1. 1
GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA TERHADAP
PEMENUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL)
DI BALAI REHABILITAS SOSIAL LANJUT
USIA GAU MABAJI GOWA
Skripsi
Untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk
mencapai gelar sarjana keperawatan
WIHELMUS ABUR
3117007
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMI
MAKASSAR
2019
2. 2
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :WIHELMUS ABUR
Nim :3117007
Alamat :Jln. Manunggal 31
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Gambaran
Tingkat Kemandirian Lansia Terhadap Pemenuhan Activity Of Daily
Living(ADL) di BRSLU Gau Mabaji Gowa” adalah pemikiran dan
pemaparan asli yang merupakan hasil karya saya sendiri yang belum
perna dipublikasikan secara keseluruhan maupun sebagian, dalam bentuk
jurnal, atau bentuk lain yang dapat dipublikasikan secara umum. Skripsi ini
sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh sumber yang
menjadikan rujukan dalam skripsi ini saya sebutkan sesuai dengan kaida
akademik yang berlaku secara umum.
Demikian pernyataan ini saya buat secara benar dan penuh
tanggung jawab dan integritas.
Makassar, 6 Agustus 2019
Yang menyatakan
WIHELMUS ABUR
3. 3
LEMBAR PERSETUJUAN
GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA TERHADAP
PEMENUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL)
DI BALAI REHABILITAS SOSIAL LANJUT
USIA GAU MABAJI GOWA
Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Vivi Adriana,. S.Kep,. Ns,. M.Kes Yanti Mustarin,. S.Kep,. Ns,. M.Kes
Makassar, 6 Agustus2019
4. 4
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA TERHADAP
PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)
DI BALAI REHABILITAS SOSIAL LANJUT
USIAGAU MABAJI GOWA
Skripsi ini telah dipertahankan dan disetujui oleh tim penguji skripsi
Sekolah Tinggi Iimu Kesehatan Gema Insan Akademik
(STIK GIA) Makassar
Tanggal, 6 Agustus 2019
Tim Penguji
1. Vivi Adriana., S. Kep,. Ns,. M. Kes . (..............................)
2. Yanti Mustarin,. S. Kep., Ns., M.Kes. (..............................)
3. Halbina Famung Halmar,. S.Kep., Ns., M.Kep. (..............................)
4. Hasniati,. S.Kep.,Ns.,M.Kep. (..............................)
Mengetahui
Ketua STIK GIA Makassar
Rasdin, S. Kep, Ns, M.Kep
5. 5
ABSTRAK
WIHELMUS ABUR “Gambaran tingkat kemandirian lansia terhadap
pemenuhan (ADL) di BRSLU Gau Mabaji Gowa”. (dibimbing oleh Vivi
Adriana dan Yanti Mustarin)
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun.
Lansia mandiri adalah Lansia dalam kondisi yang mampu untuk
menjalankan kehidupan pribadinya. Dan mampu melakukan
kehidupannya sehari-hari secara mandiri yang meliputi aspek mandi,
berpakaian, toileting, makan, kesehatan diri, berjalan, lingkungan aktivitas
fisik, dan spiritual.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
Gambaran tingkat kemandirian lansia terhadap pemenuhan Activity Of
Daily Living (ADL) di balai rehabilitasi sosial lanjut usia Gau Mabaji Gowa.
Desain penelitian mengunakan observasi. Hasil penelitian menunjukan
beberapa aspek mandi 23 responde (95.8%), berpakaian 24 responden
(100%), toileting 24 responden (100%), makan 22 responden (91.7%),
kesehatan diri 21 responden (87.5%), berjalan 11 responden (45.8%),
lingkungan aktivitas fisik 10 responden (41.7%), dan spiritual 4 responden
(16.7%). Kesimpulan penelitian ini menunjukan semua repondenmampu
melakukan berpakaian dan toileting, secara mandiri. Akan tetapi dalam
hal kemampuan berjalan, lingkungan aktivitas fisik dan spiritual masih
ada yang memerlukan bantuan.
Kata kunci : Tingkat Kemandirian, Lansia , ADL
Pustaka : 24 (2000-2017)
6. 6
ABSTRACT
WIHELMUS ABUR An overview of the level of independence of the
elderly towards the fulfillment of the ADL in the BRSLU Gau Mabaji Gowa.
(guided by Vivi Adriana and Yanti Mustarin)
Elderly is someone who has entered the age of 60 years.
Independent elderly are elderly in conditions that are able to carry out their
personal lives. And able to carry out his daly life independenly which
includes aspects of bathing, dressing, toileting, eating, personal health,
walking, physical activity environment, and spiritual. The purpose of this
research is to find out the level of independence of the elderly towards the
fulfillment of ADL in BRSLU Gau Mabaji Gowa. Research design using
observation. The results showed several aspects of bathing 23
respondents (95.8%), dressing 24 respondents (100%), toileting 24
respondents (100%), eating 22 respondents (91.7%), personal health 21
respondents (87.5%), walking 11 respondents (45.8%), physical activity
environment 10 respondents (41.7%), and spiritual 4 respondents
(16.7%). The conclusion of this study showed that all respondents were
able to dress and toilet independently. However in terms of walking ability,
physical and spiritual activity environment there is still a need for help.
Keywords: Level of Independence, Elderly, ADL
Library : 24 (2000-2017)
7. 7
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh
karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang
besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul: “Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia Terhadap Pemenuhan
Activity Daily Living (ADL) di Balai Rehabilitas Sosial Lanjut Usia Gau
Mabaji Gowa”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk
itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan
dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua
(Stanislaus Jerahu dan Lusia Nandik) yang telah tulus ikhlas memberikan
kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dukungan moral dan materil yang
telah diberikan selama ini.
Terimakasi yang telah meluangkan segenap waktu untuk
mengasuh, mendidik, dan membimbing perjalanaan hidup penulis dengan
dibarengi alunan doa yang tidak henti agar penulis sukses dalam
mengapai cita-cita.
8. 8
Penyusunan dalam skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras,. SE. Selaku ketua yayasan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.
2. Bapak Rasdin,. S.Kep,. Ns,. M.Kep. Selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.
3. Ibu Eka Suprapti,. S.Kep,. Ns,. M.Kes. Selaku ketua prodi sarjana
keperawatan STIK GIA Makassar
4. Ibu Vivi Adriana,. S.Kep,. Ns,. M.Kes. Selaku Pembimbing I yang telah
banyak membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini
5. Ibu Yanti Mustarin,. S.Kep,. Ns,. M.Kes. Selaku Pembimbing II yang
telah banyak membimbing dan memberikan masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan Skripsi dan studi.
6. Kepala Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian diwilaya
kerjanya.
7. Ibu Halbina Famung Halmar,. S.Kep,. Ns,.M.Kep. Selaku penguji I
yang telah memberikan arahan dan pengetahuan yang baru kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelsaikan karya ilmiah ini tepat
pada waktunya.
9. 9
8. Ibu Hasniati,. S.Kep,. Ns,. M.Kep. Selaku penguji II yang telah
memberikan arahan dan pengetahuan yang baru kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelsaikan karya ilmiah ini tepat pada
waktunya.
9. Lansia di BRSLU Gau Mabaji Gowa, sebagai responden.
10.Pengelolah dan seluruh staf STIK GIA Makassar yang membantu
penulis dalam mempersiapkan kelengkapan administrasi selama
penyusunan skripsi.
11.Teman-teman kelas konversi, Venansius, Sartika, Agustinus, Faradiba,
Stefanus, Satriani, Nong, Lisna, Arpan, Antonia, Ahmad, dan Hajrah.
Terimakasi atas dorongan semangat dan kebersamaan yang tidak
terlupakan.
12.Seluruh teman-teman sekerukunan KMK STIK GIA Makassar.
Terimakasih atas dukungan moral dari kalian semua.
13.Teristimewa untuk keluarga kaka Paulus Jerabu, Fidelis Hari, Fabianus
Eryk dan adik Ignasius Arsedo, yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan kepada penulis.
Semoga kebaikan yang diberikan kepada penulis dapat bernilai
pahala di sisi Tuhan yang Maha Esa. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan penulisan dimasa mendatang.
10. 10
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi
bahan bacaan bagi perkembangan keperawatan. Amin.
Makassar, 6 Agustus2019
Penulis
(WIHELMUS ABUR)
11. 11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
LEMBAR PENUNJUKAN SKRIPSI............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................... v
ABSTRAC..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. xi
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR....................................................................... xv
DAFTAR SINGKAT....................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 6
A. Tinjauan Umum Tentang Lansia.................................. 6
B. Kemandirian Lansia..................................................... 20
12. 12
BAB III METODELOGI PENELITIAN............................................ 35
A. Kerangka Konsep....................................................... 35
B. Defenisi Operasioal.................................................... 36
C. Desain Penelitian ....................................................... 39
D. Tempat dan waktu penelitian ..................................... 39
E. Populasi dan sampel.................................................. 39
F. Instrumen Penelitian .................................................. 40
G. Pengumpulan Data Penelitian.................................... 43
H. Pengelolahan Data..................................................... 44
I. Etika Penelitian .......................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 48
A. Hasil penelitian........................................................... 48
B. Pembahasan.............................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 62
A. Kesimpulan ................................................................ 62
B. Saran ......................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
13. 13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Definisi oprasiona ......................................................................36
4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dan
Umur ..........................................................................................47
4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mandi ...................48
4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berpakaian ...........48
4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan toileting.................49
4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan makan ..................49
4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesehatan diri.......50
4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan berjalan ................50
4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lingkungan
aktivitas fisik...............................................................................51
4.9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan spiritual.................51
14. 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka teori....................................................................... 34
3.1 Kerangka konsep.................................................................. 35
15. 15
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATARTI
ADL Activity of Daily Living
WHO World health organization
BPS Badan pusat statistik
BRSLU Balai rehabilitas sosial lanjut usia
ACTH Andrenocorticotrophic
TSH Thyroid stimulating hormone
FSH Follicle Stimulating Hormone
LH Luteinizing Hprmone
PNS Pegawai Negeri Sipil
AKS Angka kecukupan serat
KUI Kantor urusan internasional
BAK Buang air kecil
BAB Buang air besar
WC Water closet
16. 16
DAFTAR ISTILAH
ISTILAH ARTI
1 Middle age Usia pertengahan
2 Elderly Lanjut usia
3 Old Lanjut usia tua
4 Very old Usia sangat tua
5 Elderly adulthood Usia dewasa muda
6 Midlle years Usia dewasa penuh
7 Geriatric age Lanjut usia
8 ActivityTheory Aktivitas atau Kegiatan
9 Continuity theory Kepribadian berlanjut
10 Heathy food Makanan cukup dan sehat
11 Cloth and common accesories Pakaian dan kelengkapannya
12 Homes, a place to stay Perumahan/tempattinggal/tempatberteduh
13 Health care, fasilities Perawatan dan pengawasan kesehatan
14 Technical, judicial assistance Hukum Bantuanteknis praktissehari-
hari/bantuan
15 Fasilities forpublic
transortation, etc
Transportasi umum bagi lansia
16 Visits, companies,
information,etc
Kunjungan, teman bicara/informasi
17. 17
17 Rekreational activities picncs
etc
Rekreasi dan hiburan sehat
18 Safety feelyng Rasa aman dan tentram
19 Harring aid Bantuan alat panca indera seperti
kacamata
20 Physiological needs adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti
pangan, sandang, papan,seks
dansebagainya
21 Safety needs adalah kebutuhan akan rasa keamanan
danketentraman, baik lahir maupun
batiniahsepertikebutuhan akan jaminan hari
tua, kebebasan, kemandirian dan
sebagainya
22 Sosial needs adalah kebutuhan untuk bermasyarakat
atauberkomunikasi dengan manusia lain
melaluipanguyuban, organisasi profesi,
kesenian,olah raga,kesamaan hobby dan
sebagainya
23 Esteem needs adalah kebutuhan akan harga diri
untukdiakui akankeberdayaannya
24 Self actualisation needs adalah kebutuhan untuk
menggungkapkankemampuan fisik,rohani
maupun daya pikirberdasarkan
18. 18
pengalamannya masing-
masing,bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalamkehidupan
25 Cross sactional yaitu dengan cara pengumpulan
datasekaliguspada suatu waktu dengan
tujuanuntukmengetahuibagaimanakah
gambarantingkatkemandirian lansia
terhadap ADL
26 Informend consent Pada saat penelitian, yang sebelumnya
peneliti menjadikan manfaatdan tujuan
jikabersedia
menjadirespondenmenandatanganilembar
persetujuan, jika tidak terima
makaresponden tidak di tanda tangan
27 Anonimity Pada saat penelitian, peneliti
tidakmencantumkan nama pada
lembarobservasi, cukup dengan inisial dan
memberinomor pada masing-masing
lembar observasi
28 Confidentiality Peneliti menghormati hak-hak
dasarindividutermasuk privasidan
kebebasan individu dalam memberikan
informasi
19. 19
29 Editing Proses editing (penyuntingan data)
dilakukandengan memeriksa setiap lembar
kusioner yangdi isi kemudian data di
kelompokan sesuaidengan kriteria
30 Coding Memberikan kode pada setiap data dan
mengubah data ke bentuk yang lebih
ringkas dengan mengunakan kode tertentu
untukmemudahkan memasukan data ke
program komputer
31 Tabulating Setelah dilakukan pengkodean, kemudian
data dimasukkan kedalam tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki
20. 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kongnitif, perasaan, sosial dan seksual. (Aziizah 2011)
Dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk lanjut
usia, dapat membawa berbagai dampak kehidupan. Dampak utama
pada peningkatan jumlah lansia yaitu peningkatan ketergantungan
pada lansia. Ketergantungan lansia ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu perubahan fisik, psikis, dan sosial yang dapat
dijelaskan melalui empat tahap yaitu kelemahan, keterbatasan
fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan terjadi
secara bersama pada proses menua. (Nugroho & Wahyudi 2015).
Secara individu, pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah, baik secara fisik, biologis, dan
mental. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan
sikapnya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan
pula timbulnya gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya,
sehingga dapat meningkatkan ketergatungan yang memerlukan
bantuan orang lain. Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi
21. 21
tingkat kemandirian. Kemandirian adalah kebebasan untuk
bertindak, tidak tergantung pada orang lain dan bebas mengatur
diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok
dari berbagai kesehatan atau penyakit.
Menurut WHO (world health organization) (2015)
populasilansia di duniasebesar 901.000.000 orang berusia 60
tahunataulebih, yang terdiriatas 12% darijumlahpopulasi global.
Padatahun 2015 dan 2030, diperkirakan akantumbuhsekitar 56%,
dari 901 jutamenjadi 1,4 milyar, danpadatahun 2050 populasilansia
diperkirakan lebihdaridua kali lipat di tahun 2015 yaitumencapai 2,1
milyar. (WHO 2015)
Badan pusat statistik (2015), populasi lansia di Indonesia
mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh
penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah lansia menunjukan
bahwa usia harapan hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi
dari tahun ke tahun. Sedangkan, jumlah lansia perempuan yaitu
10,77 juta lansia dan lansia laki-laki berjumlah 9,47 juta lansia.
(BPS 2015)
Badan Pusat Statistik (2017) Provinsi Sulawesi Selatan,
jumlah Lansia telah mencapai angka 687.972 jiwa dari total
penduduk sebanyak 9.522.503 jiwa. (BPS 2017)
Data awal yang di peroleh dari BRSLU Gau Mabaji Gowa
pada tahun 2018 terdapat jumlah lansia sebanyak 28 orang, terdiri
22. 22
dari laki-laki 17 orang dan perempuan 11 orang,lansia yang masih
mampu denganADL sejumlah 24 responden.
Berdasarkan data dan uraian diatas tampak bahwa
gambaran tingkat kemandirian lansia merupakan masalah ADL,
sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui Gambaran tingkat
kemandirian lansia terhadap pemenuhan (ADL).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Gambaran tingkat kemandirian lansia terhadap
pemenuhan (ADL) di BRSLU Gau Mabaji Gowa?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Diketahui Gambaran tingkat kemandirian lansia terhadap
pemenuhan (ADL) di balai rehabilitasi sosial lanjut usia Gau
Mabaji Gowa?
2. Tujuan khusus
a. Diketahui kemampuan lansia untuk mandi sendiri.
b. Diketahui kemampuan lansia untuk berpakaian sendiri.
c. Diketahui kemampuan lansia untuk toileting sendiri.
d. Diketahui kemampuan lansia untuk makan sendiri.
e. Diketahui kemampuan lansia menjaga kesehatan dirinya.
23. 23
f. Diketahui kemampuan lansia untuk berjalan.
g. Diketahui kemampuan lansia untuk lingkungan aktivitas fisik.
h. Diketahui kemampuan lansia melakukan ibadah secara
mandiri.
D. Manfaat penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut
a. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai data dasar penelitian
selanjutnya mengenai gambaran tingkat kemandirian lansia
dalam (ADL)
b. Bagi BRSLU Gau Mabaji Gowa
Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada
pengelola panti untuk mempersiapkan berbagai macam
intervensi dalam hubungannya pencegahan jatuh pada lansia
dengan tetap mempertahankan tingkat kemandirian lansia
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dan untuk
bahan pertimbangan dalam memberikan tindakan dan
pelayanan kesehatan yang lebih tepat pada lansia.
c. Bagi penulis
Agar dapat menambah pengalaman pembelajar dibidang
penelitian, dan mengembangkan ilmu keperawatan Gerontik
yang telah dipelajari selama perkuliahan.
24. 24
d. Bagi peneliti
Sebagai bahan atau sumber untuk penelitian, dan
mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
25. 25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Lansia
1. Defenisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun ke atas. (samper, 2017).
Menurut (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas dan dapat disebut juga
sebagai tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan
dialami oleh setiap induvidu. (Azizah, 2011).
Peng elompokan lansia yang dibagi menjadi laki-laki dan
perempuan. Karateristik usia menunjukan bahwa responden
termasuk dalam kategori usia diatas 60 tahun keatas. (Eka
yuliatri, 2014)
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseo rang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis, kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual. (Sugiyono,2017).
Secara induvidu, pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah, baik secara fisik biologis,
mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia
seseorang, maka kemampuan sikapnya akan semakin
26. 26
menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada
peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya
gangguan dalam mencakupi kebutuhan kehidupanya, sehingga
dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan
bantuan orang lain. (Nugroho, 2008).
Menurut Santrock, ada dua pandangan tentang definisi.,
lanjut usia yaitu menurut pandangan orang Barat dan Indinesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berusia 65 tahun keatas,
dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa
atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia,
lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih
dari 60 tahun karena pada umumnya di Indonesia dipakai
sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri
ketuaan. (Maryam, 2012)
2. Batasan-Batasan Lanjut Usia
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Ada Empat
Tahapan Yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
27. 27
b. Menurut Hurlock :
1) Early old age (usia 60-70 tahun)
2) Advanced old age (usia > 70 tahun)
c. Menurut Burnsie :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia >90 tahun)
d. Menurut Bee (1996) :
1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
2) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)
3) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)
4) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
5) Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)
e. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto setyonegoro :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18-20-25
tahun.
2) Usia dewasa penuh (midlle years) atau maturitas usia
25-60-65 tahun.
3) Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi
atas
28. 28
a) Young old (usia 70-75 tahun)
b) Old (usia 75-80 tahun)
c) Very old (usia >80 tahun)
f. Menurut sumber lain :
1) Elderly (usia 60-65 tahun)
2) Junior old age (usia >65-75 tahun)
3) Formal old age (usia >75-90 tahun)
4) Longevity old age (usia >90-120 tahun)
3. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menurunnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
menganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
(Martono & Pranarka, 2009)
Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi
keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut
memutih, pendengaran berkurang, peng lihatan memburuk,
gigi mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu makan
berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami
kemunduran. (samper, 2017)
29. 29
4. Teori-teori Proses Menua
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua
yaitu teori biologis dan psikososial.
a. Teori biologis
1) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam
jumlah tertentu dan kebanyakkan sel-sel tubuh
“diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel pada
lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu
diobservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan
organ dalam sisitem itu tidak dapat diganti jika sel
tersebut di buang karena rusak atau mati. Oleh karena
itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses
penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit
atau tidak sama sekali untuk tubuh dan memperbaiki
diri. (Aziizah, 2011)
2) Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori
instrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh
terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
30. 30
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan
bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk
spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan
setiap sepesies mempunyai batas usia yang berbeda-
beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati.
3) Teori Nongenetik
Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan
dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan
asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur. (Darmojo, 2000)
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang di masa mudahnya aktif dan
terus memelihara keaktifannya setelah menua. Sense
of Integrity yang dibangun dimasa mudahnya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa
pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
31. 31
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku yang tidak
berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia yang
sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
interpersonal. (Aziizah, 2011)
5. Perubahan yang terjadi pada Lansia
a. Perubahan fisik
1) Sel
Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah
cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang proporsi
protein di otak, otak, ginjal, darah, dan hati menurun,
jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel
terganggu, otak menjadi atropi dan beratnya berkurang
5-10%, lakukan otak akan menjadi lebih dangkal dan
melebar.
2) Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler terjadi penebalan
dan kaku pada kataup jantung, penurunan
kemampuanjantung untuk memompakan darah
sebanyak 1% setiap tahunnya menyebabkan
menurunnya kontraksi danvolume, hilangnya elastis
32. 32
pembuluh darah sehingga efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang dan perubahan
posisi dari tidur keduduk atau dari duduk ke berdiri
dapat menyebabkan tekanaan darah menurun menjadi
65 mmHg yang akan mengakibatkan pusing mendadak.
Tekanan darah akan naik yang diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
3) Respirasi
Otot-ototpernafasan kekuatannya menurun dan
kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
4) Persarafan
Saat panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon dan waktu
bereaksi khusus yang berhubungan dengan stres,
berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson,
sehingga menyebabkan kekurangannya respon motorik
dan refleks
Pada sistem pernafasan terjadi pengecilan saraf
panca indra yang mengakibatkan kurangnya
pengelihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
33. 33
saraf pencium dan perasa serta lebih sensitif teradap
perubahan suhu. Hubungan pernafasan menurun dan
lambat berespon atau bereaksi khususnya terhadap
stress.
Menurutnya hubungan persarafan, berat otak pun
menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya). Respon dan waktu untuk bereaksi
lambat, khususnya terhadap stress. Saraf panca indra
mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran
menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil,
lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendanya
ketahanan terhadap dingin. Kurang sensitif terhadap
sentuhan.
5) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami
kekuatan Pada sistem pendengaran terjadi atrofi pada
membran timpani dan penumpukan serumen yang
dapat mengeras karena peningkatan kratein, sehingga
hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga
dalam terutama terhadapsuara-suara tinggi, suara yang
tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.
34. 34
6) Penglihatan
Pada sistem penglihatan sfingter pupil timbul
sclerosis dan respon terhadap sinar menghilang, terjadi
kekeruhan pada lensa, menjadi katarak, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat dan susa bila
mengelihat gelap, terjadi penurunaan/hilangnya daya
akomodasi, dengan manifestasi presbiopi, sulit untuk
mengelihat dekat yang dapat mempengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang
menurun, luas pandangan berkurang, daya untuk
membedakan warna menurun, terutama warna biru
atau hijau.
7) Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis) bungkuk (kifosis), persendian membesar
dan menjadi kaku(atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut dan mengalami sclerosis.
Pada sistem muskuloskeletal terjadi gangguan
tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
Kekuatan dan kestabilan tulang menurun, terutama
pada bagian vertebra, pergelangan. Insiden
osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut. Kartilago yang meliputi permukaan sendi
35. 35
tulang penyangga rusak dan haus. Kifosis, gerakan
pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, terjadi
gangguan berjalan, discus Intervetebralis menipis dan
menjadi pendek (tingginya berkurang). Atrofi serabut
otot, serabut otot menjadi kecil sehingga gerakan
menjadi lambat, otot kram, dan menjadi tremor
(perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami).
Komposisi otot berubah sepanjang waktu (miofibril
digantikan oleh lemak, kolagen, dan jaringan peru).
8) Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya tahan
absopsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil
serta fungsi organ aksesori menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan
enzim.
9) Vesika urinaria
Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat. Prostate. Hipertrofi pada 75% lansia
36. 36
10) Endokrin
Produksi hormon menurun. Pada kelenjar pitiutary
pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya didalam pembuluh darah. Produksi dari ACTH,
TSH, FSH, LH, dan Aldosteron menurun, sekresi
hormon kelamin seperti progesteron, estrogen, dan
testosterone juga mengalami penurunaan.
11) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Rambut dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih
(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan
rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti
tanduk.
Pada sistem integumen, kulit mengerut atau keriput
akibat kehilangan jaringan lemak dan permukaan kulit
menjadi kusam, kasar, bersisi, timbul bercak pigmentasi
akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau
noda coklat, terjadi perubahan disekitar mata,
tumbuhnya kerutan halus diujungmata akibat lapisan
kulit menipis, jumlah dan fungsi kelenjar keringat
berkurang.
37. 37
12) Belajar dan memori
Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif
menurun. Memori (daya inggat) menurun karena proses
encoding. Lansia yang tidak memiliki demensia atau
gangguan alzheimer, masih memiliki kemampuan
belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar
sejak lahir sampai akhir hayat. Pelayanaan kesehatan
lanjut usia yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan yang
berhubungan dengan proses belajar yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang
dilayani. (Maryam, 2016)
b. Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi pada lansia meliputi:
1) Peran : Post power Syndrome Single Women dan
Parent.
2) Keluarga : Kesendirian, kehampaan
3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka
muncul perasaan Kepada akan meninggal. Berada di
rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak
berkembang).
4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan
nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).
38. 38
5) Masalah hukum : Perlindungan dengan perlindungan
aset dan kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak
masih muda.
6) Pensiun : Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana
pensiun). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan
memberi uang.
7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
yang cocok bagi lansia dan income security.
8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.
9) Keamanan : Jatuh, terpeleset.
Transportasi : Kebutuhan akan sistem transportasi yang
cocok bagi lansia.
10) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan
memberikan masukan dalam sistem politik yang berla
ku.
11) Pendidikan : Berkaitan dengan pengetahuan
Dan kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan
hak asasi manusia.
12) Agama : Melakukan ibadah.
13) Panti jompo : Merasa di buang/diasingkan. (Maryam,
2008)
39. 39
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor y ang mempengaruhi perubahan mental
adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat
kecerdasan dan kenangan. Kenangan dibagi menjadi dua,
yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-
hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan
kenangan jangka pendek atau sekitar (0-10 menit) biasanya
dapat berupa kenangan buruk. (Ferry Efendi, 2009)
B. Kemandirian Lansia
1. Defenisi kemandirian lansia
Kemandirian lansia dalam ADL didefenisikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi
kehidupan harian yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan
universal, ADL adalah bentuk pengukuran terhadap aktivitas
yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Proses penuaan
pada lansia cenderung berpotensi terhadap tingkat kemandirian
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.(Agung, 2016)
Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh
secara komulatif dalam perkembangan dimana individu akan
terus belajar untuk bersikap sendiri dalam menghadapi berbagai
situasi dilingkungan. Sehingga individu mampu berfikir dan
bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat memiliki
40. 40
jalan hidupnya untuk berkembang ke yang lebih mantap.
Kemandirian lansia dalam ADL didefenisikan sebagai
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi-
fungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia
secara rutin dan universal. (Husain, 2016)
Fungsi kongnitif memegang peranan penting dalam
memori dan sebagian besar aktivitas sehari-hari. Dampaknya,
fungsi fisik dan psikis lansia akan terganggu oleh sebab ini lansia
akan mengalami adanya penurunaan fungsi kongnitif yang
menunjukan kemampuan seseorang terutama bagi lansia.
Penurunan fungsi kongnitif merupakan masalah yang cukup
serius karena dapat menganggu ADL dan tingkat kemandirian.
2. Tingkat kemandirian Lanjut usia
Ketergantungan lanjut usia terjadi ketika mereka
mengalami menurunnya fungsi luhur/pikun atau mengidap
berbagai penyakit. Ketergantungan lanjut usia yang tinggal
diperkotaan akan dibebankan kepada anak, terutama pada anak
wanita. Anak wanita pada umumnya sangat diharapkan untuk
dapat membantu atau merawat mereka ketika orang sudah lanjut
usia. Anak wanita sesuai citra dirinya yang memiliki sikap
kelembutan, ketelatenan dan tidak adanya unsur “sungkan”
untuk minta dilayanin. Tekanan terjadi apabila lanjut usia tidak
memiliki anak atau anak pergi urbanisasi ke kota. Mereka
41. 41
mengharapkan bantuan dari kerabat dekat, kerabat jauh,
kemudian yang terakhir adalah panti sosial.
Kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas
kesehatan mental. Ditinjau dari kualitas kesehatan mental, dapat
dikemukakan hasil kelompok ahli dari WHO pada tahun 1959
yang menyatakan bahwa mental yang sehat (mental health)
mempunyai ciri- ciri sebagai berikut: (1) dapat menyesuaikan diri
dengan secara konstrukif dengan menyatakan/realitas, walau
realitas tadi buruk (2) Memperoleh kepuasan dari perjuangannya
(3) Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima (4)
Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas (5)
Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan
saling memuaskan (6) Menerima kekecewaan untuk dipakai
sebagai pelajaran untuk hari depan (7) Merasakan rasa
permusuhan pada penyelsaian yang kreatif dan konstruktif (8)
Mempunyai daya kasih sayang yang besar. (Hardywinato, 2015)
Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat
dari kualitas hidup. Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai
dari kemampuan melakukan aktifitas hidup sehari-hari. Aktifitas
kehidupan sehari-hari (AKS) menurut setiati (2000) ada 2 yaitu
AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar meliputi
kemampuan merawat diri seperti, makan, berpakaian, buang air
besar/kecil dan mandiri. Sedangkan AKS instrumental meliputi
42. 42
aktivitas yang kompleks seperti memasak, mencuci,
mengunakan pakaian dan mengunakan uang.
Salah satu kriteria orang mandiri adalah dapat
mengaktualisasi diri (self atualized) tidak menguntungkan
kepuasan-kepuasan utama pada lingkungan dan kepada orang
lain. Mereka lebih tergantung pada potensi- potensi mereka
sendiri bagi perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
Ada pun kriteria orang mandiri menurut Koswara (1991) adalah
mempunyai (1) kemantapan relatif terhadap pukulan-pukulan,
goncengan-goncengan atau frustasi (2) kemampuan
mempertahankan ketenangan jiwa (3) kadar arah yang tinggi (4)
agen yang merdeka (5) aktif dan (6) bertanggung jawab. Lanjut
usia yang mandiri dapat menghindari diri dari penghormatan,
status, prestise dan popularitas kepuasan yang berasal dari luar
diri mereka anggap kurang penting dibandingkan dengan
pertumbuhan diri.
Seorang yang mandiri menurut R. Boedhi Darmojo dalam
buku ilmu penyakit dalam, KUI (2006) adalah mampu
mengidentifikasikan sepuluh kebutuhan dasar lansia sebagai
berikut:
a. Makanan cukup dan sehat (heathy food)
b. Pakaian dan kelengkapannya (Cloth and common
accesories)
43. 43
c. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (Homes, a place
to stay)
d. Perawatan dan pengawasan kesehatan (Health care,
fasilities)
e. Hukum Bantuanteknis praktis sehari-hari/bantuan (Technical,
judicial assistance)
f. Transportasi umum bagi lansia (fasilities for public
transortation, etc)
g. Kunjungan, teman bicara/informasi (Visits, companies,
information, etc)
h. Rekreasi dan hiburan sehat yang lain (Rekreational activities
picncs etc)
i. Rasa aman dan tentram (Safety feelyng)
j. Bantuan alat panca indera seperti kacamata, harring aid
(other assistance/aid). Keseimbangan bantuan dan fasilitas
(continuation of subsidies and facilities).
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat maslow
dalam koswara (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) kebutuhan fisik (physiological needs)
adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang,
papan, seks dan sebagainya (2) kebutuhan ketentraman (safety
needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, baik lahir maupun batiniah seperti kebutuhan akan
44. 44
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
kebutuhan sosial (sosial needs) adalah kebutuhan untuk
bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui
panguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) kebutuhan harga diri (esteem needs)
adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan
keberdayaannya. Dan (5) kebutuhan aktual diri (self
actualisation needs) adalah kebutuhan untuk menggungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasarkan
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut
tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan masalah tersebut
kesehatan fisik dan psikis lanjut usia sehingga dapat
menghambat kemandirian seseorang lanjut usia.
Peorwadi (2001) mengartikan mandiri adalah dimana
seseorang dapat mengurusi dirinya, ini berarti bahwa jika
seseorang sudah menyatakan dirinya siap mandiri berarti dirinya
ingin sedikit mungkin minta pertolongan atau tergantung kepada
orang lain. Lanjut usia yang mandiri adalah lanjut usia yang
kondisi sehat dalam arti luas masih mampu untuk menjalankan
kehidupan pribadinya. Kemandirian pada lanjut usia meliputi
kemampuan lanjut usia dalam melakukan lanjut usia dalam
melakukan aktifitas sehari-hari, seperti: Mandi, berpakaian rapi,
45. 45
pergi ketoilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK atau
BAB, serta dapat makan sendiri. (Setiati, 2000)
Suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Penentuan kemandirian fungsional dapat me ngidentifikasikan
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat.(Maryam, 2008)
3. Activiti Daily Living
(ADL) adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif.
Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi
dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap
mampu kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana
induvidu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya
sendiri tanpa bergantung pada orang lain. (Maryam, 2014)
46. 46
4. Faktor yang mempengaruhi kemandirian ADL lansia
a. Kondisi kesehatan
Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi
adalah mereka yang secara fisik dan psikis memiliki
kesehatan yang mencukup prima. Dengan kesehatan baik
bagi lansia mereka dapat melakukan aktivitas sehari-hari
nya dengan baik seperti mengurus dirinya sendiri dan
aktivitas lainnya. Dari hal ini bahwa kemandirian bagi
lansia dapat dilihat dari kualitas kesehatanya.
Adapun lansia yang cenderung tidak mandiri yang
diakibatkan oleh keadaan fisik maupun psikisnya yang
kadang-kadang sakit ataupun mengalami gangguan. Hal
ini akan menghambat kegiatan harian lansia sehingga
lansia tidak dapat melakukan kegiatannya dengan sendiri
akan tetapi dibantu atau ketergantungan orang lain
1) Kondisi Ekonomi
Lanjut usia yang mandiri pada kondisi ekonomi
sedang ini berarti lansia tersebut masih dapat
menyesuaikan dengan keadaannya saat ini, misalnya
perubahan gaya hidup. Walaupun upah yang
diberikan sedikit tetapi mereka akan merasa puas
karena ternyata dirinya masih berguna bagi orang lain.
Adapula lansia yang tidak mandiri pada ekonominya,
47. 47
lansia yang tidak bekerja akan tetapi mendapat
bantuan dari anak-anaknya atau keluarga.
2) Kondisi sosial
Kondisi ini menunjukkan kebahagiaan bagi
lansia yaitu lansia yang masih mampu mengikuti
kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat,
keluarga dan orang lain. (Husain, 2016)
3) Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seseorang
klien menunjukan tanda kemauan dan kemampuan,
ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap
ketidakmampuan melaksanakan ADL. Saat
perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang
secara perlahan-lahan beruba dari tergantung menjadi
mandiri dalam melakukan ADL.
4) Kesehatan fisiologi
Kesehatan fisiologi seseorang dapat
mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam ADL,
contoh sistem nervous mengumpulkan,
menghantarkan dan mengelola informasi dari
lingkungan. Sistem muskuloskeletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga
dapat merespon sensori yang masuk dengan cara
48. 48
melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini
misalnya, karena penyakit, atau trauma injuri dapat
menganggu pemenuhan ADL. (Hardywinoto, 2017)
5) Fungsi kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam melakukan ADL.
Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasi dan menginterprestasikan sensor
stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah.
Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi
kognitif dapat menganggu dalam berpikir logis dan
menghambat kemandirian dalam melaksanakan ADL.
(Hardywinoto, 2017)
6) Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu mahluk
hidup mengatur lingkungan fisik sekitarnyadan
membantu homeostasis internal (keseimbangan
dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi
yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam
perbedaan irama sirkardian membatu pengaturan
aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon.
Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama
sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari
49. 49
terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi
ADL
7) Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik
terhadap berbagai macam kebutuhan faktor yang
dapat menyebabkan stress (stresor), dapat timbul dari
tumbuh atau lingkungan atau dapat menganggu
keseimbangan tubuh. Stresor tersebut dapat berupa
fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti
kehilangan.
8) Fungsi motorik
Akibat perubahan morfologi pada otot
menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu
terjadinya penurunaan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu
reaksi dan relaksasi, dan kinerja fungsional.
Selanjutnya, penurunaan fungsi dan kekuatan otot
akan mengakibatkan kejadian berikut ini : Penurunan
kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh,
hambatan dalam gerak duduk ke berdiri, peningkatkan
resiko jatuh, penurunan kekuatan otot dasar panggul
dan perubahan postur.
50. 50
9) Fungsi psikologi
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan
seseorang untuk mengingatkan sesuatu hal yang
lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara
yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang
kompleks antara prilaku intrapersonal contohnya
akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan
emosi dapat menganggu interpersonal seperti
masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau
disfungsi dalam menampilkan peran juga dapat
mempengaruhi dalam pemenuhan ADL.
(Hardywinoto, 2017)
C. Nilai (ADL)
Untuk menetapkan salah satu lansia dikatakan mandiri
a. Mandi : Dinilai kemampuan klien untuk mengosok/
membersihkan sendiri seluruh bagian badan, atau dalam hal
mandi dengan cara pancuran (shower) atau dengan cara
masuk dan keluar sendiri dari bathtub.
b. Berpakaian : Dikatakan dependen bila mampu mengambil
sendiri pakaian dalam lemari atau laci misalnya mengunakan
sendiri bajunya, memasuk kancing atau resleting dan mengikat
tali sepatu jika mengunakannya.
51. 51
c. Toileting : Dikatakan dependen lansia mampu ke toilet sendiri,
beranjak dari kloset, merapikan pakaian sendiri, merapikan
sendiri organ ekskresi dan jika memerlukan bedpan atau pispot
dapat melakukannya dengan sendiri.
d. Menyiapkan obat : Dikatakan dependen lansia dapat
menyiapkan obat sendiri pada waktu sakit/sedang
mengkonsumsi obat-obatan.
e. Kontinensia : Tergolong dependen bila mampu buang hajat
sendiri (urinasi dan defekasih) dan jika melakukan bed pan
dapat melakukan sendiri.
f. Makan : Dependen bila mampu menyuap makanan sendiri,
mengambil dari piring. Dalam penelitian tidak termasuk
hidangan seperti memotong daging dan mengoles roti
mengunakan selai/mentega ini tidak termasuk kedalam
golongan dependen.
g. Kesehatan diri : (cuci muka, menyisir, mencukur rambut,
menyikat gigi) klien mampu mencuci tangan dan wajah,
menyisir rambut, menyikat gigi, dan mencukur, sekaligus
mengambil pisau cukur dari lemari, untuk wanita mampu
berdandan, menyisir rambut, dan merapikan rambut.
h. Berjalan (berjalan datar) : Klien mampu berjalan tanpa bantuan
pengawasan. Klien dapat mengunakan ekstermitas palsu dan
juga mengunakan alat bantu seperti cruck, cane, atau walkertte
52. 52
namun bukan rolling walker. Mampu mengunci dan melepas
pengait, mampu melakukan posisi berdiri, dan duduk.
i. Lingkungan aktivitas fisik : Dapat melakukan aktivitas di dalam,
atau diluar rumah seperti melakukan pekerjaan rumah,
mencuci, menyapu, mengepel, menyetrika, mengunakan
transportasi, berjalan, dan berekreasi.
j. Spiritual : Dapat menjalankan kewajiban beribadahnya dengan
baik salah satunya sholat lima waktu dan mengikuti kegiatan
agar berkontemplasi tentang makanan kehidupan menurut
agama dan kepercayaannya.
k. Mengambil keputusan : Dikatakan mandiri apabila lansia masih
bisa dilibatkan dalam mengambil keputusan dalam keluarga,
dan dikatakan tergantung apabila lansia sudah tidak sama
sekali dilibatkan membuat keputusan. Bagaimana seorang
merefleksi arti kehidupan yang dijalani, dapat menentukan
kehidupan sehari-hari dan peduli tentang isu-isu kemanusiaan.
53. 53
D. Kerangka teori
Gambar 2.1:Kerangka teori.
Kemandirian lansia
dalam melakukan ADL
meliputi:
a. Mandi
b. Berpakaian
c. Toileting
d. Makan
e. Kesehatan diri
f. Berjalan (jalan
datar)
g. Lingkungan
aktivitas fisik
h. Spiritual
Lansia
Perubahan
Kemandirian ADL
a. Perubahan
fisik
b. Perubahan
sosial
c. Perubahan
mental
sehat
sakit
54. 54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas maka
dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Penelitian:
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Mandi
Berpakaian
Toileting
Makan
Kesehatan diri
Berjalan (jalan datar)
Lingkungan aktivitas
fisik
Spiritual
KemandirianL
ansia
55. 55
B. Definisi Operasional.
Tabel 2.1 Definisi Operasional
N
O
Variabel
Dependen
Definisi
Operasional
Alat ukur Kriteria
objektif
Skala
1. Mandi Kemampuan
untuk menyiram
tempat tertentu,
menyabuni serta
menggosok daki
di tempat
tertentu,
menyirami
kembali anggota
tubuh yang
terkena sabun,
mengunakan
handuk sampai
mengeringkan
tubuh.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
3
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 3
Ordinal
2. Berpakaian Kemampuan
untuk
mengenakan
pakaian dari
gantungan baju
atau setelah
mandi,
mengambil baju
dari rak,
mengenakan,
serta mengancing
atau membuka
atau
melepaskanya.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
4
Kurang
mampu :
jika
Skor ≤ 4
Ordinal
56. 56
3. Toileting Kemampuan
mengatur hajat
besar dan kecil,
seperti masuk
dan keluar WC,
mencopot serta
merapikan
pakaian serta
kemampuan
untuk cebok atau
membersihkan
alat vitalnya.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
4
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 4
Ordinal
4. Makan Kemampuan
untuk
menyiapkan
makanan yang
sederhana untuk
dirinya, meliputi
kemampuan
untuk
menyendokkan
nasi dalam piring,
memilih lauk,
kemandirian
dalam
menghabiskan
makanan serta
kebersihan
piring/gelas serta
kerapihanmeletak
an peralatan
makanaan.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
3
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 3
Ordinal
5. Kesehatan
diri
Mampu untuk
mencuci muka,
menyisir rambut,
menyikat gigi,
mencuci tangan.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
4
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 4
Ordinal
57. 57
6. Berjalan
(jalandatar)
Mampu berjalan
tanpa
pengawasan,
seperti
menggunakan
kursi roda, dan
menggunakan
tongkat,mampu
melakukan posisi
berdiri, dan
duduk.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
3
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 3
Ordinal
7. Lingkungaakti
vitasfisik
Kemampuan
melakukan
aktivitas di dalam,
maupun diluar
rumah seperti
melakukan
pekerjaan rumah,
mencuci,
menyapu,
mengepel, dan
pekerjaan lainya.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
4
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 4
Ordinal
8. Spiritual Kemampuan
menjalankan
kewajiban
seperti: beribada
dengan baik.
Kuesioner Mampu :
jikaskor>
3
Kurangma
mpu : jika
Skor ≤ 3
Ordinal
Variabel
Independen
Definisi
Oprasional
Alat Ukur Kriteria
Objektif
Skala
9 Kemandirian
lansia
Kemampuan
lansia dalam
melakukan
aktifitas
Kuesioner Mampu
jika skor >
28
Kurang
mampu
jika skor ≤
28
Ordinal
58. 58
C. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat observasi dengan melakukan
pengamatan langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit
analisis dengan cara melihat dan mengamati dengan teliti dimana
penelitian ini tujuan untuk mengetahui bagaimanakah gambaran
tingkat kemandirian lansia terhadap ADL.
D. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di BRSLU Gau Mabaji Gowa.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal, 29 Mei-15 Juni
2019.
E. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti yang akanditeliti.
PopulasidalampenelitianiniadalahseluruhLansia yang beradadi
BRSLU GauMabajiGowa yang berjumlah 28 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik
sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan
59. 59
pengambilan total sampling karena jumlah populasi yang kurang
dari 100 seluruh populasi di jadikan sampel penelitian semuanya,
disini peneliti mengambil 24 responden.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karateristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi dan terjangkau akan diteliti.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Lansia yang bersedia menjadi responden
2) Lansia yang di BRSLU Gau Mabaji Gowa
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek
penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi
syarat sebagai sampel penelitian.
1) Lansia yang mempunyai penyakit kronik
2) Lansia yang berusia > 70 tahun
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah dan
menyajikan data-data secara sistematis serta objektif .
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu
bagian yaitu : lembar observasi kemandirian lansia (ADL) dengan
skala ukur Guttman dengan kategori ya = 1, tidak = 0.
60. 60
Lembar observasi ini terdiri dari 56 pernyataan, variabel
independen kemandirian lansia tentang kemandirian lansia (ADL)
dengan mengunakan skala Guttman.
1. Mandi : 6 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 6 x 1 = 6 dan nilai
terendah adalah 6 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range ceriteria
untuk data mendi (ADL) adalah 6 / 2 = 3. Sehingga kriteria opjektif :
dikatakan mampu jika skornya > 3 dan dikatakan tidak mampu,
jika skornya ≤ 3.
2. Berpakaian : 8 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 8 x 1 = 8 dan nilai
terendah adalah 8 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range ceriteria
untuk data berpakaian (ADL) adalah 8 / 2 = 4. Sehingga kriteria
opjektif : dikatakan mampu jika skornya > 4 dan dikatakan tidak
mampu, jika skornya ≤ 4.
3. Toileting : 8 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 8 x 1 = 8 dan nilai
terendah adalah 8 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range ceriteria
untuk data toileting (ADL) adalah 8 / 2 = 4. Sehingga kriteria opjektif
: dikatakan mampu jika skornya > 4 dan dikatakan tidak mampu,
jika skornya ≤ 4.
4. Makan : 6 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 6 x 1 = 6 dan nilai
terendah adalah 6 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range ceriteria
untuk data makan (ADL) adalah 6 / 2 = 3. Sehingga kriteria opjektif :
dikatakan mampu jika skornya > 3 dan dikatakan tidak mampu,
jika skornya ≤ 3.
61. 61
5. Kesehatan diri : 8 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 8 x 1 = 8 dan
nilai terendah adalah 8 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range
ceriteria untuk data kesehatan diri (ADL) adalah 8 / 2 = 4. Sehingga
kriteria opjektif : dikatakan mampu jika skornya > 4 dan dikatakan
tidak mampu, jika skornya ≤ 4.
6. Berjalan : 6 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 6 x 1 = 6 dan nilai
terendah adalah 6 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range ceriteria
untuk data berjalan (ADL) adalah 6 / 2 = 3. Sehingga kriteria opjektif
: dikatakan mampu jika skornya > 3 dan dikatakan tidak mampu,
jika skornya ≤ 3.
7. Lingkungan aktivitas fisik : 8 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 8 x 1
= 8 dan nilai terendah adalah 8 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan
range ceriteria untuk data lingkungan aktivitas fisik (ADL) adalah 8 /
2 = 4. Sehingga kriteria opjektif : dikatakan mampu jika skornya >
4 dan dikatakan tidak mampu, jika skornya ≤ 4.
8. Spiritual : 6 pernyataan. Nilai tertinggi adalah 6 x 1 = 6 dan nilai
terendah adalah 6 x 0 = 0 maka untuk mendapatkan range ceriteria
untuk data spiritual (ADL) adalah 6 / 2 = 3. Sehingga kriteria opjektif
: dikatakan mampu jika skornya > 3 dan dikatakan tidak mampu,
jika skornya ≤ 3.
Kemandirian lansia secara keseluruhan 56 pernyataan yang
mandiri.
62. 62
Nilai tertinggi adalah 56 x 1 = 56 dan nilai terendah adalah 56 x 0
= 0. Maka untuk mendapatkan range criteria untuk data kemandirian
lansia (ADL) adalah : 56 / 2 = 28. Sehingga kriteria objektif : dikatakan
mampu jika skornya > 28 dan dikatakan tidak mampu jika skor ≤ 28.
G. Pengumpulan data penelitian
1. Data primer
Menjelaskan lembar observasi terhadap responden pada
lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun persiapan yang
dilakukan yaitu :
a) Memasukan surat izin penelitian di BRSLU Gau Mabaji Gowa.
b) Masuk ketempat penelitian / wisma untuk meneliti
c) Kesedian menjadi responden
d) Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat penelitian kepada
responden.
e) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya
kepada peneliti.
f) Peneliti mengisi lembar observasi dari responden.
g) Hasil skor dari lembar observasi selanjutnya peneliti akan
dianalisis.
2. Data Sekunder
Data yang di peroleh dari BRSLU Gau Mabaji Gowa. Dan dari
pihak lansia yang terkait pemenuhan ADL Adapun prosesnya
anatara lain :
63. 63
a) Mengurus surat pengantar / surat izin pengambilan data awal di
BRSLU Gau Mabaji Gowa.
b) Data awal (data sekunder) diperoleh dari pengurus BRSLU Gau
Mabaji Gowa.
c) Mengurus surat izin penelitian dan melakukan penelitian pada
tanggal 29 Mei-15 Juni 2019.
d) Mengambil surat telah melakukan penelitian.
H. Pengelolahan data
1. Editing
Proses editing (penyuntingan data) dilakukan dengan
memeriksa setiap lembar kusioner yang di isi kemudian data di
kelompokan sesuai dengan kriteria. Dalam proses editing dalam
penelitian ini tidak menemukan masalah, yang berarti karena
responden telah bersedia menjadi responden.
2. Coding
Memberikan kode pada setiap data dan mengubah data ke
bentuk yang lebih ringkas dengan mengunakan kode tertentu untuk
memudahkan memasukan data ke program komputer. Peneliti
memberikan kode masing-masing data antara lain :
a. Jenis kelamin : apabila sampel termasuk jenis kelamin laki-laki
di berikan kode “1” perempuan di berikan kode “2”.
b. Umur : apabila sampel termasuk usia yang berumur 60-65
tahun diberikan kode “1” umur 66-70 tahun di berikan kode “2”.
64. 64
c. Mandi : apabila sampel termasuk mandi yang mampu di
berikan kode “1” yang tidak mampu di berikan kode “2”.
d. Berpakaian : apabila sampel termasuk berpakaian yang mampu
di berikan kode “1” jika tidak mampu di berikan kode “2”.
e. Toileting : apabila sampel termasuk toileting yang mampu di
berikan kode “1” jika tidak mampu di berikan kode “2”
f. Makan : apabila sampel termasuk makan yang mampu di
berikan kode “1” jika tidak mampu di berikan kode “2”.
g. Kesehatan diri : apabila sampel termasuk kesehatan diri yang
mampu maka di berikan kode “1” jika tidak mampu di berikan
kode “2”.
h. Berjalan : apabila sampel termasuk berjalan yang mampu di
berikan kode “1” jika tidak mampu diberikan kode “2”
i. Lingkungan aktivitas fisik : apabila sampel termasuk lingkungan
aktivitas fisik yang mampu maka du berikan kode “1” jika tidak
mampu di berikan kode “2”.
j. Spiritual : apabila sampel termasuk spiritual yang mampu di
berikan kode “1” jika tidak mampu di berikan kode “2”.
3. Tabulating
Setelah dilakukan pengkodean, kemudian data dimasukkan
kedalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki. Setiap data
terkoding yang dimasukkan ke program SPSS 22 kemudian
65. 65
ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk
distribusi frekuensi.
4. Analisa data
Analisa data dari peneliti adalah analisa univariat yaitu data dari
peneliti dianalisa dan ditampilkan dengan presentasi dalam bentuk
tampilan tabel yang mengambarkan frekuensi dari tingkat
kemandirian dan ketergantungan lanjut usia dalam pemenuhan
aktifitas sehari-hari. Adapun variabel yang di tammpilkan mengenai
kemandirian yaitu : mandi, berpakaian, toileting, makan, kesehatan
diri, berjalan, lingkungan aktivitas fisik, dan spiritual.
I. Etika penelitian
1. Informend consent / lembar persetujuan
Pada saat penelitian, yang sebelumnya peneliti menjadikan
manfaat dan tujuan jika bersedia menjadi responden
menandatangani lembar persetujuan, jika tidak terima maka
responden tidak di tanda tangan
2. Anonimity / kerahasiaan identitas
Pada saat penelitian, peneliti tidak mencantumkan nama
pada lembar observasi, cukup dengan inisial dan memberi nomor
pada masing-masing lembar observasi.
66. 66
3. Confidentiality / kerahasian informasi
Peneliti menghormati hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi.
Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang
diketahuinya kepada orang lain. Peneliti tidak memberikan
identitas responden dan data hasil penelitian kepada orang lain.
67. 67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Jenis kelamin dan umur
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
dan umur di BRSLU Gau Mabaji Gowa
karakteristik n %
Jenis kelamin
Laki-laki 15 62.3
Perempuan 9 37.5
Total 24 100
Umur n %
66-70 14 58.3
60-65 10 41.7
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa, jumlah
responden yang banyak yaitu jenis kelamin laki-laki
sebanyak 15 responden (62.5%), dan perempuan
sebanyak 9 responden (37.5%). Jumlah responden umur
66-70 sebanyak 14 responden (58,3%) umur 60-65
sebanyak 10 responden (41,7%).
68. 68
b. Mandi
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan mandi di
BRSLU Gau Mabaji Gowa
Mandi n %
Mampu 23
95.8
Tidak mampu 1 4.2
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.2. menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampu mandi sendiri 23 responden (95.8)
dan yang tidak mampu sebanyak 1 responden (4.2%).
c. Berpakaian
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan berpakaian di
BRSLU Gau Mabaji Gowa
Berpakaian n %
Mampu 24
100
Tidak mampu 0 0
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.3. Menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampu berpakaian 24 responden (100%)
dan yang tidak mampu tidak ada.
69. 69
d. Toileting
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan toileting di
BRSLU Gau Mabaji Gowa
Toileting n %
Mampu 24
100
Tidak mampu 0 0
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.4. Menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampu toileting 24 responden (100%) dan
yang tidak mampu tidak ada.
e. Makan
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan makan di
BRSLU Gau Mabaji Gowa
Makan n %
Mampu 22
91.7
Tidak mampu 2 8.3
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.5 Menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampu untuk makan 22 responden
(91.7%) dan responden yang kurang mampu sebanyak 2
responden (8.3%).
70. 70
f. Kesehatan diri
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesehatan diri
di BRSLU Gau Mabaji Gowa
Kesehatan diri n %
Mampu 21
87.5
Tidak mampu 3 12.5
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.6. Menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampu untuk kesehatan diri 21
responden (87.5) dan yang kurang mampu sebanyak 3
responden (12.5%).
g. Berjalan
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan berjalan di
BRSLU Gau Mabaji Gowa
Berjalan n %
Mampu 11
45.8
Tidak mampu 13 54.2
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.7. Menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampu berjalan11 responden (45.8%) dan
yang tidak mampu sebanyak 13 responden (54.2%)
71. 71
h. Lingkungan aktivitas fisik
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lingkungan
aktivitas fisik di BRSLU Gau Mabaji Gowa
Lingkungan
aktifitas visik
n %
Mampu 10
41.7
Tidak mampu 14 58.3
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.8. Menunjukan bahwa, jumlah
responden lingkungan aktivitas fisik yang mampu 10
responden (41.7%) dan yang tidak mampu 14 responden
(58.3%).
i. Spiritual
Tabel 4.9
Distribusi frekuensi responden berdasarkan spiritual di
BRSLU Gau Mabaji Gowa
Spiritual n %
Mampu 4
16.7
Tidak mampu 20 83.3
Total 24 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 4.9. Menunjukan bahwa, jumlah
responden yang mampudalam spiritual 4 responden
(16.7%) yang kurang mampu sebanyak 20 responden
(83.3%).
72. 72
B. Pembahasan
1. Jenis kelamin dan umur
Pada umumnya Jumlah responden yang lebih tinggi
yaitu berjenis kelamin laki-laki. Menurut (Rinajumita 2015),
menunjukan bahwa hasil responden yang berjenis kelamin laki-
laki lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan usia
harapan hidup laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan, yaitu 71,74 tahun untuk usia harapan hidup laki-
laki dan 67,51 untuk usia harapan hidup perempuan.
Pada umumnya responden yang tertinggi dari
responden yang berumur 66-70 tahun. Dengan bertambahnya
usia manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia
tersebut, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kongnitif,
perasaan, social, dan seksual.Menurut (Maryam 2016), Umur
lansia akan bertambah berdampak pada ketidak mampuan
lansia untuk melakukan aktivitas fisik sehingga akan mengalami
ketergantungan kepada keluarga. Ketergantungan lanjut usia
disebabkan kondisi lansia banyak mengalami kemunduran fisik
maupun psikis. Sedangkan bila dilihat dari tingkat
kemandiriannyayang dinilai berdasarkan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
73. 73
2. Mandi
Hampir semua aspek mampu untuk mandi sendiri,
karena pada saat penelitian sesuai hasil observasi yang saya
dapatkan lansia tersebut mampu: menyiramkan air keseluruh
tubuhnya, menyabuni serta mengosokan daki ditempat tertentu,
menyiram kembali angota tubuhnya setelah di sabun, dan
mengeringkan badan setelah mandi;sedangkan yang tidak
mampu, karena lansia tersebut tidak mampu: menyabuni serta
mengosokan daki ditempat tertentu,mengosok dan
membersihkan badannya, menyikat kaki dan tangan, dan
mengeringkan badan setelah mandi. Menurut (Tarwoto 2014),
personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejatraan fisik
dan psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan
personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun
sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan
kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari
pertahann melawan infeksi dari implementasi tindakan hygiene
pasien, atau membantu angota keluarga untuk melakukan
tindakan maka akan menambah tingkat kesehatan pasien.
74. 74
3. Berpakaian
Hampir semua aspek mampu untuk berpakaian sendiri,
karenapada saat penelitian sesuai hasil observasi yang saya
dapatkan lansia tersebut mampu: menyiapkan pakaian,
membuka dan mengeluarkan pakaian dari tubuh, memakai
sendiri pakaian, mengambil sendiri pakaian dari lemari,
mengenakan pakaian dari gantung, merapikan pakaian
kedalam lemari, memasukan kancing atau resleting, dan
mengikat tali sepatu jika mengunakanya.
Hal ini dikarenakan defisit kognitif yaitu berkurangnya
kemampuan berpikir seperti agnosia yaitu sulit untuk
mengidentifikasi benda dan apraksia yaitu ketidakmampuan
melakukan gerakan sehingga mereka kesulitan untuk
melakukan kegiatan walaupun hal yang sederhana seperti
mengancingkan baju. Hal ini relevan dengan penelitian
(Kuntjoro 2016), yang menyatakan bahwa mengalami
penurunan fungsi daya inggat dan daya pikir yang dapat
menimbulkan gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari salah
satunya aktivitas berpakaian.
4. Toileting
Hampir semua aspek mampu untuk toileting
sendiri,Karena pada saat penelitian sesuai hasil observasi yang
saya dapatkan lansia tersebut mampu:ke toilet sendiri,
75. 75
mengatur BAB dan BAK, membuka dan memasukan celana
setelah BAB dan BAK, atau membersihkan alat vitalnya,
merapikan sendiri organ ekskresi, menyiram air kedalam kloset,
dan mengunakan pispot jika di gunakan.
Hal ini dikarenakan penderitaan mengalami gangguan
fungsi daya inggat yang makin lama makin berat terutama daya
inggat jangka pendek. Sehingga tidak mengherankan jika
meraka sering lupa dimana mereka meletakan barang-barang
yang baru saja mereka gunakan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang
dikemukakan oleh (Gauntlett 2014), yang menyatakan bahwa
deficit fungsional pada gangguan neorologis (demensia)
mungkin berhubungan dengan penurunan mobilitas lansia yang
disebabkan oleh penurunaan kekuatan, rentang gerak, dan
kelenturan. Dengan berkurangnya kebebasan gerak, lansia
mungkin memiliki kesukaran berdandan, toileting dan makan.
Lansia yang mengalami demensia dip anti ini mengalami
penurunaan kemampuan mobilitas seperti sakit ketika bergerak
atau merasa kaku pada ekstrimitasnya. Namun lansia masih
bisa melakukan aktivitas ini seperti biasa tampa membutukan
bantuan orang lain. Gangguan yang timbul berupa lupanya
lansia meletakan perlengkapan toiletingnya.
76. 76
5. Makan
Hampir semua aspek mampu untuk makan sendiri,
karena pada saat penelitian sesuai hasil observasi yang saya
dapatkan lansia tersebut mampu: menyiapkan makan untuk
dirinya, menyuap makan sendiri, memilih lauk, menyendokkan
nasi dalam piring dan membersihkan piring setelah makan.
Sedangkan yang tidak mampu.karena lansia tersebut tidak
mampu:menyiapkan makan untuk dirinya, untuk memilih lauk,
menghabiskan makan, dan membersihkan piring setelah
makan.
Hal ini dikarenakan karena pada penderita demensia
terjadi krusakan pada system syaraf pusat yang dapat
mengakibatkan hilangnya memori jangka pendek sehingga
lansia sulit menginggat kejadian yang terjadi dalam waktu yng
singkat seperti tidak inggat makanan apa yang dimakan
sebelumnya.
6. Kesehatan diri
Hampir semua aspek mampu untuk kesehatan diri,
karena pada saat penelitian sesuai hasil observasi yang saya
dapatkan lansia tersebut mampuPada umumnya responden
yang mampu lebih banyak dari yang tidak mampu karena, pada
saat penelitian sesuai hasil observasi yang saya dapatkan
lansia tersebut mampu: membersihkan muka, menyisir rambut,
77. 77
mencukur kumis, mencuci tangan, dan mengorek kotoran
dalam telinga. Sedangkan yang tidak mampu. karena lansia
tersebut tidak mampu: mengikat rambut, berdandan, menyikat
gigi, dan mengorek kotoran di dalam telinga.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamia
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupanya
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
masa tua berarti mengalami perubahan fisik maupun pesikis.
Prubahan fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut
memutih, penurunaan pendengaran, pengelihatan memburuk,
gerak lambat, kelainaan berbagai fungsi organ vital, sensivitas
emosional meningkat, dan kurang gairah. Perubahan-
perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada
kemunduran kesehatan fisik dan pesikis yang akhirnya akan
berpengaru juga pada aktivitas social mereka, sehingga secara
umum akan berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari(Nugroho 2018).
7. Berjalan
Hampir semua aspek tidak mampu untuk berjalan
sendiri, karena pada saat penelitian sesuai hasil observasi yang
saya dapatkan lansia tersebut mampu:berjalan tampa
pengawasan, melakukan posisi berdiri,jalan santai mengelilingi
78. 78
panti, dan naik turun tempat tidur. Sedangkan tidak mampu
berjalan karena, lansia tersebut tidak mampu: melakukan posisi
berdiri, megimbangkan badan pada saat berjalan, naik turun
tangga, dan jalan santai mengelilingi panti.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Suhartini 2015), dikelurahan Jambangan Jawa
Timur menunjukan bahwa sebagian besar responden mandiri
yaitu (73,1%) dan sejalan juga dengan penelitian (Silvina 2017),
dari 50 responden ada sebanyak 27 orang dengan mandiri
total, tergantung paling ringan ada sebanyak 11 orang,
tergantung ringan ada 2 orang, tergantung sedang ada 3 orang,
tergantung berat ada 3 orang, dan tergantung paling berat ada
3 orang, penelitian ini jga didukung oleh (Rinajumita 2015),
yang dilakukan pada 90 responden diwilaya kerja puskesmas
Lampasi, menunjukan bahwa sebagin besar responden dapat
melakukan aktivitasnya sendiri/mandiri yaitu 87,78%.
8. Lingkungan aktivitas fisik
Hampir semua aspek tidak mampu untuk lingkungan
aktivitas sendiri sendiri, karena pada saat penelitian sesuai
hasil observasi yang saya dapatkan lansia tersebut mampu:
mencuci dan menjemur pakaian, membersihkan rumah seperti
menyapu dan mengepel, dan menimba air. Sedangkan yang
tidak mampu karena, lansia tersebut tidak mampu: mencuci
79. 79
dan menjemur pakaian, membersihkan rumah seperti menyapu
dan mengepel, membersihkan diluar rumah, melap kaca
jendela, menyeterika, dan melakukan senam.
Menurut(Maryam 2016), bahwa kemandirian,
kemampuan atau keadaan dimana induvidu mampu mengurus
atau mengatasi kepentingannya sendiri tampa bergantungan
dengan orang lain. Lansia yang mandiri adalah lansia yang
kondisinya sehat dalam arti luas masih mampu untuk
menjelaskan kehidupan pribadinya. Lansia yang sehat berarti
lansia yang menurut penelitian dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tampa bantuan orang lain. Kemandirian pada lansia
meliputi kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, seperti: mandi, berpakaian rapi, ke toilet, berpinda tempat,
dapat mengontrol buang air kecil(BAK), atau buang air besar
(BAB), serta dapat makan sendiri (Palestin 2015).
9. Spiritual
Hampir semua aspek tidak mampu untuk spiritual,
karena pada saat penelitian sesuai hasil observasi yang saya
dapatkan lansia tersebut mampu: Menjalankan ibadah sesuai
agama dan kepercayaan yang dianut, membaca
Alkitab/Alquran, dan melayani orang lain. Sedangkan yang
tidak mampu karena lansia tersebut tidak mampu: mengikuti
aktivitas diwaktu luang seperti kegiatan keagamaan (pengajian)
80. 80
sosial, menerapkan ilmu agamanya, shering ilmu agamanya,
dan melayani orang lain.
Spiritual berhubungan dengan aspek kepercayaan
manusia terhadap kekuasaan sang pencipta menyakini wujud
ciptaanNya berupa alam semesta beserta isinya. Seperti halnya
dengan keyakinaan dalam agama maka spiritual dan agama
tidak dapat dipisahkan karena keduanya mempengaruhi
kehidupan manusia. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu
yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan
orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi
orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati
setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan
mengakui Tuhan.
81. 81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini maka peneliti
berkesimpulan bahwa:
1. Lansia yang mampu mandi sendiri sebanyak 23 responden
(95.8%).
2. Lansia yang mampu berpakaian sendiri sebanyak24
responden (100%)
3. Lansia yang mampu toileting sendiri sebanyak 24 responden
(100%)
4. Lansia yang mampu makan sendiri sebanyak 22 responden
(91.7%)
5. Lansia yang mampu menjaga kesehatan diri sebanyak 21
responden (87.5%)
6. Lansia yang mampu berjalan sendiri sebanyak 11 responden
(45.8%)
7. Lansia yang mampu lingkungan aktivitas fisik sebanyak 10
responden (41.7%)
8. Lansia yang mampu spiritual sendiri sebanyak 4 responden
(16.7%).
82. 82
B. Saran
Berdasarkan manfaat dari penelitian ini, peneliti
menyarankan kepada :
e. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai data dasar penelitian
selanjutnya mengenai gambaran tingkat kemandirian lansia
dalam (ADL)
f. Bagi BRSLU Gau Mabaji Gowa
Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pada pengelola panti untuk mempersiapkan berbagai
macam intervensi dalam hubungannya pencegahan jatuh
pada lansia dengan tetap mempertahankan tingkat
kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari dan untuk bahan pertimbangan dalam
memberikan tindakan dan pelayanan kesehatan yang lebih
tepat pada lansia.
g. Bagi penulis
Agar dapat menambah pengalaman pembelajar
dibidang penelitian, dan mengembangkan ilmu
keperawatan Gerontik yang telah dipelajari selama
perkuliahan.
83. 83
h. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut
dan mendalam tentang Gambaran Tingkat Kemandirian
Lansia Terhadap Pemenuhan Activity Daily Living (ADL).
84. 84
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/Ibu Lansia di BRSLU Gau Mabaji Gowa
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wihelmus Abur
Nim : 3117007
Adalah mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan STIK GIA Makassar
yang mengadakan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia
Terhadap Pemenuhan Activity Daily Living (ADL)”
Bersama ini saya memohon Bapak/Ibu lansia untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan bagi Bapak/Ibu lansia sebagai responden dan kerahasiaan terhadap
semua informasi yang diberikan akan dijaga, dan hanya di gunakan dalam
kepetingan penelitian.
Demikian permohonan ini atas perhatian dan kesedian bapak dan ibu
sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
(WIHELMUS ABUR)
NIM: 3117007
85. 85
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jk :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang akan
dilakukan dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan, maka
saya mengetahui manfaat dan tujuan dari penelitian ini, saya mengetahui bahwa
peneliti menghargai dan menjujung tinggi hak-hak saya sebagai responden.
Dengan ini saya menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden
di dalam penelitian yang di lakukan oleh mahasiswa program studi Ilmu
Keperawatan STIK GIA Makassar atas.
Nama : Wihelmus Abur
Nim :3113007
Judul penelitian : Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia Terhadap
Pemenuhan Activity Daily Living (ADL)
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan
dari pihak manapun dan kiranya diperkirakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 6 Agustus 2019
Peneliti Responden
86. 86
Lembar observasi tentang kemandirian lansia
Activity Daily Living (ADL).
No Pernyataan Ya Tidak
Mandi
1 Mampu untuk menyiramkan air di seluruh tubuhnya
2 Mampu menyabuni serta mengosok daki di tempat
tertentu
3 Mampu menyiram kembali angota tubuhnya setelah di
sabun
4 Mampu menggosok dan membersihkan badannya
5 Mampu menyikat kaki dan tangan dengan mengunakan
sikat pakaian
6 Mampu mengeringkan badan setelah mandi
Berpakaian
1 mampu untuk menyiapkan pakaian
2 Mampu membuka dan mengeluarkan pakaian dari
tubuh
3 Mampu memakai sendiri pakaiannya
4 Mampu mengambil pakaian dalam lemari
5 Mampu untuk mengenakan pakaian dari gantungan
6 Mampu merapikan pakaian kedalam kofer
7 Mampu memasuk kancing atau resleting
87. 87
8 Mampu mengikat tali sepatu jika mengunakanya
Toileting
1 Mampu ke teilet sendiri
2 Mampumengatur BAB dan BAK
3 Mampu membuka dan memasuk celana setelahBAB
dan BAK
4 Mampu untuk cebok atau membersihkan alat vitalnya
5 Mampu merapikan sendiri organ ekskresi
6 Mampu menyiram air kedalam kloset
7 Mampu beranjak dari kloset
8 Mampu mengunakan pispot jika mengunakan dengan
sendiri
Makan
1 Mampu menyiapkan makanan untuk dirinya
2 Mampu menyuap makan sendiri
3 Mampu untuk memilih lauk
4 Mampu untuk menghabiskan makanan
5 Mampu menyendokkan nasi dalam piring
6 Mampu untuk membersihkan piring setelah makan
Kesehatan diri
1 Mampu untuk membersihkan muka
2 Mampu untuk menyisir rambut
88. 88
3 Mampu mengikat rambut
4 Mampu untuk berdandan
5 Mampu untuk mencukur kumis
6 Mampu untuk menyikat gigi
7 Mampu untuk mencuci tangan
8 Mampu untuk mengorek kotoran di dalam telingga
Berjalan
1 Mampu berjalan tanpa pengawasan
2 Mampu melakukan posisi berdiri
3 Mampu menyimbangkan badan pada saat berjalan
4 Mamapu naik turun tangga
5 Mampu untuk jalan santai mengeliligi Panti
6 Mampu untuk naik turun tempat tidur
Lingkungan aktivitas fisik
1 Mampu mencuci dan menjemur pakaian
2 Mampu membesihkan rumah, Seperti menyapu dan
mengepel
3 Mampu membersihkan di luar rumah
4 Mampu untuk merapikan tempat tidurnya
5 Mampu untuk menimba air.
6 Mampu untuk melap kaca jendela
7 Mampu untuk menyetrika
89. 89
8 Mampu melakukan senam
Spiritual
1 Dapat menjalankan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan yang dianut
2
Mengikuti aktivitas diwaktu luang seperti kegiatan
keagamaan (pengajian) sosial
3 Mampu menerapkan ilmu agamanya kepada teman-
teman.
4 Mampu untuk sharingkan ilmu Agamanya
5 Mampu untuk membaca Alkitab/Alquran
6 Mampu melayani orang lain
Keterangan :
Ya = 1
Tidak = 0
90. 90
Frequency Table
JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
LAKI-LAKI
15 62,5 62,5 62,5
PEREMPUAN 9 37,5 37,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
60-65 TAHUN 10 41,7 41,7 41,7
66-70 TAHUN 14 58,3 58,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
MANDI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
MAMPU 23 95,8 95,8 95,8
KURANG
MAMPU
1 4,2 4,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
BERPAKAIAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid MAMPU 24 100,0 100,0 100,0
TOILETING
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid MAMPU 24 100,0 100,0 100,0
MAKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
91. 91
Valid
MAMPU 22 91,7 91,7 91,7
KURANG
MAMPU
2 8,3 8,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
KESEHATAN DIRI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
MAMPU 21 87,5 87,5 87,5
KURANG
MAMPU
3 12,5 12,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
BERJALAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
MAMPU 11 45,8 45,8 45,8
KURANG
MAMPU
13 54,2 54,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
LINGKUNGAN AKTIFITAS FISIK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
MAMPU 10 41,7 41,7 41,7
KURANG
MAMPU
14 58,3 58,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
SPIRITUAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
MAMPU 4 16,7 16,7 16,7
KURANG
MAMPU
20 83,3 83,3 100,0
Total 24 100,0 100,0