SlideShare a Scribd company logo
1 of 213
Download to read offline
PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
BhagĂ©ratha DĂ€saĂč
PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
Penulis:
BhagĂ©ratha DĂ€saĂč
Layout/Penyelaras Akhir:
LakñmĂ© NĂ€rĂ€yana DĂ€saĂč
Penerbit:
Narayana Smrti Press
Jl. Sudarsan Chakra No. 3 Maguwoharjo
Yogyakarta
Cetakan Pertama: Februari 2011
13,7 x 20,5 cm
xx + 189 halaman
.
Hak Cipta pada Penulis
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin
tertulis dari penulis atau penerbit
Daftar isi
Persembahan .................................................................................... vii
Ucapan Terimakasih ......................................................................... ix
Prakata ............................................................................................. xi
Pendahuluan .................................................................................... xv
Sepuluh jenis kesalahan terhadap DhÀma ....................................... xxiii
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana ............................................ 1
MaöhurÀ ........................................................................................... 17
Gokula ............................................................................................... 35
VÄndÀvana ......................................................................................... 63
VarñÀëÀ .............................................................................................. 147
Nanda Grama .................................................................................... 159
Jabaran Waktu Keberadaan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa Selama Di Planet
Bumi Lima Ribu Tahun Yang Lalu .................................................... 187
v
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
vi
Persembahan
Kepada
vii
Param pujya
ÇrĂ© ÇrĂ©mad Añöottara-çata A.C. Bhaktivedanta Swami PrabhupĂ€da
(Pendiri dan acarya masyarakat kesadaran Krsna internasional)
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
viii
Buku ini juga dipersembahkan
kepada
Guru kerohanian hamba
Param pujya
ÇrĂ©la Bhakti RĂ€ghava Swami Maharaj
Ucapan Terimakasih
Atas karunia ÇrĂ© ÇrĂ© Guru dan GauraĂŹga, saya ingin mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada H.D.G. A.C Bhaktivedanta
Swami PrabhupÀda karena atas karunia beliau, tanah suci yang sangat
rahasia telah terungkap dikalangan kita yang berada dalam kebodohan
yang paling gelap dunia material. Saya juga ingin mengucapkan
terimakasih yang tidak terhingga kepada guru kerohanian saya, H.H.
Bhakti RÀghava Swami MaharÀj, karena atas karunia dan bimbingan
beliau, saya telah mendapat kesempatan menimba pendidikan dan tingal
di tempat suci Vraja bumi untuk belajar dibawah H.G. Gopé ParÀëadhana
Prabhu, seorang murid senior ÇrĂ©la PrabhupĂ€da. Kepada H.G. GopĂ©-
parÀëadhana, yang telah memberikan begitu banyak inspirasi dan
semangat kepada saya dalam pengabdian suci selama belajar dibawah
beliau di ÇrĂ© Govardhana dham – Vraja mandal. Kepada Kiçora KÄñëa
Prabhu, saudara seguru saya yang tidak henti-hentinya memberikan
semangat kepada saya selama berada di tanah suci Bharata-bumi.
Ucapan terimakasi juga saya sampaikan kepada beberapa penyembah
yang telah banyak membantu saya sehingga buku ini bisa terbit. H.G.
Lakñmé NÀrÀyana Prabhu, yang telah meluangkan waktu untuk layout
dan membantu mengedit buku ini. Kepada H.G. ÇrĂ©nidhi Prabhu,
yang juga telah meluangkan cukup banyak waktu untuk membantu
pengeditan. Dan kepada banyak Vaisnava lainnya yang tidak bisa saya
ix
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
x
sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan saya semangat
dan dukungan untuk menulis dan menerbitkan buku “Perjalanan Suci di
Tanah Vraja” ini. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, kepada semua
Vaisnava, khususnya para pembaca semoga mendapatkan inspirasi lebih
dalam untuk mengetahui lebih banyak lélÀ dan tempat rahasia spiritual,
ÇrĂ© Vraja mandala.
Hare Krsna
Prakata
Saya sangat puas dan senang saat membaca buku pertama ÇrĂ©mĂ€n
BhagĂ©ratha dĂ€sa berjudul “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” yang ditulis
dalam Bahasa Indonesia. Sebelum saya berkomentar pada buku ini,
pertama-tama saya ingin sedikit berbicara tentang si penulis.
Penulis muda ini awalnya ketemu kesadaran Krsna di Bali – Indonesia
ketika dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Atas pergaulan yang
baik dari para penyembah seperti DhÄtÀtmÀ dÀsa, Kiçora KÄñëa dÀsa dan
yang lainnya, dengan perkembangan yang pesat dia mengembangkan
keterikatan kuat dalam pengabdian suci dan pergaulan pada para
penyembah. Ketika berada di KÄñëa BalarÀma Mandir di Denpasar, kami
mendapatkan kesempatan untuk ketemu satu sama lain sekitar tahun
1998-1999. Saat itu dia tidak begitu fasih dalam berbahasa inggris. Namun
dia meperlihatkan semangat yang kuat untuk belajar dan melayani.
Segera setelah lulus sekolah dia bergabung sebagai brahmacari asram.
Berkeinginan untuk memberikan kesempatan kepada beberapa
penyembah dari Indonesia untuk lebih akrab dan dekat berhubungan
dengan kebudayaan Veda, pada tahun 2004 kami mengatur beasiswa
untuk program pendidikan yoga selama tiga tahun untuk Kiçora DÀsa
xi
OĂ  Surabhyai namaĂč OĂ  ÇrĂ©-gurave namaĂč
dan Bhagératha DÀsa. Atas karunia Yang Maha Kuasa, pada saat itu
program gurukula BBT untuk program belajar bahasa sansekerta,
ÇrĂ©mad-BhĂ€gavatam VidyĂ€péöham, dicanangkan akan segera dibuka.
Gurukula tradisional ini dipimpin oleh H.G. GopéparÀëadhana dÀsa,
seorang murid senior ÇrĂ©la PrabhupĂ€da dan salah satu dari senior editor
Sanskrit di BBT. Ini adalah suatu kesempatan yang jarang dan khusus
bagi Bhagératha dÀsa untuk dapat diterima dalam program belajar tiga
tahun mereka. Atas karunia KÄñëa, meskipun relatif masih sangat awam
dalam bahasa inggris, dia diterima sebagai murid angkatan pertama
dimana kebanyakan muridnya berasal dari negara-negara asing. Karena
gurukula memerlukan pujari untuk memuja ÇrĂ© ÇrĂ© Gaura NitĂ€i, para
otoritas meminta Bhagératha DÀsa untuk melakukan pelayanan tersebut.
Karena belum menerima brÀhmaëa dékñÀ, maka diputuskan untuk
melaksanakan upacara yajĂŻa di Govardhana yang dilakukan langsung
oleh GopéparÀëadhana dÀsa.
Selama tiga tahun belajar, ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa terbukti sebagai murid
yang tekun. Atas pergaulan dengan para penyembah dari negara asing,
dia mengembangkan bahasa ingrisnya dengan pesat. Sebagai kepala
pujari (pendeta) untuk gurukula, dia memuja ÇrĂ© ÇrĂ© Gaura NitĂ€i dengan
penuh perhatian. Dia tinggal di daerah Govardhana. Tetapi secara teratur
dia mengunjungi berbagai tempat suci di Vraja, sebuah penemuan
dunia baru di setiap kunjungan. Pada waktu inilah dia mempelajari
bahasa sansekerta dimana dia menekuninya dengan serius sehinga
menguasainya dengan cepat. Atas karunia ÇrĂ© ÇrĂ© Gaura Nitai, dia juga
mendapat kesempatan melayani ÇrĂ© ÇrĂ© KÄñëa BalarĂ€ma di dalam bentuk
dua ÇrĂ© GirirĂ€ja Govardhana çilĂ€s. Dia lulus dari ÇrĂ©mad-BhĂ€gavatam
VidyÀpéöham pada tahun 2008 dan menerima gelar Bhagavat-çÀstré.
Buku yang telah dia tulis membawa pembaca pada sebuah perjalanan
suci ke tempat suci yang paling menarik diantara semua tempat suci,
ÇrĂ© Vraja Dhama, dimana setiap hari Tuhan ÇrĂ© KÄñëa melakukan nitya-
lélÀ, kegiatan kekal, dengan rekan kekalNya yaitu para gopa dan gopé
di tepi sungai YamunÀ dan di dua belas hutan VÄndÀvana. Hal ini
mengingatkan pada perjalanan Jéva GosvÀmé di Navadvépa didampingi
oleh Tuhan NityÀnanda yang dijelaskan dengan baik oleh Bhaktivinoda
Thakura dalam karyanya ÇrĂ© NavadvĂ©pa-dhĂ€ma-mĂ€hĂ€tmyam pada
bagian ParikramĂ€-khaĂ«ĂČa. Perjalanan yang dibawakan untuk kita oleh
Bhagératha DÀsa mencangkup semua tempat penting di Vraja diawali
xii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
dengan uraian MathurÀ dan diikuti dengan semua tempat utama KÄñëa lélÀ
di Gokula, VÄndÀvana, VarñÀëÀ dan Nanda grÀma. Penulis menguraikan
berbagai kuil dan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa
yang memberikan pembaca gambaran yang hidup tentang dunia rohani
dengan menyajikan foto-foto kuil, kuĂ«ĂČa dan banyak hal lain di dalam
buku ini.
SiapapunyangmembacadeskripsiiniakandiingatkanpadakegiatanTuhan
sehari-hari berikut: “Tuhan ÇrĂ© KÄñëa meniup serulingNya dengan keras
sambil Beliau memasuki hutan di ÇrĂ© VĂ„ndĂ€vana, sehingga memberikan
kebahagiaan yang tidak terbayangkan pada semua penduduk desanya,
Vraja-dhÀma. Kegiatan sederhana ini, yaitu kejenakaan memasuki hutan,
bermain seruling dan sebagainya, dilakukan setiap hari di tanah spiritual
VĂ„ndĂ€vana.” [SB 10.15.2]. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da juga menjelaskan bahwa
tempat suci yang hadir di Bhauma VÄndÀvana (di dunia material) ini
tidak berbeda dengan Goloka VÄndÀvana (di dunia rohani) dan juga
tidak berbeda dengan KÄñëa sendiri: “Tempat-tempat yang berada di
dunia ini tidak berbeda dengan tempat aslinya karena tempat-tempat itu
merupakan cerminan tempat suci yang asli yang berada di dunia rohani.
Tempat-tempat itu sama dengan KÄñëa sendiri dan sama-sama patut
dipuja. Tuhan ÇrĂ© Caitanya menyatakan bahwa Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, yang
menjadikan dirinya sebagai putra raja Vraja patut dipuja dan begitu juga
VĂ„ndĂ€vana DhĂ€ma juga sama-sama patut dipuja.” [CC Adi 5.18]
Bagi mereka yang secara fisik belum mendapatkan kesempatan
mengunjungi Vraja, buku ini akan memberikan pengenalan yang sangat
bagus. Bagi mereka yang beruntung telah berkunjung ke Vraja, buku ini
akan membantu untuk mengingat kembali meditasi yang dalam pada ÇrĂ©
VÄndÀvana DhÀma. Penemuan tempat suci di tanah suci VÄndÀvana adalah
kelanjutan pelayanan yang dilakukan oleh ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu yang
secara pribadi mengirim muridnya yang paling utama, enam gosvami
VÄndÀvana, untuk mencari tempat tempat suci ini dan terus mengundang
roh-roh yang terikat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka
dengan dunia spiritual yang telah terputus.
Kita harus berterimakasi kepada ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa karena
telah menulis secara ekstensif tentang tempat suci yang paling mulia,
VĂ„ndĂ€vana DhĂ€ma. Kita berdoa semoga Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, tujuan dan
acuan meditasi bagi para penduduk VÄndÀvana, akan berkarunia kepada
xiii
Prakata
penulis dan pembaca sehingga bisa mengembangkan cinta bhakti rohani
kepada KÄñëa yang telah terpendam.
ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa saat ini tinggal di Bali dan sekarang sudah
menikah dengan ÇrĂ©mati Tusmila Permana Dewi (bhaktin), yang juga
berasal dari Bali. Dia sekali-kali berkunjung ke India untuk mengantar
para penyembah berziarah di dalam dan di sekitar Vraja. Segera setelah
tiba di Indonesia, dia berkecimpung di dalam menyelenggarakan
pendidikan Varnasrama dan traditional gurukula di Gianyar-Bali. Dia
telah membantu untuk mengorganisir global varnasrama seminar
tahunan di Bali selama dua kali dalam 2 tahun berturut-turut.
KÄñëe matir astu,		
Bhakti RĂ€ghava Swami
xiv
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
Pendahuluan
oà ajïÀna-timirÀndhasya
jïÀnÀïjana-çalÀkayÀ
cakñur unmélitaà yena
tasmai çrĂ©-gurave namaĂč
Hamba dilahirkan di dalam kebodohan yang gelap, tetapi guru
kerohanian hamba telah membuka mata hamba dengan penerangan
berupa pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada beliau.
nama oĂ  viñëu-pĂ€dĂ€ya kÄñëa-preñöhĂ€ya bhĂŒ-tale
çrémate bhaktivedÀnta-svÀmin iti nÀmine
namas te sÀrasvate deve gaura-vÀëé-pracÀriëe
nirviçeña-Ă§ĂŒnyavĂ€di-pÀçcĂ€tya-deça-tĂ€riĂ«e
“Hamba bersujud dengan hormat kepada ÇrĂ© ÇrĂ©mad A.C. Bhaktivedanta
swami PrabhupĂ€da, yang sangat dicintai oleh Tuhan ÇrĂ© KÄñëa karena
beliau sepenuhnya berlindung pada kaki padma-Nya. Sembah sujud
hamba kepada anda, O tuanku, pelayan ÇrĂ©la BhaktisiddhĂ€nta SarasvatĂ©
GosvĂ€mĂ©. Anda sangat berkarunia dengan mengajarkan ajaran ÇrĂ©
Caitanya dan membebaskan negara-negara barat yang penuh dengan
filsafat mĂ€yĂ€vĂ€dĂ© dan Ă§ĂŒnyavĂ€dĂ© (Tuhan tidak berbentuk pribadi dan sifat
kekosongan)”.
xv
Vrajendra-nandanaà vande sa-rÀmaà jaladÀ prabham
ÇrĂ©-dĂ€mĂ€dyaiĂč parivritaĂ  sakhya-prema-pariplutam
“Hamba menghaturkan sembah sujud kepada Vrajendra-Nandana yang
warna kulitNya bagaikan awan menjelang hujan, beliau yang di temani
oleh ÇrĂ© BalarĂ€ma dan dikelilingi oleh anak-anak pengembala sapi yang
di pimpin oleh ÇrĂ© DĂ€ma. Beliau di banjiri oleh rasa cinta bhakti rohani
anak gembala sapi”.
çré-kÄñëa-Caitanya prabhu-nityÀnanda çré-advaita
gadÀdhara çrévÀsÀdi-gaura-bhakta-vÄnda
“Hamba bersujud kepada ÇrĂ© KÄñëa Chaitanya, Prabhu NityĂ€nanda,
ÇrĂ© Advaita, GadĂ€dhara, ÇrĂ©vĂ€sa, dan semua yang berada di dalam garis
pengabdian suci bhakti”.
hare kÄñëa hare kÄñëa kÄñëa kÄñëa hare hare
hare rÀma hare rÀma rÀma rÀma hare hare
vraja-vÀsé-gaëa, pracÀraka-dhana,
pratiñöhĂ€-bhikñuka tÀ’rĂ€ nahe ‘çava’
prÀëa Ă€che tÀ’r, se-hetu pracĂ€r,
pratiñöhÀçÀ-hĂ©na-’kÄñëa-gĂ€thÀ’ saba
“Harta karun yang paling berharga dari para pelayan Tuhan yang
mengajarkan kesadaran KÄñëa, mereka sebenarnya merupakan
kepribadian yang kekal yang tingal di Vraja-dhÀm. Mereka tidak
pernah mendapatkan sesuatu untuk diri mereka hanya untuk reputasi
material yang tidak berharga yang hanya kelihatan berharga bagi orang
yang bagaikan mayat. Para vraja-vÀsé sepenuhnya hidup, karena itu
mereka mengajarkan hanya untuk memberikan kehidupan kepada
orang material yang bagaikan mayat berjalan. Semua nyanyian yang
dinyanyikan oleh para vraja-vĂ€sĂ© tentang keagungan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa
sebenarnya bebas dari bintik-bintik keinginan kemasyuran material”.
(“Duñöa-Mana”, karya tulis ÇrĂ©la BhaktisiddhĂ€nta SarasvatĂ©)
Vraja juga kadang kadang di kenal denga nama “tanah kemunculan ÇrĂ©
KÄñëa” karena ÇrĂ© KÄñëa berlila di tempat ini lima ribu tahun yg lalu.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xvi
Tidak ada perbedaan antara tempat dan kegiatan kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa ÇrĂ© KÄñëa dengan diri Beliau sendiri. Karena itu untuk
memberikan kesempatan kepada para makhluk hidup, khususnya umat
manusia, agar mendapat kesempatan untuk mendengar kegiatanNya,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul disertai oleh rekan-rekanNya,
tempat tingal yang kekal dan lain lain. Di dalam ÇrĂ©mad Bhagavad GĂ©tĂ€,
bab 4 sloka 9 Tuhan ÇrĂ© KÄñëa bersabda:
janma karma ca me divyam
evaĂ  yo vetti tattvataĂč
tyaktvÀ dehaà punar janma
naiti mĂ€m eti so ‘rjuna
“Orang yang mengetahui sifat rohani kemunculan dan kegiatanKu tidak
akan dilahirkan lagi setelah meningalkan badannya melainkan akan
mencapi tempat tingalKu, wahai Arjuna”.
Ada begitu banyak tempat di bumi ini yang sangat indah secara material
danTuhanmempunyaikuasapenuhuntukmunculdanberliladimanapun
beliau inginkan. Karena beliau adalah Yang Maha Kuasa, maka tidak
seorangpun akan mampu melarang Beliau. Tetapi tetap beliau memilih
untuk muncul dan berlila di Vraja-dhÀma. Tuhan memilih Vraja-dhÀma
karena di sana ada penyembah murniNya. Hanya itulah alasan Beliau
untuk muncul di suatu tempat. Kalau hanya untuk membunuh Kamsa,
atau raksasa yang lainnya, Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini. Hanya
dengan memerintahkan Devi MÀyÀ atau dewa kematian, Yamaraj, beliau
mampu membunuh para raksasa dengan mudah. Tetapi karena beliau
ingin memuaskan dan menikmati bersama penyembahNya maka beliau
muncul di muka bumi ini.
Karena rasa cinta bhakti yang murni para Gopé dan Gopa di VÄndÀvana,
Tuhan ÇrĂ© KÄñëa memilih Vraja sebagai tempat favoritNya. Di Vraja
DhÀma, beliau mempunyai tiga tempat favorit karena tempat itu
memberikan fasilitas yang khusus kepada KÄñëa dan penyembahNya
menikmati kegiatan mereka. Tempat itu adalah tepi sungai YamunÀ,
bukit Govardhana dan hutan VÄndÀvana.
ÇrĂ© KÄñëa melakukan lĂ©lĂ€Nya yang rohani di Vraja-dhĂ€ma lima ribu
tahun yang lalu. Beliau muncul di MathurÀ di dalam penjara yang berada
Pendahuluan
xvii
dibawah kekuasaan KaĂ sa. Setelah beberapa jam dari kemunculan
Beliau, Vasudeva membawaNya ke Gokul ke rumah Nanda Maharaj.
Setelah kurang lebih 3 atau 4 tahun, karena rasa sayang para vrajavasi,
takut jika KÄñëa digangu oleh raksasa yang sering berusaha membunuh
KÄñëa, yang dimulai dari Raksasi PĂŒtanĂ€, mereka pindah ke seberang
sungai YamunÀ menuju Nanda-gaon (Nanda Grama). Di sana KÄñëa
bersama BalarÀma melakukan aktivitasNya selama kurang lebih sampai
berumur 10 tahun. Dari Nanda Grama KÄñëa pindah ke MathurÀ untuk
memuaskan para penyembah Beliau yang di MathurÀ. Setelah beberapa
tahun meluangkan waktu beliau di MathurÀ, kurang lebih pada waktu
Beliau berumur 28 sampai 29 tahun, Beliau mendirikan kota di tengah
lautan di Dvaraka, di daerah bagian barat India.
Meskipun kejadian ini telah terjadi lima ribu tahun silam, namun
KÄñëa dalam aprakÄta lélÀ (kegiatan yang terselubung), Beliau masih
berada di Vraja-dhÀma sampai saat ini dan kalau seseorang mempunyai
kualifikasi, mereka masih bisa melihat KÄñëa sedang bermain-main di
Bukit Govardhan bersama anak anak gembala sapi. Diantara tempat-
tempat suci di mana Tuhan ÇrĂ© Visnu melakukan lĂ©lĂ€Nya, hanya di
Vraja-dhÀma Beliau menginjakan kaki padmaNya setiap hari tanpa alas
kaki. Beliau mengembalakan sapi setiap hari dan berkeliling di hutan
VÄndÀvana, bukit Govardhan dan tempat-tempat lainya tanpa alas kaki.
Jadi tanah suci VÄndÀvana sebenarnya penuh dengan debu bekas jejak
kaki ÇrĂ© KÄñëa secara langsung. Bahkan sampai sekarang kita bisa melihat
di beberapa tempat di bukit Govardhana dan tempat lainya, jejak kaki
ÇrĂ© KÄñëa yang berbekas di atas batu (Govardhan sila). Selain itu, ÇrĂ©
Caitanya MahÀprabhu dan para pengikut Beliau, para GosvÀmé dan lain
lain, lima ratus tahun yang lalu, mengadakan perjalanan di Vraja-dhÀma
tanpa alas kaki. Mereka berkeliling di Vraja-dhÀma dan menginjakan
kaki padma mereka. Debu yang menyentuh kaki padma para vaisnava
yang agung seperti itu bisa mengangkat seluruh alam semesta pulang ke
dunia rohani.
Meskipun keagungan Vraja-dhÀma tidak bisa dibandingkan dengan
tempat suci manapun di alam semesta material ini, namun keberadaan
dan keagungan Vraja sempat terpendam selama beberapa ribu tahun
setelah KÄñëa menutup lélÀNya di bumi ini. Banyak tempat yang penting
yang berhubungan dengan kegiatan rohani ÇrĂ© KÄñëa di Vraja, termasuk
RÀdhÀ Kunda, tempat suci tertingi di seluruh alam semesta, sempat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xviii
terlupakan dan bahkan tidak ada yang tahu dimana lokasi tempat-tempat
tersebut. Melihat keadaan seperti itu, ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, yang
merupakan ÇrĂ© KÄñëa sendiri, secara pribadi datang ke VĂ„ndĂ€vana untuk
menggali atau menemukan tempat-tempat suci tersebut. Beliau juga
mengirim para pengikutNya seperti Lokanath GosvÀmé, Rupa GosvÀmé,
Sanatan GosvÀmé dan lain-lain, yang tidak lain merupakan para rekan
pribadi ÇrĂ© KÄñëa yang muncul dalam lĂ©lĂ€ Beliau sebagai ÇrĂ© Caitanya,
untuk melajutkan pencaharian terhadap tempat-tempat dimana ÇrĂ©
KÄñëa melakukan kegiatanNya di Vraja bumi.
Mungkin orang akan berpikir, Bagaimana kita bisa mempercayai kalau
itu adalah tempat yang sama dimana KÄñëa melakukan kegiatanNya di
Vraja sedangkan mereka, para GosvÀmé, tidak hadir lima ribu tahun
yang lalu? KÄñëa bersifat kekal, maka beliau juga mempunyai rekan
yang kekal. Rekan rekan beliau tersebut selalu muncul bersama beliau
dalam berbagai bentuk. Atas keinginan KÄñëa, para penyembahNya bisa
mengingat segala sesuatu yang terjadi di masa lampau, masa sekarang
dan masa yang akan datang. Jadi karena lima ribu tahun silam KÄñëa
dan para gopé dan gopa berlila di tempat ini, hanya KÄñëa, gopa dan
gopilah yang bisa memastikan dimana tempat mereka berlila. Seperti
yang disampaikan sebelumnya, para gosvÀmé tidak lain dari gopa dan
gopĂ© yang menjelma di dalam lila ÇrĂ© Caitanya sebagai orang yang
berada dalam pelepasan ikatan (GosvÀmé atau para sannyasi). Jadi atas
keinginan ÇrĂ© Caitanya, yang merupakan ÇrĂ© KÄñëa pribadi, mereka
mengingat tempat-tempat dimana mereka melakukan lélÀ lima ribu
tahun lalu. Karena itu tidak ada hal yang perlu diragukan lagi mengenai
kebenaran pendapat mereka. Selain itu para goswami juga mengunakan
dasar sastra yang dapat dipercaya untuk memastikan tempat-tempat
tersebut seperti PurÀëa, itihasa dan lain lain.
Vraja-dhÀma yang berada di bumi ini tidaklah berbeda dengan Goloka
VÄndÀvana. Ketika KÄñëa turun ke bumi, Beliau membawa tempat tingal
Beliau yang kekal ke dunia material ini. Meskipun Goloka di bumi ini
dengan yang ada di dunia rohani tidak berbeda, namun dinyatakan
bahwa Vraja-dhÀma di dunia material lebih berkarunia dari pada goloka
VÄndÀvana di dunia rohani. Di dunia rohani, hanya roh-roh yang
sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material dan memiliki cinta
bhakti yang murni kepada ÇrĂ© KÄñëa yang akan diizinkan untuk masuk.
Sedangkan orang yang masih memiliki bahkan sedikit motif material
Pendahuluan
xix
tidak akan diizinkan bahkan hanya untuk mendekati perbatasan Goloka
sekalipun. Sedangkan Vraja yang sama, yang bermanifestasi di bumi
ini, mengijinkan dan memberikan kesempatan bahkan kepada para
raksasa atau orang yang sangat berdosa sekalipun untuk masuk ke Vraja
dhĂ€ma. ÇrĂ©man Gopi Parana Dhana Prabhu, seorang murid senior ÇrĂ©la
PrabhupÀda, sering menjelaskan bahwa, Kadang kadang ada orang naik
bus atau kereta api yang secara tidak sengaja berhenti dan turun di vraja
hanya untuk membeli teh atau kopi. Meskipun secara tidak sengaja
seperti itu, karena telah menginjakan kakinya di tanah suci Vraja,
mereka sebenarnya secara tidak sadar telah mendapatkan keuntungan
yang tidak bisa dibandingkan dengan mengunjungi ribuan tempat suci
lainnya dan mandi di berbagai tempat suci dimuka bumi ini.
Di dalam buku kecil ini saya berusaha menguraikan segelintir dari
keagungan tempat-tempat di Vraja-dhÀma. Disini tidak akan diuraikan
semua tempat di Vraja, tetapi hanya akan menguraikan beberapa tempat
yang memungkinkan untuk dikunjungi. Buku ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi dan tuntunan untuk mereka yang berkunjung
ke Vraja dalam waktu yang singkat dan juga untuk mereka yang belum
pernah mengunjungi Vraja sehingga mereka mendapat kesempatan
merasakan dan menikmati keindahan Vraja di dalam meditasi mereka.
Selain itu, buku ini juga dimaksudkan untuk menambah keyakinan kita
pada kisah-kisah yang diuraikan di dalam kitab suci adalah merupakan
sejarah yang memang benar-benar nyata dan bukan sekedar dongeng
atau mitologi, dengan bukti yang masih kita dapat lihat sampai sekarang
seperti yang akan diuraikan di sini.
Cerita-cerita dalam buku ini dimaksudkan untuk membantu para
pembaca untuk bermeditasi pada kegiatan KÄñëa. Berkunjung ke
tempat suci dimaksudkan untuk mengingat kegiatan KÄñëa atau para
penyembahnya di tempat-tempat tersebut. Berkunjung ke tempat suci,
seperti ÇrĂ©la Prabhupada sampaikan, bukan hanya untuk mandi dan
berpikir bahwa saya sekarang sudah disucikan dan bebas dari dosa. Tapi
hal yang paling penting adalah mendapat pergaulan dari para sadhu atau
orang suci yang tingal di tempat-tempat suci tersebut dan menikmati
manisnya kegiatan ÇrĂ© KÄñëa dari mereka atau dari karya-karya yang
mereka tingalkan untuk kita. Kisah-kisah yang disampaikan di dalam
buku kecil ini diambil dari berbagai sumber khususnya dari buku-buku
PrabhupÀda dan dari para GosvÀmé dan pengikut mereka.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xx
Pesan terakhir yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang
mungkin bisa dijadikan bahan renungan adalah, sangat sulit untuk
datang ke India, ke tempat-tempat suci di India seperti VÄndÀvana,
ÇrĂ©dhĂ€ma MĂ€yĂ€pura, JagannĂ€tha PurĂ© dan lain lain. Tetapi yang lebih
sulit lagi dari itu adalah setelah kembali dari tempat suci dan tiba di
tempat tingal masing-masing. Karena itu kita perlu belajar banyak di
tempat suci dari pergaulan para vaisnava dan mengambil hikmah dari
kunjungan ke tempat suci.
Semoga persembahan kecil dan sederhana ini akan berguna untuk
kemajuan kehidupan spiritual para pembaca. Hare KÄñëa
Oà namo bhagavate vÀsudevÀya
OĂ  Çri rĂ€makÄñëÀbhyaĂ  namaĂč
Om tat sat.
DĂ€sa DĂ€sĂ€nu DĂ€saĂč
BhagĂ©ratha dĂ€saĂč
Pendahuluan
xxi
xxii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
Sepuluh jenis kesalahan terhadap DhÀma
Seperti halnya nama suci yang tidak berbeda dengan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa,
begitu juga dhÀma atau tempat suci tidaklah berbeda dengan Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Sastra menyatakan, “abhinnatvĂ€n nĂ€ma-nĂ€minoĂč”,
tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan Beliau seperti tempatNya ber-lila, paraphernalia yang beliau pakai
dan lain-lain. Karena itu kita mesti berhati-hati ketika kita berkunjung
ke tempat-tempat suci. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan ketika
kita berada di tempat suci. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dari kunjungan ke tempat suci, selain mendapat pergaulan dengan para
penyembah Tuhan dan mendengarkan kegiatan rohani Tuhan di setiap
tempat, kita perlu memperhatikan berbagai jenis kesalahan terhadap
tempat suci yang mesti kita hindari. Dalam hal ini ÇrĂ©la Bhaktivinoda
ÖhĂ€kura memberi pernyataan untuk menghindari sepuluh jenis
kesalahan terhadap DhÀma.
Sepuluh jenis kesalahan terhadap tempat suci (dhÀma aparadha) adalah
sebagai berikut:
1. Tidak menghormati seorang guru yang telah mengungkapkan dhÀma
kepada para muridnya.
2. Berpikir bahwa tempat suci (dhÀma) bersifat sementara.
3. Melakukan kekerasan terhadap setiap penduduk dhÀma atau para
pengunjung atau berpikir bahwa mereka adalah orang-orang biasa.
xxiii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xxiv
4. Melakukan kegiatan-kegiatan material selama berada atau tinggal di
tempat suci.
5. Mencari uang dengan mengkomersialkan pemujaan arca dan
nyanyian nama suci Tuhan di tempat suci
6. Berpikir bahwa tempat suci merupakan bagian dari suatu Negara atau
provinsi yang material seperti Bengal, atau berpikir bahwa tempat
suci dimana Tuhan ber-lila sama dengan tempat perziarahan yang
berhubungan dengan para dewa atau berusaha untuk mengukur
atau membatasi areal tempat suci.
7. Melakukan kegiatan berdosa selama berada atau tinggal di tempat
suci.
8. Menganggap bahwa VÄndÀvana berbeda dengan Navadvépa.
9. Menghina kesusastraan atau kitab suci atau buku-buku yang
mengagungkan tempat suci.
10. Tidak yakin pada tempat suci atau berpikir bahwa keagungan tempat
suci adalah suatu imajinasi.
Selama kita tidak memperhatikan kesepuluh kesalahan diatas, maka kita
tidak akan pernah bisa masuk kedalam dhÀma atau tempat suci yang
sejati dan mendapatkan hasil sempurna dalam pelaksanaan tirtha yatra.
Bab I
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
Lima ratus tahun yang lalu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa ÇrĂ© KÄñëa
muncul sebagai ÇrĂ© KÄñëa Caitanya di daerah India Timur, tepatnya
di ÇrĂ©dhĂ€ma MĂ€yĂ€pura, Nawadvip, Bengala bagian barat. Salah satu
tujuan Beliau adalah untuk membangkitkan kembali keagungan Vraja-
dhÀma yang saat itu sudah hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat
umum dan bahkan mereka yang tingal di daerah tersebut. Atas perintah
beliau, para GosvÀmé VÄndÀvana melakukan research sehinga akhirnya
saat ini kita dapat dengan mudah mengenali tempat-tempat dimana
KÄñëa melakukan kegiatanNya. Sebelum para GosvÀmé khususnya
enam GosvĂ€mĂ© yang dipimpin oleh ÇrĂ© RĂŒpa dan ÇrĂ© SanĂ€tana datang
ke VĂ„ndĂ€vana, ÇrĂ© Caitanya maharaprabhu secara pribadi datang ke
VÄndÀvan untuk menemukan tempat-tempat yang telah terlupakan di
VÄndÀvana. Seperti misalnya RÀdhÀ Kunda dan SyÀma Kunda yang telah
hilang, namun ÇrĂ© KÄñëa Caiatanya menemukan kembali tempat tersebut
yang nantinya direnovasi oleh ÇrĂ© RaghunĂ€tha DĂ€sa GosvĂ€mĂ©.
Sebelum kita memasuki daerah VÄndÀvana, merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk mendengarkan kisah perjalanan ÇrĂ© Caitanya serta
saat beliau berada di VÄndÀvana. Dengan demikian kita bisa mendapat
kesempatan untuk mendengar dan mengerti bagaimana hendaknya
perasaan seseorang saat berkunjung ke VÄndÀvana. Selain itu, dengan
mendengarkan kisah ÇrĂ© Caianya MahĂ€prabhu ini, kita bisa mengikuti
1
jejak kaki padma Beliau dan berdoa kepadaNya yang merupakan Yuga-
avatar,avatarayangpaling berkaruniadi jamanini, semogaBeliau bersedia
memberikan karuniaNya agar kita bisa mengagumi dan menghormati
Vraja-dhÀma semaksimal mungkin.
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu beberapa kali berusaha keras datang ke
VĂ„ndĂ€vana. Saat beliau berada di NavadvĂ©pa, ÇrĂ© Caitanya pernah berusah
berangakat ke VĂ„ndĂ€vana, tetapi atas aturan ÇrĂ© NityĂ€nanda prabhu beliau
berhasil menggiring ÇrĂ© Caitanya ke Çantipur, rumah ÇrĂ© AdvaitĂ€carya.
Setelah beliau mengambil sannyas, ÇrĂ© Caitanya berkeinginan untuk
tingal di VĂ„ndĂ€vana tetapi atas keinginan Saci, ibuNya, ÇrĂ© Caitanya
akhirnya tingal di JagannÀtha puré. Saat berada di JagannÀtha Puré,
beliau juga berusaha untuk berangkat ke VÄndÀvana beberapa kali,
namun selalu digagalkan oleh penyembah-penyembah Beliau di sana
karena mereka tidak ingin berpisah denganNya. Bahkan pada akhirnya,
ketika beliau sudah di dalam perjalanan ke VÄndÀvana, setelah bertemu
dengan perdana mentri Aurang zeb di RĂ€ma-keli, RĂŒpa dan SanĂ€tana,
atas anjuran dan permintaan mereka, ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu kembali
lagi ke jagannÀtha puré dan mengurungkan niatNya untuk berangkat
ke VÄndÀvana. Sehinga pada akhirnya, suatu hari ketika musim gugur
tiba, ÇrĂ© Caitanya memutuskan untuk berangkat ke VĂ„ndĂ€vana sendirian
tanpa ditemani oleh siapaun.
Sebelum berangkat ke VĂ„ndĂ€vana, ÇrĂ© Caitanya mendiskusikan hal ini
dengan ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara dan Ramananda Raya. Ketika beliau
menyampaikan niatnya utnuk berangkat ke VĂ„ndĂ€vana sendirian, ÇrĂ©la
SvarĂŒpa DĂ€modara meminta ÇrĂ© Caitanya untuk mengajak paling tidak
satu pelayan yang bisa melayani Beliau di perjalanan. ÇrĂ© Caitanya setuju
dengan perminataan ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara namun dengan syarat,
Beliau tidak akan mengajak salah satu dari rekan terdekatNya dan juga
orang tersebut harus benar-benar mempunyai pikiran yang tenang.
Akhirnya ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara mengirim Balabhadra BhaööÀcĂ€rya.
ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara berkata ”Ini adalah Balabhadra BhattĂ€carya yang
mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam kepada Anda.
Selain itu dia adalah orang yang sangat jujur, terpelajar dan sangat maju
di dalam kesadaran KÄñëa. Akhirnya ÇrĂ© Caitanya menerima masukan
ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara dan setuju mengajak Balabhadra bersama Beliau
di dalam perjalanan ke VĂ„ndĂ€vana. Di malam hari, ÇrĂ© Caitanya darsan
pada ÇrĂ© JagannĂ€tha dan sebelum malam berakhir, beliau mulai berangkat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
2
ke VĂ„ndĂ€vana. Untuk menghindari masyarakat umum, ÇrĂ© Caitanya tidak
mengambil jalan umum melainkan mengambil jalan di dalam hutan
JhĂ€rikaĂ«ĂČa.
Seperti biasanya, ÇrĂ© Caitanya selalu menyanyi dan menari bahkan di
dalam hutan sekalipun dimana terdapat begitu banyak binatang buas
di berbagai tempat. Ketika ÇrĂ© Caitanya berjalan sambil menari dan
menyanyikan nama suci, beberapa harimau dan gajah yang ada didepan
Beliau memberikan jalan kepadaNya. Setelah beberapa saat, binatang-
binatang di hutan seperti macan, singa, babi hutan, gajah, rhinocaurus,
mulai menari dan menyanyi bersama beliau. Balabhadra yang saat itu
menemani Tuhan ÇrĂ© Caitanya, merasa sangat takut melihat binatang
buas tersebut, tetapi karena pengaruh rohani ÇrĂ© Caitanya, semua
binatang berdiri di satu sisi bersama beliau dan menari. Suatu hari dalam
perjalanan di hutan, ada seekor harimau yang sedang tidur tepat di
depan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu yang saat itu
berada di dalam kebahagiaan rohani tidak menghiraukan macan tersebut
melainkan hanya melanjutkan perjalananNya. Kemudian tiba-tiba Beliau
menyentuh harimau tersebut dengan kakiNya. Ketika itu, ÇrĂ© Caitanya
berkata “ucapkan nama suci ÇrĂ© KÄñëa! “. Membangunkan harimau yang
sedang tidur merupakan hal yang sangat berbahaya yang diumpamakan
seperti mengundang kematian. Tetapi bagi ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu,
harimau itu sama sekali bukan suatu yang berbahaya tetapi malahan
Binatang-binatang pun ikut menari ketika ÇrĂ© Caitanya menyanyikan
nama suci Tuhan di hutan
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
3
harimaunya langsung bangun dari tidur dan mulai menari sambil
mengucapkan “ KÄñëa ! KÄñëa!”.
Suatu hari ketika beliau sedang
mandi dan mengucapkan
gayatri mantra di dalam
sungai, sekelompok gajah
gila datang kesungai tersebut
untuk minum air. Dapat kita
bayangkan, bahkan satu gajah
gila saja bisa mengancurkan
seluruh desa, dan sekarang ÇrĂ©
Caitanya yang sedang berada
di dalam sungai sendirian
mesti menemui gerombolan
gajah gila. Ketika ÇrĂ© Caitanya
mengucapkan mantra gayatri,
gajah-gajah gila tersebut tiba
tepat di depan ÇrĂ© Caitanya.
Tuhan ÇrĂ© Caitanya secara langsung memercikan air pada gajah-gajah
tersebut sambil berkata “ucapkan nama suci ÇrĂ© KÄñëa”. Gajah-gajah
yang terkena air yang dipercikan oleh ÇrĂ© Caitanya mulai menari dan
mengucapkan “KÄñëa!! KÄñëa!!”. ÇrĂ© KÄñëa Caitanya MahĂ€prabhu adalah
KÄñëa sendiri yang mengambil posisi sebagai seorang penyembah yang
sangat maju atau seorang mahÀ-bhÀgavata. Di dalam Bhagavad Gita,
diuraikan bahwa seorang bhÀgavata tidak membedakan makhluk hidup
dari segi badan tetapi mereka melihat semua makhluk hidup sebagai sang
roh yang merupakan percikan terkecil Tuhan yang maha esa.
vidyÀ-vinaya-sampanne
brÀhmaëe gavi hastini
çuni caiva çva-pÀke ca
paĂ«ĂČitĂ€Ăč sama-darçinaĂč
“Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat
seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor
gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan
yang sama. (Bg 5.18)
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
4
Seorang mahÀ-bhÀgavata tidak melihat perbedaan antara seekor gajah,
harimau maupun anjing. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da menguraikan di dalam hal ini
bahwa seseorang yang maju di dalam pengetahuan rohani atau seorang
mahÀ-bhÀgavata tidak mempunyai rasa takut, tidak iri kepada siapapun
dan selalu sibuk di dalam pengabdian suci. Orang seperti itu melihat
semua makhluk hidup sebagai percikan terkecil Yang Maha Kuasa yang
melakukan pengabdian kepada KÄñëa sesuai dengan kemampuan mereka
berdasarkan keinginan Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah tes untuk
seseorang bisa diangap maju di dalam kehidupan rohani. KÄñëa berada di
dalam hati setiap makhluk hidup, ”sarvasya cĂ€haĂ  hĂ„di sanniviñöo”, orang-
orang suci yang maju di dalam kerohanian mengerti dan menginsyapi
hal ini. Karena itu, ÇrĂ© KÄñëa yang berada di dalam hati semua makhluk
hidup menghilhami makhluk hidup yang lain dari dalam hati mereka
bahwa orang ini adalah mahÀ-bhÀgavata dan hendaknya jangan diganggu.
Contoh ini diperlihatkan di sini oleh ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu.
ÇrĂ©la PrabhupĂ€da juga menguraikan bahwa kita hendaknya jangan
meniru tindakan para mahÀ-bhÀgavata seperti itu dan mencoba datang
ke hutan dan menendang harimau yang sedang tidur dan berusaha
untuk menyuruh mereka mengucapkan maha mantra. Sebelum harimau
tersebut mengucapkam maha mantra, mungkin harimau itu akan
bersyukur pada Tuhan terlebih dahulu bahwa hari ini Tuhan sudah
membawakan mangsa ke depan matanya tanpa dikejar dan menyergap
kita dalam sekejap. Saat ini mungkin sangat sulit menemukan harimau
di hutan, tetapi ada banyak harimau materialistik di hutan dunia modern
yang lebih berbahaya dari pada harimau di dalam hutan JharikhaĂ«ĂČa.
Jadi, kita memang harus berhati-hati didalam proses mengajarkan
kesadaran KÄñëa. Itu tidak berarti kita mesti mengorbankan prinsip kita
untuk berkompromi dengan mereka. Kita tetap mempertahankan prinsip
dan saat yang sama harus sangat cerdas di dalam melakukan sesuatu
sesuai dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Ada istilah
“anusara” yang berarti mengikuti dan “anukara” yang berarti meniru.
Anusara adalah sikap yang sangat dipuji oleh para acarya sedangkan
anukara semestinya dihindari. Jadi sikap yang mestinya kita kembangkan
adalah mengikuti jejak kaki padma para acarya semampu kita. Hati para
mahÀ-bhÀgavata sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material
sehinga mereka menjadi kelihatan sama sekali tidak berbahaya bahkan
bagi binatang sekalipun. Di dalam posisi seperti itu, mereka sepenuhnya
bebas dari rasa iri dan dengki pada makhluk hidup lain sehinga bahkan
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
5
binatang buas sekalipun merasa tenang dan damai berada dekat mereka.
Ketika ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melewati hutan, beliau sepenuhnya
berpikir tentang KÄñëa dan mencari-cari KÄñëa dimana-mana.
Ketika para gajah mulai mengucapkan nama suci atas pengaruh kekuatan
rohani ÇrĂ© Caitanya MahĂ€raprabhu, beberapa diantara mereka terjatuh
dan beberapa diantaranya berteriak dalam kebahagian rohani. Melihat
kejadian ini, Balabhadra terheran-heran sendiri. Ketika ÇrĂ© Caitanya mulai
melanjutkan perjalananNya, mendengar suara ÇrĂ© Caitaya MahĂ€prabhu
yang sangat manis, rusa-rusa hadir dari berbagai tempat dan mulai
mengikuti ÇrĂ© Caitanya dari belakang. Setelah beberapa lama, beberapa
harimau muncul dan ikut bersama rusa-rusa mengikuti ÇrĂ© Caitanya.
Para rusa tersebut juga terbebas dari rasa takut pada harimau-harimau
yang biasanya sebagai pemangsa mereka. Hal ini merupakan pengaruh
rohani orang yang sudah maju di dalam pengabdian suci. Bahkan mereka
yang secara alami bermusuhan bisa menjadi sahabat di dalam pergaulan
dengan orang suci yang maju di dalam pengabdian suci bhakti. Ini
merupakan contoh yang sangat kongkrit yang diperlihatkan oleh ÇrĂ©
Caitanya di dalam hutan JharikhaĂ«ĂČa. Melihat para rusa dan harimau
yang mengikuti beliau, ÇrĂ© Caitanya teringat dengan tanah Vraja. Beliau
mulai menyanyikan sloka dari ÇrĂ©mad Bhagavatam skanda sepuluh bab
13 ayat 60, yang menguraikan keagungan VÄndÀvana DhÀma sebagai
berikut:
yatra naisarga-durvairĂ€Ăč
sahĂ€san nĂ„-mĂ„gĂ€dayaĂč
mitrÀëévÀjitÀvÀsa-
druta-ruö-tarñaëÀdikam
“VĂ„ndĂ€vana merupakan tempat tingal rohani Kepribadian Tuhan. Tidak
ada istilah kelaparan, kehausan maupun amarah di tempat tersebut.
Meskipun secara alami bermusuhan, umat manusia dan binatang
berbahaya hidup bersama di dalam hubungan persahabatan yang rohani”.
Seperti biasanya, ÇrĂ© Caitanya Mahprabhu mulai menyuruh mereka
untuk mengucapkan nama KÄñëa. Mendengar permintaan ÇrĂ© Caitanya
MahĂ€prabhu seperti itu, semua binatang yang mengikuti ÇrĂ© Caitanya
bersama-sama mengucapkan” KÄñëa! KÄñëa! Dan menari bersama-
sama. Sekali lagi Balabhadra terkagum melihat semua kejadian ini.
Para harimau bukan hanya menyanyi dan menari bersama para rusa
namun mereka saling berpelukan sambil mengucapkan nama suci. ÇrĂ©
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
6
Caitanya hanya tersenyum melihat semua hal ini kemudian meningalkan
mereka di hutan dan melanjutkan perjalananNya. Berbagai jenis burung
seperti merak mulai mengikuti ÇrĂ© Caitanya yang sedang melanjutkan
perjalananNya. Ketika beliau menyanyikan nama suci, berbagai jenis
tumbuhan menjalar dan pepohonan menjadi sangat berbahagia.
ÇrĂ©la Prabhupada menjelaskan bahwa pengucapan “Hare KÄñëa mantra”
merupakan proses yang sangat menakjubkan yang bahkan mampu
menembus telinga tumbuh-tumbuhan. Suatu hari ÇrĂ© HaridĂ€s Thakur
ditanya oleh ÇrĂ© Caitanya tentang bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa
dibebaskan di jaman kali yuga. ÇrĂ© HaridĂ€s Thakur menjawab bahwa
dengan pengucapan nama suci dengan keras bersama-sama, maka ini
tidak hanya akan menguntungkan mereka yang mengucapkan tetapi
semua seranga, pohon-pohon dan tumbuhan menjalar yang ada di
sekitarnya. Prabhupada menguraikan bahwa hendaknya seseorang tidak
merasa tergangu dengan pengucapan maha mantra karena hal ini sangat
menguntungkan bagi mereka yang mendengarkan nama suci tersebut.
Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak dan yang
tidak bergerak di hutan JharikhaĂ«ĂČa menjadi tergila-gila pada nama suci
begitu mendengar ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu mengucapkan nama suci.
Ketika ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melewati hutan JharikhaĂ«ĂČa, beliau
berpikir bahwa hutan ini adalah hutan VÄndÀvana. Melihat beberapa bukit
yang mengelilingi hutan JharikhaĂ«ĂČa, beliau berpikir bahwa ini adalah
bukit Govardhana dan ketika beliau melihat sungai di hutan tersebut,
beliau berpikir bahwa itu adalah YamunÀ. Dengan demikian, diuraikan
bahwa dimanapun beliau berada, beliau hanya melihat VÄndÀvana. Beliau
melihat Vraja-dhÀma dimana-mana karena beliau sendiri membawa
Vraja-dhĂ€ma kemana-mana. Sebagai pengikut ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu,
kita juga bisa mengikuti jejak kaki padma Beliau dengan bermeditasi
pada VÄndÀvana ketika kita melihat hal-hal yang berhubungan atau mirip
dengan uraian VÄndÀvana-dhÀma. Dengan demikian kita secara otomatis
dan berangsur-angsur berada di dalam meditasi pada VÄndÀvana-dhÀma
meskipun kita berada jauh dari VÄndÀvana-dhÀma yang sejati dimana
KÄñëa melakukan lĂ©lĂ€ beliau lima ribu tahun silam. Karena ÇrĂ© KÄñëa
bersifat mutlak, maka segala sesuatu yang berhubungan denganNya
adalah identik denganNya. Dengan berpikir tentang VÄndÀvana-dhÀma
maka kita juga berpikir tentang KÄñëa. Kita melihat sebuah contoh
yang diberikan oleh ÇrĂ©la RĂŒpa GosvĂ€mĂ©pĂ€da, dimana ada seseorang
yang melakukan pelayanan kepada KÄñëa hanya di dalam pikiran yang
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
7
sebenarnya sama dengan pelayanan secara fisik. Sama halnya dengan
bermeditasi pada dhÀma atau tempat suci, maka kita secara tidak sadar
sebenarnya sudah berada di dhÀma tersebut. Ini adalah keunikan hal-hal
rohani. Proses ini diperlihatkan oleh ÇrĂ© Caitanya di dalam lĂ©lĂ€ Beliau,
seperti yang sudah diuraikan tadi, yaitu Beliau berpikir bahwa melihat
sungai sebagai sungai YamunÀ, bukit sebagai bukit Govardhan dan lain-
lain.
Setelah melewati hutan, ÇrĂ© Caitanya mulai memasuki sebuah desa.
Ketika penduduk desa mendengar ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu menyanyi
dan menari, atas pengaruh aura rohaniNya, orang-orang tersebut
juga mulai mengucapkan nama suci ÇrĂ© KÄñëa. Ketika seseorang
mengucapakan nama suci yang mereka dengar dari ÇrĂ© Caitanya, mereka
juga diikuti oleh orang ketiga yang mendengar nama suci dari orang
yang telah mendengar nama suci dari ÇrĂ© Caitanya. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da
menguraikan bahwa orang yang mendengar nama suci dari ÇrĂ© Caitanya
menjadi sepenuhnya disucikan dan mereka yag mendengar nama suci
dari orang yang sudah di sucikan juga menjadi disucikan. Seperti ini,
garis perguruan paramparÀ juga berlagsung turun-temurun.
Balabhadra bhattÀcarya mengumpulkan bahan makanan seperti sayur-
sayuran, buah-buah, akar-akaran dan kemudian mempersembahkannya
kepadaÇrĂ©CaitanyaMahĂ€prabhu.KetikaÇrĂ©Caitanyamelewatipedesaaan,
Beliau biasanya diundang oleh para brahmana untuk menerima makanan
di rumah mereka. Ada beberapa diantaranya yang memberikan beras
kepada Balabadra BhattÀcarya, ada yang memberikan susu, susu asam
dan ada yang memberikan ghee dan juga batangan tebu. Balabhadra
memasak dari bahan makanan yang dikumpulkan dari dalam hutan dan
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dengan sangat senang hati menikmati makanan
tersebut. Tuhan ÇrĂ© Caitanya sangat menikmati sayuran yang dipetik dari
hutan. Dari sini kita bisa belajar bahwa Tuhan ÇrĂ© KÄñëa sangat senang
dengan makanan yang tumbuh alami tanpa suatu yang berbau kimiawi
sintetis. Bahan kimia sebenarnya mencemari ibu bumi dan hal ini sangat
menyakiti badan ibu bumi. KÄñëa tidak bisa menahan penderitaan yang
dialami oleh ibu bumi yang merupakan saĂżah satu dari pelayan beliau
yang sangat mulia. Karena itu, persembahan yang diperoleh tanpa
menyakiti ibu bumi akan sangat memuaskan ÇrĂ© KÄñëa atau ÇrĂ© Caitanya
MahÀprabhu.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
8
ÇrĂ© Caitanya mandi tiga kali sehari. Kadang-kadang di pagi hari dan di
sore hari Beliau menghangatkan badanNya dekat api. ÇrĂ© BalabhadrĂ€carya
melayani ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dengan penuh rasa kasih sayang
sebagai seorang pelayan dan melakukan pelayanan yang sederhana.
Kadang-kadang ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu membicarakan perasaan
beliau kepada ÇrĂ© Balabadra dan kadang kadang beliau mengagungkan
BhaööÀcÀrya atas pelayaanannya. Tetapi sebagai penyembah yang tunduk
hati, BalabhadrÀcarya selalu merasa hanya melakukan pelayanan yang
sangat sederhana dan merasa dirinya sangat beruntung mendapat
kesempatan untuk melayani ÇrĂ© Caitanya.
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melanjutkan perjalanan dan akhirnya
sampai di KÀçé. Di sana Beliau mandi di sebuah tempat yang disebut
MaĂ«ikarĂ«ikĂ€. MaĂ«ikarĂ«ikĂ€ adalah sebuah tempat dimana ÇrĂ© ViçvanĂ€th
(Çiva) menyembuhkan seseorang dari penyakit kehidupan dunia material
dengan membisikkan nama suci ÇrĂ© RĂ€ma melalui telinga seseorang.
Saat itu, Tapana Miçra, salah satu dari rekan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu
sedang mandi di sungai GaĂŹga dan kebetulan melihat ÇrĂ© Caitanya
disana. Tapana Miçra mendengar bahwa ÇrĂ© Caitanya telah mengambil
sannyas dan Beliau sangat bahagia dapat bertemu dengan ÇrĂ© Caitanya
di sini. Tapana Miçra langsung menghaturkan sembah sujud kepada ÇrĂ©
Caitanya dengan menjatuhkan badanya ke tanah dan memegang kaki
padma ÇrĂ© Caitanya. Kemudian Tapana Miçra mengajak ÇrĂ© Caitanya
darsan pada ÇrĂ© Viçvesvara dan kemudian darsan pada ÇrĂ© Bindu
MÀdhava. Kemudian dengan perasaan yang sangat bahagia, Tapana Miçra
mengajak ÇrĂ© Caitanya ke rumahnya. Saat itu, Candraçekhara juga hadir
untuk menemui ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. ÇrĂ© Caitanya tinggal di KÀçi
selama sepuluh hari. Semasa beliau tinggal di KÀçi, ada seorang sannyasi
MĂ€yĂ€vĂ€dĂ©, ÇrĂ© PrakÀçÀnanda SarasvatĂ© menjelek-jelekkan ÇrĂ© Caitanya
MahĂ€prabhu. Dia mengatakan bahwa ÇrĂ© Caitanya adalah seorang sanyasi
yang berpura-pura dan merupakan ahli ilmu hitam yang bisa mengontrol
orang yang ditemuiNya. Kemudian ketika brahmana yang mendengar
ini menyampaikan kepada ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, Beliau hanya
tersenyum dan mulai mengagungkan nama suci ÇrĂ© Hari dan menguraikan
kemalangan para MÀyÀvÀdé yang tidak mendapat kesempatan merasakan
manisnya nama suci ÇrĂ© Hari. Uraian ini diuraikan dengan panjang lebar
dan sangat indah di dalam madhya lĂ©lĂ€, Caitanya CaritĂ€mĂ„ta oleh ÇrĂ©
KÄñëa DÀsa Kaviraj GosvÀmé.
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
9
Kemudian dari KÀçi, ÇrĂ© Caianya MahĂ€prabhu melanjutkan perjalanan
sehinga sampai di PrayÀg. Di sini Beliau mandi di pertemuan antara
GaĂŹga dan YamunĂ€. Begitu ÇrĂ© Caitanya melihat YamunĂ€, beliau langsung
menceburkan diriNya sehinga Balabadra BhaööÀcÀrya dengan sangat
kesulitan harus mengangkat ÇrĂ© Caitanya dari sungai. Beliau tinggal di
PrayÀg selama tiga hari dan menyebarkan nama suci kepada banyak orang
di tempat itu. Saat melanjutkan perjalanan ke MathurĂ€, ÇrĂ© Caitanya
sering melewati sungai YamunÀ. Begitu beliau melihat sungai YamunÀ,
beliau langsung jatuh pingsan berulang kali di dalam kebahagian rohani.
Akhirnya setelah melalui perjalanan seperti itu, ÇrĂ© Caitanya sampai di
MathurÀ. Begitu beliau melihat MathurÀ, beliau langsung menjatuhkan
badanNya ke tanah dan menghaturkan sembah sujud pada tanah
MathurÀ.
Ketika Beliau memasuki kota MathurÀ, pertama-tama Beliau mandi
di ViçrÀma Ghat di tepi sungai YamunÀ di MathurÀ. Kemudian beliau
mengunjungi tempat kemunculan ÇrĂ© KÄñëa dan darsan pada ÇrĂ© Keçava
Ji. Seperti biasanya, ÇrĂ© Caitanya menari dan menyanyi dimana nyanyian
dan tarianNya menyebabkan banyak orang terkagum-kagum. Tiba-
tiba, saat ÇrĂ© Caitanya menyanyi dan menari, ada seorang brahmana
bersujud pada kaki padmaNya dan mulai menari bersamaNya. Kemudian
mereka berdua (ÇrĂ© Caitanya dan Brahmana) menari dan menyanyi,
“KÄñëa! KÄñëa!”. Melihat kejadian ini, semua orang mengucapkan,
Hari!Hari!!!Hari! Hari, Jay ÇrĂ© Hari!!! Kemudian pujari ÇrĂ© Kesavadev ji
mempersembahkan untaian bunga yang dipakai oleh ÇrĂ© Kesava kepada
ÇrĂ© Caitanya. Ketika mereka melihat ÇrĂ© Caianya MahĂ€prabhu menari
dengan kebahagian rohani seperti itu, orang-orang pada kagum dan saling
berbincang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya berkata
“Rasa cinta kasih rohani seperti itu bukan hal yang biasa”. Beberapa
orang berkata, “Hanya dengan melihat ÇrĂ© Caitanya, orang akan menjadi
gila di dalam kebahagiaan rohani dan akan menari dan menyanyi sambil
menangis. Tidak diragukan lagi bahwa orang ini pasti ÇrĂ© KÄñëa yang
muncul kembali untuk membebaskan penduduk MathurĂ€..”
Setelah beberapa saat ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu duduk di tempat yang
tenang dan mulai bertanya kepada brahmana yang menari bersama
beliau, dari manakah dia mendapatkan rasa cinta kasih kepada KÄñëa
yang begitu dalam tersebut? Brahmana tua tersebut menjawab bahwa
beliau menerima cinta bhakti rohani kepada KÄñëa dari ÇrĂ© MĂ€dhavendra
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
10
PurĂ© yang saat itu datang ke MathurĂ€. Begitu ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu
mendengar bahwa brahmana itu adalah murid ÇrĂ© MĂ€dhavendra PurĂ©,
ÇrĂ© Caitanya langsung menghaturkan sembah sujud kepada brahmana
tersebut. Melihat ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu bersujud kepada dirinya,
brahmana tersebut juga menghaturkan sembah sujud kepada ÇrĂ© Caitanya
sebagai seorang sanyasi. Brahmana ini menyampaikan kepada ÇrĂ©
Caitanya bahwa hanya orang yang berhubungan dengan ÇrĂ© MĂ€dhavendra
Puré yang mempunyai ciri-ciri kebahagiaan rohani seperti itu. Kemudian
ÇrĂ© Balabadra BhaööÀcĂ€rya menguraikan hubungan ÇrĂ© Caitanya dengan
MÀdhavendra Puré kepada brahmana tersebut. Mendengar hal ini,
brahmana ini menjadi sangat bahagia. Dia mengundang ÇrĂ© Caitanya agar
bersedia prasad di rumahnya. Brahmana tersebut meminta BhaööÀcÀrya
untuk memasak untuk ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, namun ÇrĂ© Caitanya
bilang ”karena MĂ€dhavendra PurĂ© sudah pernah makan di rumah anda,
dengan demikian anda bisa masak untuk saya, ini adalah permintan
saya.”
Meskipun secara kasta, seorang sanyasi tidak makan makanan yang
diberikan oleh kelas brahmana tersebut, tetapi karena MÀdhavendra Puré
melihat brahmana ini mengembangkan sifat sebagai seorang vaisnava,
maka beliau bersedia untuk menerima brahmana itu sebagai muridnya
danbersediamakandirumahbrahmanaini.Tetapikarenaberpikirtentang
posisi ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, brahmana ini berusaha menjelaskan
posisinya. Dia akan sangat senang mempersembahkan makanan kepada
beliau, tetapi orang umum akan menghina tingkah laku ÇrĂ© Caitanya.
Tetapi ÇrĂ© Caitanya meyakinkan brahmana itu sehingga akhirya bersedia
untuk memasak untuk Beliau.
Setelah menerima prasad dari brahmana tersebut, banyak penduduk
MathurĂ€ yang datang untuk menemui ÇrĂ© Caitanya. Ketika orang-orang
berkumpul, ÇrĂ© Caitanya mulai mengangkat tanganNya dan mengucapkan
“Hari Bol!”. Semua yang hadir saat itu mengikuti ÇrĂ© Caitanya dan
mengucapkan nama ÇrĂ© Hari dengan penuh rasa cinta kasih. ÇrĂ© Caitanya
mandi di 24 ghat (temat permandian) di tepi sungai YamunÀ dan
brahman tersebut menunjukan tempat-tempat peziarahan di MathurÀ.
Kedua puluh empat ghat tersebut adalah : (1) Avimukta, (2) AdhirĂŒĂČha,
(3) Guhya-tértha, (4) PrayÀga-tértha, (5) Kanakhala-tértha, (6) Tinduka,
(7) SĂŒrya-tĂ©rtha, (8) Vaöa-svĂ€mĂ©, (9) Dhruva-ghÀöa, (10) Åñi-tĂ©rtha, (11)
Mokña-tértha, (12) Bodha-tértha, (13) Gokarëa, (14) KÄñëa-gaÏgÀ, (15)
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
11
Vaikuëöha, (16) Asi-kuĂ«ĂČa, (17) CatuĂč-sĂ€mudrika-kĂŒpa, (18) AkrĂŒra-
tĂ©rtha, (19) YĂ€jĂŻika-vipra-sthĂ€na, (20) KubjĂ€-kĂŒpa, (21) RaĂŹga-sthala,
(22) Maïca-sthala, (23) Mallayuddha-sthÀna and (24) DaçÀçvamedha.
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu juga mengunjungi berbagai tempat suci di
tepi sungai YamunÀ di daerah MathurÀ termasuk Svayambhu, ViçrÀma-
ghÀöa, DĂ©rgha Viñëu, BhĂŒteçvara, MahĂ€vidyĂ€ and GokarĂ«a. Ketika Beliau
berkeinginan untuk mengunjungi hutan VÄndÀvana, Beliau mengajak
brahmana tersebut bersamaNya.
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu mengunjungi berbagai tempat termasuk
Madhuvana, TÀlavana, Kumudavana and BahulÀvana. Beliau mandi di
setiap tempat suci dengan rasa kebahagian rohani. Ketika beliau melewati
VÄndÀvana, beberapa sapi yang sedang digembalakan mengelilingi beliau
dan mulai menatap beliau sambil menguak. Melihat sapi-sapi yang
mengelilingi diriNya, ÇrĂ© Caitanya masuk kedalam kebahagiaan rohani
yang lebih dalam dan saat itu sapi-sapi mulai menjilat badan rohani
ÇrĂ© Caitanya. ÇrĂ© Caitanya sangat memperhatikan sapi-sapi tersebut
dan karena tidak bisa meningalkan pergaulan ÇrĂ© Caitanya, para sapi
mengikuti ÇrĂ© Caitanya. Dengan kesulitan para gembala sapi menahan
sapi-sapi tersebut. ÇrĂ© Caitanya mulai mengucapkan nama suci, dan
ketika para rusa dan merak mendengar suara beliau yang manis, mereka
semua datang menemui ÇrĂ© Caitanya. Ketika para kelinci dan rusa-rusa
mendekati ÇrĂ© Caitanya, mereka juga mulai menjilat badan ÇrĂ© Caitanya
dengan penuh rasa kasih sayang seperti para sapi tadi. Berbagai jenis
binatang seperti lebah, burung-burung parkit dan merak mulai menari di
depan ÇrĂ© Caitanya. Melihat kehadiran ÇrĂ© Caitanya di VĂ„ndĂ€vana, bahkan
pepohonan menjadi penuh dengan kebahagian rohani dan menangis yang
tangisannya keluar berupa madu dari batang-batang mereka. Pepohonan
dan tumbuhan menjalar penuh dengan bunga dan buah-buahan
menyambut kedatangan Tuhan mereka yang telah lama pergi. Dengan
demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak menjadi penuh dengan rasa bahagia bagaikan seorang teman
ketemu dengan teman setelah begitu lama berpisah.
Melihatkebahagianmereka,ÇrĂ©CaitanyaMahĂ€prabhujugamenjadisangat
bahagia dan mulai memeluk mereka satu sama lain di dalam kebahagiaan
rohani. Badan beliau tidak terkontrol dan selalu mengucapkan, KÄñëa!
KÄñëa!... Ketika beliau melihat dua ekor burung parkit di atas cabang
pohon, beliau merasa ingin mendengarkan sesuatu dari mereka dan
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
12
kemudian kedua burung tersebut terbang ke tangan ÇrĂ© Caitanya dan
mulai menceritakan kegiatan KÄñëa. Kemudian setelah beberapa saat ÇrĂ©
Caitanya MahÀprabhu melihat seekor merak yang sedang menari. Ketika
beliau menatap warna kebiru-biruan dari merak tersebut, Beliau langsung
teringatpadaKÄñëasehinggalangsungjatuhpingsandidalamkebahagiaan
rohani. Melihat ÇrĂ© Caitanya jatuh pingsan, brahmana dan Balabhadra
BhaööÀcÀrya merasa gelisah dan mulai memercikan air pada Beliau sambil
mengipasi badanNya. Kemudian mereka mulai mengucapkan nama
KÄñëa pada telinga ÇrĂ© Caitanya sehinga membuat Beliau kembali sadar.
Setelah kembali pada kesadaranNya, ÇrĂ© Caitanya langsung berguling-
guling di tanah karena kebahagian rohani yang dalam. Karena berguling
di tanah, badan ÇrĂ© Caitanya terlukai oleh banyak duri-duri di hutan
VÄndÀvana sehinga Balabadra harus menghentikan dan menenangkan
Beliau. Seperti biasa, beliau terus mengucapkan nama, KÄñëa! KÄñëa!
Sambil menari. Beliau melanjutkan perjalanan bersama brahmana
dan Balabadra BhaööÀcÀrya. Si brahmana ini sangat keheranan melihat
kebahagian rohani yang diperlihatkan oleh ÇrĂ© Caitanya dan sangat
resah dengan keadaanNya. Ketika ÇrĂ© Caitanya berada di JagannĂ€tha
puré, Beliau selalu berada di
dalam kebahagian rohani,
tetapi di dalam perjalanan di
VÄndÀvana, rasa rindu kepada
KÄñëa ratusan kali lipat
bertambah. Ini hanya salah
satu uraian dari kunjungan
ÇrĂ© Caitanya di dalam satu
tempat di VÄndÀvana dan
ÇrĂ© KÄñëa DĂ€sa kaviraja
menguraikan bahwa sangat
mustahil untuk menguraikan
kejadian di beberapa tempat
lainya.
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu
melakukan perjalanan di
berbagai hutan di VÄndÀvana
dan memuaskan semua
makhluk hidup di sana dan
juga secara pribadi Tuhan
Gambar: ÇrĂ© Caitanya mandi di RĂ€dhĂ€
Kunda
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
13
ÇrĂ© Caitanya merasa puas dengan melihat mereka. Akhirnya suatu hari
beliau sampai di sebuah desa yang disebut dengan Ärit-grĂ€ma. Ärit-grama
juga dikenal dengan nama AriñöÀ-grÀma dimana AriñöÀsura dibunuh oleh
ÇrĂ© KÄñëa. Disini ÇrĂ© Caitanya bertanya pada penduduk lokal dimana
kedudukan ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Kunda. Namun sangat disayangkan bahwa tempat
RÀdhÀ Kunda saat itu sudah terlupakan sehinga tidak seorang pun bisa
memberi tahu ÇrĂ© Caitanya keberadaan RĂ€dhĂ€ Kunda. Brahmana yang
menemani beliau ternyata juga tidak tahu-menahu keberadaan tempat
tersebut. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dapat mengerti bahwa tempat suci
ini sudah tidak lagi tampak. Sebagai kepribadian yang maha mengetahui
segalasesuatu,beliausecarapribadimampumengenalidimanasebenarnya
RĂ€dhĂ€ Kunda dan ÇyĂ€ma Kunda. Beliau menemukan RĂ€dhĂ€ Kunda yang
saat itu merupakan sebuah tanah sawah yang terdapat sedikit air. Ketika
orang-orang melihat Tuhan ÇrĂ© Caitanya mandi di kolam kecil tersebut,
orang-orang di sekitarnya menjadi sangat keheranan namun beliau tetap
mandi di sana dan menyampaikan doa pujian kepada ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Kunda.
yathÀ RÀdhÀ priyÀ viñëos
tasyĂ€Ăč kuĂ«ĂČaĂ  priyaĂ  tathĂ€
sarva-gopéñu saivaikÀ
viñëor atyanta-vallabhÀ
“Seperti halnya ÇrĂ©mati RĂ€dhĂ€rani yang paling dicintai oleh ÇrĂ© KÄñëa
diantara para gopi, begitu juga kolam beliau yang dikenal dengan nama
RĂ€dhĂ€ Kunda juga sangat disayangi olehNya. Diantara para gopi, ÇrĂ©mati
RĂ€dhĂ€rÀëé merupakan yang paling dicintai oleh KÄñëa”.
Setelah mengucapkan doa pujian kepada ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Kunda, ÇrĂ© Caitanya
menari dan menyanyi dengan kebahagian rohani di tepi RÀdhÀ Kunda
sambil mengingat kegiatan ÇrĂ© KÄñëa. Kemudian ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu
menandai badan beliau dengan tilak dari lumpur di RÀdhÀ kunda dan
mengumpulkan beberapa lumpur untuk dibawa bersama beliau.
Kemudian dari RÀdhÀ Kunda beliau menuju ke danau Sumana. Melihat
bukit Govardhana dari tempat itu, beliau menjadi sangat gembira. Beliau
bersujud kepada Govardhana bagaikan tongkat yang terjatuh. Kemudian
beliau berlari dan memeluk batu di bukit Govardhana. Akhirnya beliau
sampai di desa Govardhana dan darsan pada ÇrĂ© Harideva. Harideva
merupakan arca Vigraha yang di sthanakan oleh ÇrĂ© VajranĂ€bha, yang
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
14
terletak di bagian barat matura. ÇrĂ© Caitanya mulai menari dan menyanyi
penuh dengan kebahagian rohani di depan arca Harideva. Mendengar
kegiatan beliau, para penduduk setempat datang dan melihat beliau.
melihat kebahagian rohani dan ketampanan ÇrĂ© Caitanya, semua
orang yang hadir menjadi sangat heran. Pujari ÇrĂ© Harideva menerima
ÇrĂ© Caitanya dengan sangat baik. ÇrĂ© BhaööÀcĂ€rya memasak untuk ÇrĂ©
Caitanya MahÀprabhu di Brahma-kunda, yang terletak di dekat Harideva
Mandir. Setelah mandi di Brahma-kunda, ÇrĂ© Caitanya menerima prasad
yang telah dimasak oleh ÇrĂ© Balabadra BhaööÀcĂ€rya.
ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu tinggal semalam di Haridev mandir. Beliau
berpikir, “Karena Aku tidak akan memanjat bukit Govardhana,
bagaimana Aku bisa darsan pada ÇrĂ© GopĂ€la Raya JI?” Berpikir seperti ini,
beliau hanya bisa diam. Mengerti keinginan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu,
Arca GopÀla Ji, mempermainkan para penduduk setempat sehinga beliau
diarak ke bawah dari puncak bukit. ÇrĂ© GopĂ€la Ji mengirim kabar burung
yang menyatakan bahwa pasukan muslim akan segera datang untuk
menyerang kuil ini. Karena itu penduduk setempat bersama dengan para
pujari GopÀla Ji, menggusung GopÀla Ji dengan tandu turun dari bukit
Govardhana. Pada saat itu, Tuhan ÇrĂ© Caitanya bisa darsan pada ÇrĂ© GopĂ€la
Ji tanpa menginjakkan kaki di atas bukit Govardhana yang tidak berbeda
dengan badan ÇrĂ© KÄñëa sendiri. Sambil menari dan menyanyikan nama
suci menemui ÇrĂ© Gopal Ji, ÇrĂ© Caitanya masuk kedalam kebahagian
rohani yang dalam sehinga air mata beliau mengalir bagaikan aliran
sungai GaĂŹga yang deras. Beliau kelihatan seperti orang yang gila
pada kekasihnya yang akhirnya tiba-tiba ketemu dengan kekasih yang
dirindukan. Dalam keadaan gila rohani seperti ini Tuhan ÇrĂ© caitanya
berkeliling mengunjungi berbagai tempat di VÄndÀvana dhÀma di dalam
perasaan pelayan dan pelayan dari penduduk Vraja dhÀma.
Jay ÇrĂ© Caitanya mahĂ€prabhu
Jay ÇrĂ© Harinama Sankirtan .........ki jay
Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana
15
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
16
Bab II
MaöhurÀ
Parikrama dapat dilakukan dari berbagai tempat. Namun dalam buku ini
saya sengaja mengajak pembaca untuk memulai parikrama (mengelilingi
tempat suci) dari MaöhurÀ dengan alasan kita bisa mengingat kegiatan
KÄñëa dari awal dimana KÄñëa muncul dan kemudian dibawa ke Gokula
oleh Vasudeva. Kemudian dari Gokula KÄñëa diajak menuju ke Nanda
Gaon oleh MahÀrÀja Nanda. Sehingga sedikit tidaknya kita akan berusaha
untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut satu persatu secara teratur
sesuai dengan perjalanan ÇrĂ© KÄñëa selama ber-lĂ©lĂ€ di Vraja Dham.
Pertama-tama marilah kita menghaturkan sembah sujud kepada tempat
tinggal abadi Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, ÇrĂ© MaöhurĂ€ dhĂ€ma.
harir api bhajamanebhyaĂč
prÀyo muktià dadÀti na tu bhaktim
vihita-tad-unnati-satraĂ 
maöhure dhanyaà namÀmi tvÀm
”Biasanya Tuhan ÇrĂ© Hari, ÇrĂ© Viñëu, menganugrahkan “Mukti”
(pembebasan), namun Beliau tidak begitu mudah menganugrahi
“bhakti” ( pengabdian) kepada pemujanya. Oh MaöhurĂ€! Engkau adalah
kepribadian yang mujur dan yang menganugrahkan yajĂŻa agung berupa
bhakti. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada anda”.
17
MaöhurÀ adalah tempat suci yang sangat penting diantara tempat-tempat
suci yang harus dikunjungi oleh para Vaisnava. MaöhurÀ berada +150
km di sebelah selatan New Delhi, ibu kota India. Menurut ÇrĂ©la RĂŒpa
GoswÀmé di dalam UpadeçÀmÄta, beliau menyatakan bahwa MaöhurÀ
bahkan lebih tinggi kedudukannya dari Vaikuntha dimana Tuhan dalam
bentuk Beliau sebagai NÀrÀyana bertempat tinggal. Kenapa? karena
Kepribadian Tuhan Yang Asli, ÇrĂ© KÄñëa, muncul di tempat ini. Karena
begitu agungnya tempat ini, orang yang hanya melihat tempat ini saja
akan terbebaskan dari dosa-dosa yang mereka lakukan di dalam hidup
mereka. Di dalam MaöhurÀ mÀhÀtmya, keagungan MaöhurÀ diuraikan
sebagai berikut:
suryodare tamo naçyed
yatha vajra-bhayan nagaĂč
tarkñaà dÄñöva yatha sarpa
megha vata-hata iva
tattva-jĂŻanad yatha duhkhaĂ 
siĂ haĂ  dÄñöva yatha mĂ„gaĂč
tatha papÀni naçyanti
MaöhurÀ-darçanat kñanat
”Seperti halnya kegelapan dihilangkan oleh terbitnya matahari, seperti
gajah yang takut terhadap ankusa (tongkat pengendali gajah), ular
yang takut begitu melihat Garuda, rasa duka yang dilenyapkan oleh
pengetahuan dan seekor rusa merasa takut melihat seekor singa, begitu
juga dosa-dosa akan dihancurkan hanya dengan melihat MaöhurÀ
Dhama”.
Meskipun demikian, tujuan kita mengunjungi MaöhurÀ bukanlah untuk
menghancurkan dosa yang telah kita perbuat kemudian melakukan
dosa lagi dan datang kembali ke tempat suci untuk membersihkan dosa.
“prĂ€yaçcittam atho ‘pĂ€rthaĂ  manye kuĂŻjara-çaucavat”, prayascita atau
penyucian diri seperti itu merupakan penyucian diri yang tidak berguna
yang bagaikan gajah mandi, (SB 6.1.10). Tujuan kita ke tempat suci adalah
untuk mendengarkan manisnya kegiatan Tuhan dan ajaran-ajaran dari
para sadhu atau orang-orang suci, yang bagaikan minuman kekekalan
yang mampu menganugrahkan kehidupan kekal kepada si pendengar.
Tentu saja mengunjungi tempat suci akan secara otomatis memberikan
efek samping seperti yang diuraikan diatas yaitu orang akan terbebaskan
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
18
dari dosa-dosa. Tetapi kita harus mengerti bahwa pembersihan dosa
seperti itu itu bukanlah tujuan utama kita.
Tempat tempat di MaöhurÀ
1. JanmasthĂ€na ( KÄñëa Janma BhĂŒmi)
Lima ribu tahun yang lalu ÇrĂ© KÄñëa muncul di tempat ini dari kandungan
ibu Devaké. Pada jaman VajranÀbha, kuil yang sangat indah dibangun di
tempat ini dan Arca ÇrĂ© Keçava deva disthĂ€naakan di tempat ini. Namun
sayang sekali kuil tersebut dihancurkan oleh orang-orang Islam. Setelah
kuil tersebut dihancurkan, sejumlah kuil dibangun lagi oleh beberapa
raja Hindu berulang kali, akan tetapi setelah beberapa waktu dihancurkan
kembali oleh raja Islam. Akhirnya kuil yang masih berdiri sampai saat ini
adalah kuil yang di bangun sekitar tahun 1951. kuil ini sangat megah dan
di dalam kuil, ÇrĂ© ÇrĂ© RĂ€dhĂ€-KÄñëa dipuja sebagai istadeva.
Gambar: Krsna Janmasthan mandir, MaöhurÀ
MaöhurÀ
19
Karena diserang oleh raja Islam, arca Keçava deva yang asli yang dulunya
di sthÀnakan oleh VajranÀbha dilarikan oleh penduduk Hindu setempat
ke tempat yang aman. Saat ini arca yang asli tersebut berada di Radjdhani,
sebuah kota dekat MaöhurĂ€. Saat ini Pratibhu murti ÇrĂ© Keçava Deva
(Replika arca yang sebenarnya tidak berbeda dengan yang asli) masih
di puja di salah satu kuil di dalam area janma sthÀnaa. Kuil ini dikenal
dengan nama “pratibhĂŒ keçava deo mandir”
Keçava Deva adalah salah satu dari empat deva yang disthÀnaakan oleh
VajranĂ€bha di empat penjuru Vraja BhĂŒmi sebagai Içtadeva di keempat
penjuru. Diurakan bahwa VajranÀbha memahat 16 arca secara pribadi
yang disthĂ€naakan di Vraja BhĂŒmi. Arca ini terbuat dari batu pilihan yang
sangat langka yang disebut dengan nama “batu Braja”. Beliau memahat
empat deva, dua nÀtha, dua GopÀla, empat mÀhÀdeva, dan empat Devé.
Masing masing diantaranya adalah sebagai berikut:
‱ Keempat deva adalah:
1.	Hari Deva (disthÀnaakan di Govardhan). Saat ini arca yang asli tidak
diketahui keberadaanya.
2.	Govinda Deva (disthĂ€naakan di VĂ„ndĂ€vana). Saat ini arca asli ÇrĂ©-ÇrĂ©
RÀdhÀ Govinda ji dipuja di Jayapur. Jayapur adalah sebuah kota yang
terletak di RajasthÀna, dekat MaöhurÀ.
3.	Baladeva, juga di kenal dengan nama Dauji dan Baldeo. Arca ini
adalah satu-satunya arca yang asli dari keempat deva yang masih
sampai sekarang di Vraja . Beliau di puja di desa Baldeo, di Mahavan
(+18 km dari MaöhurÀ). Tempat ini terletak dekat dengan Gokula.
4.	Keçavadeva (di MaöhurÀ).
‱ Dua nĂ€tha adalah:
1.	ÇrĂ©nĂ€th ji, yang ditemukan oleh Madhavendra Puri di Govardhan
dan disthÀnaakan di atas bukit Govardhan. Saat ini beliau di puja di
NÀthadvar, rajasthÀna.
2.	GopénÀth ji yang saat ini berada di Jayapur.
‱ Dua GopĂ€la adalah:
1.	Madana GopĂ€la (Madana Mohan) yang di puja oleh ÇrĂ© SanĂ€tana
GosvÀmé di VÄndÀvana. Saat ini Madana GopÀla berada dan dipuja di
Karoli.
2.	Saksi GopÀla, arca yang lari ke Orisa untuk menjadi saksi atas janji
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
20
yang diberikan oleh seorang brahmana tua kepada brahmana muda
dari daerah Orissa. Saat ini Beliau di puja di Kota kecil Saksi Gopal,
Orissa, di daerah bagian timur India.
‱ Empat MĂ€hĂ€deva atau Siva lingga adalah :
1.	Cakraleçvara MÀhÀdeva di Govardhan
2.	Kamesvara MÀhÀdeva di KÀmyavana.
3.	Bhutesvara MÀhÀdeva di MaöhurÀ
4.	Gopeçvara MÀhÀdeva di VÄndÀvana
‱ Empat DevĂ© adalah:
1.	Manasi Devé di Govardhan
2.	Vrnda Devé di Kamavan
3.	Pathala Devé di MaöhurÀ
4.	YogamÀyÀ Devé di VÄndÀvana.
Selain Hari Deva, kelima belas arca yang lainnya masih dapat kita lihat
sampai saat ini. Masing-masing arca tersebut akan diuraikan sambil kita
mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masing-masing
arca tersebut.
JanmasthÀnaadalahsalahsatutempatyangsangatketatuntukdikunjungi.
Untuk masuk ke dalam, para pengunjung dilarang membawa alat-alat
eletronik, khususnya kamera dan hand-phone. Jika kita ingin perjalanan
memasuki tempat ini lancar, usahakan untuk tidak membawa barang-
barang yang terbuat dari logam. Akan lebih baik bila tas dan barang
lainnya diletakkan di bus atau di mobil, kecuali japa mala.
Tempat dimana Tuhan ÇrĂ© KÄñëa muncul di dalam sebuah penjara.
Disini kita akan melihat lorong kecil untuk masuk ke tempat tersebut.
Sebelum memasuki tempat ini kita akan darsan terlebih dahulu kepada
ÇrĂ© YogamĂ€ya DevĂ©. YogamĂ€yĂ€ DevĂ© adalah saudari ÇrĂ© KÄñëa, ÇrĂ©matĂ©
Durga Devé, yang muncul dari kandungan ibu YaçodÀ di Gokulaa. Bayi
tersebut ditukar oleh Vasudeva dan dibawa ke dalam penjara di MaöhurÀ.
Vasudeva dan Devaké berharap bahwa Kaàsa akan mengurungkan
niatnya untuk membunuh anak mereka karena bayi yang lahir adalah bayi
wanita. Ketika Kaàsa mengetahui bahwa bayi ke delapan Devaké telah
lahir, meskipun bayi tersebut adalah bayi wanita, KaĂ sa tetap berusaha
untuk membunuhnya. Akan tetapi ketika KaĂ sa melemparkannya,
MaöhurÀ
21
bayi tersebut langsung terbang dan berubah wujud dalam bentuk
Durga berlengan delapan. Jadi arca ini dimaksudkan untuk mengingat
Beliau. sebelum darsan kepada KÄñëa, kita hendaknya memohon berkat
dari Devé YogamÀyÀ agar dianugrahi penglihatan rohani sehingga kita
dapat mengerti kegiatan KÄñëa. Atas aturan YogamÀyÀ, Vraja-dhama
terselubungi dari penglihatan material kita. Hanya atas karunia beliau
kita akan mampu merasakan keindahan dan keagungan Vraja bhĂŒmi.
Setelah darsan dan berdoa kepada YogamÀyÀ Devé, kita akan memasuki
lorong kecil yang panjangnya hanya beberapa meter. Lorong ini tepat
berada di sebelah kanan kita ketika kita darsan pada ÇrĂ© YogamĂ€yĂ€. Di
dalam lorong kecil inilah ÇrĂ© KÄñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
muncul lima ribu tahun yang lalu. Di sini kita dapat melihat arca ÇrĂ©
Viñëu berlengan empat dan gambar ibu Devaké dan Vasudeva sedang
berdoa kepada ÇrĂ© Viñëu. Di sini juga terdapat gambar KÄñëa sebagai bayi
di depan mereka berdua. Kita dapat pula melihat ÇrĂ©mad BhagĂ€vatam
yang berhubungan dengan lila ini di tulis dalam tulisan Deva-nÀgaré di
atas tembok di dalam ruangan ini.
Setelah keluar dari Garbha SthÀna, ruangan di mana bayi KÄñëa muncul,
kita akan melihat kuil yang sangat megah yang sebelumnya kita lihat
dari jalan raya. Kuil tersebut adalah kuil ÇrĂ© ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ KÄñëa, kuil
yang dibangun sekitar tahun 1951. Kita dapat darsan dan menikmati
keindahan mandir tersebut yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah
yang berhubungan dengan kegiatan KÄñëa dan kisah-kisah dari Purana,
Ramayana, Mahabharata dan lain-lain. Selain RÀdhÀ KÄñëa, terdapat
beberapa arca yang dipuja disini. Kemudian kita bisa berkeliling dan
darsan di beberapa kuil yang dibangun di dalam areal Janma sthÀna.
Keçava Deva, salah satu dari empat deva yang di sthanakan oleh
VajranĂ€bha terletak diluar tembok kuil Janma sthĂ€na. Saat ini PratibhĂŒ-
murti ÇrĂ© Keçava Deva dipuja di kuil ini. Arca Keçava Deva yang sangat
tampan terbuat dari batu marmer hitam.
ÇrĂ© KÄñëa Janma lila
yadÀ yadÀ hi dharmasya
glÀnir bhavati bhÀrata
abhyutthÀnam adharmasya
tadÀtmÀnaà sÄjÀmy aham
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
22
“Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang
bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul,
oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7)
Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab,
Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat
oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai
seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya,
menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau
alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau
pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva
lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk
memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi
lautan susu, para dewa mulai memuja ÇrĂ© Viñëu, penguasa alam semesta,
Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan
setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang
dikenal dengan doa Puruña SĂŒkta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma
mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan ÇrĂ© Viñëu akan
segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk
ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai
anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lélÀ-
Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa
bagian dari diri Beliau yaitu SaÏkarñaëa juga akan muncul segera sebelum
kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para
dewa lainya termasuk ibu bhĂŒmi menjadi sangat bahagia dan kembali ke
tempat mereka masing-masing.
Pada saat itu MahĂ€rĂ€ja Ă‡ĂŒrasenĂ€ dari keluarga Yadu, memerintah di kota
MaöhurÀ. Dibawah pemerintahan MahÀrÀja Surasena, MaöhurÀ dijadikan
ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura
menikahi Devaké, putri MahÀrÀja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari
pernikahan itu, ayah Devaké, MahÀrÀja Devaka, karena rasa sayang
kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan
kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua
ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang
mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. KaĂ sa, putra
Ugrasena, yang sangat mencintai Devaké, adiknya, dengan tujuan untuk
memuaskan adiknya, KaĂ sa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang
akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada
MaöhurÀ
23
saat KaĂ sa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai,
terdengar suara dari langit:
“asyĂ€s tvĂ€m añöamo garbho hantĂ€ yÀà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh
KaĂ sa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan
dari Devaké, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan
membunuhmu”.
Mendengar pernyataan dari langit ini, KaĂ sa menganggap bahwa Sang
Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini
disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan
menganiaya DevakĂ© sehingga Tuhan ÇrĂ© KÄñëa akan segera muncul untuk
menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti
KaĂ sa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan
adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari
akasa vani, KaĂ sa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan
pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu
menjambak rambut Devaké dan dengan pedang di tangannya, dia siap
membunuh adiknya.
Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak
pada KaĂ sa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan
Devaké akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah Kaàsa.
Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan ÇrĂ© KÄñëa
tidak akan terganggu dan Devaké tidak perlu kehilangan enam putra
pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada
penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan
perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak
sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka
orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa. Vasudeva dan Devaké merupakan penyembah murni
yang kekal dari ÇrĂ© KÄñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti
KaĂ sa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak
sengaja, maka KÄñëa berkewajiban untuk melindungi Kaàsa sehingga
beliau tidak akan dapat membunuh KaĂ sa. Dengan demikian tujuan
KÄñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak
akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan ÇrĂ© KÄñëa dimana akasa vani
disampaikan kepada KaĂ sa sehingga KaĂ sa tidak mendapat kesempatan
untuk melayani Devaké dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
24
pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama Devaké,
ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi
yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi
takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang
telah menjelma menjadi KaĂ sa.
Melihat Kaàsa hendak membunuh istrinya, Devaké, Vasudeva berusaha
menasehati KaĂ sa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon
agar kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké khususnya
di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang
disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh KaĂ sa yang berwatak
raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan Devaké untuk sementara waktu,
Vasudeva berjanji kepada KaĂ sa bahwa dia akan menyerahkan semua
anak yang lahir dari kandungan Devaké kepada Kaàsa dan Kaàsa dapat
melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut.
KaĂ sa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa
Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia
menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah
benar. KaĂ sa berpikir:
“Kesalahan tidak berada pada DevakĂ© maupun Vasudeva tetapi pada
Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha
membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa Kaàsa, pangeran gagah
yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa
membunuh Devaké saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu
waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia
tumbuh dewasa”. Berpikir demikian Kaàsa mengurungkan niatnya
untuk membunuh Devaké melainkan meminta maaf dan mengirim
Devaké ke keluarga Vasudeva.
Waktu telah berlalu, Devaké melahirkan seorang putra. Untuk menepati
janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk
diserahkan kepada KaĂ sa. Melihat kejujuran Vasudeva, KaĂ sa sangat
kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang
diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi
menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena KaĂ sa berpikir
bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan Devaké maka Kaàsa
berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang
pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun
MaöhurÀ
25
KaĂ sa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan KaĂ sa
hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan KaĂ sa dan
berpikir bahwa KaĂ sa pasti akan segera merubah keputusannya.
Suatu hari NĂ€rada Muni datang menemui KaĂ sa dan memberitahunya
bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera
dihancurkan dengan kemunculan ÇrĂ© Viñëu. Maha Rsi NĂ€rada juga
menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan ÇrĂ© Viñëu, para
Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul,
mengapa NĂ€rada Muni menginformasikan kepada KaĂ sa bahwa mereka
akan segera terbunuh oleh ÇrĂ© Viñëu? karena hal itu, KaĂ sa dapat saja
membunuh bayi-bayi Devaké dan menganiaya para Yadu.
NĂ€rada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang
penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan
oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan ÇrĂ© KÄñëa
sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh
NĂ€rada maka hal itu akan memancing kekejaman KaĂ sa terhadap para
Yadu yang merupakan penyembah ÇrĂ© Viñëu. Karena penyembahNya
dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan
mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk
membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera.
Setelah keberangkatan NĂ€rada muni, KaĂ sa memikirkan kata-kata
DevaÄñi NÀrada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga
Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin
akan lahir sebagai salah satu dari putra Devaké. Takut akan kematian,
Kaàsa mulai menganiaya Devaké dan Vasudeva dan memasukan mereka
ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama
dengan para raksasa seperti PĂŒtanĂ€, Pralamba, Keçi, Baka, AghĂ€sura,
TÄëÀvarta, NarakÀsura, BÀëÀsura dan lain-lain, Kaàsa juga mulai
menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya.
Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu,
dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena.
Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat
seperti KaĂ sa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu,
suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha
memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
26
yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap
sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam
hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka
selalu iri kepada ÇrĂ© Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk
mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah.
Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan
terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak
melakukan atau menolak pengabdian suci kepada ÇrĂ© Viñëu, mereka
akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang
menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda.
Setelah enam bayi DevakĂ© dibunuh oleh KaĂ sa, ÇrĂ© Ananta, bagian dari
badan ÇrĂ© KÄñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan DevakĂ©
sebagaiputraketujuhnya.UntukmelindungiparaYadudaripenganiayaan
yang dilakukan oleh Kaàsa, KÄñëa memerintahkan kepada YogamÀyÀ
untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini Devé, salah
satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama
keluarga Nanda MahÀrÀja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan
Devaké dipindahkan oleh YogamÀyÀ, maka orang-orang berpikir bahwa
Devaké mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram
dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad
BhagÀvatam sebagai berikut:
garbha-saĂŹkarñaĂ«Ă€t taĂ  vai prĂ€huĂč saĂŹkarñaĂ«aĂ  bhuvi
rÀmeti loka-ramaëÀd balabhadraà balocchrayÀt
”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena
dipindahkan (san-kÄs) dari kandungan Devaké ke dalam kandungan
Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama RĂ€ma karena beliau
mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama
Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”.
Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke
dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan
Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva
melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran
Devaké. Badan Devaké mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur
yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal
mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya.
MaöhurÀ
27
KaĂ sa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir
bahwa badan Devaké yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh
Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir
akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil
dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di
dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang
tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan
selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat.
Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat
dimana Devaké dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa
mereka kepada ÇrĂ© KÄñëa yang berada di dalam kandungan DevakĂ©. Di
dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan Devaké dan Vasudeva
karena Tuhan ÇrĂ© KÄñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah
memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke
tempat mereka masing masing.
Pada hari menjelang kemunculan ÇrĂ© KÄñëa, alam secara otomatis
memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai muncul,
begitujugabintangmujurlainnyasepertiAsvinidanlain-lain.Kedaanalam
semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang
berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat
indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan.
Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah.
Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga
mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya
bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria
penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus
di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajĂŻa, api yajĂŻa
berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka
alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang
jahat seperti KaĂ sa, para brahmana dilarang untuk memuja ÇrĂ© Viñëu.
Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajĂŻa dengan sembunyi-
sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang
munculnya Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari
rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai
memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang
Maha Kuasa. Para ApsarÀ mulai menari, para Kinnara dan Gandharva
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
28
menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa-
doa pujian yang menguntungkan.
Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap,
ÇrĂ© KÄñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati
Devaké. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan
kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di
malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat,
yang masing-masing tanganNya memegang saÏka, cakra, gadÀ dan padma.
Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan
permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman,
yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai
permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang
sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang
kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan
sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini,
Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi
memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan
festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang
sangat menakjubkan sebagai
putranya. Setelah beberapa
saat, Vasudeva menyadari
bahwa Beliau adalah
Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa sendiri. Sadar
seperti itu, Vasudeva bersama
Istrinya, Devaké, mulai
memanjatkan doa pujian
kepada Yang Maha Kuasa,
yang berada di depannya.
Setelah menyampaikan
doa pujian kepada Tuhan,
dibingungkan oleh tenaga
YogamÀyÀ, Vasudeva dan
Devaké yang berperan
sebagai orang tua, yang tahu
bahwa KaĂ sa akan datang
untuk membunuh putranya,
meminta ÇrĂ© Viñëu untuk
MaöhurÀ
29
menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil
bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva
dan Devaké, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi
biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan
menyembunyikan diriNya di Vraja bhĂŒmi, di rumah Nanda MahĂ€rĂ€ja.
Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan Devaké sudah menjadi
orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya.
Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya.
Setelah KÄñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan
untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai YamunÀ. Pada
saat itu, atas aturan tenaga khayalan KÄñëa, semua penjaga pintu penjara
dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka
dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan
yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan
memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi KÄñëa yang sedang
dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin
yang keras, sungai YamunÀ kelihatan sangat ganas dengan gelembung
-gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air
panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah
menyentuh kaki padma ÇrĂ© KÄñëa, YamunĂ€ membelah badan beliau
menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk
lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada ÇrĂ© RĂ€macandra untuk
membuat jembatan ke LaĂŹka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di
malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur
lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara
menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda MahÀrÀja
dan meletakkan putranya di dekat YaçodÀ kemudian mengambil bayi
perempuan yang baru lahir dari YaçodÀ. Karena kelelahan melahirkan
bayi, YaçodÀ langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang
lahir laki-laki atau perempuan. Jadi YaçodÀ tidak menyadari bahwa
bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya
menguraikan bahwa sebenarnya ibu YaçodÀ melahirkan dua anak, satu
putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan KÄñëa, Vasudeva tidak
melihat putra YaçodÀ melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan.
Setelah Vasudeva menaruh KÄñëa di dekat Ibu YaçodÀ dan mengambil
bayi wanita, VÀsudeva-KÄñëa masuk kedalam badan VÄndÀvana-KÄñëa
sehingga ketika ibu YaçodÀ sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki-
laki.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
30
Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di
pangkuan Devaké. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula,
pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula
sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata
KaĂ sa dan pengikutnya.
Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari
dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada
KaĂ sa. Mendengar hal ini, KaĂ sa yang sudah tidak sabar menunggu
kelahiran bayi kedelapan dari Devaké mulai mengambil tindakan. Dia
segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. KaĂ sa berpikir,
“Ini adalah kĂ€la, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun
sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan
takut dan resah, Kaàsa masuk ke dalam penjara untuk menemui Devaké.
Sebagai wanita yang tidak berdaya, Devaké memohon kepadaKaàsa untuk
tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah
seorang perempuan. Namun KaĂ sa yang kejam tidak menghiraukan
permintaan Devaké dan mengambil bayi dari tangan Devaké secara
paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, KaĂ sa melemparkannya
ke atas batu. Namun bayi yang merupakan YogamÀyÀ sendiri, terlepas
dari tangan KaĂ sa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit
dalam bentuk Dewi DurgÀ berlengan delapan yang memegang senjata
di masing-masing tangannya. DurgĂ€ DevĂ© bersabda, “Oh KaĂ sa, kamu
orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, ÇrĂ© Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu
dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka
bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”.
Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan KaĂ sa.
Mendengar kata-kata DurgÀ Devé, Kaàsa berpikir bahwa DurgÀ
sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja DurgĂ€ dan Çiva
setiap saat, Kaàsa berpikir bahwa sekarang DurgÀ Devé telah berkarunia
untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat.
Kaàsa kemudian mendekati Devaké dan Vasudeva. Kaàsa meminta
maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka
dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda DurgÀ Devé, Kaàsa
mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang
dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari
hari tersebut.
MaöhurÀ
31
Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri
ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan
rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda
MahÀrÀja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk
Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini
di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan KÄñëa
dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “KÄñëa jayanti” atau
dikenal pula dengan nama “KÄñëa janmastami”.
ÇrĂ© KÄñëa Janmastami ki jay
2. ViçrÀm Ghat
Tempat ini terletak di tepi sungai YamunÀ di MaöhurÀ. Kita dapat
mengunjungi tempat ini langsung dari JanmasthÀna atau pada saat
kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki.
Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet,
akan lebih baik bila kita mengunjungi ViçrÀm Ghat setelah datang dari
Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari JanmasthÀna. Setiap
supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat
ini.
Gambar: tepi sungai YamunÀ di Viçrama Ghat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
32
Setelah ÇrĂ© KÄñëa dan ÇrĂ© Balaram membunuh KaĂ sa di KaĂ sa tila,
mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa
setelah membunuh HiraĂ«yĂ€kña, ÇrĂ© VarĂ€hadeva beristirahat di sini. ViçrĂ€m
ghat juga muncul di dalam ÇrĂ© Caitanya Caritamrta, karya ÇrĂ© KÄñëa
DĂ€sa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota MaöhurĂ€, ÇrĂ©
Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang
telah diuraikan di dalam bab sebelumnya.
Di tempat ini kita bisa darsan pada arca ÇrĂ©-ÇrĂ© KÄñëa Balaram. Di sini
juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada ÇrĂ©mati YamunĂ€ DevĂ©
dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (YamunÀ) adalah
putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan
menikmati sejuknya air sungai YamunĂ€ dimana kaki padma ÇrĂ© Hari,
KÄñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air
sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa
di VÄndÀvana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu YamunÀ di
sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan
bahwa YamunÀ seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha
Purana, ÇrĂ© Varahadev menguraikan keagungan YamunĂ€ kepada Ibu
pertiwi sebagai berikut,
gaÏgÀ çata-guëÀ proktÀ
mĂ€thure mama maĂ«ĂČale
yamunÀ viçrutÀ Devé
nÀtra kÀryÀ vicÀraëÀ
“Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah
Sungai YamunÀ yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, MaöhurÀ.
Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”.
Jadi bila kita mandi di sungai YamunÀ satu kali sama dengan mandi
seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia-
nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci YamunÀ.
YamunÀ Devé Kijay.
3. Keçava gaudiya maöha
Sebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada
H.D.G. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani
MaöhurÀ
33
beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran
KÄñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu
berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah
tercemari oleh sifat-sifat alam material. ÇrĂ© Keçava Gaudiya Maöha adalah
tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G.
A.C. Bhaktivedanta Swami PrabhupÀda, pendiri dan acarya ISKCON
menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His
Holiness Keçava MahĂ€rĂ€ja. Di sini, ÇrĂ© ÇrĂ© RĂ€dhĂ€-Vinoda-Vihari ji di
puja. Arca ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu yang di puja adalah arca yang secara
pribadi disumbangkan oleh ÇrĂ©la PrabhupĂ€da.
Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di MaöhurÀ adalah: Ranga
BhĂŒmi (tempat dimana KaĂ sa di bunuh oleh KÄñëa di atas bukit KaĂ sa-
tila, Rangesvar MÀhÀdeva temple (Siva linga yang di puja oleh Kaàsa
sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
34
Bab III
Gokula
Gokula adalah tempat di mana Nanda MahÀrÀja bertempat tinggal
sebelum pindah ke Nanda-gaon. Tempat ini berada di seberang sungai
YamunÀ jika dari MaöhurÀ. Bila kita datang kemari dari MaöhurÀ, kita
akan melewati jembatan yang sangat indah dan kita dapat melihat
pemandangan sungai YamunÀ yang mengalir dengan deras di bawah
jembatan tersebut.
Menurut ÇrĂ©la ViçvanĂ€tha CakravartĂ© Thakur, di dalam buku beliau yang
berjudul sÀrÀrtha-darçini, dijelaskan bahwa sebelum pindah ke Gokula,
Parjanya, kakek ÇrĂ© KÄñëa dan para putranya termasuk Nanda MahĂ€rĂ€ja,
Upananda, beserta keluarga lainya pernah tinggal di Nandiçvara di
Nanda-Gaon. Namun karena merasa takut terhadap raksasa ArisöÀsura
(raksasa yang mengambil wujud dalam bentuk sapi jantan), mereka
pindah ke Gokula. Di sini mereka tinggal selama beberapa tahun sampai
KÄñëa muncul sebagai anak Nanda MahÀrÀja dan YaçodÀ mata. Tetapi
setelah kemunculan KÄñëa, banyak raksasa yang menyerang Gokula
dan berusaha membunuh KÄñëa. Untuk menghindari hal ini Upananda,
kakak Nanda MahÀrÀja, salah satu orang yang dituakan di Gokula dan
juga orang yang sangat terpelajar, karena rasa sayangnya kepada KÄñëa,
ia menganjurkan agar mereka pindah dari Gokula sehingga KÄñëa tidak
akan diganggu lagi oleh para raksasa.
35
Sebenarnya KÄñëa sebagai paramÀtmÀ yang bersemayam di dalam hati
setiap makhluk hidup, menyemangatkan Upanada dari dalam hatinya
untuk menyampaikan ide ini kepada para Vrajavasi, karena KÄñëa
berkeinginanuntukmenikmatitempat-tempatdiseberangsungaiYamunÀ
seperti hutan VÄndÀvana dan bukit Govardhan. Karena mereka masih
merasa takut terhadap raksasa Aristasura, Upananda menganjurkan
untuk pindah ke hutan VÄndÀvana dimana para sapi bisa menikmati
manisnya air sungai YamunÀ dan rumput hijau dari bukit Govardhana.
Saat itu mereka sempat tinggal di Chatikara (+ 6 km dari VÄndÀvana)
selama beberapa bulan. Dan setelah KÄñëa membunuh raksasa Aristasura,
mereka memutuskan untuk kembali ke Nandéçvar di Nanda-gaon.
Tempat-tempat di daerah Gokula:
1. Kuil utama di Gokula (Istana Nanda MahÀrÀja/Nanda Bhavan)
Istana ini dibangun lima ribu tahun yang lalu ketika Nanda MahÀrÀja
bertempat tinggal di sini. Ada 84 pilar yang menyangga bangunan ini.
Dijelaskan bahwa 80 pilar dibangun oleh Visvakarma, arsitek para Dewa
di surga dan yang empat lainya diciptakan oleh Dewa Brahma. Sebenarnya
84 pilar ini menunjukan 8.400.000 jenis kehidupan yang ada di alam
semesta material. Jadi setiap pilar mewakili 100.000 jenis kehidupan
di alam semesta material ini. Di dalam kuil kita bisa darsan pada arca
KÄñëa yang sedang di ayunkan, ÇrĂ© BalarĂ€ma ji, Nanda MahĂ€rĂ€ja dan ibu
YaçodĂ€. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa BalarĂ€ma, kakak ÇrĂ©
KÄñëa dilahirkan oleh ibu Rohiné di sini. BalarÀma pada awalnya berada
di dalam kandungan ibu Devaké, tetapi atas kehendak KÄñëa, Beliau
dipindahkan dari dalam kandungan ibu Devaké ke dalam kandungan Ibu
Rohiné. Karena itu beliau juga di kenal dengan nama SaÏkarñaëa (Beliau
yang di pindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Di dalam ÇrĂ©mad
BhagĂ€vatam skanda sepuluh bab dua, ÇrĂ© KÄñëa bersabda kepada Yoga
maya sebagai berikut:
devakyÀ jaöhare garbhaà
çeñÀkhyaà dhÀma mÀmakam
tat sannikÄñya rohiëyÀ
udare sanniveçaya
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
36
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja

More Related Content

More from Ngarayana ăƒŠă‡»ăƒ€ăƒŠ

Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkihKiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkihNgarayana ăƒŠă‡»ăƒ€ăƒŠ
 

More from Ngarayana ăƒŠă‡»ăƒ€ăƒŠ (20)

Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)
 
The rescue of dharmaksetra
The rescue of dharmaksetraThe rescue of dharmaksetra
The rescue of dharmaksetra
 
Vedic eco village november-2017
Vedic eco village november-2017Vedic eco village november-2017
Vedic eco village november-2017
 
Amsu story
Amsu storyAmsu story
Amsu story
 
Etiket vaisnava
Etiket vaisnavaEtiket vaisnava
Etiket vaisnava
 
Kehidupan berasal dari kehidupan
Kehidupan berasal dari kehidupanKehidupan berasal dari kehidupan
Kehidupan berasal dari kehidupan
 
Prahlad maharaj
Prahlad maharajPrahlad maharaj
Prahlad maharaj
 
Narada bulletin april 2017
Narada bulletin april 2017Narada bulletin april 2017
Narada bulletin april 2017
 
Yashodapur eco village 2017
Yashodapur eco village 2017Yashodapur eco village 2017
Yashodapur eco village 2017
 
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusutKiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
 
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasuraKiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
 
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkihKiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
 
Di luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematianDi luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematian
 
Hari raya hindu mitologi vs itihasa
Hari raya hindu  mitologi vs itihasaHari raya hindu  mitologi vs itihasa
Hari raya hindu mitologi vs itihasa
 
Neraka
NerakaNeraka
Neraka
 
Manusia mendarat
Manusia mendaratManusia mendarat
Manusia mendarat
 
Kerja (karma)
Kerja (karma)Kerja (karma)
Kerja (karma)
 
Kali yuga
Kali yugaKali yuga
Kali yuga
 
Jesus belajar dan wafat di india
Jesus belajar dan wafat di indiaJesus belajar dan wafat di india
Jesus belajar dan wafat di india
 
Dari material ke Spiritual
Dari material ke SpiritualDari material ke Spiritual
Dari material ke Spiritual
 

Recently uploaded

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Adam Hiola
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANGilbertFibriyantAdan
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxMarto Marbun
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxWahyuSolehudin1
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 

Recently uploaded (7)

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 

Perjalanan Suci di Tanah Vraja

  • 1. PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA BhagĂ©ratha DĂ€saĂč
  • 2.
  • 4. PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA Penulis: BhagĂ©ratha DĂ€saĂč Layout/Penyelaras Akhir: LakñmĂ© NĂ€rĂ€yana DĂ€saĂč Penerbit: Narayana Smrti Press Jl. Sudarsan Chakra No. 3 Maguwoharjo Yogyakarta Cetakan Pertama: Februari 2011 13,7 x 20,5 cm xx + 189 halaman . Hak Cipta pada Penulis Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang: Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis atau penerbit
  • 5. Daftar isi Persembahan .................................................................................... vii Ucapan Terimakasih ......................................................................... ix Prakata ............................................................................................. xi Pendahuluan .................................................................................... xv Sepuluh jenis kesalahan terhadap DhĂ€ma ....................................... xxiii Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana ............................................ 1 MaöhurĂ€ ........................................................................................... 17 Gokula ............................................................................................... 35 VĂ„ndĂ€vana ......................................................................................... 63 VarñÀëÀ .............................................................................................. 147 Nanda Grama .................................................................................... 159 Jabaran Waktu Keberadaan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa Selama Di Planet Bumi Lima Ribu Tahun Yang Lalu .................................................... 187 v
  • 6. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja vi
  • 7. Persembahan Kepada vii Param pujya ÇrĂ© ÇrĂ©mad Añöottara-çata A.C. Bhaktivedanta Swami PrabhupĂ€da (Pendiri dan acarya masyarakat kesadaran Krsna internasional)
  • 8. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja viii Buku ini juga dipersembahkan kepada Guru kerohanian hamba Param pujya ÇrĂ©la Bhakti RĂ€ghava Swami Maharaj
  • 9. Ucapan Terimakasih Atas karunia ÇrĂ© ÇrĂ© Guru dan GauraĂŹga, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada H.D.G. A.C Bhaktivedanta Swami PrabhupĂ€da karena atas karunia beliau, tanah suci yang sangat rahasia telah terungkap dikalangan kita yang berada dalam kebodohan yang paling gelap dunia material. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada guru kerohanian saya, H.H. Bhakti RĂ€ghava Swami MaharĂ€j, karena atas karunia dan bimbingan beliau, saya telah mendapat kesempatan menimba pendidikan dan tingal di tempat suci Vraja bumi untuk belajar dibawah H.G. GopĂ© ParÀëadhana Prabhu, seorang murid senior ÇrĂ©la PrabhupĂ€da. Kepada H.G. GopĂ©- parÀëadhana, yang telah memberikan begitu banyak inspirasi dan semangat kepada saya dalam pengabdian suci selama belajar dibawah beliau di ÇrĂ© Govardhana dham – Vraja mandal. Kepada Kiçora KÄñëa Prabhu, saudara seguru saya yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya selama berada di tanah suci Bharata-bumi. Ucapan terimakasi juga saya sampaikan kepada beberapa penyembah yang telah banyak membantu saya sehingga buku ini bisa terbit. H.G. LakñmĂ© NĂ€rĂ€yana Prabhu, yang telah meluangkan waktu untuk layout dan membantu mengedit buku ini. Kepada H.G. ÇrĂ©nidhi Prabhu, yang juga telah meluangkan cukup banyak waktu untuk membantu pengeditan. Dan kepada banyak Vaisnava lainnya yang tidak bisa saya ix
  • 10. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja x sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan saya semangat dan dukungan untuk menulis dan menerbitkan buku “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” ini. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, kepada semua Vaisnava, khususnya para pembaca semoga mendapatkan inspirasi lebih dalam untuk mengetahui lebih banyak lĂ©lĂ€ dan tempat rahasia spiritual, ÇrĂ© Vraja mandala. Hare Krsna
  • 11. Prakata Saya sangat puas dan senang saat membaca buku pertama ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa berjudul “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Sebelum saya berkomentar pada buku ini, pertama-tama saya ingin sedikit berbicara tentang si penulis. Penulis muda ini awalnya ketemu kesadaran Krsna di Bali – Indonesia ketika dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Atas pergaulan yang baik dari para penyembah seperti DhĂ„tĂ€tmĂ€ dĂ€sa, Kiçora KÄñëa dĂ€sa dan yang lainnya, dengan perkembangan yang pesat dia mengembangkan keterikatan kuat dalam pengabdian suci dan pergaulan pada para penyembah. Ketika berada di KÄñëa BalarĂ€ma Mandir di Denpasar, kami mendapatkan kesempatan untuk ketemu satu sama lain sekitar tahun 1998-1999. Saat itu dia tidak begitu fasih dalam berbahasa inggris. Namun dia meperlihatkan semangat yang kuat untuk belajar dan melayani. Segera setelah lulus sekolah dia bergabung sebagai brahmacari asram. Berkeinginan untuk memberikan kesempatan kepada beberapa penyembah dari Indonesia untuk lebih akrab dan dekat berhubungan dengan kebudayaan Veda, pada tahun 2004 kami mengatur beasiswa untuk program pendidikan yoga selama tiga tahun untuk Kiçora DĂ€sa xi OĂ  Surabhyai namaĂč OĂ  ÇrĂ©-gurave namaĂč
  • 12. dan BhagĂ©ratha DĂ€sa. Atas karunia Yang Maha Kuasa, pada saat itu program gurukula BBT untuk program belajar bahasa sansekerta, ÇrĂ©mad-BhĂ€gavatam VidyĂ€péöham, dicanangkan akan segera dibuka. Gurukula tradisional ini dipimpin oleh H.G. GopĂ©parÀëadhana dĂ€sa, seorang murid senior ÇrĂ©la PrabhupĂ€da dan salah satu dari senior editor Sanskrit di BBT. Ini adalah suatu kesempatan yang jarang dan khusus bagi BhagĂ©ratha dĂ€sa untuk dapat diterima dalam program belajar tiga tahun mereka. Atas karunia KÄñëa, meskipun relatif masih sangat awam dalam bahasa inggris, dia diterima sebagai murid angkatan pertama dimana kebanyakan muridnya berasal dari negara-negara asing. Karena gurukula memerlukan pujari untuk memuja ÇrĂ© ÇrĂ© Gaura NitĂ€i, para otoritas meminta BhagĂ©ratha DĂ€sa untuk melakukan pelayanan tersebut. Karena belum menerima brĂ€hmaĂ«a dĂ©kñÀ, maka diputuskan untuk melaksanakan upacara yajĂŻa di Govardhana yang dilakukan langsung oleh GopĂ©parÀëadhana dĂ€sa. Selama tiga tahun belajar, ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa terbukti sebagai murid yang tekun. Atas pergaulan dengan para penyembah dari negara asing, dia mengembangkan bahasa ingrisnya dengan pesat. Sebagai kepala pujari (pendeta) untuk gurukula, dia memuja ÇrĂ© ÇrĂ© Gaura NitĂ€i dengan penuh perhatian. Dia tinggal di daerah Govardhana. Tetapi secara teratur dia mengunjungi berbagai tempat suci di Vraja, sebuah penemuan dunia baru di setiap kunjungan. Pada waktu inilah dia mempelajari bahasa sansekerta dimana dia menekuninya dengan serius sehinga menguasainya dengan cepat. Atas karunia ÇrĂ© ÇrĂ© Gaura Nitai, dia juga mendapat kesempatan melayani ÇrĂ© ÇrĂ© KÄñëa BalarĂ€ma di dalam bentuk dua ÇrĂ© GirirĂ€ja Govardhana çilĂ€s. Dia lulus dari ÇrĂ©mad-BhĂ€gavatam VidyĂ€péöham pada tahun 2008 dan menerima gelar Bhagavat-çÀstrĂ©. Buku yang telah dia tulis membawa pembaca pada sebuah perjalanan suci ke tempat suci yang paling menarik diantara semua tempat suci, ÇrĂ© Vraja Dhama, dimana setiap hari Tuhan ÇrĂ© KÄñëa melakukan nitya- lĂ©lĂ€, kegiatan kekal, dengan rekan kekalNya yaitu para gopa dan gopĂ© di tepi sungai YamunĂ€ dan di dua belas hutan VĂ„ndĂ€vana. Hal ini mengingatkan pada perjalanan JĂ©va GosvĂ€mĂ© di NavadvĂ©pa didampingi oleh Tuhan NityĂ€nanda yang dijelaskan dengan baik oleh Bhaktivinoda Thakura dalam karyanya ÇrĂ© NavadvĂ©pa-dhĂ€ma-mĂ€hĂ€tmyam pada bagian ParikramĂ€-khaĂ«ĂČa. Perjalanan yang dibawakan untuk kita oleh BhagĂ©ratha DĂ€sa mencangkup semua tempat penting di Vraja diawali xii Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
  • 13. dengan uraian MathurĂ€ dan diikuti dengan semua tempat utama KÄñëa lĂ©lĂ€ di Gokula, VĂ„ndĂ€vana, VarñÀëÀ dan Nanda grĂ€ma. Penulis menguraikan berbagai kuil dan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa yang memberikan pembaca gambaran yang hidup tentang dunia rohani dengan menyajikan foto-foto kuil, kuĂ«ĂČa dan banyak hal lain di dalam buku ini. SiapapunyangmembacadeskripsiiniakandiingatkanpadakegiatanTuhan sehari-hari berikut: “Tuhan ÇrĂ© KÄñëa meniup serulingNya dengan keras sambil Beliau memasuki hutan di ÇrĂ© VĂ„ndĂ€vana, sehingga memberikan kebahagiaan yang tidak terbayangkan pada semua penduduk desanya, Vraja-dhĂ€ma. Kegiatan sederhana ini, yaitu kejenakaan memasuki hutan, bermain seruling dan sebagainya, dilakukan setiap hari di tanah spiritual VĂ„ndĂ€vana.” [SB 10.15.2]. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da juga menjelaskan bahwa tempat suci yang hadir di Bhauma VĂ„ndĂ€vana (di dunia material) ini tidak berbeda dengan Goloka VĂ„ndĂ€vana (di dunia rohani) dan juga tidak berbeda dengan KÄñëa sendiri: “Tempat-tempat yang berada di dunia ini tidak berbeda dengan tempat aslinya karena tempat-tempat itu merupakan cerminan tempat suci yang asli yang berada di dunia rohani. Tempat-tempat itu sama dengan KÄñëa sendiri dan sama-sama patut dipuja. Tuhan ÇrĂ© Caitanya menyatakan bahwa Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, yang menjadikan dirinya sebagai putra raja Vraja patut dipuja dan begitu juga VĂ„ndĂ€vana DhĂ€ma juga sama-sama patut dipuja.” [CC Adi 5.18] Bagi mereka yang secara fisik belum mendapatkan kesempatan mengunjungi Vraja, buku ini akan memberikan pengenalan yang sangat bagus. Bagi mereka yang beruntung telah berkunjung ke Vraja, buku ini akan membantu untuk mengingat kembali meditasi yang dalam pada ÇrĂ© VĂ„ndĂ€vana DhĂ€ma. Penemuan tempat suci di tanah suci VĂ„ndĂ€vana adalah kelanjutan pelayanan yang dilakukan oleh ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu yang secara pribadi mengirim muridnya yang paling utama, enam gosvami VĂ„ndĂ€vana, untuk mencari tempat tempat suci ini dan terus mengundang roh-roh yang terikat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka dengan dunia spiritual yang telah terputus. Kita harus berterimakasi kepada ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa karena telah menulis secara ekstensif tentang tempat suci yang paling mulia, VĂ„ndĂ€vana DhĂ€ma. Kita berdoa semoga Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, tujuan dan acuan meditasi bagi para penduduk VĂ„ndĂ€vana, akan berkarunia kepada xiii Prakata
  • 14. penulis dan pembaca sehingga bisa mengembangkan cinta bhakti rohani kepada KÄñëa yang telah terpendam. ÇrĂ©mĂ€n BhagĂ©ratha dĂ€sa saat ini tinggal di Bali dan sekarang sudah menikah dengan ÇrĂ©mati Tusmila Permana Dewi (bhaktin), yang juga berasal dari Bali. Dia sekali-kali berkunjung ke India untuk mengantar para penyembah berziarah di dalam dan di sekitar Vraja. Segera setelah tiba di Indonesia, dia berkecimpung di dalam menyelenggarakan pendidikan Varnasrama dan traditional gurukula di Gianyar-Bali. Dia telah membantu untuk mengorganisir global varnasrama seminar tahunan di Bali selama dua kali dalam 2 tahun berturut-turut. KÄñëe matir astu, Bhakti RĂ€ghava Swami xiv Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
  • 15. Pendahuluan oĂ  ajĂŻĂ€na-timirĂ€ndhasya jĂŻĂ€nÀïjana-çalĂ€kayĂ€ cakñur unmĂ©litaĂ  yena tasmai çrĂ©-gurave namaĂč Hamba dilahirkan di dalam kebodohan yang gelap, tetapi guru kerohanian hamba telah membuka mata hamba dengan penerangan berupa pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada beliau. nama oĂ  viñëu-pĂ€dĂ€ya kÄñëa-preñöhĂ€ya bhĂŒ-tale çrĂ©mate bhaktivedĂ€nta-svĂ€min iti nĂ€mine namas te sĂ€rasvate deve gaura-vÀëé-pracĂ€riĂ«e nirviçeña-Ă§ĂŒnyavĂ€di-pÀçcĂ€tya-deça-tĂ€riĂ«e “Hamba bersujud dengan hormat kepada ÇrĂ© ÇrĂ©mad A.C. Bhaktivedanta swami PrabhupĂ€da, yang sangat dicintai oleh Tuhan ÇrĂ© KÄñëa karena beliau sepenuhnya berlindung pada kaki padma-Nya. Sembah sujud hamba kepada anda, O tuanku, pelayan ÇrĂ©la BhaktisiddhĂ€nta SarasvatĂ© GosvĂ€mĂ©. Anda sangat berkarunia dengan mengajarkan ajaran ÇrĂ© Caitanya dan membebaskan negara-negara barat yang penuh dengan filsafat mĂ€yĂ€vĂ€dĂ© dan Ă§ĂŒnyavĂ€dĂ© (Tuhan tidak berbentuk pribadi dan sifat kekosongan)”. xv
  • 16. Vrajendra-nandanaĂ  vande sa-rĂ€maĂ  jaladĂ€ prabham ÇrĂ©-dĂ€mĂ€dyaiĂč parivritaĂ  sakhya-prema-pariplutam “Hamba menghaturkan sembah sujud kepada Vrajendra-Nandana yang warna kulitNya bagaikan awan menjelang hujan, beliau yang di temani oleh ÇrĂ© BalarĂ€ma dan dikelilingi oleh anak-anak pengembala sapi yang di pimpin oleh ÇrĂ© DĂ€ma. Beliau di banjiri oleh rasa cinta bhakti rohani anak gembala sapi”. çrĂ©-kÄñëa-Caitanya prabhu-nityĂ€nanda çrĂ©-advaita gadĂ€dhara çrĂ©vĂ€sĂ€di-gaura-bhakta-vĂ„nda “Hamba bersujud kepada ÇrĂ© KÄñëa Chaitanya, Prabhu NityĂ€nanda, ÇrĂ© Advaita, GadĂ€dhara, ÇrĂ©vĂ€sa, dan semua yang berada di dalam garis pengabdian suci bhakti”. hare kÄñëa hare kÄñëa kÄñëa kÄñëa hare hare hare rĂ€ma hare rĂ€ma rĂ€ma rĂ€ma hare hare vraja-vĂ€sĂ©-gaĂ«a, pracĂ€raka-dhana, pratiñöhĂ€-bhikñuka tÀ’rĂ€ nahe ‘çava’ prÀëa Ă€che tÀ’r, se-hetu pracĂ€r, pratiñöhÀçÀ-hĂ©na-’kÄñëa-gĂ€thÀ’ saba “Harta karun yang paling berharga dari para pelayan Tuhan yang mengajarkan kesadaran KÄñëa, mereka sebenarnya merupakan kepribadian yang kekal yang tingal di Vraja-dhĂ€m. Mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu untuk diri mereka hanya untuk reputasi material yang tidak berharga yang hanya kelihatan berharga bagi orang yang bagaikan mayat. Para vraja-vĂ€sĂ© sepenuhnya hidup, karena itu mereka mengajarkan hanya untuk memberikan kehidupan kepada orang material yang bagaikan mayat berjalan. Semua nyanyian yang dinyanyikan oleh para vraja-vĂ€sĂ© tentang keagungan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa sebenarnya bebas dari bintik-bintik keinginan kemasyuran material”. (“Duñöa-Mana”, karya tulis ÇrĂ©la BhaktisiddhĂ€nta SarasvatĂ©) Vraja juga kadang kadang di kenal denga nama “tanah kemunculan ÇrĂ© KÄñëa” karena ÇrĂ© KÄñëa berlila di tempat ini lima ribu tahun yg lalu. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xvi
  • 17. Tidak ada perbedaan antara tempat dan kegiatan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa ÇrĂ© KÄñëa dengan diri Beliau sendiri. Karena itu untuk memberikan kesempatan kepada para makhluk hidup, khususnya umat manusia, agar mendapat kesempatan untuk mendengar kegiatanNya, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul disertai oleh rekan-rekanNya, tempat tingal yang kekal dan lain lain. Di dalam ÇrĂ©mad Bhagavad GĂ©tĂ€, bab 4 sloka 9 Tuhan ÇrĂ© KÄñëa bersabda: janma karma ca me divyam evaĂ  yo vetti tattvataĂč tyaktvĂ€ dehaĂ  punar janma naiti mĂ€m eti so ‘rjuna “Orang yang mengetahui sifat rohani kemunculan dan kegiatanKu tidak akan dilahirkan lagi setelah meningalkan badannya melainkan akan mencapi tempat tingalKu, wahai Arjuna”. Ada begitu banyak tempat di bumi ini yang sangat indah secara material danTuhanmempunyaikuasapenuhuntukmunculdanberliladimanapun beliau inginkan. Karena beliau adalah Yang Maha Kuasa, maka tidak seorangpun akan mampu melarang Beliau. Tetapi tetap beliau memilih untuk muncul dan berlila di Vraja-dhĂ€ma. Tuhan memilih Vraja-dhĂ€ma karena di sana ada penyembah murniNya. Hanya itulah alasan Beliau untuk muncul di suatu tempat. Kalau hanya untuk membunuh Kamsa, atau raksasa yang lainnya, Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini. Hanya dengan memerintahkan Devi MĂ€yĂ€ atau dewa kematian, Yamaraj, beliau mampu membunuh para raksasa dengan mudah. Tetapi karena beliau ingin memuaskan dan menikmati bersama penyembahNya maka beliau muncul di muka bumi ini. Karena rasa cinta bhakti yang murni para GopĂ© dan Gopa di VĂ„ndĂ€vana, Tuhan ÇrĂ© KÄñëa memilih Vraja sebagai tempat favoritNya. Di Vraja DhĂ€ma, beliau mempunyai tiga tempat favorit karena tempat itu memberikan fasilitas yang khusus kepada KÄñëa dan penyembahNya menikmati kegiatan mereka. Tempat itu adalah tepi sungai YamunĂ€, bukit Govardhana dan hutan VĂ„ndĂ€vana. ÇrĂ© KÄñëa melakukan lĂ©lĂ€Nya yang rohani di Vraja-dhĂ€ma lima ribu tahun yang lalu. Beliau muncul di MathurĂ€ di dalam penjara yang berada Pendahuluan xvii
  • 18. dibawah kekuasaan KaĂ sa. Setelah beberapa jam dari kemunculan Beliau, Vasudeva membawaNya ke Gokul ke rumah Nanda Maharaj. Setelah kurang lebih 3 atau 4 tahun, karena rasa sayang para vrajavasi, takut jika KÄñëa digangu oleh raksasa yang sering berusaha membunuh KÄñëa, yang dimulai dari Raksasi PĂŒtanĂ€, mereka pindah ke seberang sungai YamunĂ€ menuju Nanda-gaon (Nanda Grama). Di sana KÄñëa bersama BalarĂ€ma melakukan aktivitasNya selama kurang lebih sampai berumur 10 tahun. Dari Nanda Grama KÄñëa pindah ke MathurĂ€ untuk memuaskan para penyembah Beliau yang di MathurĂ€. Setelah beberapa tahun meluangkan waktu beliau di MathurĂ€, kurang lebih pada waktu Beliau berumur 28 sampai 29 tahun, Beliau mendirikan kota di tengah lautan di Dvaraka, di daerah bagian barat India. Meskipun kejadian ini telah terjadi lima ribu tahun silam, namun KÄñëa dalam aprakĂ„ta lĂ©lĂ€ (kegiatan yang terselubung), Beliau masih berada di Vraja-dhĂ€ma sampai saat ini dan kalau seseorang mempunyai kualifikasi, mereka masih bisa melihat KÄñëa sedang bermain-main di Bukit Govardhan bersama anak anak gembala sapi. Diantara tempat- tempat suci di mana Tuhan ÇrĂ© Visnu melakukan lĂ©lĂ€Nya, hanya di Vraja-dhĂ€ma Beliau menginjakan kaki padmaNya setiap hari tanpa alas kaki. Beliau mengembalakan sapi setiap hari dan berkeliling di hutan VĂ„ndĂ€vana, bukit Govardhan dan tempat-tempat lainya tanpa alas kaki. Jadi tanah suci VĂ„ndĂ€vana sebenarnya penuh dengan debu bekas jejak kaki ÇrĂ© KÄñëa secara langsung. Bahkan sampai sekarang kita bisa melihat di beberapa tempat di bukit Govardhana dan tempat lainya, jejak kaki ÇrĂ© KÄñëa yang berbekas di atas batu (Govardhan sila). Selain itu, ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dan para pengikut Beliau, para GosvĂ€mĂ© dan lain lain, lima ratus tahun yang lalu, mengadakan perjalanan di Vraja-dhĂ€ma tanpa alas kaki. Mereka berkeliling di Vraja-dhĂ€ma dan menginjakan kaki padma mereka. Debu yang menyentuh kaki padma para vaisnava yang agung seperti itu bisa mengangkat seluruh alam semesta pulang ke dunia rohani. Meskipun keagungan Vraja-dhĂ€ma tidak bisa dibandingkan dengan tempat suci manapun di alam semesta material ini, namun keberadaan dan keagungan Vraja sempat terpendam selama beberapa ribu tahun setelah KÄñëa menutup lĂ©lĂ€Nya di bumi ini. Banyak tempat yang penting yang berhubungan dengan kegiatan rohani ÇrĂ© KÄñëa di Vraja, termasuk RĂ€dhĂ€ Kunda, tempat suci tertingi di seluruh alam semesta, sempat Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xviii
  • 19. terlupakan dan bahkan tidak ada yang tahu dimana lokasi tempat-tempat tersebut. Melihat keadaan seperti itu, ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, yang merupakan ÇrĂ© KÄñëa sendiri, secara pribadi datang ke VĂ„ndĂ€vana untuk menggali atau menemukan tempat-tempat suci tersebut. Beliau juga mengirim para pengikutNya seperti Lokanath GosvĂ€mĂ©, Rupa GosvĂ€mĂ©, Sanatan GosvĂ€mĂ© dan lain-lain, yang tidak lain merupakan para rekan pribadi ÇrĂ© KÄñëa yang muncul dalam lĂ©lĂ€ Beliau sebagai ÇrĂ© Caitanya, untuk melajutkan pencaharian terhadap tempat-tempat dimana ÇrĂ© KÄñëa melakukan kegiatanNya di Vraja bumi. Mungkin orang akan berpikir, Bagaimana kita bisa mempercayai kalau itu adalah tempat yang sama dimana KÄñëa melakukan kegiatanNya di Vraja sedangkan mereka, para GosvĂ€mĂ©, tidak hadir lima ribu tahun yang lalu? KÄñëa bersifat kekal, maka beliau juga mempunyai rekan yang kekal. Rekan rekan beliau tersebut selalu muncul bersama beliau dalam berbagai bentuk. Atas keinginan KÄñëa, para penyembahNya bisa mengingat segala sesuatu yang terjadi di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Jadi karena lima ribu tahun silam KÄñëa dan para gopĂ© dan gopa berlila di tempat ini, hanya KÄñëa, gopa dan gopilah yang bisa memastikan dimana tempat mereka berlila. Seperti yang disampaikan sebelumnya, para gosvĂ€mĂ© tidak lain dari gopa dan gopĂ© yang menjelma di dalam lila ÇrĂ© Caitanya sebagai orang yang berada dalam pelepasan ikatan (GosvĂ€mĂ© atau para sannyasi). Jadi atas keinginan ÇrĂ© Caitanya, yang merupakan ÇrĂ© KÄñëa pribadi, mereka mengingat tempat-tempat dimana mereka melakukan lĂ©lĂ€ lima ribu tahun lalu. Karena itu tidak ada hal yang perlu diragukan lagi mengenai kebenaran pendapat mereka. Selain itu para goswami juga mengunakan dasar sastra yang dapat dipercaya untuk memastikan tempat-tempat tersebut seperti PurÀëa, itihasa dan lain lain. Vraja-dhĂ€ma yang berada di bumi ini tidaklah berbeda dengan Goloka VĂ„ndĂ€vana. Ketika KÄñëa turun ke bumi, Beliau membawa tempat tingal Beliau yang kekal ke dunia material ini. Meskipun Goloka di bumi ini dengan yang ada di dunia rohani tidak berbeda, namun dinyatakan bahwa Vraja-dhĂ€ma di dunia material lebih berkarunia dari pada goloka VĂ„ndĂ€vana di dunia rohani. Di dunia rohani, hanya roh-roh yang sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material dan memiliki cinta bhakti yang murni kepada ÇrĂ© KÄñëa yang akan diizinkan untuk masuk. Sedangkan orang yang masih memiliki bahkan sedikit motif material Pendahuluan xix
  • 20. tidak akan diizinkan bahkan hanya untuk mendekati perbatasan Goloka sekalipun. Sedangkan Vraja yang sama, yang bermanifestasi di bumi ini, mengijinkan dan memberikan kesempatan bahkan kepada para raksasa atau orang yang sangat berdosa sekalipun untuk masuk ke Vraja dhĂ€ma. ÇrĂ©man Gopi Parana Dhana Prabhu, seorang murid senior ÇrĂ©la PrabhupĂ€da, sering menjelaskan bahwa, Kadang kadang ada orang naik bus atau kereta api yang secara tidak sengaja berhenti dan turun di vraja hanya untuk membeli teh atau kopi. Meskipun secara tidak sengaja seperti itu, karena telah menginjakan kakinya di tanah suci Vraja, mereka sebenarnya secara tidak sadar telah mendapatkan keuntungan yang tidak bisa dibandingkan dengan mengunjungi ribuan tempat suci lainnya dan mandi di berbagai tempat suci dimuka bumi ini. Di dalam buku kecil ini saya berusaha menguraikan segelintir dari keagungan tempat-tempat di Vraja-dhĂ€ma. Disini tidak akan diuraikan semua tempat di Vraja, tetapi hanya akan menguraikan beberapa tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan tuntunan untuk mereka yang berkunjung ke Vraja dalam waktu yang singkat dan juga untuk mereka yang belum pernah mengunjungi Vraja sehingga mereka mendapat kesempatan merasakan dan menikmati keindahan Vraja di dalam meditasi mereka. Selain itu, buku ini juga dimaksudkan untuk menambah keyakinan kita pada kisah-kisah yang diuraikan di dalam kitab suci adalah merupakan sejarah yang memang benar-benar nyata dan bukan sekedar dongeng atau mitologi, dengan bukti yang masih kita dapat lihat sampai sekarang seperti yang akan diuraikan di sini. Cerita-cerita dalam buku ini dimaksudkan untuk membantu para pembaca untuk bermeditasi pada kegiatan KÄñëa. Berkunjung ke tempat suci dimaksudkan untuk mengingat kegiatan KÄñëa atau para penyembahnya di tempat-tempat tersebut. Berkunjung ke tempat suci, seperti ÇrĂ©la Prabhupada sampaikan, bukan hanya untuk mandi dan berpikir bahwa saya sekarang sudah disucikan dan bebas dari dosa. Tapi hal yang paling penting adalah mendapat pergaulan dari para sadhu atau orang suci yang tingal di tempat-tempat suci tersebut dan menikmati manisnya kegiatan ÇrĂ© KÄñëa dari mereka atau dari karya-karya yang mereka tingalkan untuk kita. Kisah-kisah yang disampaikan di dalam buku kecil ini diambil dari berbagai sumber khususnya dari buku-buku PrabhupĂ€da dan dari para GosvĂ€mĂ© dan pengikut mereka. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xx
  • 21. Pesan terakhir yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang mungkin bisa dijadikan bahan renungan adalah, sangat sulit untuk datang ke India, ke tempat-tempat suci di India seperti VĂ„ndĂ€vana, ÇrĂ©dhĂ€ma MĂ€yĂ€pura, JagannĂ€tha PurĂ© dan lain lain. Tetapi yang lebih sulit lagi dari itu adalah setelah kembali dari tempat suci dan tiba di tempat tingal masing-masing. Karena itu kita perlu belajar banyak di tempat suci dari pergaulan para vaisnava dan mengambil hikmah dari kunjungan ke tempat suci. Semoga persembahan kecil dan sederhana ini akan berguna untuk kemajuan kehidupan spiritual para pembaca. Hare KÄñëa OĂ  namo bhagavate vĂ€sudevĂ€ya OĂ  Çri rĂ€makÄñëÀbhyaĂ  namaĂč Om tat sat. DĂ€sa DĂ€sĂ€nu DĂ€saĂč BhagĂ©ratha dĂ€saĂč Pendahuluan xxi
  • 22. xxii Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
  • 23. Sepuluh jenis kesalahan terhadap DhĂ€ma Seperti halnya nama suci yang tidak berbeda dengan Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, begitu juga dhĂ€ma atau tempat suci tidaklah berbeda dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sastra menyatakan, “abhinnatvĂ€n nĂ€ma-nĂ€minoĂč”, tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan hal-hal yang berhubungan dengan Beliau seperti tempatNya ber-lila, paraphernalia yang beliau pakai dan lain-lain. Karena itu kita mesti berhati-hati ketika kita berkunjung ke tempat-tempat suci. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan ketika kita berada di tempat suci. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kunjungan ke tempat suci, selain mendapat pergaulan dengan para penyembah Tuhan dan mendengarkan kegiatan rohani Tuhan di setiap tempat, kita perlu memperhatikan berbagai jenis kesalahan terhadap tempat suci yang mesti kita hindari. Dalam hal ini ÇrĂ©la Bhaktivinoda ÖhĂ€kura memberi pernyataan untuk menghindari sepuluh jenis kesalahan terhadap DhĂ€ma. Sepuluh jenis kesalahan terhadap tempat suci (dhĂ€ma aparadha) adalah sebagai berikut: 1. Tidak menghormati seorang guru yang telah mengungkapkan dhĂ€ma kepada para muridnya. 2. Berpikir bahwa tempat suci (dhĂ€ma) bersifat sementara. 3. Melakukan kekerasan terhadap setiap penduduk dhĂ€ma atau para pengunjung atau berpikir bahwa mereka adalah orang-orang biasa. xxiii
  • 24. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xxiv 4. Melakukan kegiatan-kegiatan material selama berada atau tinggal di tempat suci. 5. Mencari uang dengan mengkomersialkan pemujaan arca dan nyanyian nama suci Tuhan di tempat suci 6. Berpikir bahwa tempat suci merupakan bagian dari suatu Negara atau provinsi yang material seperti Bengal, atau berpikir bahwa tempat suci dimana Tuhan ber-lila sama dengan tempat perziarahan yang berhubungan dengan para dewa atau berusaha untuk mengukur atau membatasi areal tempat suci. 7. Melakukan kegiatan berdosa selama berada atau tinggal di tempat suci. 8. Menganggap bahwa VĂ„ndĂ€vana berbeda dengan NavadvĂ©pa. 9. Menghina kesusastraan atau kitab suci atau buku-buku yang mengagungkan tempat suci. 10. Tidak yakin pada tempat suci atau berpikir bahwa keagungan tempat suci adalah suatu imajinasi. Selama kita tidak memperhatikan kesepuluh kesalahan diatas, maka kita tidak akan pernah bisa masuk kedalam dhĂ€ma atau tempat suci yang sejati dan mendapatkan hasil sempurna dalam pelaksanaan tirtha yatra.
  • 25. Bab I Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana Lima ratus tahun yang lalu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa ÇrĂ© KÄñëa muncul sebagai ÇrĂ© KÄñëa Caitanya di daerah India Timur, tepatnya di ÇrĂ©dhĂ€ma MĂ€yĂ€pura, Nawadvip, Bengala bagian barat. Salah satu tujuan Beliau adalah untuk membangkitkan kembali keagungan Vraja- dhĂ€ma yang saat itu sudah hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat umum dan bahkan mereka yang tingal di daerah tersebut. Atas perintah beliau, para GosvĂ€mĂ© VĂ„ndĂ€vana melakukan research sehinga akhirnya saat ini kita dapat dengan mudah mengenali tempat-tempat dimana KÄñëa melakukan kegiatanNya. Sebelum para GosvĂ€mĂ© khususnya enam GosvĂ€mĂ© yang dipimpin oleh ÇrĂ© RĂŒpa dan ÇrĂ© SanĂ€tana datang ke VĂ„ndĂ€vana, ÇrĂ© Caitanya maharaprabhu secara pribadi datang ke VĂ„ndĂ€van untuk menemukan tempat-tempat yang telah terlupakan di VĂ„ndĂ€vana. Seperti misalnya RĂ€dhĂ€ Kunda dan SyĂ€ma Kunda yang telah hilang, namun ÇrĂ© KÄñëa Caiatanya menemukan kembali tempat tersebut yang nantinya direnovasi oleh ÇrĂ© RaghunĂ€tha DĂ€sa GosvĂ€mĂ©. Sebelum kita memasuki daerah VĂ„ndĂ€vana, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendengarkan kisah perjalanan ÇrĂ© Caitanya serta saat beliau berada di VĂ„ndĂ€vana. Dengan demikian kita bisa mendapat kesempatan untuk mendengar dan mengerti bagaimana hendaknya perasaan seseorang saat berkunjung ke VĂ„ndĂ€vana. Selain itu, dengan mendengarkan kisah ÇrĂ© Caianya MahĂ€prabhu ini, kita bisa mengikuti 1
  • 26. jejak kaki padma Beliau dan berdoa kepadaNya yang merupakan Yuga- avatar,avatarayangpaling berkaruniadi jamanini, semogaBeliau bersedia memberikan karuniaNya agar kita bisa mengagumi dan menghormati Vraja-dhĂ€ma semaksimal mungkin. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu beberapa kali berusaha keras datang ke VĂ„ndĂ€vana. Saat beliau berada di NavadvĂ©pa, ÇrĂ© Caitanya pernah berusah berangakat ke VĂ„ndĂ€vana, tetapi atas aturan ÇrĂ© NityĂ€nanda prabhu beliau berhasil menggiring ÇrĂ© Caitanya ke Çantipur, rumah ÇrĂ© AdvaitĂ€carya. Setelah beliau mengambil sannyas, ÇrĂ© Caitanya berkeinginan untuk tingal di VĂ„ndĂ€vana tetapi atas keinginan Saci, ibuNya, ÇrĂ© Caitanya akhirnya tingal di JagannĂ€tha purĂ©. Saat berada di JagannĂ€tha PurĂ©, beliau juga berusaha untuk berangkat ke VĂ„ndĂ€vana beberapa kali, namun selalu digagalkan oleh penyembah-penyembah Beliau di sana karena mereka tidak ingin berpisah denganNya. Bahkan pada akhirnya, ketika beliau sudah di dalam perjalanan ke VĂ„ndĂ€vana, setelah bertemu dengan perdana mentri Aurang zeb di RĂ€ma-keli, RĂŒpa dan SanĂ€tana, atas anjuran dan permintaan mereka, ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu kembali lagi ke jagannĂ€tha purĂ© dan mengurungkan niatNya untuk berangkat ke VĂ„ndĂ€vana. Sehinga pada akhirnya, suatu hari ketika musim gugur tiba, ÇrĂ© Caitanya memutuskan untuk berangkat ke VĂ„ndĂ€vana sendirian tanpa ditemani oleh siapaun. Sebelum berangkat ke VĂ„ndĂ€vana, ÇrĂ© Caitanya mendiskusikan hal ini dengan ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara dan Ramananda Raya. Ketika beliau menyampaikan niatnya utnuk berangkat ke VĂ„ndĂ€vana sendirian, ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara meminta ÇrĂ© Caitanya untuk mengajak paling tidak satu pelayan yang bisa melayani Beliau di perjalanan. ÇrĂ© Caitanya setuju dengan perminataan ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara namun dengan syarat, Beliau tidak akan mengajak salah satu dari rekan terdekatNya dan juga orang tersebut harus benar-benar mempunyai pikiran yang tenang. Akhirnya ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara mengirim Balabhadra BhaööÀcĂ€rya. ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara berkata ”Ini adalah Balabhadra BhattĂ€carya yang mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam kepada Anda. Selain itu dia adalah orang yang sangat jujur, terpelajar dan sangat maju di dalam kesadaran KÄñëa. Akhirnya ÇrĂ© Caitanya menerima masukan ÇrĂ©la SvarĂŒpa DĂ€modara dan setuju mengajak Balabhadra bersama Beliau di dalam perjalanan ke VĂ„ndĂ€vana. Di malam hari, ÇrĂ© Caitanya darsan pada ÇrĂ© JagannĂ€tha dan sebelum malam berakhir, beliau mulai berangkat Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 2
  • 27. ke VĂ„ndĂ€vana. Untuk menghindari masyarakat umum, ÇrĂ© Caitanya tidak mengambil jalan umum melainkan mengambil jalan di dalam hutan JhĂ€rikaĂ«ĂČa. Seperti biasanya, ÇrĂ© Caitanya selalu menyanyi dan menari bahkan di dalam hutan sekalipun dimana terdapat begitu banyak binatang buas di berbagai tempat. Ketika ÇrĂ© Caitanya berjalan sambil menari dan menyanyikan nama suci, beberapa harimau dan gajah yang ada didepan Beliau memberikan jalan kepadaNya. Setelah beberapa saat, binatang- binatang di hutan seperti macan, singa, babi hutan, gajah, rhinocaurus, mulai menari dan menyanyi bersama beliau. Balabhadra yang saat itu menemani Tuhan ÇrĂ© Caitanya, merasa sangat takut melihat binatang buas tersebut, tetapi karena pengaruh rohani ÇrĂ© Caitanya, semua binatang berdiri di satu sisi bersama beliau dan menari. Suatu hari dalam perjalanan di hutan, ada seekor harimau yang sedang tidur tepat di depan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu yang saat itu berada di dalam kebahagiaan rohani tidak menghiraukan macan tersebut melainkan hanya melanjutkan perjalananNya. Kemudian tiba-tiba Beliau menyentuh harimau tersebut dengan kakiNya. Ketika itu, ÇrĂ© Caitanya berkata “ucapkan nama suci ÇrĂ© KÄñëa! “. Membangunkan harimau yang sedang tidur merupakan hal yang sangat berbahaya yang diumpamakan seperti mengundang kematian. Tetapi bagi ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, harimau itu sama sekali bukan suatu yang berbahaya tetapi malahan Binatang-binatang pun ikut menari ketika ÇrĂ© Caitanya menyanyikan nama suci Tuhan di hutan Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 3
  • 28. harimaunya langsung bangun dari tidur dan mulai menari sambil mengucapkan “ KÄñëa ! KÄñëa!”. Suatu hari ketika beliau sedang mandi dan mengucapkan gayatri mantra di dalam sungai, sekelompok gajah gila datang kesungai tersebut untuk minum air. Dapat kita bayangkan, bahkan satu gajah gila saja bisa mengancurkan seluruh desa, dan sekarang ÇrĂ© Caitanya yang sedang berada di dalam sungai sendirian mesti menemui gerombolan gajah gila. Ketika ÇrĂ© Caitanya mengucapkan mantra gayatri, gajah-gajah gila tersebut tiba tepat di depan ÇrĂ© Caitanya. Tuhan ÇrĂ© Caitanya secara langsung memercikan air pada gajah-gajah tersebut sambil berkata “ucapkan nama suci ÇrĂ© KÄñëa”. Gajah-gajah yang terkena air yang dipercikan oleh ÇrĂ© Caitanya mulai menari dan mengucapkan “KÄñëa!! KÄñëa!!”. ÇrĂ© KÄñëa Caitanya MahĂ€prabhu adalah KÄñëa sendiri yang mengambil posisi sebagai seorang penyembah yang sangat maju atau seorang mahĂ€-bhĂ€gavata. Di dalam Bhagavad Gita, diuraikan bahwa seorang bhĂ€gavata tidak membedakan makhluk hidup dari segi badan tetapi mereka melihat semua makhluk hidup sebagai sang roh yang merupakan percikan terkecil Tuhan yang maha esa. vidyĂ€-vinaya-sampanne brĂ€hmaĂ«e gavi hastini çuni caiva çva-pĂ€ke ca paĂ«ĂČitĂ€Ăč sama-darçinaĂč “Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan yang sama. (Bg 5.18) Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 4
  • 29. Seorang mahĂ€-bhĂ€gavata tidak melihat perbedaan antara seekor gajah, harimau maupun anjing. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da menguraikan di dalam hal ini bahwa seseorang yang maju di dalam pengetahuan rohani atau seorang mahĂ€-bhĂ€gavata tidak mempunyai rasa takut, tidak iri kepada siapapun dan selalu sibuk di dalam pengabdian suci. Orang seperti itu melihat semua makhluk hidup sebagai percikan terkecil Yang Maha Kuasa yang melakukan pengabdian kepada KÄñëa sesuai dengan kemampuan mereka berdasarkan keinginan Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah tes untuk seseorang bisa diangap maju di dalam kehidupan rohani. KÄñëa berada di dalam hati setiap makhluk hidup, ”sarvasya cĂ€haĂ  hĂ„di sanniviñöo”, orang- orang suci yang maju di dalam kerohanian mengerti dan menginsyapi hal ini. Karena itu, ÇrĂ© KÄñëa yang berada di dalam hati semua makhluk hidup menghilhami makhluk hidup yang lain dari dalam hati mereka bahwa orang ini adalah mahĂ€-bhĂ€gavata dan hendaknya jangan diganggu. Contoh ini diperlihatkan di sini oleh ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da juga menguraikan bahwa kita hendaknya jangan meniru tindakan para mahĂ€-bhĂ€gavata seperti itu dan mencoba datang ke hutan dan menendang harimau yang sedang tidur dan berusaha untuk menyuruh mereka mengucapkan maha mantra. Sebelum harimau tersebut mengucapkam maha mantra, mungkin harimau itu akan bersyukur pada Tuhan terlebih dahulu bahwa hari ini Tuhan sudah membawakan mangsa ke depan matanya tanpa dikejar dan menyergap kita dalam sekejap. Saat ini mungkin sangat sulit menemukan harimau di hutan, tetapi ada banyak harimau materialistik di hutan dunia modern yang lebih berbahaya dari pada harimau di dalam hutan JharikhaĂ«ĂČa. Jadi, kita memang harus berhati-hati didalam proses mengajarkan kesadaran KÄñëa. Itu tidak berarti kita mesti mengorbankan prinsip kita untuk berkompromi dengan mereka. Kita tetap mempertahankan prinsip dan saat yang sama harus sangat cerdas di dalam melakukan sesuatu sesuai dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Ada istilah “anusara” yang berarti mengikuti dan “anukara” yang berarti meniru. Anusara adalah sikap yang sangat dipuji oleh para acarya sedangkan anukara semestinya dihindari. Jadi sikap yang mestinya kita kembangkan adalah mengikuti jejak kaki padma para acarya semampu kita. Hati para mahĂ€-bhĂ€gavata sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material sehinga mereka menjadi kelihatan sama sekali tidak berbahaya bahkan bagi binatang sekalipun. Di dalam posisi seperti itu, mereka sepenuhnya bebas dari rasa iri dan dengki pada makhluk hidup lain sehinga bahkan Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 5
  • 30. binatang buas sekalipun merasa tenang dan damai berada dekat mereka. Ketika ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melewati hutan, beliau sepenuhnya berpikir tentang KÄñëa dan mencari-cari KÄñëa dimana-mana. Ketika para gajah mulai mengucapkan nama suci atas pengaruh kekuatan rohani ÇrĂ© Caitanya MahĂ€raprabhu, beberapa diantara mereka terjatuh dan beberapa diantaranya berteriak dalam kebahagian rohani. Melihat kejadian ini, Balabhadra terheran-heran sendiri. Ketika ÇrĂ© Caitanya mulai melanjutkan perjalananNya, mendengar suara ÇrĂ© Caitaya MahĂ€prabhu yang sangat manis, rusa-rusa hadir dari berbagai tempat dan mulai mengikuti ÇrĂ© Caitanya dari belakang. Setelah beberapa lama, beberapa harimau muncul dan ikut bersama rusa-rusa mengikuti ÇrĂ© Caitanya. Para rusa tersebut juga terbebas dari rasa takut pada harimau-harimau yang biasanya sebagai pemangsa mereka. Hal ini merupakan pengaruh rohani orang yang sudah maju di dalam pengabdian suci. Bahkan mereka yang secara alami bermusuhan bisa menjadi sahabat di dalam pergaulan dengan orang suci yang maju di dalam pengabdian suci bhakti. Ini merupakan contoh yang sangat kongkrit yang diperlihatkan oleh ÇrĂ© Caitanya di dalam hutan JharikhaĂ«ĂČa. Melihat para rusa dan harimau yang mengikuti beliau, ÇrĂ© Caitanya teringat dengan tanah Vraja. Beliau mulai menyanyikan sloka dari ÇrĂ©mad Bhagavatam skanda sepuluh bab 13 ayat 60, yang menguraikan keagungan VĂ„ndĂ€vana DhĂ€ma sebagai berikut: yatra naisarga-durvairĂ€Ăč sahĂ€san nĂ„-mĂ„gĂ€dayaĂč mitrÀëévĂ€jitĂ€vĂ€sa- druta-ruö-tarñaĂ«Ă€dikam “VĂ„ndĂ€vana merupakan tempat tingal rohani Kepribadian Tuhan. Tidak ada istilah kelaparan, kehausan maupun amarah di tempat tersebut. Meskipun secara alami bermusuhan, umat manusia dan binatang berbahaya hidup bersama di dalam hubungan persahabatan yang rohani”. Seperti biasanya, ÇrĂ© Caitanya Mahprabhu mulai menyuruh mereka untuk mengucapkan nama KÄñëa. Mendengar permintaan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu seperti itu, semua binatang yang mengikuti ÇrĂ© Caitanya bersama-sama mengucapkan” KÄñëa! KÄñëa! Dan menari bersama- sama. Sekali lagi Balabhadra terkagum melihat semua kejadian ini. Para harimau bukan hanya menyanyi dan menari bersama para rusa namun mereka saling berpelukan sambil mengucapkan nama suci. ÇrĂ© Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 6
  • 31. Caitanya hanya tersenyum melihat semua hal ini kemudian meningalkan mereka di hutan dan melanjutkan perjalananNya. Berbagai jenis burung seperti merak mulai mengikuti ÇrĂ© Caitanya yang sedang melanjutkan perjalananNya. Ketika beliau menyanyikan nama suci, berbagai jenis tumbuhan menjalar dan pepohonan menjadi sangat berbahagia. ÇrĂ©la Prabhupada menjelaskan bahwa pengucapan “Hare KÄñëa mantra” merupakan proses yang sangat menakjubkan yang bahkan mampu menembus telinga tumbuh-tumbuhan. Suatu hari ÇrĂ© HaridĂ€s Thakur ditanya oleh ÇrĂ© Caitanya tentang bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa dibebaskan di jaman kali yuga. ÇrĂ© HaridĂ€s Thakur menjawab bahwa dengan pengucapan nama suci dengan keras bersama-sama, maka ini tidak hanya akan menguntungkan mereka yang mengucapkan tetapi semua seranga, pohon-pohon dan tumbuhan menjalar yang ada di sekitarnya. Prabhupada menguraikan bahwa hendaknya seseorang tidak merasa tergangu dengan pengucapan maha mantra karena hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang mendengarkan nama suci tersebut. Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak dan yang tidak bergerak di hutan JharikhaĂ«ĂČa menjadi tergila-gila pada nama suci begitu mendengar ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu mengucapkan nama suci. Ketika ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melewati hutan JharikhaĂ«ĂČa, beliau berpikir bahwa hutan ini adalah hutan VĂ„ndĂ€vana. Melihat beberapa bukit yang mengelilingi hutan JharikhaĂ«ĂČa, beliau berpikir bahwa ini adalah bukit Govardhana dan ketika beliau melihat sungai di hutan tersebut, beliau berpikir bahwa itu adalah YamunĂ€. Dengan demikian, diuraikan bahwa dimanapun beliau berada, beliau hanya melihat VĂ„ndĂ€vana. Beliau melihat Vraja-dhĂ€ma dimana-mana karena beliau sendiri membawa Vraja-dhĂ€ma kemana-mana. Sebagai pengikut ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, kita juga bisa mengikuti jejak kaki padma Beliau dengan bermeditasi pada VĂ„ndĂ€vana ketika kita melihat hal-hal yang berhubungan atau mirip dengan uraian VĂ„ndĂ€vana-dhĂ€ma. Dengan demikian kita secara otomatis dan berangsur-angsur berada di dalam meditasi pada VĂ„ndĂ€vana-dhĂ€ma meskipun kita berada jauh dari VĂ„ndĂ€vana-dhĂ€ma yang sejati dimana KÄñëa melakukan lĂ©lĂ€ beliau lima ribu tahun silam. Karena ÇrĂ© KÄñëa bersifat mutlak, maka segala sesuatu yang berhubungan denganNya adalah identik denganNya. Dengan berpikir tentang VĂ„ndĂ€vana-dhĂ€ma maka kita juga berpikir tentang KÄñëa. Kita melihat sebuah contoh yang diberikan oleh ÇrĂ©la RĂŒpa GosvĂ€mĂ©pĂ€da, dimana ada seseorang yang melakukan pelayanan kepada KÄñëa hanya di dalam pikiran yang Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 7
  • 32. sebenarnya sama dengan pelayanan secara fisik. Sama halnya dengan bermeditasi pada dhĂ€ma atau tempat suci, maka kita secara tidak sadar sebenarnya sudah berada di dhĂ€ma tersebut. Ini adalah keunikan hal-hal rohani. Proses ini diperlihatkan oleh ÇrĂ© Caitanya di dalam lĂ©lĂ€ Beliau, seperti yang sudah diuraikan tadi, yaitu Beliau berpikir bahwa melihat sungai sebagai sungai YamunĂ€, bukit sebagai bukit Govardhan dan lain- lain. Setelah melewati hutan, ÇrĂ© Caitanya mulai memasuki sebuah desa. Ketika penduduk desa mendengar ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu menyanyi dan menari, atas pengaruh aura rohaniNya, orang-orang tersebut juga mulai mengucapkan nama suci ÇrĂ© KÄñëa. Ketika seseorang mengucapakan nama suci yang mereka dengar dari ÇrĂ© Caitanya, mereka juga diikuti oleh orang ketiga yang mendengar nama suci dari orang yang telah mendengar nama suci dari ÇrĂ© Caitanya. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da menguraikan bahwa orang yang mendengar nama suci dari ÇrĂ© Caitanya menjadi sepenuhnya disucikan dan mereka yag mendengar nama suci dari orang yang sudah di sucikan juga menjadi disucikan. Seperti ini, garis perguruan paramparĂ€ juga berlagsung turun-temurun. Balabhadra bhattĂ€carya mengumpulkan bahan makanan seperti sayur- sayuran, buah-buah, akar-akaran dan kemudian mempersembahkannya kepadaÇrĂ©CaitanyaMahĂ€prabhu.KetikaÇrĂ©Caitanyamelewatipedesaaan, Beliau biasanya diundang oleh para brahmana untuk menerima makanan di rumah mereka. Ada beberapa diantaranya yang memberikan beras kepada Balabadra BhattĂ€carya, ada yang memberikan susu, susu asam dan ada yang memberikan ghee dan juga batangan tebu. Balabhadra memasak dari bahan makanan yang dikumpulkan dari dalam hutan dan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dengan sangat senang hati menikmati makanan tersebut. Tuhan ÇrĂ© Caitanya sangat menikmati sayuran yang dipetik dari hutan. Dari sini kita bisa belajar bahwa Tuhan ÇrĂ© KÄñëa sangat senang dengan makanan yang tumbuh alami tanpa suatu yang berbau kimiawi sintetis. Bahan kimia sebenarnya mencemari ibu bumi dan hal ini sangat menyakiti badan ibu bumi. KÄñëa tidak bisa menahan penderitaan yang dialami oleh ibu bumi yang merupakan saĂżah satu dari pelayan beliau yang sangat mulia. Karena itu, persembahan yang diperoleh tanpa menyakiti ibu bumi akan sangat memuaskan ÇrĂ© KÄñëa atau ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 8
  • 33. ÇrĂ© Caitanya mandi tiga kali sehari. Kadang-kadang di pagi hari dan di sore hari Beliau menghangatkan badanNya dekat api. ÇrĂ© BalabhadrĂ€carya melayani ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dengan penuh rasa kasih sayang sebagai seorang pelayan dan melakukan pelayanan yang sederhana. Kadang-kadang ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu membicarakan perasaan beliau kepada ÇrĂ© Balabadra dan kadang kadang beliau mengagungkan BhaööÀcĂ€rya atas pelayaanannya. Tetapi sebagai penyembah yang tunduk hati, BalabhadrĂ€carya selalu merasa hanya melakukan pelayanan yang sangat sederhana dan merasa dirinya sangat beruntung mendapat kesempatan untuk melayani ÇrĂ© Caitanya. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di KÀçé. Di sana Beliau mandi di sebuah tempat yang disebut MaĂ«ikarĂ«ikĂ€. MaĂ«ikarĂ«ikĂ€ adalah sebuah tempat dimana ÇrĂ© ViçvanĂ€th (Çiva) menyembuhkan seseorang dari penyakit kehidupan dunia material dengan membisikkan nama suci ÇrĂ© RĂ€ma melalui telinga seseorang. Saat itu, Tapana Miçra, salah satu dari rekan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu sedang mandi di sungai GaĂŹga dan kebetulan melihat ÇrĂ© Caitanya disana. Tapana Miçra mendengar bahwa ÇrĂ© Caitanya telah mengambil sannyas dan Beliau sangat bahagia dapat bertemu dengan ÇrĂ© Caitanya di sini. Tapana Miçra langsung menghaturkan sembah sujud kepada ÇrĂ© Caitanya dengan menjatuhkan badanya ke tanah dan memegang kaki padma ÇrĂ© Caitanya. Kemudian Tapana Miçra mengajak ÇrĂ© Caitanya darsan pada ÇrĂ© Viçvesvara dan kemudian darsan pada ÇrĂ© Bindu MĂ€dhava. Kemudian dengan perasaan yang sangat bahagia, Tapana Miçra mengajak ÇrĂ© Caitanya ke rumahnya. Saat itu, Candraçekhara juga hadir untuk menemui ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. ÇrĂ© Caitanya tinggal di KÀçi selama sepuluh hari. Semasa beliau tinggal di KÀçi, ada seorang sannyasi MĂ€yĂ€vĂ€dĂ©, ÇrĂ© PrakÀçÀnanda SarasvatĂ© menjelek-jelekkan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu. Dia mengatakan bahwa ÇrĂ© Caitanya adalah seorang sanyasi yang berpura-pura dan merupakan ahli ilmu hitam yang bisa mengontrol orang yang ditemuiNya. Kemudian ketika brahmana yang mendengar ini menyampaikan kepada ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, Beliau hanya tersenyum dan mulai mengagungkan nama suci ÇrĂ© Hari dan menguraikan kemalangan para MĂ€yĂ€vĂ€dĂ© yang tidak mendapat kesempatan merasakan manisnya nama suci ÇrĂ© Hari. Uraian ini diuraikan dengan panjang lebar dan sangat indah di dalam madhya lĂ©lĂ€, Caitanya CaritĂ€mĂ„ta oleh ÇrĂ© KÄñëa DĂ€sa Kaviraj GosvĂ€mĂ©. Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 9
  • 34. Kemudian dari KÀçi, ÇrĂ© Caianya MahĂ€prabhu melanjutkan perjalanan sehinga sampai di PrayĂ€g. Di sini Beliau mandi di pertemuan antara GaĂŹga dan YamunĂ€. Begitu ÇrĂ© Caitanya melihat YamunĂ€, beliau langsung menceburkan diriNya sehinga Balabadra BhaööÀcĂ€rya dengan sangat kesulitan harus mengangkat ÇrĂ© Caitanya dari sungai. Beliau tinggal di PrayĂ€g selama tiga hari dan menyebarkan nama suci kepada banyak orang di tempat itu. Saat melanjutkan perjalanan ke MathurĂ€, ÇrĂ© Caitanya sering melewati sungai YamunĂ€. Begitu beliau melihat sungai YamunĂ€, beliau langsung jatuh pingsan berulang kali di dalam kebahagian rohani. Akhirnya setelah melalui perjalanan seperti itu, ÇrĂ© Caitanya sampai di MathurĂ€. Begitu beliau melihat MathurĂ€, beliau langsung menjatuhkan badanNya ke tanah dan menghaturkan sembah sujud pada tanah MathurĂ€. Ketika Beliau memasuki kota MathurĂ€, pertama-tama Beliau mandi di ViçrĂ€ma Ghat di tepi sungai YamunĂ€ di MathurĂ€. Kemudian beliau mengunjungi tempat kemunculan ÇrĂ© KÄñëa dan darsan pada ÇrĂ© Keçava Ji. Seperti biasanya, ÇrĂ© Caitanya menari dan menyanyi dimana nyanyian dan tarianNya menyebabkan banyak orang terkagum-kagum. Tiba- tiba, saat ÇrĂ© Caitanya menyanyi dan menari, ada seorang brahmana bersujud pada kaki padmaNya dan mulai menari bersamaNya. Kemudian mereka berdua (ÇrĂ© Caitanya dan Brahmana) menari dan menyanyi, “KÄñëa! KÄñëa!”. Melihat kejadian ini, semua orang mengucapkan, Hari!Hari!!!Hari! Hari, Jay ÇrĂ© Hari!!! Kemudian pujari ÇrĂ© Kesavadev ji mempersembahkan untaian bunga yang dipakai oleh ÇrĂ© Kesava kepada ÇrĂ© Caitanya. Ketika mereka melihat ÇrĂ© Caianya MahĂ€prabhu menari dengan kebahagian rohani seperti itu, orang-orang pada kagum dan saling berbincang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya berkata “Rasa cinta kasih rohani seperti itu bukan hal yang biasa”. Beberapa orang berkata, “Hanya dengan melihat ÇrĂ© Caitanya, orang akan menjadi gila di dalam kebahagiaan rohani dan akan menari dan menyanyi sambil menangis. Tidak diragukan lagi bahwa orang ini pasti ÇrĂ© KÄñëa yang muncul kembali untuk membebaskan penduduk MathurĂ€..” Setelah beberapa saat ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu duduk di tempat yang tenang dan mulai bertanya kepada brahmana yang menari bersama beliau, dari manakah dia mendapatkan rasa cinta kasih kepada KÄñëa yang begitu dalam tersebut? Brahmana tua tersebut menjawab bahwa beliau menerima cinta bhakti rohani kepada KÄñëa dari ÇrĂ© MĂ€dhavendra Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 10
  • 35. PurĂ© yang saat itu datang ke MathurĂ€. Begitu ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu mendengar bahwa brahmana itu adalah murid ÇrĂ© MĂ€dhavendra PurĂ©, ÇrĂ© Caitanya langsung menghaturkan sembah sujud kepada brahmana tersebut. Melihat ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu bersujud kepada dirinya, brahmana tersebut juga menghaturkan sembah sujud kepada ÇrĂ© Caitanya sebagai seorang sanyasi. Brahmana ini menyampaikan kepada ÇrĂ© Caitanya bahwa hanya orang yang berhubungan dengan ÇrĂ© MĂ€dhavendra PurĂ© yang mempunyai ciri-ciri kebahagiaan rohani seperti itu. Kemudian ÇrĂ© Balabadra BhaööÀcĂ€rya menguraikan hubungan ÇrĂ© Caitanya dengan MĂ€dhavendra PurĂ© kepada brahmana tersebut. Mendengar hal ini, brahmana ini menjadi sangat bahagia. Dia mengundang ÇrĂ© Caitanya agar bersedia prasad di rumahnya. Brahmana tersebut meminta BhaööÀcĂ€rya untuk memasak untuk ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, namun ÇrĂ© Caitanya bilang ”karena MĂ€dhavendra PurĂ© sudah pernah makan di rumah anda, dengan demikian anda bisa masak untuk saya, ini adalah permintan saya.” Meskipun secara kasta, seorang sanyasi tidak makan makanan yang diberikan oleh kelas brahmana tersebut, tetapi karena MĂ€dhavendra PurĂ© melihat brahmana ini mengembangkan sifat sebagai seorang vaisnava, maka beliau bersedia untuk menerima brahmana itu sebagai muridnya danbersediamakandirumahbrahmanaini.Tetapikarenaberpikirtentang posisi ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, brahmana ini berusaha menjelaskan posisinya. Dia akan sangat senang mempersembahkan makanan kepada beliau, tetapi orang umum akan menghina tingkah laku ÇrĂ© Caitanya. Tetapi ÇrĂ© Caitanya meyakinkan brahmana itu sehingga akhirya bersedia untuk memasak untuk Beliau. Setelah menerima prasad dari brahmana tersebut, banyak penduduk MathurĂ€ yang datang untuk menemui ÇrĂ© Caitanya. Ketika orang-orang berkumpul, ÇrĂ© Caitanya mulai mengangkat tanganNya dan mengucapkan “Hari Bol!”. Semua yang hadir saat itu mengikuti ÇrĂ© Caitanya dan mengucapkan nama ÇrĂ© Hari dengan penuh rasa cinta kasih. ÇrĂ© Caitanya mandi di 24 ghat (temat permandian) di tepi sungai YamunĂ€ dan brahman tersebut menunjukan tempat-tempat peziarahan di MathurĂ€. Kedua puluh empat ghat tersebut adalah : (1) Avimukta, (2) AdhirĂŒĂČha, (3) Guhya-tĂ©rtha, (4) PrayĂ€ga-tĂ©rtha, (5) Kanakhala-tĂ©rtha, (6) Tinduka, (7) SĂŒrya-tĂ©rtha, (8) Vaöa-svĂ€mĂ©, (9) Dhruva-ghÀöa, (10) Åñi-tĂ©rtha, (11) Mokña-tĂ©rtha, (12) Bodha-tĂ©rtha, (13) GokarĂ«a, (14) KÄñëa-gaĂŹgĂ€, (15) Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 11
  • 36. Vaikuëöha, (16) Asi-kuĂ«ĂČa, (17) CatuĂč-sĂ€mudrika-kĂŒpa, (18) AkrĂŒra- tĂ©rtha, (19) YĂ€jĂŻika-vipra-sthĂ€na, (20) KubjĂ€-kĂŒpa, (21) RaĂŹga-sthala, (22) MaĂŻca-sthala, (23) Mallayuddha-sthĂ€na and (24) DaçÀçvamedha. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu juga mengunjungi berbagai tempat suci di tepi sungai YamunĂ€ di daerah MathurĂ€ termasuk Svayambhu, ViçrĂ€ma- ghÀöa, DĂ©rgha Viñëu, BhĂŒteçvara, MahĂ€vidyĂ€ and GokarĂ«a. Ketika Beliau berkeinginan untuk mengunjungi hutan VĂ„ndĂ€vana, Beliau mengajak brahmana tersebut bersamaNya. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu mengunjungi berbagai tempat termasuk Madhuvana, TĂ€lavana, Kumudavana and BahulĂ€vana. Beliau mandi di setiap tempat suci dengan rasa kebahagian rohani. Ketika beliau melewati VĂ„ndĂ€vana, beberapa sapi yang sedang digembalakan mengelilingi beliau dan mulai menatap beliau sambil menguak. Melihat sapi-sapi yang mengelilingi diriNya, ÇrĂ© Caitanya masuk kedalam kebahagiaan rohani yang lebih dalam dan saat itu sapi-sapi mulai menjilat badan rohani ÇrĂ© Caitanya. ÇrĂ© Caitanya sangat memperhatikan sapi-sapi tersebut dan karena tidak bisa meningalkan pergaulan ÇrĂ© Caitanya, para sapi mengikuti ÇrĂ© Caitanya. Dengan kesulitan para gembala sapi menahan sapi-sapi tersebut. ÇrĂ© Caitanya mulai mengucapkan nama suci, dan ketika para rusa dan merak mendengar suara beliau yang manis, mereka semua datang menemui ÇrĂ© Caitanya. Ketika para kelinci dan rusa-rusa mendekati ÇrĂ© Caitanya, mereka juga mulai menjilat badan ÇrĂ© Caitanya dengan penuh rasa kasih sayang seperti para sapi tadi. Berbagai jenis binatang seperti lebah, burung-burung parkit dan merak mulai menari di depan ÇrĂ© Caitanya. Melihat kehadiran ÇrĂ© Caitanya di VĂ„ndĂ€vana, bahkan pepohonan menjadi penuh dengan kebahagian rohani dan menangis yang tangisannya keluar berupa madu dari batang-batang mereka. Pepohonan dan tumbuhan menjalar penuh dengan bunga dan buah-buahan menyambut kedatangan Tuhan mereka yang telah lama pergi. Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak menjadi penuh dengan rasa bahagia bagaikan seorang teman ketemu dengan teman setelah begitu lama berpisah. Melihatkebahagianmereka,ÇrĂ©CaitanyaMahĂ€prabhujugamenjadisangat bahagia dan mulai memeluk mereka satu sama lain di dalam kebahagiaan rohani. Badan beliau tidak terkontrol dan selalu mengucapkan, KÄñëa! KÄñëa!... Ketika beliau melihat dua ekor burung parkit di atas cabang pohon, beliau merasa ingin mendengarkan sesuatu dari mereka dan Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 12
  • 37. kemudian kedua burung tersebut terbang ke tangan ÇrĂ© Caitanya dan mulai menceritakan kegiatan KÄñëa. Kemudian setelah beberapa saat ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melihat seekor merak yang sedang menari. Ketika beliau menatap warna kebiru-biruan dari merak tersebut, Beliau langsung teringatpadaKÄñëasehinggalangsungjatuhpingsandidalamkebahagiaan rohani. Melihat ÇrĂ© Caitanya jatuh pingsan, brahmana dan Balabhadra BhaööÀcĂ€rya merasa gelisah dan mulai memercikan air pada Beliau sambil mengipasi badanNya. Kemudian mereka mulai mengucapkan nama KÄñëa pada telinga ÇrĂ© Caitanya sehinga membuat Beliau kembali sadar. Setelah kembali pada kesadaranNya, ÇrĂ© Caitanya langsung berguling- guling di tanah karena kebahagian rohani yang dalam. Karena berguling di tanah, badan ÇrĂ© Caitanya terlukai oleh banyak duri-duri di hutan VĂ„ndĂ€vana sehinga Balabadra harus menghentikan dan menenangkan Beliau. Seperti biasa, beliau terus mengucapkan nama, KÄñëa! KÄñëa! Sambil menari. Beliau melanjutkan perjalanan bersama brahmana dan Balabadra BhaööÀcĂ€rya. Si brahmana ini sangat keheranan melihat kebahagian rohani yang diperlihatkan oleh ÇrĂ© Caitanya dan sangat resah dengan keadaanNya. Ketika ÇrĂ© Caitanya berada di JagannĂ€tha purĂ©, Beliau selalu berada di dalam kebahagian rohani, tetapi di dalam perjalanan di VĂ„ndĂ€vana, rasa rindu kepada KÄñëa ratusan kali lipat bertambah. Ini hanya salah satu uraian dari kunjungan ÇrĂ© Caitanya di dalam satu tempat di VĂ„ndĂ€vana dan ÇrĂ© KÄñëa DĂ€sa kaviraja menguraikan bahwa sangat mustahil untuk menguraikan kejadian di beberapa tempat lainya. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu melakukan perjalanan di berbagai hutan di VĂ„ndĂ€vana dan memuaskan semua makhluk hidup di sana dan juga secara pribadi Tuhan Gambar: ÇrĂ© Caitanya mandi di RĂ€dhĂ€ Kunda Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 13
  • 38. ÇrĂ© Caitanya merasa puas dengan melihat mereka. Akhirnya suatu hari beliau sampai di sebuah desa yang disebut dengan Ärit-grĂ€ma. Ärit-grama juga dikenal dengan nama AriñöÀ-grĂ€ma dimana AriñöÀsura dibunuh oleh ÇrĂ© KÄñëa. Disini ÇrĂ© Caitanya bertanya pada penduduk lokal dimana kedudukan ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Kunda. Namun sangat disayangkan bahwa tempat RĂ€dhĂ€ Kunda saat itu sudah terlupakan sehinga tidak seorang pun bisa memberi tahu ÇrĂ© Caitanya keberadaan RĂ€dhĂ€ Kunda. Brahmana yang menemani beliau ternyata juga tidak tahu-menahu keberadaan tempat tersebut. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu dapat mengerti bahwa tempat suci ini sudah tidak lagi tampak. Sebagai kepribadian yang maha mengetahui segalasesuatu,beliausecarapribadimampumengenalidimanasebenarnya RĂ€dhĂ€ Kunda dan ÇyĂ€ma Kunda. Beliau menemukan RĂ€dhĂ€ Kunda yang saat itu merupakan sebuah tanah sawah yang terdapat sedikit air. Ketika orang-orang melihat Tuhan ÇrĂ© Caitanya mandi di kolam kecil tersebut, orang-orang di sekitarnya menjadi sangat keheranan namun beliau tetap mandi di sana dan menyampaikan doa pujian kepada ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Kunda. yathĂ€ RĂ€dhĂ€ priyĂ€ viñëos tasyĂ€Ăč kuĂ«ĂČaĂ  priyaĂ  tathĂ€ sarva-gopéñu saivaikĂ€ viñëor atyanta-vallabhĂ€ “Seperti halnya ÇrĂ©mati RĂ€dhĂ€rani yang paling dicintai oleh ÇrĂ© KÄñëa diantara para gopi, begitu juga kolam beliau yang dikenal dengan nama RĂ€dhĂ€ Kunda juga sangat disayangi olehNya. Diantara para gopi, ÇrĂ©mati RĂ€dhĂ€rÀëé merupakan yang paling dicintai oleh KÄñëa”. Setelah mengucapkan doa pujian kepada ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Kunda, ÇrĂ© Caitanya menari dan menyanyi dengan kebahagian rohani di tepi RĂ€dhĂ€ Kunda sambil mengingat kegiatan ÇrĂ© KÄñëa. Kemudian ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu menandai badan beliau dengan tilak dari lumpur di RĂ€dhĂ€ kunda dan mengumpulkan beberapa lumpur untuk dibawa bersama beliau. Kemudian dari RĂ€dhĂ€ Kunda beliau menuju ke danau Sumana. Melihat bukit Govardhana dari tempat itu, beliau menjadi sangat gembira. Beliau bersujud kepada Govardhana bagaikan tongkat yang terjatuh. Kemudian beliau berlari dan memeluk batu di bukit Govardhana. Akhirnya beliau sampai di desa Govardhana dan darsan pada ÇrĂ© Harideva. Harideva merupakan arca Vigraha yang di sthanakan oleh ÇrĂ© VajranĂ€bha, yang Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 14
  • 39. terletak di bagian barat matura. ÇrĂ© Caitanya mulai menari dan menyanyi penuh dengan kebahagian rohani di depan arca Harideva. Mendengar kegiatan beliau, para penduduk setempat datang dan melihat beliau. melihat kebahagian rohani dan ketampanan ÇrĂ© Caitanya, semua orang yang hadir menjadi sangat heran. Pujari ÇrĂ© Harideva menerima ÇrĂ© Caitanya dengan sangat baik. ÇrĂ© BhaööÀcĂ€rya memasak untuk ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu di Brahma-kunda, yang terletak di dekat Harideva Mandir. Setelah mandi di Brahma-kunda, ÇrĂ© Caitanya menerima prasad yang telah dimasak oleh ÇrĂ© Balabadra BhaööÀcĂ€rya. ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu tinggal semalam di Haridev mandir. Beliau berpikir, “Karena Aku tidak akan memanjat bukit Govardhana, bagaimana Aku bisa darsan pada ÇrĂ© GopĂ€la Raya JI?” Berpikir seperti ini, beliau hanya bisa diam. Mengerti keinginan ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu, Arca GopĂ€la Ji, mempermainkan para penduduk setempat sehinga beliau diarak ke bawah dari puncak bukit. ÇrĂ© GopĂ€la Ji mengirim kabar burung yang menyatakan bahwa pasukan muslim akan segera datang untuk menyerang kuil ini. Karena itu penduduk setempat bersama dengan para pujari GopĂ€la Ji, menggusung GopĂ€la Ji dengan tandu turun dari bukit Govardhana. Pada saat itu, Tuhan ÇrĂ© Caitanya bisa darsan pada ÇrĂ© GopĂ€la Ji tanpa menginjakkan kaki di atas bukit Govardhana yang tidak berbeda dengan badan ÇrĂ© KÄñëa sendiri. Sambil menari dan menyanyikan nama suci menemui ÇrĂ© Gopal Ji, ÇrĂ© Caitanya masuk kedalam kebahagian rohani yang dalam sehinga air mata beliau mengalir bagaikan aliran sungai GaĂŹga yang deras. Beliau kelihatan seperti orang yang gila pada kekasihnya yang akhirnya tiba-tiba ketemu dengan kekasih yang dirindukan. Dalam keadaan gila rohani seperti ini Tuhan ÇrĂ© caitanya berkeliling mengunjungi berbagai tempat di VĂ„ndĂ€vana dhĂ€ma di dalam perasaan pelayan dan pelayan dari penduduk Vraja dhĂ€ma. Jay ÇrĂ© Caitanya mahĂ€prabhu Jay ÇrĂ© Harinama Sankirtan .........ki jay Kunjungan ÇrĂ© Caitanya Ke VĂ„ndĂ€vana 15
  • 40. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 16
  • 41. Bab II MaöhurĂ€ Parikrama dapat dilakukan dari berbagai tempat. Namun dalam buku ini saya sengaja mengajak pembaca untuk memulai parikrama (mengelilingi tempat suci) dari MaöhurĂ€ dengan alasan kita bisa mengingat kegiatan KÄñëa dari awal dimana KÄñëa muncul dan kemudian dibawa ke Gokula oleh Vasudeva. Kemudian dari Gokula KÄñëa diajak menuju ke Nanda Gaon oleh MahĂ€rĂ€ja Nanda. Sehingga sedikit tidaknya kita akan berusaha untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut satu persatu secara teratur sesuai dengan perjalanan ÇrĂ© KÄñëa selama ber-lĂ©lĂ€ di Vraja Dham. Pertama-tama marilah kita menghaturkan sembah sujud kepada tempat tinggal abadi Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, ÇrĂ© MaöhurĂ€ dhĂ€ma. harir api bhajamanebhyaĂč prĂ€yo muktiĂ  dadĂ€ti na tu bhaktim vihita-tad-unnati-satraĂ  maöhure dhanyaĂ  namĂ€mi tvĂ€m ”Biasanya Tuhan ÇrĂ© Hari, ÇrĂ© Viñëu, menganugrahkan “Mukti” (pembebasan), namun Beliau tidak begitu mudah menganugrahi “bhakti” ( pengabdian) kepada pemujanya. Oh MaöhurĂ€! Engkau adalah kepribadian yang mujur dan yang menganugrahkan yajĂŻa agung berupa bhakti. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada anda”. 17
  • 42. MaöhurĂ€ adalah tempat suci yang sangat penting diantara tempat-tempat suci yang harus dikunjungi oleh para Vaisnava. MaöhurĂ€ berada +150 km di sebelah selatan New Delhi, ibu kota India. Menurut ÇrĂ©la RĂŒpa GoswĂ€mĂ© di dalam UpadeçÀmĂ„ta, beliau menyatakan bahwa MaöhurĂ€ bahkan lebih tinggi kedudukannya dari Vaikuntha dimana Tuhan dalam bentuk Beliau sebagai NĂ€rĂ€yana bertempat tinggal. Kenapa? karena Kepribadian Tuhan Yang Asli, ÇrĂ© KÄñëa, muncul di tempat ini. Karena begitu agungnya tempat ini, orang yang hanya melihat tempat ini saja akan terbebaskan dari dosa-dosa yang mereka lakukan di dalam hidup mereka. Di dalam MaöhurĂ€ mĂ€hĂ€tmya, keagungan MaöhurĂ€ diuraikan sebagai berikut: suryodare tamo naçyed yatha vajra-bhayan nagaĂč tarkñaĂ  dÄñöva yatha sarpa megha vata-hata iva tattva-jĂŻanad yatha duhkhaĂ  siĂ haĂ  dÄñöva yatha mĂ„gaĂč tatha papĂ€ni naçyanti MaöhurĂ€-darçanat kñanat ”Seperti halnya kegelapan dihilangkan oleh terbitnya matahari, seperti gajah yang takut terhadap ankusa (tongkat pengendali gajah), ular yang takut begitu melihat Garuda, rasa duka yang dilenyapkan oleh pengetahuan dan seekor rusa merasa takut melihat seekor singa, begitu juga dosa-dosa akan dihancurkan hanya dengan melihat MaöhurĂ€ Dhama”. Meskipun demikian, tujuan kita mengunjungi MaöhurĂ€ bukanlah untuk menghancurkan dosa yang telah kita perbuat kemudian melakukan dosa lagi dan datang kembali ke tempat suci untuk membersihkan dosa. “prĂ€yaçcittam atho ‘pĂ€rthaĂ  manye kuĂŻjara-çaucavat”, prayascita atau penyucian diri seperti itu merupakan penyucian diri yang tidak berguna yang bagaikan gajah mandi, (SB 6.1.10). Tujuan kita ke tempat suci adalah untuk mendengarkan manisnya kegiatan Tuhan dan ajaran-ajaran dari para sadhu atau orang-orang suci, yang bagaikan minuman kekekalan yang mampu menganugrahkan kehidupan kekal kepada si pendengar. Tentu saja mengunjungi tempat suci akan secara otomatis memberikan efek samping seperti yang diuraikan diatas yaitu orang akan terbebaskan Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 18
  • 43. dari dosa-dosa. Tetapi kita harus mengerti bahwa pembersihan dosa seperti itu itu bukanlah tujuan utama kita. Tempat tempat di MaöhurĂ€ 1. JanmasthĂ€na ( KÄñëa Janma BhĂŒmi) Lima ribu tahun yang lalu ÇrĂ© KÄñëa muncul di tempat ini dari kandungan ibu DevakĂ©. Pada jaman VajranĂ€bha, kuil yang sangat indah dibangun di tempat ini dan Arca ÇrĂ© Keçava deva disthĂ€naakan di tempat ini. Namun sayang sekali kuil tersebut dihancurkan oleh orang-orang Islam. Setelah kuil tersebut dihancurkan, sejumlah kuil dibangun lagi oleh beberapa raja Hindu berulang kali, akan tetapi setelah beberapa waktu dihancurkan kembali oleh raja Islam. Akhirnya kuil yang masih berdiri sampai saat ini adalah kuil yang di bangun sekitar tahun 1951. kuil ini sangat megah dan di dalam kuil, ÇrĂ© ÇrĂ© RĂ€dhĂ€-KÄñëa dipuja sebagai istadeva. Gambar: Krsna Janmasthan mandir, MaöhurĂ€ MaöhurĂ€ 19
  • 44. Karena diserang oleh raja Islam, arca Keçava deva yang asli yang dulunya di sthĂ€nakan oleh VajranĂ€bha dilarikan oleh penduduk Hindu setempat ke tempat yang aman. Saat ini arca yang asli tersebut berada di Radjdhani, sebuah kota dekat MaöhurĂ€. Saat ini Pratibhu murti ÇrĂ© Keçava Deva (Replika arca yang sebenarnya tidak berbeda dengan yang asli) masih di puja di salah satu kuil di dalam area janma sthĂ€naa. Kuil ini dikenal dengan nama “pratibhĂŒ keçava deo mandir” Keçava Deva adalah salah satu dari empat deva yang disthĂ€naakan oleh VajranĂ€bha di empat penjuru Vraja BhĂŒmi sebagai Içtadeva di keempat penjuru. Diurakan bahwa VajranĂ€bha memahat 16 arca secara pribadi yang disthĂ€naakan di Vraja BhĂŒmi. Arca ini terbuat dari batu pilihan yang sangat langka yang disebut dengan nama “batu Braja”. Beliau memahat empat deva, dua nĂ€tha, dua GopĂ€la, empat mĂ€hĂ€deva, dan empat DevĂ©. Masing masing diantaranya adalah sebagai berikut: ‱ Keempat deva adalah: 1. Hari Deva (disthĂ€naakan di Govardhan). Saat ini arca yang asli tidak diketahui keberadaanya. 2. Govinda Deva (disthĂ€naakan di VĂ„ndĂ€vana). Saat ini arca asli ÇrĂ©-ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ Govinda ji dipuja di Jayapur. Jayapur adalah sebuah kota yang terletak di RajasthĂ€na, dekat MaöhurĂ€. 3. Baladeva, juga di kenal dengan nama Dauji dan Baldeo. Arca ini adalah satu-satunya arca yang asli dari keempat deva yang masih sampai sekarang di Vraja . Beliau di puja di desa Baldeo, di Mahavan (+18 km dari MaöhurĂ€). Tempat ini terletak dekat dengan Gokula. 4. Keçavadeva (di MaöhurĂ€). ‱ Dua nĂ€tha adalah: 1. ÇrĂ©nĂ€th ji, yang ditemukan oleh Madhavendra Puri di Govardhan dan disthĂ€naakan di atas bukit Govardhan. Saat ini beliau di puja di NĂ€thadvar, rajasthĂ€na. 2. GopĂ©nĂ€th ji yang saat ini berada di Jayapur. ‱ Dua GopĂ€la adalah: 1. Madana GopĂ€la (Madana Mohan) yang di puja oleh ÇrĂ© SanĂ€tana GosvĂ€mĂ© di VĂ„ndĂ€vana. Saat ini Madana GopĂ€la berada dan dipuja di Karoli. 2. Saksi GopĂ€la, arca yang lari ke Orisa untuk menjadi saksi atas janji Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 20
  • 45. yang diberikan oleh seorang brahmana tua kepada brahmana muda dari daerah Orissa. Saat ini Beliau di puja di Kota kecil Saksi Gopal, Orissa, di daerah bagian timur India. ‱ Empat MĂ€hĂ€deva atau Siva lingga adalah : 1. Cakraleçvara MĂ€hĂ€deva di Govardhan 2. Kamesvara MĂ€hĂ€deva di KĂ€myavana. 3. Bhutesvara MĂ€hĂ€deva di MaöhurĂ€ 4. Gopeçvara MĂ€hĂ€deva di VĂ„ndĂ€vana ‱ Empat DevĂ© adalah: 1. Manasi DevĂ© di Govardhan 2. Vrnda DevĂ© di Kamavan 3. Pathala DevĂ© di MaöhurĂ€ 4. YogamĂ€yĂ€ DevĂ© di VĂ„ndĂ€vana. Selain Hari Deva, kelima belas arca yang lainnya masih dapat kita lihat sampai saat ini. Masing-masing arca tersebut akan diuraikan sambil kita mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masing-masing arca tersebut. JanmasthĂ€naadalahsalahsatutempatyangsangatketatuntukdikunjungi. Untuk masuk ke dalam, para pengunjung dilarang membawa alat-alat eletronik, khususnya kamera dan hand-phone. Jika kita ingin perjalanan memasuki tempat ini lancar, usahakan untuk tidak membawa barang- barang yang terbuat dari logam. Akan lebih baik bila tas dan barang lainnya diletakkan di bus atau di mobil, kecuali japa mala. Tempat dimana Tuhan ÇrĂ© KÄñëa muncul di dalam sebuah penjara. Disini kita akan melihat lorong kecil untuk masuk ke tempat tersebut. Sebelum memasuki tempat ini kita akan darsan terlebih dahulu kepada ÇrĂ© YogamĂ€ya DevĂ©. YogamĂ€yĂ€ DevĂ© adalah saudari ÇrĂ© KÄñëa, ÇrĂ©matĂ© Durga DevĂ©, yang muncul dari kandungan ibu YaçodĂ€ di Gokulaa. Bayi tersebut ditukar oleh Vasudeva dan dibawa ke dalam penjara di MaöhurĂ€. Vasudeva dan DevakĂ© berharap bahwa KaĂ sa akan mengurungkan niatnya untuk membunuh anak mereka karena bayi yang lahir adalah bayi wanita. Ketika KaĂ sa mengetahui bahwa bayi ke delapan DevakĂ© telah lahir, meskipun bayi tersebut adalah bayi wanita, KaĂ sa tetap berusaha untuk membunuhnya. Akan tetapi ketika KaĂ sa melemparkannya, MaöhurĂ€ 21
  • 46. bayi tersebut langsung terbang dan berubah wujud dalam bentuk Durga berlengan delapan. Jadi arca ini dimaksudkan untuk mengingat Beliau. sebelum darsan kepada KÄñëa, kita hendaknya memohon berkat dari DevĂ© YogamĂ€yĂ€ agar dianugrahi penglihatan rohani sehingga kita dapat mengerti kegiatan KÄñëa. Atas aturan YogamĂ€yĂ€, Vraja-dhama terselubungi dari penglihatan material kita. Hanya atas karunia beliau kita akan mampu merasakan keindahan dan keagungan Vraja bhĂŒmi. Setelah darsan dan berdoa kepada YogamĂ€yĂ€ DevĂ©, kita akan memasuki lorong kecil yang panjangnya hanya beberapa meter. Lorong ini tepat berada di sebelah kanan kita ketika kita darsan pada ÇrĂ© YogamĂ€yĂ€. Di dalam lorong kecil inilah ÇrĂ© KÄñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul lima ribu tahun yang lalu. Di sini kita dapat melihat arca ÇrĂ© Viñëu berlengan empat dan gambar ibu DevakĂ© dan Vasudeva sedang berdoa kepada ÇrĂ© Viñëu. Di sini juga terdapat gambar KÄñëa sebagai bayi di depan mereka berdua. Kita dapat pula melihat ÇrĂ©mad BhagĂ€vatam yang berhubungan dengan lila ini di tulis dalam tulisan Deva-nĂ€garĂ© di atas tembok di dalam ruangan ini. Setelah keluar dari Garbha SthĂ€na, ruangan di mana bayi KÄñëa muncul, kita akan melihat kuil yang sangat megah yang sebelumnya kita lihat dari jalan raya. Kuil tersebut adalah kuil ÇrĂ© ÇrĂ© RĂ€dhĂ€ KÄñëa, kuil yang dibangun sekitar tahun 1951. Kita dapat darsan dan menikmati keindahan mandir tersebut yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah yang berhubungan dengan kegiatan KÄñëa dan kisah-kisah dari Purana, Ramayana, Mahabharata dan lain-lain. Selain RĂ€dhĂ€ KÄñëa, terdapat beberapa arca yang dipuja disini. Kemudian kita bisa berkeliling dan darsan di beberapa kuil yang dibangun di dalam areal Janma sthĂ€na. Keçava Deva, salah satu dari empat deva yang di sthanakan oleh VajranĂ€bha terletak diluar tembok kuil Janma sthĂ€na. Saat ini PratibhĂŒ- murti ÇrĂ© Keçava Deva dipuja di kuil ini. Arca Keçava Deva yang sangat tampan terbuat dari batu marmer hitam. ÇrĂ© KÄñëa Janma lila yadĂ€ yadĂ€ hi dharmasya glĂ€nir bhavati bhĂ€rata abhyutthĂ€nam adharmasya tadĂ€tmĂ€naĂ  sĂ„jĂ€my aham Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 22
  • 47. “Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul, oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7) Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab, Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya, menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi lautan susu, para dewa mulai memuja ÇrĂ© Viñëu, penguasa alam semesta, Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang dikenal dengan doa Puruña SĂŒkta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan ÇrĂ© Viñëu akan segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lĂ©lĂ€- Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa bagian dari diri Beliau yaitu SaĂŹkarñaĂ«a juga akan muncul segera sebelum kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para dewa lainya termasuk ibu bhĂŒmi menjadi sangat bahagia dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Pada saat itu MahĂ€rĂ€ja Ă‡ĂŒrasenĂ€ dari keluarga Yadu, memerintah di kota MaöhurĂ€. Dibawah pemerintahan MahĂ€rĂ€ja Surasena, MaöhurĂ€ dijadikan ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura menikahi DevakĂ©, putri MahĂ€rĂ€ja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari pernikahan itu, ayah DevakĂ©, MahĂ€rĂ€ja Devaka, karena rasa sayang kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. KaĂ sa, putra Ugrasena, yang sangat mencintai DevakĂ©, adiknya, dengan tujuan untuk memuaskan adiknya, KaĂ sa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada MaöhurĂ€ 23
  • 48. saat KaĂ sa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai, terdengar suara dari langit: “asyĂ€s tvĂ€m añöamo garbho hantĂ€ yÀà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh KaĂ sa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan dari DevakĂ©, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan membunuhmu”. Mendengar pernyataan dari langit ini, KaĂ sa menganggap bahwa Sang Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan menganiaya DevakĂ© sehingga Tuhan ÇrĂ© KÄñëa akan segera muncul untuk menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti KaĂ sa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari akasa vani, KaĂ sa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu menjambak rambut DevakĂ© dan dengan pedang di tangannya, dia siap membunuh adiknya. Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak pada KaĂ sa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan DevakĂ© akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah KaĂ sa. Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan ÇrĂ© KÄñëa tidak akan terganggu dan DevakĂ© tidak perlu kehilangan enam putra pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Vasudeva dan DevakĂ© merupakan penyembah murni yang kekal dari ÇrĂ© KÄñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti KaĂ sa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak sengaja, maka KÄñëa berkewajiban untuk melindungi KaĂ sa sehingga beliau tidak akan dapat membunuh KaĂ sa. Dengan demikian tujuan KÄñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan ÇrĂ© KÄñëa dimana akasa vani disampaikan kepada KaĂ sa sehingga KaĂ sa tidak mendapat kesempatan untuk melayani DevakĂ© dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 24
  • 49. pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama DevakĂ©, ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang telah menjelma menjadi KaĂ sa. Melihat KaĂ sa hendak membunuh istrinya, DevakĂ©, Vasudeva berusaha menasehati KaĂ sa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon agar kaĂ sa mengurungkan niatnya untuk membunuh DevakĂ© khususnya di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh KaĂ sa yang berwatak raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan DevakĂ© untuk sementara waktu, Vasudeva berjanji kepada KaĂ sa bahwa dia akan menyerahkan semua anak yang lahir dari kandungan DevakĂ© kepada KaĂ sa dan KaĂ sa dapat melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut. KaĂ sa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah benar. KaĂ sa berpikir: “Kesalahan tidak berada pada DevakĂ© maupun Vasudeva tetapi pada Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa KaĂ sa, pangeran gagah yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa membunuh DevakĂ© saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia tumbuh dewasa”. Berpikir demikian KaĂ sa mengurungkan niatnya untuk membunuh DevakĂ© melainkan meminta maaf dan mengirim DevakĂ© ke keluarga Vasudeva. Waktu telah berlalu, DevakĂ© melahirkan seorang putra. Untuk menepati janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk diserahkan kepada KaĂ sa. Melihat kejujuran Vasudeva, KaĂ sa sangat kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena KaĂ sa berpikir bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan DevakĂ© maka KaĂ sa berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun MaöhurĂ€ 25
  • 50. KaĂ sa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan KaĂ sa hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan KaĂ sa dan berpikir bahwa KaĂ sa pasti akan segera merubah keputusannya. Suatu hari NĂ€rada Muni datang menemui KaĂ sa dan memberitahunya bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera dihancurkan dengan kemunculan ÇrĂ© Viñëu. Maha Rsi NĂ€rada juga menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan ÇrĂ© Viñëu, para Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul, mengapa NĂ€rada Muni menginformasikan kepada KaĂ sa bahwa mereka akan segera terbunuh oleh ÇrĂ© Viñëu? karena hal itu, KaĂ sa dapat saja membunuh bayi-bayi DevakĂ© dan menganiaya para Yadu. NĂ€rada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan ÇrĂ© KÄñëa sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh NĂ€rada maka hal itu akan memancing kekejaman KaĂ sa terhadap para Yadu yang merupakan penyembah ÇrĂ© Viñëu. Karena penyembahNya dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera. Setelah keberangkatan NĂ€rada muni, KaĂ sa memikirkan kata-kata DevaÄñi NĂ€rada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin akan lahir sebagai salah satu dari putra DevakĂ©. Takut akan kematian, KaĂ sa mulai menganiaya DevakĂ© dan Vasudeva dan memasukan mereka ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama dengan para raksasa seperti PĂŒtanĂ€, Pralamba, Keçi, Baka, AghĂ€sura, TĂ„Ă«Ă€varta, NarakĂ€sura, BÀëÀsura dan lain-lain, KaĂ sa juga mulai menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya. Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu, dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena. Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat seperti KaĂ sa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu, suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 26
  • 51. yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka selalu iri kepada ÇrĂ© Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah. Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak melakukan atau menolak pengabdian suci kepada ÇrĂ© Viñëu, mereka akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda. Setelah enam bayi DevakĂ© dibunuh oleh KaĂ sa, ÇrĂ© Ananta, bagian dari badan ÇrĂ© KÄñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan DevakĂ© sebagaiputraketujuhnya.UntukmelindungiparaYadudaripenganiayaan yang dilakukan oleh KaĂ sa, KÄñëa memerintahkan kepada YogamĂ€yĂ€ untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini DevĂ©, salah satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama keluarga Nanda MahĂ€rĂ€ja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan DevakĂ© dipindahkan oleh YogamĂ€yĂ€, maka orang-orang berpikir bahwa DevakĂ© mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad BhagĂ€vatam sebagai berikut: garbha-saĂŹkarñaĂ«Ă€t taĂ  vai prĂ€huĂč saĂŹkarñaĂ«aĂ  bhuvi rĂ€meti loka-ramaĂ«Ă€d balabhadraĂ  balocchrayĂ€t ”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena dipindahkan (san-kĂ„s) dari kandungan DevakĂ© ke dalam kandungan Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama RĂ€ma karena beliau mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”. Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran DevakĂ©. Badan DevakĂ© mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya. MaöhurĂ€ 27
  • 52. KaĂ sa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir bahwa badan DevakĂ© yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat. Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat dimana DevakĂ© dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa mereka kepada ÇrĂ© KÄñëa yang berada di dalam kandungan DevakĂ©. Di dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan DevakĂ© dan Vasudeva karena Tuhan ÇrĂ© KÄñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke tempat mereka masing masing. Pada hari menjelang kemunculan ÇrĂ© KÄñëa, alam secara otomatis memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai muncul, begitujugabintangmujurlainnyasepertiAsvinidanlain-lain.Kedaanalam semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan. Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah. Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajĂŻa, api yajĂŻa berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang jahat seperti KaĂ sa, para brahmana dilarang untuk memuja ÇrĂ© Viñëu. Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajĂŻa dengan sembunyi- sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang munculnya Tuhan ÇrĂ© KÄñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang Maha Kuasa. Para ApsarĂ€ mulai menari, para Kinnara dan Gandharva Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 28
  • 53. menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa- doa pujian yang menguntungkan. Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap, ÇrĂ© KÄñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati DevakĂ©. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat, yang masing-masing tanganNya memegang saĂŹka, cakra, gadĂ€ dan padma. Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman, yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini, Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang sangat menakjubkan sebagai putranya. Setelah beberapa saat, Vasudeva menyadari bahwa Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Sadar seperti itu, Vasudeva bersama Istrinya, DevakĂ©, mulai memanjatkan doa pujian kepada Yang Maha Kuasa, yang berada di depannya. Setelah menyampaikan doa pujian kepada Tuhan, dibingungkan oleh tenaga YogamĂ€yĂ€, Vasudeva dan DevakĂ© yang berperan sebagai orang tua, yang tahu bahwa KaĂ sa akan datang untuk membunuh putranya, meminta ÇrĂ© Viñëu untuk MaöhurĂ€ 29
  • 54. menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva dan DevakĂ©, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan menyembunyikan diriNya di Vraja bhĂŒmi, di rumah Nanda MahĂ€rĂ€ja. Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan DevakĂ© sudah menjadi orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya. Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya. Setelah KÄñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai YamunĂ€. Pada saat itu, atas aturan tenaga khayalan KÄñëa, semua penjaga pintu penjara dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi KÄñëa yang sedang dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin yang keras, sungai YamunĂ€ kelihatan sangat ganas dengan gelembung -gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah menyentuh kaki padma ÇrĂ© KÄñëa, YamunĂ€ membelah badan beliau menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada ÇrĂ© RĂ€macandra untuk membuat jembatan ke LaĂŹka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda MahĂ€rĂ€ja dan meletakkan putranya di dekat YaçodĂ€ kemudian mengambil bayi perempuan yang baru lahir dari YaçodĂ€. Karena kelelahan melahirkan bayi, YaçodĂ€ langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang lahir laki-laki atau perempuan. Jadi YaçodĂ€ tidak menyadari bahwa bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya menguraikan bahwa sebenarnya ibu YaçodĂ€ melahirkan dua anak, satu putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan KÄñëa, Vasudeva tidak melihat putra YaçodĂ€ melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan. Setelah Vasudeva menaruh KÄñëa di dekat Ibu YaçodĂ€ dan mengambil bayi wanita, VĂ€sudeva-KÄñëa masuk kedalam badan VĂ„ndĂ€vana-KÄñëa sehingga ketika ibu YaçodĂ€ sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki- laki. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 30
  • 55. Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di pangkuan DevakĂ©. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula, pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata KaĂ sa dan pengikutnya. Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada KaĂ sa. Mendengar hal ini, KaĂ sa yang sudah tidak sabar menunggu kelahiran bayi kedelapan dari DevakĂ© mulai mengambil tindakan. Dia segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. KaĂ sa berpikir, “Ini adalah kĂ€la, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan takut dan resah, KaĂ sa masuk ke dalam penjara untuk menemui DevakĂ©. Sebagai wanita yang tidak berdaya, DevakĂ© memohon kepadaKaĂ sa untuk tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah seorang perempuan. Namun KaĂ sa yang kejam tidak menghiraukan permintaan DevakĂ© dan mengambil bayi dari tangan DevakĂ© secara paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, KaĂ sa melemparkannya ke atas batu. Namun bayi yang merupakan YogamĂ€yĂ€ sendiri, terlepas dari tangan KaĂ sa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit dalam bentuk Dewi DurgĂ€ berlengan delapan yang memegang senjata di masing-masing tangannya. DurgĂ€ DevĂ© bersabda, “Oh KaĂ sa, kamu orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, ÇrĂ© Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”. Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan KaĂ sa. Mendengar kata-kata DurgĂ€ DevĂ©, KaĂ sa berpikir bahwa DurgĂ€ sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja DurgĂ€ dan Çiva setiap saat, KaĂ sa berpikir bahwa sekarang DurgĂ€ DevĂ© telah berkarunia untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat. KaĂ sa kemudian mendekati DevakĂ© dan Vasudeva. KaĂ sa meminta maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda DurgĂ€ DevĂ©, KaĂ sa mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari hari tersebut. MaöhurĂ€ 31
  • 56. Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda MahĂ€rĂ€ja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan KÄñëa dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “KÄñëa jayanti” atau dikenal pula dengan nama “KÄñëa janmastami”. ÇrĂ© KÄñëa Janmastami ki jay 2. ViçrĂ€m Ghat Tempat ini terletak di tepi sungai YamunĂ€ di MaöhurĂ€. Kita dapat mengunjungi tempat ini langsung dari JanmasthĂ€na atau pada saat kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki. Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet, akan lebih baik bila kita mengunjungi ViçrĂ€m Ghat setelah datang dari Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari JanmasthĂ€na. Setiap supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat ini. Gambar: tepi sungai YamunĂ€ di Viçrama Ghat Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 32
  • 57. Setelah ÇrĂ© KÄñëa dan ÇrĂ© Balaram membunuh KaĂ sa di KaĂ sa tila, mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa setelah membunuh HiraĂ«yĂ€kña, ÇrĂ© VarĂ€hadeva beristirahat di sini. ViçrĂ€m ghat juga muncul di dalam ÇrĂ© Caitanya Caritamrta, karya ÇrĂ© KÄñëa DĂ€sa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota MaöhurĂ€, ÇrĂ© Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang telah diuraikan di dalam bab sebelumnya. Di tempat ini kita bisa darsan pada arca ÇrĂ©-ÇrĂ© KÄñëa Balaram. Di sini juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada ÇrĂ©mati YamunĂ€ DevĂ© dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (YamunĂ€) adalah putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan menikmati sejuknya air sungai YamunĂ€ dimana kaki padma ÇrĂ© Hari, KÄñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa di VĂ„ndĂ€vana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu YamunĂ€ di sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan bahwa YamunĂ€ seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha Purana, ÇrĂ© Varahadev menguraikan keagungan YamunĂ€ kepada Ibu pertiwi sebagai berikut, gaĂŹgĂ€ çata-guĂ«Ă€ proktĂ€ mĂ€thure mama maĂ«ĂČale yamunĂ€ viçrutĂ€ DevĂ© nĂ€tra kĂ€ryĂ€ vicĂ€raĂ«Ă€ “Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah Sungai YamunĂ€ yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, MaöhurĂ€. Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”. Jadi bila kita mandi di sungai YamunĂ€ satu kali sama dengan mandi seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia- nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci YamunĂ€. YamunĂ€ DevĂ© Kijay. 3. Keçava gaudiya maöha Sebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada H.D.G. ÇrĂ©la PrabhupĂ€da. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani MaöhurĂ€ 33
  • 58. beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran KÄñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah tercemari oleh sifat-sifat alam material. ÇrĂ© Keçava Gaudiya Maöha adalah tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G. A.C. Bhaktivedanta Swami PrabhupĂ€da, pendiri dan acarya ISKCON menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His Holiness Keçava MahĂ€rĂ€ja. Di sini, ÇrĂ© ÇrĂ© RĂ€dhĂ€-Vinoda-Vihari ji di puja. Arca ÇrĂ© Caitanya MahĂ€prabhu yang di puja adalah arca yang secara pribadi disumbangkan oleh ÇrĂ©la PrabhupĂ€da. Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di MaöhurĂ€ adalah: Ranga BhĂŒmi (tempat dimana KaĂ sa di bunuh oleh KÄñëa di atas bukit KaĂ sa- tila, Rangesvar MĂ€hĂ€deva temple (Siva linga yang di puja oleh KaĂ sa sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 34
  • 59. Bab III Gokula Gokula adalah tempat di mana Nanda MahĂ€rĂ€ja bertempat tinggal sebelum pindah ke Nanda-gaon. Tempat ini berada di seberang sungai YamunĂ€ jika dari MaöhurĂ€. Bila kita datang kemari dari MaöhurĂ€, kita akan melewati jembatan yang sangat indah dan kita dapat melihat pemandangan sungai YamunĂ€ yang mengalir dengan deras di bawah jembatan tersebut. Menurut ÇrĂ©la ViçvanĂ€tha CakravartĂ© Thakur, di dalam buku beliau yang berjudul sĂ€rĂ€rtha-darçini, dijelaskan bahwa sebelum pindah ke Gokula, Parjanya, kakek ÇrĂ© KÄñëa dan para putranya termasuk Nanda MahĂ€rĂ€ja, Upananda, beserta keluarga lainya pernah tinggal di Nandiçvara di Nanda-Gaon. Namun karena merasa takut terhadap raksasa ArisöÀsura (raksasa yang mengambil wujud dalam bentuk sapi jantan), mereka pindah ke Gokula. Di sini mereka tinggal selama beberapa tahun sampai KÄñëa muncul sebagai anak Nanda MahĂ€rĂ€ja dan YaçodĂ€ mata. Tetapi setelah kemunculan KÄñëa, banyak raksasa yang menyerang Gokula dan berusaha membunuh KÄñëa. Untuk menghindari hal ini Upananda, kakak Nanda MahĂ€rĂ€ja, salah satu orang yang dituakan di Gokula dan juga orang yang sangat terpelajar, karena rasa sayangnya kepada KÄñëa, ia menganjurkan agar mereka pindah dari Gokula sehingga KÄñëa tidak akan diganggu lagi oleh para raksasa. 35
  • 60. Sebenarnya KÄñëa sebagai paramĂ€tmĂ€ yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup, menyemangatkan Upanada dari dalam hatinya untuk menyampaikan ide ini kepada para Vrajavasi, karena KÄñëa berkeinginanuntukmenikmatitempat-tempatdiseberangsungaiYamunĂ€ seperti hutan VĂ„ndĂ€vana dan bukit Govardhan. Karena mereka masih merasa takut terhadap raksasa Aristasura, Upananda menganjurkan untuk pindah ke hutan VĂ„ndĂ€vana dimana para sapi bisa menikmati manisnya air sungai YamunĂ€ dan rumput hijau dari bukit Govardhana. Saat itu mereka sempat tinggal di Chatikara (+ 6 km dari VĂ„ndĂ€vana) selama beberapa bulan. Dan setelah KÄñëa membunuh raksasa Aristasura, mereka memutuskan untuk kembali ke Nandéçvar di Nanda-gaon. Tempat-tempat di daerah Gokula: 1. Kuil utama di Gokula (Istana Nanda MahĂ€rĂ€ja/Nanda Bhavan) Istana ini dibangun lima ribu tahun yang lalu ketika Nanda MahĂ€rĂ€ja bertempat tinggal di sini. Ada 84 pilar yang menyangga bangunan ini. Dijelaskan bahwa 80 pilar dibangun oleh Visvakarma, arsitek para Dewa di surga dan yang empat lainya diciptakan oleh Dewa Brahma. Sebenarnya 84 pilar ini menunjukan 8.400.000 jenis kehidupan yang ada di alam semesta material. Jadi setiap pilar mewakili 100.000 jenis kehidupan di alam semesta material ini. Di dalam kuil kita bisa darsan pada arca KÄñëa yang sedang di ayunkan, ÇrĂ© BalarĂ€ma ji, Nanda MahĂ€rĂ€ja dan ibu YaçodĂ€. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa BalarĂ€ma, kakak ÇrĂ© KÄñëa dilahirkan oleh ibu RohinĂ© di sini. BalarĂ€ma pada awalnya berada di dalam kandungan ibu DevakĂ©, tetapi atas kehendak KÄñëa, Beliau dipindahkan dari dalam kandungan ibu DevakĂ© ke dalam kandungan Ibu RohinĂ©. Karena itu beliau juga di kenal dengan nama SaĂŹkarñaĂ«a (Beliau yang di pindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Di dalam ÇrĂ©mad BhagĂ€vatam skanda sepuluh bab dua, ÇrĂ© KÄñëa bersabda kepada Yoga maya sebagai berikut: devakyĂ€ jaöhare garbhaĂ  çeñÀkhyaĂ  dhĂ€ma mĂ€makam tat sannikÄñya rohiĂ«yĂ€ udare sanniveçaya Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 36