1. A. CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu
yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari
fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu
fonem harus diperlukan pasangan minimal. Bunyi bahasa yang disebut fon dibentuk
dengan cara diartikulasikan. Berdasarkan sifatnya, artikulator terbagi dua, yakni:
1. Artikulator aktif
2. Artikulator pasif.
Artikulator aktif biasanya berpindah-pindah posisi untuk menentukan titik
artikulasi guna menghasilkan bunyi bahasa. Menurut Lapoliwa (1981:18), hubungan
posisional antara artikulator aktif dan artikulator pasif disebut striktur(strictrure). Oleh
karena vokal tidak mempunyai artikulasi, strukturnya ditentukan oleh celah antara lidah
dan langit-langit. Sesuai dengan strukturnya, di bawah ini dikemukakan cara–cara
membentuk fonem, baik vocal maupun konsonan.
B. PEMBENTUKAN VOKAL
Vokal (Vokoid) yaitu bunyi ucapan yang terbentuk oleh udara yang keluar dari
paru-paru dan ketika melalui tenggorokan mendapat hambatan. Kualitas vokal
umumnya ditentukan oleh tiga hal, yakni:
a) Bulat-hamparnya bentuk bibir.
b) Atas-bawah lidah.
c) Maju–mundurnya lidah.
Pemerian klasifikasi vokal diperkenalkan oleh Daniel Jones (1958:18) dengan
istilah sistem vokal kardinal. Vokal kardinal adalah bunyi vokal yang mempunyai
kualitas tertentu, yang telah dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka
gambar bunyi. Rangka gambar bunyi ini dapat dipakai sebagai acuan perbandingan
dalam deskripsi vokal seluruh bahasa dunia. Vokal cardinal dilambangkan dengan [i,
e, ε, a, α, ə, o, dan u] dalam International Phonetics Association (Marsono, 1989:
26). Adapun vokal dalam bahasa Indonesia berjumlah enam buah yakni: [a], [i], [u],
[ε], [o], dan [ə]. Pembentukan vokal ini didasarkan pada posisi bibir, tinggi rendahnya
lidah, dan maju mundurnya lidah.
2. 1. Pembentukan vokal berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan diatas:
a. Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke rahang atas:[i]
dan [u]
b. Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bahwa menjauh sedikit dari
rahang atas: [e] dan [o]
c. Vokal rendah atau tengah yang di bentuk apabila rahang bawah diundurkan lagi sejauh-
jauhnya: [a].
Kedudukan lidah dalam mengucapkan vokal ini dapat terlihat setelah
menggunakan pemotretan sinar X, sehingga dapat diketahui titik tertinggi letak
ketinggian lidah yang melengkung.
2. Pembentukan vokal berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak atau maju mundurnya lidah,
vokal dapat dibedakan atas:
1. Vokal depan, yakni vokal yang dihasikan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian
depan,seperti: [i, e, ε, a].
2. Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian tengah, misalnya:
[ə].
3. Vokal belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian
belakang atau pangkal lidah, seperti: [u] dan [o].
3. Pembentukan Vokal Berdasarkan Posisi Bibir
Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vokal diucapkan, vokal dibedakan atas:
a. Vokal bulat, yakni vokal diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bentuk bibir bulat bisa
terbuka atau tertutup. Jika terbuka, vokal itu diucapkan dengan posisi bibir terbuka
bulat (open- rounded). Misalnya, vokal [u, o].
b. Vokal tak bulat, yakni vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau
terbentang lebar. Misalnya, [a, i, e, ə].
3. Struktur
Struktur adalah keadaan hubungan posisional (aktif) dengan pasif atau titik
artikulasi. Karena vokal tidak mengenal artikulasi, struktur untuk vokal ditentukan oleh
jarak antara lidah dengan langit-langit. Dilihat dari strikturnya, vocal dibedakan atas empat
jenis, yakni vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal terbuka, dan vokal semi-terbuka.
a. Vokal tertutup, yakni vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin
mendekati langit-langit dalam batas vokal. Jika digambarkan, vokal tertutup ini
terletak pada garis yang menghubungkan antara [i] dan [u]. Karena itu, menurut
strukturnya vokal [i] dan [u] merupakan vokal tertutup.
b. Vokal semi-tertutup, yakni vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga diatas vokal yang paling
rendah, terletak pada garis yang menghubungkan antara vokal [e] dengan [o].
Karena itu, vokal [e] dan [o] termasuk vokal semi-tertutup.
c. Vokal semi-terbuka, yakni vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam
ketinggian sepertiga di atas vokal [ε] dengan [o]. Dengan demikian, vocal [ε] dan
[o] termasuk vokal semi-terbuka.
d. Vokal terbuka, yakni vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah
mungkin kira-kira pada garis yang menghubungkan antara vokal [a] dengan [A].
Karena itu, kedua vokal itu termasuk vokal terbuka. Berdasarkan posisi lidah,
tinggi-rendahnya lidah, maju mundurnya lidah dan strukturnya, vokal dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini.
Vokal
Depan Tengah Belakang Struktur
Tak bulat Tak bulat Bulat Netral
Tinggi I u Tertutup
semi-tertutup
Madya e ə O Semi-
tertutup
Rendah A α Terbuka
4. Membedakan dan Melafalkan Fonem Bahasa Indonesia
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi- vokal.
Perbedaan antara vokal dan konsonan didasarkan pada ada atau tidaknya hambatan (proses
artikulasi) pada alat bicara. Lebih jelasnya sebagai berikut :
Vokal Konsonan
Bunyi yang tidak disertai
hambatan pada alat bicara.
Hambatan hanya terdapat
pada pita suara.
Tidak terdapat artikulasi
Semua vocal dihasilkan dengan
bergetarnya pita suara.
Dengan demikian,
semua vokal adalah bunyi
suara.
Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat bicara.
Terdapat artikulasi.
Konsonan bersuara
adalah konsonan yang
dihasilkan dengan bergetarnya
pita suara. Konsonan tidak bersuara adalah
konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita
suara.
Diftong
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ciri diftong ialah waktu diucapkan posisi lidah
yang satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya
lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya (jarak lidah dengan langit-langit).
Berdasarkan itu pula maka diftong kemudian diklasifikasikan. Klasifikasi diftong dengan
contoh dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris diuraikan di bawah ini.
a. Diftong Naik (Rising Diphtongs)
Diftong naik (rising diphtongs) ialah jika vokal yang kedua diucapkan
dengän posisi lidah Iebih tinggi daripada yang pertama. Karena lidah semakin
menaik, dengan demikian stnikturnya semakin tertutup, sehingga diftong mi juga
dapat disebut diftong menutup (closing diphtongs). Berikut akan diuraikan diftong
naik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Menurut Soebardi (1973:8-9),
bahasa indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik, yaitu:
1. Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya pada kata pakai, lalai, pandai, nilai,
tupai, sampai.
2. Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya pada kata amboi, sepoi-sepoi.
5. 3. Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya pada kata saudara, saudagar,
lampau, surau, pulau, kacau.
Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak ada.
Diftong naik pada BBM ini diambil contohnya dari bahasa Inggris. Di dalam bahasa Inggris
terdapat dua jenis diftong turun, yakni:
1) Diftong turun membuka-memusat [iə], misalnya dalam kata ear.
2) Diftong turun membuka-memusat [uə], misalnya dalam kata poor
C. PEMBENTUKAN KONSONAN
Dalam Kegiatan Belajar ini dibahas berbagai jenis pembentukan konsonan.
Menurut Marsono (1989:60), perbedaan klasifikasi vokal dengan konsonan terletak
pada fisiologisnya karena antara konsonan yang konsonan yang satu dengan yang
lainnya lebih mudah dibedakan daripada vokal-vokal. Konsonan dibedakan menurut:
1. Cara hambat (cara artikulasi) atau tempat hambatan (tempat artikulasi),
2. Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan antara
artikulator aktif dan pasif (struktur) dan bergetarnya pita suara.
1. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi dan Tempat Artikulasi
a. Konsonan hambat (stop)
Konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali udara pada
daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan ialah [p], [t], [c], [k], [b], [d], [j],
[g], dan [?]. Konsonan hambat yang disudahi dengan letupan disebut konsonan
eksplosif, misalnya [p] pada kata lapar, pukul,dan lipat. Konsonan hambat yang
tidak diakhiri oleh letupan disebut konsonan implosif, misalnya [p] pada kata
kelap, gelap, dan tetap.
b. Konsonan geser atau frikatif
Konsonan yang dihasilkan dengan cara menggesekkan udara yang keluar dari
paru-paru. Konsonan yang dihasilkan ialah [f], [v], [x], [h], [s], [Š], z, dan x.
c. Konsonan likuida atau lateral
Konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga
udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang
dihasilkan ialah [l].
d. Konsonan getar atau trill
Konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan lidah ke
alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara bergetar. Bunyi yang
6. terjadi disebut konsonan getar apikal [r]. Jika uvula yang menjauh dan mendekat
ke belakang lidah terjadi dengan cepat dan berulang-ulang, akan terjadi
konsonan getar uvular [R].
e. Semi-vokal
Bunyi konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan
murni. Misalnya, semivokal [w] dan [y]. Bunyi bilabial [w] dibentuk dengan
tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.
2. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Strikturnya
Berdasarkan strukturnya, yakni hubungan antara artikulator dan titik
artikulasi, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas konsonan
bilabial, labiodental, apikodental, apiko-alveolar, [alatal, velar, glottal, dan
konsonan laringal.
a. Konsonan bilabial
Konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-
sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah
[p], [b], [m], dan [w].
b. Konsonan labiodental
Konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi
dan bibir bawah sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah [f] dan [v].
c. Konsonan apiko-dentall
Konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai
artikulator dan daerah antar gigi (alveolum) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang
dihasilkan ialah [s], [z], [r], [l].
d. Konsonan palatal atau lamino-palatal
Konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai artikulator dan
langit-langit keras (palatum) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan [c], [j],
[Š], [ñ], dan [y].
e. Konsonan velar atau dorso-velar
Konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator dan
langit-langit lembut (velum) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah [k],
[g], [x], dan [h].
f. Konsonan glottal atau hamzah
7. Konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga
menutup glotis. Udara sama sekali dihalangi.
g. Konsonan laringal
Konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara yang
keluar digesekkan melalui glotis. Bunyi yang dihasilkan ialah h.
3. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Bergetarnya Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara atau bergetar tidaknya pita suara, konsonan
dapat dibedakan atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. Konsonan
bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran turut
menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah [m], [b], [v], [n], [d], [r],
[ñ], [j], [h], [g], dan [R].
a. Konsonan tak bersuara,
Konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran tidak
menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah [p], [t], [c], [k],
[?], [b], [d], [j], [g], [f], [s], [Š],[x], [h], [r], [1], [w], dan [y] .
b. Konsonan nasal,
Konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga hidung. Konsonan
yang dihasilkan ialah [m], [n], [ñ], dan [h]
c. Konsonan Hambat Letup Bilabial
Konsonan letup hambat bilabial terjadi bila penghambat articulator aktifnya
adalah bibir bawah dan artikulkator pasifnya adalah bibir atas, contohnya
[p, b].Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Bibir bawah
menekan rapat pada bibir atas, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-
paru terhambat untuk beberapa saat. Bibir bawah yang menekan rapat pada
bibir atas itu kemudian secara tibatiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara
keluar dari rongga mulut.
d. Konsonan Hambat Letup Apiko-Dental
Konsonan hambat letup apiko-dental terjadi bila penghambat articulator
aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gigi atas. Bunyi
yang dihasilkan adalah [t, d], seperti dalam kata tiba. Langit-langit lunak
beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah menekan rapat pada gigi atas
bagian dalam, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat
untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat pada gigi atas itu
8. kemudian secara tiba-tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari
rongga mulut.
e. Konsonan Hambat Letup Apiko-Alveolar
Konsonan hambat letup apiko-alveolar terjadi bila penghambat articulator
aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi. Bunyi yang
dihasilkan adalah [t, d] dalam bahasa Inggris town dan down. Langit-langit
lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah menekan rapat pada
gusi, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk
beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat pada gusi itu kemudian
secara tiba-tiba dilepaskan. Terjadilah letupan udara keluar dari rongga
mulut.
f. Konsonan Hambat Letup Apiko-Palatal [ț, d]
Konsonan hambat letup apiko-palatal terjadi bila penghambat articulator
aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit
keras. Bunyi yang dihasilkan adalah [ț,, d] dalam bahasa Jawa thukulLangit-
langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan. Ujung lidah menekan rapat
pada langit-langit keras, sehingga udara yang dihembuskan dari paruparu
terhambat untuk beberapa saat. Ujung lidah yang menekan rapat pada
langit-langit keras itu kemudian secara tiba-tiba dilepaskan. Terjadilah
letupan udara keluar dari rongga mulut.
g. Konsonan Hambat Letup Medio-Palatal [c, j]
Konsonan hambat letup medio-palatal terjadi bila penghambat articulator
aktifnya adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit
keras. Bunyi yang dihasilkan adalah [c, j]. Tengah lidah menekan rapat pada
langit-langit lunak. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan
sehingga udara tidak bisa keluar melalui rongga hidung. Karena 1) dan 2)
maka udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat. Secara tiba-tiba
tengah lidah yang menekan rapat kemudian dilepaskan, terjadilah letupan
sehingga udara keluar dari mulut.
h. Konsonan Hambat Letup Dorso-Velar [k, g
Konsonan hambat letup dorso-velar terjadi bila artikulator aktifnya adalah
pangkal lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan adalah [k, g]. Pangkal lidah menekan rapat pada langit-
langit lunak. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan, sehingga
9. udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat.
Secara tiba-tiba pangkal lidah yang menekan rapat kemudian dilepaskan,
terjadilah letupan sehingga udara keluar dari mulut.
i. Konsonan Nasal Bilabial [m]
Konsonan nasal bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah
bibir bawah dan artikulator pasifnya adalah bibir atas. Bunyi yang
dihasilkan adalah [m]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya
diturunkan. Bibir bawah menekan rapat pada bibir atas. Karena 1) dan 2)
maka jalannya udara dari paru-paru melalui rongga mulut terhambat dan
keluar melalui rongga hidung. Pita suara ikut bergetar.
j. Konsonan Nasal Apiko-Aveolar [n]
Konsonan nasal apiko-alveolar terjadi bila penghambat artikulator aktifnya
adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi. Bunyi yang
dihasilkan adalah [n]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan.
Bersama dengan itu ujung lidah ditekankan pada gusi. Karena 1) maka
jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga
hidung.Pita suara ikut bergetar.
k. Konsonan Nasal Medio-Palatal [ñ]
Konsonan nasal medio-palatal terjadi bila penghambat artikulator aktifnya
adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit keras.
Bunyi yang dihasilkan adalah [ñ].
l. Konsonan Nasal Dorso-Velar [ŋ]
Konsonan nasal dorso-velar terjadi bila artikulator aktifnya adalah pangkal
lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit lunak. Bunyi yang
dihasilkan adalah [ŋ]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya
diturunkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dinaikkan rapat pada langit-
langit lunak. Karena 1) maka jalannya udara melalui rongga mulut
terhambat dan keluar melalui rongga hidung. Pita suara ikut bergetar.
m. Konsonan Lateral [ll
Konsonan lateral dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga
mulut, sehingga udara keluar melalui kedua sisis atau satu sisi saja. Struktur
konsonan ini adalah renggang lebar. Langit-langit lunak beserta anak
tekaknya dinaikkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dinaikkan rapat
pada langit-langit lunak. Ujung lidah (dan kedua sisa daun lidah yang tidak
10. terlihat dalam gambar) menyentuh rapat pada gusi, sehingga arus udara
melalui tengah mulut terhalang. Karena udara melalui tengah mulut
terhalang maka udara yang dihembuskan dari paru-paru keluar melalui
kedua (salah satu) sisi lidah yang tidakbersentuhan dengan langit-langit.
Pita suara ikut bergetar.
n. Konsonan Geseran Labio-Dental [f, v]
Konsonan nasal labio-dental terjadi bila artikulator aktifnya adalah bibir
bawah dan artikulator pasifnya adalah gigi tas. Bunyi yang dihasilkan
adalah [f, v]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan, udara
tidak keluar melalui rongga hidung dan terpaksa keluar lewat mulut. Bibir
bawah ditekankan pada gigi depan atas, dengan demikian penyempitan
jalan arus udara terjadi. Karena jalannya arus udara disempitkan maka
udara keluar secara bergeser melalui sela-sela bibir dengan gigi dan melalui
lubang-lubang di antar gigi.
o. Konsonan Geseran Lamino-Alveolar [s, z]
Konsonan geseran lamino-alveolar terjadi bila artikulator aktifnya adalah
daun lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi. Bunyi yang dihasilkan
adalah [s, z]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga
udara tidak keluar melalui rongga hidung tetapi terpaksa keluar melalui
rongga mulut. Daun lidah dan ujung lidah ditekankan pada gusi, sehingga
ruangan jalannya udara antara daun lidah dengan gusi itu sempit sekali
zyang menyebabkan keluarnya udara dengan bergeser.Gigi atas dan gigi
bawah dirapatkan. Mulut tidak terbuka lebar.
p. Konsonan Geseran Dorso-Velar [×]
Konsonan geseran dorso-velar terjadi bila artikulator aktifnya adalah
pangkal lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan adalah [×]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya
dinaikkan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung tetapi terpaksa
keluar melalui rongga mulut. Pangkal lidah ditekankan pada langit-langit
lunak sehingga ruangan jalannya udara antara pangkal lidah dengan langit-
langit lunak menjadi sempit. Karena ruangan jalannya udara sempit maka
udara keluar dengan bergeser. Pita suara tidak ikut bergetar.
11. q. Konsonan Getar Apiko-Alveolar [r]
Konsonan getar apiko-alveolar terjadi bila artikulator aktif yang
menyebabkan proses menggetar itu adalah ujung lidah dan artikulator
pasifnya adalah gusi. Bunyi yang dihasilkan adalah [r]. Langit-langit lunak
beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga udara tidak keluar melalui rongga
hidung tetapi terpaksa keluar melalui rongga mulut. Lidah membentuk
lengkungan dengan ujung lidah merapat kemudian merenggang (melepas)
secara berkali-kali pada gusi belakang sehingga menyebabkan jalannya
udara bergetar.
r. Semi-Vokal Bilabial [w]
Konsonan semi-vokal bilabial terjadi bila artikulator aktifnya adalah bibir
bawah dan artikulator pasifnya adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan
adalah [w]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga
udara tidak keluar melalui rongga mulut. Bibir bawah dibentangkan
didekatkan pada bibir atas tetapi tidak sampai rapat. Pangkal lidah
dinaikkan mendekati langit-langit lunak, ketinggiannya sama dengan posisi
pengucapan vokal [u]. Karena 2) dan 3) maka udara yang keluar dari paru-
paru sedikit terhambat. Posisi kedua bibir hampir sama dengan
pembentukan vokal [u]. Perbedaannya, dalam mengucapkan [u], posisi
bibir bulat. Dalam [w] ini posisi kedua bibir itu agak terbentang. Pita suara
ikut bergetar.
s. Konsonan Semi-Vokal Medio-Palatal [y]
Konsonan semi-vokal medio-palata terjadi bila artikulator aktifnya adalah
tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit keras. Bunyi yang
dihasilkan adalah [y]. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan
sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung tetapi keluar melalui
rongga mulut. Tengah lidah menaik mendekati langit-langit keras, tetapi
tidak sampai rapat. Ketinggian lidah ini, jika dibandingkan dengan [i], [y]
sedikit lebih tinggi. Karena maka udara yang keluar dari paru-paru sedikit
terhambat. Pita suara ikut bergetar.
t. Konsonan Hambat Laringal [h]
Udara dihembuskan ke luar ketika glottis digeserkan, posisi glotis
membuka tapi lebih sempit. Pita suara tidak turut bergetar.
12. u. Konsonan Hambat-Glotal [?]
Pita suara dirapatkan, anak tekak dikeataskan akibatnya udara dari paru-
paru tertahan sejenak. Pita suara yang rapat dibuka sehingga udara ke dalam
mulut