Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh bunyi bahasa dan klasifikasi bunyi bahasa. Pengaruh bunyi bahasa dapat muncul akibat proses asimilasi dan distribusi, seperti aspirasi dan pelepasan. Bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya hambatan pada artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai klasifikasi bunyi bahasa Arab, meliputi vokal, konsonan, dan semivokal beserta penjelasan tentang tempat artikulasi, deskripsi bunyi, cara artikulasi, dan transkripsi huruf Arab. Dokumen ini sangat berguna untuk memahami sistem fonetik dan fonologi bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap, vokal, konsonan, dan gugus konsonan.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik, terutama mikrolinguistik. Secara garis besar membahas tentang pembagian bidang fonologi menjadi fonetik dan fonemik, serta klasifikasi bunyi bahasa meliputi vokal, konsonan, dan bunyi lain seperti semi vokal, diftong, kluster, serta bunyi suprasegmen.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik mikrolinguistik dan makrolinguistik. Fonologi dibagi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari pembentukan bunyi bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi sebagai pembeda arti. Fonetik sendiri dibagi lagi menjadi fonetik artikulatoris, akustis, dan auditoris.
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang bunyi bahasa, vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan, fonem, grafem, suku kata, dan tata bahasa bunyi bahasa Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh bunyi bahasa dan klasifikasi bunyi bahasa. Pengaruh bunyi bahasa dapat muncul akibat proses asimilasi dan distribusi, seperti aspirasi dan pelepasan. Bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya hambatan pada artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai klasifikasi bunyi bahasa Arab, meliputi vokal, konsonan, dan semivokal beserta penjelasan tentang tempat artikulasi, deskripsi bunyi, cara artikulasi, dan transkripsi huruf Arab. Dokumen ini sangat berguna untuk memahami sistem fonetik dan fonologi bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap, vokal, konsonan, dan gugus konsonan.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik, terutama mikrolinguistik. Secara garis besar membahas tentang pembagian bidang fonologi menjadi fonetik dan fonemik, serta klasifikasi bunyi bahasa meliputi vokal, konsonan, dan bunyi lain seperti semi vokal, diftong, kluster, serta bunyi suprasegmen.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik mikrolinguistik dan makrolinguistik. Fonologi dibagi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari pembentukan bunyi bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi sebagai pembeda arti. Fonetik sendiri dibagi lagi menjadi fonetik artikulatoris, akustis, dan auditoris.
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang bunyi bahasa, vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan, fonem, grafem, suku kata, dan tata bahasa bunyi bahasa Indonesia.
Dokumen ini membahas tentang fonetik dan fonologi dalam tiga kalimat. Pertama, ia mendefinisikan fonetik sebagai kajian bunyi bahasa dari segi cara pengucapannya, daerah pengucapan, dan sifat fisikalnya. Kedua, fonologi dibahagi menjadi dua bagian yaitu fonetik dan fonemik. Ketiga, dokumen ini juga membahas tentang jenis-jenis bunyi konsonan dan vokal serta artikul
FONEM SEGMENTAL DALAM BAHASA MELAYU: LETUPAN DAN LETUSANNURUL AZREEN
Teks tersebut memberikan pengenalan mengenai fonem segmental dalam bahasa Melayu. Ia menjelaskan bahawa terdapat 33 fonem dalam bahasa Melayu yang terdiri daripada 24 fonem asli dan 9 fonem pinjaman. Teks tersebut juga mengklasifikasikan fonem segmental kepada konsonan letupan, letusan, dan geseran serta memberikan contoh perkataan untuk setiap jenis fonem.
[1] Fonemik adalah sistem bunyi dasar bahasa dan prosedur menentukan bunyi dasar. Fonemik membahas fungsi bunyi dalam membedakan makna.
[2] Ada dua jenis bunyi dasar: suprasegmental (tekanan) dan segmental (vokal dan konsonan). Perubahan bunyi dapat terjadi karena asimilasi (penyamaan) dan desimilasi (pembedaan) bunyi.
Fonologi adalah ilmu linguistik yang menyelidiki bunyi-bahasa menurut fungsinya dalam bahasa. Fonologi terdiri dari fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditori yang mempelajari alat ucap, akustik, dan persepsi bunyi bahasa. Sistem fonologi terdiri dari fonem dan struktur hubungan antar fonem dalam kata dan kalimat.
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fonetik, fonologi, dan fonem-fonem dalam bahasa Melayu. Secara ringkas, fonetik adalah kajian bunyi bahasa, fonologi adalah kajian pola bunyi bahasa, dan fonem adalah unit bunyi terkecil yang membedakan makna dalam bahasa tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar linguistik umum. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah, mencakup ruang lingkup mikrolinguistik dan makrolinguistik, serta sistem-sistem analisis bahasa seperti fonetik, fonologi, dan pembagian bunyi menjadi vokal dan konsonan.
Dokumen ini membahas tentang fonetik dan fonologi dalam tiga kalimat. Pertama, ia mendefinisikan fonetik sebagai kajian bunyi bahasa dari segi cara pengucapannya, daerah pengucapan, dan sifat fisikalnya. Kedua, fonologi dibahagi menjadi dua bagian yaitu fonetik dan fonemik. Ketiga, dokumen ini juga membahas tentang jenis-jenis bunyi konsonan dan vokal serta artikul
FONEM SEGMENTAL DALAM BAHASA MELAYU: LETUPAN DAN LETUSANNURUL AZREEN
Teks tersebut memberikan pengenalan mengenai fonem segmental dalam bahasa Melayu. Ia menjelaskan bahawa terdapat 33 fonem dalam bahasa Melayu yang terdiri daripada 24 fonem asli dan 9 fonem pinjaman. Teks tersebut juga mengklasifikasikan fonem segmental kepada konsonan letupan, letusan, dan geseran serta memberikan contoh perkataan untuk setiap jenis fonem.
[1] Fonemik adalah sistem bunyi dasar bahasa dan prosedur menentukan bunyi dasar. Fonemik membahas fungsi bunyi dalam membedakan makna.
[2] Ada dua jenis bunyi dasar: suprasegmental (tekanan) dan segmental (vokal dan konsonan). Perubahan bunyi dapat terjadi karena asimilasi (penyamaan) dan desimilasi (pembedaan) bunyi.
Fonologi adalah ilmu linguistik yang menyelidiki bunyi-bahasa menurut fungsinya dalam bahasa. Fonologi terdiri dari fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditori yang mempelajari alat ucap, akustik, dan persepsi bunyi bahasa. Sistem fonologi terdiri dari fonem dan struktur hubungan antar fonem dalam kata dan kalimat.
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fonetik, fonologi, dan fonem-fonem dalam bahasa Melayu. Secara ringkas, fonetik adalah kajian bunyi bahasa, fonologi adalah kajian pola bunyi bahasa, dan fonem adalah unit bunyi terkecil yang membedakan makna dalam bahasa tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar linguistik umum. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah, mencakup ruang lingkup mikrolinguistik dan makrolinguistik, serta sistem-sistem analisis bahasa seperti fonetik, fonologi, dan pembagian bunyi menjadi vokal dan konsonan.
Makalah ini membahas tentang kajian fonologi dalam bahasa Indonesia, termasuk definisi fonologi, kajian fonetik dan fonemik, pembentukan vokal, konsonan, dan gejala fonologi. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami konsep-konsep dasar dalam kajian fonologi bahasa Indonesia."
Dokumen tersebut membahas tentang fonologi bahasa Indonesia. Ia menjelaskan tentang pengertian fonologi, ciri-ciri bunyi bahasa, bidang kajian fonologi seperti fonetik dan fonemik, klasifikasi bunyi bahasa berdasarkan berbagai kriteria, serta jenis-jenis bunyi seperti vokal, konsonan, dan bunyi rangkap.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa sistem bahasa yang menjadi objek kajian linguistik seperti sistem fonetik, fonologi, dan alat ucap manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa subsistem bahasa seperti sistem fonologi, fonetik, dan alat ucapan yang mempengaruhi pembentukan bunyi bahasa.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai fonem-fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Melayu. Ia menjelaskan cara penghasilan bunyi untuk setiap fonem serta contoh-contoh perkataan yang mengandungi fonem tersebut. Dokumen itu juga membincangkan konsonan pinjaman, diftong, dan digraf dalam bahasa Melayu.
Makalah ini membahas tentang fonem dan grafem dalam 3 kalimat. Pertama, menjelaskan jenis-jenis fonem yaitu fonem segmental dan suprasegmental. Kedua, mendefinisikan fonem vokal dan konsonan beserta contohnya. Ketiga, menjelaskan pengertian grafem dan penulisan grafem dalam sistem ejaan bahasa.
TUGAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASIChoerulDinisa
Makalah ini membahas pengertian dan perbedaan unsur segmental dan suprasegmental dalam bahasa Indonesia. Unsur segmental adalah bunyi yang dapat dipisahkan seperti vokal dan konsonan, sedangkan suprasegmental tidak dapat dipisahkan karena selalu mengiringi bunyi segmental seperti nada, tekanan, dan durasi. Makalah ini juga menjelaskan klasifikasi bunyi segmental berdasarkan adanya gangguan, mekanisme udara, arah udara, dan keber
Dokumen ini membahas tentang nasalisasi dan vokal dinasalkan dalam bahasa Melayu. Nasalisasi adalah proses merubah atau memberi sengauan pada fonem melalui pelepasan udara melalui hidung. Vokal dinasalkan terjadi ketika vokal dihasilkan melalui rongga mulut dan hidung sekaligus, menghasilkan sengauan pada vokal tersebut. Vokal nasal umum ditemukan dalam dialek Kelantan, bahasa Acheh
Dokumen tersebut membahas tentang sistem fonasi yang meliputi anatomi organ penghasil suara mulai dari faring, nasofaring, orofaring, laringofaring, hingga laring. Laring merupakan organ kunci yang menghasilkan suara melalui getaran pita suara. Pita suara dapat dibuka dan ditutup oleh beberapa otot laring untuk memfasilitasi proses bernapas dan bersuara. Suara dihasilkan ketika udara dari paru-paru mengalir melal
Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan BerbahasaDewi Puspitasari
1. Materi kebahasaan membahas tentang huruf dan bunyi bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang jenis-jenis huruf berdasarkan bentuk dan bunyinya serta penjelasan tentang vokal dan konsonan.
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfDenysErlanders
Buku non teks yang bermutu dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa. Buku-buku ini menawarkan konten yang inspiratif,
inovatif, dan mendorong pengembangan karakter siswa.
Pemanfaatan buku non teks bermutu membutuhkan peran aktif
guru untuk memilih dan
mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
listia diah indriyani
1. i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur Kami panjatkan karena atas rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ REALISASI DAN PENGARUH
BUNYI BAHASA “. Dalam menyelesaikan makalah ini Kami sebagai penulis
tidak mengalami hambatan yang serius.
Kami telah menyusun makalah ini semaksimal mungkin. Terlepas dari semua itu,
Kami pun menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak sekali kekurangan.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kajian
Kebahasaan sebagai salah satu syarat memenuhi nilai keseharian dalam belajar.
Oleh sebab itu kami dengan tangan terbuka menerima setiap kritik dan saran demi
membangun makalah yang lebih baik nantinya. Kami berharap apa yang ada
dalam makalah dapat memberikan informasi yang dapat bermanfaaat bagi para
pembaca terlebih kami sebagai penulis terlepas dari berbagai kekurangannya.
Bogor, Desember 2017
Penyusun
2. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
Analisis Bunyi segmental............................................................................... 1
Klasifikasi Bunyi Bahasa............................................................................... 4
Analisis bunyi suprasegmental……………………………………………. 15
Ciri-ciri bunyi suprasegmental............................................
DAFTAR ISI................................................................................................. 17
3. iii
ANALISIS BUNYI SEGMENTAL
A. Definisi bunyi segmental
Menurut Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan
oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara.Masnur. 2008. Bunyi segmental,
baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa
Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai
distribusi dan lingkungan.
1. Proses Pembunyian Segmental
Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses
memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu :
a. Komponen subglotal
b. Komponen laring, dan
c. Komponen supraglotal
Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan),
saluran bronkial, dan saluran pernafasan (trakea). Di samping ketiga
alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot, paru-paru, dan
rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses
pernafasan. Karena itu, komponen ini disebut juga sistem
pernafasan.Lalu dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem
pernafasan subglotis.Fungsi utama komponen subglotal ini adalah
“memberi” arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya
bunyi bahasa.
Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk
dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran.Di dalamnya terdapat pita
suara.Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara
paru-paru, mulut, dan hidung.Pita suara dengan kelenturannya bisa
membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa
menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di
mulut atau rongga hidung.
4. iv
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di
dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi artikulator
aktif maupun yang menjadi artikulator pasif.Terjadinya bunyi bahasa
dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari
proses pemompaan udara ke luar dari paru-paru melalui pangkal
tenggorokan (laring) ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita
suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara tu harus berada dalam
keadaan terbuka.Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan
satu-satunya untuk bisa ke luar, entah melalui rongga mulut atau
rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.
Ada empat macam posisi glotis pada pita suara yaitu pita suara
dengan (a) glotis terbuka lebar, (b) glotis terbuka agak lebar, (c) glotis
terbuka sedikit, dan (d) glotis tertutup rapat. Glotis terbuka lebar,
maka tidak terjadi bunyi bahasa.Posisi ini adalah posisi dalam
bernafas secara normal. Kalau posisi glotis terbuka agak lebar, maka
akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. Kalau
posisi glotis terbuka sedikit maka akan terjadi bunyi bahasa yang
disebut bunyi bersuara. Kalau posisi glotis tertutup rapat maka akan
terjadi bunyi hambat glotal (?) atau lazim disebut bunyi hamzah.
Secara umum titik artikulasi (pertemuan antara artikulator aktif
dan artikulator pasif) yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia
ialah :
a. Artikulasi bilabial (bibir bawah dan bibir atas)
b. Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
c. Artikulasi interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)
d. Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
e. Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)
f. Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas)
g. Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)
h. Artikulasi lamino alveolar (daun lidah dan ceruk gigi atas)
i. Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-langit keras)
j. Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit-langit lunak)
5. v
k. Artikulasi dorsouvular (pangkal lidah dan anak tekak)
l. Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)
m. Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding
kerongkongan)
Cara artikulasi atau cara bagaimana bunyi bahasa itu dihasilkan,
yakni :
a) Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba-tiba
diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat,
bunyi letup atau bunyi plosif.
b) Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu
dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi
nasal.
c) Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian
diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah
bunyi paduan atau bunyi afrikat.
d) Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian
digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geseran,
bunyi desis atau bunyi frikatif.
e) Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah,
maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.
f) Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah
lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tril.
g) Arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah
tetapi kemudian diganggu pada titik artikulasi tertentu sehingga
terjadilah bunyi semi vokal yang dikenal juga dengan nama
bunyi hampiran.
Dalam membuat klasifikasi bunyi dan klasifikasi fonem
digunakan tiga patokan atau kriteria, yaitu titik artikulasi, tempat
artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.
6. vi
B. Klasifikasi bunyi bahasa
Menurut Marsono, bunyi bahasa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
1. Berdasarkan ada tidaknya hambatan pada artikulasi , bunyi bahasa
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan
cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan
pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga
hidung. Bunyi konsonan terjadi setelah arus ujar melewati pita
suara diteruskan ke rongga mulut dengan mendapat hambatan
dari artikulator aktif dan artikulator pasif. Misalnya, bunyi [b]
yang mendapat hambatan pada kedua bibir; bunyi [d] yang
mendapat hambatan pada kedua bibir; bunyi [d] yang mendapat
hambatan pada ujung lidah (apeks) dan gigi atas; atau bunyi [g]
yang mendapat hambatan pada belakang lidah (dorsum) dan
langit-langit lunak (velum). Bunyi konsonan dapat
diklasifikasikan berdasarkan:
1) Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi
konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan
artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik
artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua
belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat
artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d]
artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan
artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum), sehingga
tempat artikulasinya disebut apikodental.
7. vii
2) Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan
terhadap arus udara yang baru ke luar dari glotis dalam
menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p]
dihasilkan dengan cara mula-mula arus udara dihambat
pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan dengan
keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi
letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus
udara digeserkan di laring (tempat artikulasinya). Maka,
bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
3) Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam
proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita
suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika
pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut
bunyi tak bersuara.
4) Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif
dan artikulator pasif. Umpamanya dalam memproduksi
bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif,
mula-mula rapat lalu secara tiba-tiba dilepas. Dalam
memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator
pasif hubungannya renggang dan melebar.
8. viii
Dengan melihat tempat artikulasi, cara artikulasi dan bergetar
tidaknya pita suara, maka nama-nama bunyi konsonan itu dapat disebutkan
sebagai berikut :
KONSONAN KRITERIA CONTOH KATA
[b] Bunyi bilabial, hambat, bersuara < baru, abu >
[p] Bunyi bilabial, hambat, tak
bersuara
< pita, apa, tetap >
[m] Bunyi bilabial, nasal, bersuara < mana, lama, malam >
[w] Bunyi bilabial, semi vokal,
bersuara
< warna, waktu, awan >
[v] Bunyi labiodental, geseran,
bersuara
< veteran, devisa >
[f] Bunyi labiodental, geseran, tak
bersuara
< fajar, nafas, taraf >
[d] Bunyi apikoalveolar, hambat,
bersuara
< datang > ; [da-taŋ]
[t] Bunyi apikoalveolar, hambat, tak
bersuara
< peta > ; [pə-ta]
[n] Bunyi apikoalveolar, nasal,
bersuara
< nama, ini, saran >
[l] Bunyi apikoalveolar, sampingan,
bersuara
< lama, pula, asal >
[r] Bunyi apikoalveolar, getar,
bersuara
< segar > ; [sə-gar]
[z] Bunyi laminoalveolar, geseran,
bersuara
< lezat > ; [lə-zat]
[ñ] Bunyi laminopalatal, nasal,
bersuara
< nyaring > ; [ña-rIŋ]
[ ǰ ] Bunyi laminopalatal, paduan,
bersuara
< jurang > ; [ju-raŋ]
[č] Bunyi laminopalatal, paduan, tak
bersuara
< cara, baca >
9. ix
[š] Bunyi laminopalatal, geseran,
bersuara
< syarat >
[s] Bunyi laminopalatal, geseran, tak
bersuara
< sama, nasi >
[g] Bunyi dorsovelar, hambat, bersuara < gaya, tiga >
[k] Bunyi dorsovelar, hambat, tak
bersuara
< kaca, saku >
[ŋ] Bunyi dorsovelar, nasal, bersuara < langit > ; [la-ŋIt]
[x] Bunyi dorsovelar, geseran, bersuara < khidmat, akhirat >
[h] Bunyi laringal, geseran, bersuara < hemat, bahan, indah >
[Ɂ] Bunyi hambat, glotal, bersuara < bak, pak, rakyat >
[ baɁ, paɁ, raɁ-yat ]
10. 10
1) Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi
konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan
artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik
artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua
belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat
artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d]
artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan
artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum), sehingga
tempat artikulasinya disebut apikodental.
2) Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan
terhadap arus udara yang baru ke luar dari glotis dalam
menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p]
dihasilkan dengan cara mula-mula arus udara dihambat
pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan dengan
keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi
letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus
udara digeserkan di laring (tempat artikulasinya). Maka,
bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
3) Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam
proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita
suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika
pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut
bunyi tak bersuara.
4) Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif
dan artikulator pasif. Umpamanya dalam memproduksi
bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif,
mula-mula rapat lalu secara tiba-tiba dilepas.
11.
12. 12
Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan cara, setelah arus udara ke luar dari glotis (celah pita suara), lalu
arus ujar hanya “diganggu” atau diubah oleh posisi lidah dan bentuk mulut. Misalnya, bunyi [i], bunyi [a], dan bunyi
[u].
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak
mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan
bentuk mulut. Perhatikan bagan vokal bahasa Indonesia berikut ini :
POSISI LIDAH
TAK BUNDAR BUNDAR
DEPAN PUSAT BELAKANG
Tinggi
Atas I U
Bawah I U
Tengah Atas E
ə
O
(Madya) Bawah ɛ ɔ
Rendah Madya a
Berdasarkan bagan tersebut bunyi-bunyi vokal dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
a. Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]
b. Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]
13. 13
c. Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]
d. Vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
e. Vokal sedang tengah, seperti bunyi [ə]
f. Vokal rendah, seperti bunyi [a]
2. Maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas :
a. Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
b. Vokal tengah, seperti bunyi [ə]
c. Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]
3. Striktur
Striktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit langit keras (palatum). Maka, berdasarkan
strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi :
a. Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi [i]
dan bunyi [u]
b. Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup,
seperti bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].
c. Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling
rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
14. 14
d. Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi [a]
b. Semivokal
Sedangkan bunyi semi vokal adalah bunyi yang proses pembentukannya mula-mula secara vokal lalu diakhiri
secara konsonan. Karena itu, bunyi ini sering juga disebut bunyi hampiran (aproksiman).Bunyi semivokal hanya ada dua
yaitu bunyi [w] yang termasuk bunyi bilabial dan bunyi [y] yang termasuk bunyi laminopalatal.
Semi vocal adalah bunyi bahasa yang memiliki cirri vocal maupun konsonan, mempunyai sedikit geseran dan tidak
muncul sebagai inti duku bahasa.Kualitas semivokal ditentukan tidak hanya oleh tempat artikulasi tetapi juga oleh mulut
atau sikap mulut.
Misalkan vocal (i) adalah vocal yang paling tinggi.Namuj demikian tidak berarti bahwa lidah tidak dapat dinaikkan
lebih dekat pada langit-langit. Maka jika peninggian itu terjadi , maka terjadilah alur sempit diantara lidah tersebut
menghasilkan konsonan (i). meskipun begitu peninggian itu tidak cukup untuk mencapai kesempurnaan sehingga masih
terdapat sisa-sisa vokal. Sama hal nya pada vokal (u).keduanya adalah semi vokal .
Catatan:
Bunyi (w) yang bundar artinya (w) yang bilabial.Akan tetapi bunyi tersebut dapat diartikulasikan secara labio dental.
Artinya bibir bawah didekatkan dengan gigi atas akan tetapi tidak terlalu dekat karena akan menghasilkan bunyi (v). oleh
sebab itu bunyi (w) yang labio dental dikatakan semivok
15. 15
ANALISIS BUNYI SUPRASEGMENTAL
A. Pengertian Bunyi Suprasegmental
Disamping bunyi segmental, terdapat pula bunyi lain yang mendukung
bunyi segmental, yakni “bunyi suprasegmental”.Bunyi Suprasegmental adalah
bunyi yang menyertai bunyi segmental.Bunyi suprasegmental dapat diklasifikasi
berdasarkan ciri-cirinya sewaktu diucapkan yang disebut “ciri prosodi”.
Kalimat yang kita ucapkan sesungguhnya berunsur segmental dan
suprasegmental.Unsur Suprasegmental adalah unsur kalimat yang berupa kata-
kata yang dapat dituliskan.Unsur Suprasegmental merupakan unsur yang
mengiringi pengucapan kata-kata yang hanya bisa disuarakan, tetapi tidak bisa
dituliska, seperti lafal, intonasi, dan jeda.Mengucapkan bunyi bahasa dengan lafal,
tekanan, intonasi, dan jeda yang tepat dapat memperjelas isi turunan.Sebaliknya
ketidak laziman dalam pengucapan lafal, intonasi, dan jeda dapat mengganggu
penyampaian informasi yang ada pada tuturan tersebut.
Reaksi kinetik, yaitu dengan mencatat lafal, intonasi dan jeda yang lazim
dan tidak dirasa tidak lazim.Sampaikan pula reaksi verbal dengan memberikan
tanggapa atau komentar, pendapat mengenai lafal, intonasi, dan jeda yang tidak
lazim.
1. Lafal
Lafal adalah cara sekelompok orang dalam mengucapkan bunyi bahasa.
Kita mengenal bunyi vokal dan bunyi konsonan.
2. Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udara keluar dari rongga mulut tidak
mengalami rintangan. Kita juga mengenal bunyi diftong ( VokalRangkap ).
Diftong ini merupakan dua huruf vokal yang melambangkan satu bunyi yang
tidak dapat dipisahkan.
16. 16
Adapun bunyi diftong tersebut adalah ai, au, oi.Bunyi diucapkan satu
hembusan nafas.Diftong ai bukan a dan i, menggulai (kambing) bukan menggulai
(teh).
Contoh :
harimau dilafalkan / harimaw /
besok dilafalkan / besO? /
Konsonan
Selain bunyi vokal dan diftong kita juga mengenal bunyi konsonan. Kita
juga mengenal bunyi frikatif yang bunyi yang dihasilkan apabila arus udara
melewati saluran sempit sehingga mengeluarkan bunyi desis. Yang termasuk
konsonan frikatif bersuara adalah /z/, sedangkan konsonan frikatif tak bersuara
adalah / f /, / s /, / x / dan / h /.
Dalam pengucapan bunyi-bunyi konsonan tertentu sebagian orang-orang
sering mengalami kesulitan misalnya / f / dilafalkan / p /. Hal ini dipengaruhi oleh
dialek dan idiolek.Dialek variasi bahasa menurut kelompok pemakainya,
sedangkan idiolek adalah keseluruhan ciri seseorang dalam berbahasa.
Tekanan Tekanan merupak keras lembutnya pengucapan.Pemberian
penekanan digunakan untuk menunjukan bagian tertentu yang lebih ditekankan
dalam sebuah kalimat dan biasanya pengucapannya dengan bagian yang lainnya.
Contoh : Besok pagi kelas x ulangan bahasa Indonesia Besok pagi kelas x ulangan
bahasa Indonesia Besok pagi kelas x ulangan bahasa Indonesia Besok pagi kelas x
ulangan bahasa Indonesia ata-kata yang bercetak tebal merupakan kata yang
mendapat tekanan dan menunjukan bagian yang perlu mendapat perhatian.
Intonasi Intonasi adalah tinggi rendahnya nada dalam pengucapan sehingga
membentuk lagu kalimat. Intonasi akan menunjukan kalimat tersebut sudah
selesai atau masih jeda, menunjukan tuturan memberi tahu, bertabya, ataukah
menyuruh. Intonasi yang tepat dalam pengucapan akan memperjelas maksud
tuturan, tetapisebaliknya intonasi yang tidak tepat akan bisa menimbulkan
penafsiran yang berbeda terhadap maksud tuturan. Jeda Jeda merupakan hentian
17. 17
sejenak dalam ujaran.Penggunaan jeda dalam tuturan sangat berpengaruh terhadap
tersampaikannya maksud tuturan.Jeda biasanya digunakan untuk memisahkan
frasa agar memberikan kejelasan maksud ujaran.
B. Ciri-ciri Bunyi Suprasegmental
1. Jangka
Jangka, panjang, atau intensitas menyangkut lamanya bunyi
diucapkan.Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan waktu yang
cukup lama, tentu disertai bunyi suprasegmental dengan ciri prosodi
panjang.
Jangka dalam bahasa Indonesia bersifat nondistingtif. Jangka
disimbolkan dengan tanda titik [.] dengan jumlah tertentu yang
diletakkan di belakang fonem vocal.
Tanda ini disebut mora [.] atau [..‾..]
Tanda titik satu [.] → satu mora
Tanda titik dua [:] → dua mora
Tanda titik tiga [:.] → tiga mora
Contoh dalam bahasa tagalong:
1. [Kaibi:gan] → teman
2. [Kai:bigan] → kekasih
2. Tekanan
Tekanan kata dalam bahasa Indonesia disebut Tonotemporal
yaitu sejenis kemenonjolan lebih banyak ditandai oleh tinggi nada
(bersifat temporal) dan rentang waktu tempat suku kata bertekanan
diucapkan (bersifat temporal).