanis madu, seluas
samudra, dan setajam pisau.
20) Aneksi lokatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tempat kata pertama,
misalnya: limbah pabrik, masyarakat kota, pegawai kantor, udara pegunungan,
dan penjaga gudang.
21) Aneksi numeralia adalah aneksi yang terjadi karena kata bilangan digabungkan
dengan kata penunjuk jenis, misalnya: lima biji, lima batang, selembar kertas,
empat buah, dan tiga orang.
22) Aneksi objektif adalah aneksi yang kata kedua menjadi objek perbuatan kata
yang pertama, misalnya: penggusuran rumah, pemugaran mesjid, pemilihan
ketua, pengambilan keputusan, dan peluncuran satelit
4. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan
dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat
informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat
(P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat
a. Bentuk Kalimat
1) Berdasarkan Keluasan Kalimat Dasarnya
a) Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang menjadi dasar untuk membangun kalimat
luas, baik kalimat luas tunggal maupun kalimat luas majemuk.
b) Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat yang hanya didukung oleh unsure inti kalimat,
yaitu subyek dan predikat. Contoh: Bayi / menangis.
c) Kalimat Luas
Kalimat luas adalah hasil perluasan kalimat dasar. Contoh: KD: Adik pulang
(S + P) KL: Nanti adik pulang (K + S + P).
b. Jenis Kalimat
1) Berdasarkan Pengucapan
a) Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya
ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya
atau kalimat perintah
b) Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi
dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita
2) Berdasarkan Jumlah Frasa ( Struktur Gramatikal)
a) Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang
terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar sederhana
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi
3) Berdasarkan Isi atau Fungsinya
a) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya
diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam
bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
b) Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.
Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong
orang untuk memberikan tanggapan.
c) Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri
dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya
menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan.
d) Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan
perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya
ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan
menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
4) Berdasarkan Unsur Kalimat
a) Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari
satu buah subyek dan satu buah predikat
b) Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan
saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman
5) Berdasarkan Susunan S-P
a) Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya.
Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang
akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu,
dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna
b) Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya
sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
6) Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya
a) Kalimat yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan
diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
(anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh
penulisnya
b) Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali
oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat
dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu
selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat
c) Kalimat yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang
simetri
7) Berdasarkan Subjeknya
a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan me- dan ber-.
b) Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-
dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh
8) Berdasarkan Banayaknya Kata Verba
a) Kalimat Simpleks
Adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang
menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga
disebut dengan kalimat tunggal, karena hanya mengandung satu struktur : S - P -
O - Ket - Pel. Namun unsur - unsur tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada
dalam kalimat simpleks.
Contoh kalimat Simpleks dengan variasi strukturnya :
> Kakek membaca koran di ruang tamu.
S P O Ket. Tempat
>Kakak menyapu rumah.
S P O
>Sampah itu dibuang Adik.
O P S
b) Kalimat Kompleks
Adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan
sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur.
Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh
konjungsi. macam - macam kalimat kompleks sebagai berikut :
- Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua
struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan
makna, antara lain dan, tetapi, atau.
- Contoh kalimat kompleks parataktik : Yang pertama disebut makhluk hidup dan
kedua disebut makhluk mati.
- Kalimat kompleks hipotaktik adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan
dengan hubungan konjungtif dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila,
jika, karena, ketika.
- Contoh kalimat kompleks hipotaktik : Tanaman kacang itu akan tumbuh subur
apabila petaninya rajin menyiramnya.
c. Sifat Kalimat
1) Fiksi
Fiksi adalah jenis tulisan yang hanya berdasarkan imajinasi. Dia hanya
rekaan sipenulisnya. Jadi, jenis-jenis karya seni berikut ini merupakan
karya Fiksi : Cerita pendek (cerpen), novel, cerita sinetron, telenovela,
drama, film drama, film komedi, film horor, film laga.
2) Non Fiksi
Nonfiksi adalah tulisan-tulisan yang isinya bukanlah fiktif, bukan hasil
imajinasi/rekaan si penulisnya. Dengan kata lain, nonfiksi adalah karya
seni yang bersifat ofktual. Hal-hal yang terkandung di dalamnya adalah
nyata., benar-benar ada dalam kehidupan kita. Jadi, jenis-jenis karya seni
berikut ini merupakan karya nonfiksi : Aetikel, opini, resensi buku,
karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan-tilisan yang berisi pengalaman
pribadi si penulis, berita di koran/majalah/tabloid, film dokumenter, dll
d. Pola Kalimat
1) S-P
Aris tidur.
2) S-P-O
Alya makan nasi.
3) S-P-Pel
Cincinnya bertahtakan berlian.
4) S-P-K
Karis pergi ke Taman Safari.
5) S-P-O-Pel
Ihsan menamai kucingnya Ligo.
6) K-S-P-O-Pel
Setiap pagi Bu Diah membuatkan anak-anaknya roti panggang.
7) S-P-O-K
Erisa minum susu putih setiap pagi.
8) S-P-O-Pel-K
Semua anggota keluarga sedih ketika kakek meninggal.
e. Unsur Kalimat
1) Subyek
Subjek sebagai unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam
suatu kalimat. Ciri-ciri subjek:
a) Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa.
b) Berupa kata benda atau frase bendaan.
c) Disertai kata itu, ini, dan tersebut.
d) Didahului kata bahwa.
e) Tidak didahului preposisi.
Contoh :
a. Rangga adalah seorang aktor dan penyanyi.
b. Super Junior adalah boyband favoritku.
c. Buku itu dibeli oleh Kyla.
2) Predikat
Predikat sebagai unsur kata kerja.
Ciri-ciri predikat :
a) Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana.
b) Predikat disertai kata adalah atau merupakan.
c) Predikat dapat diingkari.
d) Predikat dapat disertai kata keterangan aspek.
e) Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas.
f) Predikat dapat didahului kata yang.
Predikat dapat berupa:
- Kata benda/frase nominal
- Kata kerja/frase verbal
- Kata sifat/frase adjektival
- Kata bilangan/frase numeral
- Kata depan/frase preposisional
Contoh :
a. Aris menyanyi dengan merdu.
b. Aris memasak nasi goreng.
c. Aris membaca majalah.
3) Objek
Objek sebagai unsur yang dikenai kerja oleh subjek. Ciri-ciri objek:
a. Langsung di belakang predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
c. Didahului kata bahwa.
d. Ada empat macam objek,
Objek Penderita
Kata benda atau yang dibendakan yang berupa kata atau
kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari
perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek. Mengikuti
predikat pada kalimat aktif transitif ( S+P+apa/siapa)
 Makna objek penderita:
o Penderita
Contoh: Ali mencoret-coret tembok.
o Penerima
Contoh: Lisa memakai baju Karin.
o Tempat
Contoh: Lady Gaga datang ke Indonesia.
o Alat
Contoh: Alan melempar bola ke Guntur.
o Hasil
Contoh: Lian mengerjakan tugas Bahasa Indonesia.
o Objek penyerta: objek yang menyertai subjek dalam melakukanatau
mengalami sesuatu.
Objek Penyerta
o Hanya ada dalam kalimat verbal
o Selalu ada bersama objek yang lain. Jadi tak pernah sebuah
kalimat/klausa hanya memiliki objek penyerta saja. Inilah sebabnya
objek penyerta sering disebut pula objek dua (O 2)
o Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna/strutur
kalimatnya tidak kacau
o Tak pernah berupa klausa
o Selalu berupa person (orang, binatang, instansi, dsb.) Pokoknya
yang bisa memiliki kepentingan
o Hubungan dengan predikat agak renggang dan secara eksplisit
dihubungkan oleh kata bagi, pada, dengan dsb
 Makna objek penyerta
1. Penderita
Contoh: Lisa memberikan Lina komputer baru.
2. Hasil
Contoh: Agus membelikan orangtuanya rumah.
Objek Pelaku
o ( S+P+O1/O2 untuk, bagi, kepada apa/siapa)
o Hanya ada dalam kalimat verbal
o Selalu mengikuti predikat kalimat pasif (jadi hanya ada dalam bentuk
pasif)
o Bisa didahului kata depan ”oleh”
o Bila bisa diaktifkan (perdikatnya berawalan ”di-” ), objek pelaku akan
menjadi subjek kalimat aktifnya
o Bisa dipindahkan posisinya (tak harus dibelakang predikatnya)
o Tak pernah berupa klausa (Jadi tak ada klausa anak/anak kalimat
yang menduduki jabatan objek pelaku)
Contoh: Buku dibeli oleh ibu untuk kami
Objek Pelengkap ( Berperangkai atau Berkata Depan)
 Hanya ada dalam kalimat verbal
 Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intransitive
 Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat
 Walaupun kalimatnya tergolong aktif, tyak bisa dipasifkan
 Biasanya didahului kata depan ”akan”, ”tantang”, ”atas”,
”terhadap”, ”mengenai”
 Bila berpa klausa, dapat didahului kata hubung ”bahwa”
Objek Semu
- Selalu ada dalam kalimat verbal
- Selalu mengikuti predikat kalimat yang bderjenis kata kerja aktif
gtransitif
- Mirip objek penderita tetapi kalimat tak bisa dipasifkan
- Dengan predikatnya relatif merupakan pasangan tetap (mirip
idiom)
- Tak bisa dipindahkan tempatnya tanpa merusak struktur/makna
kalimatnya
4) Keterangan
Ciri-ciri keterangan :
a) Hubungannya dengan predikat renggang.
b) Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.
c) Terdiri dari beberapa jenis :
o Keterangan Tempat
• Agnes Monica akan konser di Amerika.
o Keterangan Alat
• Aci memasak sayur dengan panci.
o Keterangan Waktu
• Ayah akan pulang kerja pukul 3 sore.
o Keterangan Tujuan
• Kita harus rajin berolahraga agar sehat.
o Keterangan Cara
• Mereka memerhatikan pelajaran dengan seksama.
o Keterangan Penyerta
• Ibu pergi bersama ayah.
o Keterangan Similatif
• Rahmat Darmawan memberikan arahan kepada pemainsebagai
pelatih.
o Keterangan Sebab
• Rianto sangat sukses sekarang karena giat bekerja.
5) Pelengkap
Pelengkap yakni unsur yang melengkapi kalimat. Ciri-ciri pelengkap :
a) Terletak di belakang predikat.
Hampir sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu
objek. Misalnya:
o Diah mengirimi saya buku baru
o Mereka membelikan ayahnya motor baru
b) Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh:
- Pemuda itu bersenjatakan parang. (Parang sebagai pelengkap)
- Budi membaca buku. (Buku sebagai objek karena dapat menjadi
subjek)
5. Alinea
a. Bentuk Alinea
1) Paragraf Narasi
Penceritaan suatu kejadian secara runtut sesuai urutan waktu
2) Paragraf Deskripsi
Paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci
3) Paragraf Persuasi
Jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat
penulis dengan bukti dan fakta (benar-benar terjadi)
4) Paragraf Eksposisi
Karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu
sehingga memperluas pengetahuan pembaca
5) Paragraf Argumentasi
Sebuah paragraf yang menjelaskan pendapat dengan berbagai
keterangan dan alasan
b. Jenis Alinea
1) Deduktif
Inti paragraf berada di awal paragraph
2) Induktif
Inti kalimat berada di kalimat terakhir
3) Campuran
Inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir
4) Ineratif
Inti paragraf di tengah-tengah paragraph
5) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
a) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam
karangan.Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di
fungsikan untuk:
o Menghantar pokok pembicaraan
o Menarik minat pembaca
o Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf
pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan.
Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca.
Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf
pembuka,yaitu:
o Kutipan, peribahasa, anekdot
o Pentingnya pokok pembicaraan
o Pendapat atau pernyataan seseorang
o Uraian tentang pengalaman pribadi
o Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
o Sebuah pertanyaan.
b) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang
sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam
karangan dapat difungsikan untuk:
 Mengemukakan inti persoalan
 Memberikan ilustrasi
 Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
 Meringkas paragraf sebelumnya
 Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
c) Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan.
Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih
jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan.
Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
- Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
- Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian
- Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat
menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya
c. Sifat Alinea
1) Persuasif, jika isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara
mempengaruhi atau mengajak pembaca.
2) Argumentatif, jika isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti-
bukti atau alasan yang mendukung.
3) Naratif, jika isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
cerita.
4) Deskriptif, jika isi paragraf melukiskan atau menggambarkan sesuatu
dengan bahasa.
5) Ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan sesuatu fakta atau kejadian
tertentu.
d. Pola Alinea
1) Bersifat Deduktif
Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemuidian
diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh
pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemuydian kalimat-kalimat
berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan
hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini
disebut bersifat deduktif.
2) Besifat Induktif
Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang
bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat ini. Alinea ini
dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan
anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang
terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. Jadi, anak-anak tangga itu
tersusun untuk mencapai klimaks.
3) Bersifat Deduktif dan Induktif
Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat
pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi,
pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya.
Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir aline
agagasan pokoknya dinyatakan.
4) Generalisasi
Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
5) Analogi
Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda
yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
6) Sebab-akibat
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam
paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang
bersifat umum
7) Akibat-sebab,
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam
paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang
bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau
perincian yang bersifat khusus.
8) Paragraf Campuran,
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan
di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini
kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat
pertama dengan sedikit penekanan dan variasi
9) Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh
bagian paragraf.
10) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-
tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
11) Klimaks-Antiklimaks
Klimaks adalah perincian gagasan dari gagasan yang paling bawah atau rendah
menuju gagasan yang paling tinggi kedudukan atau kepentingannya.
Kebalikannya adalah antiklimaks.
12) Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan
tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu.
13) Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda
atau lebih, sedangkan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang
ada pada dua benda atau lebih.
14) Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek
lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.
15) Contoh
Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau
ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi
yang kuat.
16) Pola Klausalitas
Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat
sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut
biasanya juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama,
sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.
17) Klasifikasi
Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompok-
kan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori.
Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadijelas.
18) DefinisiLuas
Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau
istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan.
e. Unsur Alinea
1) Ide Pokok
Ide pokok adalah hal yang dibahas dalam suatu paragraf atau pikiran
yang menjiwai seluruh isi paragraf.
2) Kalimat Utama
Kalimat utama ialah tempat dimana dituangkannya ide pokok suatu
paragraf. Berdasarkan letaknya, kalimat utama terletak di awal paragraf
(deduktif), akhir paragraf (induktif), atau di awal dan akhir paragraf
(deduktif-induktif).
3) Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat utama.
Kalimat ini harus memiliki kesatuan yang padu, yakni semua kalimat
tersebut membentuk sebuah paragraf menyatakan suatu ide pokok
tertentu
f. Kohesi dan Koherensi
1) Kohesi (Keterpaduan Bentuk)
Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan
bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf
mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut
dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.
Contoh:
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat,
diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada
tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras,
bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan
beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997
mencapai 2,5 juta ton.
Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah
naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat
tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki
kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf
tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti
berikut ini.
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras
meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada
pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar
371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada
tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor
beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.
2) Koherensi ( Kepaduan Makna)
Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan
yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya
memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu
gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan
utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Contoh:
Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan
yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran
audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi
anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan
makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak didengar di
masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan
tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan.
Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.
Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang
melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.
6. Wacana
a. Bentuk Wacana
1) Wacana Naratif
Adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu
kisah, uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap
penting sering diberi tekanan atau diulang
2) Wacana prosedural
Adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau
keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu,
kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan
kegiatan dapat berhasil dengan baik.
3) Wacana Ekspositori
Adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif.
Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk
dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel di media masa.
4) Wacana Hortatori
Adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau
pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya
persuasif, tujuannya adalah untuk mencari pengikut agar bersedia
melakukan, atau menyetujui pada hal yang disampaikan dalam wacana
tersebut
5) Wacana dramatic
Adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat
mungkin menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film
6) Wacana epistoleri
Adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada
umumnya memilik bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi
kebiasaan atau aturan.
7) Wacana Seremonial
Adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial
(upacara), karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang
terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak dipergunakan dalam
sembarang waktu.
b. Jenis Wacana
1) Wacana Narasi
Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita, karenanya
karangan bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan
pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisannya.
2) Wacana Deskripsi
Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks
pembicaraan ini wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang
mengaitkan kesan atau impresi seseorang melalui uraian atau lukisan
tertentu.
3) Wacana Eksposisi
Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau
menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi)
dan penyuluhannya tersebut tanpa disertai desakan atau paksaan kepada
pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai sesuatu
yang besar.
4) Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan
alasan dan pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.
Pada wacana tersebut argumentasi digunakan untuk meyakinkan
kebenaran, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan
fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan.
5) Wacana Persuasi
Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk,
budaya ajuk, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan
ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit
maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya.
c. Sifat Wacana
1) Wacana Fiksi
Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan,
tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali
wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah
2) Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang
melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-
kaiadah penulisan yang baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay,
artikel dan laporan penelitian.
d. Pola Wacana
1) Pola Umum- Khusus (General-Partikular)
Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan
pola pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti
kalimat-kalimat yang bersifat khusus
2) Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen)
Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh
terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut
3) Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element)
Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat
latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan
subjek atau pelaku, serta diikuti dengan unsur-unsur yang mendukung
wacana tersebut
4) Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included)
Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek
sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang
mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek
5) Pola Besar-Kecil (Large-Small)
Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali
dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar cakupannya /bidangnya
/ukurannya
6) Pola Luas-Dalam (Outside-Inside)
Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang
ditekankan bukan pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian
melainkan lebih pada aspek keluasan topic
7) Pola yang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed)
Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang
dimiliki
8) Pola Sekuensi TemporalPola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu
atau kronologis
9) Pola Sekuensi Spasial
Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang. Wacana dibuat
berdasarkan urutan ruang/tempat
10) Pola Ekuivalensi-Kontras
Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan
11) Pola Sebab-Akibat
Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama
yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan
pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang menjadi akibat dari pikiran
utama
e. Unsur Wacana
1) Unsur Internal
Terdiri dari :
 Kata dan Kalimat
 Teks dan Konteks
2) Unsur Eksternal
Terdiri dari :
 Implikatur
 Preuposisi
 Referensi dan Inferensi
 Konteks
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Nama : Dewi Puspitasari
Kelas : X – 2
No Absen : 11
Materi : Kesusastraan dan Periodeisasi
KESUSASTRAAN DAN PERIODEISASI
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan"
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra
lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih
mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah
sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang
menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau
sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan,
tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan
pengalaman atau pemikiran tertentu.
 PEMBAGIAN SASTRA MENURUT USMAN EFFENDY
1. Kesusasteraan Lama ( ……. – 1920 )
2. Kesusasteraan Baru ( 1920 – 1945 )
3. Kesusasteraan Modern ( 1945 - …….. )
1. Bentuk Kesusatraan
a) Prosa
Bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak
terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi
Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan
padat serta indah.
c) Prosa Liris
Bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa
yang bebas terurai seperti pada prosa.
d) Drama
Yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas
dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua
pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Jenis Kesusastraan
a. Dilihat dari isinya
1) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa
mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
2) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara
subyektif.
3) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
4) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau
buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
b. Dilihat dari sejarahnya
Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama
Indonesia dibagi menjadi :
1) Kesusastraan zaman purba,
2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,
3) Kesusastraan zaman Islam, dan
4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :
 Hikayat Abdullah
 Syair Singapura Dimakan Api
 Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
 Syair Abdul Muluk, dll.
c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada
Zaman :
 Balai Pustaka / Angkatan 20
 Pujangga Baru / Angkatan 30
 Jepang
 Angkatan 45
 Angkatan 66
 Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang.
a) Jenis-Jenis Sastra Lama
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

More Related Content

What's hot

Artikulasi diftong & huruf vokal bm
Artikulasi diftong & huruf vokal bmArtikulasi diftong & huruf vokal bm
Artikulasi diftong & huruf vokal bm
محمد قميرول
 
Materi fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaMateri fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaRakatajasa
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
Imam Suwandi
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
Ghian Velina
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
Mencari ridho alloh di dunia untuk bekal di akhirat
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
Darwis Maulana
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Rizzty Mennelz
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
arinsyuara
 
Bahasa kebangsaan
Bahasa kebangsaanBahasa kebangsaan
Bahasa kebangsaan
Khairi Aiman
 
Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
MohamadFauzanAzima
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
Ghian Velina
 
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesiaMakalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Universitas Negeri Semarang
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
Yukita Akira
 
Sistem ejaan dan sebutan
Sistem ejaan dan sebutanSistem ejaan dan sebutan
Sistem ejaan dan sebutan
cikgushamsuddin
 
Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiNiicha Juwita
 

What's hot (20)

Artikulasi diftong & huruf vokal bm
Artikulasi diftong & huruf vokal bmArtikulasi diftong & huruf vokal bm
Artikulasi diftong & huruf vokal bm
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 
Materi fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesiaMateri fonologi bahasa indonesia
Materi fonologi bahasa indonesia
 
Fonologi
Fonologi Fonologi
Fonologi
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Bahasa kebangsaan
Bahasa kebangsaanBahasa kebangsaan
Bahasa kebangsaan
 
Afiksasi
AfiksasiAfiksasi
Afiksasi
 
Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
 
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesiaMakalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Sistem ejaan dan sebutan
Sistem ejaan dan sebutanSistem ejaan dan sebutan
Sistem ejaan dan sebutan
 
Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologi
 

Viewers also liked

Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''
Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''
Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''hsbpamungkas
 
Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)
Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)
Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)Dudi Supriatna
 
Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2
romi firdaus
 
Tugas Makalah Bahasa Indonesia
Tugas Makalah Bahasa IndonesiaTugas Makalah Bahasa Indonesia
Tugas Makalah Bahasa Indonesia
Evert Sandye Taasiringan
 
Bahasa indonesia (pnj) 1
Bahasa indonesia (pnj) 1Bahasa indonesia (pnj) 1
Bahasa indonesia (pnj) 1
state polytechnic of jakarta
 
Kaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesiaKaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesia
sahabatmuslim
 
Ringkasan Materi dan Latihan Soal.doc2a
Ringkasan Materi dan Latihan Soal.doc2aRingkasan Materi dan Latihan Soal.doc2a
Ringkasan Materi dan Latihan Soal.doc2a
Phaphy Wahyudhi
 
Materi umy (bahasa indonesia)
Materi umy (bahasa indonesia)Materi umy (bahasa indonesia)
Materi umy (bahasa indonesia)
Satria Manggala
 
Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)
Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)
Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)
Lia Oktapiani
 
Contoh-contoh Gugus Konsonan
Contoh-contoh Gugus KonsonanContoh-contoh Gugus Konsonan
Contoh-contoh Gugus KonsonanIfwhar Yuhono
 
Noun, noun phrase and pronoun
Noun, noun phrase and pronounNoun, noun phrase and pronoun
Noun, noun phrase and pronoun
Agnescia Sera
 
Saiful Nizam tatabahasa - imbuhan me n- ...
Saiful Nizam  tatabahasa - imbuhan me n- ...Saiful Nizam  tatabahasa - imbuhan me n- ...
Saiful Nizam tatabahasa - imbuhan me n- ...sayasaiful
 
RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)
RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)
RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)
Phaphy Wahyudhi
 
Buku Sakti Hacker
Buku Sakti HackerBuku Sakti Hacker
Buku Sakti Hacker
M Anas Falahuddin
 
Soal latihan imbuhan
Soal latihan imbuhanSoal latihan imbuhan
Soal latihan imbuhan
Lucky Nuki Prihatini
 

Viewers also liked (20)

Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''
Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''
Data herlanti suvitasari ''mata kuliah b.indonesia''
 
Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)
Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)
Kata berimbuhan (materi kls 7 smes 1)
 
Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2Makalah sejarah sastra 2
Makalah sejarah sastra 2
 
Imbuhan
Imbuhan Imbuhan
Imbuhan
 
Tugas Makalah Bahasa Indonesia
Tugas Makalah Bahasa IndonesiaTugas Makalah Bahasa Indonesia
Tugas Makalah Bahasa Indonesia
 
Bahasa indonesia (pnj) 1
Bahasa indonesia (pnj) 1Bahasa indonesia (pnj) 1
Bahasa indonesia (pnj) 1
 
Imbuhan asing
Imbuhan asingImbuhan asing
Imbuhan asing
 
Kaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesiaKaidah bahasa indonesia
Kaidah bahasa indonesia
 
Ringkasan Materi dan Latihan Soal.doc2a
Ringkasan Materi dan Latihan Soal.doc2aRingkasan Materi dan Latihan Soal.doc2a
Ringkasan Materi dan Latihan Soal.doc2a
 
Materi umy (bahasa indonesia)
Materi umy (bahasa indonesia)Materi umy (bahasa indonesia)
Materi umy (bahasa indonesia)
 
Kebahasaan
KebahasaanKebahasaan
Kebahasaan
 
Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)
Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)
Ejaan yang disempurnakan (pembentukkan istilah)
 
Contoh-contoh Gugus Konsonan
Contoh-contoh Gugus KonsonanContoh-contoh Gugus Konsonan
Contoh-contoh Gugus Konsonan
 
Noun, noun phrase and pronoun
Noun, noun phrase and pronounNoun, noun phrase and pronoun
Noun, noun phrase and pronoun
 
Makna sastera
Makna sasteraMakna sastera
Makna sastera
 
Saiful Nizam tatabahasa - imbuhan me n- ...
Saiful Nizam  tatabahasa - imbuhan me n- ...Saiful Nizam  tatabahasa - imbuhan me n- ...
Saiful Nizam tatabahasa - imbuhan me n- ...
 
RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)
RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)
RINGKASAN MATERI BAHASA INDONEISA KELAS 9 SMP 2 PASIRIAN (REVISI 2015)
 
Buku Sakti Hacker
Buku Sakti HackerBuku Sakti Hacker
Buku Sakti Hacker
 
Kumpulan pantun
Kumpulan pantunKumpulan pantun
Kumpulan pantun
 
Soal latihan imbuhan
Soal latihan imbuhanSoal latihan imbuhan
Soal latihan imbuhan
 

Similar to Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
Ghian Velina
 
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxKELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
NiPutuPramiyogi
 
3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf
3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf
3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf
KhafifahIndira
 
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
MohRiezkyMaulana1
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
Zukét Printing
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
Zukét Printing
 
Kel 1
Kel 1Kel 1
Tugasan individu
Tugasan individuTugasan individu
Tugasan individutinie eva
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
ArisSusanto47
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
ArisSusanto47
 
sesi 2.pptx
sesi 2.pptxsesi 2.pptx
sesi 2.pptx
SriAstuti566194
 
Morfologi bahasa
Morfologi bahasaMorfologi bahasa
Morfologi bahasa
kunmartih
 
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINTTATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
Ghian Velina
 
Kelompok 9 Fonologi.pptx
Kelompok 9 Fonologi.pptxKelompok 9 Fonologi.pptx
Kelompok 9 Fonologi.pptx
dwiramthi
 
Hakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtwsHakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtws
hendra prastyadi
 
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
hashimazlina
 
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdfModul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
wzg25129
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
hanifanadhira
 
fonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptx
fonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptxfonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptx
fonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptx
tikno8
 
Materi sesi 2.pptx
Materi sesi 2.pptxMateri sesi 2.pptx
Materi sesi 2.pptx
SriAstuti566194
 

Similar to Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa (20)

MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
 
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptxKELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
KELOMPOK FONOLOGII E G H I.pptx
 
3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf
3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf
3. FONOLOGI BAHASA BUGIS (Pert. 4).pdf
 
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
 
Kel 1
Kel 1Kel 1
Kel 1
 
Tugasan individu
Tugasan individuTugasan individu
Tugasan individu
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
 
sesi 2.pptx
sesi 2.pptxsesi 2.pptx
sesi 2.pptx
 
Morfologi bahasa
Morfologi bahasaMorfologi bahasa
Morfologi bahasa
 
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINTTATA BUNYI UJARAN POWER POINT
TATA BUNYI UJARAN POWER POINT
 
Kelompok 9 Fonologi.pptx
Kelompok 9 Fonologi.pptxKelompok 9 Fonologi.pptx
Kelompok 9 Fonologi.pptx
 
Hakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtwsHakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtws
 
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]
 
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdfModul 2 MORFOLOGI.pdf
Modul 2 MORFOLOGI.pdf
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
fonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptx
fonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptxfonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptx
fonologi jenis-jenis bunyi konsonan.pptx
 
Materi sesi 2.pptx
Materi sesi 2.pptxMateri sesi 2.pptx
Materi sesi 2.pptx
 

Recently uploaded

Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 

Recently uploaded (20)

Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 

Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

  • 1. MAKALAH BAHASA INDONESIA Nama : Dewi Puspitasari Kelas : X – 2 No Absen : 11 Materi : Kebahasaan
  • 2. KEBAHASAAN 1. Huruf Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis alfabet, abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem atau bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili ungkapan atau makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara jenis silabis atau aksara suku kata, suatu huruf melambangkan suatu suku kata, contohnya adalah Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang. Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian dari satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil. Huruf besar biasanya dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis setelahnya. 1. Jenis-jenis huruf berdasarkan bentuknya Berdasarkan bentuknya, huruf dibedakan menjadi 4 yaitu sebagai berikut. a. Huruf fonemis, yaitu huruf yang melambangkan satu bunyi seperti huruf latin. b. Huruf silabis, yaitu huruf yang melambangkan satu suku kata seperti huruf jepang atau aksara jawa. c. Huruf logograf atau idiograf, yaitu huruf yang melambangkan bunyi satu kata seperti huruf cina. d. Huruf piktograf, yaitu bunyi huruf yang dilambangkan dalam bentuk gambar atau lukisan peristiwa seperti relif manusia prasejarah.
  • 3. 2. Jenis huruf berdasarkan bunyinya a. Vokal 1) Vokal Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan. Contoh : a, I, u, e, o, u 2) Vokal Rangkap Gabungan dua buah huruf vocal yang menghasilkan bunyi rangkap Contoh : ai, au, oi Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal tidak dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak. Klasifikasi vokal sebagai berikut: 1. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.  Vokal Tinggi = [ i ], [ I ], [ u ], [ U ]  Vokal Madya = [ e ], [ �� ], [ e ], [ o ], [ c ]  Vokal Rendah = [ a ] 2. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak (gerak naik turunnya lidah).  Vokal Depan = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ a ]  Vokal Tengah = [ a ]  Vokal Belakang = [ o ], [ c ], [ u ], [ U ]
  • 4. 3. Vokal berdasarkan posisi strukturnya Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa. Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan seperti uraian berikut.  Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain [ i ], [ u ].  Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ].  Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ �� ], [ c ].  Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ]. 4. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.  Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang lebar) = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ e ]  Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar) = [ a ]  Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Terbuka bulat = [ c ]  Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Tertutup bulat = [ o ], [ u ], [ U ] Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan vokal tersebut. Pemanjangan dan pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ] di atas bunyi yang dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.
  • 5.  Bentuk Vokal a) Monoftong Monoftong atau vokal murni (pure vowels) ialah bunyi vokal tunggal yang terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata (Kridalaksana via Marsono, 1999:36). Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasa hanya disebut dengan istilah vokal saja. Dalam arti bahwa yang dimaksud dengan istilah vokal adalah vokal tunggal, sedangkan diftong adalah vokal rangkap. Kegunaan penulisan ini didasari adanya kerancuan dalam melafalkan beberapa kata yang mempunyai vokal sama, namun berbeda pengucapannya. Misalnya “edaran” dengan “nenek”. Secara literal, kedua kata tersebut sama komposisinya, masing-masing mempunyai vokal “e”. Namun, pengucapan keduanya berbeda. Contoh lain adalah “korupsi” dan “koma”. Atas dasar inilah, maka perlunya memelajari fonologi bahasa Indonesia. Perlu diketahui, bahwa penyimbolan vokal, berbeda dengan huruf vokal tersebut. Berikut adalah klasifikasi vokal dalam bahasa Indonesia: No Vokal Tinggi rendah lidah Gerak lidah bagian Struktur Bentuk bibir Contoh kata 1. [i] Tinggi atas Depan Tertutup Tak bulat Ini, ibu, kita, cari 2. [I] Tinggi bawah Depan Semi-tertutup Tak bulat Kerikil, kelingking 3. [e] Madya atas Depan Semi-tertutup Tak bulat Ekor, enak 4. [e] Madya bawah Depan Semi-terbuka Tak bulat Nenek, leher, gelang 5. [a] Rendah bawah Depan Terbuka Tak bulat Ada, apa, pada
  • 6. 6. [ ] Madya Tengah Semi-terbuka Tak bulat Emas, elang 7. [ ] Madya bawah Belakang Semi-terbuka Bulat Otot, tokoh, dorong 8. [o] Madya atas Belakang Semi-tertutup Bulat Toko, kado 9. [U] Tinggi bawah Belakang Semi-tertutup Bulat Ukur, urus 10. [u] Tinggi atas Belakang Tertutup Bulat Udara, paku b) Diftong Diftong atau vokal rangkap mempunyai ciri waktu diucapkan posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan iu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, dan strikturnya (jarak lidah dengan langit-langit). Diftong naik Bahasa Indonesia: 1. Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya dalam: pakai, lalai, pandai, nilai 2. Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya dalam: amboi, sepoi-sepoi 3. Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya dalam: saudara, lampau,pulau Dalam Bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak ada. kata IPA bunyi Contoh ai /aɪ/ /ay/ santai, lambai, dll au /aw/ /aʊ/ kerbau, dll oi /oy/ /oɪ/ koboi, amboi ei[butuh rujukan] /eɪ/ Mei, arbei, survei, dll Beberapa deret vokal bukan merupakan diftong misalnya buah, lauk, daur, daun, semua, mencintai.
  • 7. Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Dua deret vokal yang diucapkan dengan serentak itu menyebabkan terjadinya perubahan pada kualitas bunyinya. Misalnya au menjadi o, ai menjadi e, oi menjadi oe. Contoh: lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau, amboi, masing-masing berubah menjadi lante, pante, sante, harimo, kerbo, imbo, pulo, amboe. Dua bunyi vokal disebut sebagai diftong jika berada pada suku kata yang sama, misalnya au pada kata da-nau. Bunyi vokal au tersebut berubah bunyi menjadi o sehingga kata danau diucapkan dano. Perubahan ini hanya berlaku dalam hal pengucapan saja, sedangkan dalam hal penulisan, bentuk danau dipertahankan. Dalam sebuah percakapan atau tuturan, proses perubahan bunyi juga dapat terjadi sebaliknya. Artinya, selain dua bunyi vokal dapat berubah menjadi satu bunyi vokal, satu bunyi vokal juga dapat berubah menjadi dua bunyi vokal. Misalnya bunyi o menjadi au pada kata anggota menjadi anggauta. b. Huruf Konsonan Bunyi Huruf Konsonan adalah Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, Terdapat artikulasi , Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara. Contohnya seperti: b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z. 1) Konsonan Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan Contoh : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z 2) Konsonan Rangkap Gabungan dua huruf konsonan Contoh : kh, ng, ny, dan sy
  • 8. Konsonan dibedakan menurut:  Cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;  Tempat hambat (tempat artikulasi);  Hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan antara artikulator pasif; dan  Bergetar tidaknya pita suara 1) Konsonan Asli Konsonan Asli adalah semua abjad kecuali huruf vokal. Yaitu : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z 2) Konsonan Asing Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima ke dalam bahasa Indonesia, sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya. Kaidah penyesuaian ejaan yang diuraikan pada Pasal 6.5 tetap berlaku dalam pelambangan huruf gugus konsonan itu. a) Huruf gugus konsonan di awal atau di tengah fl- : flexible menjadi fl- : fleksibel fr- : frequenci fr- : frekuensi phl- : phlegmatic fl- : flegmatik phr- : schizophrenia fr- : skizofrenia
  • 9. b) Huruf gugus konsonan akhir -ck : block menjadi -k : blok -ct : contract -k : kontrak -nt : gradient -n : gradien 3) Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives) Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan seperti berikut.  Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang dihasilkan [ p, b ].  Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan [ t, d ].  Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan [ d ] ditulis dh.  Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi yang dihasilkan [ c, j ].  Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit- langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
  • 10.  Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak beserta anak tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat. Bunyi yang dihasilkan [ ? ]. 4) Konsonan Nasal (Sengau) Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal dibedakan sebagai berikut.  Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].  Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal yang dihasilkan ialah [ ñ ].  Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan ialah [ n ].  Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang diberikan [ h ]. 5) Konsonan Paduan ( i tes) Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ] ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg. 6) Konsonan Sampingan ( te ls)
  • 11. Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [ I ]. 7) Konsonan Geseran atau Frikatif Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paruparu, sehingga jalan udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya, konsonan geseran dibedakan sebagai berikut. o Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan [ f , v ]. o Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ]. o Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi yang dihasilkan [ x ]. o Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang dihasilkan [ h ]. 8) Konsonan Getar ( ills, i ts) Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko- alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ r ].
  • 12. c) Semivokal Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar. Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut. Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ]. Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ y ] 2. Kata a. Bentuk Kata A. Kata Asal 1. Kata Asli Kata yg berkembang dr perbendaharaan asli suatu bahasa dan bukan kata pinjaman; (linguistik)
  • 13. 2. Kata Dasar a) Pola Kanonik I K-V-K-V maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar terdiri dari konsonan, vocal, konsonan, vocal. Misalnya, padi, lari, paku, tiga, dada, dll b) Pola Kanonik II K-V-K-V-K sama seperti kanonik I cuma polanya ditambah konsonan diakhir. Misalnya, rumah, tanah, nanah, batang, sayap, dll Kata dasar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Kata Verbal Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak. Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri sebagai P), pada tataran frase dapat dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri. Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi sebagai keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: (1) kata kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat diikuti grase dengan sangat … sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh dapat diperluas menjadi menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi membaca dengan sangat tenang. Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak dapat diikuti oleh frase dengan sangat …sebagai keterangan cara. Misalnya gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan sangat tiba-tiba atau berhati-hati dengan sungguh-sungguh. Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O (obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua yaitu: (1) kata kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan, (2) kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang tentu kata kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
  • 14. 2) Kata Nominal Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya. Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata nominal yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata nominal yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi berdasarkan kata yang digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya, kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu sekalian, anda; dan (c) ketiga, misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata ganti yang dapat menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu ini dan itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana, situ, dan sini. 3) Kata Adjektiva Adjektiva adalah suatu kata yang sering muncul dalam bahasa tulis. Adjektiva memberikan informasi sifat terhadap nominal dan verbal yang umumnya mendahuluinya dalam suatu frase atau kalimat. Dalam kalimat Dia adalah gadis yang cantik misalnya adjektiva cantik bila diteliti lebih lanjut memiliki relativitas makna. B. Kata Jadian 1. Kata Ulang Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda. Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi makna atau fungsi perulangan kata. a. Bentuk Kata Ulang
  • 15. Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut. 1) Kata Ulang Penuh atau Kata Ulang Murni Yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh. Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit. 2) Kata Ulang Berimbuhan atau Kata Ulang Bersambungan Yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman. 3) Kata Ulang Berubah Bunyi Yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang. Misalnya: bolak-balik, serba-serbi. 4) Kata Ulang Semu Yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang, pura-pura, lumba-lumba, dll. 5) Kata Ulang Dwipurwa Yang berarti “dahulu dua” atau kata ulang yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Dengan kata lain Kata ulang dwipurwa yakni perulangan kata yang dialami oleh sebagian dari kata dasar. Misalnya: lelaki, tetua,pepohonan,tetangga. b. Makna dan Fungsi Kata Ulang 1) Perulangan kata benda  Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
  • 16.  Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur- sayuran.  Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak- anakan, orang-orangan. 2) Perulangan kata kerja Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja. - Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut. - Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: berenang-renang, duduk- duduk. - Menyatakan bermacam-macam pekerjaan. Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang. - Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan. Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh c. Perulangan kata sifat Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat. Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik! Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis). Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif (paling). Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya. Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu. Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak
  • 17. terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit) Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas. Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak. d. Perulangan kata bilangan  Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna “satu demi satu”. Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.  Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna “hanya satu itu”. Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.  Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian “sekaligus dua, tiga, dst.” Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.  Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna “kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst.. 0Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu. Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan 2. Kata Berimbuhan Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan. Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang disebut kata berimbuhan. BENTUK-BENTUK IMBUHAN · Awalan (Prefiks) Contoh: me(N)- ; ber- ; di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke- · Sisipan (Infiks)
  • 18. Contoh: -el- ; -em- ; -er- ; -in- · Akhiran (Sufiks) Contoh: -kan ; -an ; -i ; -nya · Konfiks - Imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus. Contoh: ke-an ; per-an ; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya Di samping itu, dikenal pula imbuhan yang diserap dari bahasa asing, yaitu: -i ; - man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ; -isme FUNGSI IMBUHAN Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya. Contoh: - batu (benda) -> membatu (sifat) - indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan) - mandi (kerja) -> pemandian (benda) Fungsi imbuhan: · Membentuk kata benda pe(N)- ; ke- ; -isme ; -wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ; pe-an ; -an ; per- Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi, fakultas, perairan, lautan, kelautan, dll. · Membentuk kata kerja me(N)- ; ber- ; per- ; ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan ; di-kan ; di-i Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengertingkan, menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll. · Membentuk kata sifat
  • 19. -i ; -wi ; -iyah ; -is Contoh: insani, duniawi, alamiah, humoris, dll. · Membentuk kata keterangan se-nya ; -nya ; -an Contoh: sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll. · Membentuk kata bilangan se- ; ke- Contoh: sebelas, seratus, kedua, kelima, dll. PENGGUNAAN IMBUHAN Awalan me(N)- Pemakaian imbuhan ini bervariasi: mem- ; men- ; meny- ; meng- ; menge- Contoh: melapor, menyanyi, menghibur, mengecat, mencari, menangis, menyapu, dll. Perubahan bentuk me(N)- dipengaruhi oleh fonem awal dari setiap kata dasar yang diikutinya. VARIASI me(N)- FONEM AWAL CONTOH mem- /b/ /f/ /p/ /v/ Membaca memfitnah memukul memvonis men- /c/ /d/ /j/ /t/ Mencoret mendorong menjual menulis meny- /s/ Menyapu meng- /a/ /e/ mengambil mengembun
  • 20. /i/ /o/ /u/ /g/ /h/ /k/ mengisap mengoles mengubah menggunting menghafal mengubur menge- kata dasar yang dibetuk oleh satu suku kata mengecat mengebom me- /l/ /m/ /n/ /r/ /w/ melambai memuai menilai merusak mewarnai Dari contoh di atas, ada yang fonem awalnya luluh dan ada yang tidak. Fonem awal suatu kata akan luluh bila diberi imbuhan me(N)- dan fonem awalnya berupa /k/ /t/ /s/ /p/. Contoh: · me + kejar -> mengejar · me + sapu -> menyapu · me + tulis -> menulis · me + pukul -> memukul Makna awalan me(N)-: · Melakukan perbuatan atau tindakan Contoh: mengambil, mengejar, menulis, dll. · Melakukan perbuatan dengan alat Contoh: menyapu, menggunting, mencangkul, dll. · Menjadi atau dalam keadaan Contoh: mengeras, mencair, membesar, dll. · Membuat kesan Contoh: mengalah, membisu, mematung, dll. · Menuju ke
  • 21. Contoh: melaut, menepi, mendarat, dll. · Mencari Contoh: merumput, merotan, mendamar, dll. Awalan ber- Pemakaian awalan ber- memiliki kaidah sebagai berikut: · Apabila kata dasar berhuruf awalan /r/ dan beberapa kata dasar yang suku kata pertamanya berakhir huruf /er/, bentuk awalan berubah menjadi be- Contoh: · ber + rambut -> berambut · ber + kerja -> bekerja · Apabila bertemu kata dasar ajar, berubah menjadi bel- (belajar). · Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan. Contoh: · ber + balik -> berbalik · ber + tebar -> bertebar Makna awalan ber-: · Memunyai Contoh: berkumis, berambut, berbulu, dll. · Memakai, menggunakan, atau mengendarai Contoh: berkuda, berkacamata, bermotor, dll. · Mengeluarkan Contoh: beranak, bertelur, berkata, berkeringat, bernapas, dll. · Menyatakan sikap mental Contoh: berbahagia, bersedih, berhati-hati, bersuka cita, dll. · Dalam jumlah Contoh: berdua, bertiga, berempat, dll. Awalan di- Bermakna suatu perbuatan yang pasif. Sebagai kebalikan dari awalan me(N)- yang bermakna aktif. Contoh:
  • 22. · di + baca -> dibaca · di + tulis -> ditulis · di + sapu -> disapu · di + kawal -> dikawal Awalan ter- Hampir sama dengan awalan di- yang berfungsi membentuk kata kerja pasif. Contoh: terbakar, tertendang, terbalik, dll. Di samping itu, imbuhan ter- ada yang termasuk golongan kata sifat. Contoh: tertinggi, terendah, terpandai, tercantik, dll. Awalan ter- memiliki dua variasi bentuk, yaitu ter- dan te. Variasi te- terjadi padakata dasar berawalan fonem /r/. Contoh: · ter + rajin -> terajin · ter + ramah -> teramah · ter + rakus -> terakus Makna awalan ter-: · Sudah di- atau dapat di- Contoh: terbuka, tertutup, terkunci, dll. · Ketidaksengajaan Contoh: terinjak, terbakar, tertendang, dll. · Tiba-tiba Contoh: terkejut, teringat, terjatuh, dll. · Dapat atau kemungkinan Contoh: ternilai, terbagus, terbakar, dll. · Paling (superlatif) Contoh: terajin, terendah, tercantik, dll. Awalan pe(N)- Pemakaian awalan ini hampir sama variasinya yang berlaku pada awalan me(N)- yang telah dibicarakan sebelumnya.
  • 23. VARIASI pe(N)- FONEM AWAL CONTOH pem- /b/ /f/ /p/ /v/ Pembaca pemfitnah pemukul pemvonis pen- /c/ /d/ /j/ /t/ /z/ pencoret pendorong penjual penulis penzikir peny- /s/ Penyapu peng- /a/ /e/ /i/ /o/ /u/ /g/ /h/ /k/ Pengambil pengembun pengisap pengoles pengubah penggunting pengharum pengubur penge- kata dasar yang dibetuk oleh satu suku kata Pengecat pengebom pe- /l/ /m/ /n/ /r/ /w/ pelambai pemuai penilai perusak pewarna Makna awalan pe(N)-: · Menyatakan yang melakukan perbuatan. Contoh: pembunuh, penyapu, pengebom, dll.
  • 24. · Menyatakan pekerjaan. Contoh: pedagang, penjual, peternak, petani, dll. · Menyatakan alat. Contoh: pemotong, penghapus, penggaris, dll. · Menyatakan memiliki sifat. Contoh: pemalas, pemarah, pemaaf, pemberi, dll. · Menyatakan penyebab. Contoh: pengeras, pencari, pendingin, pemanas, dll. Awalan per- Umumnya tidak dapat digunakan secara mandiri. Pemakaian awalan ini membutuhkan imbuhan lain, seperti –kan, dan –an. Contoh: · per-kan + timbang -> pertimbangkan · per-an + usaha -> perusahaan Secara umum, awalan per- bermakna kausatif (membuat jadi). Contoh: perbesar, perkecil Awalan se- Makna awalan se-: · Menyatakan satu Contoh: seekor, selembar, setangkai, dll. · Menyatakan seluruh Contoh: sekecamatan, sekabupaten, dll. · Menyatakan sama Contoh: sesama, setingkat, sedarah, dll. · Menyatakan setelah Contoh: sesudah, sepulang, sekembalinya, dll. Awalan ke- Makna awalan ke-: · Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah Contoh: kesebelasan
  • 25. · Menyatakan urutan Contoh: kedua Akhiran –kan dan –i Sama-sama berfungsi membentuk pokok kata. Contoh: bacakan, belikan, ajari, hindari Kata-kata tersebut dikatakan sebagai pokok kata, bukan kata mandiri karena masih memrlukan imbuhan lain untuk melengkapinya. Kata-kata berimbuhan – kan dan –i belum bisa digunakan sebagai kata yang mandiri. Kata-kata seperti contoh di atas tidak boleh dipakai dalam kalimat normal. Kita tak mungkin menggunakan kalimat: · Saya bacakan buku Bahasa Indonesia. (?) · Dia ajari saya membacakan puisi. (?) Hanya dengan kalimat perintah yang bisa digunakan. Contoh: · Coba kamu bacakan buku ini! · Tolong ajari dia membaca puisi! Dengan tambahan awalan me(N)- ; di- ; ter- pokok kata itu dapat membentuk sebuah kata. Makna akhiran –kan: · Menyatakan perbuatan untuk orang lain. Contoh: membacakan, membawakan, dll. · Membuat jadi. Contoh: memanjangkan, mematahkan, dll. · Tidak sengaja. Contoh: termanfaatkan, dll. · Pengantar objek sebagai kata depan. Contoh: dibuatkan minuman, memasakkan makanan, dll. Makna akhiran –i:
  • 26. · Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang. Contoh: memukuli, mencomoti, dll. · Memberi, membumbui. Contoh: menandatangani, membumbui, dll. · Menghilangkan. Contoh: menguliti, membului, dll. Akhiran –an Makna akhiran –an: · Menyatakan tempat. Contoh: pangkalan, kubangan, dll. · Menyatakan alat. Contoh: ayunan, perosotan, timbangan, dll. · Menyatakan hal atau cara. Contoh: didikan, pimpinan, dll. · Menyatakan akibat, hasil perbuatan. Contoh: pembunuhan, hukuman, balasan, dll. · Menyatakan sesuatu yang di. Contoh: tulisan, catatan, suruhan, dll. · Menyatakan kumpulan, seluruh. Contoh: daratan, perairan, kepulauan, sayuran, dll. · Menyatakan menyerupai. Contoh: mobil-mobilan, rumah-rumahan, dll. · Menyatakan tiap-tiap. Contoh: harian, mingguan, bulanan, tahunan, dll. · Menyatakan memunyai sifat. Contoh: asinan, kuningan, dll. Akhiran –man, –wan, dan –wati Merupakan contoh imbuhan serapan dari bahasa asing, ketiganya berasal dari Bahasa Sansekerta. Berfungsi membentuk kata benda. Makna ketiga imbuhan ini: · Menyatakan orang yang ahli.
  • 27. Contoh: ilmuwan, negarawan, dll. · Menyatakan orang yang memiliki pekerjaan. Contoh: usahawati, karyawan, wartawan, dll. · Menyatakan orang yang memiliki sifat. Contoh: budiman, rupawan, darmawan, dll. Akhiran –i, –wi, –is, dan –iyah Keempat bentuk ahiran ini hasil serapan. Akhiran –i berasal dari Bahasa Inggris, sedangkan –iyah, –is, dan –wi berasal dari Bahasa Arab. Berfungsi membentuk kata sifat. Makna yang dikandungnya pun menyatakan memiliki sifat. Contoh: alami, manusiawi, alamiah, anarkis, agamis, insani, humoris, dll. Akhiran –isme, dan –isasi Merupakan imbuhan serapan. Mulanya pemakaian imbuhan ini sangat terbatas pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan wasterisasi. Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari Bahasa Inggris atau Belanda. Kata-kata Indonesia asli pun banyak memakai imbuhan ini, seperti bapakisme, Indonesialisasi. Makna akhiran –isme, dan –isasi: · Bermakna paham atau ajaran. Contoh: komunisme, liberalisme, animisme, dll. · Bermakna proses atau menjadikan sesuatu. Contoh: labelisasi, globalisasi, swastanisasi, dll. Konfiks me(N)-kan Memiliki beberapa variasi, yakni: me-kan, men-kan, meng-kan, mem-kan, meny- kan, dan menge-kan. Variasi-variasi di atas ditentukan dengan fonem kata awal yang mengikutinya. Makna konfiks me(N)-kan: · Melakukan pekerjaan untuk orang lain. Contoh: Adik memesankan ibu baju baru.
  • 28. · Menyebabkan atau membuat jadi. Contoh: Ledakan itu sanggup memecahkan kaca jendela. · Melakukan perbuatan. Contoh: Petugas menyemprotkan air pada bangunan itu. · Mengarahkan. Contoh: Pemilik toko itu meminggirkan barang dagangannya ke tempat aman. · Memasukkan. Contoh: Polisi memenjarakan maling itu. Konfiks ber-an Makna konfiks ber-an: · Jumlah pelakunya banyak. Contoh: bersamaan, berdatangan, berjatuhan, dll. · Perbuatan yang diulang-ulang. Contoh: bergulingan, berlompatan, dll. · Hubungan antara dua pihak. Contoh: berpelukan, berpasangan, bergandengan, bersalaman, dll. · Timbal balik (respirok). Contoh: bersahutan, berbalasan, bersalaman, dll. Konfiks pe-an Makna konfiks pe-an: · Menyatakan hal yang berhubungan dengan. Contoh: penanaman, pendidikan, dll. · Menyatakan proses atau perbuatan. Contoh: pemberontakan, pendaftaran, dll. · Menyatakan hasil. Contoh: pengakuan, penyamaran, dll. · Menyatakan alat. Contoh: perabaan, penciuman, dll. · Menyatakan tempat. Contoh: penampungan, pemandian, dll. Konfiks per-an
  • 29. Makna konfiks per-an: · Menyatakan tempat. Contoh: perhentian, percetakan, dll. · Menyatakan daerah. Contoh: perkebunan, pertanian, perkotaan, dll. · Menyatakan hasil perbuatan. Contoh: pernyataan, pertahanan, dll. · Menyatakan perihal. Contoh: perbukuan, peristilahan, dll. · Menyatakan berbagai-bagai, banyak. Contoh: peralatan, perlengkapan, persyaratan, dll. Konfiks ke-an Imbuhan ini memiliki dua fungsi, yaitu: membentuk kata benda (kebenaran, keikhlasan), dan membentuk kata kerja (kecurian, kehilangan). Makna konfiks ke-an: · Menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi. Contoh: keserakahan, kebenaran, kemarahan, kekerasan, dll. · Menyatakan tempat atau daerah.Contoh: kecamatan, kelurahan, dll. · Menyatakan menderita sesuatu hal atau kena. Contoh: kehujanan, kecolongan, kehilangan, dll. · Menyatakan suatu perbuatan yang tidak sengaja. Contoh: kelupaan, ketiduran, keguguran, dll. · Menyatakan terlalu. Contoh: kekecilan, kegemukan, kemahalan, dll. · Menyatakan menyerupai. Contoh: keibuan, kekuningan, kecoklatan, dll. Konfiks se-nya Umumnya berkombinasi dengan kata ulang. Berfungsi membentuk kata keterangan. Contoh: · se-nya + putih -> seputih-putihnya
  • 30. · se-nya + pendek -> sependek-pendeknya Konfiks se-nya umumnya menyatakan superlatif atau tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai. Contoh: · seputih-putihnya (seputih mungkin) · sependek-pendeknya (sependek mungkin) 4) Kata Majemuk Gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru Contoh : rumah baru, rumah sakit, rumah makan b. Jenis Kata Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru. 1) Kata Benda Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu : a) Kata benda konkrit Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya. b) Kata benda abstrak
  • 31. Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.  Ciri-ciri kata benda : o Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan –nya. o Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat. 2) Kata Kerja Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :  Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh: membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya.  Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.  Ciri-ciri kata kerja:  Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i.  Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.  Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya. 3) Kata Sifat Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :
  • 32.  Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.  Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan sebagainya.  Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.  Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.  Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya  Ciri-ciri kata sifat:  Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.  Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling, sangat, cukup.  Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi- tingginya, dan sebagainya. 4) Kata Ganti Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi : a) Kata ganti orang Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :  Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya  Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.  Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
  • 33.  Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian  Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau  Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka b) Kata ganti kepunyaan Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya. c) Kata ganti petunjuk Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya. d) Kata ganti penghubung Kata ganti penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu. Contoh : - Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya. - Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur. - Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali. e) Kata ganti tanya Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa. f) Kata ganti tak tentu Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing- masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya. 5) Kata Keterangan
  • 34. Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :  Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.  Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.  Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya.  Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.  Kata keterangan sebab ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya. 6) Kata Bilangan Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :  Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.  Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
  • 35.  Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.  Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.  Pemakaian Kata Bantu Bilangan Kata bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak dapat ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata bantu bilangan berikut ini. KB Bilangan Pasang an KB Bilangan Pasang an KB Bilangan Pasang an KB Bilangan Pasang an Sebatang pohon, kayu Secawan Mangko k Sekeping logam Serumpu n bambu Sebilah pisau, keris Seekor kuda, kambing Sekerat tebu Sesayat daging as Seberkas cahaya Segagang sirih Sekalinda n benang Sesisir pisang Sebentuk Cincin Segengga m pasir Sekodi jarit, sarung Sesuap nasi Sebuah mangga, jeruk Segumpal darah Semata wayang Jarum Setangka i bunga, daun,
  • 36. dahan Sebidang Tanah Segulung benang Seorang anak, manusia Seteguk air Sebongka h Emas Segayung air Sepasang kekasih, penganti n Setanda n pisang Sebonggo l bawang Segantang beras Sepatah Kata Setukal benang Sebutir Telur Sehelai rambut, benang Sepotong bambu Seulas limau Sebulir Padi Seikat sayur Sepucuk surat, senjata Seuntai kalung Secangkir kopi, susu, the Sejengkal tanah Serawan gelang Seutas tali Secarik Kertas Sekaki paung Serajut Jala as as Secocok Sate Sekapur sirih Seruas Tebu as as
  • 37. 7) Kata Sambung Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain. Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :  Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta  Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.  Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.  Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya  Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya  Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.  Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya  Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun  Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya  Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya  Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa  Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya  Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya 8) Kata Depan
  • 38. Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :  Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata- kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.  Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.  Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan dengan cepat.  Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran. 9) Kata Sandang Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta alam. 10) Kata Seru Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
  • 39. - Hai, datanglah kemari! - Pergilah ke sekolah!/ 11) Kata Tanya Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam- macam kata tanya :  Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ?  Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama adikmu ?  Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?  Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?  Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?  Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar pamanmu ?  Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin ? 12) Kata Tugas Adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok: o preposisi (kata depan) (contoh: dari), o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena), o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the), o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan o partikel.
  • 40. 3. Kelompok Kata a. Klausa Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan sering kali mengikutsertakan objek, pelengkap, dan keterangan. Posisi objek, pelengkap, ataupun keterangan disini bersifat manasuka. Contoh: Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru melakukan proses menuju negara berkembang. Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu: Saat negara-negara lain menjadi (S-P); negara berkembang (O-Pel); negara kita baru melakukan (S-P); proses menuju negara berkembang (P-O). Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu : klausa induk dan klausa subordinatif (anak kalimat). Contoh: Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi. Keterangan: Dia menulis surat (klausa induk) ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)
  • 41. Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat. Bergabungnya kedua klausa ini menandakan masuknya konjungsi atau kata sambung “ketika”. Sedangkan untuk konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri atas 4 bagian, yaitu :  Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi) Contoh: Kami membaca dan dia menulis surat. Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah. Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik. Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.  Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga) Contoh: Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara kelas tapi juga memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.  Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan) Contoh: Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990. Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas rumah Sani sangat banyak. Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter. Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang pembalap profesional. Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami menjadi juara. Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.
  • 42.  konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula) Contoh: Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami uang.:: Saykvn;owvnwobv[owbv[owubv[owub[vowbv['owbv[owbvwb'WW'VWNFO WNWF Dia tidak bisa berbicara (klausa) tidak bisa berbicara (frasa) karena (konjungsi) lidahnya pendek. (klausa) Klausa “Dia tidak bisa berbicara” dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan klausa “lidahnya pendek” menempati klausa anak. Untuk konjungsi “karena” berperan sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang telah menghubungkan 2 klausa atau lebih.  Jenis-jenis klausa  Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa. Contoh : Mereka sudah menyiapkan seekor sapi untuk hari Raya Idhul Adha.  Klausa berdasarkan struktur. Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:  Klausa berdasarkan struktur intern. Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsure inti klausa yaitu “S” dan “P”. meski begitu dalam penggabungan klausa “S” sering kali dapat
  • 43. dihilangkan dalam kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari “S” dan “P” disebut klausa lengkap sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat tidak lengkap. Contoh: May mempercepat laju sepedanya karena May tidak ingin terlambat. Subjek “May” dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya penggabungan klausa “May tidak masuk sekolah” dan “May tidak ingin terlambat”. Klausa juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kalusa lengkap dan klausa tidak lengkap. Untuk klausa lengkap secara struktur internnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama yaitu klausa lengkap susun biasa yang Subjeknya terletak di depan Predikat, sedangkan golongan kedua yaitu klausa lengkap susun balik (klausa inversi) yang Subjeknya tepat diletakkan dibelakang Predikat.  Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatikal mengaktifkan Predikat. Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif. Klausa positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang secara otomatis mampu menegatifkan unsur “P” (predikat), sedangkan untuk klausa negatif merupakan klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatikal memang menegatifkan unsur “P” (predikat) (kata-kata negatif: tiada, tak, bukan, belum, dan jangan). Klausa Positif Contoh: Dia sudah menjadi primadona dikampusnya. Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.
  • 44. Klausa negatif Contoh: Mereka bukan siswa disekolah ini lagi. Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya). Rima tidak memiliki orangtua lagi. Saya mohon jangan bawa dia pergi.  Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat. Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur “P”(predikat) pada klausa ialah “Nomina”, “Verba”, “Bilangan”, dan “Frasa Depan”. Berdasarkan penggolangan klausa unsur “P” dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:  Klausa Nominal Contoh: Kami mahasiswa yang digunakan mobil itu  Klausa Verbal Contoh: Pamanku membelah kayu. Anak-anak itu membuat prakarya. Untuk klausa golongan Verbal fungsi “P” dapat secara gramatikal dinegatifkan dengan kata “tidak”. Contoh: Pamanku tidak membelah kayu.
  • 45. anak-anak itu tidak membuat prakarya. Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi 6 bentuk klausa, yaitu: 1) Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa kata sifat. Contoh: Orang yang pemarah.; Harga saham turun. 2) Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk kedalam kelompok kata kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa SMA berkompetisi di olimpiade matematika.; Presiden sedang berpidato di depan calon PNS. 3) Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang menikmati liburan sekolahnya di Bali. 4) Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa oleh security Mall. 5) Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya menyatakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata kerja). Contoh: Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu mencoba memutus urat nadinya. 6) Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk dalam kata kerja yang menyatakan kesalingan. Bentuk- bentuknya sendiri adalah (saling) meN-, (saling) ber-an dengan proses pengulangan maupun tidak. Contoh: Kami saling berkirim-kiriman surat.; Mereka saling menuduh.  Klausa Bilangan Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor, tiga batang, beberapa butir, dll. Contoh: Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga. Kami hanya dua bersaudara. Kami membeli satu kodi pakaian wanita.
  • 46.  Klausa Depan Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya frasa atau klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda. Contoh: Rok itu untuk kaum hawa. Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam. b. Frasa Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki satu makna gramatikal. Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu : 1) Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya. 2) Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat. 3) Mengandung satu kesatuan makna gramatikal. 4) Bersifat Non-predikatif.  Jenis atau Kelas Frasa  Frasa Nomina Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu : - Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal :rumah mungil, hari senin, buku dua buah, bulan pertama, dll. - Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal :hak dan kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll. - Frasa Nomina Apositif Contoh frasa nominal apositif : a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
  • 47. b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama. c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak  Frasa Verbal Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu : - Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang. - Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan. - Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.  Frasa Ajektifa Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti :agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu : - Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal :cantik sekali, indah nian, hebat benar, dll. - Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal :tegap kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, dll. - Frasa Adjektifa Apositif, misal : a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
  • 48. b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara. Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.  Frasa Adverbial Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal :sangat baik kata baik merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.  Frasa Pronominal Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu : - Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua. - Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia. - Apositif, misal :Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.  Frasa Numeralia Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri atas : - Modifikatif, contoh :  Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.  Kami membeli setengah lusin buku tulis. - Koordinatif, contoh :
  • 49.  Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan.  Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.  Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contoh : - Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. - Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari jawaban predikat.  Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh :  Saya tinggal di sana atau di sini sama saja.  Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.  Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh :  Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan.  Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.  Fungsi Unsur Pembentuknya Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :  Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu : - Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD. contoh :Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
  • 50. - Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh :Farah si penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M). - Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara). contoh :ayah ibu, warta berita, dll. - Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas. contoh :dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.  Berdasarkan Unsur-Unsurnya Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu : 1) Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ayah. 2) Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta. c. Aneksi Aneksi dalam bahasa Indonesia disebut “susunan serangkai”. Aneksi adalah dua kata atau lebih yang menjadi satu dengan rapat atau erat tetapi tidak menimbulkan satu pengertian baru. Perbedaan terrsebut dapat dilihat dari ciri-ciri aneksi sebagai berikut: o Aneksi terdiri dari dua kata yang hubungannya sanagt erat dan tidak dapat disisipi. Namun cirri aneksi bahwa tidak dapat disisipi tidak bersifat mutlak. o Hubungan unsur dalam aneksi tidak menimbulkan pengertian baru. o Pengafikan pada aneksi tidak kena pada seluruh kata.
  • 51. o Hubungan kedua unsure dalam aneksi rapat sehingga tidak dapat dipertukarkan tempatnya.  Penulisan Aneksi  Penulisan aneksi senantiasa ditulis terpisah  Penulisan aneksi tidak ditulis serangkai seperti pada bentuk kata majemuk tertentu.  Kata-kata yang ada tidak boleh dibalik atau dipisahkan oleh kata-kata lain  Pengafikan tidak kena pada seluruh kata, melainkan pada salah satu unsuur saja.  Perulangan aneksi hanya terjadi pda salah satu kata.  Jenis-jenis aneksi (kata gabung) 1) Aneksi kopulatif adalah aneksi yang terjadi dari kata-kata yang sederajat atau setara, misalnya: kakek nenek, ibu bapak, adik kakak, siang malam, dan tua muda. 2) Aneksi kualitatif adalah aneksi yang kata pertama merupakan sifat yang dimiliki oleh kata kedua. Misal: sangat baik, ketajaman pikiran, lebih semangat. 3) Aneksi pronominal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata ganti, misalnya: saudaraku, kampung kita, keluarga kami, buku mereka, dan rumah kami, . 4) Aneksi original adalah aneksi yang kata kedua menyatakan asal tempat kata pertama, misalnya: lagu Korea, masyarakat Australia, orang Indonesia, wanita Jepang, dan ukiran Jepara. 5) Aneksi partitif adalah aneksi yang kata kesatu merupakan bagian kata kedua, misalnya: awal pertemuan, sisa makanan, pertengahan acara, akhir tahun, dan pertengahan bulan. 6) Aneksi posesif adalah aneksi yang pertama menjadi milik kata kedua, misalnya: buku saya, bola adik, baju ibu, paman Edo, dan rumah nenek. 7) Aneksi substantive adalah aneksi yang kedua unsurnya berupa kata benda, misalnya: gambar anjing, boneka panda, makanan anjing, korek api, dan makanan ayam.
  • 52. 8) Aneksi subjektif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan pelaku perbuatan kata pertama atau menjadi sebab yang menghasilkan sesuatu, misalnya: artikel Amir, lukisan Shinta, karangan Ja'far, panas mentari, dan suara ayam. 9) Aneksi verbal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata kerja, misalnya: lari pagi, bermain bola, memutar haluan, berlaku bodoh, dan sedang tidur. 10) Aneksi ablative adalah aneksi yang kata kedua merupakan asal kejadian kata yang pertama, misalnya: sepatu kulit, kursi besi, patung emas, meja kayu, dan tegel semen. 11) Aneksi adjektiva adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata keadaan atau kata sifat, misalnya: makanan sehat, orang sakit, baju kotor, mobil mewah, dan rumah indah. 12) Aneksi adverbial adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata keterangan, misalnya: sangat baik, sangat murah, indah sekali, baik sekali, dan terlalu mahal. 13) Aneksi atributif adalah aneksi yang kata kedua diberi sifat oleh kata pertama, misalnya: keindahan alam, kedisiplinan pemain, keberanian pahlawan, kekuasaan pemerintah, dan keramahan penduduk. 14) Aneksi final adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tujuan atau maksud kata pertama, misalnya: jam bicara, baju tidur, uang belanja, sendok makan, dan sepatu olahraga. 15) Aneksi instrumental adalah aneksi yang kata kedua menyatakan alat untuk melakukan perbuatan pada kata pertama, misalnya: lemparan sepatu, tembakan senapan, permainan bola, tamparan tangan, dan pukulan cemeti. 16) Aneksi kata ganti persona adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata ganti persona, misalnya: sekeras dia, kebodohan kami, sekuat kamu, kepandaian mereka, dan sehebat saya. 17) Aneksi kata ganti penunjuk adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata ganti penunjuk, misalnya: dalam hal ini, seperti ini, semacam ini, hal ini, dan seperti itu. 18) Aneksi keahlian adalah aneksi yang kata kedua merupakan lapangan keahlian/kepandaian kata pertama, misalnya: juru memasak, juru bahasa, juru kunci, ahli hukum, dan tukang las.
  • 53. 19) Aneksi komparatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan persamaan atau perbandingan, misalnya: sebening air, bulat telur, semanis madu, seluas samudra, dan setajam pisau. 20) Aneksi lokatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tempat kata pertama, misalnya: limbah pabrik, masyarakat kota, pegawai kantor, udara pegunungan, dan penjaga gudang. 21) Aneksi numeralia adalah aneksi yang terjadi karena kata bilangan digabungkan dengan kata penunjuk jenis, misalnya: lima biji, lima batang, selembar kertas, empat buah, dan tiga orang. 22) Aneksi objektif adalah aneksi yang kata kedua menjadi objek perbuatan kata yang pertama, misalnya: penggusuran rumah, pemugaran mesjid, pemilihan ketua, pengambilan keputusan, dan peluncuran satelit 4. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat a. Bentuk Kalimat 1) Berdasarkan Keluasan Kalimat Dasarnya
  • 54. a) Kalimat Dasar Kalimat dasar adalah kalimat yang menjadi dasar untuk membangun kalimat luas, baik kalimat luas tunggal maupun kalimat luas majemuk. b) Kalimat Inti Kalimat inti adalah kalimat yang hanya didukung oleh unsure inti kalimat, yaitu subyek dan predikat. Contoh: Bayi / menangis. c) Kalimat Luas Kalimat luas adalah hasil perluasan kalimat dasar. Contoh: KD: Adik pulang (S + P) KL: Nanti adik pulang (K + S + P). b. Jenis Kalimat 1) Berdasarkan Pengucapan a) Kalimat Langsung Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah b) Kalimat Tak Langsung Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita 2) Berdasarkan Jumlah Frasa ( Struktur Gramatikal)
  • 55. a) Kalimat Tunggal Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana b) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi 3) Berdasarkan Isi atau Fungsinya a) Kalimat Perintah Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. b) Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan. c) Kalimat Tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan. d) Kalimat Seruan Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya
  • 56. ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. 4) Berdasarkan Unsur Kalimat a) Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu buah predikat b) Kalimat Tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman 5) Berdasarkan Susunan S-P a) Kalimat Inversi Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna b) Kalimat Versi Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). 6) Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya a) Kalimat yang Melepas Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
  • 57. (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya b) Kalimat yang Klimaks Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat c) Kalimat yang Berimbang Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri 7) Berdasarkan Subjeknya a) Kalimat Aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. b) Kalimat pasif Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh 8) Berdasarkan Banayaknya Kata Verba a) Kalimat Simpleks Adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga disebut dengan kalimat tunggal, karena hanya mengandung satu struktur : S - P -
  • 58. O - Ket - Pel. Namun unsur - unsur tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada dalam kalimat simpleks. Contoh kalimat Simpleks dengan variasi strukturnya : > Kakek membaca koran di ruang tamu. S P O Ket. Tempat >Kakak menyapu rumah. S P O >Sampah itu dibuang Adik. O P S b) Kalimat Kompleks Adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh konjungsi. macam - macam kalimat kompleks sebagai berikut : - Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain dan, tetapi, atau. - Contoh kalimat kompleks parataktik : Yang pertama disebut makhluk hidup dan kedua disebut makhluk mati. - Kalimat kompleks hipotaktik adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungtif dan tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, ketika. - Contoh kalimat kompleks hipotaktik : Tanaman kacang itu akan tumbuh subur apabila petaninya rajin menyiramnya.
  • 59. c. Sifat Kalimat 1) Fiksi Fiksi adalah jenis tulisan yang hanya berdasarkan imajinasi. Dia hanya rekaan sipenulisnya. Jadi, jenis-jenis karya seni berikut ini merupakan karya Fiksi : Cerita pendek (cerpen), novel, cerita sinetron, telenovela, drama, film drama, film komedi, film horor, film laga. 2) Non Fiksi Nonfiksi adalah tulisan-tulisan yang isinya bukanlah fiktif, bukan hasil imajinasi/rekaan si penulisnya. Dengan kata lain, nonfiksi adalah karya seni yang bersifat ofktual. Hal-hal yang terkandung di dalamnya adalah nyata., benar-benar ada dalam kehidupan kita. Jadi, jenis-jenis karya seni berikut ini merupakan karya nonfiksi : Aetikel, opini, resensi buku, karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan-tilisan yang berisi pengalaman pribadi si penulis, berita di koran/majalah/tabloid, film dokumenter, dll d. Pola Kalimat 1) S-P Aris tidur. 2) S-P-O Alya makan nasi. 3) S-P-Pel Cincinnya bertahtakan berlian. 4) S-P-K Karis pergi ke Taman Safari. 5) S-P-O-Pel Ihsan menamai kucingnya Ligo. 6) K-S-P-O-Pel Setiap pagi Bu Diah membuatkan anak-anaknya roti panggang. 7) S-P-O-K Erisa minum susu putih setiap pagi.
  • 60. 8) S-P-O-Pel-K Semua anggota keluarga sedih ketika kakek meninggal. e. Unsur Kalimat 1) Subyek Subjek sebagai unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu kalimat. Ciri-ciri subjek: a) Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa. b) Berupa kata benda atau frase bendaan. c) Disertai kata itu, ini, dan tersebut. d) Didahului kata bahwa. e) Tidak didahului preposisi. Contoh : a. Rangga adalah seorang aktor dan penyanyi. b. Super Junior adalah boyband favoritku. c. Buku itu dibeli oleh Kyla. 2) Predikat Predikat sebagai unsur kata kerja. Ciri-ciri predikat : a) Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana. b) Predikat disertai kata adalah atau merupakan. c) Predikat dapat diingkari. d) Predikat dapat disertai kata keterangan aspek. e) Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas. f) Predikat dapat didahului kata yang. Predikat dapat berupa: - Kata benda/frase nominal - Kata kerja/frase verbal
  • 61. - Kata sifat/frase adjektival - Kata bilangan/frase numeral - Kata depan/frase preposisional Contoh : a. Aris menyanyi dengan merdu. b. Aris memasak nasi goreng. c. Aris membaca majalah. 3) Objek Objek sebagai unsur yang dikenai kerja oleh subjek. Ciri-ciri objek: a. Langsung di belakang predikat. b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif. c. Didahului kata bahwa. d. Ada empat macam objek, Objek Penderita Kata benda atau yang dibendakan yang berupa kata atau kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek. Mengikuti predikat pada kalimat aktif transitif ( S+P+apa/siapa)  Makna objek penderita: o Penderita Contoh: Ali mencoret-coret tembok. o Penerima Contoh: Lisa memakai baju Karin. o Tempat Contoh: Lady Gaga datang ke Indonesia. o Alat Contoh: Alan melempar bola ke Guntur. o Hasil Contoh: Lian mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. o Objek penyerta: objek yang menyertai subjek dalam melakukanatau mengalami sesuatu. Objek Penyerta
  • 62. o Hanya ada dalam kalimat verbal o Selalu ada bersama objek yang lain. Jadi tak pernah sebuah kalimat/klausa hanya memiliki objek penyerta saja. Inilah sebabnya objek penyerta sering disebut pula objek dua (O 2) o Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna/strutur kalimatnya tidak kacau o Tak pernah berupa klausa o Selalu berupa person (orang, binatang, instansi, dsb.) Pokoknya yang bisa memiliki kepentingan o Hubungan dengan predikat agak renggang dan secara eksplisit dihubungkan oleh kata bagi, pada, dengan dsb  Makna objek penyerta 1. Penderita Contoh: Lisa memberikan Lina komputer baru. 2. Hasil Contoh: Agus membelikan orangtuanya rumah. Objek Pelaku o ( S+P+O1/O2 untuk, bagi, kepada apa/siapa) o Hanya ada dalam kalimat verbal o Selalu mengikuti predikat kalimat pasif (jadi hanya ada dalam bentuk pasif) o Bisa didahului kata depan ”oleh” o Bila bisa diaktifkan (perdikatnya berawalan ”di-” ), objek pelaku akan menjadi subjek kalimat aktifnya o Bisa dipindahkan posisinya (tak harus dibelakang predikatnya) o Tak pernah berupa klausa (Jadi tak ada klausa anak/anak kalimat yang menduduki jabatan objek pelaku) Contoh: Buku dibeli oleh ibu untuk kami Objek Pelengkap ( Berperangkai atau Berkata Depan)
  • 63.  Hanya ada dalam kalimat verbal  Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intransitive  Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat  Walaupun kalimatnya tergolong aktif, tyak bisa dipasifkan  Biasanya didahului kata depan ”akan”, ”tantang”, ”atas”, ”terhadap”, ”mengenai”  Bila berpa klausa, dapat didahului kata hubung ”bahwa” Objek Semu - Selalu ada dalam kalimat verbal - Selalu mengikuti predikat kalimat yang bderjenis kata kerja aktif gtransitif - Mirip objek penderita tetapi kalimat tak bisa dipasifkan - Dengan predikatnya relatif merupakan pasangan tetap (mirip idiom) - Tak bisa dipindahkan tempatnya tanpa merusak struktur/makna kalimatnya 4) Keterangan Ciri-ciri keterangan : a) Hubungannya dengan predikat renggang. b) Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat. c) Terdiri dari beberapa jenis : o Keterangan Tempat • Agnes Monica akan konser di Amerika. o Keterangan Alat • Aci memasak sayur dengan panci. o Keterangan Waktu • Ayah akan pulang kerja pukul 3 sore. o Keterangan Tujuan • Kita harus rajin berolahraga agar sehat. o Keterangan Cara
  • 64. • Mereka memerhatikan pelajaran dengan seksama. o Keterangan Penyerta • Ibu pergi bersama ayah. o Keterangan Similatif • Rahmat Darmawan memberikan arahan kepada pemainsebagai pelatih. o Keterangan Sebab • Rianto sangat sukses sekarang karena giat bekerja. 5) Pelengkap Pelengkap yakni unsur yang melengkapi kalimat. Ciri-ciri pelengkap : a) Terletak di belakang predikat. Hampir sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Misalnya: o Diah mengirimi saya buku baru o Mereka membelikan ayahnya motor baru b) Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa. Contoh: - Pemuda itu bersenjatakan parang. (Parang sebagai pelengkap) - Budi membaca buku. (Buku sebagai objek karena dapat menjadi subjek) 5. Alinea a. Bentuk Alinea 1) Paragraf Narasi Penceritaan suatu kejadian secara runtut sesuai urutan waktu 2) Paragraf Deskripsi
  • 65. Paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci 3) Paragraf Persuasi Jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan bukti dan fakta (benar-benar terjadi) 4) Paragraf Eksposisi Karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca 5) Paragraf Argumentasi Sebuah paragraf yang menjelaskan pendapat dengan berbagai keterangan dan alasan b. Jenis Alinea 1) Deduktif Inti paragraf berada di awal paragraph 2) Induktif Inti kalimat berada di kalimat terakhir 3) Campuran Inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir 4) Ineratif Inti paragraf di tengah-tengah paragraph 5) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu: a) Paragraf Pembuka
  • 66. Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan.Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk: o Menghantar pokok pembicaraan o Menarik minat pembaca o Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan. Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu: o Kutipan, peribahasa, anekdot o Pentingnya pokok pembicaraan o Pendapat atau pernyataan seseorang o Uraian tentang pengalaman pribadi o Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan o Sebuah pertanyaan. b) Paragraf Pengembang Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:  Mengemukakan inti persoalan  Memberikan ilustrasi  Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya  Meringkas paragraf sebelumnya  Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
  • 67. c) Paragraf Penutup Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut : - Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang - Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian - Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya c. Sifat Alinea 1) Persuasif, jika isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. 2) Argumentatif, jika isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti- bukti atau alasan yang mendukung. 3) Naratif, jika isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita. 4) Deskriptif, jika isi paragraf melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa. 5) Ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan sesuatu fakta atau kejadian tertentu.
  • 68. d. Pola Alinea 1) Bersifat Deduktif Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemuidian diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemuydian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini disebut bersifat deduktif. 2) Besifat Induktif Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat ini. Alinea ini dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. Jadi, anak-anak tangga itu tersusun untuk mencapai klimaks. 3) Bersifat Deduktif dan Induktif Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi, pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya. Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir aline agagasan pokoknya dinyatakan. 4) Generalisasi Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum 5) Analogi Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan. 6) Sebab-akibat
  • 69. Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang bersifat umum 7) Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus. 8) Paragraf Campuran, Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi 9) Paragraf Naratif Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh bagian paragraf. 10) Paragraf Ineratif Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah- tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf) 11) Klimaks-Antiklimaks Klimaks adalah perincian gagasan dari gagasan yang paling bawah atau rendah menuju gagasan yang paling tinggi kedudukan atau kepentingannya. Kebalikannya adalah antiklimaks. 12) Sudut Pandang Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu.
  • 70. 13) Perbandingan dan Pertentangan Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda atau lebih, sedangkan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang ada pada dua benda atau lebih. 14) Analogi Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. 15) Contoh Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat. 16) Pola Klausalitas Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut biasanya juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya. 17) Klasifikasi Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompok- kan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadijelas. 18) DefinisiLuas Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan. e. Unsur Alinea
  • 71. 1) Ide Pokok Ide pokok adalah hal yang dibahas dalam suatu paragraf atau pikiran yang menjiwai seluruh isi paragraf. 2) Kalimat Utama Kalimat utama ialah tempat dimana dituangkannya ide pokok suatu paragraf. Berdasarkan letaknya, kalimat utama terletak di awal paragraf (deduktif), akhir paragraf (induktif), atau di awal dan akhir paragraf (deduktif-induktif). 3) Kalimat Penjelas Kalimat Penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat utama. Kalimat ini harus memiliki kesatuan yang padu, yakni semua kalimat tersebut membentuk sebuah paragraf menyatakan suatu ide pokok tertentu f. Kohesi dan Koherensi 1) Kohesi (Keterpaduan Bentuk) Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu. Contoh: Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan
  • 72. beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton. Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini. Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton. 2) Koherensi ( Kepaduan Makna) Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan. Contoh: Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.
  • 73. Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal. 6. Wacana a. Bentuk Wacana 1) Wacana Naratif Adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah, uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang 2) Wacana prosedural Adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan dapat berhasil dengan baik. 3) Wacana Ekspositori Adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif. Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel di media masa. 4) Wacana Hortatori Adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif, tujuannya adalah untuk mencari pengikut agar bersedia melakukan, atau menyetujui pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut 5) Wacana dramatic
  • 74. Adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film 6) Wacana epistoleri Adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada umumnya memilik bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan. 7) Wacana Seremonial Adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara), karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak dipergunakan dalam sembarang waktu. b. Jenis Wacana 1) Wacana Narasi Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita, karenanya karangan bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisannya. 2) Wacana Deskripsi Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks pembicaraan ini wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang mengaitkan kesan atau impresi seseorang melalui uraian atau lukisan tertentu. 3) Wacana Eksposisi
  • 75. Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi) dan penyuluhannya tersebut tanpa disertai desakan atau paksaan kepada pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai sesuatu yang besar. 4) Wacana Argumentasi Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan alasan dan pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut argumentasi digunakan untuk meyakinkan kebenaran, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan. 5) Wacana Persuasi Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, budaya ajuk, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya. c. Sifat Wacana 1) Wacana Fiksi Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan, tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah 2) Wacana Nonfiksi Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah- kaiadah penulisan yang baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay, artikel dan laporan penelitian.
  • 76. d. Pola Wacana 1) Pola Umum- Khusus (General-Partikular) Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan pola pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti kalimat-kalimat yang bersifat khusus 2) Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen) Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut 3) Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element) Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan subjek atau pelaku, serta diikuti dengan unsur-unsur yang mendukung wacana tersebut 4) Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included) Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek 5) Pola Besar-Kecil (Large-Small) Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar cakupannya /bidangnya /ukurannya 6) Pola Luas-Dalam (Outside-Inside) Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang ditekankan bukan pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian melainkan lebih pada aspek keluasan topic 7) Pola yang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed) Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang dimiliki
  • 77. 8) Pola Sekuensi TemporalPola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu atau kronologis 9) Pola Sekuensi Spasial Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang. Wacana dibuat berdasarkan urutan ruang/tempat 10) Pola Ekuivalensi-Kontras Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan 11) Pola Sebab-Akibat Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang menjadi akibat dari pikiran utama e. Unsur Wacana 1) Unsur Internal Terdiri dari :  Kata dan Kalimat  Teks dan Konteks 2) Unsur Eksternal Terdiri dari :  Implikatur  Preuposisi  Referensi dan Inferensi  Konteks
  • 78. MAKALAH BAHASA INDONESIA Nama : Dewi Puspitasari Kelas : X – 2 No Absen : 11 Materi : Kesusastraan dan Periodeisasi
  • 79. KESUSASTRAAN DAN PERIODEISASI Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.  PEMBAGIAN SASTRA MENURUT USMAN EFFENDY 1. Kesusasteraan Lama ( ……. – 1920 ) 2. Kesusasteraan Baru ( 1920 – 1945 ) 3. Kesusasteraan Modern ( 1945 - …….. )
  • 80. 1. Bentuk Kesusatraan a) Prosa Bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi. b) Puisi Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. c) Prosa Liris Bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa. d) Drama Yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan. 2. Jenis Kesusastraan a. Dilihat dari isinya 1) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang. 2) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif. 3) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
  • 81. 4) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan. b. Dilihat dari sejarahnya Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi : 1) Kesusastraan zaman purba, 2) Kesusastraan zaman Hindu Budha, 3) Kesusastraan zaman Islam, dan 4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu. b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :  Hikayat Abdullah  Syair Singapura Dimakan Api  Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah  Syair Abdul Muluk, dll. c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman :  Balai Pustaka / Angkatan 20  Pujangga Baru / Angkatan 30  Jepang  Angkatan 45  Angkatan 66  Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang. a) Jenis-Jenis Sastra Lama