SlideShare a Scribd company logo
1 of 111
Download to read offline
INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESS
ACARYA-PENDIRI: SRI SIMAD A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHUPADA
SAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA (SAKKHI)
INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESS
FOUNDER-ACARYA: HIS DIVINE GRACE A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHU-
PADA
SRI SRI RADHA GOPINATHA MANDIR
7, K. M. MUNSHI MARG, NEAR BHARATIYA VIDYA BHAVAN
CHOWPATTY, MUMBAI - 400 007
E-mail: rgsevaka@vsnl.net
Website: www.radhagopinath.com
Phone: 2369 7228 Fax: 2367 7941
nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale
çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine
namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe
nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe
“Hamba bersujud dengan hormat kepada Sri Srimad A. C.
Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang sangat dicintai oleh Sri
Krishna, karena telah berlindung di kaki-padma-Nya.”
“Sembah sujud kami kepadamu, wahai guru spiritual, abdi
dari Bhaktisiddhanta Sarasvati Goswami. Anda bermurah
hati menyampaikan ajaran-ajaran Sri Caitanyadeva dan
menyampaikannya ke negara-negara Barat, yang penuh dengan
filsafat impersonal dan kekosongan.”
Daftar Isi
Sambutan	
ix
Kata Pengantar	
xi
BAGIAN I
1. Pengantar Singkat Mengenai
Makna Penting Buku Ini	 1
2. Esensi	 3
BAGIAN II
1. Etika di Kuil/ Tempat Sembahyang	 5
A)	 Bersikap Rendah Hati	 5
B)	Bersujud	 5
C)	 Memusatkan Pikiran Kepada Arca	 6
D)	 Sikap Duduk	 7
E)	Berbicara	 8
F)	 Pakaian dan Penampilan	 8
1.	Tilaka	 9
2.	Rambut	 9
3.	Kanthi Mala (Kalung Tulasi)	 11
4.	Kumis dan Jenggot	 12
G)	 Kebersihan dan Kesehatan	 12
H)	 Perilaku Umum	 14
I)	 Menghadiri Ceramah	 16
J)	 Menghadiri Upacara Arati	 16
K)	 Menghormati Maha-Prasadam/ Nirmalya	 17
1.	Bunga, Garlan/ Kalungan Bunga	 18
2.	Caranamrita	 18
3.	Lampu Ghee	 19
4.	Pakaian Arca	 19
5.	Maha-Prasadam	 20
2. Etika Lainnya	 21
A)	 Memperlakukan Benda-Benda Suci	 21
B)	 Kebiasaan Pribadi	 22
C)	Kirtana	 24
D)	Menari	 25
E)	Pembicaraan	 27
F)	 Kegiatan Pengajaran	 28
3. Prasadam	 32
4. Dapur	 34
Lampiran I (Mantra-Mantra Pranama)	 37
Lampiran II (Bersujud)	 49
Lampiran III (Memakai Tilaka)	 42
Lampiran IV (Doa-Doa Prema-Dhvani)	 46
Lampiran V (Doa untuk Mempersembahkan Bhoga)	 49
Lampiran VI (Doa Prasadam)	 50
BAGIAN III
1. Menghormati dan Melayani Prasadam	 53
A)	 Melayani Prasadam	 53
B)	 Menghormati Prasadam	 56
C)	 Aturan Makan dan Minum Air	 56
D)	 Banyaknya Makanan	 57
E)	 Sehabis Makan	 57
BAGIAN IV
1. Hubungan dengan Berbagai Golongan Penyembah	 59
A)	 Tiga Golongan Penyembah	 59
B)	 Hubungan dengan Guru Spiritual	 59
C)	 Hubungan dengan Senior	 60
D)	 Hubungan dengan Saudara Seguru	 61
E)	 Hubungan dengan Perempuan	 63
F)	 Hubungan dengan Tamu	 63
G)	 Menyapa Vaishnava	 63
H)	 Hubungan dengan Vaishnava Lain	 64
I)	 Vaishnava Jangan Dilihat dari
	 Sudut Pandang Material	 64
J)	 Badan Seorang Vaishnava adalah Sebuah Kuil	 64
K)	 Karunia Para Vaishnava Sangat Dibutuhkan	 65
L)	 Hubungan Manis Dengan Sesama Vaishnava	 65
2. Hubungan dengan Orang yang Bukan Penyembah	 65
Lampiran VII (Menerima Tamu)	 67
BAGIAN V
1. Sadhana	 71
A)	 Mengucapkan Nama Suci Tuhan (Japa)	 71
B)	 Empat Prinsip Aturan	 80
C)	 Bergaul dengan Penyembah	 80
D)	 Menghindari Orang yang Bukan Penyembah	 81
E)	Membaca	 82
F)	Pelayanan	 83
G)	 Pemujaan Arca	 83
H)	Pertapaan	 85
I)	 Prinsip-Prinsip yang Menguntungkan
	 dan Tidak Menguntungkan	 87
J)	 Para Brahmana	 88
K)	 Pentingnya Waktu	 88
Lampiran VIII (Makna Penting Mantra Panca-Tattva)	 89
Lampiran IX (Sepuluh Jenis Kesalahan
	 Terhadap Nama Suci)	 91
Lampiran X (Mempersembahkan Arati)	 92
Lampiran XI (Mengikuti Ekadasi-Vrata)	 96
BAGIAN VI
1. Mengunjungi Tempat Suci	 98
2. Sepuluh Jenis Kesalahan Terhadap Dhama Suci	
100
SAMBUTAN
KETUA UMUM DEWAN PENGURUS PUSAT
SAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA
(SAKKHI)
OM NAMO BHAGAVATE VASUDEVAYA!
K a m i m e n y a m b u t b a i k t e r b i t n y a b u k u
Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava oleh Tim Penerjemah
untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi para penyembah
dalam melakukan pelayanan bhakti sehari-hari. Etika Vaishnava
merupakan perhiasan bagi para penyembah Krishna, yang
mencerminkan kualitas kepribadian seorang Vaishnava. Dengan
pemahaman dan pengamalan etika Vaishnava kita akan dapat
terhindar dari kesalahan-kesa-lahan (aparadh) dalam pelayanan
bhakti kepada Sri Krishna dan para penyembah-Nya, seperti nama
aparadh, seva aparadh, vaishnava aparadh dan dhama aparadh.
Srila Prabhupada mengatakan, bahwa apabila seorang
penyembah ingin maju dalam bhakti maka yang perlu diubah
adalah sifat rajas-tamas menjadi sifat sattvam dengan cara
mengendalikan indera dan pikiran. Dengan hadirnya buku ini,
dan dengan upaya untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari, diharapkan sifat-sifat rajas-tamas dan perilaku vikarma
kita berkurang, sehingga se-cara bertahap kita bisa maju sampai
tataran sifat sattvam dan visudha sattvam sebagai landasan dalam
melakukan bhakti yang murni kepada Sri Sri Radha-Krishna dan
para penyembah-Nya.
Dalam Siksastaka, Sri Gauranga Mahaprabhu mengatakan,
bahwa dengan sikap toleransi, kerendahan hati, memberi
penghormatan kepada setiap orang, dan tidak menuntut
penghormatan dari siapa pun, barulah kita akan dapat
mengucapkan nama suci Sri Krishna secara mantap. Jika kita
telah mantap dan murni dalam pengucapan maha-mantra
Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare,
Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare, barulah kita
memenuhi syarat untuk memper-sembahkan bhakti yang murni
dan ikut dalam lila rohani Sri Sri Radha-Krishna bersama para
sakhi-Nya dan men-capai Krishna Prema Bhakti.
Buku ini aslinya adalah terbitan ISKCON Sri Sri Radha
Gopinatha Mandira, Cowpatty, Mumbai, India. Atas anjuran
His Grace Sankirtana das, pembimbing Bhaktisastri, buku ini
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diter-bitkan oleh
Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia.
Selamat kepada para penyembah yang telah menerima dan
mengamalkan buku Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava ini
dan terima kasih kepada Tim Penerjemah (Sriman Anantavijaya
dasa dan Sriman Brajabihari dasa) yang telah bekerja keras untuk
menerjemahkan dan me-nerbitkan buku ini. Hari Bolo!
Jay Srila Prabhupada!
Jay Sri Sri Gaura-Nitai!
Jay Sri Sri Radha-Krishna!
Denpasar, 8 Agustus 2007
Ketua Umum DPP SAKKHI
					 ttd
ADIPURUSA DASA
Kata Pengantar
Sri Caitanya Mahaprabhu menyatakan dalam Caitanya Caritamrita
bahwa ketaatan pada etika Vaishnava adalah sebuah perhiasan, yang
membuat seorang penyembah menjadi indah dan menarik di mata
Tuhan dan di mata dunia. Oleh sebab itu, amatlah penting bagi
semua pe-nyembah Tuhan untuk bisa benar-benar memahami
etika dan gaya hidup yang demikian.
Informasi tentang hal tersebut tersebar dalam berbagai buku
dan di sini dirasakan adanya kebutuhan akan terse-dianya sebuah
buku pedoman menyeluruh yang mengumpulkan bukan hanya
prinsip-prinsip umum yang mendasar mengenai etika dan pola
hidup Vaishnava, namun juga yang bisa menyajikan isu-isu dan
masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan kondisi nyata di
center-center kita.
Karya ini adalah sebuah usaha tulus guna memenuhi kebutuhan
tersebut. Disebabkan oleh keterbatasan waktu, tidaklah mungkin
untuk menguraikan lebih panjang lagi untuk bisa mencakup semua
isu secara terperinci. Nanti-nya, berdasarkan masukan-masukan
para penyembah, penambahan dan perbaikan lebih lanjut bisa
dilakukan. Sementara itu, mohon memaafkan kesalahan dan
keku-rangan karya ini.
Karya ini bisa terwujud atas perhatian khusus yang di-berikan
oleh H.H. Radhanatha Swami Maharaja. Beliau telah banyak
membantu dalam meyakinkan dan menye-mangatkan penyembah
untuk mengumpulkan data, dan memberi nasihat-nasihat
berharga, yang terlahir dari pe-ngalaman panjang sebagai seorang
penyembah dan pem-bimbing spiritual. Kami berharap dan berdoa
memohon bimbingan dan pergaulan beliau senantiasa.
Banyak penyembah lainnya telah meluangkan waktu dan
tenaga untuk memberi saran serta komentar dan me-ngetik
serta mengedit naskah. Peran mereka sangat ber-harga dalam
penyusunan karya ini. Kami menyampaikan terima kasih dengan
sepenuh hati kepada mereka semua.
Diharapkan bahwa karya ini, dalam cara sekecil apa pun, bisa
membantu penyembah untuk melanjutkan misi Sri Caitanya,
Avatara Keemasan pada zaman ini, dan Srila Prabhupada.
Segala pujian kepada Sri Guru dan Sri Gaurangga!
15Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
BAGIAN I
1. PENGANTAR SINGKAT
MENGENAI MAKNA PENTING BUKU INI
Isi buku pedoman ini dikumpulkan dari sumber-sumber seperti
buku Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Ajaran Abadi Upadesamrita
dan buku-buku lainnya, surat-surat dan pe-rintah-perintah Srila
Prabhupada serta dari pengamatan atau saran berbagai penyembah.
Sri Caitanya mengajarkan kepada Srila Sanatana Go-svami
tentang perilaku seorang Vaishnava sebagai berikut:
		
yadyapio tumi hao jagat-pävana
tomä-sparçe pavitra haya deva-muni-gaëa
tathäpi bhakta-svabhäva maryädä-rakñaëa
maryädä-pälana haya sädhura bhüñaëa
				CC Antya 4.129-130
“Wahai Sanatana, meskipun engkau adalah penyelamat seluruh
alam semesta dan meskipun para dewa dan orang-orang suci
sekalipun tersucikan dengan menyentuh dirimu, sudah merupakan
sifat dasar seorang penyembah melak-sanakan dan melindungi
etika Vaishnava. Penerapan etika Vaishnava adalah perhiasan
seorang penyembah.”
maryädä-laìghane loka kare upahäsa
iha-loka, para-loka dui haya näça
			 CC Antya 4.131
“Apabila seseorang melanggar hukum-hukum etika, orang-orang
akan mencibirnya sampai dia binasa baik di dunia ini maupun
di akhirat.”
Sri Caitanya Mahaprabhu juga memberikan lima perintah
penting kepada Enam Gosvami dari Vrindavana. Berdasarkan
15
16 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
perintah tersebut, dipandang perlu menuliskan aturan dan
ketentuan untuk memenuhi tuntutan misi pengajaran ISKCON
yang berkembang semakin luas.
Perintah-perintah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari dengan cermat semua kitab suci wahyu
dan mengambil intisari dari semua kitab tersebut di mana
intisari dari semuanya adalah bhakti.
2. Untuk menggali tempat-tempat suci lila Krishna di
Vrindavana. Untuk membuat Vrindavana Dhama menjadi
tempat di mana orang-orang dari berbagai belahan dunia
akan datang untuk berlindung dan memperoleh inspirasi.
3. Untuk membangun kuil-kuil yang indah dan mensta-nakan
Arca-Arca yang mengagumkan serta menga-jarkan kepada
dunia metode pemujaan Arca yang benar.
4. Dengan perilaku mereka sendiri; untuk memperli-hatkan
sikap seorang Vaishnava dan etika yang benar di kalangan
para Vaishnava. Sri Caitanya menganggap hal ini sebagai
prinsip yang paling penting. Kita tidak hanya harus kuat
secara filosofis namun kita harus mengerti bagaimana
beretika dengan benar an-tara satu dan yang lain, terhadap
atasan, terhadap bawahan, terhadap Tuhan dan terhadap
roh-roh terikat.
5. Sri Caitanya memerintahkan kepada mereka untuk
menegakkan etika Vaishnava melalui tulisan-tulisan
demikian pula melalui perilaku mereka.
6. Dengan perilaku mereka sendiri; untuk memperli-hatkan
apa yang merupakan tugas seseorang yang menempuh hidup
pelepasan ikatan.
2. ESENSI
Pola hidup seorang penyembah hendaknya sesuai dengan prinsip
“Hidup sederhana, berpikir tinggi.”
Ada banyak aturan dan ketentuan yang membimbing
17Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
kehidupan seorang pernyembah tapi tujuan dari semua itu ialah
untuk membantu kita
“Selalu ingat pada Krishna
Tidak pernah lupa pada Krishna”
Ini adalah aturan yang paling penting dan semua aturan lain
tunduk di bawah aturan ini.
18 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
19Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
BAGIAN II
1. ETIKA DI KUIL/ TEMPAT SEMBAHYANG
A) BERSIKAP RENDAH HATI
Pada zaman dahulu para raja biasa bepergian dengan di-tandu.
Salah satu aturan menyatakan bahwa orang hen-daknya jangan
pernah masuk ke kuil dengan ditandu atau naik mobil atau
dengan masih memakai sepatu. Maksud-nya ialah bahwa orang
hendaknya melepas mentalitas sebagai raja yakni mentalitas sebagai
Penguasa dan tuan, apa pun kualifikasi pribadi, kemampuan dan
kedudukan sosialnya. Di antara para penyembahTuhan, khususnya
di kuil, satu-satunya julukan yang berlaku ialah ‘PELAYAN DARI
PELAYAN’.
B) BERSUJUD
Begitu masuk tempat sembahyang, pertama-tama kita hen-daknya
bersujud (panchanga pranama) kepada para Vaishnava yang hadir
dan mengucapkan doa:
väïcä-kalpatarubhyaç ca kåpä-sindhubhya eva ca
patitänäà pävanebhyo vaiñëavebhyo namo namaù
“Hamba bersujud dengan hormat kepada semua Vaish-nava
penyembahTuhan. Mereka bagaikan pohon pe-menuh keinginan
yang da-pat memenuhi keinginan setiap orang, dan mereka penuh
belas kasih terhadap roh-roh terikat yang jatuh.”
Kemudian kita hendaknya bersujud (sujud dandavat penuh bagi
laki-laki) kepada Srila Prabhupada, dengan memosisikan beliau
berada di sebelah kiri kita, dan
meng-ucapkan mantra paranati
untuk beliau,“namo om visnu-
padaya..”
Kemudian, kita hendaknya men-
dekati Arca dan bersujud dandavat
19
20 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
penuh, dengan memosisikan Arca berada
di sebelah kiri kita dan mengucapkan
pranama mantra masing-masing Arca.
Harus diperhatikan bahwa kita
hendaknya jangan bersujud dengan
satu tangan. Kedua tangan hendak-nya
menopang badan saat bersujud dan kedua
lengan harus terjulur.
C) MEMUSATKAN PIKIRAN KEPADA ARCA
a) Setelah bersujud kepada Arca kita hendaknya ‘darsana’ kepada
Arca dengan penuh rasa bhakti dan memohon karunia Arca.
b) Namun, kita hendaknya jangan langsung memandang wajah
Arca secara penuh. Cara yang benar untuk ‘darsana’ kepada
Tuhan diuraikan dalam Srimad Bha-gavatam 2.2.13, “Proses
meditasi hendaknya dimulai dari kaki-padma Tuhan lalu
berangsur-angsur ke wajah-Nya yang tersenyum. Meditasi
hendaknya dipusatkan di kaki-padma kemudian betis, lalu ke
paha dan de-ngan demikian semakin ke atas. Semakin pikiran
mantap pada berbagai anggota badan satu demi satu, kecerdasan
akan semakin disucikan.”
c) Srila Prabhupada menguraikan di bagian penjelasan bahwa
meditasi semacam itu akan membantu kita melepaskan
diri dari pemuasan indera.
Suasana hati penyembah saat ‘darsana’ ialah “OhTuhan, hamba
adalah abdi-abadi-Mu. Mohon berkenan memberitahu hamba,
bagaimana hamba dapat melayani-Mu?” Fungsi Arca besar di kuil
adalah untuk memberi ‘darsana’ dan biasanya adalah istadeva dari
sampradaya kita. Jadi merupakan hal wajar dan memperlihatkan
sikap hormat jika pertama-tama kita melihat Mereka.
Ada juga pertimbangan lain seperti:
Jika ada tiga altar, seperti di Krishna Balarama Mandir di
Vrindavana {atau Sri Sri Radha Rasbihari Mandir di Juhu}, Srila
Lebih terperinci
lihat Lampiran I
di akhir bagian ini.
(Hal. 37)
Lebih terperinci
lihat Lampiran II
di akhir bagian ini.
(Hal. 39)
21Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Prabhupada biasanya bersujud terlebih dahulu di Altar Gaura-Nitai
kemudian menuju Altar Krishna Bala-rama lalu ke Altar Sri Sri
Radha-Syamsundar.
Bisa juga penyembah ingin melihat Gurunya lebih dulu {namun
foto Gurunya mungkin tidak ada} kemudian ‘darsana’ dengan
proses menaik sampai pada Sri Krishna.
Saat ‘darsana’, kita bisa berdiri di samping agar tidak mengalangi
penyembah yang sedang duduk.
Saat kita menghadap Arca, ‘darsana’ hendaknya dimulai dari
sudut kiri menuju ke kanan, Arca demi Arca hingga ke sudut
kanan.
D) SIKAP DUDUK
Ada beberapa aturan mengenai sikap duduk di tempat sembahyang:
a) Saat duduk kita hendaknya jangan memperlihatkan kaki kepada
Arca atau menjulurkan kaki ke arah Guru, Tulasi-devi dsb.
Telapak kaki harus selalu ditutupi.
b) Sebisa mungkin kita hendaknya menghindari duduk
membelakangi Arca atau membelakangi vyasasana. (Namun,
mungkin saja tata ruang kuil menghalangi kita untuk melak-
sanakan prinsip ini).
c) Kita hendaknya tidak menjulurkan kaki di hadapan Arca.
d) Kita hendaknya tidak du-duk di hadapan
Arca sambil memegang pergelangan kaki,
siku atau lutut. (lihat gambar di samping)
e) Kita hendaknya jangan ter-tidur saat
duduk di hadapan Arca.
E) BERBICARA
a) Di hadapan Arca kita hendaknya jangan:
- berbicara dengan suara keras
- bertengkar
- memarahi orang lain
22 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
- berkata-kata kasar atau marah-marah
- memuji orang lain
- menjelek-jelekkan orang lain
- menghina para dewa
- terlibat dalam ‘prajalpa’ atau pembicaraan duniawi
- berbohong
- berbicara dekat penyembah yang sedang berjapa
b) Orang boleh berbicara di hadapan Arca kepada tamu dan
penyembah jika pembicaraan itu membantu peng-ajaran
atau meningkatkan kesadaran Krishna mereka, namun
semua pembicaraan lain hendaknya dilakukan di luar tempat
sembahyang.
F) PAKAIAN DAN PENAMPILAN
a) Pakaian seorang penyembah harus sederhana, bersih dan khas,
yang bisa mengingatkan orang lain tentang KRISHNA.
b) Ketika datang ke kuil (khususnya untuk acara pagi, perayaan
dan Sunday Feast) para penyembah hendak-nya berpakaian
sebagai berikut:
Laki-laki: dhoti dan kurta
Perempuan: sari (kepala ditutup di hadapan laki-laki)
Pakaian lain hendaknya dihindari kecuali dalam kea-daan
terpaksa atau benar-benar dibutuhkan untuk pengajaran.
c) Untuk laki-laki maupun perempuan, pakaian hendak-nya
sederhana dan tidak mengikuti mode masa kini serta tidak
mewah. Namun, pakaian harus rapi dan bersih. Hal-hal yang
tidak perlu seperti parfum dan berbagai bentuk kosmetik serta
make-up hendaknya dihindari. Kesederhanaan dalam berbusana
sangatlah penting bagi seorang Vaishnava, baik di tempat sem-
bahyang maupun di luar.
23Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
d) Khususnya untuk acara pagi dan untuk semua program kuil,
secara umum harus mengenakan pakaian bersih. Jangan
memakai pakaian yang sudah dipakai pada hari sebelumnya.
e) Sri Caitanya menyatakan bahwa seorang Vaishnava ada-lah
orang yang ketika kita lihat mengingatkan kita kepada Krishna.
Dengan demikian, semua penyembah harus teliti terhadap
hal-hal berikut, yang menandai kita sebagai seorang Vaishnava:
1. Tilaka:
Kita hendaknya selalu menghias badan
dengan tilaka di dua belas bagian, setelah
mandi. Orang yang tidak mengucapkan
Nama Suci (ber-japa) dan tidak mengikuti
prinsip-prinsip aturan tidak boleh
memakai tilaka, terutama di luar kuil.
2. Rambut:
Laki-laki: Para brahmacari dan sannyasi harus meng-gundul
kepala sekali seminggu serta memakai sikha. Grhasta boleh
melakukan hal yang sama.Tapi, sesuai dengan pelayanannya,
mereka boleh memelihara rambut pendek dan rapi, dan kalau
mungkin, mema-kai sikha kecil.
Meskipun rupanya tidak ada petun-juk
sastra mengenai ukuran sikha, secara
tradisi para Gaudiya Vaish-nava memaki
sikha kira-kira seu-kuran telapak kaki
anak sapi, kurang lebih berdiameter 1,5
inchi (4 cm).
Panjang sikha bisa be-bas, tapi harus selalu diikat erat dan
hanya dilepas ikatannya saat mandi, saat dibersihkan atau saat
meminyakinya.
Begitu juga, saat akan tidur, mengikuti upacara pembakaran
jenazah, atau menjalani masa berkabung, hendaknya sikha
dibiarkan tidak terikat. Karena sikha yang tidak diikat meru-pakan
tanda adanya kematian dalam keluarga, sung-guh tidak mujur
Lebih terperinci
lihat Lampiran III
di akhir bagian ini.
(Hal. 42)
24 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
untuk menjalani tugas sehari-hari dengan sikha yang tidak diikat.
Juga dikatakan bahwa kalau seseorang membiarkan sikha-nya tidak
diikat, badan akan menjadi lemah.
Saat mengikat sikha sehabis mandi, ucapkan mantra Hare
Krishna atau kalau sudah diinisiasi dengan mantra Gayatri,
ucapkan Brahma-Gayatri (mantra Gayatri bait pertama) dalam
hati. Sikha hendaknya jangan dikepang (secara tradisi hanya
perempuan yang mengepang rambut), juga hendak-nya jangan
dibiarkan panjang dan tergerai.
Srila Prabhupada menyebut-kan
hal ini dalam sebuah perca-
kapan dengan beberapa murid
di Hawaii,
“Sikha Gaudiya Vaishnava
berdiameter satu setengah
inchi, tidak lebih daripada itu.
Sikha yang lebih besar daripada
itu berarti Sampra-daya yang
berbeda. Dan sikha harus diikat.”
(6 Mei 1972, Hawaii.)
Kalau sikha terlalu
pendek untuk diikat,
bisa dibiarkan lepas
namun tidak acak-
acakan.
Perempuan: Lebih
diutamakan bagi
perempuan untuk
memelihara rambut
panjang dan diikat ke
belakang.
		
3. Kanthi-Mala (Kalung
Tulasi):
Semua penyembah yang sudah menerima diksa harus
memakai kanthi-mala setidaknya dua (2) atau tiga (3) lilitan.
Mala harus dililitkan di sekitar pangkal tenggorokan dan
hendaknya bisa dilihat dengan jelas.
Penyembah yang belum mene-rima diksa namun telah
mengikuti semua prinsip aturan selama bebe-rapa waktu dan yang
ingin meneri-ma diksa juga boleh memakai kanthi-mala.
KalungTulasi yang dipakai di leher menunjukkan penyerahan-
diri seorang penyembah kepada Tuhan, karena itu orang yang
memakai ka-lung Tulasi di lehernya sangat dicintai oleh Tuhan.
Namun, orang berbuat kesalahan bila ia memakai kalungTulasi
hanya sekadar meniru seorang Vaish-nava tanpa berusaha secara
25Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
serius untuk berserah-diri kepada Tuhan.
Disarankan agar jangan memakai kalung Tulasi apabila
seseorang tidak mengikuti empat prinsip aturan.
Beberapa penyembah juga memakai jenis mala bertuah
lainnya baik yang terbuat dari Tulasi, biji bunga padma, tali
dari ratha (kereta) Jagannatha, atau pavitra berbahan sutra saat
melakukan puja, japa atau kegiatan suci lainnya, di mana benda-
benda ini hendaknya dilepas saat mandi atau meninggalkan kuil
atau rumah, dan saat ke kamar kecil.
Kanthi-mala dipakai selalu, sebab kalung itu me-lindungi
seseorang dari mimpi buruk, kecelakaan, serangan senjata dan
utusan Yamaraja. Begitu melihat Tulasi-mala, para Yamaduta lari
ketakutan bagai de-daunan diterbangkan angin.
Penyembah yang tidak mengikuti
prinsip-prinsip dasar, terutama
mengucapkan Nama Suci dan empat
prinsip aturan (yakni tidak makan
daging, tidak berzinah, tidak berjudi,
tidak mabuk-mabukan) hen-daknya
jangan memakai kanthi-mala. Berbicara
secara tegas, sekali kanthi-mala dipakai,
bahkan bawang merah dan bawang putih
pun tidak boleh melewati tenggorokan.
Karena itu, orang hendaknya menasihati para pe-nyembah baru
dengan cara seperti itu.
4. Jenggot dan kumis :
Penyembah yang sudah menerima diksa atau yang akan
menerima diksa hendaknya tidak memelihara kumis atau
jenggot. (Namun, hendaknya diper-hatikan bahwa dalam
beberapa ‘matha’ Vaishnava, laki-laki mencukur wajah dan
kepalanya sekali saat bulan mati atau saat bulan purnama;
dan dalam peri-ode Caturmasya mereka tidak bercukur sama
sekali. Namun standar bagi kita ialah bercukur secara teratur
dengan pengecualian untuk yatra tertentu atau alasan lain
yang dapat dibenarkan).
G) KEBERSIHAN DAN KESEHATAN
a) Seperti disebutkan sebelumnya, di tempat sembahyang
harus memakai pakaian bersih.
b) Sehabis menerima prasadam, lantai tempat menaruh
piring harus dibersihkan. Hendaknya jangan melang-
kahi area tempat prasadam, sebab tempat itu dianggap
tercemar. Tempat di mana kita menerima prasadam
menjadi tercemar, dan kalau kita melangkah di tempat
itu, maka kaki harus segera dicuci. Area tempat kita
menerima prasadam harus segera dibersihkan sehabis
menerima prasadam. Oleh karena kuil harus sangat bersih,
kita hendaknya berhati-hati agar tidak mence-mari kuil
dengan tidak semestinya.
c) Orang hendaknya jangan memasuki aula kuil tanpa
mencuci tangan dan kaki sehabis makan.
d) Orang hendaknya memasuki kuil dengan tangan dan
kaki yang bersih.
e) Orang hendaknya mandi sehabis buang air besar dan setelah
itu baru boleh memasuki aula kuil.
f) Orang hendaknya jangan memasuki kuil sehabis menghadiri
pembakaran mayat atau sehabis menyentuh mayat. Ia harus
mandi terlebih dahulu, setelah itu baru boleh memasuki kuil.
g) Orang hendaknya jangan kentut atau beserdawa di dalam
tempat sembahyang.
h) Orang hendaknya menghindari memasukkan jari ke mulut,
telinga atau hidung saat berada di tempat sem-bahyang. Kalau
terpaksa harus melakukan hal itu (demikian juga di luar kuil),
sehabis itu ia harus segera mencuci tangan.
i) Selama mengalami menstruasi, para mataji boleh mengunjungi
kuil, tetapi mereka tidak boleh melakukan pemujaan Arca,
seperti arati, menghias Arca, memasak, membuat garlan atau
tugas-tugas lainnya yang mem-butuhkan kehadiran mereka
di ruang Arca atau di dapur, atau pekerjaan apa pun yang
berhubungan secara lang-sung dengan Arca (misalnya menjahit
pakaian Arca).
Selama masa tersebut, mataji yang bersangkutan hendaknya
menghindari sentuhan fisik dengan siapa saja yang sedang atau
akan melayani Arca.
Mereka boleh mengikuti Tulasi-puja namun hendak-nya
tidak mempersembahkan air kepada Tulasi-devi.
Dalam keadaan apa pun, berjapa dengan japa-mala
harus terus dilakukan. Tidak ada alangan material untuk
mengucapkan Nama Suci Tuhan.
Sejauh menyangkut situasi di rumah, para mataji yang
beralangan hendaknya berusaha menjaga standar tadi sebisa
mungkin. Dalam beberapa keadaan ba-rangkali hal tersebut
tidak dapat diterapkan, seperti jika tidak ada orang lain yang
memasak, dsb. Dalam keadaan demikian, mataji bersangkutan
bisa mela-kukan apa yang diperlukan untuk memenuhi
kewajiban rumah tangga dan pada saat yang sama juga berusaha
agar Arca yang ada di rumah bisa dilayani.
Sebisa mungkin, anggota keluarga lainnya hendak-nya
membantu dalam hal ini.
H) PERILAKU UMUM
a) Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita adalah seorang
penyembah dan wakil Guru dan Krishna. Apakah di kuil atau
di rumah, saat bekerja di kantor atau di jalan, kita hendaknya
menunjukkan perilaku yang bisa me-ngundang penghormatan
terhadap Guru dan Krishna, dan hendaknya menghindari segala
perilaku yang akan memberi kesan buruk terhadap Guru dan
Krishna.
b) Penyembah hendaknya jangan memakai perhiasan, jam tangan
dsb., yang mahal dan menyolok. Bagi para mataji, perhiasan
harus dipakai dengan penuh pertim-bangan (jika memang harus
memakai) dan bagi laki-laki lebih baik menghindari sama sekali
segala jenis perhiasan seperti kalung emas, gelang, dsb.
c) Sebisa mungkin penyembah hendaknya menghindari
menggunakan segala jenis barang yang terbuat dari kulit, dengan
mengetahui semua itu sebagai hasil dari pembunuhan binatang.
Kecuali tidak bisa dihindari dalam pelayanan, kita hendaknya
28 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
menahan diri dari menggunakan sepatu kulit (dan juga barang-
barang seperti tas, dompet, tali jam dsb.).
d) Bahkan (dan khususnya) jika kita dikritik atau orang berbuat
kesalahan terhadap diri kita, kita hendaknya mengambil sikap
dengan tetap menjaga martabat.
e)Tentu kita berusaha untuk mencegah diri kita ditipu orang atau
kita akan mengambil tindakan ketika di-butuhkan, namun
hendaknya kita berhati-hati agar menghindari pertengkaran,
terlibat dalam adu mulut yang sia-sia, dan sebagainya.
f) Secara khusus seorang penyembah harus berhati-hati dalam
hubungan dengan lawan jenis.
g) Srila Rupa Gosvami mengatakan bahwa seorang penyembah
tidak boleh lalai dalam urusan biasa. De-ngan kata lain, kita
hendaknya jangan mengabaikan tata krama dan formalitas
biasa dengan menganggap semua itu sebagai hal duniawi (dan
menganggap diri sudah rohani).
h) Menyentuh seseorang dengan kaki adalah suatu kesa-lahan.
Misalkan, kalau seseorang mesti melewati pe-nyembah yang
sedang duduk di kuil, ia hen-daknya mengulurkan tangan untuk
mengisya-ratkan bahwa ia ingin lewat sehingga mereka akan
menggeser lutut untuk memberi jalan (lihat gambar.)
Kalau tanpa sengaja seseorang menyentuh seorang
penyembah dengan kakinya, ia hendaknya menyentuh badan
penyembah bersangkutan dengan tangan kanan secara lembut
dan (kemudian) menyentuhkan tangan kanannya ke kepalanya
sendiri; hal ini akan menghapus kesalahan tersebut.
I) MENGHADIRI CERAMAH
a) Ketika menghadiri ceramah, kita hendaknya penuh perhatian
dan tenang. Seorang penyembah yang banyak bicara atau
mengantuk akan mengurangi semangat dan mengacaukan
pikiran yang berpengaruh pada pence-ramah dan penyembah
yang sedang mendengarkan. Hal itu juga menjadi kesan yang
kurang bagus terhadap perkumpulan kita.
b) Kalau seseorang benar-benar mengantuk, ia hendaknya bergeser
29Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
ke dinding di tepi ruangan dan bisa berdiri.
c) Aturan mengenai sikap duduk di dalam kuil sebagai-mana telah
disebutkan sebelumnya hendaknya diikuti.
d) Kita hendaknya menghindari keluar-masuk kuil atau ruangan
tempat berlangsungnya ceramah. Hal ini sangat mengganggu.
e) Para orang tua harus menjaga anak-anaknya. Kalau anak-anak
ribut, mereka harus diajak keluar ruangan kuil.
f) Pertanyaan yang relevan dan berhubungan dengan topik
ceramah boleh diajukan, dengan sikap rendah hati.
J) MENGHADIRI UPACARA ARATI
Arati juga disebut niran-jana atau drsti, yang arti-nya
mempersembahkan benda-benda bertuah de-ngan cara
memutarkannya di hadapan seseorang un-tuk menghilangkan
penga-ruh atau unsur-unsur ku-rang mujur, dengan tujuan
perlindungan.
Berbagai benda yang dipersembahkan, yang semuanya
melambangkan unsur-unsur material dalam bentuknya yang
suci dan obyek-obyek indera
yang berkaitan (seperti suara,
bentuk, sentuhan, dsb.) adalah
bertuah dan me-nyucikan.
Dengan demikian, semua
upacara arati yang dipersem-
bahkan kepada Tuhan adalah
bertuah (mangala) tetapi arati
pertama setiap hari, pada pagi
hari, dianggap paling bertuah bagi semua yang menghadiri.
Srila Visvanatha Cakravarti Thakura, dari masa per-tengahan
abad ketujuh belas, adalah seorang guru spiritual agung dalam
rangkaian garis Guru dan murid yang sadar akan Krishna. Beliau
berkata, “Orang yang melantunkan doa-doa pujian yang indah
ini kepada guru spiritual dengan suara keras dan penuh perhatian
selama brahma-muhurta, pada akhir hayatnya akan mencapai
pelayanan langsung kepada Krishna, Penguasa Vrindavana.”
30 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
K) MENGHORMATI MAHA-PRASADAM / NIRMALYA
Yang dimaksud nirmalya adalah garlan/ kalungan bunga, bunga,
candana, air mandi (caranamrita), lampu ghee dan daun Tulasi
yang telah dipersembahkan kepada Tuhan oleh pujari selama
melakukan puja. Setelah puja selesai, para penyembah hendaknya
menerima benda-benda ini di atas kepala, sambil berkata, “jaya
maha-prasadam.”
I. Bunga, garlan/ kalungan bunga:
Orang hendaknya jangan bersikap tidak hormat ter-hadap
nirmalya dengan melangkahinya atau mening-galkannya
tergeletak di tempat kotor.
Setelah diperlakukan dengan penghormatan semes-tinya,
nirmalya seperti garlan dan bunga bisa dikum-pulkan lalu
dihanyutkan di sungai, danau atau laut.
Penyembah menerima prasadam garlan bunga dengan cara
menyentuhkannya ke kepala, memakainya dan menciumnya.
Penyembah menerima prasadam garlan Tulasi dengan
menyentuhkannya ke kepala dan menciumnya, tapi tidak
menggunakannya.
II. Caranamrita :
Meminum air mandi Sri Vi Šu ampuh untuk melebur pengaruh
jutaan dosa misalnya dosa
membunuh makhluk hidup
lain. Tetapi, orang yang
membiarkan air mandi
yang suci itu jatuh ke tanah
bahkan setetes pun harus
mengalami derita delapan
juta pengaruh dosa tersebut.
(Hari-bhakti-vilasa)
Srila Prabhupada menulis:
Harus dilaksanakan ma-ngala-
arati secara rutin di kuil pada
pagi hari, satu setengah jam
sebelum ma-tahari terbit. (Cc.
Madhya, 23.334, penjelasan)
Pujari (atau asisten pujari) hen-daknya membagikan
caranamrita kepada para penyembah, yang hendaknya
mengucap-kan sloka berikut saat meminum dan menaruhnya
31Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
di kepala:
Untuk menghindari agar tidak jatuh, taruh tangan kiri di
bawah tangan kanan saat menerima maha-prasada, bunga
nirmalya, daun dan manjari Tulasi atau Caranamrita.
III. Lampu Ghee :
Di kuil-kuil tradisional lampu ghee terlebih dahulu dibawa
kepada Garuda, yang berdiri di belakang kuil.
Di kuil-kuil ISKCON lampu ghee terlebih dahulu dibawa
kepada Srila Prabhupada, Acarya-Pendiri ISKCON, sebab
beliau adalah Vaisnava-srestha, pemim-pin para Vaishnava yang
hadir, dalam hal senioritas. (Perempuan yang sedang beralangan
hendaknya tidak menyentuh lampu.)
Orang yang mengedarkan lampu prasada hendaknya tanggap
Lebih lanjut Srila Prabhupada menekankan dalam buku Lautan
Manisnya Rasa Bhakti tentang manfaat melihat upacara arati:
Di dalam Skanda Purana terdapat uraian berikut mengenai
hasil melihat arati (pemujaan) kepada Arca: “Apabila seseorang
melihat wajah Tuhan saat arati berlangsung, ia bisa terbebas
dari semua reaksi dosa yang berasal dari ribuan dan jutaan
tahun sebelumnya. Ia bahkan diampuni dari dosa membunuh
brahmana atau kegiatan terlarang yang sejenis itu.” (Lautan
Manisnya Rasa Bhakti, Bab 9)
mengenai senioritas para penyembah yang hadir; namun,
para penyembah yang hadir hendaknya juga jangan mudah
tersinggung kalau terlewatkan saat lampu diedarkan.
Lampu itu bukan dimaksudkan untuk menghormati atau
memuliakan kita, melainkan justru kita yang di-maksudkan
untuk menghormati lampu tersebut sebagai prasadam Tuhan
dengan cara menyentuhkan api ke kening dengan singkat
memakai kedua tangan sambil berkata, ‘jaya maha-prasadam’.
IV.Pakaian Arca :
Jenis nirmalya lainnya yang digunakan adalah pakaian
Arca. Pakaian Arca yang dibagikan sebagai prasadam Tuhan
hendaknya dihormati.
Kita bisa menghormati pakaian prasada dengan cara
menyimpannya bersama perlengkapan puja lainnya, atau
bahkan dengan menyimpannya dalam bingkai kaca dan
menggantungnya di tembok seperti sebuah lukisan atau foto.
Kita juga boleh memakainya, namun tegas kata, sebaiknya
jangan memotong dan menjahit kembali pakaian tersebut,
sebagaimana kebiasaan ini sudah tersebar luas. Kalau tindakan
memotong dan menjahit itu harus dilakukan, sebaiknya hanya
untuk pakaian sembahyang. Kantung japa dan kostum, yang
akan digunakan untuk drama anak-anak bisa diterima (kalau
drama itu bertujuan untuk mengagungkan Tuhan).
Hindari menggunakan prasada pakaian apa pun di bawah
pinggang Anda.
V. Maha-prasadam :
Sebagaimana yang lumrah dilakukan di
beberapa kuil di India, setelah darsana-
arati, pujari biasanya mem-bagikan
sejumlah kecil prasadam kepada para
penyem-bah langsung dari ruangan
altar atau dari luar. Kadang-kadang
untuk tujuan pengajaran sejumlah prasadam dibagikan kepada
para tamu. Penyembah menghormati sisa makanan ini dengan
cara segera memakannya, dengan sedikit bergeser ke samping
çré-rädhä-kåñëa-pädodakaà prema-bhakti-daà mudä
bhakti-bhäreëa vai pétvä çirasä dhärayämy aham
“Air dari kaki-padma ®r… ®r… R€dh€ dan Krishna meng-
anugerahkan bhakti yang murni kepada Mereka. Setelah
meminum air tersebut dengan rasa riang dan penuh bhakti, aku
menyimpan air itu di atas kepalaku.”
ruangan kuil supaya tidak langsung makan di hadapan Arca.
Usahakan membagikan prasadam manisan kering, sebab
prasadam yang basah bisa jatuh ke lantai.
2. ETIKA LAINNYA
A) MEMPERLAKUKAN BENDA-BENDA SUCI
I. Buku, japa, kartal, dsb., hendaknya jangan ditaruh di atas lantai
atau di tempat yang kotor dan hendaknya dihormati sebagai
alat-alat yang pantas dipuja.
II. Hendaknya jangan menyentuh benda-benda suci de-ngan
kaki atau menggunakan kaki untuk melakukan apa yang bisa
dilakukan dengan tangan.
III. Jika benda-benda suci tersebut jatuh ke lantai atau kaki kita
menyentuhnya, segera angkat benda tersebut lalu sentuhkan
ke kepala.
IV. Hendaknya jangan melangkahi buku, penyembah, prasadam,
bunga yang telah dipersembahkan kepada Tuhan atau
melangkahi benda-benda suci lainnya.
V. Semua benda suci hendaknya disimpan di tempat yang bersih
dan rapi serta dijaga dengan hati-hati. Benda-benda tersebut
tidak boleh dilempar melainkan harus diserahkan kepada
orang lain dengan penuh kehati-hatian.
VI. Benda-benda suci seperti japa, buku, tilak, dsb., hendaknya
jangan dibawa ke kamar mandi.
VII. Kita hendaknya berhati-hati memperlakukan foto Guru dan
Krishna. Benda-benda tersebut harus diper-lakukan dengan
penuh perhatian dan hormat.
VIII. Chaddar (selendang/ syal) Hari-Nama hendaknya
diperlakukan secara khusus. Karena Nama Suci tercetak
pada kain tersebut, maka benda itu menjadi benda suci dan
hendaknya jangan dibiarkan menyen-tuh lantai.
IX. Kita hendaknya waspada saat bersujud agar kantung japa
yang ada di tangan tidak menyentuh lantai. Japa hendaknya
diletakkan terlebih dahulu sebelum ber-sujud.
34 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
X. Kita hendaknya berhati-hati memperlakukan perleng-kapan
Arca seperti pakaian, perhiasan, berbagai wa-dah, dsb.
Contohnya, pakaian dan handuk hendaknya dilipat dan
disimpan dengan baik, wadah-wadah air hendaknya ditaruh
di tempat yang baik, dsb.
Kalau tangan menyentuh lantai atau menyentuh sesuatu
yang tidak bersih, kita hendaknya mencuci tangan sebelum
kembali menyentuh perlengkapan Arca.
Krishna tidak berbeda dengan perlengkapan-Nya, dan
memperlakukan perlengkapan Krsna dengan tidak baik
berarti memperlakukan Krishna dengan tidak baik pula. Maka
bhakti yang sejati tidak akan bangkit di hati. Kita harus sadar
selalu bahwa berbagai benda ini bukanlah benda-benda biasa,
melainkan semua digunakan dalam pelayanan kepada Krishna
sehingga pantas dipuja.
B) KEBIASAAN PRIBADI
I. Orang yang bersungguh-sungguh menempuh kehi-dupan
spiritual hendaknya bangun pagi-pagi sekali, lebih bagus
lagi sebelum jam ‘brahma-muhurta’ yakni satu setengah
jam sebelum matahari terbit.
II. Setelah bangun, pertama-tama gosok gigi.
III. Kemudian kita hendaknya mandi dengan air dingin dan
setelah selesai memakai pakaian bersih, memulai sadhana
sehari-hari.
IV. Mandi hendaknya dilakukan setelah:
- bangun di pagi hari
- tidur siang lebih dari satu jam
- buang air besar
- berkeringat banyak, atau
- tercemar dengan cara apa pun (sehabis dari tempat
pembakaran mayat).
V. Kesehatan dan kebersihan pribadi hendaknya dijaga. Kuku
hendaknya tetap bersih dan pendek. Potongan kuku harus
dibuang di tempat sampah. Srila Rupa Goswami bahkan
menyebutkan bahwa orang harus teliti menjaga kebersihan
35Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
gigi dengan baik dan teratur.
VI. Tangan dan kaki hendaknya dicuci sehabis buang air kecil
dan tangan hendaknya dicuci bersih dengan sabun sehabis
buang air besar. Mereka yang sudah diinisiasi brahmana
harus melilitkan tali suci di telinga kanan saat ke kamar kecil.
VII. Hendaknya hanya tangan kanan yang digunakan
untuk makan, berjapa dengan menggunakan japa-mala,
mempersembahkan sesuatu, menerima sesu-atu, dsb.
VIII. Cuci tangan, kaki dan mulut sebelum dan sesudah melayani
prasadam.
IX. Cuci tangan sehabis minum air.
X. Jangan meludah saat makan.
XI. Jangan meludah ke air.
XII. Sannyasi hendaknya mandi tiga kali sehari, grhastha dan
brahmacari mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari.
XIII. Mandilah sehabis bercukur, berhubungan badan atau datang
dari tempat pembakaran mayat.
XIV. Sebaiknya istirahat/ tidur sekitar enam (6) sampai enam
setengah (6 1/2) jam setiap malam. Kebanyak-an tidur
atau kurang tidur tidak baik untuk kesa-daran Krishna kita.
XV. Kita hendaknya berusaha tidur di atas lantai atau dengan
alas yang agak keras. Tempat tidur yang empuk dan mewah
hendaknya dihindari.
XVI. Tidur yang paling baik adalah dengan posisi miring ke arah
kiri. Jika tidak memungkinkan, bisa dengan terlentang, tapi
jangan tidur telungkup.
XVII. Hendaknya jangan membuang-buang energi Krishna seperti
sabun, pasta gigi, listrik, air, dsb. Hendaknya matikan lampu
dan kipas, manakala tidak diper-lukan.
XVIII.Hendaknya gunakan uang Krishna dengan bijak-sana
dan penuh tanggung jawab, dengan bertanya pada diri
sendiri apakah pengeluaran ini benar-benar perlu untuk
meningkatkan pelayanan kepada Krishna.
C) KIRTANA
I. Memimpin kirtana pada suatu satsanga merupakan sebuah
36 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
kehormatan di mana seseorang mewakili seluruh hadirin di
hadapan Arca. Oleh sebab itu, kita hendaknya sadar akan
hal ini dan memimpin kirtana hanya bila diminta.
II. Kita hendaknya hanya menyanyikan kirtana-kirtana yang
dibenarkan (otoritatif).
III. Doa prema-dhvani (jaya om visnu-pada.......) pada akhir
kirtana hendaknya diucapkan oleh penyembah paling senior
yang hadir, misalnya sannyasi atau murid Srila Prabhupada.
IV. Hendaknya hanya doa prema-dhvani baku yang diucapkan,
kecu-ali pada acara-acara tertentu seperti hari kemunculan, di
mana pujian yang cocok bisa ditambahkan.
V. Ada melodi-melodi standar yang harus dinyanyikan pada saat-
saat tertentu. Khususnya pada acara pagi, doa samsara-dava
dan Hare Krishna maha-mantra hendaknya dinyanyikan
dengan menggunakan melo-di pagi.
VI. Kirtana hendaknya sederhana dan bisa diikuti dan diulangi
dengan mudah oleh hadirin.
VII. Semua penyembah hendaknya menyanyi bersama-sama
dengan penuh semangat.
VIII. Semua penyembah hendaknya mengikuti melodi yang sama
seperti yang dinyanyikan oleh pemimpin kir-tana. Karena
itu, para penyembah harus memberi perhatian penuh setiap
Disebutkan dalam Srimad-Bhagavatam 3.20.46
(Penjelasan):
“Pagi-pagi sekali, satu setengah jam sebelum ma-tahari
terbit, disebut brahma-muhurta. Selama brahma-muhurta
ini dianjurkan untuk melakukan kegiatan spiritual.
Kegiatan spiritual yang dilakukan saat subuh memberi
hasil yang jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan
pada saat lain.”
saat.
IX. Pemain mridanga dan kartala hendaknya berada dekat
dengan pemimpin kirtana, mengamati dengan saksama,
dan MENYESUAIKAN KECEPATAN PERMA-INAN
37Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
MEREKA DENGAN LAGU YANG DINYANYIKAN
PEMIMPIN KIRTANA. Karena itu, pemain mridanga dan
kartala harus memberi perhatian khusus.
X. Pola umum pada kirtana pagi hendaknya doa-doa samsara-
dava, panca-tattva mantra, Hare Krishna maha-mantra dan
hari haraye namah krsna yadavaya namah, (gopal govinda
ram sri madhu-sudhana).
XI. Bila ada dua atau lebih pemain kartala, mereka harus bermain
dengan serasi. Begitu juga dengan pemain mridanga.
XII. Kirtana harus indah dan merdu dan tidak sekadar keras.
D) MENARI
I. Srila Rupa Goswami menyatakan bahwa kita hen-daknya
belajar untuk menari di hadapan Arca.
II. Hendaknya menari dengan lemah gemulai dan ber-semangat,
tidak kasar dan liar.
III. Menari menurut tradisi Gaudiya seperti yang diper-lihatkan
oleh Sr…la Prabhupada hendaknya menjadi standar.
IV. Sebagai tambahan, tarian bisa di-lakukan dalam berbagai
formasi. Misalnya:
- barisan penyembah yang secara ber-irama saling mendekati
satu sama lain dan kemudian mundur.
- penyembah membentuk barisan, yang satu di belakang yang
lain, sambil terus menghadap Arca, ber-gerak maju-mundur
secara berirama.
- penyembah bergerak dalam sebuah lingkaran (lihat gambar
di bawah).
V. Para penyembah harus berhati-hati agar formasinya tetap
terjaga dan mereka tetap berada dalam barisan.
VI. Ketika menari dalam formasi, para penyembah hen-daknya
mengangkat tangan, berpegangan tangan, dsb., sebagaimana
diperlukan untuk formasi tertentu itu.
VII. Tarian ini bukanlah sebuah “olahraga untuk tontonan”
dan para penyembah hendaknya jangan hanya berdiri dan
menonton. Semua hendaknya ikut serta. Tapi, bagi mereka
yang tidak berkenan (khususnya tamu dan pendatang baru
38 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
atau mereka yang sedang sakit) hendaknya jangan dipaksa.
VIII. Tarian yang bisa membahayakan penyembah lainnya
hendaknya dihindari, misalnya:
- dua penyembah bertepuk tangan dan berputar-putar, sebab
itu bisa membahayakan penyembah lain.
- berputar-putar sendirian sambil merentangkan tangan.
- melemparkan anak (dan bahkan anak yang su-dah besar)
di udara atau mengangkat mereka.
- mendorong secara berlebihan saat bergerak da-lam
lingkaran.
IX. Laki-laki dan perempuan hendaknya menari di tempat
terpisah.
X. Kita hendaknya kita selalu memerhatikan gerakan penyembah
yang memimpin, lalu menyesuaikan diri.
Tarian yang sempurna adalah seperti gaya Sri Caitanya
yakni dengan mengangkat tangan atau mencakupkan tangan
dengan penuh semangat dan rasa bhakti.
E) PEMBICARAAN
I. Dorongan untuk berbicara sangatlah kuat dan begitu kita
mendapat kesempatan kita mulai berbicara. Srila Prabhupada
menjelaskan bahwa kalau kita tidak ber-bicara tentang Krishna-
katha maka kita hanya akan berbicara hal yang bukan-bukan.
II. Pembicaraan seperti itu disebut ‘prajalpa’ yang lahir dari
identifikasi (penyamaan diri) material kita. Karena itu
penyembah harus menahan diri dari prajalpa.
III. Semua buku duniawi juga merupakan wujud nyata
dorongan untuk berbicara. Dalam “Upadesamrita” Srila
Prabhupada menjelaskan bahwa
orang-orang mater-ialistik membaca
bertumpuk-tumpuk koran, majalah
dan novel, mengisi teka-teki silang
dan melakukan banyak hal yang
Lebih terperinci
lihat Lampiran IV
di akhir bagian ini.
(Hal. 46)
bukan-bukan. Dengan gaya hidup seperti ini, orang hanya
membuang-buang waktu dan energinya yang amat berharga.
39Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Di negara-negara Barat, orang-orang tua yang sudah pensiun
bermain kartu, memancing, menonton televisi dan berdebat
tentang rencana-rencana sosiopolitik yang tidak berguna.
Semua ini dan kegiatan yang bukan-bukan lainnya termasuk
dalam kategori prajalpa. Orang cerdas yang berminat dalam
kesadaran Krishna hendaknya jangan pernah melibatkan diri
dalam kegiatan-kegiatan ini.
IV. Srila Rupa Goswami menganjurkan proses Krishna-
katha berbicara tentang segala pokok bahasan yang
berhubungan dengan Krishna sebagai cara untuk me-ngatasi
dorongan berbicara. Oleh sebab itu, kalau kita harus berbicara,
hendaknya kita berbicara tentang Krishna-katha.
V. Sebelum menyampaikan sesuatu hendaknya kita
mempertimbangkan apakah
- itu perlu?
- itu baik?
- itu tepat?
VI. Penyembah hendaknya menghindari pembicaraan yang
menyakiti hati orang lain, terutama penghinaan ter-hadap
penyembah lain, yang merupakan kesalahan pertama terhadap
Nama Suci. ‘Vaishnava aparadha’ pasti akan cepat sekali
mematahkan benih bhakti kita yang lembut.
F) KEGIATAN PENGAJARAN
I. Tindakan dan perilaku kita sendiri adalah pengajaran terbaik
sebab perbuatan lebih meyakinkan daripada kata-kata belaka.
Seperti pepatah mengatakan “Tin-dakan Anda sudah berbicara
banyak sehingga saya tidak perlu lagi mendengar apa yang
Anda katakan.”
II. Pengajaran artinya untuk mengubah hati, bukan sekadar
mengalahkan orang lain secara intelektual.
III.Tentu saja ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh menyajikan
filsafat kita dengan benar. Semua penyem-bah harus berusaha
mempelajari buku-buku Srila Prabhupada dan memahaminya
dengan seksama dan berusaha menyampaikannya dengan
penuh keyakinan sebagaimana yang telah ia baca dan dengar,
40 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
dengan sikap rendah hati.
IV. Tidaklah perlu membaca buku-buku
lain atau men-dengar dari ahli filsafat
lain untuk belajar bagaimana cara
mengajarkan. Pelayan tulus sang Guru
adalah pengajar terbaik.
V. Prinsip pengajaran dijelaskan dengan baik
oleh Srila Rupa Goswami dalam Bhakti
Rasamrita Sindhu:
VI. Pada dasarnya, yang akan mengubah hati
orang bu-kanlah semata-mata karena
filsafat yang kita sam-paikan namun
utamanya pada seberapa luas kita telah mengamalkan filsafat
itu dalam kehidupan kita dan menginsafi pengetahuan itu
secara nyata.
VII. Pengajaran kita hendaknya dilakukan dengan sikap rendah
hati dan bukan dengan sikap tinggi hati.
VIII. Saat mengajarkan kita hendaknya hanya mengulang kata-kata
Guru dan menyampaikan ajaran-ajarannya seperti seorang
tukang pos dan hendaknya tidak pernah berpikir bahwa kita
mengetahui lebih banyak daripada para acarya terdahulu,
tentang bagaimana cara mengajarkan. Kita diberi kuasa sesuai
dengan seberapa besar kerendahan hati kita untuk menyam-
paikan petuah-petuah mereka.
IX. Kita harus memperlihatkan rasa belas kasih dan perhatian
kepada orang yang sedang kita ajarkan. Barangkali kita perlu
memberi perhatian terhadap masalah-masalah kecil dalam
41Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
kehidupan materialnya.
X. Kita harus menyampaikan kebenaran, tetapi sesuai dengan
desa, kala dan patra, yakni tempat, waktu dan orangnya.
Tujuan kita ialah untuk membuat orang menjadi sadar
akan Krsna dan kita harus mengajarkan sambil senantiasa
menyimpan tujuan ini dalam pi-kiran dan melakukan apa
yang dipandang perlu.
XI. Kita harus memiliki pendekatan berimbang saat me-
ngajarkan. Pengajar yang baik akan selalu mengerti kebutuhan
penyembah dalam golongan yang ber-beda-beda. Seperti
halnya dalam kehidupan material ada pegawai bank,
pengacara, dokter dan sebagainya, dalam kehidupan spiritual
pun dibutuhkan (dan akan selalu ada calon yang ingin untuk)
tahap pelepasan ikatan dan juga mereka yang hidup berumah
tangga atau golongan profesional. Kedua jenis penyembah itu
diperlukan dan bernilai.
XII. Saat mengajarkan kepada orang tertentu, pendekatan kita
hendaknya adalah untuk memberi nasihat apa yang terbaik
untuk kesadaran Krishna orang tersebut.
XIII. Dibutuhkan brahmacari-brahmacari yang berkua-lifkasi,
grhastha yang berkualifikasi, vanaprastha yang berkualifikasi
dan sannyasi yang berkualifikasi dan kita hendaknya
menyemangatkan seseorang me-nurut kedudukan di mana
ia dapat mencapai kema-juan spiritual yang terbaik dan
melayani misi Srila Prabhupada.
XIV. Etika-etika dasar harus diikuti ketika penyembah lain juga
sedang mengajarkan. Hendaknya ia jangan dipotong secara
42 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
tiba-tiba kecuali ada hal mendesak.
XV. Sopan santun yang lumrah harus diikuti, misalnya bertutur
kata sambil tersenyum, siap membantu ka-lau ada orang
yang membutuhkan bantuan atau bimbingan.
XVI. Orang-orang baru hendaknya dibuat merasa layaknya berada
di rumah sendiri dan hendaknya disambut dengan penuh
cinta kasih dan ramah tamah.
XVII. Khususnya saat Sunday feast di kuil, penyembah hendaknya
lebih mengutamakan bergaul dengan tamu dan pendatang
baru kemudian barulah dengan sesama penyembah.
XVIII. Ketika mengajarkan kepada orang baru, kita harus selalu
ingat bahwa mengajarkan kepada penyembah adalah hal
yang sama pentingnya, kalau tidak lebih penting.
	 Jadi, saat kita membuat penyembah baru merasa betah
seperti di rumah sendiri, para penyembah yang sudah biasa
datang hendaknya jangan diabaikan.
XIX. Pada program-program luar, pendatang baru dan tamu bisa
didahulukan untuk mengajukan pertanyaan seusai ceramah,
khususnya bila waktu terbatas. Penyembah-penyembah
bisa mengajukan perta-nyaan yang masih berkaitan untuk
menciptakan suasana di mana para pendatang baru akan
merasa disemangatkan untuk mengajukan pertanyaan, atau
bila pendatang baru sudah selesai mengajukan per-tanyaan
tapi masih ada waktu tersisa untuk perta-nyaan berikutnya.
XX. Kita hendaknya jangan mengajarkan/ menganjurkan hal
yang melanggar hukum-hukum di suatu wilayah tertentu
dengan dalih melakukan sesuatu untuk Krishna. Penyembah
juga harus mematuhi hukum-hukum ini.
XXI. Kita hendaknya jangan bersifat sektarian. Kita hen-daknya
menghormati semua agama dan jalan spiri-tual yang
bonafide. Khususnya kita hendaknya memperlihatkan rasa
hormat terhadap Sampradaya Vaishnava lainnya.
3. PRASADAM
I. Yang paling pertama dan utama, kita hendaknya hanya makan
prasadam yakni makanan yang sudah diper-sembahkan kepada
43Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Krishna dengan rasa bhakti.
II. Idealnya kita hanya memakan makanan yang
- dimasak oleh penyembah
- dipersembahkan kepada Krishna oleh penyembah
- disiapkan oleh penyembah
Kita hendaknya berusaha sebisa mungkin mendekati standar
ideal ini sebagaimana yang dapat kita jalani secara nyata
dengan mempertimbangkan keterbatasan kehidupan kota
dan keperluan pengajaran.
III. Kecuali benar-benar diperlukan untuk pengajaran atau
pelayanan, makanan yang dimasak oleh orang yang bukan
penyembah hendaknya dihindari.
IV. Dengan semangat yang sama, semua makanan komersil seperti
coklat, es krim, keripik, minuman bersoda, biskuit, roti dsb.,
jangan disediakan di rumah. Untuk tamu, kita bisa menyajikan
makanan yang dibuat sendiri dan minuman alami seperti air
jeruk, jus buah, dsb.
V. Makanan komersil mungkin bisa dikonsumsi saat me-lakukan
perjalanan jauh atau dalam keadaan terpaksa. Ketika prasadam
yang dibawa tidak mencukupi atau sebagai tambahan,
hendaknya lebih dipilih mengon-sumsi makanan mentah dan
yang tidak dimasak seperti buah, kacang-kacangan, susu, dsb.,
daripada makanan yang dimasak secara komersil.
VI.Terkadang saat mengadakan perjalanan jauh atau dalam tujuan
pengajaran atau tuntutan pekerjaan mungkin saja kita terpaksa
makan di restoran. Sebisa mungkin, kita hendaknya memilih
restoran yang murni vegeta-rian dan selanjutnya juga mesti
berhati-hati memesan makanan yang tanpa bawang merah
dan/ atau bawang putih.
VII.Kita hendaknya memakan prasadam yang bersifat sattvik dan
yena tena prakäreëa manaù kåñëa niveçayet
“Entah bagaimana caranya,
kita harus berpikir tentang Krishna.”
44 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
hindari makanan yang rajasik, yakni makanan yang terlalu
pedas, banyak minyak dan mewah.
VIII. Bhoga harus dipersembahkan dengan cara yang benar di
rumah.
IX. Prasadam hendaknya jangan disia-siakan. Prasadam yang
berlebih hendaknya disisihkan ke piring lain sebelum
dimakan.
X. Setelah semua anggota keluarga selesai makan, jika prasadam
masih tersisa, bisa disimpan selama bebe-rapa saat untuk
dimakan berikutnya jika memung-kinkan, atau dibagikan
kepada orang lain.
XI. Prasadam hendaknya dimakan dengan menggunakan tangan
kanan; tangan kiri hanya untuk menyentuh anggota badan
lainnya.
XII. Saat melayani prasadam, sendok yang dipakai untuk
membagikan hendaknya jangan sampai menyentuh piring
atau prasadam yang telah dimakan sebagian.
XIII. Makan prasadam hendaknya jangan berlebihan dan lebih
baik pada saat yang teratur setiap hari. Makan berlebihan dan
memakan makanan yang salah tidak baik untuk kehidupan
spiritual dan juga tidak baik untuk kesehatan. Mengendalikan
pola makan akan membantu kita mengendalikan lidah dan
pada gilirannya ini akan membantu kita mengendalikan
indera-indera.
XIV. Sebelum menghormati prasadam doa yang sesuai mesti
diucapkan.
XV. Prasadam harus dihormati dengan kesadaran bahwa ini adalah
karunia Krishna dan tidak berbeda dengan Krishna. Oleh
sebab itu, kecuali diperlukan untuk pengajaran, sebaiknya
kita diam. Mendengarkan pelajaran atau kaset pada saat ini
juga bermanfaat.
XVI. Bila ada tamu datang berkunjung ke rumah kita, bhoga
yang sudah dipersembahkan kepada Arca di rumah menjadi
maha-prasadam yang hendaknya dibagikan kepada semua
tamu sedikit-sedikit. Pra-sadam yang segar dan hangat
hendaknya dihidang-kan sesuai kebutuhan masing-masing
45Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
tamu, termasuk Guru dan sannyasi.
XVII.Bila Vaishnava senior hadir, kita hendaknya sabar menunggu
sampai mereka mulai makan dan setelah itu barulah kita
mulai makan (kecuali kita diminta agar mendahului).
XVIII. Kita boleh bangun berdiri setelah selesai menghor-mati
prasadam hanya bila semua sudah selesai makan (kecuali
seizin Vaishnava senior yang hadir saat itu).
XIX. Maha-prasadam Guru hendaknya jangan dibagikan di
hadapan para pendatang baru.
XX. Setelah mulai memakan prasadam, hendaknya jangan
menyentuh apa pun dengan tangan kanan.
XXI. Hendaknya kita jangan membagikan prasadam ke-cuali kita
sudah mencuci kedua tangan.
XXII. Kita hendaknya jangan memakan prasadam di ha-dapan
umum, di depan orang karmi, misalnya sambil berjalan di
jalanan, atau saat berarak-arakan. Sebisa mungkin, prasadam
hendaknya dihormati di tempat tersendiri atau berkumpul
bersama penyembah lain.
4. DAPUR
I. Dapur merupakan perluasan altar sebab apa pun yang
dimasak akan dipersembahkan kepada Arca. Jadi, apa pun yang
dikerjakan di dapur harus dilakukan dengan penuh hati-hati
dan penuh perhatian untuk Arca.
II. Tempat di mana Arca distanakan secara formal seperti halnya
di kuil, standar yang diharapkan cukup tinggi dan ketat.
Sebagai perbandingan, beberapa kelong-garan bisa dilakukan
dalam hal persembahan kepada Arca rumah tangga di mana
tidak mungkin untuk mem-pertahankan standar yang sama.
Misalnya, aturan menyatakan bahwa hendaknya jangan makan
di dapur atau di hadapan Arca. Tapi, di banyak rumah, altar,
dapur dan meja makan semua ada dalam satu ruangan, jadi
tidaklah mungkin untuk mengikuti aturan tadi.
III. Akan tetapi, para grhastha hendaknya selalu berpikir untuk
mencapai standar ideal dan berusaha sedapat mungkin untuk
46 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
mendekati standar tersebut, menye-suaikan dengan situasi
mereka sendiri. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita
memasak untuk Krishna. Se-makin kita berhati-hati terhadap
aturan kecil ini, kita akan menjadi semakin sadar bahwa kita
memasak bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk Krishna.
IV. Hanya pakaian bersih dan tak tercemar yang boleh di-gunakan
untuk memasak. Pakaian yang sudah digunakan di luar atau
di kamar mandi tidak boleh digunakan.
V. Kuku harus bersih dan dipotong pendek. Tangan harus dicuci
begitu memasuki dapur sebelum mulai mema-sak. Di kuil,
sebelum memasak harus mandi. Di rumah juga lebih baik
melakukan demikian.
VI. Kita hendaknya tidak memasukkan sesuatu ke dalam mulut
ketika berada di dapur. Kita hendaknya tidak mencuci mulut
atau berkumur di bak dapur. Terutama, kita hendaknya tidak
‘mencicipi’ atau ‘mencium’ masakan untuk mengetahui rasanya.
VII. Bila mungkin, hendaknya jangan makan atau minum di area
dapur. Jika hal ini tidak bisa dihindari, tirai di hadapan Arca
harus ditutup.
VIII. Alat-alat bhoga khusus yang digunakan memasak untuk Arca,
dan piring serta gelas untuk memper-sembahkan bhoga,
hendaknya disimpan dan dicuci secara terpisah dari piring,
cangkir dan gelas yang digunakan anggota keluarga untuk
makan dan minum.
IX. Jika seseorang menderita penyakit infeksi, ia hen-daknya
jangan melakukan sesuatu di area dapur yang bisa
mencemari bhoga dan alat-alat memasak.
X. Jika kita menyentuh lantai atau tempat sampah, atau anggota
badan bagian bawah, kita harus mencuci tangan.
XI. Hendaknya jangan berbicara yang bukan-bukan di dapur.
XII. Permukaan kompor, bak pencuci di dapur, dsb., hendaknya
dibersihkan sebelum dan sesudah memasak.
XIII. Kita hendaknya bekerja dengan hati-hati namun efisien dan
menghindari terjadinya kekacauan.
XIV. Apa pun yang terjatuh ke lantai tidak boleh ditaruh di atas
meja. Kalau sayuran jatuh ke lantai, cuci terlebih dahulu
47Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
baru bisa digunakan.
XV. Tidak boleh langsung memasuki dapur sehabis meng-
gunakan kamar kecil, kecuali langsung mandi.
XVI. SANGAT PENTING: Penyembah harus sangat
berhati-hati agar tidak ada rambut yang jatuh dan
mencemari persembahan. Perhatian yang sungguh-
Lebih terperinci
lihat Lampiran V
di akhir bagian ini.
(Hal. 49)
sungguh harus diberikan dalam
hal ini. Penyembah harus menjaga
rambutnya tertutupi dengan baik
saat memasak.
XVII. Maha-prasadam hendaknya jangan dimakan lang-sung dari
piring Arca, melainkan dipindahkan ke alat atau piring
lainnya sebelum dimakan. Standar kuil menetapkan bahwa
kita hendaknya jangan makan sebelum piring Arca selesai
dicuci.
Lebih terperinci lihat
Lampiran VI di akhir
bagian ini. (Hal. 50)
48 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran I
MANTRA-MANTRA PRANAMA
Srila Prabhupada pranati
nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale
çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine
namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe
nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe
“Hamba bersujud dengan hormat kepada Sri Srimad A. C.
Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang sangat dicintai oleh Sri
Krishna,karenatelahberlindungdikaki-padma-Nya.Sembahsujud
kami kepadamu, wahai guru spiritual, abdi dari Bhaktisiddhanta
Sarasvati Goswami. Anda ber-murah hati menyampaikan ajaran-
ajaran Sri Caitanyadeva dan menyampaikannya ke negara-negara
Barat, yang penuh dengan filsafat impersonal dan kekosongan.”
Gaurangga pranama
namo mahä-vadänyäya kåñëa-prema-pradäya te
kåñëäya kåñëa-caitanya-nämne gaura-tviñe nama
“Wahai inkarnasi yang paling murah hati! Engkau adalah Krishna
sendiri yang muncul sebagai Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu.
Engkau muncul dengan warna keemasan milik Srimati Radharani,
dan menyebarluaskan cinta kasih yang murni kepada Krishna.
Kami bersujud dengan hormat kepada-Mu.”
Sri Krishna pranama
he kåñëa karuëä-sindho déna-bandho jagat-pate
gopeça gopikä-känta rädhä-känta namo ‘stu te
“Sri K Ša yang hamba cintai, Engkau kawan bagi orang yang
49Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
menderita dan asal mula ciptaan. Engkau tuannya para gopi dan
kekasih Radharani. Hamba bersujud dengan hormat kepada-Mu.”
Panca-Tattva mantra
païca-tattvätmakaà kåñëaà bhakta-rüpa-svarüpakam
bhaktävatäraà bhaktäkhyaà namämi bhakta-çaktikam
“Hamba bersujud kepada Sri Krishna Caitanya, Prabhu
Nityananda, Sri Advaita, Gadhadara, Srivasa dan semua yang
lainnya dalam garis perguruan bhakti.”
50 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran II
BERSUJUD (Pranama/ Namaskara)
Pada pagi hari atau kapan pun mengunjungi kuil kita hendaknya
bersujud kepada Arca setelah Arca dibangun-kan, sebab ditetapkan
dalam sastra bahwa kita hendaknya tidak mengganggu Tuhan
dengan cara bersujud ketikaTuhan sedang beristirahat atau sedang
mandi. (Juga hen-daknya jangan mengelilingiTuhan pada saat ini).
Juga, kita hendaknya bersujud di luar ruang Arca, ja-ngan
bersujud di dalam, sebab dianjurkan untuk bersujud dari jarak yang
tidak terlalu dekat. Di dalam ruang Arca, persembahkan pranama
dengan cara mencakupkan ta-ngan, dengan mengucapkan mantra
dan dengan pikiran.
Astanga Pranama :
Kitab Hari-bhakti-vilasa menguraikan bagaimana cara
mempersembahkan dandavat-pranama:
Bersujud dengan delapan anga kaki, lutut, dada, ta-ngan,
kepala, penglihatan, pikiran dan kata-kata. Dengan kedua kaki,
lutut, dada, tangan dan kepala menyentuh lantai dan mata
memandang ke bawah setengah terpejam, ucapkan doa yang cocok
sambil bermeditasi bahwa ke-pala Anda berada di bawah kaki-
padma Tuhan. (Tangan hendaknya dijulurkan di depan kepala,
bukan di samping kepala atau dilipat di samping dada.)
Pancanga Pranama:
Untuk melakukan pancanga pranama, lakukan sembah sujud
dengan lima anga lutut, lengan, kepala, kecer-dasan dan kata-kata.
(Dada tidak menyentuh lantai.)
Merupakan suatu kesa-lahan bila bersujud dengan satu
tangan yaitu, dengan satu tangan direntangkan di depan kepala
sedangkan yang satu lagi memegang kantung japa atau benda-
benda suci lainnya jauh dari lantai. Sebelum bersujud, apa pun
51Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
yang dipegang harus diletakkan terlebih dahulu.
Laki-laki bisa melakukan pranama yang mana pun, se-dangkan
bagi perempuan secara tradisi hanya melakukan pancanga-
pranama.
Saat bersujud, pertama-tama ucapkan pranama-mantra Guru
kita sendiri, kemudian pranama Srila Prabhupada dan setelah itu
pranama-mantra untuk Arca di altar.
MENGHORMATI VAISHNAVA
Terkadang kita harus menahan diri untuk bersujud secara fisik
kepada seorang Vaishnava sebab dengan berbuat demikian
mungkin akan menyebabkan ketidaknyamanan. Tapi, kita tidak
dilarang untuk menyampaikan sembah sujud di dalam pikiran;
maka kemudian kita mencari kesempatan lain untuk bersujud
secara fisik.
Aturan ini bisa diterapkan ketika menyampaikan sem-bah sujud
kepada atasan; apakah seorang Vaishnava ataupun bukan.
Kemudian, ada dua saat di mana kita hendaknya menyampaikan
sembah sujud kepada atasan, yakni pertama ketika kita melihat
atasan tersebut dan sekali lagi ketika atasan tersebut yang melihat
kita.
51
52 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran III
MEMAKAI TILAKA
Setelah mengenakan pakaian bersih, du-duklah di atas asana yang
bersih (sebaik-nya tikar dari rum-put kusa) lalu pakai urdhva-
pundra atau Visnu-tilaka di dua belas bagian badan. Hendaknya
jangan memakai tilaka di kamar mandi.
Yang dimaksud dengan tilaka adalah tanda yang dibuat di badan
dengan menggunakan berbagai bahan. Urdhva-pundra artinya dua
tanda vertikal yang dibuat di kening dan anggota badan lainnya
untuk memperlihatkan penye-rahan-diri kepada Sri Vi Šu.
Kitab Padma P™raŠa danYajurVeda menyatakan bahwa urdhva-
pundra melambangkan kaki-padma Vi Šu. Dua belas bagian
badan yang ditandai dengan urdhva-pundra bukanlah sembarang
tempat. Bagian-bagian tersebut adalah tempat peka yang dapat
dengan mudah menyerap energi spiritual yang dihasilkan dengan
pengucapan nama-nama Sri Vi Šu dan menempatkan Tuhan di
posisi itu di dalam pikiran.
Kalau seorang penyembah memakai tanda Tuhan dan
mengucapkan nama-Nya, Tuhan puas dan tinggal ber-sama dia.
Dengan cara demikian badan material menjadi sebuah kuil suci
Tuhan.
Brahmanda P™raŠa menyatakan bahwa seorang pe-nyembah
yang memakai tilaka dengan penuh perhatian saat bercermin atau
melihat bayangannya di air akan mencapai kediaman tertinggi
Tuhan.
Dengan memakai tilaka di tempat-tempat ini dan mengucapkan
nama-nama Vi Šu, orang menyucikan dan mengabdikan badannya
untuk melayani Sri Vi Šu.
Kitab Hari-bhakti-vilasa menyebutkan bahwa tilaka urdhva-
pundra boleh jadi berbeda bentuk, warna dan bahan menurut
Sampradaya penyembah bersangkutan, namun ciri-ciri lain kurang
lebih sama.
53Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Tanda tersebut hendaknya jangan lengkung, tidak rata, tidak
menyatu, kotor atau berbau tidak enak.
Di kening, posisi pusat antara dua garis hendaknya terbuka
dari alis mata hingga batas tumbuh rambut di kepala, dan bagian
bawahnya harus tersambung. Bagian yang tertutup penuh (tulasi)
panjangnya boleh sampai tiga perempat turun hingga ke hidung.
Saat memakai tilaka, dua garis vertikal yang melambangkan kaki-
padma Tuhan dibuat terlebih dahulu, kemudian daun tulasinya.
Disebutkan bahwa Sri Vi Šu bersemayam di bagian tengah,
sedangkan Brahma berada di bagian kiri dan Siva di bagian kanan.
Srila Prabhupada menasihati penyembah-penyembah di New
York agar berusaha menghindari gopi-candana terjatuh saat
menggosok di telapak tangan, “Jangan sampai terbuang. Itu
berharga.” Jika gopi-candana jatuh ke lantai, segera bersihkan
tempat itu.
Ucapkan mantra berikut (A) saat menggosok gopi-candana
di telapak tangan kiri; kemudian, saat memakai tilaka dan
membersihkan bagian tengah, ucapkan nama dari wujud Tuhan
yang sesuai (B).
Sebagai alternatif, ucapkan satu baris sloka di bawah pada saat
membuat tilaka di tempat yang telah ditunjuk di badan Anda.
Setelah setiap baris sloka, saat mem-bersihkan bagian tengahnya
(sebagai tempatTuhan ber-semayam), ucapkan nama untuk wujud
Tuhan yang sesuai.
(B)
1) Kening: 			 oà keçaväya namaù
2) Perut (di atas pusar): 		 oà näräyaëäya namaù
3) Dada: 			 oà mädhaväya namaù
4) Tenggorokan: 		 oà govindäya namaù
5) Perut bagian kanan: 		 oà viñëave namaù
53
54 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
6) Lengan kanan: 		 oà madhusüdanäya namaù
7) Pundak kanan: 		
oà trivikramäya namaù
8) Perut bagian kiri: 		
oà vämanäya namaù
9) Lengan kiri: 			
oà çrédharäya namaù
10) Pundak kiri: 			
oà håñékeçäya namaù
11) Punggung atas: 		
oà padmanäbhäya namaù
12) Punggung bawah: 		
oà dämodaräya namaù
Sikha tidak ditandai dengan tilaka; melainkan, setelah mencuci
tangan kanan, usapkan air yang masih tersisa di tangan ke sikha
sambil mengucapkan oà väsudeväya namaù.
Ada larangan di dalam kitab Brhan-Naradiya Purana untuk
bersujud kepada seorang Vaishnava saat ia sedang mandi,
mengumpulkan kayu untuk korban suci, me-metik bunga,
membawa air, atau sedang menghormati prasadam. Jika
kita dalam keadaan tidak suci, contoh-nya, jika kita sedang
makan, mandi, atau memakai sepatu atau kepala tertutupi,
kita hendaknya tidak menyampaikan sembah sujud ataupun
menerima sembah sujud secara fisik.
55Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran IV
DOA-DOA PREMA DHVANI
• jaya Om Viñëu-päda Paramahaàsa Parivräjakäcärya
Añöottara-çata çré çrémad A.C. Bhaktivedanta Svämé
Mahäräja Çréla Prabhupäda   ki jaya.
Segala pujian kepada acarya Om Vi Šu-pada 108 Tridandi
Goswami A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang telah
berkeliling ke mana-mana, mengajarkan keagungan Sri Hari, dan
yang mantap pada tingkatan sannyasa tertinggi.
• Acarya-pendiri ISKCON-BBT Çréla Prabhupäda   ki jaya.
Segala pujian kepada Srila Prabhupada, Acarya-pendiri ISKCON.
• jaya Om Viñëu-päda Paramahaàsa Parivräjakäcärya
Añöottara-çata çré çrémad Bhaktisiddhänta Sarasvaté
Gosvämé Mahäräja Çréla Prabhupäda   ki jaya.
Segala pujian kepada acarya OmVisnupada 108Tridandi Goswami
Bhaktisiddhanta Sarsvati Prabhupada, yang berkeliling dunia,
mengajarkan keagungan Sri Hari, dan yang mantap pada tingkatan
sannyasa tertinggi.
	
• ananta-koöi vaiñëava-vånda   ki jaya.
Segala pujian kepada jutaan Vaishnava tanpa batas.
• nämäcärya çréla haridäsa öhäkur   ki jaya.
Segala pujian kepada Namacarya Srila Haridasa Thakura.
• prem-se kaho çré-kåñëa-caitanya-prabhu-nityänanda-çri-
56 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
advaita-gadädhara-çréväsädi çré-gaura-bhakta-vånda   ki
jaya.
Pujilah dengan penuh cinta nama-nama Sri Krishna Caitanya,
Prabhu Nityananda, Sri Advaita, Sri Gadadhara, Srivasa dan semua
penyembah Sri Caitanya.
• çré -çré-rädhä-kåñëa-
g o p a - g o p é n ä t h a
ç y ä m a - k u ë ò a
rädhä-kuëòa giri-
govardhana   ki jaya.
Segala pujian kepada
Radha dan Krishna,
para gembala sapi, sapi-
sapi, Syama-kunda,
Radha-kunda dan Bukit
Govardhana. (Kita bisa
memuji Arca-arca di
Srila Prabhupada mengagungkan
tilaka dalam penjelasan Srimad-
Bhagavatam berikut ini:
Pada Kali-yuga sulit bagi sese-orang
untuk mendapatkan emas atau
perhiasan bertatahkan per-mata,
tapi dua belas tanda tilaka di badan
sudah cukup sebagai hiasan penuh
kemujuran untuk menyucikan
badan.
	 (SB 4.12.28 penjelasan)
kuil pada saat ini)
• sri mayapur-dhäma   ki jaya.
Segala pujian kepada Sri Mayapura-dhama.
• våndävana-dhäma   ki jaya.
Segala pujian kepada Sri Vrindavana-dhama.
• jagannätha-puré-dhäma   ki jaya.
Segala pujian kepada Sri Jagannatha-puri dhama.
• gaìgämayé   ki jaya.
Segala pujian kepada Gangga-devi.
• yamunämayé   ki jaya.
56
57Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Segala pujian kepada Yamuna-devi.
• tulasédevé   ki jaya.
Segala pujian kepada Tulasi-devi.
• bhaktidevé   ki jaya.
Segala pujian kepada Bhakti-devi.
• çré hari-näma saìkértana   ki jaya.
Segala pujian kepada pengucapan nama suci Sri Hari secara
bersama-sama.
• samäveta bhakta-vånda   ki jaya.
Segala pujian kepada para penyembah yang berkumpul.
• gaura-premänande   hari-haribol.
• Segala pujian kepada semua penyembah yang berkumpul
di sini. (tiga kali)
• Segala pujian kepada Çré Guru dan Çré Gauräìga.
58 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
(Contoh: Ucapkan laläöe keçavaà dhyäyen lalu buat tanda tilaka
di kening Anda; lalu ucapkan oà keçaväya namaù dan bersihkan
bagian tengahnya.)
(A)
laläöe keçavaà dhyäyen	 näräyaëam athodare
vakñaù-sthale mädhavaà tu govindaà kaëöha-küpake
viñëuà ca dakñiëe kukñau 	 bähau ca madhusüdanam
trivikramaà kandhare tu 	 vämanaà väma-pärçvake
çrédharaà väma-bähau tu 	 håñékeçaà tu kandhare
påñöhe ca padmanäbhaà ca 	 kaöyäà dämodaraà
nyaset
59Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran V
DOA UNTUK MEMPERSEMBAHKAN BHOGA
Setelah semua bhoga ditempatkan dengan baik di piring dan gelas
Arca, makanan itu hendaknya ditaruh di depan altar.
Mantra-mantra berikut hendaknya diucapkan masing-masing
tiga kali sambil membunyikan genta dengan tangan kiri :
i) Srila Prabhupada pranati mantra.
ii) namo mahä-vadänyäya kåñëa-prema-pradäya tekåñëäya
kåñëa-caitanya-nämne gaura-tviñe nama		
“Wahai inkarnasi yang paling murah hati! Engkau adalah Krissna
sendiri yang muncul sebagai Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu.
Engkau muncul dengan warna keemasan milik Srimati Radharani,
dan menyebarluaskan cinta kasih yang murni kepada Krishna.
Kami bersujud dengan hormat kepada-Mu.”
iii) namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca
jagat-hitäya kåñëäya govindäya namo namaù
“Wahai Tuhan, Engkau adalah yang mengharapkan kese-
jahteraan sapi-sapi dan para brahmana, dan Engkau ada-lah yang
mengharapkan kesejahteraan seluruh umat manusia dan dunia.”
Persembahan dibiarkan di altar selama beberapa menit dan
kemudian dibawa ke luar setelah bersujud.
60 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran VI
DOA PRASADAM
	
(Doa-doaberikutinihendaknyadinyanyikansebelummenghormati
prasadam Tuhan)
1) Pujian kepada prasadam Tuhan
mahä-prasäde govinde
näma-brahmaëi vaiñëave
svalpa-puëyavatäà räjan
viçväso naiva jäyate
“Wahai Raja! Orang yang memiliki sedikit sekali kegiatan saleh,
keyakinan mereka terhadap maha-prasadam, Sri Govinda,
terhadap Nama Suci dan para Vaishnava tidak pernah muncul.”
(Mahabharata)
2) Prasada-sevaya
çaréra avidyä-jäl, jadendriya tähe käl
jéve phele viñaya-sägare
tä’ra madhye jihvä ati-, lobhamay sudurmati,
tä’ke jetä kaöhina saàsäre
kåñëa baòa dayämay, karibäre jihvä jay,
sva-prasädänna dila bhäi
sei annämåta päo, rädhä-kåñëa-guëa gäo,
preme òäko caitanya-nitäi
“Wahai Tuhan, badan material ini adalah gumpalan ke-bodohan,
dan indera-indera adalah jaringan jalan menuju kematian. Entah
bagaimana, kami telah jatuh ke dalam samudera kenikmatan indera
material ini, dan di antara semua indera lidahlah yang paling rakus
dan sulit diken-dalikan; sangatlah sulit untuk mengendalikan lidah
di dunia ini. Namun Engkau, Sri Krishna yang hamba cintai,
60
61Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
begitu bermurah hati kepada kami dan memberikan prasadam
yang nikmat ini hanya untuk mengendalikan lidah. Sekarang kami
menerima prasadam ini dengan sepuas hati dan memuliakan Sri
Sri Radha-Krishna, dan dengan cinta kasih memohon bantuan Sri
Caitanya dan Sri Nityananda.”
			
bhäi-re!
eka-dina çäntipure, prabhu adwaitera ghare,
dui prabhu bhojane bosilo
çäk kori’ äswädana, prabhu bole bhakta-gaëa,
ei çäk kåñëa äswädilo
heno çäk-äswädane, kåñëa-prema aise mane,
sei preme koro äswädana
jaòa-buddhi parihari’, prasäd bhojana kori’,
‘hari hari’ bolo sarva jan
“Wahai saudaraku! Suatu hari di Santipur, di rumah Sri Advaita,
Sri Caitanya dan Nityananda duduk untuk makan siang. Ketika Sri
Caitanya mencicipi sayur hijau, Dia ber-kata, ‘Wahai penyembah-
Ku, sak ini begitu lezat! Pasti Sri Krishna telah mencicipinya.’”
“Saat mencicipi sak seperti ini, cinta kasih kepada Krishna
terbit di hati. Dengan rasa cinta kasih kepada Tuhan seperti itu
engkau hendaknya mencicipi prasada ini. Dengan meninggalkan
segala paham duniawi, dan menerima prasadaTuhan, kalian semua
ucapkan ‘Hari! Hari!’ “
62 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
63Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
BAGIAN III
1. MENGHORMATI DAN MELAYANI PRASADAM
Bagaimana cara prasadam dilayani dan dihormati adalah hal
penting dalam budaya Vaishnava. Krishna dan Guru sangat puas
bukan hanya ketika makanan dimasak dan dipersembahkan
dengan baik namun juga ketika prasa-dam dilayani dengan penuh
perhatian dan dihormati secara layak.
A) MELAYANI PRASADAM
Idealnya, prasadam hendaknya dibagikan oleh Vaishnava yang
sudah menerima diksa. Ia hendaknya suci dalam pikiran, badan,
perilaku dan pakaian dan bisa melakukan pekerjaan dengan
cekatan, tenang dan efisien. Sebisa mungkin, hindari berbicara
dengan suara keras dan hin-dari kegaduhan yang mengganggu.
Harus dipastikan bahwa hidangan yang akan dibagikan memang
masih hangat (bukan dihangatkan kembali karena sudah lama) dan
bahwa semua hidangan yang hendak dibagikan sudah ada atau
akan datang untuk dibagikan pada saat yang tepat.
Baik yang membagikan maupun alat yang digunakan untuk
membagikan hendaknya jangan pernah sampai menyentuh
piring atau tangan mereka yang sedang makan, sebab hal ini akan
mencemari yang sedang membagikan dan alat-alat yang digunakan
untuk membagikan. Jika hal ini terjadi, seseorang hendaknya segera
mencuci tangan dan alat-alat yang tercemar sebelum melanjutkan
mem-bagikan prasada.
Prasadam diletakkan dengan lembut di atas piring yang masih
ada ruang kosongnya (jangan di atas garam, misal-nya), hati-hati
agar tidak tercampur hidangan yang asin dengan hidangan yang
manis.
Prasadam hendaknya tidak dibagikan langsung ke tangan orang
yang sedang makan, kecuali yang dibagikan adalah potongan-
63
64 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
potongan kecil maha-prasadam.
Kecuali saat membagikan manisan kering atau makanan kering,
kita hendaknya membagikan prasadam dengan menggunakan
sendok, bahkan untuk membagikan garam sekalipun.
Hanya tangan kanan yang boleh digunakan untuk mem-
bagikan prasadam dan hendaknya jangan menyentuh apa pun
yang tidak suci (mulut, kaki, rambut atau badan bagian bawah).
Juga hendaknya jangan menguap, bersin atau meludah. Wadah
prasadam hendaknya jangan sampai menyentuh kaki siapa
pun.	
Urutan yang benar untuk membagikan berbagai hidangan adalah:
· Air hendaknya dibagikan pertama.
· Ketika para Gaudiya Vaishnava melayani prasadam, mereka memulai
makanan utama dengan makanan yang pahit, seperti sukta dan
bayam.
· Kemudian dilanjutkan dengan dal dan gorengan (seperti pakaura
dan kentang goreng).
· Setelah itu sayur-sayuran lainnya (sabji), secara ber-urutan dari sabji
yang sederhana hingga mewah dan dari yang basah hingga kering.
· Kemudian sabji basah yang mewah kembali dibagikan.
· Diikuti oleh raita dan chutney.
· Akhirnya manisan dibagikan dari yang sedikit manis hingga paling
manis.
· Nasi dan capati hendaknya dibagikan dari awal dan ditambah
sesuai kebutuhan, sampai mereka yang menghormati prasadam
menghabiskan semua sabjinya. (Kalau bisa, capati hendaknya
dibagikan saat masih hangat).
Prasadam yang dibagikan bisa sedikit, namun ketika penyembah
menghabiskan satu jenis makanan, kita hen-daknya selalu siap
untuk menambahkan. Kita hendaknya memberikan sebanyak
yang mereka inginkan. Hendaknya jangan pelit dan menyimpan
di belakang karena kita ingin memakannya nanti. Prasadam
dimaksudkan untuk diba-gikan. Hendaknya jangan sampai
penyembah ditinggal dengan piring kosong kecuali saat sudah
selesai makan.
Yang membagikan atau tuan rumah bisa menjelaskan hal-hal
64
65Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
baik berkaitan dengan hidangan yang sedang dibagikannya.
Kecuali diperlukan untuk pengajaran, kita hendaknya tidak
berbicara ketika menghormati prasadam. Mendengar ceramah
atau kaset pada saat ini juga ber-manfaat. Beberapa penyembah
bisa membacakan Buku Krishna atau Srila Prabhupada Lilamrita.
Semua orang yang ada dalam satu kelompok hendaknya
diberikan jenis hidangan yang sama. Bila sekelompok orang makan
bersama-sama, hendaknya jangan mem-berikan jenis hidangan
kepada seseorang di mana jenis hidangan itu tidak diberikan
kepada yang lainnya. Penyembah yang sedang membagikan
prasadam hendak-nya jangan pilih kasih. Kalau memungkinkan,
mereka yang sedang menjalani diet khusus hendaknya makan di
tempat terpisah.
Prasadam bisa dibagikan dari wadah yang biasa digu-nakan
untuk keperluan tersebut.
Wadah hendaknya jangan diseret di sepanjang lantai dan juga
hendaknya jangan ada suara gemerincing yang diciptakan oleh
gagang wadah itu atau alat-alat lainnya.
Setelah semua selesai menghormati prasadam, tempat itu harus
segera dibersihkan. Penyembah juga dapat me-ngumpulkan sisa
makanan yang jatuh dari piring dan membuangnya ke tempat
sampah.
B) MENGHORMATI PRASADAM
Saat menghormati prasadam hendaknya kita dalam kea-daan
bersih, sudah mencuci tangan, kaki dan mulut. Sikha juga harus
diikat, kepala jangan ditutup (bagi laki-laki) dan tidak memakai
alas kaki.
Hendaknya makan di tempat yang bersih, lapang dan tenang.
Kalau bisa hindari makan di dalam kendaraan. (Saat mengadakan
yatra hal ini sulit dihindari).
Hendaknya jangan makan saat sandhya (saat matahari terbit,
tepat tengah hari atau matahari terbenam), sebelum mandi, atau
sebelum melakukan japa Gayatri atau pemu-jaan Arca pada pagi
66 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
hari.
Juga, tidaklah baik makan lagi sebelum makanan yang sudah
dimakan sebelumnya dicerna dengan baik.
Sebaiknya makan dengan sikap duduk bersila, tidak dengan
kaki terjulur. Menaruh piring di atas pangkuan juga tidak baik.
Ayurveda menganjurkan duduk di lantai (dengan asana) saat
prasadam, dengan posisi bersila untuk mempermudah pencernaan.
Namun, bagi mereka yang berumur lebih dari lima puluh tahun
(saat kondisi badan tidak lagi mendukung), bisa makan sambil
duduk di kursi.
Sebelum mulai makan, hendaknya kita memandang ke arah
prasadam dan menyampaikan penghormatan, sambil ingat bahwa
ini adalah karunia Krsna.
Kita hendaknya menga-gungkan prasadam Tuhan dengan cara
mengucap-kan doa pujian.
C) ATURAN MAKAN DAN MINUM AIR
Saat makan atau minum, jangan membuat suara yang mengganggu
atau mencari-cari kejelekan rasa prasadam itu.
Gunakan hanya kelima jari tangan kanan untuk me-nyentuh
atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Makan dengan
menggunakan jari-jari tangan dianjurkan sebab proses pencernaan
berawal saat jari-jari merasakan sentuhan makanan.
Tangan kiri hendaknya digunakan hanya untuk meng-ambil
gelas air, dan kemudian saat meminum air usahakan jangan sampai
bibir menyentuh gelas.
Potong atau robek makanan yang berukuran lebar seperti
capati dan puri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan dan
kemudian masukkan ke dalam mulut dalam ukuran kecil-kecil.
Jangan menggunakan tangan kiri untuk memotong/ merobek
capati dan puri. Hendak-nya jangan memakan makanan yang
lebar dengan cara memasukkan ke dalam mulut lalu merobeknya
dengan menggunakan gigi.
Saat tangan kanan masih bersih (sebelum mulai makan), bisa
digunakan memegang gelas untuk meminum air supaya gelas
tidak menyentuh bibir. Saat sudah mulai makan, tangan kanan
menyentuh mulut, jadi kita hendak-nya mengambil gelas dengan
67Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
tangan kiri dan meminum air tanpa menyentuh bibir. Jika tidak
bisa meminum dengan baik, bisa menggunakan tangan kanan dan
minum dengan menggunakan bibir.
D) BANYAKNYA MAKANAN
Makan berlebihan menyebabkan penyakit dan mengu-rangi umur,
juga bisa menghentikan kemajuan spiritual kita, menimbulkan
dosa dan menjadikan kita sebagai sasaran kritik.
Idealnya kita makan supaya setengah bagian perut kita berisi
makanan, seperempat bagian terisi air dan sisanya udara.
E) SEHABIS MAKAN
Dibenarkan untuk mengucapkan prema-dhvani sehabis makan,
sebelum beranjak bangun.
Sehabis makan dan saat menunggu yang lainnya sele-sai, kita
bisa mengucapkan dengan suara keras berbagai sloka dan doa yang
mengagungkan Tuhan.
Untuk menghormati yang lain yang masih sedang ma-kan,
semua yang berada dalam satu baris hendaknya me-nunggu yang
lainnya dalam baris yang sama selesai, sebelum beranjak bangun.
Setelah beranjak bangun, kita hendaknya segera men-cuci
tangan tanpa menunda lagi, kemudian berkumur sekurang-
kurangnya tiga kali dan akhirnya mencuci kaki.
Jangan tidur atau melakukan pekerjaan berat apa pun langsung
sehabis makan.	
Sebaiknya kita menenangkan pikiran begitu selesai makan,
dengan cara mengingat Tuhan, berjapa serta men-diskusikan
lila-Nya.
Selesai makan, area tempat makan hendaknya segera dibersihkan
dengan air.
67
68 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
69Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
BAGIAN IV
1. HUBUNGAN DENGAN
BERBAGAI GOLONGAN PENYEMBAH
A) TIGA GOLONGAN PENYEMBAH
Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam Upadesamrita bahwa
orang hendaknya menghormati di dalam pikiran penyembah
yang mengucapkan Nama Suci Krishna, ber-sujud dengan
penuh hormat kepada penyembah yang sudah menjalani inisiasi
spiritual, dan bergaul serta mela-yani dengan tulus seorang
penyembah murni yang sudah maju dalam bhakti yang tidak
pernah menyimpang dan yang hatinya bebas sepenuhnya dari
kecenderungan mengkritik orang lain.
B) HUBUNGAN DENGAN GURU SPIRITUAL
a) Kita hendaknya bersikap rendah hati di hadapan Guru dan
melakukan pelayanan kepada Guru.
b) Kita hendaknya mengemban perintah Guru dengan se-penuh
jiwa dan raga.
c) Di hadapan Guru, kita hendaknya jangan mengajarkan orang
lain tanpa menerima izin Guru.
d) Saat Guru masih ada, hendaknya kita tidak menerima murid
kita sendiri.
e) Kita hendaknya bersungguh-sungguh menjalankan pe-rintah
Guru tanpa membantah. Kita hendaknya tidak mengabaikan
perintah Guru dengan berpikir bahwa kita mengetahui “maksud
yang sebenarnya”.
f) Kita hendaknya jangan pernah mengajari Guru kita sendiri.
Bahkan jika kita ingin menyampaikan sesuatu kepada Guru
dengan berpikir bahwa informasi ini mungkin bisa membantu,
kita hendaknya selalu me-nyampaikannya dengan sikap sangat
70 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
rendah hati.
g) Kita hendaknya jangan berbantahan dengan Guru.
h) Kita hendaknya jangan memamerkan kemampuan kita di
hadapan Guru dan hendaknya selalu bersikap rendah hati.
i) Kita hendaknya jangan pernah duduk sejajar dengan Guru
kecuali atas restunya.
Seperti halnya Sri Krishna tidak berbeda dengan Nama atau
gambar-Nya, begitu pula tidak ada perbedaan antara Guru dan
nama serta gambarnya, sehingga kita hendaknya menyimpan
gambar Guru dan Krishna di tempat yang layak.
Kita hendaknya jangan membaca buku yang ditulis bukan
oleh Guru dan parampara kecuali atas izin dan restu Guru.
C) HUBUNGAN DENGAN SENIOR
a) Dalam tradisi Vaishnava, menghormati orang yang lebih senior
daripada kita merupakan suatu ungkapan pen-ting kerendahan
hati kita.
b) Dalam deretan senioritas, Vaishnava yang paling senior adalah
Guru, yang harus dihormati sebagai wakil Tuhan, jadi beliau
harus dihormati layaknya penghor-matan lepada Krishna
sendiri.
c) Berikutnya adalah para sannyasi. Di kalangan para san-nyasi
sendiri, senioritas dipertimbangkan berdasarkan siapa yang
menerima diksa sannyasa lebih dahulu.
Kita hendaknya bersujud dengan hormat kepada setiap
sannyasi, khususnya bila kita lebih dahulu me-lihat mereka.
Ba h k a n s a n n y a s i
mayavadi sekalipun
hendaknya dihormati
dengan pantas, meskipun
Lebih terperinci lihat
Lampiran VI (Hal. 50)
kita hendaknya jangan bergaul dengan mereka.
d) Berikutnya adalah saudara seguru Guru kita. Mereka hendaknya
dihormati seperti kita menghormati Guru.
e) Penyembah yang sudah menerima diksa Brahmana hendaknya
dihormati. Kembali, senioritas ditentukan berdasarkan siapa
yang didiksa lebih dahulu.
71Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
f) Penyembah yang menerima diksa lebih dahulu daripada kita
hendaknya dihormati.
g) Penghormatan khusus harus diberikan kepada penyem-bah yang
berusia lebih tua daripada kita.
h) Hendaknya kita jangan mengajar orang lain di hadapan
Vaishnava senior tanpa memperoleh restunya terlebih dahulu.
i) Saat lampu ghee diedarkan kepada para penyembah setelah arati,
senioritas harus diperhatikan.
D) HUBUNGAN DENGAN SAUDARA SEGURU
a) Sesama saudara seguru hendaknya saling memanggil “Prabhu”.
Akan tetapi, kita hendaknya jangan mencoba menjadi Prabhu
hanya karena kita dipanggil demikian. Kita hendaknya tetap
sebagai pelayan semata dan mem-perlakukan yang lainnya
sebagai Prabhu.
b) Kita adalah pelayan dari saudara seguru dan kita harus melayani
sesuai dengan tingkatan tertentu saudara seguru kita.
Kepada saudara seguru yang lebih senior, hendaknya kita
bertanya dengan rendah hati, mematuhi nasihatnya dan
berusaha menjadi pelayan yang patuh.
Terhadap saudara seguru yang sejajar, kita hendak-nya
melayani dengan sikap bersahabat, saling memban-tu dan
menyemangatkan.
Terhadap yang lebih junior daripada kita, hendaknya kita
melayani mereka dengan cara membimbing, meng-arahkan,
menyemangatkan dan memberi pencerahan.
c) Ketika bertemu dengan saudara seguru hendaknya kita bersujud
sambil mengucapkan doa
väïcä-kalpatarubhyaç ca kåpä-sindhubhya eva ca
patitänäà pävanebhyo vaiñëavebhyo namo namaù
d) Kita hendaknya kita jangan pernah menerima saudara seguru
sebagai pelayan kita kecuali diizinkan atau diperintahkan oleh
Guru.
e) Kita harus menghindari agar pepatah “Keakraban melahirkan
72 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
sikap tidak hormat” memasuki hubungan antar penyembah.
Hubungansesamapenyembahhen-daknyapenuhpenghormatan
dan tanpa berbuat kesa-lahan serta tanpa sikap berpura-pura.
f) Penyembah tidak boleh memanggil sesama penyembah dengan
menggunakan nama karminya.
g) Hendaknya jangan memuji diri sendiri atau membang-gakan
prestasi atau kemampuan diri sendiri kepada penyembah lain.
Kita hendaknya mengetahui bahwa sesungguhnya kita tidak
memiliki kualifikasi. Apa pun yang mampu kita lakukan semata-
mata atas karunia Guru dan para Vaishnava.
h) Apabila ada saudara seguru yang mengalami kesulitan karena
sakit atau kehilangan anggota keluarga dan/ atau sedang
mengalami gangguan emosi karena alasan tertentu, kita harus
membantu dengan kata-kata atau tindakan. Seperti pepatah
mengatakan “Kawan dalam kesusahan adalah kawan sejati.”
Persaudaraan di antara penyembah akan diuji saat mengalami
kesulitan. Kita tidak dapat mengabaikan perkembangan yang
seperti itu dengan menganggapnya sebagai ‘duniawi’.
i) Kalau ada penyembah yang menyimpang dari jalur bhakti
dan tidak lagi bergaul dengan para penyembah selama waktu
tertentu, ia hendaknya jangan disalahkan karena berada dalam
‘maya’ atau dinasihati sedemikian rupa sehingga semakin
mendorong mereka menjauh dari kaki-padma Guru. Kita
harus memberi kasih sa-yang, dorongan dan persahabatan dan
menjadikan mereka kembali merasa sebagai satu keluarga dalam
pergaulan penyembah.
E) HUBUNGAN DENGAN PEREMPUAN
a) Seorang perempuan hendaknya sungguh-sungguh di-
hormati, terutama kalau ia seorang Vaishnavi, dan hendaknya
diperlakukan sebagaimana mestinya.
b) Seorang brahmacari hendaknya memandang setiap perempuan
sebagai ibunya dan seorang grhastha hen-daknya melihat setiap
perempuan kecuali istrinya sendiri sebagai ibu.
c) Brahmacari hendaknya bergaul dengan para Mataji ha-nya
sejauh yang diperlukan untuk melakukan pela-yanan bhakti
73Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
dan tidak lebih daripada itu.
F) HUBUNGAN DENGAN TAMU
Ketika ada tamu datang berkunjung ke kuil atau rumah kita,
menurut etika Vaishnava kita harus memperlakukan mereka
dengan penuh hormat dan kasih sayang. Mereka hendaknya
disambut dengan tutur kata yang manis, tempat duduk, air dan
prasadam sesuai kemam-puan kita.
G) MENYAPA VAISHNAVA
a) Srila Prabhupada harus disapa sebagai “His Divine Grace,”
Guru dan sannyasi sebagai “His Holiness” dan saudara seguru
sebagai “His Grace”
b) Nama saudara seguru bisa diberi awalan “Sriman”.
c) Nama seorang brahmacari bisa ditambahi dengan sebutan
“Brahmacari”, misalnya Krishna dasa Brahma-cari, seorang
grhastha dengan sebutan “Adhikari” dan seorang sannyasi
dengan sebutan “Maharaja,” “Swami” atau “Goswami.”
H) HUBUNGAN DENGAN VAISHNAVA LAINNYA
Kita boleh menghormati, namun hendaknya jangan ber-gaul
dengan orang-orang golongan berikut:
# Vaishnava dengan watak yang buruk atau meragukan
# Para Sahajiya
# Sampradaya Vaishnava yang tidak bisa dipercaya
# Para Sannyasi Mayavadi
I) VAISHNAVA JANGAN DILIHAT DARI
SUDUT PANDANG MATERIAL
a) Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam ‘Upadesamrita’ berkaitan
dengan Vaishnava:
“..... Penyembah yang demikian hendaknya jangan dilihat dari
sudut pandang material. Memang, hen-daknya tidak dianggap
penting kalau seorang penyembah memiliki badan yang lahir
73
74 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
dalam keluarga rendah, badan dan wajah yang kurang baik,
badan cacat, badan sakit atau badan lemah.”
b) Dengan kata lain, kita hendaknya mengabaikan segala
kekurangan badaniah berupa penampilan yang kurang baik,
kelahiran rendah, pendidikan rendah, dsb. Setiap Vaishnava
yang berusaha melayani Tuhan harus diang-gap Suci.
c) Dinyatakan dalam sastra bahwa merupakan mentalitas jahat
bila menganggap seorang Vaishnava berasal dari kasta tertentu
atau menganggapnya sama dengan orang biasa.
J) BADAN SEORANGVAISHNAVA ADALAH SEBUAH KUIL
a) Badan seorang Vaishnava harus dipandang sebagai kuil Vishnu.
Karena itu, ketika bersujud kepada seorang Vaishnava kita
hendaknya ingat bahwa kita juga sedang bersujud kepada Sri
Vishnu yang bersemayam di hati.
b)Oleh sebab itu, kita hendaknya jangan pernah melang-kahi
badan seorang Vaishnava.
K) KARUNIA PARA VAISHNAVA SANGAT DIBUTUHKAN
a) Kita hendaknya tidak memulai suatu kegiatan penting dalam
kehidupan kita tanpa terlebih dulu menerima karunia para
Vaishnava.
b) Orang harus selalu menganggap dirinya bergantung pada
karunia para Vaishnava.
L) HUBUNGAN CINTA KASIH SESAMA VAISHNAVA
a) Srila Rupa Gosvami menjelaskan dalam Upadesamrita bahwa
ada enam pertukaran cinta kasih sesama Vaishnava :
· memberi hadiah sebagai sumbangan,
· menerima hadiah sebagai sumbangan,
· mengungkapkan isi hati secara rahasia,
· bertanya secara rahasia,
· menerima prasadam,
· memberi prasadam.
b) Bila seseorang mengunjungi kuil ia hendaknya mene-rima
prasadam dari para Vaishnava.
c) Bagi para grhastha, merupakan kewajiban mereka un-tuk
75Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
mengundang para Vaishnava ke rumahnya untuk menyuguhi
prasadam.
d) Hadiah yang paling bernilai yang bisa kita berikan atau terima
adalah Krishna-katha, pengetahuan spiritual kesadaran Krishna.
e) Para grhastha yang tinggal di luar kuil hendaknya ber-usaha
mengundang penyembah yang berada dalam tahap pelepasan
ikatan untuk mengajarkan di rumah mereka.
2) HUBUNGAN DENGAN
ORANG YANG BUKAN PENYEMBAH
I. Kita hendaknya tidak membiarkan orang yang bukan
penyembah menyentuh kaki kita. Tetapi kalau mereka
bersikeras untuk melakukannya dan tidak ada cara untuk
menghindar, kita bisa mengingat para acarya terdahulu dan
Guru, dan terima namaskara mereka lalu kembalikan sambil
mencakupkan tangan.
II. Dua golongan orang yang bukan penyembah
Kepada orang yang tulus kita hendaknya menjadi orang
yang mengharapkan kebaikan. Dengan sikap hormat, kita
hendaknya berusaha memberi pencerahan dan memberi
pergaulan Guru kita. Tetapi kita hendaknya jangan menerima
pergaulan mereka dengan sibuk da-lam kegiatan yang memberi
mereka kesenangan hidup misalnya dalam kegiatan duniawi.
Terkait para ateis, kita hendaknya menghindari me-
reka. Merupakan kesalahan terhadap Nama Suci jika kita
mengajarkan kepada orang-orang semacam itu.Tapi, kita boleh
mengajarkan jika mereka mau men-dengar dari kita dengan
sikap rendah hati.
III. Menyapa orang yang bukan penyembah
a) Jika orang tersebut seorang teman, kita bisa meng-ucapkan
Hare Krishna dan sambil mencakupkan tangan menyentuh
kepala kita.
b) Jika orang tersebut anggota keluarga kita yang lebih tua
maka kita hendaknya mengucapkan Hare Krishna dan
bersujud kepadanya.
IV. Kalau kita berhadapan dengan orang yang mengkritik Guru,
76 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Vaishnava atau sastra, maka kita harus mampu mengalahkannya
dalam adu argumen atau mening-galkan tempat itu dengan
segera. Mendengarkan penghinaan seperti itu merupakan salah
satu halangan terbesar bagi kemajuan spiritual kita.
77Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
Lampiran VII
MENERIMA TAMU   ATITHI-SEVA (di kuil atau di
rumah)
Kata Sanskerta ‘atithi’ artinya ‘tidak terjadwal’. Tamu yang tidak
terjadwal atau tak terduga dianggap sebagai utusan Tuhan,
sebab kedatangannya tanpa pemberitahuan, ba-rangkali Tuhan
ingin menguji penyembah-Nya dan ingin melihat bagaimana
kesiapannya untuk melayani dalam segala situasi. Dengan
pemahaman seperti ini, kita hen-daknya melayani tamu tersebut.
Lebih terperinci
lihat Lampiran
VII di akhir
bagian ini.
(Hal. 67)
Kuil Tuhan, baik yang terbuka untuk
umum maupun di rumah pribadi,
hendaknya menjadi sebuah tempat di mana
pengunjungnya dapat ikut serta dalam
kegiatan kuil sebisa mungkin.
Dalam ISKCON, pene-rimaan tamu secara
layak sangatlah penting, sebab perkumpulan
kita adalah sebuah misi pengajaran.
Penerimaan tamu seca-ra layak dapat mencip-takan perbedaan
antara orang yang datang ke kuil sekali dan tidak pernah kembali,
atau menjadi tamu yang teratur berkunjung dan akhirnya menjadi
penyembah Krishna.
Pengunjung yang datang teratur, tamu yang diundang
khusus, life member, Vaishnava yang berkunjung, kerabat para
Vaishnava semua hendaknya diperlakukan sede-mikian rupa
sehingga mereka akan merasa nyaman dan ingin datang kembali.
Setiap penyembah harus belajar bagaimana melayani tamu,
tetapi penyembah yang tinggal di kuil yang secara teratur memuja
Arca hendaknya memiliki keahlian khusus dalam hal ini, sebab
mereka secara langsung mewakili Sang Pemilik kuil. Bahkan
pemujaan Arca kelas-utama secara mewah sekalipun, akan gagal
memikat kedatangan tamu kalau penghuni kuil mengabaikan
78 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
sang tamu.
Penerimaan tamu secara layak merupakan tugas khusus para
grhastha. Kalau para grhastha tidak melayani secara hangat tamu
tak terduga, tidak peduli siapa dia, maka dia melakukan kesalahan
besar. Namun bukan hanya para grhastha, siapa saja dalam setiap
asrama dan varna hen-daknya menerima tamu dengan layak.
Unsur utama dalam menerima tamu adalah penyam-paian
rasa hormat dan kenyamanan, meliputi makanan dan air, tempat
duduk, tutur kata yang manis, pelayanan demi kenyamanan
sang tamu (seperti fasilitas kamar mandi), dan tempat untuk
beristirahat.
Ketika tamu baru datang, kita hendaknya datang me-nyambut
dan ketika tamu pergi, hendaknya kita mene-maninya, setidak-
tidaknya sampai di depan rumah atau halaman.
Persembahkan pe-mujaan sederhana ataupun terperinci.
(Supaya praktis, kita bisa memuja tamu de-ngan dua jenis sarana,
yakni krim cendana dan bunga atau garlan atau tempat duduk
dan air pencuci kaki.)
Memberikan hadiah seperti pakaian, emas, uang atau biji-bijian.
Kita hendaknya menghormati orang yang lebih tua, orang tua
danGurudengancarabangkitdaritempatduduk,memperkenalkan
diri lalu bersujud. Pemujaan dan hadiah disediakan untuk Guru.
PERILAKU YANG PANTAS
MENJADI SEORANG TAMU
Seorang tamu Vaishnava hendaknya berperilaku ideal, baik
tuan rumahnya juga Vaishnava ataupun simpatisan/ teman baik
para Vaishnava. Berikut ini adalah beberapa etika umum yang
diterapkan sebagai tamu Vaishnava :
1) Jika Anda tamu yang diundang, hendaknya jangan melebihi/
memperpanjang waktu kunjungan. Misalnya, kalau diundang
untuk makan-makan, Anda bisa beris-tirahat sejenak sehabis
makan untuk memperlancar pen-cernaan, tapi jangan
membebani tuan rumah dengan tinggal dan berbincang-
bincang selama berjam-jam, kecuali diminta untuk itu.
79Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
2) Jangan mengajak tamu/ teman sendiri dalam memenuhi
undangan kita. Kalau kita ingin mengajak tamu lain, minta
izin terlebih dahulu kepada tuan rumah.
3) Jika diizinkan menggunakan telepon, mesin fax atau fasilitas
semacam itu, tawarkan untuk membayar biaya pemakaian.
4) Ketika berencana untuk mengunjungi teman atau ke-nalan
tanpa diundang, usahakan agar calon tuan rumah mengetahui
kapan Anda tiba dan berapa lama ingin tinggal.
5) Kecuali diundang atau telah menyampaikan kepada tuan
rumah, usahakan agar tidak tiba di kuil atau di rumah yang
akan menjamu kita pada siang hari atau pada awal sore hari,
saat Arca maupun orang-orang umumnya beristirahat setelah
makan siang.
6) Apabila tinggal selama beberapa hari di rumah yang menjamu
kita, dibenarkan untuk memberikan hadiah kenang-kenangan
kepada anggota keluarga tersebut sebagai ucapan terima kasih.
PROSEDUR UNTUK MENERIMA VAISHNAVA
Kita hendaknya memberi perhatian khusus untuk men-jamu
Vaishnava senior, sannyasi dan terutama Guru kita. Sebelum tamu
Vaishnava itu tiba, tempat tinggalnya harus disiapkan, dibersihkan
dan dilengkapi dengan sarana yang diperlukan (seperti panca-
patra, cermin, tilaka, han-duk, air minum serta tempat tidur yang
bersih). Kalau bisa, sediakan satu set buku Srila Prabhupada. Kita
juga bisa menyediakan beberapa dupa, pegangan dupa serta korek
api. Ruangan untuk tamu juga bisa dihiasi dengan vas bunga,
gambar-gambar rohani dsb.
Ketika seorang tamu Vaishnava tiba, kita hendaknya ke
luar untuk menyambut, lebih baik lagi dengan kirtana, garlan
serta krim cendana (kecuali cuaca di luar dingin). Kemudian
kita bersujud dan menyambut dengan kata-kata manis lalu
mengajak tamu duduk. Apabila kita menerima Guru kita sendiri,
hendaknya kita memuja beliau pada saat ini (seizin beliau) dengan
mempersembahkan arati, mempersembahkan bunga di kaki beliau
dan bersujud. Kita harus siap menyuguhkan prasadam dengan
segera, tapi terlebih dahulu tanyakan apakah tamu tersebut ingin
mandi atau beristirahat sebelum menerima prasadam. Jika pantas,
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA
PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA

More Related Content

What's hot

Pengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitekturPengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitekturNovy Fajrina
 
Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?
Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?
Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?CIFOR-ICRAF
 
Arborização urbana 1
Arborização urbana 1Arborização urbana 1
Arborização urbana 1Francis Zeman
 
India; Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...
India;  Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...India;  Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...
India; Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...D5Z
 
Importance of protecting urban wetlands
Importance of protecting urban wetlandsImportance of protecting urban wetlands
Importance of protecting urban wetlandskrishnasoban
 
Water supply demand and Water Quality
Water supply demand and Water Quality Water supply demand and Water Quality
Water supply demand and Water Quality biometrust
 
Infrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaanInfrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaanSyafrianto Amsyar
 
Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...
Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...
Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...sharadnp
 
Integrated water resources management in Action
Integrated water resources management in ActionIntegrated water resources management in Action
Integrated water resources management in ActionChristina Parmionova
 
Prospect of Forest Management in Nepal
Prospect of Forest Management in NepalProspect of Forest Management in Nepal
Prospect of Forest Management in NepalManoj Neupane
 
Integrated Urban Water Management, by Kala Vairavamoorthy
Integrated Urban Water Management, by Kala VairavamoorthyIntegrated Urban Water Management, by Kala Vairavamoorthy
Integrated Urban Water Management, by Kala VairavamoorthyGlobal Water Partnership
 

What's hot (18)

Bab iii kajian tema
Bab iii kajian temaBab iii kajian tema
Bab iii kajian tema
 
Pengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitekturPengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitektur
 
Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?
Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?
Sustainable forest management, biodiversity and carbon: The case for REDD+?
 
Arborização urbana 1
Arborização urbana 1Arborização urbana 1
Arborização urbana 1
 
India; Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...
India;  Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...India;  Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...
India; Harvesting Rainwater, Catch Water Where it Falls: Rooftop Rain Water ...
 
PERATURAN pengelolaan air limbah
PERATURAN pengelolaan air limbahPERATURAN pengelolaan air limbah
PERATURAN pengelolaan air limbah
 
Sigiriya and Pidurangala
Sigiriya and PidurangalaSigiriya and Pidurangala
Sigiriya and Pidurangala
 
Importance of protecting urban wetlands
Importance of protecting urban wetlandsImportance of protecting urban wetlands
Importance of protecting urban wetlands
 
Water supply demand and Water Quality
Water supply demand and Water Quality Water supply demand and Water Quality
Water supply demand and Water Quality
 
Study of urban flooding
Study of urban floodingStudy of urban flooding
Study of urban flooding
 
Infrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaanInfrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaan
 
introduction iwrm
introduction iwrmintroduction iwrm
introduction iwrm
 
Fly Ash Brick Plant
Fly Ash Brick PlantFly Ash Brick Plant
Fly Ash Brick Plant
 
Cascade development planning
Cascade development planningCascade development planning
Cascade development planning
 
Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...
Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...
Lesson 2.3 (ten social) Infrastructures of Development: Skilled Human Resourc...
 
Integrated water resources management in Action
Integrated water resources management in ActionIntegrated water resources management in Action
Integrated water resources management in Action
 
Prospect of Forest Management in Nepal
Prospect of Forest Management in NepalProspect of Forest Management in Nepal
Prospect of Forest Management in Nepal
 
Integrated Urban Water Management, by Kala Vairavamoorthy
Integrated Urban Water Management, by Kala VairavamoorthyIntegrated Urban Water Management, by Kala Vairavamoorthy
Integrated Urban Water Management, by Kala Vairavamoorthy
 

Similar to PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA

Perbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitab
Perbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitabPerbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitab
Perbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitabYusri Mohamad Ramli
 
Agama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolah
Agama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolahAgama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolah
Agama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolahAJ N
 
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...nuni puspita
 
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusriPerbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusriYusri Mohamad Ramli
 
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka okSuplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka okIstna Zakia Iriana
 
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka okSuplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka okIstna Zakia Iriana
 
Design agenda ma tia acc
Design agenda ma tia accDesign agenda ma tia acc
Design agenda ma tia accRohadi Rohadi
 
Tradisi Membaca Kitab Suci Weda
Tradisi Membaca Kitab Suci WedaTradisi Membaca Kitab Suci Weda
Tradisi Membaca Kitab Suci WedaMade Sumiarta
 
samanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhasamanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhaSuharno M.Pd.B
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...Warnet Raha
 
Bhisama catur warna
Bhisama catur warnaBhisama catur warna
Bhisama catur warnaagungkris4
 
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...dexyudha
 
Pencapaian sku penegak
Pencapaian sku penegakPencapaian sku penegak
Pencapaian sku penegakputri eneliz
 

Similar to PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA (20)

Perbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitab
Perbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitabPerbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitab
Perbandingan islam dan agama agama bukan ahli kitab
 
Nuk dkc hss
Nuk dkc hssNuk dkc hss
Nuk dkc hss
 
Agama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolah
Agama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolahAgama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolah
Agama sikhisme dan kerelevanannya dalam pengajaran pendidilan moral di sekolah
 
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud banj...
 
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusriPerbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
 
Keajaiban Dhamma.pptx
Keajaiban Dhamma.pptxKeajaiban Dhamma.pptx
Keajaiban Dhamma.pptx
 
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka okSuplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
 
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka okSuplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
Suplemen kb 2 modul pdab kitab suci tipitaka ok
 
Design agenda ma tia acc
Design agenda ma tia accDesign agenda ma tia acc
Design agenda ma tia acc
 
Wiwin winarsih with logo
Wiwin winarsih with logoWiwin winarsih with logo
Wiwin winarsih with logo
 
WILI BAB V.docx
WILI BAB V.docxWILI BAB V.docx
WILI BAB V.docx
 
Tradisi Membaca Kitab Suci Weda
Tradisi Membaca Kitab Suci WedaTradisi Membaca Kitab Suci Weda
Tradisi Membaca Kitab Suci Weda
 
samanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadhasamanaphala, kutadanta, khevadha
samanaphala, kutadanta, khevadha
 
Kti rija
Kti rijaKti rija
Kti rija
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
 
Bhisama catur warna
Bhisama catur warnaBhisama catur warna
Bhisama catur warna
 
Tata susila 4 ppt kb 3 ok
Tata susila 4 ppt kb 3 okTata susila 4 ppt kb 3 ok
Tata susila 4 ppt kb 3 ok
 
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
 
Sikhisme
SikhismeSikhisme
Sikhisme
 
Pencapaian sku penegak
Pencapaian sku penegakPencapaian sku penegak
Pencapaian sku penegak
 

More from Ngarayana ナㇻヤナ

Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Ngarayana ナㇻヤナ
 
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusutKiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusutNgarayana ナㇻヤナ
 
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasuraKiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasuraNgarayana ナㇻヤナ
 
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkihKiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkihNgarayana ナㇻヤナ
 

More from Ngarayana ナㇻヤナ (20)

Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)
 
The rescue of dharmaksetra
The rescue of dharmaksetraThe rescue of dharmaksetra
The rescue of dharmaksetra
 
Vedic eco village november-2017
Vedic eco village november-2017Vedic eco village november-2017
Vedic eco village november-2017
 
Amsu story
Amsu storyAmsu story
Amsu story
 
Kehidupan berasal dari kehidupan
Kehidupan berasal dari kehidupanKehidupan berasal dari kehidupan
Kehidupan berasal dari kehidupan
 
Prahlad maharaj
Prahlad maharajPrahlad maharaj
Prahlad maharaj
 
Narada bulletin april 2017
Narada bulletin april 2017Narada bulletin april 2017
Narada bulletin april 2017
 
Yashodapur eco village 2017
Yashodapur eco village 2017Yashodapur eco village 2017
Yashodapur eco village 2017
 
Veda
VedaVeda
Veda
 
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusutKiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
 
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasuraKiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
 
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkihKiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
 
Di luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematianDi luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematian
 
Hari raya hindu mitologi vs itihasa
Hari raya hindu  mitologi vs itihasaHari raya hindu  mitologi vs itihasa
Hari raya hindu mitologi vs itihasa
 
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah VrajaPerjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
 
Candakya niti sastra
Candakya niti sastraCandakya niti sastra
Candakya niti sastra
 
Vedic universe
Vedic universeVedic universe
Vedic universe
 
Universe
UniverseUniverse
Universe
 
Neraka
NerakaNeraka
Neraka
 
Manusia mendarat
Manusia mendaratManusia mendarat
Manusia mendarat
 

Recently uploaded

KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.MeidarLamskingBoangm
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 

Recently uploaded (13)

KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 

PEDOMAN ETIKA VAISHNAVA

  • 1. INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESS ACARYA-PENDIRI: SRI SIMAD A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHUPADA SAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA (SAKKHI)
  • 2.
  • 3. INTERNATIONAL SOCIETY FOR KRISHNA CONSCIOUSNESS FOUNDER-ACARYA: HIS DIVINE GRACE A.C. BHAKTIVEDANTA SWAMI PRABHU- PADA SRI SRI RADHA GOPINATHA MANDIR 7, K. M. MUNSHI MARG, NEAR BHARATIYA VIDYA BHAVAN CHOWPATTY, MUMBAI - 400 007 E-mail: rgsevaka@vsnl.net Website: www.radhagopinath.com Phone: 2369 7228 Fax: 2367 7941
  • 4. nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe “Hamba bersujud dengan hormat kepada Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang sangat dicintai oleh Sri Krishna, karena telah berlindung di kaki-padma-Nya.” “Sembah sujud kami kepadamu, wahai guru spiritual, abdi dari Bhaktisiddhanta Sarasvati Goswami. Anda bermurah hati menyampaikan ajaran-ajaran Sri Caitanyadeva dan menyampaikannya ke negara-negara Barat, yang penuh dengan filsafat impersonal dan kekosongan.”
  • 5. Daftar Isi Sambutan ix Kata Pengantar xi BAGIAN I 1. Pengantar Singkat Mengenai Makna Penting Buku Ini 1 2. Esensi 3 BAGIAN II 1. Etika di Kuil/ Tempat Sembahyang 5 A) Bersikap Rendah Hati 5 B) Bersujud 5 C) Memusatkan Pikiran Kepada Arca 6 D) Sikap Duduk 7 E) Berbicara 8 F) Pakaian dan Penampilan 8 1. Tilaka 9 2. Rambut 9 3. Kanthi Mala (Kalung Tulasi) 11 4. Kumis dan Jenggot 12 G) Kebersihan dan Kesehatan 12 H) Perilaku Umum 14 I) Menghadiri Ceramah 16 J) Menghadiri Upacara Arati 16 K) Menghormati Maha-Prasadam/ Nirmalya 17 1. Bunga, Garlan/ Kalungan Bunga 18 2. Caranamrita 18 3. Lampu Ghee 19
  • 6. 4. Pakaian Arca 19 5. Maha-Prasadam 20 2. Etika Lainnya 21 A) Memperlakukan Benda-Benda Suci 21 B) Kebiasaan Pribadi 22 C) Kirtana 24 D) Menari 25 E) Pembicaraan 27 F) Kegiatan Pengajaran 28 3. Prasadam 32 4. Dapur 34 Lampiran I (Mantra-Mantra Pranama) 37 Lampiran II (Bersujud) 49 Lampiran III (Memakai Tilaka) 42 Lampiran IV (Doa-Doa Prema-Dhvani) 46 Lampiran V (Doa untuk Mempersembahkan Bhoga) 49 Lampiran VI (Doa Prasadam) 50 BAGIAN III 1. Menghormati dan Melayani Prasadam 53 A) Melayani Prasadam 53 B) Menghormati Prasadam 56 C) Aturan Makan dan Minum Air 56 D) Banyaknya Makanan 57 E) Sehabis Makan 57 BAGIAN IV 1. Hubungan dengan Berbagai Golongan Penyembah 59 A) Tiga Golongan Penyembah 59 B) Hubungan dengan Guru Spiritual 59
  • 7. C) Hubungan dengan Senior 60 D) Hubungan dengan Saudara Seguru 61 E) Hubungan dengan Perempuan 63 F) Hubungan dengan Tamu 63 G) Menyapa Vaishnava 63 H) Hubungan dengan Vaishnava Lain 64 I) Vaishnava Jangan Dilihat dari Sudut Pandang Material 64 J) Badan Seorang Vaishnava adalah Sebuah Kuil 64 K) Karunia Para Vaishnava Sangat Dibutuhkan 65 L) Hubungan Manis Dengan Sesama Vaishnava 65 2. Hubungan dengan Orang yang Bukan Penyembah 65 Lampiran VII (Menerima Tamu) 67 BAGIAN V 1. Sadhana 71 A) Mengucapkan Nama Suci Tuhan (Japa) 71 B) Empat Prinsip Aturan 80 C) Bergaul dengan Penyembah 80 D) Menghindari Orang yang Bukan Penyembah 81 E) Membaca 82 F) Pelayanan 83 G) Pemujaan Arca 83 H) Pertapaan 85 I) Prinsip-Prinsip yang Menguntungkan dan Tidak Menguntungkan 87 J) Para Brahmana 88 K) Pentingnya Waktu 88 Lampiran VIII (Makna Penting Mantra Panca-Tattva) 89
  • 8. Lampiran IX (Sepuluh Jenis Kesalahan Terhadap Nama Suci) 91 Lampiran X (Mempersembahkan Arati) 92 Lampiran XI (Mengikuti Ekadasi-Vrata) 96 BAGIAN VI 1. Mengunjungi Tempat Suci 98 2. Sepuluh Jenis Kesalahan Terhadap Dhama Suci 100
  • 9. SAMBUTAN KETUA UMUM DEWAN PENGURUS PUSAT SAMPRADAYA KESADARAN KRISHNA INDONESIA (SAKKHI) OM NAMO BHAGAVATE VASUDEVAYA! K a m i m e n y a m b u t b a i k t e r b i t n y a b u k u Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava oleh Tim Penerjemah untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi para penyembah dalam melakukan pelayanan bhakti sehari-hari. Etika Vaishnava merupakan perhiasan bagi para penyembah Krishna, yang mencerminkan kualitas kepribadian seorang Vaishnava. Dengan pemahaman dan pengamalan etika Vaishnava kita akan dapat terhindar dari kesalahan-kesa-lahan (aparadh) dalam pelayanan bhakti kepada Sri Krishna dan para penyembah-Nya, seperti nama aparadh, seva aparadh, vaishnava aparadh dan dhama aparadh. Srila Prabhupada mengatakan, bahwa apabila seorang penyembah ingin maju dalam bhakti maka yang perlu diubah adalah sifat rajas-tamas menjadi sifat sattvam dengan cara mengendalikan indera dan pikiran. Dengan hadirnya buku ini, dan dengan upaya untuk menerapkan dalam kehidupan sehari- hari, diharapkan sifat-sifat rajas-tamas dan perilaku vikarma kita berkurang, sehingga se-cara bertahap kita bisa maju sampai tataran sifat sattvam dan visudha sattvam sebagai landasan dalam melakukan bhakti yang murni kepada Sri Sri Radha-Krishna dan para penyembah-Nya. Dalam Siksastaka, Sri Gauranga Mahaprabhu mengatakan, bahwa dengan sikap toleransi, kerendahan hati, memberi penghormatan kepada setiap orang, dan tidak menuntut penghormatan dari siapa pun, barulah kita akan dapat mengucapkan nama suci Sri Krishna secara mantap. Jika kita telah mantap dan murni dalam pengucapan maha-mantra Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna Krishna, Hare Hare,
  • 10. Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare, barulah kita memenuhi syarat untuk memper-sembahkan bhakti yang murni dan ikut dalam lila rohani Sri Sri Radha-Krishna bersama para sakhi-Nya dan men-capai Krishna Prema Bhakti. Buku ini aslinya adalah terbitan ISKCON Sri Sri Radha Gopinatha Mandira, Cowpatty, Mumbai, India. Atas anjuran His Grace Sankirtana das, pembimbing Bhaktisastri, buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diter-bitkan oleh Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia. Selamat kepada para penyembah yang telah menerima dan mengamalkan buku Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava ini dan terima kasih kepada Tim Penerjemah (Sriman Anantavijaya dasa dan Sriman Brajabihari dasa) yang telah bekerja keras untuk menerjemahkan dan me-nerbitkan buku ini. Hari Bolo! Jay Srila Prabhupada! Jay Sri Sri Gaura-Nitai! Jay Sri Sri Radha-Krishna! Denpasar, 8 Agustus 2007 Ketua Umum DPP SAKKHI ttd ADIPURUSA DASA
  • 11. Kata Pengantar Sri Caitanya Mahaprabhu menyatakan dalam Caitanya Caritamrita bahwa ketaatan pada etika Vaishnava adalah sebuah perhiasan, yang membuat seorang penyembah menjadi indah dan menarik di mata Tuhan dan di mata dunia. Oleh sebab itu, amatlah penting bagi semua pe-nyembah Tuhan untuk bisa benar-benar memahami etika dan gaya hidup yang demikian. Informasi tentang hal tersebut tersebar dalam berbagai buku dan di sini dirasakan adanya kebutuhan akan terse-dianya sebuah buku pedoman menyeluruh yang mengumpulkan bukan hanya prinsip-prinsip umum yang mendasar mengenai etika dan pola hidup Vaishnava, namun juga yang bisa menyajikan isu-isu dan masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan kondisi nyata di center-center kita. Karya ini adalah sebuah usaha tulus guna memenuhi kebutuhan tersebut. Disebabkan oleh keterbatasan waktu, tidaklah mungkin untuk menguraikan lebih panjang lagi untuk bisa mencakup semua isu secara terperinci. Nanti-nya, berdasarkan masukan-masukan para penyembah, penambahan dan perbaikan lebih lanjut bisa dilakukan. Sementara itu, mohon memaafkan kesalahan dan keku-rangan karya ini. Karya ini bisa terwujud atas perhatian khusus yang di-berikan oleh H.H. Radhanatha Swami Maharaja. Beliau telah banyak membantu dalam meyakinkan dan menye-mangatkan penyembah untuk mengumpulkan data, dan memberi nasihat-nasihat berharga, yang terlahir dari pe-ngalaman panjang sebagai seorang penyembah dan pem-bimbing spiritual. Kami berharap dan berdoa memohon bimbingan dan pergaulan beliau senantiasa. Banyak penyembah lainnya telah meluangkan waktu dan
  • 12. tenaga untuk memberi saran serta komentar dan me-ngetik serta mengedit naskah. Peran mereka sangat ber-harga dalam penyusunan karya ini. Kami menyampaikan terima kasih dengan sepenuh hati kepada mereka semua. Diharapkan bahwa karya ini, dalam cara sekecil apa pun, bisa membantu penyembah untuk melanjutkan misi Sri Caitanya, Avatara Keemasan pada zaman ini, dan Srila Prabhupada. Segala pujian kepada Sri Guru dan Sri Gaurangga!
  • 13.
  • 14.
  • 15. 15Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava BAGIAN I 1. PENGANTAR SINGKAT MENGENAI MAKNA PENTING BUKU INI Isi buku pedoman ini dikumpulkan dari sumber-sumber seperti buku Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Ajaran Abadi Upadesamrita dan buku-buku lainnya, surat-surat dan pe-rintah-perintah Srila Prabhupada serta dari pengamatan atau saran berbagai penyembah. Sri Caitanya mengajarkan kepada Srila Sanatana Go-svami tentang perilaku seorang Vaishnava sebagai berikut: yadyapio tumi hao jagat-pävana tomä-sparçe pavitra haya deva-muni-gaëa tathäpi bhakta-svabhäva maryädä-rakñaëa maryädä-pälana haya sädhura bhüñaëa CC Antya 4.129-130 “Wahai Sanatana, meskipun engkau adalah penyelamat seluruh alam semesta dan meskipun para dewa dan orang-orang suci sekalipun tersucikan dengan menyentuh dirimu, sudah merupakan sifat dasar seorang penyembah melak-sanakan dan melindungi etika Vaishnava. Penerapan etika Vaishnava adalah perhiasan seorang penyembah.” maryädä-laìghane loka kare upahäsa iha-loka, para-loka dui haya näça CC Antya 4.131 “Apabila seseorang melanggar hukum-hukum etika, orang-orang akan mencibirnya sampai dia binasa baik di dunia ini maupun di akhirat.” Sri Caitanya Mahaprabhu juga memberikan lima perintah penting kepada Enam Gosvami dari Vrindavana. Berdasarkan 15
  • 16. 16 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava perintah tersebut, dipandang perlu menuliskan aturan dan ketentuan untuk memenuhi tuntutan misi pengajaran ISKCON yang berkembang semakin luas. Perintah-perintah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk mempelajari dengan cermat semua kitab suci wahyu dan mengambil intisari dari semua kitab tersebut di mana intisari dari semuanya adalah bhakti. 2. Untuk menggali tempat-tempat suci lila Krishna di Vrindavana. Untuk membuat Vrindavana Dhama menjadi tempat di mana orang-orang dari berbagai belahan dunia akan datang untuk berlindung dan memperoleh inspirasi. 3. Untuk membangun kuil-kuil yang indah dan mensta-nakan Arca-Arca yang mengagumkan serta menga-jarkan kepada dunia metode pemujaan Arca yang benar. 4. Dengan perilaku mereka sendiri; untuk memperli-hatkan sikap seorang Vaishnava dan etika yang benar di kalangan para Vaishnava. Sri Caitanya menganggap hal ini sebagai prinsip yang paling penting. Kita tidak hanya harus kuat secara filosofis namun kita harus mengerti bagaimana beretika dengan benar an-tara satu dan yang lain, terhadap atasan, terhadap bawahan, terhadap Tuhan dan terhadap roh-roh terikat. 5. Sri Caitanya memerintahkan kepada mereka untuk menegakkan etika Vaishnava melalui tulisan-tulisan demikian pula melalui perilaku mereka. 6. Dengan perilaku mereka sendiri; untuk memperli-hatkan apa yang merupakan tugas seseorang yang menempuh hidup pelepasan ikatan. 2. ESENSI Pola hidup seorang penyembah hendaknya sesuai dengan prinsip “Hidup sederhana, berpikir tinggi.” Ada banyak aturan dan ketentuan yang membimbing
  • 17. 17Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava kehidupan seorang pernyembah tapi tujuan dari semua itu ialah untuk membantu kita “Selalu ingat pada Krishna Tidak pernah lupa pada Krishna” Ini adalah aturan yang paling penting dan semua aturan lain tunduk di bawah aturan ini.
  • 18. 18 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
  • 19. 19Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava BAGIAN II 1. ETIKA DI KUIL/ TEMPAT SEMBAHYANG A) BERSIKAP RENDAH HATI Pada zaman dahulu para raja biasa bepergian dengan di-tandu. Salah satu aturan menyatakan bahwa orang hen-daknya jangan pernah masuk ke kuil dengan ditandu atau naik mobil atau dengan masih memakai sepatu. Maksud-nya ialah bahwa orang hendaknya melepas mentalitas sebagai raja yakni mentalitas sebagai Penguasa dan tuan, apa pun kualifikasi pribadi, kemampuan dan kedudukan sosialnya. Di antara para penyembahTuhan, khususnya di kuil, satu-satunya julukan yang berlaku ialah ‘PELAYAN DARI PELAYAN’. B) BERSUJUD Begitu masuk tempat sembahyang, pertama-tama kita hen-daknya bersujud (panchanga pranama) kepada para Vaishnava yang hadir dan mengucapkan doa: väïcä-kalpatarubhyaç ca kåpä-sindhubhya eva ca patitänäà pävanebhyo vaiñëavebhyo namo namaù “Hamba bersujud dengan hormat kepada semua Vaish-nava penyembahTuhan. Mereka bagaikan pohon pe-menuh keinginan yang da-pat memenuhi keinginan setiap orang, dan mereka penuh belas kasih terhadap roh-roh terikat yang jatuh.” Kemudian kita hendaknya bersujud (sujud dandavat penuh bagi laki-laki) kepada Srila Prabhupada, dengan memosisikan beliau berada di sebelah kiri kita, dan meng-ucapkan mantra paranati untuk beliau,“namo om visnu- padaya..” Kemudian, kita hendaknya men- dekati Arca dan bersujud dandavat 19
  • 20. 20 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava penuh, dengan memosisikan Arca berada di sebelah kiri kita dan mengucapkan pranama mantra masing-masing Arca. Harus diperhatikan bahwa kita hendaknya jangan bersujud dengan satu tangan. Kedua tangan hendak-nya menopang badan saat bersujud dan kedua lengan harus terjulur. C) MEMUSATKAN PIKIRAN KEPADA ARCA a) Setelah bersujud kepada Arca kita hendaknya ‘darsana’ kepada Arca dengan penuh rasa bhakti dan memohon karunia Arca. b) Namun, kita hendaknya jangan langsung memandang wajah Arca secara penuh. Cara yang benar untuk ‘darsana’ kepada Tuhan diuraikan dalam Srimad Bha-gavatam 2.2.13, “Proses meditasi hendaknya dimulai dari kaki-padma Tuhan lalu berangsur-angsur ke wajah-Nya yang tersenyum. Meditasi hendaknya dipusatkan di kaki-padma kemudian betis, lalu ke paha dan de-ngan demikian semakin ke atas. Semakin pikiran mantap pada berbagai anggota badan satu demi satu, kecerdasan akan semakin disucikan.” c) Srila Prabhupada menguraikan di bagian penjelasan bahwa meditasi semacam itu akan membantu kita melepaskan diri dari pemuasan indera. Suasana hati penyembah saat ‘darsana’ ialah “OhTuhan, hamba adalah abdi-abadi-Mu. Mohon berkenan memberitahu hamba, bagaimana hamba dapat melayani-Mu?” Fungsi Arca besar di kuil adalah untuk memberi ‘darsana’ dan biasanya adalah istadeva dari sampradaya kita. Jadi merupakan hal wajar dan memperlihatkan sikap hormat jika pertama-tama kita melihat Mereka. Ada juga pertimbangan lain seperti: Jika ada tiga altar, seperti di Krishna Balarama Mandir di Vrindavana {atau Sri Sri Radha Rasbihari Mandir di Juhu}, Srila Lebih terperinci lihat Lampiran I di akhir bagian ini. (Hal. 37) Lebih terperinci lihat Lampiran II di akhir bagian ini. (Hal. 39)
  • 21. 21Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Prabhupada biasanya bersujud terlebih dahulu di Altar Gaura-Nitai kemudian menuju Altar Krishna Bala-rama lalu ke Altar Sri Sri Radha-Syamsundar. Bisa juga penyembah ingin melihat Gurunya lebih dulu {namun foto Gurunya mungkin tidak ada} kemudian ‘darsana’ dengan proses menaik sampai pada Sri Krishna. Saat ‘darsana’, kita bisa berdiri di samping agar tidak mengalangi penyembah yang sedang duduk. Saat kita menghadap Arca, ‘darsana’ hendaknya dimulai dari sudut kiri menuju ke kanan, Arca demi Arca hingga ke sudut kanan. D) SIKAP DUDUK Ada beberapa aturan mengenai sikap duduk di tempat sembahyang: a) Saat duduk kita hendaknya jangan memperlihatkan kaki kepada Arca atau menjulurkan kaki ke arah Guru, Tulasi-devi dsb. Telapak kaki harus selalu ditutupi. b) Sebisa mungkin kita hendaknya menghindari duduk membelakangi Arca atau membelakangi vyasasana. (Namun, mungkin saja tata ruang kuil menghalangi kita untuk melak- sanakan prinsip ini). c) Kita hendaknya tidak menjulurkan kaki di hadapan Arca. d) Kita hendaknya tidak du-duk di hadapan Arca sambil memegang pergelangan kaki, siku atau lutut. (lihat gambar di samping) e) Kita hendaknya jangan ter-tidur saat duduk di hadapan Arca. E) BERBICARA a) Di hadapan Arca kita hendaknya jangan: - berbicara dengan suara keras - bertengkar - memarahi orang lain
  • 22. 22 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava - berkata-kata kasar atau marah-marah - memuji orang lain - menjelek-jelekkan orang lain - menghina para dewa - terlibat dalam ‘prajalpa’ atau pembicaraan duniawi - berbohong - berbicara dekat penyembah yang sedang berjapa b) Orang boleh berbicara di hadapan Arca kepada tamu dan penyembah jika pembicaraan itu membantu peng-ajaran atau meningkatkan kesadaran Krishna mereka, namun semua pembicaraan lain hendaknya dilakukan di luar tempat sembahyang. F) PAKAIAN DAN PENAMPILAN a) Pakaian seorang penyembah harus sederhana, bersih dan khas, yang bisa mengingatkan orang lain tentang KRISHNA. b) Ketika datang ke kuil (khususnya untuk acara pagi, perayaan dan Sunday Feast) para penyembah hendak-nya berpakaian sebagai berikut: Laki-laki: dhoti dan kurta Perempuan: sari (kepala ditutup di hadapan laki-laki) Pakaian lain hendaknya dihindari kecuali dalam kea-daan terpaksa atau benar-benar dibutuhkan untuk pengajaran. c) Untuk laki-laki maupun perempuan, pakaian hendak-nya sederhana dan tidak mengikuti mode masa kini serta tidak mewah. Namun, pakaian harus rapi dan bersih. Hal-hal yang tidak perlu seperti parfum dan berbagai bentuk kosmetik serta make-up hendaknya dihindari. Kesederhanaan dalam berbusana sangatlah penting bagi seorang Vaishnava, baik di tempat sem- bahyang maupun di luar.
  • 23. 23Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava d) Khususnya untuk acara pagi dan untuk semua program kuil, secara umum harus mengenakan pakaian bersih. Jangan memakai pakaian yang sudah dipakai pada hari sebelumnya. e) Sri Caitanya menyatakan bahwa seorang Vaishnava ada-lah orang yang ketika kita lihat mengingatkan kita kepada Krishna. Dengan demikian, semua penyembah harus teliti terhadap hal-hal berikut, yang menandai kita sebagai seorang Vaishnava: 1. Tilaka: Kita hendaknya selalu menghias badan dengan tilaka di dua belas bagian, setelah mandi. Orang yang tidak mengucapkan Nama Suci (ber-japa) dan tidak mengikuti prinsip-prinsip aturan tidak boleh memakai tilaka, terutama di luar kuil. 2. Rambut: Laki-laki: Para brahmacari dan sannyasi harus meng-gundul kepala sekali seminggu serta memakai sikha. Grhasta boleh melakukan hal yang sama.Tapi, sesuai dengan pelayanannya, mereka boleh memelihara rambut pendek dan rapi, dan kalau mungkin, mema-kai sikha kecil. Meskipun rupanya tidak ada petun-juk sastra mengenai ukuran sikha, secara tradisi para Gaudiya Vaish-nava memaki sikha kira-kira seu-kuran telapak kaki anak sapi, kurang lebih berdiameter 1,5 inchi (4 cm). Panjang sikha bisa be-bas, tapi harus selalu diikat erat dan hanya dilepas ikatannya saat mandi, saat dibersihkan atau saat meminyakinya. Begitu juga, saat akan tidur, mengikuti upacara pembakaran jenazah, atau menjalani masa berkabung, hendaknya sikha dibiarkan tidak terikat. Karena sikha yang tidak diikat meru-pakan tanda adanya kematian dalam keluarga, sung-guh tidak mujur Lebih terperinci lihat Lampiran III di akhir bagian ini. (Hal. 42)
  • 24. 24 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava untuk menjalani tugas sehari-hari dengan sikha yang tidak diikat. Juga dikatakan bahwa kalau seseorang membiarkan sikha-nya tidak diikat, badan akan menjadi lemah. Saat mengikat sikha sehabis mandi, ucapkan mantra Hare Krishna atau kalau sudah diinisiasi dengan mantra Gayatri, ucapkan Brahma-Gayatri (mantra Gayatri bait pertama) dalam hati. Sikha hendaknya jangan dikepang (secara tradisi hanya perempuan yang mengepang rambut), juga hendak-nya jangan dibiarkan panjang dan tergerai. Srila Prabhupada menyebut-kan hal ini dalam sebuah perca- kapan dengan beberapa murid di Hawaii, “Sikha Gaudiya Vaishnava berdiameter satu setengah inchi, tidak lebih daripada itu. Sikha yang lebih besar daripada itu berarti Sampra-daya yang berbeda. Dan sikha harus diikat.” (6 Mei 1972, Hawaii.) Kalau sikha terlalu pendek untuk diikat, bisa dibiarkan lepas namun tidak acak- acakan. Perempuan: Lebih diutamakan bagi perempuan untuk memelihara rambut panjang dan diikat ke belakang. 3. Kanthi-Mala (Kalung Tulasi): Semua penyembah yang sudah menerima diksa harus memakai kanthi-mala setidaknya dua (2) atau tiga (3) lilitan. Mala harus dililitkan di sekitar pangkal tenggorokan dan hendaknya bisa dilihat dengan jelas. Penyembah yang belum mene-rima diksa namun telah mengikuti semua prinsip aturan selama bebe-rapa waktu dan yang ingin meneri-ma diksa juga boleh memakai kanthi-mala. KalungTulasi yang dipakai di leher menunjukkan penyerahan- diri seorang penyembah kepada Tuhan, karena itu orang yang memakai ka-lung Tulasi di lehernya sangat dicintai oleh Tuhan. Namun, orang berbuat kesalahan bila ia memakai kalungTulasi hanya sekadar meniru seorang Vaish-nava tanpa berusaha secara
  • 25. 25Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava serius untuk berserah-diri kepada Tuhan. Disarankan agar jangan memakai kalung Tulasi apabila seseorang tidak mengikuti empat prinsip aturan. Beberapa penyembah juga memakai jenis mala bertuah lainnya baik yang terbuat dari Tulasi, biji bunga padma, tali dari ratha (kereta) Jagannatha, atau pavitra berbahan sutra saat melakukan puja, japa atau kegiatan suci lainnya, di mana benda- benda ini hendaknya dilepas saat mandi atau meninggalkan kuil atau rumah, dan saat ke kamar kecil. Kanthi-mala dipakai selalu, sebab kalung itu me-lindungi seseorang dari mimpi buruk, kecelakaan, serangan senjata dan utusan Yamaraja. Begitu melihat Tulasi-mala, para Yamaduta lari ketakutan bagai de-daunan diterbangkan angin. Penyembah yang tidak mengikuti prinsip-prinsip dasar, terutama mengucapkan Nama Suci dan empat prinsip aturan (yakni tidak makan daging, tidak berzinah, tidak berjudi, tidak mabuk-mabukan) hen-daknya jangan memakai kanthi-mala. Berbicara secara tegas, sekali kanthi-mala dipakai, bahkan bawang merah dan bawang putih pun tidak boleh melewati tenggorokan. Karena itu, orang hendaknya menasihati para pe-nyembah baru dengan cara seperti itu. 4. Jenggot dan kumis : Penyembah yang sudah menerima diksa atau yang akan menerima diksa hendaknya tidak memelihara kumis atau jenggot. (Namun, hendaknya diper-hatikan bahwa dalam beberapa ‘matha’ Vaishnava, laki-laki mencukur wajah dan kepalanya sekali saat bulan mati atau saat bulan purnama; dan dalam peri-ode Caturmasya mereka tidak bercukur sama sekali. Namun standar bagi kita ialah bercukur secara teratur dengan pengecualian untuk yatra tertentu atau alasan lain yang dapat dibenarkan).
  • 26. G) KEBERSIHAN DAN KESEHATAN a) Seperti disebutkan sebelumnya, di tempat sembahyang harus memakai pakaian bersih. b) Sehabis menerima prasadam, lantai tempat menaruh piring harus dibersihkan. Hendaknya jangan melang- kahi area tempat prasadam, sebab tempat itu dianggap tercemar. Tempat di mana kita menerima prasadam menjadi tercemar, dan kalau kita melangkah di tempat itu, maka kaki harus segera dicuci. Area tempat kita menerima prasadam harus segera dibersihkan sehabis menerima prasadam. Oleh karena kuil harus sangat bersih, kita hendaknya berhati-hati agar tidak mence-mari kuil dengan tidak semestinya. c) Orang hendaknya jangan memasuki aula kuil tanpa mencuci tangan dan kaki sehabis makan. d) Orang hendaknya memasuki kuil dengan tangan dan kaki yang bersih. e) Orang hendaknya mandi sehabis buang air besar dan setelah itu baru boleh memasuki aula kuil. f) Orang hendaknya jangan memasuki kuil sehabis menghadiri pembakaran mayat atau sehabis menyentuh mayat. Ia harus mandi terlebih dahulu, setelah itu baru boleh memasuki kuil. g) Orang hendaknya jangan kentut atau beserdawa di dalam tempat sembahyang. h) Orang hendaknya menghindari memasukkan jari ke mulut, telinga atau hidung saat berada di tempat sem-bahyang. Kalau terpaksa harus melakukan hal itu (demikian juga di luar kuil), sehabis itu ia harus segera mencuci tangan. i) Selama mengalami menstruasi, para mataji boleh mengunjungi kuil, tetapi mereka tidak boleh melakukan pemujaan Arca, seperti arati, menghias Arca, memasak, membuat garlan atau tugas-tugas lainnya yang mem-butuhkan kehadiran mereka di ruang Arca atau di dapur, atau pekerjaan apa pun yang berhubungan secara lang-sung dengan Arca (misalnya menjahit pakaian Arca).
  • 27. Selama masa tersebut, mataji yang bersangkutan hendaknya menghindari sentuhan fisik dengan siapa saja yang sedang atau akan melayani Arca. Mereka boleh mengikuti Tulasi-puja namun hendak-nya tidak mempersembahkan air kepada Tulasi-devi. Dalam keadaan apa pun, berjapa dengan japa-mala harus terus dilakukan. Tidak ada alangan material untuk mengucapkan Nama Suci Tuhan. Sejauh menyangkut situasi di rumah, para mataji yang beralangan hendaknya berusaha menjaga standar tadi sebisa mungkin. Dalam beberapa keadaan ba-rangkali hal tersebut tidak dapat diterapkan, seperti jika tidak ada orang lain yang memasak, dsb. Dalam keadaan demikian, mataji bersangkutan bisa mela-kukan apa yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban rumah tangga dan pada saat yang sama juga berusaha agar Arca yang ada di rumah bisa dilayani. Sebisa mungkin, anggota keluarga lainnya hendak-nya membantu dalam hal ini. H) PERILAKU UMUM a) Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita adalah seorang penyembah dan wakil Guru dan Krishna. Apakah di kuil atau di rumah, saat bekerja di kantor atau di jalan, kita hendaknya menunjukkan perilaku yang bisa me-ngundang penghormatan terhadap Guru dan Krishna, dan hendaknya menghindari segala perilaku yang akan memberi kesan buruk terhadap Guru dan Krishna. b) Penyembah hendaknya jangan memakai perhiasan, jam tangan dsb., yang mahal dan menyolok. Bagi para mataji, perhiasan harus dipakai dengan penuh pertim-bangan (jika memang harus memakai) dan bagi laki-laki lebih baik menghindari sama sekali segala jenis perhiasan seperti kalung emas, gelang, dsb. c) Sebisa mungkin penyembah hendaknya menghindari menggunakan segala jenis barang yang terbuat dari kulit, dengan mengetahui semua itu sebagai hasil dari pembunuhan binatang. Kecuali tidak bisa dihindari dalam pelayanan, kita hendaknya
  • 28. 28 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava menahan diri dari menggunakan sepatu kulit (dan juga barang- barang seperti tas, dompet, tali jam dsb.). d) Bahkan (dan khususnya) jika kita dikritik atau orang berbuat kesalahan terhadap diri kita, kita hendaknya mengambil sikap dengan tetap menjaga martabat. e)Tentu kita berusaha untuk mencegah diri kita ditipu orang atau kita akan mengambil tindakan ketika di-butuhkan, namun hendaknya kita berhati-hati agar menghindari pertengkaran, terlibat dalam adu mulut yang sia-sia, dan sebagainya. f) Secara khusus seorang penyembah harus berhati-hati dalam hubungan dengan lawan jenis. g) Srila Rupa Gosvami mengatakan bahwa seorang penyembah tidak boleh lalai dalam urusan biasa. De-ngan kata lain, kita hendaknya jangan mengabaikan tata krama dan formalitas biasa dengan menganggap semua itu sebagai hal duniawi (dan menganggap diri sudah rohani). h) Menyentuh seseorang dengan kaki adalah suatu kesa-lahan. Misalkan, kalau seseorang mesti melewati pe-nyembah yang sedang duduk di kuil, ia hen-daknya mengulurkan tangan untuk mengisya-ratkan bahwa ia ingin lewat sehingga mereka akan menggeser lutut untuk memberi jalan (lihat gambar.) Kalau tanpa sengaja seseorang menyentuh seorang penyembah dengan kakinya, ia hendaknya menyentuh badan penyembah bersangkutan dengan tangan kanan secara lembut dan (kemudian) menyentuhkan tangan kanannya ke kepalanya sendiri; hal ini akan menghapus kesalahan tersebut. I) MENGHADIRI CERAMAH a) Ketika menghadiri ceramah, kita hendaknya penuh perhatian dan tenang. Seorang penyembah yang banyak bicara atau mengantuk akan mengurangi semangat dan mengacaukan pikiran yang berpengaruh pada pence-ramah dan penyembah yang sedang mendengarkan. Hal itu juga menjadi kesan yang kurang bagus terhadap perkumpulan kita. b) Kalau seseorang benar-benar mengantuk, ia hendaknya bergeser
  • 29. 29Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava ke dinding di tepi ruangan dan bisa berdiri. c) Aturan mengenai sikap duduk di dalam kuil sebagai-mana telah disebutkan sebelumnya hendaknya diikuti. d) Kita hendaknya menghindari keluar-masuk kuil atau ruangan tempat berlangsungnya ceramah. Hal ini sangat mengganggu. e) Para orang tua harus menjaga anak-anaknya. Kalau anak-anak ribut, mereka harus diajak keluar ruangan kuil. f) Pertanyaan yang relevan dan berhubungan dengan topik ceramah boleh diajukan, dengan sikap rendah hati. J) MENGHADIRI UPACARA ARATI Arati juga disebut niran-jana atau drsti, yang arti-nya mempersembahkan benda-benda bertuah de-ngan cara memutarkannya di hadapan seseorang un-tuk menghilangkan penga-ruh atau unsur-unsur ku-rang mujur, dengan tujuan perlindungan. Berbagai benda yang dipersembahkan, yang semuanya melambangkan unsur-unsur material dalam bentuknya yang suci dan obyek-obyek indera yang berkaitan (seperti suara, bentuk, sentuhan, dsb.) adalah bertuah dan me-nyucikan. Dengan demikian, semua upacara arati yang dipersem- bahkan kepada Tuhan adalah bertuah (mangala) tetapi arati pertama setiap hari, pada pagi hari, dianggap paling bertuah bagi semua yang menghadiri. Srila Visvanatha Cakravarti Thakura, dari masa per-tengahan abad ketujuh belas, adalah seorang guru spiritual agung dalam rangkaian garis Guru dan murid yang sadar akan Krishna. Beliau berkata, “Orang yang melantunkan doa-doa pujian yang indah ini kepada guru spiritual dengan suara keras dan penuh perhatian selama brahma-muhurta, pada akhir hayatnya akan mencapai pelayanan langsung kepada Krishna, Penguasa Vrindavana.”
  • 30. 30 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava K) MENGHORMATI MAHA-PRASADAM / NIRMALYA Yang dimaksud nirmalya adalah garlan/ kalungan bunga, bunga, candana, air mandi (caranamrita), lampu ghee dan daun Tulasi yang telah dipersembahkan kepada Tuhan oleh pujari selama melakukan puja. Setelah puja selesai, para penyembah hendaknya menerima benda-benda ini di atas kepala, sambil berkata, “jaya maha-prasadam.” I. Bunga, garlan/ kalungan bunga: Orang hendaknya jangan bersikap tidak hormat ter-hadap nirmalya dengan melangkahinya atau mening-galkannya tergeletak di tempat kotor. Setelah diperlakukan dengan penghormatan semes-tinya, nirmalya seperti garlan dan bunga bisa dikum-pulkan lalu dihanyutkan di sungai, danau atau laut. Penyembah menerima prasadam garlan bunga dengan cara menyentuhkannya ke kepala, memakainya dan menciumnya. Penyembah menerima prasadam garlan Tulasi dengan menyentuhkannya ke kepala dan menciumnya, tapi tidak menggunakannya. II. Caranamrita : Meminum air mandi Sri Vi Šu ampuh untuk melebur pengaruh jutaan dosa misalnya dosa membunuh makhluk hidup lain. Tetapi, orang yang membiarkan air mandi yang suci itu jatuh ke tanah bahkan setetes pun harus mengalami derita delapan juta pengaruh dosa tersebut. (Hari-bhakti-vilasa) Srila Prabhupada menulis: Harus dilaksanakan ma-ngala- arati secara rutin di kuil pada pagi hari, satu setengah jam sebelum ma-tahari terbit. (Cc. Madhya, 23.334, penjelasan) Pujari (atau asisten pujari) hen-daknya membagikan caranamrita kepada para penyembah, yang hendaknya mengucap-kan sloka berikut saat meminum dan menaruhnya
  • 31. 31Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava di kepala: Untuk menghindari agar tidak jatuh, taruh tangan kiri di bawah tangan kanan saat menerima maha-prasada, bunga nirmalya, daun dan manjari Tulasi atau Caranamrita. III. Lampu Ghee : Di kuil-kuil tradisional lampu ghee terlebih dahulu dibawa kepada Garuda, yang berdiri di belakang kuil. Di kuil-kuil ISKCON lampu ghee terlebih dahulu dibawa kepada Srila Prabhupada, Acarya-Pendiri ISKCON, sebab beliau adalah Vaisnava-srestha, pemim-pin para Vaishnava yang hadir, dalam hal senioritas. (Perempuan yang sedang beralangan hendaknya tidak menyentuh lampu.) Orang yang mengedarkan lampu prasada hendaknya tanggap Lebih lanjut Srila Prabhupada menekankan dalam buku Lautan Manisnya Rasa Bhakti tentang manfaat melihat upacara arati: Di dalam Skanda Purana terdapat uraian berikut mengenai hasil melihat arati (pemujaan) kepada Arca: “Apabila seseorang melihat wajah Tuhan saat arati berlangsung, ia bisa terbebas dari semua reaksi dosa yang berasal dari ribuan dan jutaan tahun sebelumnya. Ia bahkan diampuni dari dosa membunuh brahmana atau kegiatan terlarang yang sejenis itu.” (Lautan Manisnya Rasa Bhakti, Bab 9) mengenai senioritas para penyembah yang hadir; namun, para penyembah yang hadir hendaknya juga jangan mudah tersinggung kalau terlewatkan saat lampu diedarkan. Lampu itu bukan dimaksudkan untuk menghormati atau memuliakan kita, melainkan justru kita yang di-maksudkan untuk menghormati lampu tersebut sebagai prasadam Tuhan dengan cara menyentuhkan api ke kening dengan singkat memakai kedua tangan sambil berkata, ‘jaya maha-prasadam’.
  • 32. IV.Pakaian Arca : Jenis nirmalya lainnya yang digunakan adalah pakaian Arca. Pakaian Arca yang dibagikan sebagai prasadam Tuhan hendaknya dihormati. Kita bisa menghormati pakaian prasada dengan cara menyimpannya bersama perlengkapan puja lainnya, atau bahkan dengan menyimpannya dalam bingkai kaca dan menggantungnya di tembok seperti sebuah lukisan atau foto. Kita juga boleh memakainya, namun tegas kata, sebaiknya jangan memotong dan menjahit kembali pakaian tersebut, sebagaimana kebiasaan ini sudah tersebar luas. Kalau tindakan memotong dan menjahit itu harus dilakukan, sebaiknya hanya untuk pakaian sembahyang. Kantung japa dan kostum, yang akan digunakan untuk drama anak-anak bisa diterima (kalau drama itu bertujuan untuk mengagungkan Tuhan). Hindari menggunakan prasada pakaian apa pun di bawah pinggang Anda. V. Maha-prasadam : Sebagaimana yang lumrah dilakukan di beberapa kuil di India, setelah darsana- arati, pujari biasanya mem-bagikan sejumlah kecil prasadam kepada para penyem-bah langsung dari ruangan altar atau dari luar. Kadang-kadang untuk tujuan pengajaran sejumlah prasadam dibagikan kepada para tamu. Penyembah menghormati sisa makanan ini dengan cara segera memakannya, dengan sedikit bergeser ke samping çré-rädhä-kåñëa-pädodakaà prema-bhakti-daà mudä bhakti-bhäreëa vai pétvä çirasä dhärayämy aham “Air dari kaki-padma ®r… ®r… R€dh€ dan Krishna meng- anugerahkan bhakti yang murni kepada Mereka. Setelah meminum air tersebut dengan rasa riang dan penuh bhakti, aku menyimpan air itu di atas kepalaku.”
  • 33. ruangan kuil supaya tidak langsung makan di hadapan Arca. Usahakan membagikan prasadam manisan kering, sebab prasadam yang basah bisa jatuh ke lantai. 2. ETIKA LAINNYA A) MEMPERLAKUKAN BENDA-BENDA SUCI I. Buku, japa, kartal, dsb., hendaknya jangan ditaruh di atas lantai atau di tempat yang kotor dan hendaknya dihormati sebagai alat-alat yang pantas dipuja. II. Hendaknya jangan menyentuh benda-benda suci de-ngan kaki atau menggunakan kaki untuk melakukan apa yang bisa dilakukan dengan tangan. III. Jika benda-benda suci tersebut jatuh ke lantai atau kaki kita menyentuhnya, segera angkat benda tersebut lalu sentuhkan ke kepala. IV. Hendaknya jangan melangkahi buku, penyembah, prasadam, bunga yang telah dipersembahkan kepada Tuhan atau melangkahi benda-benda suci lainnya. V. Semua benda suci hendaknya disimpan di tempat yang bersih dan rapi serta dijaga dengan hati-hati. Benda-benda tersebut tidak boleh dilempar melainkan harus diserahkan kepada orang lain dengan penuh kehati-hatian. VI. Benda-benda suci seperti japa, buku, tilak, dsb., hendaknya jangan dibawa ke kamar mandi. VII. Kita hendaknya berhati-hati memperlakukan foto Guru dan Krishna. Benda-benda tersebut harus diper-lakukan dengan penuh perhatian dan hormat. VIII. Chaddar (selendang/ syal) Hari-Nama hendaknya diperlakukan secara khusus. Karena Nama Suci tercetak pada kain tersebut, maka benda itu menjadi benda suci dan hendaknya jangan dibiarkan menyen-tuh lantai. IX. Kita hendaknya waspada saat bersujud agar kantung japa yang ada di tangan tidak menyentuh lantai. Japa hendaknya diletakkan terlebih dahulu sebelum ber-sujud.
  • 34. 34 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava X. Kita hendaknya berhati-hati memperlakukan perleng-kapan Arca seperti pakaian, perhiasan, berbagai wa-dah, dsb. Contohnya, pakaian dan handuk hendaknya dilipat dan disimpan dengan baik, wadah-wadah air hendaknya ditaruh di tempat yang baik, dsb. Kalau tangan menyentuh lantai atau menyentuh sesuatu yang tidak bersih, kita hendaknya mencuci tangan sebelum kembali menyentuh perlengkapan Arca. Krishna tidak berbeda dengan perlengkapan-Nya, dan memperlakukan perlengkapan Krsna dengan tidak baik berarti memperlakukan Krishna dengan tidak baik pula. Maka bhakti yang sejati tidak akan bangkit di hati. Kita harus sadar selalu bahwa berbagai benda ini bukanlah benda-benda biasa, melainkan semua digunakan dalam pelayanan kepada Krishna sehingga pantas dipuja. B) KEBIASAAN PRIBADI I. Orang yang bersungguh-sungguh menempuh kehi-dupan spiritual hendaknya bangun pagi-pagi sekali, lebih bagus lagi sebelum jam ‘brahma-muhurta’ yakni satu setengah jam sebelum matahari terbit. II. Setelah bangun, pertama-tama gosok gigi. III. Kemudian kita hendaknya mandi dengan air dingin dan setelah selesai memakai pakaian bersih, memulai sadhana sehari-hari. IV. Mandi hendaknya dilakukan setelah: - bangun di pagi hari - tidur siang lebih dari satu jam - buang air besar - berkeringat banyak, atau - tercemar dengan cara apa pun (sehabis dari tempat pembakaran mayat). V. Kesehatan dan kebersihan pribadi hendaknya dijaga. Kuku hendaknya tetap bersih dan pendek. Potongan kuku harus dibuang di tempat sampah. Srila Rupa Goswami bahkan menyebutkan bahwa orang harus teliti menjaga kebersihan
  • 35. 35Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava gigi dengan baik dan teratur. VI. Tangan dan kaki hendaknya dicuci sehabis buang air kecil dan tangan hendaknya dicuci bersih dengan sabun sehabis buang air besar. Mereka yang sudah diinisiasi brahmana harus melilitkan tali suci di telinga kanan saat ke kamar kecil. VII. Hendaknya hanya tangan kanan yang digunakan untuk makan, berjapa dengan menggunakan japa-mala, mempersembahkan sesuatu, menerima sesu-atu, dsb. VIII. Cuci tangan, kaki dan mulut sebelum dan sesudah melayani prasadam. IX. Cuci tangan sehabis minum air. X. Jangan meludah saat makan. XI. Jangan meludah ke air. XII. Sannyasi hendaknya mandi tiga kali sehari, grhastha dan brahmacari mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari. XIII. Mandilah sehabis bercukur, berhubungan badan atau datang dari tempat pembakaran mayat. XIV. Sebaiknya istirahat/ tidur sekitar enam (6) sampai enam setengah (6 1/2) jam setiap malam. Kebanyak-an tidur atau kurang tidur tidak baik untuk kesa-daran Krishna kita. XV. Kita hendaknya berusaha tidur di atas lantai atau dengan alas yang agak keras. Tempat tidur yang empuk dan mewah hendaknya dihindari. XVI. Tidur yang paling baik adalah dengan posisi miring ke arah kiri. Jika tidak memungkinkan, bisa dengan terlentang, tapi jangan tidur telungkup. XVII. Hendaknya jangan membuang-buang energi Krishna seperti sabun, pasta gigi, listrik, air, dsb. Hendaknya matikan lampu dan kipas, manakala tidak diper-lukan. XVIII.Hendaknya gunakan uang Krishna dengan bijak-sana dan penuh tanggung jawab, dengan bertanya pada diri sendiri apakah pengeluaran ini benar-benar perlu untuk meningkatkan pelayanan kepada Krishna. C) KIRTANA I. Memimpin kirtana pada suatu satsanga merupakan sebuah
  • 36. 36 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava kehormatan di mana seseorang mewakili seluruh hadirin di hadapan Arca. Oleh sebab itu, kita hendaknya sadar akan hal ini dan memimpin kirtana hanya bila diminta. II. Kita hendaknya hanya menyanyikan kirtana-kirtana yang dibenarkan (otoritatif). III. Doa prema-dhvani (jaya om visnu-pada.......) pada akhir kirtana hendaknya diucapkan oleh penyembah paling senior yang hadir, misalnya sannyasi atau murid Srila Prabhupada. IV. Hendaknya hanya doa prema-dhvani baku yang diucapkan, kecu-ali pada acara-acara tertentu seperti hari kemunculan, di mana pujian yang cocok bisa ditambahkan. V. Ada melodi-melodi standar yang harus dinyanyikan pada saat- saat tertentu. Khususnya pada acara pagi, doa samsara-dava dan Hare Krishna maha-mantra hendaknya dinyanyikan dengan menggunakan melo-di pagi. VI. Kirtana hendaknya sederhana dan bisa diikuti dan diulangi dengan mudah oleh hadirin. VII. Semua penyembah hendaknya menyanyi bersama-sama dengan penuh semangat. VIII. Semua penyembah hendaknya mengikuti melodi yang sama seperti yang dinyanyikan oleh pemimpin kir-tana. Karena itu, para penyembah harus memberi perhatian penuh setiap Disebutkan dalam Srimad-Bhagavatam 3.20.46 (Penjelasan): “Pagi-pagi sekali, satu setengah jam sebelum ma-tahari terbit, disebut brahma-muhurta. Selama brahma-muhurta ini dianjurkan untuk melakukan kegiatan spiritual. Kegiatan spiritual yang dilakukan saat subuh memberi hasil yang jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan pada saat lain.” saat. IX. Pemain mridanga dan kartala hendaknya berada dekat dengan pemimpin kirtana, mengamati dengan saksama, dan MENYESUAIKAN KECEPATAN PERMA-INAN
  • 37. 37Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava MEREKA DENGAN LAGU YANG DINYANYIKAN PEMIMPIN KIRTANA. Karena itu, pemain mridanga dan kartala harus memberi perhatian khusus. X. Pola umum pada kirtana pagi hendaknya doa-doa samsara- dava, panca-tattva mantra, Hare Krishna maha-mantra dan hari haraye namah krsna yadavaya namah, (gopal govinda ram sri madhu-sudhana). XI. Bila ada dua atau lebih pemain kartala, mereka harus bermain dengan serasi. Begitu juga dengan pemain mridanga. XII. Kirtana harus indah dan merdu dan tidak sekadar keras. D) MENARI I. Srila Rupa Goswami menyatakan bahwa kita hen-daknya belajar untuk menari di hadapan Arca. II. Hendaknya menari dengan lemah gemulai dan ber-semangat, tidak kasar dan liar. III. Menari menurut tradisi Gaudiya seperti yang diper-lihatkan oleh Sr…la Prabhupada hendaknya menjadi standar. IV. Sebagai tambahan, tarian bisa di-lakukan dalam berbagai formasi. Misalnya: - barisan penyembah yang secara ber-irama saling mendekati satu sama lain dan kemudian mundur. - penyembah membentuk barisan, yang satu di belakang yang lain, sambil terus menghadap Arca, ber-gerak maju-mundur secara berirama. - penyembah bergerak dalam sebuah lingkaran (lihat gambar di bawah). V. Para penyembah harus berhati-hati agar formasinya tetap terjaga dan mereka tetap berada dalam barisan. VI. Ketika menari dalam formasi, para penyembah hen-daknya mengangkat tangan, berpegangan tangan, dsb., sebagaimana diperlukan untuk formasi tertentu itu. VII. Tarian ini bukanlah sebuah “olahraga untuk tontonan” dan para penyembah hendaknya jangan hanya berdiri dan menonton. Semua hendaknya ikut serta. Tapi, bagi mereka yang tidak berkenan (khususnya tamu dan pendatang baru
  • 38. 38 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava atau mereka yang sedang sakit) hendaknya jangan dipaksa. VIII. Tarian yang bisa membahayakan penyembah lainnya hendaknya dihindari, misalnya: - dua penyembah bertepuk tangan dan berputar-putar, sebab itu bisa membahayakan penyembah lain. - berputar-putar sendirian sambil merentangkan tangan. - melemparkan anak (dan bahkan anak yang su-dah besar) di udara atau mengangkat mereka. - mendorong secara berlebihan saat bergerak da-lam lingkaran. IX. Laki-laki dan perempuan hendaknya menari di tempat terpisah. X. Kita hendaknya kita selalu memerhatikan gerakan penyembah yang memimpin, lalu menyesuaikan diri. Tarian yang sempurna adalah seperti gaya Sri Caitanya yakni dengan mengangkat tangan atau mencakupkan tangan dengan penuh semangat dan rasa bhakti. E) PEMBICARAAN I. Dorongan untuk berbicara sangatlah kuat dan begitu kita mendapat kesempatan kita mulai berbicara. Srila Prabhupada menjelaskan bahwa kalau kita tidak ber-bicara tentang Krishna- katha maka kita hanya akan berbicara hal yang bukan-bukan. II. Pembicaraan seperti itu disebut ‘prajalpa’ yang lahir dari identifikasi (penyamaan diri) material kita. Karena itu penyembah harus menahan diri dari prajalpa. III. Semua buku duniawi juga merupakan wujud nyata dorongan untuk berbicara. Dalam “Upadesamrita” Srila Prabhupada menjelaskan bahwa orang-orang mater-ialistik membaca bertumpuk-tumpuk koran, majalah dan novel, mengisi teka-teki silang dan melakukan banyak hal yang Lebih terperinci lihat Lampiran IV di akhir bagian ini. (Hal. 46) bukan-bukan. Dengan gaya hidup seperti ini, orang hanya membuang-buang waktu dan energinya yang amat berharga.
  • 39. 39Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Di negara-negara Barat, orang-orang tua yang sudah pensiun bermain kartu, memancing, menonton televisi dan berdebat tentang rencana-rencana sosiopolitik yang tidak berguna. Semua ini dan kegiatan yang bukan-bukan lainnya termasuk dalam kategori prajalpa. Orang cerdas yang berminat dalam kesadaran Krishna hendaknya jangan pernah melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan ini. IV. Srila Rupa Goswami menganjurkan proses Krishna- katha berbicara tentang segala pokok bahasan yang berhubungan dengan Krishna sebagai cara untuk me-ngatasi dorongan berbicara. Oleh sebab itu, kalau kita harus berbicara, hendaknya kita berbicara tentang Krishna-katha. V. Sebelum menyampaikan sesuatu hendaknya kita mempertimbangkan apakah - itu perlu? - itu baik? - itu tepat? VI. Penyembah hendaknya menghindari pembicaraan yang menyakiti hati orang lain, terutama penghinaan ter-hadap penyembah lain, yang merupakan kesalahan pertama terhadap Nama Suci. ‘Vaishnava aparadha’ pasti akan cepat sekali mematahkan benih bhakti kita yang lembut. F) KEGIATAN PENGAJARAN I. Tindakan dan perilaku kita sendiri adalah pengajaran terbaik sebab perbuatan lebih meyakinkan daripada kata-kata belaka. Seperti pepatah mengatakan “Tin-dakan Anda sudah berbicara banyak sehingga saya tidak perlu lagi mendengar apa yang Anda katakan.” II. Pengajaran artinya untuk mengubah hati, bukan sekadar mengalahkan orang lain secara intelektual. III.Tentu saja ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh menyajikan filsafat kita dengan benar. Semua penyem-bah harus berusaha mempelajari buku-buku Srila Prabhupada dan memahaminya dengan seksama dan berusaha menyampaikannya dengan penuh keyakinan sebagaimana yang telah ia baca dan dengar,
  • 40. 40 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava dengan sikap rendah hati. IV. Tidaklah perlu membaca buku-buku lain atau men-dengar dari ahli filsafat lain untuk belajar bagaimana cara mengajarkan. Pelayan tulus sang Guru adalah pengajar terbaik. V. Prinsip pengajaran dijelaskan dengan baik oleh Srila Rupa Goswami dalam Bhakti Rasamrita Sindhu: VI. Pada dasarnya, yang akan mengubah hati orang bu-kanlah semata-mata karena filsafat yang kita sam-paikan namun utamanya pada seberapa luas kita telah mengamalkan filsafat itu dalam kehidupan kita dan menginsafi pengetahuan itu secara nyata. VII. Pengajaran kita hendaknya dilakukan dengan sikap rendah hati dan bukan dengan sikap tinggi hati. VIII. Saat mengajarkan kita hendaknya hanya mengulang kata-kata Guru dan menyampaikan ajaran-ajarannya seperti seorang tukang pos dan hendaknya tidak pernah berpikir bahwa kita mengetahui lebih banyak daripada para acarya terdahulu, tentang bagaimana cara mengajarkan. Kita diberi kuasa sesuai dengan seberapa besar kerendahan hati kita untuk menyam- paikan petuah-petuah mereka. IX. Kita harus memperlihatkan rasa belas kasih dan perhatian kepada orang yang sedang kita ajarkan. Barangkali kita perlu memberi perhatian terhadap masalah-masalah kecil dalam
  • 41. 41Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava kehidupan materialnya. X. Kita harus menyampaikan kebenaran, tetapi sesuai dengan desa, kala dan patra, yakni tempat, waktu dan orangnya. Tujuan kita ialah untuk membuat orang menjadi sadar akan Krsna dan kita harus mengajarkan sambil senantiasa menyimpan tujuan ini dalam pi-kiran dan melakukan apa yang dipandang perlu. XI. Kita harus memiliki pendekatan berimbang saat me- ngajarkan. Pengajar yang baik akan selalu mengerti kebutuhan penyembah dalam golongan yang ber-beda-beda. Seperti halnya dalam kehidupan material ada pegawai bank, pengacara, dokter dan sebagainya, dalam kehidupan spiritual pun dibutuhkan (dan akan selalu ada calon yang ingin untuk) tahap pelepasan ikatan dan juga mereka yang hidup berumah tangga atau golongan profesional. Kedua jenis penyembah itu diperlukan dan bernilai. XII. Saat mengajarkan kepada orang tertentu, pendekatan kita hendaknya adalah untuk memberi nasihat apa yang terbaik untuk kesadaran Krishna orang tersebut. XIII. Dibutuhkan brahmacari-brahmacari yang berkua-lifkasi, grhastha yang berkualifikasi, vanaprastha yang berkualifikasi dan sannyasi yang berkualifikasi dan kita hendaknya menyemangatkan seseorang me-nurut kedudukan di mana ia dapat mencapai kema-juan spiritual yang terbaik dan melayani misi Srila Prabhupada. XIV. Etika-etika dasar harus diikuti ketika penyembah lain juga sedang mengajarkan. Hendaknya ia jangan dipotong secara
  • 42. 42 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava tiba-tiba kecuali ada hal mendesak. XV. Sopan santun yang lumrah harus diikuti, misalnya bertutur kata sambil tersenyum, siap membantu ka-lau ada orang yang membutuhkan bantuan atau bimbingan. XVI. Orang-orang baru hendaknya dibuat merasa layaknya berada di rumah sendiri dan hendaknya disambut dengan penuh cinta kasih dan ramah tamah. XVII. Khususnya saat Sunday feast di kuil, penyembah hendaknya lebih mengutamakan bergaul dengan tamu dan pendatang baru kemudian barulah dengan sesama penyembah. XVIII. Ketika mengajarkan kepada orang baru, kita harus selalu ingat bahwa mengajarkan kepada penyembah adalah hal yang sama pentingnya, kalau tidak lebih penting. Jadi, saat kita membuat penyembah baru merasa betah seperti di rumah sendiri, para penyembah yang sudah biasa datang hendaknya jangan diabaikan. XIX. Pada program-program luar, pendatang baru dan tamu bisa didahulukan untuk mengajukan pertanyaan seusai ceramah, khususnya bila waktu terbatas. Penyembah-penyembah bisa mengajukan perta-nyaan yang masih berkaitan untuk menciptakan suasana di mana para pendatang baru akan merasa disemangatkan untuk mengajukan pertanyaan, atau bila pendatang baru sudah selesai mengajukan per-tanyaan tapi masih ada waktu tersisa untuk perta-nyaan berikutnya. XX. Kita hendaknya jangan mengajarkan/ menganjurkan hal yang melanggar hukum-hukum di suatu wilayah tertentu dengan dalih melakukan sesuatu untuk Krishna. Penyembah juga harus mematuhi hukum-hukum ini. XXI. Kita hendaknya jangan bersifat sektarian. Kita hen-daknya menghormati semua agama dan jalan spiri-tual yang bonafide. Khususnya kita hendaknya memperlihatkan rasa hormat terhadap Sampradaya Vaishnava lainnya. 3. PRASADAM I. Yang paling pertama dan utama, kita hendaknya hanya makan prasadam yakni makanan yang sudah diper-sembahkan kepada
  • 43. 43Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Krishna dengan rasa bhakti. II. Idealnya kita hanya memakan makanan yang - dimasak oleh penyembah - dipersembahkan kepada Krishna oleh penyembah - disiapkan oleh penyembah Kita hendaknya berusaha sebisa mungkin mendekati standar ideal ini sebagaimana yang dapat kita jalani secara nyata dengan mempertimbangkan keterbatasan kehidupan kota dan keperluan pengajaran. III. Kecuali benar-benar diperlukan untuk pengajaran atau pelayanan, makanan yang dimasak oleh orang yang bukan penyembah hendaknya dihindari. IV. Dengan semangat yang sama, semua makanan komersil seperti coklat, es krim, keripik, minuman bersoda, biskuit, roti dsb., jangan disediakan di rumah. Untuk tamu, kita bisa menyajikan makanan yang dibuat sendiri dan minuman alami seperti air jeruk, jus buah, dsb. V. Makanan komersil mungkin bisa dikonsumsi saat me-lakukan perjalanan jauh atau dalam keadaan terpaksa. Ketika prasadam yang dibawa tidak mencukupi atau sebagai tambahan, hendaknya lebih dipilih mengon-sumsi makanan mentah dan yang tidak dimasak seperti buah, kacang-kacangan, susu, dsb., daripada makanan yang dimasak secara komersil. VI.Terkadang saat mengadakan perjalanan jauh atau dalam tujuan pengajaran atau tuntutan pekerjaan mungkin saja kita terpaksa makan di restoran. Sebisa mungkin, kita hendaknya memilih restoran yang murni vegeta-rian dan selanjutnya juga mesti berhati-hati memesan makanan yang tanpa bawang merah dan/ atau bawang putih. VII.Kita hendaknya memakan prasadam yang bersifat sattvik dan yena tena prakäreëa manaù kåñëa niveçayet “Entah bagaimana caranya, kita harus berpikir tentang Krishna.”
  • 44. 44 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava hindari makanan yang rajasik, yakni makanan yang terlalu pedas, banyak minyak dan mewah. VIII. Bhoga harus dipersembahkan dengan cara yang benar di rumah. IX. Prasadam hendaknya jangan disia-siakan. Prasadam yang berlebih hendaknya disisihkan ke piring lain sebelum dimakan. X. Setelah semua anggota keluarga selesai makan, jika prasadam masih tersisa, bisa disimpan selama bebe-rapa saat untuk dimakan berikutnya jika memung-kinkan, atau dibagikan kepada orang lain. XI. Prasadam hendaknya dimakan dengan menggunakan tangan kanan; tangan kiri hanya untuk menyentuh anggota badan lainnya. XII. Saat melayani prasadam, sendok yang dipakai untuk membagikan hendaknya jangan sampai menyentuh piring atau prasadam yang telah dimakan sebagian. XIII. Makan prasadam hendaknya jangan berlebihan dan lebih baik pada saat yang teratur setiap hari. Makan berlebihan dan memakan makanan yang salah tidak baik untuk kehidupan spiritual dan juga tidak baik untuk kesehatan. Mengendalikan pola makan akan membantu kita mengendalikan lidah dan pada gilirannya ini akan membantu kita mengendalikan indera-indera. XIV. Sebelum menghormati prasadam doa yang sesuai mesti diucapkan. XV. Prasadam harus dihormati dengan kesadaran bahwa ini adalah karunia Krishna dan tidak berbeda dengan Krishna. Oleh sebab itu, kecuali diperlukan untuk pengajaran, sebaiknya kita diam. Mendengarkan pelajaran atau kaset pada saat ini juga bermanfaat. XVI. Bila ada tamu datang berkunjung ke rumah kita, bhoga yang sudah dipersembahkan kepada Arca di rumah menjadi maha-prasadam yang hendaknya dibagikan kepada semua tamu sedikit-sedikit. Pra-sadam yang segar dan hangat hendaknya dihidang-kan sesuai kebutuhan masing-masing
  • 45. 45Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava tamu, termasuk Guru dan sannyasi. XVII.Bila Vaishnava senior hadir, kita hendaknya sabar menunggu sampai mereka mulai makan dan setelah itu barulah kita mulai makan (kecuali kita diminta agar mendahului). XVIII. Kita boleh bangun berdiri setelah selesai menghor-mati prasadam hanya bila semua sudah selesai makan (kecuali seizin Vaishnava senior yang hadir saat itu). XIX. Maha-prasadam Guru hendaknya jangan dibagikan di hadapan para pendatang baru. XX. Setelah mulai memakan prasadam, hendaknya jangan menyentuh apa pun dengan tangan kanan. XXI. Hendaknya kita jangan membagikan prasadam ke-cuali kita sudah mencuci kedua tangan. XXII. Kita hendaknya jangan memakan prasadam di ha-dapan umum, di depan orang karmi, misalnya sambil berjalan di jalanan, atau saat berarak-arakan. Sebisa mungkin, prasadam hendaknya dihormati di tempat tersendiri atau berkumpul bersama penyembah lain. 4. DAPUR I. Dapur merupakan perluasan altar sebab apa pun yang dimasak akan dipersembahkan kepada Arca. Jadi, apa pun yang dikerjakan di dapur harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan penuh perhatian untuk Arca. II. Tempat di mana Arca distanakan secara formal seperti halnya di kuil, standar yang diharapkan cukup tinggi dan ketat. Sebagai perbandingan, beberapa kelong-garan bisa dilakukan dalam hal persembahan kepada Arca rumah tangga di mana tidak mungkin untuk mem-pertahankan standar yang sama. Misalnya, aturan menyatakan bahwa hendaknya jangan makan di dapur atau di hadapan Arca. Tapi, di banyak rumah, altar, dapur dan meja makan semua ada dalam satu ruangan, jadi tidaklah mungkin untuk mengikuti aturan tadi. III. Akan tetapi, para grhastha hendaknya selalu berpikir untuk mencapai standar ideal dan berusaha sedapat mungkin untuk
  • 46. 46 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava mendekati standar tersebut, menye-suaikan dengan situasi mereka sendiri. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kita memasak untuk Krishna. Se-makin kita berhati-hati terhadap aturan kecil ini, kita akan menjadi semakin sadar bahwa kita memasak bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk Krishna. IV. Hanya pakaian bersih dan tak tercemar yang boleh di-gunakan untuk memasak. Pakaian yang sudah digunakan di luar atau di kamar mandi tidak boleh digunakan. V. Kuku harus bersih dan dipotong pendek. Tangan harus dicuci begitu memasuki dapur sebelum mulai mema-sak. Di kuil, sebelum memasak harus mandi. Di rumah juga lebih baik melakukan demikian. VI. Kita hendaknya tidak memasukkan sesuatu ke dalam mulut ketika berada di dapur. Kita hendaknya tidak mencuci mulut atau berkumur di bak dapur. Terutama, kita hendaknya tidak ‘mencicipi’ atau ‘mencium’ masakan untuk mengetahui rasanya. VII. Bila mungkin, hendaknya jangan makan atau minum di area dapur. Jika hal ini tidak bisa dihindari, tirai di hadapan Arca harus ditutup. VIII. Alat-alat bhoga khusus yang digunakan memasak untuk Arca, dan piring serta gelas untuk memper-sembahkan bhoga, hendaknya disimpan dan dicuci secara terpisah dari piring, cangkir dan gelas yang digunakan anggota keluarga untuk makan dan minum. IX. Jika seseorang menderita penyakit infeksi, ia hen-daknya jangan melakukan sesuatu di area dapur yang bisa mencemari bhoga dan alat-alat memasak. X. Jika kita menyentuh lantai atau tempat sampah, atau anggota badan bagian bawah, kita harus mencuci tangan. XI. Hendaknya jangan berbicara yang bukan-bukan di dapur. XII. Permukaan kompor, bak pencuci di dapur, dsb., hendaknya dibersihkan sebelum dan sesudah memasak. XIII. Kita hendaknya bekerja dengan hati-hati namun efisien dan menghindari terjadinya kekacauan. XIV. Apa pun yang terjatuh ke lantai tidak boleh ditaruh di atas meja. Kalau sayuran jatuh ke lantai, cuci terlebih dahulu
  • 47. 47Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava baru bisa digunakan. XV. Tidak boleh langsung memasuki dapur sehabis meng- gunakan kamar kecil, kecuali langsung mandi. XVI. SANGAT PENTING: Penyembah harus sangat berhati-hati agar tidak ada rambut yang jatuh dan mencemari persembahan. Perhatian yang sungguh- Lebih terperinci lihat Lampiran V di akhir bagian ini. (Hal. 49) sungguh harus diberikan dalam hal ini. Penyembah harus menjaga rambutnya tertutupi dengan baik saat memasak. XVII. Maha-prasadam hendaknya jangan dimakan lang-sung dari piring Arca, melainkan dipindahkan ke alat atau piring lainnya sebelum dimakan. Standar kuil menetapkan bahwa kita hendaknya jangan makan sebelum piring Arca selesai dicuci. Lebih terperinci lihat Lampiran VI di akhir bagian ini. (Hal. 50)
  • 48. 48 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran I MANTRA-MANTRA PRANAMA Srila Prabhupada pranati nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe “Hamba bersujud dengan hormat kepada Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang sangat dicintai oleh Sri Krishna,karenatelahberlindungdikaki-padma-Nya.Sembahsujud kami kepadamu, wahai guru spiritual, abdi dari Bhaktisiddhanta Sarasvati Goswami. Anda ber-murah hati menyampaikan ajaran- ajaran Sri Caitanyadeva dan menyampaikannya ke negara-negara Barat, yang penuh dengan filsafat impersonal dan kekosongan.” Gaurangga pranama namo mahä-vadänyäya kåñëa-prema-pradäya te kåñëäya kåñëa-caitanya-nämne gaura-tviñe nama “Wahai inkarnasi yang paling murah hati! Engkau adalah Krishna sendiri yang muncul sebagai Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu. Engkau muncul dengan warna keemasan milik Srimati Radharani, dan menyebarluaskan cinta kasih yang murni kepada Krishna. Kami bersujud dengan hormat kepada-Mu.” Sri Krishna pranama he kåñëa karuëä-sindho déna-bandho jagat-pate gopeça gopikä-känta rädhä-känta namo ‘stu te “Sri K Ša yang hamba cintai, Engkau kawan bagi orang yang
  • 49. 49Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava menderita dan asal mula ciptaan. Engkau tuannya para gopi dan kekasih Radharani. Hamba bersujud dengan hormat kepada-Mu.” Panca-Tattva mantra païca-tattvätmakaà kåñëaà bhakta-rüpa-svarüpakam bhaktävatäraà bhaktäkhyaà namämi bhakta-çaktikam “Hamba bersujud kepada Sri Krishna Caitanya, Prabhu Nityananda, Sri Advaita, Gadhadara, Srivasa dan semua yang lainnya dalam garis perguruan bhakti.”
  • 50. 50 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran II BERSUJUD (Pranama/ Namaskara) Pada pagi hari atau kapan pun mengunjungi kuil kita hendaknya bersujud kepada Arca setelah Arca dibangun-kan, sebab ditetapkan dalam sastra bahwa kita hendaknya tidak mengganggu Tuhan dengan cara bersujud ketikaTuhan sedang beristirahat atau sedang mandi. (Juga hen-daknya jangan mengelilingiTuhan pada saat ini). Juga, kita hendaknya bersujud di luar ruang Arca, ja-ngan bersujud di dalam, sebab dianjurkan untuk bersujud dari jarak yang tidak terlalu dekat. Di dalam ruang Arca, persembahkan pranama dengan cara mencakupkan ta-ngan, dengan mengucapkan mantra dan dengan pikiran. Astanga Pranama : Kitab Hari-bhakti-vilasa menguraikan bagaimana cara mempersembahkan dandavat-pranama: Bersujud dengan delapan anga kaki, lutut, dada, ta-ngan, kepala, penglihatan, pikiran dan kata-kata. Dengan kedua kaki, lutut, dada, tangan dan kepala menyentuh lantai dan mata memandang ke bawah setengah terpejam, ucapkan doa yang cocok sambil bermeditasi bahwa ke-pala Anda berada di bawah kaki- padma Tuhan. (Tangan hendaknya dijulurkan di depan kepala, bukan di samping kepala atau dilipat di samping dada.) Pancanga Pranama: Untuk melakukan pancanga pranama, lakukan sembah sujud dengan lima anga lutut, lengan, kepala, kecer-dasan dan kata-kata. (Dada tidak menyentuh lantai.) Merupakan suatu kesa-lahan bila bersujud dengan satu tangan yaitu, dengan satu tangan direntangkan di depan kepala sedangkan yang satu lagi memegang kantung japa atau benda- benda suci lainnya jauh dari lantai. Sebelum bersujud, apa pun
  • 51. 51Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava yang dipegang harus diletakkan terlebih dahulu. Laki-laki bisa melakukan pranama yang mana pun, se-dangkan bagi perempuan secara tradisi hanya melakukan pancanga- pranama. Saat bersujud, pertama-tama ucapkan pranama-mantra Guru kita sendiri, kemudian pranama Srila Prabhupada dan setelah itu pranama-mantra untuk Arca di altar. MENGHORMATI VAISHNAVA Terkadang kita harus menahan diri untuk bersujud secara fisik kepada seorang Vaishnava sebab dengan berbuat demikian mungkin akan menyebabkan ketidaknyamanan. Tapi, kita tidak dilarang untuk menyampaikan sembah sujud di dalam pikiran; maka kemudian kita mencari kesempatan lain untuk bersujud secara fisik. Aturan ini bisa diterapkan ketika menyampaikan sem-bah sujud kepada atasan; apakah seorang Vaishnava ataupun bukan. Kemudian, ada dua saat di mana kita hendaknya menyampaikan sembah sujud kepada atasan, yakni pertama ketika kita melihat atasan tersebut dan sekali lagi ketika atasan tersebut yang melihat kita. 51
  • 52. 52 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran III MEMAKAI TILAKA Setelah mengenakan pakaian bersih, du-duklah di atas asana yang bersih (sebaik-nya tikar dari rum-put kusa) lalu pakai urdhva- pundra atau Visnu-tilaka di dua belas bagian badan. Hendaknya jangan memakai tilaka di kamar mandi. Yang dimaksud dengan tilaka adalah tanda yang dibuat di badan dengan menggunakan berbagai bahan. Urdhva-pundra artinya dua tanda vertikal yang dibuat di kening dan anggota badan lainnya untuk memperlihatkan penye-rahan-diri kepada Sri Vi Šu. Kitab Padma P™raŠa danYajurVeda menyatakan bahwa urdhva- pundra melambangkan kaki-padma Vi Šu. Dua belas bagian badan yang ditandai dengan urdhva-pundra bukanlah sembarang tempat. Bagian-bagian tersebut adalah tempat peka yang dapat dengan mudah menyerap energi spiritual yang dihasilkan dengan pengucapan nama-nama Sri Vi Šu dan menempatkan Tuhan di posisi itu di dalam pikiran. Kalau seorang penyembah memakai tanda Tuhan dan mengucapkan nama-Nya, Tuhan puas dan tinggal ber-sama dia. Dengan cara demikian badan material menjadi sebuah kuil suci Tuhan. Brahmanda P™raŠa menyatakan bahwa seorang pe-nyembah yang memakai tilaka dengan penuh perhatian saat bercermin atau melihat bayangannya di air akan mencapai kediaman tertinggi Tuhan. Dengan memakai tilaka di tempat-tempat ini dan mengucapkan nama-nama Vi Šu, orang menyucikan dan mengabdikan badannya untuk melayani Sri Vi Šu. Kitab Hari-bhakti-vilasa menyebutkan bahwa tilaka urdhva- pundra boleh jadi berbeda bentuk, warna dan bahan menurut Sampradaya penyembah bersangkutan, namun ciri-ciri lain kurang lebih sama.
  • 53. 53Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Tanda tersebut hendaknya jangan lengkung, tidak rata, tidak menyatu, kotor atau berbau tidak enak. Di kening, posisi pusat antara dua garis hendaknya terbuka dari alis mata hingga batas tumbuh rambut di kepala, dan bagian bawahnya harus tersambung. Bagian yang tertutup penuh (tulasi) panjangnya boleh sampai tiga perempat turun hingga ke hidung. Saat memakai tilaka, dua garis vertikal yang melambangkan kaki- padma Tuhan dibuat terlebih dahulu, kemudian daun tulasinya. Disebutkan bahwa Sri Vi Šu bersemayam di bagian tengah, sedangkan Brahma berada di bagian kiri dan Siva di bagian kanan. Srila Prabhupada menasihati penyembah-penyembah di New York agar berusaha menghindari gopi-candana terjatuh saat menggosok di telapak tangan, “Jangan sampai terbuang. Itu berharga.” Jika gopi-candana jatuh ke lantai, segera bersihkan tempat itu. Ucapkan mantra berikut (A) saat menggosok gopi-candana di telapak tangan kiri; kemudian, saat memakai tilaka dan membersihkan bagian tengah, ucapkan nama dari wujud Tuhan yang sesuai (B). Sebagai alternatif, ucapkan satu baris sloka di bawah pada saat membuat tilaka di tempat yang telah ditunjuk di badan Anda. Setelah setiap baris sloka, saat mem-bersihkan bagian tengahnya (sebagai tempatTuhan ber-semayam), ucapkan nama untuk wujud Tuhan yang sesuai. (B) 1) Kening: oà keçaväya namaù 2) Perut (di atas pusar): oà näräyaëäya namaù 3) Dada: oà mädhaväya namaù 4) Tenggorokan: oà govindäya namaù 5) Perut bagian kanan: oà viñëave namaù 53
  • 54. 54 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava 6) Lengan kanan: oà madhusüdanäya namaù 7) Pundak kanan: oà trivikramäya namaù 8) Perut bagian kiri: oà vämanäya namaù 9) Lengan kiri: oà çrédharäya namaù 10) Pundak kiri: oà håñékeçäya namaù 11) Punggung atas: oà padmanäbhäya namaù 12) Punggung bawah: oà dämodaräya namaù Sikha tidak ditandai dengan tilaka; melainkan, setelah mencuci tangan kanan, usapkan air yang masih tersisa di tangan ke sikha sambil mengucapkan oà väsudeväya namaù. Ada larangan di dalam kitab Brhan-Naradiya Purana untuk bersujud kepada seorang Vaishnava saat ia sedang mandi, mengumpulkan kayu untuk korban suci, me-metik bunga, membawa air, atau sedang menghormati prasadam. Jika kita dalam keadaan tidak suci, contoh-nya, jika kita sedang makan, mandi, atau memakai sepatu atau kepala tertutupi, kita hendaknya tidak menyampaikan sembah sujud ataupun menerima sembah sujud secara fisik.
  • 55. 55Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran IV DOA-DOA PREMA DHVANI • jaya Om Viñëu-päda Paramahaàsa Parivräjakäcärya Añöottara-çata çré çrémad A.C. Bhaktivedanta Svämé Mahäräja Çréla Prabhupäda   ki jaya. Segala pujian kepada acarya Om Vi Šu-pada 108 Tridandi Goswami A. C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, yang telah berkeliling ke mana-mana, mengajarkan keagungan Sri Hari, dan yang mantap pada tingkatan sannyasa tertinggi. • Acarya-pendiri ISKCON-BBT Çréla Prabhupäda   ki jaya. Segala pujian kepada Srila Prabhupada, Acarya-pendiri ISKCON. • jaya Om Viñëu-päda Paramahaàsa Parivräjakäcärya Añöottara-çata çré çrémad Bhaktisiddhänta Sarasvaté Gosvämé Mahäräja Çréla Prabhupäda   ki jaya. Segala pujian kepada acarya OmVisnupada 108Tridandi Goswami Bhaktisiddhanta Sarsvati Prabhupada, yang berkeliling dunia, mengajarkan keagungan Sri Hari, dan yang mantap pada tingkatan sannyasa tertinggi. • ananta-koöi vaiñëava-vånda   ki jaya. Segala pujian kepada jutaan Vaishnava tanpa batas. • nämäcärya çréla haridäsa öhäkur   ki jaya. Segala pujian kepada Namacarya Srila Haridasa Thakura. • prem-se kaho çré-kåñëa-caitanya-prabhu-nityänanda-çri-
  • 56. 56 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava advaita-gadädhara-çréväsädi çré-gaura-bhakta-vånda   ki jaya. Pujilah dengan penuh cinta nama-nama Sri Krishna Caitanya, Prabhu Nityananda, Sri Advaita, Sri Gadadhara, Srivasa dan semua penyembah Sri Caitanya. • çré -çré-rädhä-kåñëa- g o p a - g o p é n ä t h a ç y ä m a - k u ë ò a rädhä-kuëòa giri- govardhana   ki jaya. Segala pujian kepada Radha dan Krishna, para gembala sapi, sapi- sapi, Syama-kunda, Radha-kunda dan Bukit Govardhana. (Kita bisa memuji Arca-arca di Srila Prabhupada mengagungkan tilaka dalam penjelasan Srimad- Bhagavatam berikut ini: Pada Kali-yuga sulit bagi sese-orang untuk mendapatkan emas atau perhiasan bertatahkan per-mata, tapi dua belas tanda tilaka di badan sudah cukup sebagai hiasan penuh kemujuran untuk menyucikan badan. (SB 4.12.28 penjelasan) kuil pada saat ini) • sri mayapur-dhäma   ki jaya. Segala pujian kepada Sri Mayapura-dhama. • våndävana-dhäma   ki jaya. Segala pujian kepada Sri Vrindavana-dhama. • jagannätha-puré-dhäma   ki jaya. Segala pujian kepada Sri Jagannatha-puri dhama. • gaìgämayé   ki jaya. Segala pujian kepada Gangga-devi. • yamunämayé   ki jaya. 56
  • 57. 57Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Segala pujian kepada Yamuna-devi. • tulasédevé   ki jaya. Segala pujian kepada Tulasi-devi. • bhaktidevé   ki jaya. Segala pujian kepada Bhakti-devi. • çré hari-näma saìkértana   ki jaya. Segala pujian kepada pengucapan nama suci Sri Hari secara bersama-sama. • samäveta bhakta-vånda   ki jaya. Segala pujian kepada para penyembah yang berkumpul. • gaura-premänande   hari-haribol. • Segala pujian kepada semua penyembah yang berkumpul di sini. (tiga kali) • Segala pujian kepada Çré Guru dan Çré Gauräìga.
  • 58. 58 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava (Contoh: Ucapkan laläöe keçavaà dhyäyen lalu buat tanda tilaka di kening Anda; lalu ucapkan oà keçaväya namaù dan bersihkan bagian tengahnya.) (A) laläöe keçavaà dhyäyen näräyaëam athodare vakñaù-sthale mädhavaà tu govindaà kaëöha-küpake viñëuà ca dakñiëe kukñau bähau ca madhusüdanam trivikramaà kandhare tu vämanaà väma-pärçvake çrédharaà väma-bähau tu håñékeçaà tu kandhare påñöhe ca padmanäbhaà ca kaöyäà dämodaraà nyaset
  • 59. 59Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran V DOA UNTUK MEMPERSEMBAHKAN BHOGA Setelah semua bhoga ditempatkan dengan baik di piring dan gelas Arca, makanan itu hendaknya ditaruh di depan altar. Mantra-mantra berikut hendaknya diucapkan masing-masing tiga kali sambil membunyikan genta dengan tangan kiri : i) Srila Prabhupada pranati mantra. ii) namo mahä-vadänyäya kåñëa-prema-pradäya tekåñëäya kåñëa-caitanya-nämne gaura-tviñe nama “Wahai inkarnasi yang paling murah hati! Engkau adalah Krissna sendiri yang muncul sebagai Sri Krishna Caitanya Mahaprabhu. Engkau muncul dengan warna keemasan milik Srimati Radharani, dan menyebarluaskan cinta kasih yang murni kepada Krishna. Kami bersujud dengan hormat kepada-Mu.” iii) namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca jagat-hitäya kåñëäya govindäya namo namaù “Wahai Tuhan, Engkau adalah yang mengharapkan kese- jahteraan sapi-sapi dan para brahmana, dan Engkau ada-lah yang mengharapkan kesejahteraan seluruh umat manusia dan dunia.” Persembahan dibiarkan di altar selama beberapa menit dan kemudian dibawa ke luar setelah bersujud.
  • 60. 60 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran VI DOA PRASADAM (Doa-doaberikutinihendaknyadinyanyikansebelummenghormati prasadam Tuhan) 1) Pujian kepada prasadam Tuhan mahä-prasäde govinde näma-brahmaëi vaiñëave svalpa-puëyavatäà räjan viçväso naiva jäyate “Wahai Raja! Orang yang memiliki sedikit sekali kegiatan saleh, keyakinan mereka terhadap maha-prasadam, Sri Govinda, terhadap Nama Suci dan para Vaishnava tidak pernah muncul.” (Mahabharata) 2) Prasada-sevaya çaréra avidyä-jäl, jadendriya tähe käl jéve phele viñaya-sägare tä’ra madhye jihvä ati-, lobhamay sudurmati, tä’ke jetä kaöhina saàsäre kåñëa baòa dayämay, karibäre jihvä jay, sva-prasädänna dila bhäi sei annämåta päo, rädhä-kåñëa-guëa gäo, preme òäko caitanya-nitäi “Wahai Tuhan, badan material ini adalah gumpalan ke-bodohan, dan indera-indera adalah jaringan jalan menuju kematian. Entah bagaimana, kami telah jatuh ke dalam samudera kenikmatan indera material ini, dan di antara semua indera lidahlah yang paling rakus dan sulit diken-dalikan; sangatlah sulit untuk mengendalikan lidah di dunia ini. Namun Engkau, Sri Krishna yang hamba cintai, 60
  • 61. 61Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava begitu bermurah hati kepada kami dan memberikan prasadam yang nikmat ini hanya untuk mengendalikan lidah. Sekarang kami menerima prasadam ini dengan sepuas hati dan memuliakan Sri Sri Radha-Krishna, dan dengan cinta kasih memohon bantuan Sri Caitanya dan Sri Nityananda.” bhäi-re! eka-dina çäntipure, prabhu adwaitera ghare, dui prabhu bhojane bosilo çäk kori’ äswädana, prabhu bole bhakta-gaëa, ei çäk kåñëa äswädilo heno çäk-äswädane, kåñëa-prema aise mane, sei preme koro äswädana jaòa-buddhi parihari’, prasäd bhojana kori’, ‘hari hari’ bolo sarva jan “Wahai saudaraku! Suatu hari di Santipur, di rumah Sri Advaita, Sri Caitanya dan Nityananda duduk untuk makan siang. Ketika Sri Caitanya mencicipi sayur hijau, Dia ber-kata, ‘Wahai penyembah- Ku, sak ini begitu lezat! Pasti Sri Krishna telah mencicipinya.’” “Saat mencicipi sak seperti ini, cinta kasih kepada Krishna terbit di hati. Dengan rasa cinta kasih kepada Tuhan seperti itu engkau hendaknya mencicipi prasada ini. Dengan meninggalkan segala paham duniawi, dan menerima prasadaTuhan, kalian semua ucapkan ‘Hari! Hari!’ “
  • 62. 62 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
  • 63. 63Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava BAGIAN III 1. MENGHORMATI DAN MELAYANI PRASADAM Bagaimana cara prasadam dilayani dan dihormati adalah hal penting dalam budaya Vaishnava. Krishna dan Guru sangat puas bukan hanya ketika makanan dimasak dan dipersembahkan dengan baik namun juga ketika prasa-dam dilayani dengan penuh perhatian dan dihormati secara layak. A) MELAYANI PRASADAM Idealnya, prasadam hendaknya dibagikan oleh Vaishnava yang sudah menerima diksa. Ia hendaknya suci dalam pikiran, badan, perilaku dan pakaian dan bisa melakukan pekerjaan dengan cekatan, tenang dan efisien. Sebisa mungkin, hindari berbicara dengan suara keras dan hin-dari kegaduhan yang mengganggu. Harus dipastikan bahwa hidangan yang akan dibagikan memang masih hangat (bukan dihangatkan kembali karena sudah lama) dan bahwa semua hidangan yang hendak dibagikan sudah ada atau akan datang untuk dibagikan pada saat yang tepat. Baik yang membagikan maupun alat yang digunakan untuk membagikan hendaknya jangan pernah sampai menyentuh piring atau tangan mereka yang sedang makan, sebab hal ini akan mencemari yang sedang membagikan dan alat-alat yang digunakan untuk membagikan. Jika hal ini terjadi, seseorang hendaknya segera mencuci tangan dan alat-alat yang tercemar sebelum melanjutkan mem-bagikan prasada. Prasadam diletakkan dengan lembut di atas piring yang masih ada ruang kosongnya (jangan di atas garam, misal-nya), hati-hati agar tidak tercampur hidangan yang asin dengan hidangan yang manis. Prasadam hendaknya tidak dibagikan langsung ke tangan orang yang sedang makan, kecuali yang dibagikan adalah potongan- 63
  • 64. 64 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava potongan kecil maha-prasadam. Kecuali saat membagikan manisan kering atau makanan kering, kita hendaknya membagikan prasadam dengan menggunakan sendok, bahkan untuk membagikan garam sekalipun. Hanya tangan kanan yang boleh digunakan untuk mem- bagikan prasadam dan hendaknya jangan menyentuh apa pun yang tidak suci (mulut, kaki, rambut atau badan bagian bawah). Juga hendaknya jangan menguap, bersin atau meludah. Wadah prasadam hendaknya jangan sampai menyentuh kaki siapa pun. Urutan yang benar untuk membagikan berbagai hidangan adalah: · Air hendaknya dibagikan pertama. · Ketika para Gaudiya Vaishnava melayani prasadam, mereka memulai makanan utama dengan makanan yang pahit, seperti sukta dan bayam. · Kemudian dilanjutkan dengan dal dan gorengan (seperti pakaura dan kentang goreng). · Setelah itu sayur-sayuran lainnya (sabji), secara ber-urutan dari sabji yang sederhana hingga mewah dan dari yang basah hingga kering. · Kemudian sabji basah yang mewah kembali dibagikan. · Diikuti oleh raita dan chutney. · Akhirnya manisan dibagikan dari yang sedikit manis hingga paling manis. · Nasi dan capati hendaknya dibagikan dari awal dan ditambah sesuai kebutuhan, sampai mereka yang menghormati prasadam menghabiskan semua sabjinya. (Kalau bisa, capati hendaknya dibagikan saat masih hangat). Prasadam yang dibagikan bisa sedikit, namun ketika penyembah menghabiskan satu jenis makanan, kita hen-daknya selalu siap untuk menambahkan. Kita hendaknya memberikan sebanyak yang mereka inginkan. Hendaknya jangan pelit dan menyimpan di belakang karena kita ingin memakannya nanti. Prasadam dimaksudkan untuk diba-gikan. Hendaknya jangan sampai penyembah ditinggal dengan piring kosong kecuali saat sudah selesai makan. Yang membagikan atau tuan rumah bisa menjelaskan hal-hal 64
  • 65. 65Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava baik berkaitan dengan hidangan yang sedang dibagikannya. Kecuali diperlukan untuk pengajaran, kita hendaknya tidak berbicara ketika menghormati prasadam. Mendengar ceramah atau kaset pada saat ini juga ber-manfaat. Beberapa penyembah bisa membacakan Buku Krishna atau Srila Prabhupada Lilamrita. Semua orang yang ada dalam satu kelompok hendaknya diberikan jenis hidangan yang sama. Bila sekelompok orang makan bersama-sama, hendaknya jangan mem-berikan jenis hidangan kepada seseorang di mana jenis hidangan itu tidak diberikan kepada yang lainnya. Penyembah yang sedang membagikan prasadam hendak-nya jangan pilih kasih. Kalau memungkinkan, mereka yang sedang menjalani diet khusus hendaknya makan di tempat terpisah. Prasadam bisa dibagikan dari wadah yang biasa digu-nakan untuk keperluan tersebut. Wadah hendaknya jangan diseret di sepanjang lantai dan juga hendaknya jangan ada suara gemerincing yang diciptakan oleh gagang wadah itu atau alat-alat lainnya. Setelah semua selesai menghormati prasadam, tempat itu harus segera dibersihkan. Penyembah juga dapat me-ngumpulkan sisa makanan yang jatuh dari piring dan membuangnya ke tempat sampah. B) MENGHORMATI PRASADAM Saat menghormati prasadam hendaknya kita dalam kea-daan bersih, sudah mencuci tangan, kaki dan mulut. Sikha juga harus diikat, kepala jangan ditutup (bagi laki-laki) dan tidak memakai alas kaki. Hendaknya makan di tempat yang bersih, lapang dan tenang. Kalau bisa hindari makan di dalam kendaraan. (Saat mengadakan yatra hal ini sulit dihindari). Hendaknya jangan makan saat sandhya (saat matahari terbit, tepat tengah hari atau matahari terbenam), sebelum mandi, atau sebelum melakukan japa Gayatri atau pemu-jaan Arca pada pagi
  • 66. 66 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava hari. Juga, tidaklah baik makan lagi sebelum makanan yang sudah dimakan sebelumnya dicerna dengan baik. Sebaiknya makan dengan sikap duduk bersila, tidak dengan kaki terjulur. Menaruh piring di atas pangkuan juga tidak baik. Ayurveda menganjurkan duduk di lantai (dengan asana) saat prasadam, dengan posisi bersila untuk mempermudah pencernaan. Namun, bagi mereka yang berumur lebih dari lima puluh tahun (saat kondisi badan tidak lagi mendukung), bisa makan sambil duduk di kursi. Sebelum mulai makan, hendaknya kita memandang ke arah prasadam dan menyampaikan penghormatan, sambil ingat bahwa ini adalah karunia Krsna. Kita hendaknya menga-gungkan prasadam Tuhan dengan cara mengucap-kan doa pujian. C) ATURAN MAKAN DAN MINUM AIR Saat makan atau minum, jangan membuat suara yang mengganggu atau mencari-cari kejelekan rasa prasadam itu. Gunakan hanya kelima jari tangan kanan untuk me-nyentuh atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Makan dengan menggunakan jari-jari tangan dianjurkan sebab proses pencernaan berawal saat jari-jari merasakan sentuhan makanan. Tangan kiri hendaknya digunakan hanya untuk meng-ambil gelas air, dan kemudian saat meminum air usahakan jangan sampai bibir menyentuh gelas. Potong atau robek makanan yang berukuran lebar seperti capati dan puri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan dan kemudian masukkan ke dalam mulut dalam ukuran kecil-kecil. Jangan menggunakan tangan kiri untuk memotong/ merobek capati dan puri. Hendak-nya jangan memakan makanan yang lebar dengan cara memasukkan ke dalam mulut lalu merobeknya dengan menggunakan gigi. Saat tangan kanan masih bersih (sebelum mulai makan), bisa digunakan memegang gelas untuk meminum air supaya gelas tidak menyentuh bibir. Saat sudah mulai makan, tangan kanan menyentuh mulut, jadi kita hendak-nya mengambil gelas dengan
  • 67. 67Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava tangan kiri dan meminum air tanpa menyentuh bibir. Jika tidak bisa meminum dengan baik, bisa menggunakan tangan kanan dan minum dengan menggunakan bibir. D) BANYAKNYA MAKANAN Makan berlebihan menyebabkan penyakit dan mengu-rangi umur, juga bisa menghentikan kemajuan spiritual kita, menimbulkan dosa dan menjadikan kita sebagai sasaran kritik. Idealnya kita makan supaya setengah bagian perut kita berisi makanan, seperempat bagian terisi air dan sisanya udara. E) SEHABIS MAKAN Dibenarkan untuk mengucapkan prema-dhvani sehabis makan, sebelum beranjak bangun. Sehabis makan dan saat menunggu yang lainnya sele-sai, kita bisa mengucapkan dengan suara keras berbagai sloka dan doa yang mengagungkan Tuhan. Untuk menghormati yang lain yang masih sedang ma-kan, semua yang berada dalam satu baris hendaknya me-nunggu yang lainnya dalam baris yang sama selesai, sebelum beranjak bangun. Setelah beranjak bangun, kita hendaknya segera men-cuci tangan tanpa menunda lagi, kemudian berkumur sekurang- kurangnya tiga kali dan akhirnya mencuci kaki. Jangan tidur atau melakukan pekerjaan berat apa pun langsung sehabis makan. Sebaiknya kita menenangkan pikiran begitu selesai makan, dengan cara mengingat Tuhan, berjapa serta men-diskusikan lila-Nya. Selesai makan, area tempat makan hendaknya segera dibersihkan dengan air. 67
  • 68. 68 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava
  • 69. 69Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava BAGIAN IV 1. HUBUNGAN DENGAN BERBAGAI GOLONGAN PENYEMBAH A) TIGA GOLONGAN PENYEMBAH Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam Upadesamrita bahwa orang hendaknya menghormati di dalam pikiran penyembah yang mengucapkan Nama Suci Krishna, ber-sujud dengan penuh hormat kepada penyembah yang sudah menjalani inisiasi spiritual, dan bergaul serta mela-yani dengan tulus seorang penyembah murni yang sudah maju dalam bhakti yang tidak pernah menyimpang dan yang hatinya bebas sepenuhnya dari kecenderungan mengkritik orang lain. B) HUBUNGAN DENGAN GURU SPIRITUAL a) Kita hendaknya bersikap rendah hati di hadapan Guru dan melakukan pelayanan kepada Guru. b) Kita hendaknya mengemban perintah Guru dengan se-penuh jiwa dan raga. c) Di hadapan Guru, kita hendaknya jangan mengajarkan orang lain tanpa menerima izin Guru. d) Saat Guru masih ada, hendaknya kita tidak menerima murid kita sendiri. e) Kita hendaknya bersungguh-sungguh menjalankan pe-rintah Guru tanpa membantah. Kita hendaknya tidak mengabaikan perintah Guru dengan berpikir bahwa kita mengetahui “maksud yang sebenarnya”. f) Kita hendaknya jangan pernah mengajari Guru kita sendiri. Bahkan jika kita ingin menyampaikan sesuatu kepada Guru dengan berpikir bahwa informasi ini mungkin bisa membantu, kita hendaknya selalu me-nyampaikannya dengan sikap sangat
  • 70. 70 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava rendah hati. g) Kita hendaknya jangan berbantahan dengan Guru. h) Kita hendaknya jangan memamerkan kemampuan kita di hadapan Guru dan hendaknya selalu bersikap rendah hati. i) Kita hendaknya jangan pernah duduk sejajar dengan Guru kecuali atas restunya. Seperti halnya Sri Krishna tidak berbeda dengan Nama atau gambar-Nya, begitu pula tidak ada perbedaan antara Guru dan nama serta gambarnya, sehingga kita hendaknya menyimpan gambar Guru dan Krishna di tempat yang layak. Kita hendaknya jangan membaca buku yang ditulis bukan oleh Guru dan parampara kecuali atas izin dan restu Guru. C) HUBUNGAN DENGAN SENIOR a) Dalam tradisi Vaishnava, menghormati orang yang lebih senior daripada kita merupakan suatu ungkapan pen-ting kerendahan hati kita. b) Dalam deretan senioritas, Vaishnava yang paling senior adalah Guru, yang harus dihormati sebagai wakil Tuhan, jadi beliau harus dihormati layaknya penghor-matan lepada Krishna sendiri. c) Berikutnya adalah para sannyasi. Di kalangan para san-nyasi sendiri, senioritas dipertimbangkan berdasarkan siapa yang menerima diksa sannyasa lebih dahulu. Kita hendaknya bersujud dengan hormat kepada setiap sannyasi, khususnya bila kita lebih dahulu me-lihat mereka. Ba h k a n s a n n y a s i mayavadi sekalipun hendaknya dihormati dengan pantas, meskipun Lebih terperinci lihat Lampiran VI (Hal. 50) kita hendaknya jangan bergaul dengan mereka. d) Berikutnya adalah saudara seguru Guru kita. Mereka hendaknya dihormati seperti kita menghormati Guru. e) Penyembah yang sudah menerima diksa Brahmana hendaknya dihormati. Kembali, senioritas ditentukan berdasarkan siapa yang didiksa lebih dahulu.
  • 71. 71Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava f) Penyembah yang menerima diksa lebih dahulu daripada kita hendaknya dihormati. g) Penghormatan khusus harus diberikan kepada penyem-bah yang berusia lebih tua daripada kita. h) Hendaknya kita jangan mengajar orang lain di hadapan Vaishnava senior tanpa memperoleh restunya terlebih dahulu. i) Saat lampu ghee diedarkan kepada para penyembah setelah arati, senioritas harus diperhatikan. D) HUBUNGAN DENGAN SAUDARA SEGURU a) Sesama saudara seguru hendaknya saling memanggil “Prabhu”. Akan tetapi, kita hendaknya jangan mencoba menjadi Prabhu hanya karena kita dipanggil demikian. Kita hendaknya tetap sebagai pelayan semata dan mem-perlakukan yang lainnya sebagai Prabhu. b) Kita adalah pelayan dari saudara seguru dan kita harus melayani sesuai dengan tingkatan tertentu saudara seguru kita. Kepada saudara seguru yang lebih senior, hendaknya kita bertanya dengan rendah hati, mematuhi nasihatnya dan berusaha menjadi pelayan yang patuh. Terhadap saudara seguru yang sejajar, kita hendak-nya melayani dengan sikap bersahabat, saling memban-tu dan menyemangatkan. Terhadap yang lebih junior daripada kita, hendaknya kita melayani mereka dengan cara membimbing, meng-arahkan, menyemangatkan dan memberi pencerahan. c) Ketika bertemu dengan saudara seguru hendaknya kita bersujud sambil mengucapkan doa väïcä-kalpatarubhyaç ca kåpä-sindhubhya eva ca patitänäà pävanebhyo vaiñëavebhyo namo namaù d) Kita hendaknya kita jangan pernah menerima saudara seguru sebagai pelayan kita kecuali diizinkan atau diperintahkan oleh Guru. e) Kita harus menghindari agar pepatah “Keakraban melahirkan
  • 72. 72 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava sikap tidak hormat” memasuki hubungan antar penyembah. Hubungansesamapenyembahhen-daknyapenuhpenghormatan dan tanpa berbuat kesa-lahan serta tanpa sikap berpura-pura. f) Penyembah tidak boleh memanggil sesama penyembah dengan menggunakan nama karminya. g) Hendaknya jangan memuji diri sendiri atau membang-gakan prestasi atau kemampuan diri sendiri kepada penyembah lain. Kita hendaknya mengetahui bahwa sesungguhnya kita tidak memiliki kualifikasi. Apa pun yang mampu kita lakukan semata- mata atas karunia Guru dan para Vaishnava. h) Apabila ada saudara seguru yang mengalami kesulitan karena sakit atau kehilangan anggota keluarga dan/ atau sedang mengalami gangguan emosi karena alasan tertentu, kita harus membantu dengan kata-kata atau tindakan. Seperti pepatah mengatakan “Kawan dalam kesusahan adalah kawan sejati.” Persaudaraan di antara penyembah akan diuji saat mengalami kesulitan. Kita tidak dapat mengabaikan perkembangan yang seperti itu dengan menganggapnya sebagai ‘duniawi’. i) Kalau ada penyembah yang menyimpang dari jalur bhakti dan tidak lagi bergaul dengan para penyembah selama waktu tertentu, ia hendaknya jangan disalahkan karena berada dalam ‘maya’ atau dinasihati sedemikian rupa sehingga semakin mendorong mereka menjauh dari kaki-padma Guru. Kita harus memberi kasih sa-yang, dorongan dan persahabatan dan menjadikan mereka kembali merasa sebagai satu keluarga dalam pergaulan penyembah. E) HUBUNGAN DENGAN PEREMPUAN a) Seorang perempuan hendaknya sungguh-sungguh di- hormati, terutama kalau ia seorang Vaishnavi, dan hendaknya diperlakukan sebagaimana mestinya. b) Seorang brahmacari hendaknya memandang setiap perempuan sebagai ibunya dan seorang grhastha hen-daknya melihat setiap perempuan kecuali istrinya sendiri sebagai ibu. c) Brahmacari hendaknya bergaul dengan para Mataji ha-nya sejauh yang diperlukan untuk melakukan pela-yanan bhakti
  • 73. 73Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava dan tidak lebih daripada itu. F) HUBUNGAN DENGAN TAMU Ketika ada tamu datang berkunjung ke kuil atau rumah kita, menurut etika Vaishnava kita harus memperlakukan mereka dengan penuh hormat dan kasih sayang. Mereka hendaknya disambut dengan tutur kata yang manis, tempat duduk, air dan prasadam sesuai kemam-puan kita. G) MENYAPA VAISHNAVA a) Srila Prabhupada harus disapa sebagai “His Divine Grace,” Guru dan sannyasi sebagai “His Holiness” dan saudara seguru sebagai “His Grace” b) Nama saudara seguru bisa diberi awalan “Sriman”. c) Nama seorang brahmacari bisa ditambahi dengan sebutan “Brahmacari”, misalnya Krishna dasa Brahma-cari, seorang grhastha dengan sebutan “Adhikari” dan seorang sannyasi dengan sebutan “Maharaja,” “Swami” atau “Goswami.” H) HUBUNGAN DENGAN VAISHNAVA LAINNYA Kita boleh menghormati, namun hendaknya jangan ber-gaul dengan orang-orang golongan berikut: # Vaishnava dengan watak yang buruk atau meragukan # Para Sahajiya # Sampradaya Vaishnava yang tidak bisa dipercaya # Para Sannyasi Mayavadi I) VAISHNAVA JANGAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG MATERIAL a) Srila Rupa Gosvami menyatakan dalam ‘Upadesamrita’ berkaitan dengan Vaishnava: “..... Penyembah yang demikian hendaknya jangan dilihat dari sudut pandang material. Memang, hen-daknya tidak dianggap penting kalau seorang penyembah memiliki badan yang lahir 73
  • 74. 74 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava dalam keluarga rendah, badan dan wajah yang kurang baik, badan cacat, badan sakit atau badan lemah.” b) Dengan kata lain, kita hendaknya mengabaikan segala kekurangan badaniah berupa penampilan yang kurang baik, kelahiran rendah, pendidikan rendah, dsb. Setiap Vaishnava yang berusaha melayani Tuhan harus diang-gap Suci. c) Dinyatakan dalam sastra bahwa merupakan mentalitas jahat bila menganggap seorang Vaishnava berasal dari kasta tertentu atau menganggapnya sama dengan orang biasa. J) BADAN SEORANGVAISHNAVA ADALAH SEBUAH KUIL a) Badan seorang Vaishnava harus dipandang sebagai kuil Vishnu. Karena itu, ketika bersujud kepada seorang Vaishnava kita hendaknya ingat bahwa kita juga sedang bersujud kepada Sri Vishnu yang bersemayam di hati. b)Oleh sebab itu, kita hendaknya jangan pernah melang-kahi badan seorang Vaishnava. K) KARUNIA PARA VAISHNAVA SANGAT DIBUTUHKAN a) Kita hendaknya tidak memulai suatu kegiatan penting dalam kehidupan kita tanpa terlebih dulu menerima karunia para Vaishnava. b) Orang harus selalu menganggap dirinya bergantung pada karunia para Vaishnava. L) HUBUNGAN CINTA KASIH SESAMA VAISHNAVA a) Srila Rupa Gosvami menjelaskan dalam Upadesamrita bahwa ada enam pertukaran cinta kasih sesama Vaishnava : · memberi hadiah sebagai sumbangan, · menerima hadiah sebagai sumbangan, · mengungkapkan isi hati secara rahasia, · bertanya secara rahasia, · menerima prasadam, · memberi prasadam. b) Bila seseorang mengunjungi kuil ia hendaknya mene-rima prasadam dari para Vaishnava. c) Bagi para grhastha, merupakan kewajiban mereka un-tuk
  • 75. 75Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava mengundang para Vaishnava ke rumahnya untuk menyuguhi prasadam. d) Hadiah yang paling bernilai yang bisa kita berikan atau terima adalah Krishna-katha, pengetahuan spiritual kesadaran Krishna. e) Para grhastha yang tinggal di luar kuil hendaknya ber-usaha mengundang penyembah yang berada dalam tahap pelepasan ikatan untuk mengajarkan di rumah mereka. 2) HUBUNGAN DENGAN ORANG YANG BUKAN PENYEMBAH I. Kita hendaknya tidak membiarkan orang yang bukan penyembah menyentuh kaki kita. Tetapi kalau mereka bersikeras untuk melakukannya dan tidak ada cara untuk menghindar, kita bisa mengingat para acarya terdahulu dan Guru, dan terima namaskara mereka lalu kembalikan sambil mencakupkan tangan. II. Dua golongan orang yang bukan penyembah Kepada orang yang tulus kita hendaknya menjadi orang yang mengharapkan kebaikan. Dengan sikap hormat, kita hendaknya berusaha memberi pencerahan dan memberi pergaulan Guru kita. Tetapi kita hendaknya jangan menerima pergaulan mereka dengan sibuk da-lam kegiatan yang memberi mereka kesenangan hidup misalnya dalam kegiatan duniawi. Terkait para ateis, kita hendaknya menghindari me- reka. Merupakan kesalahan terhadap Nama Suci jika kita mengajarkan kepada orang-orang semacam itu.Tapi, kita boleh mengajarkan jika mereka mau men-dengar dari kita dengan sikap rendah hati. III. Menyapa orang yang bukan penyembah a) Jika orang tersebut seorang teman, kita bisa meng-ucapkan Hare Krishna dan sambil mencakupkan tangan menyentuh kepala kita. b) Jika orang tersebut anggota keluarga kita yang lebih tua maka kita hendaknya mengucapkan Hare Krishna dan bersujud kepadanya. IV. Kalau kita berhadapan dengan orang yang mengkritik Guru,
  • 76. 76 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Vaishnava atau sastra, maka kita harus mampu mengalahkannya dalam adu argumen atau mening-galkan tempat itu dengan segera. Mendengarkan penghinaan seperti itu merupakan salah satu halangan terbesar bagi kemajuan spiritual kita.
  • 77. 77Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava Lampiran VII MENERIMA TAMU   ATITHI-SEVA (di kuil atau di rumah) Kata Sanskerta ‘atithi’ artinya ‘tidak terjadwal’. Tamu yang tidak terjadwal atau tak terduga dianggap sebagai utusan Tuhan, sebab kedatangannya tanpa pemberitahuan, ba-rangkali Tuhan ingin menguji penyembah-Nya dan ingin melihat bagaimana kesiapannya untuk melayani dalam segala situasi. Dengan pemahaman seperti ini, kita hen-daknya melayani tamu tersebut. Lebih terperinci lihat Lampiran VII di akhir bagian ini. (Hal. 67) Kuil Tuhan, baik yang terbuka untuk umum maupun di rumah pribadi, hendaknya menjadi sebuah tempat di mana pengunjungnya dapat ikut serta dalam kegiatan kuil sebisa mungkin. Dalam ISKCON, pene-rimaan tamu secara layak sangatlah penting, sebab perkumpulan kita adalah sebuah misi pengajaran. Penerimaan tamu seca-ra layak dapat mencip-takan perbedaan antara orang yang datang ke kuil sekali dan tidak pernah kembali, atau menjadi tamu yang teratur berkunjung dan akhirnya menjadi penyembah Krishna. Pengunjung yang datang teratur, tamu yang diundang khusus, life member, Vaishnava yang berkunjung, kerabat para Vaishnava semua hendaknya diperlakukan sede-mikian rupa sehingga mereka akan merasa nyaman dan ingin datang kembali. Setiap penyembah harus belajar bagaimana melayani tamu, tetapi penyembah yang tinggal di kuil yang secara teratur memuja Arca hendaknya memiliki keahlian khusus dalam hal ini, sebab mereka secara langsung mewakili Sang Pemilik kuil. Bahkan pemujaan Arca kelas-utama secara mewah sekalipun, akan gagal memikat kedatangan tamu kalau penghuni kuil mengabaikan
  • 78. 78 Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava sang tamu. Penerimaan tamu secara layak merupakan tugas khusus para grhastha. Kalau para grhastha tidak melayani secara hangat tamu tak terduga, tidak peduli siapa dia, maka dia melakukan kesalahan besar. Namun bukan hanya para grhastha, siapa saja dalam setiap asrama dan varna hen-daknya menerima tamu dengan layak. Unsur utama dalam menerima tamu adalah penyam-paian rasa hormat dan kenyamanan, meliputi makanan dan air, tempat duduk, tutur kata yang manis, pelayanan demi kenyamanan sang tamu (seperti fasilitas kamar mandi), dan tempat untuk beristirahat. Ketika tamu baru datang, kita hendaknya datang me-nyambut dan ketika tamu pergi, hendaknya kita mene-maninya, setidak- tidaknya sampai di depan rumah atau halaman. Persembahkan pe-mujaan sederhana ataupun terperinci. (Supaya praktis, kita bisa memuja tamu de-ngan dua jenis sarana, yakni krim cendana dan bunga atau garlan atau tempat duduk dan air pencuci kaki.) Memberikan hadiah seperti pakaian, emas, uang atau biji-bijian. Kita hendaknya menghormati orang yang lebih tua, orang tua danGurudengancarabangkitdaritempatduduk,memperkenalkan diri lalu bersujud. Pemujaan dan hadiah disediakan untuk Guru. PERILAKU YANG PANTAS MENJADI SEORANG TAMU Seorang tamu Vaishnava hendaknya berperilaku ideal, baik tuan rumahnya juga Vaishnava ataupun simpatisan/ teman baik para Vaishnava. Berikut ini adalah beberapa etika umum yang diterapkan sebagai tamu Vaishnava : 1) Jika Anda tamu yang diundang, hendaknya jangan melebihi/ memperpanjang waktu kunjungan. Misalnya, kalau diundang untuk makan-makan, Anda bisa beris-tirahat sejenak sehabis makan untuk memperlancar pen-cernaan, tapi jangan membebani tuan rumah dengan tinggal dan berbincang- bincang selama berjam-jam, kecuali diminta untuk itu.
  • 79. 79Pedoman Etika dan Pola Hidup Vaishnava 2) Jangan mengajak tamu/ teman sendiri dalam memenuhi undangan kita. Kalau kita ingin mengajak tamu lain, minta izin terlebih dahulu kepada tuan rumah. 3) Jika diizinkan menggunakan telepon, mesin fax atau fasilitas semacam itu, tawarkan untuk membayar biaya pemakaian. 4) Ketika berencana untuk mengunjungi teman atau ke-nalan tanpa diundang, usahakan agar calon tuan rumah mengetahui kapan Anda tiba dan berapa lama ingin tinggal. 5) Kecuali diundang atau telah menyampaikan kepada tuan rumah, usahakan agar tidak tiba di kuil atau di rumah yang akan menjamu kita pada siang hari atau pada awal sore hari, saat Arca maupun orang-orang umumnya beristirahat setelah makan siang. 6) Apabila tinggal selama beberapa hari di rumah yang menjamu kita, dibenarkan untuk memberikan hadiah kenang-kenangan kepada anggota keluarga tersebut sebagai ucapan terima kasih. PROSEDUR UNTUK MENERIMA VAISHNAVA Kita hendaknya memberi perhatian khusus untuk men-jamu Vaishnava senior, sannyasi dan terutama Guru kita. Sebelum tamu Vaishnava itu tiba, tempat tinggalnya harus disiapkan, dibersihkan dan dilengkapi dengan sarana yang diperlukan (seperti panca- patra, cermin, tilaka, han-duk, air minum serta tempat tidur yang bersih). Kalau bisa, sediakan satu set buku Srila Prabhupada. Kita juga bisa menyediakan beberapa dupa, pegangan dupa serta korek api. Ruangan untuk tamu juga bisa dihiasi dengan vas bunga, gambar-gambar rohani dsb. Ketika seorang tamu Vaishnava tiba, kita hendaknya ke luar untuk menyambut, lebih baik lagi dengan kirtana, garlan serta krim cendana (kecuali cuaca di luar dingin). Kemudian kita bersujud dan menyambut dengan kata-kata manis lalu mengajak tamu duduk. Apabila kita menerima Guru kita sendiri, hendaknya kita memuja beliau pada saat ini (seizin beliau) dengan mempersembahkan arati, mempersembahkan bunga di kaki beliau dan bersujud. Kita harus siap menyuguhkan prasadam dengan segera, tapi terlebih dahulu tanyakan apakah tamu tersebut ingin mandi atau beristirahat sebelum menerima prasadam. Jika pantas,