Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik mikrolinguistik dan makrolinguistik. Fonologi dibagi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari pembentukan bunyi bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi sebagai pembeda arti. Fonetik sendiri dibagi lagi menjadi fonetik artikulatoris, akustis, dan auditoris.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik, terutama mikrolinguistik. Secara garis besar membahas tentang pembagian bidang fonologi menjadi fonetik dan fonemik, serta klasifikasi bunyi bahasa meliputi vokal, konsonan, dan bunyi lain seperti semi vokal, diftong, kluster, serta bunyi suprasegmen.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai klasifikasi bunyi bahasa Arab, meliputi vokal, konsonan, dan semivokal beserta penjelasan tentang tempat artikulasi, deskripsi bunyi, cara artikulasi, dan transkripsi huruf Arab. Dokumen ini sangat berguna untuk memahami sistem fonetik dan fonologi bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik mikrolinguistik dan makrolinguistik. Fonologi dibagi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari pembentukan bunyi bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi sebagai pembeda arti. Fonetik sendiri dibagi lagi menjadi fonetik artikulatoris, akustis, dan auditoris.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik, terutama mikrolinguistik. Secara garis besar membahas tentang pembagian bidang fonologi menjadi fonetik dan fonemik, serta klasifikasi bunyi bahasa meliputi vokal, konsonan, dan bunyi lain seperti semi vokal, diftong, kluster, serta bunyi suprasegmen.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai klasifikasi bunyi bahasa Arab, meliputi vokal, konsonan, dan semivokal beserta penjelasan tentang tempat artikulasi, deskripsi bunyi, cara artikulasi, dan transkripsi huruf Arab. Dokumen ini sangat berguna untuk memahami sistem fonetik dan fonologi bahasa Arab.
Fonologi adalah ilmu linguistik yang menyelidiki bunyi-bahasa menurut fungsinya dalam bahasa. Fonologi terdiri dari fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditori yang mempelajari alat ucap, akustik, dan persepsi bunyi bahasa. Sistem fonologi terdiri dari fonem dan struktur hubungan antar fonem dalam kata dan kalimat.
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fonetik, fonologi, dan fonem-fonem dalam bahasa Melayu. Secara ringkas, fonetik adalah kajian bunyi bahasa, fonologi adalah kajian pola bunyi bahasa, dan fonem adalah unit bunyi terkecil yang membedakan makna dalam bahasa tersebut.
[1] Fonemik adalah sistem bunyi dasar bahasa dan prosedur menentukan bunyi dasar. Fonemik membahas fungsi bunyi dalam membedakan makna.
[2] Ada dua jenis bunyi dasar: suprasegmental (tekanan) dan segmental (vokal dan konsonan). Perubahan bunyi dapat terjadi karena asimilasi (penyamaan) dan desimilasi (pembedaan) bunyi.
Dokumen ini membahas tentang pembelajaran bahasa Sunda dan seni, dengan dosen pengampu Ibu Lina Novita. Dokumen ini membahas tentang fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik dalam bahasa Sunda.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh bunyi bahasa dan klasifikasi bunyi bahasa. Pengaruh bunyi bahasa dapat muncul akibat proses asimilasi dan distribusi, seperti aspirasi dan pelepasan. Bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya hambatan pada artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.
Dokumen tersebut membahas tentang fonetik dan fonologi. Fonetik adalah kajian tentang bunyi bahasa secara fizikal, sedangkan fonologi adalah kajian tentang sistem bunyi bahasa. Fonetik dibagi menjadi tiga bidang yaitu fonetik artikulatori yang meneliti cara produksi bunyi, fonetik akustik yang meneliti sifat fisik bunyi, dan fonetik auditori yang meneliti proses persepsi bunyi. Fonologi berkaitan dengan
Dokumen ini membahas tentang fonetik dan fonologi dalam tiga kalimat. Pertama, ia mendefinisikan fonetik sebagai kajian bunyi bahasa dari segi cara pengucapannya, daerah pengucapan, dan sifat fisikalnya. Kedua, fonologi dibahagi menjadi dua bagian yaitu fonetik dan fonemik. Ketiga, dokumen ini juga membahas tentang jenis-jenis bunyi konsonan dan vokal serta artikul
Makalah ini membahas tentang kajian fonologi dalam bahasa Indonesia, termasuk definisi fonologi, kajian fonetik dan fonemik, pembentukan vokal, konsonan, dan gejala fonologi. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami konsep-konsep dasar dalam kajian fonologi bahasa Indonesia."
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaDewi Puspitasari
1. Materi kebahasaan membahas tentang huruf dan bunyi bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang jenis-jenis huruf berdasarkan bentuk dan bunyinya serta penjelasan tentang vokal dan konsonan.
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan guru dalam berbagai aspek, termasuk asas kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, teori kepemimpinan, dan cabaran kepemimpinan sekolah. Dokumen tersebut menyarankan bahwa guru harus bijak memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
Fonologi adalah ilmu linguistik yang menyelidiki bunyi-bahasa menurut fungsinya dalam bahasa. Fonologi terdiri dari fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditori yang mempelajari alat ucap, akustik, dan persepsi bunyi bahasa. Sistem fonologi terdiri dari fonem dan struktur hubungan antar fonem dalam kata dan kalimat.
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fonetik, fonologi, dan fonem-fonem dalam bahasa Melayu. Secara ringkas, fonetik adalah kajian bunyi bahasa, fonologi adalah kajian pola bunyi bahasa, dan fonem adalah unit bunyi terkecil yang membedakan makna dalam bahasa tersebut.
[1] Fonemik adalah sistem bunyi dasar bahasa dan prosedur menentukan bunyi dasar. Fonemik membahas fungsi bunyi dalam membedakan makna.
[2] Ada dua jenis bunyi dasar: suprasegmental (tekanan) dan segmental (vokal dan konsonan). Perubahan bunyi dapat terjadi karena asimilasi (penyamaan) dan desimilasi (pembedaan) bunyi.
Dokumen ini membahas tentang pembelajaran bahasa Sunda dan seni, dengan dosen pengampu Ibu Lina Novita. Dokumen ini membahas tentang fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik dalam bahasa Sunda.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh bunyi bahasa dan klasifikasi bunyi bahasa. Pengaruh bunyi bahasa dapat muncul akibat proses asimilasi dan distribusi, seperti aspirasi dan pelepasan. Bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya hambatan pada artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.
Dokumen tersebut membahas tentang fonetik dan fonologi. Fonetik adalah kajian tentang bunyi bahasa secara fizikal, sedangkan fonologi adalah kajian tentang sistem bunyi bahasa. Fonetik dibagi menjadi tiga bidang yaitu fonetik artikulatori yang meneliti cara produksi bunyi, fonetik akustik yang meneliti sifat fisik bunyi, dan fonetik auditori yang meneliti proses persepsi bunyi. Fonologi berkaitan dengan
Dokumen ini membahas tentang fonetik dan fonologi dalam tiga kalimat. Pertama, ia mendefinisikan fonetik sebagai kajian bunyi bahasa dari segi cara pengucapannya, daerah pengucapan, dan sifat fisikalnya. Kedua, fonologi dibahagi menjadi dua bagian yaitu fonetik dan fonemik. Ketiga, dokumen ini juga membahas tentang jenis-jenis bunyi konsonan dan vokal serta artikul
Makalah ini membahas tentang kajian fonologi dalam bahasa Indonesia, termasuk definisi fonologi, kajian fonetik dan fonemik, pembentukan vokal, konsonan, dan gejala fonologi. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami konsep-konsep dasar dalam kajian fonologi bahasa Indonesia."
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaDewi Puspitasari
1. Materi kebahasaan membahas tentang huruf dan bunyi bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang jenis-jenis huruf berdasarkan bentuk dan bunyinya serta penjelasan tentang vokal dan konsonan.
Dokumen tersebut membahas tentang kepemimpinan guru dalam berbagai aspek, termasuk asas kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, teori kepemimpinan, dan cabaran kepemimpinan sekolah. Dokumen tersebut menyarankan bahwa guru harus bijak memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
Dokumen tersebut membahas konsep profesi keguruan, termasuk pengertian profesi keguruan, syarat-syarat menjadi guru, pengembangan profesi keguruan, kode etik profesi guru, dan organisasi profesional keguruan.
Dokumen tersebut membahasakan tentang konsep kepemimpinan dan ciri-ciri pemimpin yang baik. Ia menjelaskan bahwa kepemimpinan melibatkan proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan mengekalkan perpaduan. Pemimpin perlu memiliki sifat-sifat seperti jujur, bersemangat, berwawasan, dan mampu memotivasi orang lain.
Makalah ini membahas tentang fonem dan grafem dalam 3 kalimat. Pertama, menjelaskan jenis-jenis fonem yaitu fonem segmental dan suprasegmental. Kedua, mendefinisikan fonem vokal dan konsonan beserta contohnya. Ketiga, menjelaskan pengertian grafem dan penulisan grafem dalam sistem ejaan bahasa.
Dalam kajian fonemik bunyi bahasa diperhatikan statusnya sebagai pembeda makna. Sehingga, kajian fonemik ini masih terlibat dalam kajian morfologi.
Sebagai bentuk linguistik terkecil yang membedakan makna, wujud fonem tidak hanya berupa bunyi-bunyi segmental (baik vokal maupun konsonan), tetapi bisa juga berupa unsur-unsur suprasegmental (baik nada, tekanan, durasi, maupun jeda).
Berikut akan dibahas mengenai analisis dan perubahan fonem. Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa.
Dokumen tersebut membahas tentang cara mengetahui fonem dalam bahasa melalui pembuktian secara empiris dengan membandingkan bentuk linguistik yang mirip namun memiliki makna yang berbeda. Fonem dapat dibuktikan jika terdapat pasangan minimal yang hanya berbeda satu bunyi namun memiliki makna yang berbeda. Dokumen juga menjelaskan tentang distribusi komplementer dan variasi bebas sebagai cara mengetahui fonem.
Dokumen tersebut membahas tentang fonologi bahasa Indonesia. Ia menjelaskan tentang pengertian fonologi, ciri-ciri bunyi bahasa, bidang kajian fonologi seperti fonetik dan fonemik, klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan berbagai kriteria, serta jenis-jenis bunyi seperti vokal, konsonan, dan bunyi rangkap.
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang bunyi bahasa, vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan, fonem, grafem, suku kata, dan tata bahasa bunyi bahasa Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa subsistem bahasa seperti sistem fonologi, fonetik, dan alat ucapan yang mempengaruhi pembentukan bunyi bahasa.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa sistem bahasa yang menjadi objek kajian linguistik seperti sistem fonetik, fonologi, dan alat ucap manusia.
1. Pendahuluan
Teori fonem menurut jurnal yang dihasilkan oleh Paitoon M. Chaiyanara yang bertajuk „TEORI
FONEM‟ merupakan teori fonologi yang paling ulung mulai diperlihatkan dan kemunculannya
adalah semata-mata untuk mencari unsur bunyi realisasi abstrak yang berlaku dalam suatu
bahasa. Menurut beliau, fonem sebenarnya bukan suatu bunyi tetapi adalah bentuk bunyi andaian
yang dilihat oleh ahli fonologi.
Menurut jurnal Paitoon yang bertajuk „TEORI FONEM‟ , berikutan kajian dari Rusia, fonem
dilihat dalam bentuk imej yang boleh difahami melalui keadaan artikulasi dan keadaan akustik.
Menurut beliau lagi, sekitar 1870 M Henry Sweet juga telah melihat prinsip fonem untuk tujuan
transkripsi bunyi. Melalui Paitoon, Henry Sweet menyampaikan prinsip fonem melalui uraian
beliau pada transkripsi kasar dan transkripsi halus. Transkripsi kasar dimanfaatkan untuk
mencari sebab-sebab praktis sesuatu bahasa dan menentukan yang symbol bunyi berkenaan
dengan kaedah system kontras yang dapat membezakan makna paa suatu pasangan kata.
Manakala, Transkripsi halus dimanfaatkan untuk mentranskripsi tuturan-tuturan yang benar-
benar berlaku dalam keadaan-keadaan tertentu untuk digunakan sebagai data dalam kajian bunyi
secara ilmiah. Manakala di Perancis, fonem diperlihatkan dalam bentuk bunyi fitur distingtif
yang digolongkan dalam sistem pertentangan dan tidak dapat diklasifikasikan ke tahap bunyi
yang lebih kecil lagi. Selanjutnya, dalanm tahun 1935, Bloomfield menetapkan fonem sebagai
unsure yang dapat membezakan makna. Dan dalam tahun 1947, Pike telah memperlihatkan
fonem dalam bentuk bunyi terpenting yang dapat ditentukan dari hasil analisis bunyi dalam
sesuatu bahasa.
2. Kaedah Analisis Fonem
Menurut jurnal yang ditulis oleh Paitoon M. Chaiyanara, beberapa analisis fonem dapat
dirumuskan berdasarkan pendapat yang telah dikaji oleh pengkaji-pengkaji bahasa terdahulu
seperti kumpulan Jan Boudouin de Courtenay, Daniel Jones, Pike, Henry Sweet, Paul Passy
Edward Sapir dan Bloomfield. Antara rumus yang telah dihasilkan adalah ;
(i) Mempertimbangkan fonem dari bunyi yang berlaku dalam lingkungan saling
menyertai atau berlakunya penyebaran saling melengkapi. Dalam bahasa Persia
misalnya, bunyi [r], berlaku pada posisi suku kata awal pada kata bersuku satu seperti
dalam kata [riʃ ] „roti‟. Pada kata bersuku dua, bunyi tersebut berlaku setelah vokal
pada suku kata pertama dan akan diikuti oleh konsonan seperti dalam kata [farsi]
„Parsi‟. Cara ini terhasil melalui hembusan angin dicelah antara gigi atas dan bibir
atas. [ɾ ] pula berlaku pada posisi di antara dua vokal seperti dalam kata [beɾ id]
„pergi‟. Bunyi sebutan ini terhasil apabila lidah mencapai lelangit dan huruf „r‟
dibunyikan. [r] berlaku pada posisi akhir suku kata seperti dalam kata [ʃ ir]. Ketiga
bunyi tersebut dikenal sebagai alofon dari fonem yang sama iaitu /r/.
(ii) Mampertimbangkan fonem yang berlaku dalam lingkungan yang sama atau berlaku
dalam pasangan terkecil seperti dalam bahasa Melayu dalam pasangan kata [pagi]
„pagi‟ dan [bagi] „bagi‟. Pasangan ini juga menurut Paitoon merupakan pasangan
terkecil yang mempunyai pola yang sama iaitu KV-KV dan berbezanya bunyi
konsonan awal, yakni [p] dan [b] berlaku dalam lingkungan yang sama. Menurutnya
lagi, perbezaan kedua konsonan tersebut membuatkan pasangan kata itu berbeza
maknanya dan dianggap sebagai dua fonem yang berbeza iaitu fonem /p/ dan
fonem/b/.
(iii) Memperlihatkan fonem sebagai bunyi yang berlaku dalam lingkungan analogis atau
berlaku dalam pasangan analogis. Dalam Jurnal Paitoon M. Chaiyanara ini yang
bertajuk „Teori Fonem‟, bunyi konsonan [ʒ ] dalam bahasa inggeris dan [ʃ ]
mempunyai sifat bunyi yang sama, iaitu sama-sama bersuara dan dihasilkan di daerah
artikulasi yang hampir sama. Sebagai contoh perbandingan:
[viʒ n] “vision”
3. [miʃ n] “mission”
Pasangan kata di atas dapat dikatakan sebagai pasangan anologis yang berlaku pada
posisi yang sama, tetapi pada kedua kata tersebut masih mempunyai bunyi yang berbeza juga.
Sebutan awalan yang memberikan perbezaan tersebut [v] dan [m]. Misalnya /mine/ dan /vine/ ,
maka [v] dan [m] adalah dua fonem yang berbeza. Dengan itu, dapat dirumuskan bahawa bunyi
[ʒ ] dan [ʃ ] dapat berlaku dalam lingkungan yang sama dan boleh dianggap sebagai dua fonem
ysng berbeza iaitu fonem [ʒ ] dan fonem [ʃ ].
(iv) Fonem juga dikatakan sebagai variasi bebas yang bergeser dalam lingkungan yang
sama. Sebagai contoh kata /cinta/ yang dalam bahasa disebut sebagai [činta] atau
sebagai
] adalah dua bentuk variasi bebas yang berasal dari
fonem /č/ dalam bahasa Melayu.
Berdasarkan analisis bunyi cara (i) dan (iv) di atas dapat disimpulkan bahawa bunyi
bahasa dapat dianggap sebagai alofon dari satu fonem yang sama. Manakala cara (ii) dan (iii)
adalah sebagai sebuah fonem yang berbeza bentuk. Kaedah yang ditunjukkan di atas
bertujuan untuk menentukan fonem vokal dan konsonan dalam semua bahasa dunia.
Melalui hasil penulisan Jurnal Paitoon juga, penentuan bunyi prosodi atau unsur-unsur
lain yang hadir bersama konsonan dan vokal, iaitu nada bunyi, pemanjangan bunyi, tekanan
bunyi pada suku kata (stress) dan sebagainya pernah diistilahkan oleh Daniel Jones sebagai
toneme bagi nada bunyi dan chrome bagi pemanjangan bunyi. Beliau juga menerapkan
keempat kaedah di atas untuk melihat kedudukan bentuk prosodi di dalam bahasa. Kaedah
yang banyak digunakan ialah kaedah (ii) dan (iv), ini bertujuan untuk mambezakan nada dan
makna kata. Jika kaedah ini tidak digunakan, sebutan perkataan itu akan mendatangkan
kekeliruan dari segi makna kerana ianya hasil dari perkongsian perkataan tersebut. Misalnya,
kata [múka] dalam bahasa Rusia bermakna „penderitaan‟ apabila diberi tekanan pada suku
kata terakhir menjadi [muká], akan berubah maknanya menjadi „tepung‟.
Menurut beliau lagi, fonem tidak akan terjadi apabila ada perubahan prosodi yang tidak
melibatkan perubahan makna kata. Seperti contoh perkataan no, walaupun terdapat
perubahan dari segi intonasi bunyi menurun atau menaik tetapi tidak merubah makna ianya
4. tidak dikategorikan sebagai fonem. Oleh yang demikian, walaupun emat kaedah itu
diterapkan dalam anilisis bunyi vokal dan konsonan, ianya belum memadai untuk
menganalisis bunyi-bunyi prosodi yang ada di samping vokal dan konsonan. Melihat
keadaan ini, ahli analisis aliran Praha berusaha mencari dasar-dasar lanjutan untuk
mengatasi masalah uraian fenomena bunyi.
ALIRAN PRAHA DALAM ANALISIS TEORI FONEM
Menurut Paitoon lagi, aliran Praha menekankan fitur distingtif dan system pertentangan dalam
analisis bahasa. Mereka memperlihatkan semua fenomena yang ada dalam sistem bunyi suatu
bahasa. Mereka juga memantau sistem bunyi melalui beberapa komponen iaitu Sistem Oposisi,
Sistem Oposisi Bilateral dan Oposisi Multilateral, dan Sistem Oposisi Proposi dan Oposisi
Terpencil. Menurut Paitoon dalam jurnalnya ini menjelaskan bahawa cirri-ciri bunyi yang
dikatakan sebagai fitur distingtif mungkin merupakan ciri-ciri fonetik artikulasi atau mungkin
fonetik akustik. Artikulasi terdiri atas daerah penghasilan bunyi, tindakan langit-langit lembut,
dan kotak suara. Sekiranya pendekatan ini tidak dapat memaparkan penghasilan bunyi
pendekatan fonetik akustik akan digunakan untuk menyempurnakan pemaparan yang terkait.
Misalnya bunyi [p] dan [k]. [k] dihasilkan di daerah langit-langit lembut iaitu dihasilkan di
tepian bahagian belakang rongga mulut yang dapat menghasilkan tenaga bunyi pada bahagian
frekuensi rendah manakala [p] dihasilkan di daerah dua bibir iaitu dihasilkan di tepi bahagian
depan rongga mulut. Kedua bunyi ini memiliki ciri rendah. Dapat disimpulkan bahawa fitur
distingtif pasangan rendah-tirus dapat digunakan untuk menjelaskan bunyi vokal dan konsonan
sebagai berikut ,
Rendah Tirus
Daerah tepi bibir Daerah gigi atau gusi
Daerah langit-langit lembut Daerah langit-langit keras
Vokal belakang Vokal depan
5. Fitur tirus dihasilkan melalui daerah gusi dan hujung lidah dengan bunyi yang dihasilkan di
daerah langit-langit keras dan lidah bahagian depan. Misalnya [ɑ ] yang dihasilkan di daerah
tepi, iaitu bahagian belakang lidah direndahkan, maka bunyi tersebut dianggap memiliki ciri
distingtif rendah, sedangkan bunyi [a] tidak dihasilkan di daerah tepi, tetapi dihasilkan di
bahagian tengah lidah yang menggunakan lidah bahagian depan. Dengan itu, bunyi [a] memiliki
ciri distingtif tinggi. Dalam jurnal ini juga, Paiton mengulas, bahawa Jacobson dan Halle
memperluaskan ideanya dan menentukan fitur distingtif berdasarkan sistem pasangan (±) untuk
menyatakan sistem oposisi dalam sebuah bahasa. Contohnya,
/p/ /I/ /a/
+kons +kons -kons
-vok +vok +vok
(adanya penyekatan arus (adanya penyekatan arus (tidak adanya penyekatan arus
udara, pemaksaan arus udara udara, pemaksaan udara secara udara, pemaksaan udara secara
secara tidak luas atau tertutup luas di bahagian sisi lidah) luas)
rapat)
Menurut Paitoon M. Chaiyanara dalam jurnalnya yang bertajuk „TEORI FONEM‟ dapat lah
diperhatikan bahawa beliau menyimpulkan terdapat empat kaedah dalam menganalisis fonem
iaitu,
1. Memperhatikan fonem dari bunyi dalam lingkungan saling menyertai atau penyebarab
saling melengkapi.
2. Mempertimbangkan fonem yang berlaku dalam lingkungan yang sama atau dalam
pasangan terkecil
3. Memperlihatkan fonem yang berlaku dalam lingkungan analogis atau dalam pasangan
analogis.
4. Memperlihatkan fonem sebagai bunyi yang bergeser dalam lingkungan yang sama, tetapi
makna asal katanya masih dapat dipertahankan atau sebagai variasi bebas.
6. Namum , kaedah yang digunakan itu belum memadai dalam menganalisis bunyi prosodi
sebab itulah lagi, aliran Praha menambahkan analisis teori fonemnya dengan fitur distingtif
dan sistem pertentangan.
Bibliografi
TEORI FONEM, Paitoon M. Chaiyanara. Nanyang Institute of Education Singapore
7. SEKOLAH PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
SOSIAL
UNIVERSITI MALAYSIA SABAH
KOD KURSUS TL 10103
FONETIK DAN FONOLOGI
TAJUK :
Anda dikehendaki menyelidiki satu artikel daripada mana-mana jurnal tentang
fonetik dan fonologi@linguistik. Baca artikel tersebut dan bincangkan
tentang setiap aspek yang dimuatkan dalam artikel berkenaan.
Nama Pelajar
Ismartini Binti Bujang
CT11210224
Program : PROGRAM PENSISWAZAHAN GURU
Nama Pensyarah : PROF MADYA DR HAJI BAHAROM MOHAMAD
Tarikh Serahan :