RUMUSAN MASALAH sebagai berikut :
- Bagaimana konsep tentang bahasa ?
- Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
- Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?
- Bagaimana bentuk ragam bahasa Indonesia ?
RUMUSAN MASALAH sebagai berikut :
- Bagaimana konsep tentang bahasa ?
- Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
- Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia ?
- Bagaimana bentuk ragam bahasa Indonesia ?
Pandangan kesantunan dalam kajian pragmatik diuraikan oleh beberapa ahli. Diantaranya adalah Leech, Robin Lakoff, Bowl dan Levinson. Prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendah hatian (modesty maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan menghindari ujaran yang tidak sopan
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Pandangan kesantunan dalam kajian pragmatik diuraikan oleh beberapa ahli. Diantaranya adalah Leech, Robin Lakoff, Bowl dan Levinson. Prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendah hatian (modesty maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan menghindari ujaran yang tidak sopan
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. DEFENISI MORFOLOGI
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang
berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara
harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam
kajian linguistik, morfologi berarti cabang ilmu bahasa yang
seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak
dari perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata.
Menurut Ramlan pengertian morfologi adalah bagian dari
ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta
perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata
terhadap arti dan golongan kata.
3. PROSES MORFOLOGI
Proses morfologi ialah proses pembentukan kata – kata
dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
Dalam Bahasa terdapat tiga proses morfologi, ialah
proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses
pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan
(pemajemukan).
1. Proses Pembubuhan Afiks (afiksasi)
2. Komposisi atau Pemajemukan dalam
Bahasa
3. Pengulangan (Reduplikasi)
4. 1. Proses Pembubuhan Afiks
(afiksasi)
Afiksasi merupakan nama lain dari
morfem terikat. Morfem terikat
merupakan kata yang tidak dapat berdiri
sendiri. Sedangkan kata yang dapat
berdiri sendiri disebut sebagai morfem
bebas. Morfem bebas merupakan kata
dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata
dasar dapat berupa kata benda, kata
sifat, kata kerja, dll. Penggabungan
morfem bebas dan morfem terikat akan
membentuk kata jadian.
5. 2. Komposisi atau
Pemajemukan dalam Bahasa
Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata
majemuk ialah gabungan kata dasar yang telah
bersenyawa atau yang sudah membentuk satu
kesatuan dan menimbulkan arti baru (Alisjahbana,
1953).
Contoh : Keras+kepala = keras kepala
Kamar+mandi = kamar mandi
Mata+pelajaran = mata pelajaran
Kumis+kucing = kumis kucing
Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata
majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari
seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.Pokok kata
(tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah
bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut
pemajemukan.
6. 3. Pengulangan
(Reduplikasi)
Pengulangan atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik,
baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak,
hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan
yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya, rumah – rumah
dari bentuk dasar rumah.
Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk dasar. Kata – kata
seperti sia – sia, mondar – mandir dll., dalam tinjauan deskriftif tidak
dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan
yang diulang. dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa
sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata – kata
tersebut. Secara historic atau komparatif, mungkin kata – kata itu
dapat dimasukan kedalam golongan kata ulang.
Cara menetukan bentuk kata ulang
◦ Pengulangan tidak merubah golongan kata nomina, verb, dan subjek.
◦ Bentuk dasar berupa satuan dalam kehidupan bahasa.
Macam-macam pengulangan
◦ Pengulangan seluruh
◦ Pengulangan sebagian
◦ Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
◦ Pengulangan dengan perubahan fonem kata ulang yang pengulangannya
termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit .
7. DEFENISI MORFEM
Morfologi mengenal unsur dasar atau satuan terkecil
dalam wilayah pengamatannya.morfem adalah satuan
gramatikal yang terkecil sebagai satuan
gramatikal,morfem mempunyai makna.
Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata,frase,
klausa,kalimat. Dalam praktek morfem dapat dikenal
dan ditemukan dengan jalan memperbandingkan
satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan
pertentangan.
Contoh :
Dalam bentuk fonologis dalam makna dibandingangkan
dengan kata:
◦ Di ambil - ambil
◦ Di bawa - bawa
◦ Di curi - curi
◦ Di dukung – dukung.
8. JENIS-JENIS MORFEM
Berdasarkan Kriteria tertentu, kita
dapat mengklasifikasikan morfem
menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini
dapat ditinjau dari dua segi yakni
hubungannya dan distribusinya
(Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri,
1985:139).1. Ditinjau dari Hubungannya
2. Ditinjau dari Distribusinya
9. 1. Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi
hubungannya, masih dapat kita lihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.
◦ Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat
aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian),
dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
◦ Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat
dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang
bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis
morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan
memakai morfem- morfem imbuhan dan morfem
lainnya.
10. 2. Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem
dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem ikat.
Morfem bebas ialah morfem yang
dapat berdiri dalam tuturan biasa ,
atau morfem yang dapat berfungsi
sebagai kata, misalnya : bunga, cinta,
sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu
morfem yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa, misalnya :
di-, ke-, -i, se-, ke-an.