SlideShare a Scribd company logo
1 of 148
Download to read offline
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh :
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844
AKADEM KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA
BANJARBARU
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah
Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru
Tanggal : 13 Juni 2016
Pembimbing,
Rusmadi, M.Kes
NIP
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah
Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru
Tanggal : 22 Juni 2016
Menyetujui :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Penguji I Ika Lestiani, S.SiT
NIK……………… ……………..
Penguji II Rusmadi, M.Kes
NIK…………... . ..…………….
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
(Sabarina Br. Tarigan, M.Kes)
NIP
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik disuatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Banjarbaru, Juni 2016
( Nuni Puspita Sari )
MOTTO
“Dialah ladang hati, yang kau taburi
dengan kasih dan kau subur dengan
penuh rasa terima kasih dan Dia
pulalah naungan dan pendiangamu.
Kerana kau menghampiri-Nya saat
hati lupa dan mencari-Nya saat jiwa
memerlukan kedamaian”
“Hidup bukan soal memegang kartu –
kartu terbagus, namun bagaimana
memainkan kartu yang ada ditangan
dengan baik”.
(Kahlil Gibran)
Persembahan
Assalamu’alaikum Wr . Wb
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT
karena sampai hari ini saya masih diberikan kekuatan dan
kesehatan. Perjuangan dan pengorbanan yang membuat saya
sampai saat ini masih bisa berdiri, sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang sangat sederhana ini.
Namun, saya berharap semua ilmu yang telah saya dapatkan
akan bermanfaat untuk diri saya kedepannya dan untuk seluruh
pihak.
Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang
tua, keluarga, kakak (Ridwan Sidiq) dan mas Alip yang selalu
mendukung dan bekerja keras untuk menyelesaikan akademik saya,
melantunkan do’a disetiap ibadah untuk saya. Ayah, lihatlah
anakmu ini dari kejauhan sekarang anakmu sudah menyelesaikan
study seperti yang ayah inginkan, walaupun ayah telah tiada saya
akan selalu mengingat semua nasihat yang pernah ayah berikan.
Kepada ibu Puspita Sari Pribadi, S.SiT selaku dosen
pembimbing praktik yang tak lepas dari apa yang saya capai saat
ini, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu dan ilmu yang
ibu berikan.
Kepada Ibu Ika Lestiani, S.SiT selaku pembimbing
KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik
dan saran yang Bapak berikan
Kepada Bapak Rusmadi, M.Kes selaku pembimbing
KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik
dan saran yang Bapak berikan
Kepada para sahabat dan adik di kamar mawar terimakasih
atas kebersamaan selama ini. Suka dan duka bersama kalian
adalah graffiti indah dalam hidup saya yang akan selalu terpatri
dihati.
Kepada lela, Diana kenti dan idiot – idiot (Hikmah,
Frisda, Ilin) terimakasih untuk semuanya kalian bukan hanya
teman, sahabat, ataupun saudara. Kalian adalah sebagian dari
saya.
Kepada kelas C terimakasih atas kebersamaan selama ini,
dari yang dibilang troublemaker sampai dengan menctak prestasi
bersama, guyon bersama, usil bersama dan sedih bersama.
Angkatan 6 Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Banjarbaru yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga
kedepannya kita tetap bisa menjalin silaturahmi kekeluargaan ini
dengan baik, semoga perjuangan kita menjadi kesuksesan untuk
kita semua, aamiin yaa Rabb
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Kabupaten Banjar Tahun 2015”, guna
melengkapi persyaratan untuk mendapat gelar DIII Kebidanan pada Akademi
Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud atas bantuan, bimbingan serta
dorongan dari perbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti dengan segala
kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. H. Sempurna Tarigan, S.Pd, M.Kes, selaku Pembina Yayasasn Akademi
Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru
2. Hary Angga Tarigan, SH, selaku Kepala Yayasan Akademi Kebidanan
Banua Bina Husada Banjarbaru
3. Sabarina Br Tarigan, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Banua
Bina Husada Banjarbaru
4. Ika Lestiani, S.ST selaku Penguji I yang dengan kesungguhan hati
memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini
5. Rusmadi, M.Kes selaku Pembimbing & Penguji II yang dengan
kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini
6. Dr. Hj. Endah Labati Silapurna, M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit Umum
Daerah Banjarbaru yang telah memberikan izindalam pengumpulan data
serta melakukan penelitian sehingga dapat terselesainya Karya Tulis
Ilmiah ini
7. Risa Paula, SKM, selaku Bidan Koordinator ruang VK Rumah Sakit
Umum Daerah banjarbaru beserta staf yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu.
8. Orang tua serta keluarga yang selalu memberi dukungan tanpa henti dan
senantiasa berdoa untuk penulis
9. Seluruh responden yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat
terlaksananya penelitian
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas
segala partisipasi yang diberikan.
Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini, oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
Banjarbaru, 2016
Nuni Puspita Sari
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
INTISARI......................................................................................................... xv
ABSTRAK....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 8
F. Keaslian Penelitian......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
A. Tinjauan Teori................................................................................ 11
B. Kerangka Teori............................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 50
A. Desain Penelitian............................................................................ 50
B. Kerangka Konsep........................................................................... 50
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 51
D. Hipotesis......................................................................................... 52
E. Definisi Operasional ...................................................................... 52
F. Hubungan Antar Variabel .............................................................. 53
G. Populasi dan Sampel ...................................................................... 54
H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................................. 54
I. Jalannya Penelitian......................................................................... 55
J. Analisis Data.................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 58
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 58
B. Pembahasan.................................................................................... 66
BAB V PENUTUP......................................................................................... 74
A. Kesimpulan .................................................................................... 74
B. Saran............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina ................................................................. 42
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 53
Tabel 4.1 Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru 2015 ................................ 60
Tabel 4.2 Distribusi Ketuban Pecah Dini......................................................... 61
Tabel 4.3 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Umur ......................... 62
Tabel 4.4 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Paritas........................ 63
Tabel 4.5 Hubungan Usia Ibu dengan Ketuban Pecah Dini ............................ 64
Tabel 4.6 Hubungan Paritas Ibu dengan Ketuban Pecah Dini......................... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 49
Gambar 3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 5 Time Schedule Penelitian
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan SPSS
Lampiran 7 Rekapitulasi Ibu Bersalin Tahun 2015
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RSUD BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN
20151
Nuni Puspita Sari2
, Rusmadi3
INTISARI
Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru dari tahun 2013 sampai
2015 mengalami peningkatan dari 125 menjadi 168 orang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Banjarbaru
Penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan waktu
secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin
yang mengalami ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru yang didapatkan dari
buku register. Teknik pengambilan sampel dengan total sampel dengan jumlah
1.467 responden. Pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh nilai p =
0.000 (α = 0.05) yang berarti ada hubungan yang antara usia ibu dengan kejadian
ketuban pecah dini dan variabel paritas ibu dengan nilai p = 0.001 (α = 0.05)
yang berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Banjarbaru. Untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih aktif
melakukan promosi kesehatan tentang ketuban pecah dini
Kata kunci : Ibu bersalin, ketuban pecah dini
Kepustakaan : 14 buku, 16 website, 4 jurnal (Referensi 2006 – 2014)
Jumlah halaman : xii, 73 halaman, 8 tabel, 8 lampiran, 2 gambar
1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru
3
Dosen Pembimbing AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru
MATERNAL AGE AND PARITY RELATIONSHIP WITH INCIDENCE
OF PRELABOUR RUPTURE OF THE MEMBRANE IN RSUD
BANJARBARU KABUPATEN BANJAR YEAR 20151
Nuni Puspita Sari2
, Rusmadi3
ABSTRACT
Incidence prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru since
2013 until 2015 having an increase of 125 be 168 persons. The purpose of The
research was to maternal age and parity related to the incidence of prelabour
rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru
The research used analytic method with cross sectional time approach. The
populations of thr research was all maternities with prelabour rupture of the
membrane in RSUD Banjarbaru got from the book medical record. The sample
was taken by using total sampling technique ror 1.467 respondents. The data were
analyzed using by chi square test.
The result of the bivariate analysis using chi square test obtained by value
p = 0.000 (α = 0.05) the research result indicates that maternal age related to
prelabour rupture of the membrane and variable of parity status is p = 0.001 (α =
0.05) the research result indicates that parity related to prelabour rupture of the
membrane in RSUD Banjarbaru. So the midwifery must go statement suggest for
the prelabour rupture of the membrane
Keywords : maternal, prelabour rupture of the membrane
Reference : 14 books, 16 website, 4 journals (References 2006 – 2014)
Number Of Page : xii, 73 pages, 8 table, 8 appendices, 2 figures
1
There is Title
2
School Of midwifery Student of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru
3
Lecturer of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh
sebelumnya (Nugroho, 2012).
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The
Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia
kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature
Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati, 2012)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten).
(Nugroho, 2012).
Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh
selaput janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran
yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin (Sondakh,
2013).
Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan
diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu
tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial
obstetrik dalam kaitanya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban
sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim,
persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian
ibu maupun janinnya (Manuaba, 2010)
Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari semua
kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%.
Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan. Hampir semua ketuban pedah dini pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu
setelah selaput ketuban pecah (Sualman, 2009).
Ketuban pecah dini dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin
sehingga akan terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
kejadian ketuban pecah dini yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala
yang dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini, sehingga dapat
ditangani secara cepat dan tepat guna mengurangi komplikasi dari ketuban
pecah dini seperti infeksi, persalinan prematur dan lain sebagainya.
Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi
secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau
serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks
inkompetensia, kelainan letak janin, usia, faktor golongan darah, paritas,
merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat
abortus, riwayat ketuban pecah dini, ketegangan rahim yang berlebihan,
kesempitan panggul, kelelahan ibu bekerja, trauma yang di dapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amnionitis (Prawiroharjo,
2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011) didapatkan hasil bahwa
infeksi genetalia (70,2%) dan paritas (63,8%) dapat mempengaruhi
terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun
(2013) didapatkan hasil bahwa usia (82,1%) dan paritas (66,3%) dapat
mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.
Pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000
kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang
signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh
dari target tujuan pembangunan millennium (Millenum Development
Goals/MDGs, yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan Selatan sebanyak 183
orang per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKI)
sebanyak 44 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Pada tahun 2013 - 2015 di Banjarbaru Angka Kematian Ibu (AKI)
berturut - turut sebanyak 6 orang (133,1/100.000), kemudian meningkat
pada tahun 2014 sebanyak 13 orang (279,8/100.000) dan menurun pada
tahun 2015 menjadi 5 orang (100,32/100.000). Sedangkan Angka
Kematian Bayi di Banjarbaru berturu – turut sebanyak 34 orang
(7,5/1.000) tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan pada tahun 2014
tetap berjumlah 34 orang (7,3/1.000) dan kemudian pada tahun 2015
terjadi penurunan menjadi 28 orang (5,62/1.000)
Menurut WHO (2013) Angka kejadian ketuban pecah dini di
Dunia tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di Indonesia angka
kejadian ketuban pecah dini sebanyak 35% (Depkes RI, 2013).
Penelitian yang dilakukan Laurensia dkk (2015) didapatkan hasil
kejadian ketuban pecah dini di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin pada tahun 2012 sebanyak 127 orang (8,62%) dari 1.472
persalinan, kejadian tersebut menurun pada tahun 2013 yaitu sebanyak 87
orang (5,17%), dari 1.682 persalinan, dan meningkat pada tahun 2014
yaitu sebanyak 200 orang (9,22%) dari 2.168 persalinan.
Berdasarkan laporan tahunan di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru pada tahun 2013 jumlah total persalinan sebanyak 920 orang,
dengan prosentase persalinan normal sebanyak 395 orang (42,93%), SC
sebanyak 472 orang (51,30%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak
53 orang (5,77%), dan ketuban pecah dini sebanyak 125 orang (13,59%).
Pada tahun 2014 jumlah total persalinan sebanyak 1.308 orang, dengan
prosentase persalian normal sebanyak 584 orang (44,64%), SC sebanyak
672 orang (51,38%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 52 orang,
(3,98%) dan ketuban pecah dini sebanyak 166 orang (12,70%).
Sedangkan, pada tahun 2015 jumlah total persalinan sebanyak 1.467
orang, dengan prosentase persalian normal sebanyak 772 orang (52,62%),
SC sebanyak 675 orang (46,01), persalinan dengan vakum ekstrasi
sebanyak 20 orang (1,37%), dan ketuban pecah dini sebanyak 168 orang
(11,45%).
Berdasarkan uraian diatas kejadian ketuban pecah dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 sebanyak 125 orang
(13,59%) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebanyak 166
orang (12,70%) kemudian pada tahun 2015 terjadi peningkatan dalam
jumlah menjadi sebanyak 168 orang (11,45%), namun bila dilihat dari
prosentasi dalam persen terjadi penurunan, akan tetapi masih cukup tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Banjarbaru masih cukup tinggi, diantaranya ketuban pecah dini
disebabkan oleh kelainan letak, infeksi, kelainan serviks, gameli, usia dan
paritas. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang “Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Apakah Ada Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Ruang Bersalin Tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban
pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit
Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015
b. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015
c. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di Rumah Sakit Umum
Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015
d. Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian ketuban pecah
dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin
Tahun 2015
e. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah
dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin
Tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada tentang usia dan paritas dengan
terjadinya ketuban pecah dini, serta dapat dijadikan sebagai dasar
untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, untuk
selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan acuan penelitian lebih
lanjut yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini
dengan variabel yang berbeda.
b. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi yang lebih
rinci bagi rumah sakit dan petugas kesehatan dalam meningkatkan
pelayanan terutama dalam hal pencegahan dan penanganan
Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru.
c. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan ilmu kebidanan khususnya dalam mata kuliah patologi
kebidanan, dan sekaligus sebagai bahan referensi bagi mahasiswa
yang akan mengadakan penelitian tentang ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Banjarbaru.
E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan usia ibu
dan paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015
2. Ruang Lingkup Subjek
Subjek penelitian adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini di
Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015.
3. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah periode 2016
4. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru.
F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, terdapat penelitian yang mirip dan dilakukan oleh:
No Peneliti Judul Penelitian Uraian
1. Nurul
Huda
Faktor - faktor yang
mempengaruhi
Ketuban Pecah Dini di
PKU Muhammadiyah
Surakarta Tahun 2013
Metode Penelitian: observasional
dengan pendekatan analitik
Variabel independen: umur,
pendidikan, paritas, preeklamsi,
anemia, gamely, hidramnion
Variabel dependen: Ketuban Pecah
Dini
Populasi: Semua ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini di RS
PKU Muhamadiyah Surakarta tahun
2012 sebanyak 242 ibu bersalin
Sampel: purposive sampling
sebanyak 125 ibu bersalin.
Hasil: peneliti menyimpulkan ada
hubungan yang bermakna antara
umur, pendidikan, paritas,
preeklamsi, anemia, gamely,
hidramnion memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian
ketuban pecah dini
2. Vaisatun Faktor-Faktor
Penyebab Terjadinya
Ketuban Pecah Dini di
RSUD Pambalah
Batung Amuntai
Metode penelitian: Deskriftif.
Variabel independen: umur,
paritas, penyakit yang menyertai
Populasi: semua ibu bersalin di
RSUD Pambalah Batung Amuntai
tahun 2013 sebanyak 245 ibu
bersalin
Sampel: purposive sampling
sebanyak 128 orang.
Hasil: sebanyak 69,6 % ketuban
pecah dini terjadi pada ibu bersalin
primipara dan tidak ada hubungan
antara umur dengan kejadian
ketuban pecah dini.
3. Ruth dkk Hubungan Umur Ibu
dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini di
RSUD Ambarawa
Metode penelitian: ini adalah
deskriftif korelatif dengan
pendekatan cross sectional.
Variabel independen: Usia dan
paritas
Variabel dependen: Ketuban Pecah
Dini.
Populasi: semua ibu bersalin di
RSUD Ambarawa tahun 2013
sebanyak 388 ibu bersalin
Sampel: semua ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 388 ibu bersalin.
Hasil: Sebanyak 140 ibu (70.7%)
ibu mengalami kpd sejumlah 233
ibu (60.1%). Uji chi square p value
= 0.000 (α 0.05) yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna
antara usia dengan ketuban pecah
dini.
4. Ardy Al-
Maqassary
Analisis tentang
paritas dengan
kejadian ketuban
pecah dini pada ibu
bersalin di RSUD
Sidoarjo
Metode penelitian: deskriftif
dengan pendekatan cross sectional.
Variabel independen: umur dan
paritas
Variabel dependen: ketuban pecah
dini
Populasi: semua ibu bersalin yang
mengalami Ketuban Pecah Dini di
RSUD Sidoarjo Tahun 2011
sebanyak 183 ibu bersalin.
Sampel: Random sebanyak 138 ibu
bersalin.
Hasil: 138 ibu (75.41%) tidak
mengalami ketuban pecah dini dan
sebanyak 45 ibu (24.59%)
mengalami ketuban pecah dini. Dari
71 primipara, 55 (77.46%) tidak
mengalami ketuban pecah dini dan
16 ibu (22.54%) mengalami ketuban
pecah dini. Dari 101 ibu multipara,
76 ibu (75.24) tidak mengalami
ketuban pecah dini, 25 ibu (24.76)
mengalami ketuban pecah dini. Dan
dari 11 ibu grandemultipara 7
ibu(63.64) tidak mengalami ketuban
pecah dini dan 4 ibu (36.36)
mengalami ketuban pecah dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup
ke dunia luar. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi, sehingga
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Rohani, 2010).
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan
letak belakang kepala atau ubun - ubun kecil, tanpa memakai alat
bantu serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi)
(Anggraeni, 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil
konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar
(Sondakh, 2013).
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau Ketuban
Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah
keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan
(Fadlun, 2011)
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya khorio - amniotik
sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture of
Membrane (PROM) (Fadlun, 2011).
Secara umum persalinan berlangsung alamiah, tetapi tetap
diperlukan pemantauan karena ibu memiliki kondisi kesehatan yang
berbeda - beda, sehingga dapat mengurangi resiko kematian ibu dan
janin saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan atau persalinan
dapat terjadi komplikasi yang mungkin terjadi karena kesalahan
penolong dalam persalinan, baik tenaga non kesehatan ataupun tenaga
kesehatan khususnya bidan.
2. Tanda Mulainya Persalinan (Sondakh, 2013)
a. Teori Penurunan Progesteron
Kadar hormon progesteron akan mulai pada kira - kira 1 - 2
minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi oto polos
uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat
yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat
kemungkinan, yaitu:
1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi
2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus
bagian bawah otot-ototyang saling bertautan
3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran
serviks, yaitu pendekatan saluran serviks dari panjang
sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar
dengan tepi hampir setipis kertas.
4) Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami
peregangan.
b. Teori Keregangan
Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami
penegangan akan mengakibatkan otot - otot uterus mengalami
iskemia sehingga mungkin menjadi faktor yang dapat mengganggu
sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta
menjadi degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan
tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran
serviks.
c. Teori Oksitosin Interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat
mengubah sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan
kontraksi uterus yang disebut braxton hicks. Penurunan kadar
progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan
mengakibatkan aktifitas oksitosin meningkat. Beberapa tanda -
tanda dimulainya proses persalinan adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya His Persalinan
Sifat His persalinan adalah sebagai berikut:
a) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan
kekuatan makin besar.
c) Makin beraktifitas (janin), kekuatan akan makin
bertambah.
2) Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadi His persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada serviks yang akan menimbulkan:
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas
c) Terjadi perdarahan karena pembuluh darah kapiler
pecah
3) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalianan akan terjadi pecah
ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang
pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban,
diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari
24 jam.
4) Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam
a) Perlunakan serviks
b) Pendataran serviks
c) Pembukaan serviks
3. Jenis-Jenis Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan
tenaga sendiri
b. Persalinan Buatan
Persalinan buatan adalah bila persalinan dengan bantuan tenaga
lain
c. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Persalinan
(Sondakh, 2013)
a. Penumpang (Passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal
yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang
perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya.
b. Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir terbagi atas dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir
lunak. Hal - hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir adalah
ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu
diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus
yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul vagina, dan
introitus vagina.
c. Kekuatan (Power) (Sondakh, 2013)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Kekuatan Primer (Kekuatan His dan Meneran)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal
dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.
Istilah yang yang digunakan untuk menggambarkan
kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi dan
intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan
serviks menipis (effecement) dan berdilatasi sehingga janin
turun.
2) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Otot Rahim)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu
berkontraksi dan pendorong keluar isi ke jalan lahir
sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini
menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan
dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak
mempengaruhi dilatasi serviks, tetap setelah dilatasi serviks
lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk
mendorong keluar dari uterus dan vagina
3) Posisi Ibu (Positioning)
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi dan fisiologi
persalinan. Perubahan posisi yang diberikan kepada ibu
bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa
nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
a) Posisi litotomi, adalah posisi yang paling umum.
Wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk,
kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri
b) Posisi duduk (squatting position), sekarang posisi
bersalin duduk telah dikembangkan di Negara-negara
Amerika Latin. Untuk itu dibuat meja khusus agar
wanita dapat duduk sambil melahirkan
c) Cara berbaring terdapat beberapa pendapat sebagai
berikut:
(1) Menurut Walcher, ditepi tempat tidur
(2) Menurut Tjeenk-Willink, memakai bantal
(3) Menurut Jonges, untuk memperlebar pintu bawah
panggul
(4) Menurut posisi sims, dengan posisi miring.
(Mochtar, 2011)
4) Respon Psikologi (Physchology Response)
Respon psikologi ini dapat dipengaruhi oleh:
a) Dukungan ayah bayi atau pasangan selama proses
persalinan
b) Dukungan kakek dan nenek (kerabat dekat) selama
proses persalinan
c) Saudara kandung bayi selama proses persalinan
5. Tahap-Tahap Persalinan (Sondakh, 2013)
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan (pembukaan satu sampai
pembukaan lengkap), proses ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi sampai dengan
pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu 8 jam
2) Fase Aktif
Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10
cm, membutuhkan waktu 7 jam. Kontraksi lebih kuat dan
sering, dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi
Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan
3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal
Fase dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 2 jam, pada
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm biasa terjadi sangat cepat
c) Fase deselerasi
Fase deselerasi pembukaan menjadi sangat lambat biasa
terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 9 cm sampai
menjadi lengkap.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Gejala kala II (kala pengeluaram janin) adalah sebagai berikut:
1) His semakin kuat, dengan interval 2 - 3 menit, dengan durasi
50 sampai dengan 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan akibat terletaknya fleksus frankenhauser
4) Kedua keinginan his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi:
a) Kepala membuka pintu
b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion. Kemudian
secara berturut - turut lahir ubun - ubun besar, dahi, hidung
dan muka beserta kepala seluruhnya
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan cara:
a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu,
kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah
untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan
bahu belakang
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi
c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 - 2 jam dan
multigravida 0,5 - 1 jam
c. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses pelepasan plasenta
dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda - tanda dibawah
ini:
1) Uterus berbentuk globuler
2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim
3) Tali pusat memanjang
4) Terjadi semburan darah tiba - tiba
d. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan)
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Jangan meninggalkan wanita bersalin alam 1 jam
setelah bayi dan plasenta lahir. Sebelum meninggalkan ibu yang
baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikan 7
pokok penting berikut:
1) Kontraksi Rahim
Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan
pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan
uterotonika, seperti methergin, dan oksitosin
2) Perdarahan
Periksa adanya perdarahan atau tidak, banyak atau biasa
3) Kandung kemih
Kandung kemih harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan
berkemih, bila tidak bisa lakukan pemasangan kateter
4) Luka
Ada luka jahitan atau tidak, periksa jahitan dalam kondisi baik
atau tidak, dan periksa ada perdarahan pada luka atau tidak
5) Plasenta
Plasenta dan selaput ketuban harus utuh
6) Keadaan Umum
Periksa keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu
7) Bayi
Periksa keadaan umum bayi, nadi, pernapasan dan suhu
(Sondakh, 2013)
6. Komplikasi Dalam Persalinan (Fadlun, 2011)
a. Preeklamsia
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru
timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai
dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh ibu
membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein
di dalam urine. Kriteria minimal: tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai proteinuria ≥ 300 mg/24
jamatau 1+ pada dipstick.
b. Persalinan prematur
Persalinan prematur adalah apabila janin dilahirkan < 37
minggu. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan prematur
adalah sebagai berikut:
1) Komplikasi medis maupun obstetrik, seperti: perdarahan
antepartum, hipertensi dalam kehamilan
2) Faktor gaya hidup, seperti: kebiasaan merokok, kenaikan berat
badan ibu selama hamil kurang, penggunaan obat - obatan
(kokain)
3) Ketuban pecah prematur pada kehamilan preterm, yaitu
ketuban pecah secara spontan sebelum kehamilan 37 minggu.
Adapun sebab - sebab terjadinya ketuban pecah prematur
adalah sebagai berikut:
a) Infeksi, dalam epidemiologi menunjukan hubungan antara
koloni saluran genital oleh Streptococcus group B,
Chlamidya trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae, dan
mikroorganisme penyebab vaginosis bakteri akan
meningkatkan resiko ketuban pecah prematur
b) Hormon, akibat ekspresi gen relaksin meningkat sebelum
proses persalinan aterm pada selaput ketuban
c) Apoptosis, yaitu kematian sel terprogram
d) Regangan selaput ketuban berlebihan. (Wijayanegara,
2009).
c. Postmatur
Postmatur adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu atau lebih. Adapun penyebab terjadinya postmatur adalah
sebagai berikut:
1) Pengaruh progesteron, akibat masih berlangsungnya pengaruh
progesteron
2) Teori oksitosin, akibat kurang pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis pada kehamilan lanjut
3) Teori kortisol, akibat peningkatan secara tiba - tiba kadar
kortisol plasma janin
4) Syaraf uterus, akibat tidak ada tekanan pada ganglion servikalis
dan pleksus
5) Herediter
d. Polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan dimana air ketuban
melebihi 2.000 ml. adapun penyebab terjadinya polihidramnion
adalah sebagai berikut:
1) Produksi air ketuban bertambah, dilatasi tubulus ginjal dan
kandung kemih ukuran besar akan meningkatkan urine output
pada awal pertumbuhan fetus
2) Pengaliran air ketuban terganggu, akibat janin tidak bisa
menelan seperti pada atresia esophagus
e. Kelainan Letak
Salah satu komplikasi dalam persalinan adalah kelainan
letak. Adapun macam - macam kelainan letak adalah sebagai
berikut:
1) Presentasi bokong, yaitu suatu keadaan dimana tungkai atau
bokong janin sebagai bagian terendah. Faktor predisposisi
presentasi bokong seperti multipara, prematuritas, hidramnion,
plasenta previa, ansefalus, anomali rahim dan kehamilan
ganda. Terdapat tiga jenis presentasi bokong, yaitu sebagai
berikut:
a) Bokong murni (frank breech), kedua paha janin fleksi dan
kedua tungkai ekstensi pada lutut
b) Presentasi bokong kaki / lengkap (complete breech), kedua
paha janin fleksi dan satu atau kedua lutut difleksikan
c) Presentasi kaki/lutut (incomplete breech), satu atau kedua
paha janin ekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki
terletak di bawah panggul
Persalinan per vaginam pada persalinan sungsang dibagi
menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
(1) Persalinan spontan, dengan kekuatan ibu sendiri biasa
disebut cara brach
(2) Manual aid, janin dilahirkan dengan kekuatan ibu dan
sebagian dibantu penolong (cara klasik, muller, lovset)
(3) Ekstarasi sungsang (total breech extraction), dilahirkan
dengan memakai tenaga penolong biasa disebut teknik
ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki
2) Letak lintang
Dikatakan letak lintang bila sumbu memanjang, janin
menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau
mendekati 90°. Adapun penyebab terjadinya letak lintang
akibat relaksasi berlebihan pada dinding abdomen, prematur,
plasenta previa, hidramnion, kehamilan ganda, panggul
sempit, dan kelainan bentuk rahim (Fadlun, 2011).
f. Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Berikut ini merupakan jenis-jenis kehamilan ganda:
1) Kehamilan ganda monozigotik, yaitu satu ovum yang dibuahi
dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang
sama (kembar identik)
2) Kehamilan ganda dizigotik, yaitu berasal dari dua atau lebih
ovumyang telah dibuahi disebut juga heterolog
3) Chimerism, adalah individu dimana sel - selnya berasal dari
satu ovum yang dibuahi. Biasanya ditemukan dua golongan
darah yang berbeda pada satu orang
4) Superfetasi dan superfekundas
(Rohani, 2010)
g. Persalinan lama
Persalinan lama adalah persalinan yang abnormal atau
sulit. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan lama dapat dibagi
menjadi 3 golongan sebagai berikut:
1) Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerentanan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan
2) Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami hambatan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin
3) Kelainan Jalan Lahir
Keadaan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan yang menyebabkan
kemacetan (Prawirohardjo, 2011).
h. Distosia Bahu
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin lahir. Salah satu kriteria
diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam
untuk melahirkan bahu harus dilakukan manuver khusus seperti
traksi cunam bawah dan episiotomi. Adapun faktor penyebab
terjadinya distosia bahu sebagai berikut:
1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu
dengan diabetes gestasional
2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi
pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian
hampir setengah dari kelahiran distosia bahu memiliki berat
kurang dari 4000 gram.
3) Riwayat obstetrik dengan bayi besar
4) Ibu dengan obesitas
5) Multiparitas
6) Kehamilan posterm, menyebabkan distosia bahu karena janin
terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu
7) Riwayat obstetrik dengan persalinan lama, terdapat kasus
distosia bahu rekuren 12%
Ada beberapa langkah teknik penanganan pada distosia bahu,
yaitu menentukan diagnosis kemuadian hentikan traksi pada
kepala, segera panggil bantuan. Kemudian lakukan manuver
Mc Robert (Posisi Mc Robert, episiotomi jika perlu, tekanan
suprapubik, tarikan kepala). Apabila bayi masih belum dapat
lahir maka segera lakukan manuver Rubin (posisi tetap Mc
Robert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
i. Putusnya tali pusat
Tali pusat merupakan sumber kehidupan bagi janin. Ibu
menyampaikan oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu kepada bayi
melalui talai pusat dan plasenta. Putusnya tali pusat sering terjadi
pada janin kecil, prematur, atau bayi berada pada posisi breech.
Putusnya tali pusat juga dapat terjadi jika ketuban sudah pecah
sebelum bayi bergerak ke rongga panggul. Tali pusat bahkan dapat
keluar melaluui vagina dan merupakan situasi yang
membahayakan, karena aliran darah melalui tali pusat dapat
terhalang atau berhenti.
j. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan
lahir / vagina sebelum proses persalinan
7. Air Ketuban dan Selaput Ketuban
a. Definisi
Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang
dilapisi oleh selaout janin (amnion dan korion). Selaput amnion
adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini
merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan
regangan membran janin (Sondakh, 2013).
Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel endotel
yang mlapisi kantung dan permukaan plasenta, dan peresapan
cairan melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih
besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin (Nugroho, 2012).
b. Asal Air Ketuban
Asal dari air ketuban belum diketahui dengan jelas, oleh
karena itu masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Beberapa teori
telah dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut, antara lain
bahwa air ketuban ini berasal dari lapisan amnion, terutama dari
bagian pada plasenta. Air ketuban dijelaskan memiliki peredaran
yang cukup baik, dalam 1 jam didapatkan perputaran ±500 cc.
beberapa perkiraan lainnya mengenai asal dari air ketuban adalah
sebagai berikut:
1) Urin janin (fetal urine)
2) Transudasi dari darah ibu
3) Sekresi dari epitel amnion
4) Asal campuran (mixed origin)
c. Ciri-Ciri Air Ketuban
Beberapa ciri air ketuban adlah sebagai berikut:
(1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira -
kira 1000-1500 cc
(2) Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis
(3) Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008
(4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam
urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa,
dan garam - garam organik
(5) Kadar protein kira-kira 2,6% gr per liter, terutama albumin
d. Fungsi Air Ketuban
Beberapa fungsi air ketuban adalah sebagai berikut:
(1) Mencegah perlekatan janin dengan amnion
(2) Agar janin dapat bergerak bebas
(3) Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu
(4) Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan
atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui BAK
janin
(5) Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir
bila ketuban pecah
(6) Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan
perputarannya cepat ± 500 cc
(7) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma
akibat benturan
(8) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang
dapat mengakibatkan tali pusat mengerut sehingga
menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin
(9) Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga
kehangatan disekitar janin
(10) Selaput ketuban dengan air ketuban didalamnya merupakan
penahan janin dan rahim dari kemungkinan infeksi
(11) Pada saat persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan
atau kontraksi di dalam rahim sehingga leher rahim membuka
(12) Pada saat kantong amnion pecah, air ketuban yang keluar
akan membersihkan jalan lahir
(13) Pada saat kehamilan, air ketuban dapat digunakan untuk
mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang
berhubungan dengan kelainan kromosom
(14) Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda
janin sudah matang atau akan lewat waktu
Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah,
jumlah cairan ini terus meningkat. Pada keadaan normal,
jumlah air ketuban sekitar 50-250 ml. Pada usia kehamilan
10-20 minggu mencapai 500-1500 ml. Jika jumlahnya lebih
dari 2 liter dinamakan polihidramnion atau hidramnion dan
jika kurang dari 500 cc disebut oligohidramnion. Konsentrasi
otot rahim akan menekan sirkulasi plasenta dan
menimbulkan distress janin (Sondakh, 2013)
e. Keadaan Normal Cairan Amnion
Dibawah ini merupakan keadaan normal cairan amnion:
(1) Pada usia kehamlan cukup bulan, volume 1000-1500 cc
(2) Keadaan jernih agak keruh
(3) Steril
(4) Bau khas, agak manis dan amis
(5) Terdiri atas 98 - 99% air, 1 - 2% garam-garam anorganik dan
bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut
lanugo, verniks caseosa, dan sel - sel epitel
(6) Sirkulasi sekitar 500 cc / jam
f. Struktur Selaput Ketuban
Selaput ketuban tersusun atas lima lapisan yang terpisah,
rata - rata tebalnya 0,08-0,12 mm. tidak mengandung pembuluh
darah dan saraf, kebutuhan nutrisinya disuplai melalui cairan
ketuban. Lapisan paling dalam terdekat dengan janin adalah epitel
ketuban. Sel - sel epitel ketuban mensekresi kolagen tipe III dan IV
serta glikoprotein nonkolagenus (laminin, nidogen, dan
fibronektin) (Alamsyah, 2009).
8. Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini
a. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun
jauh sebelumnya (Nugroho, 2012).
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The
Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu
pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga
Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM) (Eni Nur
Rahmawati, 2012).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4
cm (fase laten) (Nugroho, 2012).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan pada pembukaan ≤ 4 cm dan setelah
6 jam tidak diikuti dengan terjadinya persalinan.
b. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui
secara jelas. Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah
dini, yaitu:
1) Infeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke
mulut rahim dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling
bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat
tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat
infeksi dari kemaluan
2) Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga
dinding ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang
semakin tinggi
3) Posisi plasenta dibawah, posisi plasenta yang baik adalah
disebelah atas agak kekiri atau kekanan sedikit
4) Tindakan invansif ke leher rahim, misalnya karena
pemeriksaan medis atau upaya pengguguran
5) Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan meminum alkohol
6) Tekanan didalam rahim meningkat karena cairan ketuban
berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, ataupun
adanya kelainan anatomis pada janin
7) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
8) Trauma yang didapatkan misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnionitis
9) Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah
10) Paritas, frekuensi melahirkan yang pernah dialami ibu
merupakan suatu keadaan yang dapat mengakibatkan
endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya terjadi
komplikasi dalam kehamilan. Paritas adalah jumlah janin
dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang
pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak
diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu.
Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan
jumlahnya menurut WHO, yaitu:
a. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya
b. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali
c. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5
kali
Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan
dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil,
gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan
akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara
mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami
kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih
bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ reproduksi masih
bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara
mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35
tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah
besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi
uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat
dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada
daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro,
2008).
11) Umur, dianggap beresiko apabila umur saat hamil ≤ 20 tahun
dan ≥ 35 tahun. Umur merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dengan dengan perkembangan alat - alat
reproduksi wanita dimana reproduksi sehat merupakan usia
yang paling aman bagi seorang wanita yang hamil dan
melahirkan yaitu 20 - 35 tahun. Tingginya angka kematian
ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan
ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika
seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap
sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum
siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput
ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35
tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi
yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput
ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum
waktunya (Ade Kurniawati, 2012).
12) Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini
adalah sebagai berikut:
(a) Golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban
(b) Faktor disproporsisi antara kepala janin dan panggul ibu
(c) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam aksorbat (Ade
Kurniawati, 2012).
c. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan cairan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
“mengganjal” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda - tanda terjadi infeksi (Nugroho, 2012).
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya pembukaan prematur serviks
2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a) Devaskularisasi
b) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban semakin
berkurang
d) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan
infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim
kolagenase (Ade Kurniawati, 2012).
d. Pengaruh Ketuban Pecah Dini
1) Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan tanda - tanda infeksi bayi
bisa saja sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine
lebih dahulu terjadi (amnionitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan, sehingga akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas perinatal
2) Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi. Selain
itu juga dijumpai infeksi puerpuralis, peritonitis, septicemia,
serta dry labour. Ibu menjadi mudah lelah, partus menjadi
lama, suhu badan meningkat, dan nadi cepat (Ani, 2013).
e. Diagnosa
Secara klinis diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar
dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing
dengan tanda - tanda khas yang sudah dapat dinilai mengarah ke
ketuban pecah dini. Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a) Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks caseosa, rambut
lanugo bila telah terinfeksi akan beraroma berbau
b) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah air ketuban
keluar dan kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,
atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior
c) USG, volume cairan amnion berkurang
d) Terdapat infeksi genital
e) Gejala chorioamnionitis
f) Pada maternal terjadi demam, takikardi, cairan amnion keruh,
leukositosis, leukosit esterase meningkat
g) Pada fetal terjadi takikardi, profilbiofisik dan kardiotokografi
h) Amnion, lakukan tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur
stain, fetal fibronektin, dan sitokin. Jika terjadi
chorioamnionitis maka angka mortalitas 4 x lebih besar, angka
respiratory distress, neonatal sepsis dan perdarahan
intraventrikuler 3 x lebih besar. Dibawah ini merupakan tes
amnion:
a) Tes valsava dan fern
Normah pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan
amnion 7,0-7,5
b) Uji kertas lakmus (nitrazin tes)
Air ketuban : berwarna biru (basa)
Air kencing : berwarna merah (asam)
(Eni Nur Rahmawati, 2012)
Menurut Nugroho (2012) diagnosa ketuban pecah dini dapat
ditegakkan dengan cara sebagai berikut:
a) Anamnesa
Penderia merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak tiba - tiba dari jalan lahir. Cairan
berbau khas, dan pelu juga diperhatikan warna keluarnya
cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, tidak ada
pengeluaran darah
b) Inspeksi
Pemeriksaan dengan inspekulum pada ketuban pecah dini
akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksterna, bila
belum tampak fundus uteri ditekan, penderita diminta
untuk batuk, mengejan atau melakukan menuver valsava,
goyangkan bagian terendah, maka akan tampak keluar
cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks
anterior
c) Pemeriksaan dalam
Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah
tidak teraba. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
apabila ketuban pecah dini yang sudah dalam masa
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan
dibatasi sedikit mungkin
Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina
Tanda dan Gejala Selalu
Ada
Tanda dan Gejala Kadang Ada Diagnosis
Kemungkinan
Keluar cairan ketuban 1. Ketuban pecah tiba-tiba
2. Cairan tampak di introitus
vagina
3. Tidak ada his dalam 1 jam
Ketuban pecah dini
Cairan vagina berbau
Demam
Nyeri perut
1. Uterus nyeri
2. Denyut jantung janin cepat
3. Riwayat keluarnya cairan
Amnionitis
Cairan vagina berbau
Tidak ada riwayat
1. Gatal
2. Keputihan
3. Nyeri perut
4. Dysuria
vaginitis
f. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi
tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea,
atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009).
Komplikasi yang harus diantisipasi meliputi:
1) Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan
aterm 90% terjadi dalam 24 jam setekah ketuban pecah. Pada
kehamilan antara 28 - 34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi
dalam 1 minggu.
2) Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban
pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis, dan pada
bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, dan omfalitis.
3) Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia
4) Deformitas Janin
Menurut Nugroho (2012), komplikasi paling sering terjadi pada
ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
Respiratory Distress Syndrom (RDS), yang terjadi pada 10 -
40% bayi baru lahir. Resiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada ketuban pecah dini preterm.
g. Penatalaksanaan (Nugroho, 2012).
1) Konservatif
a) Rawat dirumah sakit
b) Beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥ 6 jam berikan
ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg
c) Usia kehamilan ≤ 32 - 34 minggu, rawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
d) Bila usia kehamilan 32 - 34 minggu masih keluar air
ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan
untuk terminasi kehamilan
e) Nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi
intrauterine)
f) Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu, berikan steroid untuk
memacu kematangan paru-paru janin
2) Aktif
a) Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal
lakukan seksio secarea
b) Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD), letak lintang
dilakukan seksio secarea
c) Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotika tinggi dan
persalinan diakhiri.
h. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Ketuban
Pecah Dini
1. Usia
Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab
kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah
usia ibu, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk keahamilan dan persalinan adalah usia 20 - 30
tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih
tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29
tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun
(Ani, 2013). Tingginya angka kematian ibu pada usia muda
disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil
pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan
berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil
sehingg amempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi
normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi
penurunan kemampuan organ - organ reproduksi yang
berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput
ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum
waktunya (Ade Kurniawati, 2012).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan
lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan
hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka
dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan
paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya
menurut WHO, yaitu:
d. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama
kalinya
e. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa
kali
f. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih
dari 5 kali
Menurut Ade Kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang
sudah hamil adalah sebagai berikut:
1) Nulipara, adalah wanita yang belim pernah melahirkan bayi
yang mampu hidup
2) Primipara, adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan
bayi mencapai tahap mampu hidup
3) Multipara, adalah wanita yang telah melahirkan dua janin
atau lebih
4) Grande multipara, adalah wanita yang telah melahirkan
lima anak atau lebih.
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu
dari penyebab ketuban pecah dini. Karena paritas 2 - 3
merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan melahirkan
pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding
uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat
menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008).
Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini
berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat
hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk
kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006).
Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau
rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena
kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara
organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin.
Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah
dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah
hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga
apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin
merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi
berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu
inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008).
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik
penelitian. Rumusan kerangka teori paling mudah mengikuti kaedah input,
proses dan output. Apabila dalam sebuah penelitian, sudah terdapat
kerangka teori yang baku, maka kita bisa mengadopsi kerangka teori
tersebut dengan mencantumkan sumbernya. Kerangka teori juga bisa
dibuat dari pohon masalah (pathway) penyakit tertentu sesuai dengan area
penelitian. Hubungan variabel dalam kerangka teori harus jelas tergambar,
dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Berdasarkan uraian
diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kala 1 persalinan Klien mengaku sudah
merencanakan kehamilan
sejak lama
Kesiapan proses
persalinan
Gangguan Kala 1 Persalinan
Kanalis
servikalis
selalu terbuka
akibat kelainan
serviks uteri
Mudahan
pengeluaran air
ketuban
Kelainan letak
janin
(sungsang)
Tidak ada
bagian terendah
yang menutupi
PAP yang
menghalangi
tekanan
terhadap
membrane
bagian bawah
Infeksi
Proses
biomekanik
bakteri
mengeluarkan
enzim
protiolitik
Selaput
ketuban mudah
pecah
Serviks
Inkompeten
Di latasi
serviks berlebih
Selaput
ketuban
menonjol dan
mudah pecah
Gemeli hidramnion
Ketegangan uterus
berlebih
Serviks tidak bisa
menahan tekanan
intrauterus
KETUBAN PECAH DINI
≥ 35 tahun
terjadi
penurunan
kemampua
n organ
reproduksi
≤ 20 tahun
belum
matangnya
organ
reproduksi
umur Paritas
Primipara
berkaitan
dengan
psikologis
Grande
multipara
uterus
semakin
merenggang
dan
kekuatan
jaringan ikat
berkurang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang
menggali hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban
pecah dini. Model pendekatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah pendekatan secara cross sectional, dimana subjek penelitian
dikumpulkan dengan cara pengumpulan data sekaligus pada waktu
yang bersamaan pada satu saat (point time approach) (Notoadmojo,
2010).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Rumah Sakit
Umum Daerah Banjarbaru di Ruang Bersalin pada bulan Mei – Juni
2015
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian
yang dirumuskan dari fakta - fakta, observasi dan tinjauan pustaka.
Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep - konsep yanga akan
dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian (Setiawan, 2011).
Berdasarkan teori diatas untuk lebih jelas dapat dilihat bagan kerangka
konsep berikut ini:
Variabel Independen Variabel Depeden
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Cetak tebal : Variabel yang diteliti
Tidak Cetak tebal : Variabel tidak diteliti
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat).
Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang
mempengaruhi. (Setiawan dkk, 2011).
Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia dan paritas.
Umur
Paritas
Kelainan Letak
Infeksi
Serviks Inkompeten
Gameli
Ketuban Pecah Dini
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat atau biasa disebut variabel dependen adalah
variabel yan dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independen (bebas) (Setiawan dkk, 2011) Variabel terikat pada penelitian
ini adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015.
D. Hipotesis
Menurut Asmoro dkk, (2002) yang dikutip dalam Budiman, (2011)
hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan
penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris. Hipotesis
penelitian ini adalah:
1. Ada Hubungan Antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015
2. Ada Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian ketuban Pecah
Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015
E. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel - variabel yang diamati atau diteliti dan variabel -
variabel tersebut diberi batasan. Definisi operasional juga bermanfaat
untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel
- variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat
ukur. (Notoatmojo, 2010)
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Skala Hasil Ukur
1. Ketuban
Pecah Dini
Keluarnya
lendir secara
per vaginam
tanpa adanya
tanda-tanda
persalinan
Dokumentasi Buku
Register
Nominal 1.Mengalami
KPD
2.Tidak
mengalami
KPD
2.
Umur
Lama hidup
responden
terhitung
mulai saat
dilahirkan
Dokumentasi Buku
Register
Nominal
1. Tidak aman
(< 20 dan >
35 tahun)
2. Aman (20 -
35 tahun)
3.
Paritas
Jumlah anak
yang
dilahirkan ibu
baik hidup
atau mati
Dokumentasi Buku
Register
Nominal
1. Tidak aman
(1 dan > 3)
2. Aman (2 - 3)
F. Hubungan Antar Variabel
Hubungan antara variabel bebas yaitu usia dan paritas.
Sedangkan, variabel pada terikat yaitu ibu yang mengalami ketuban pecah
dini pada tahun 2015
G. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Setiawan dkk, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah seuruh ibu hamil yang
melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Setiawan dkk, 2011).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang
melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang (Total Sampling).
H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ( Validitas dan Reliabilitas)
1. Alat Pengumpulan Data
Alat ukur pada pengumpulan data pada penelitian ini adalah
data sekunder berupa data yang diperoleh dari Rumah Sakit (RS)
seperti data usia ibu dan paritas.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini digunakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan perawatan dan
rekam medis pada ruang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya
berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia
(Setiawan dkk, 2011).
I. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti melalui berbagai
tahapan seperti melakukan studi pendahuluan, pengajuan judul kepada
dosen pembimbing, pencarian literatur, dan penyusunan instrument
penelitian.
2. Pelaksanaan
Pada tanggal 06 Mei 2016 peneliti mengajukan judul
penelitian kepada pembimbing, kemudian pada tanggal 10 Mei 2016
mengajukan surat permohonan untuk melakukan studi pendahuluan
setelah mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian ,
peneliti dapat melakukan studi pendahuluan. Pada tanggal 26 Mei
2016 peneliti mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan izin
penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Setelah
mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian, peneliti dapat
melakukan penelitian yang sesuai dengan prinsip – prinsip etis
penelitian yaitu meminta persetujuan kepada pihak rekam medis dan
kepala ruangan bersalin kemudian menjelaskan maksud penelitian.
3. Penyelesaian
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan tahapan
pengelolaan data dan analisis data untuk selanjutnya disajikan dalam
bentuk sebuah laporan karya tulis ilmiah.
J. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu dengan analisis
univariat dan bivariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk
menggambarkan masing – masing variabel bebas dan variabel terikat
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Sedangkan analisis
bivariat dimaksud untuk melihat hubungan kedua variabel, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat
hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square
(menggunakan SPSS versi 16) dengan tingkat kepercayaan 95% dari nilai
α 0,05 jadi apabila nilai p (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima yang
berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan
variabel dependen. Apabila p < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel di atas
dengan rumus sebagai berikut:
𝑥2
=∑
(𝑓0−𝑓𝑒)²
𝑓𝑒
keterangan:
x2
: Nilai Chi-kuadrat
fe : frekuensi ang diharapkan
f0 : frekuensi yang diperoleh
Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada
hubungan yang bermakna (signifikan). Sebaiknya bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada
hubungan yang bermakna. Syarat uji chi square adalah sebagai berikut:
(Hastomo, 2007)
1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 lebih
dari 20% dari total
2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai observasi kurang dari 1.
Pada analisis data ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0.05
yaitu apabila nilai p < 0.05 maka hipotesis diterima (H0 diterima) dan
bila p > 0.05 maka hipotesis ditolak (H0 ditolak)
3. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga
Actual Count (F0) sebesar 0 (nol).
4. Apabila tabel kontingensi 2 x 2 tetapi tidak memenuhi syarat seperti
ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maka rumus
diganti dengan “Fisher Exact Test”.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru merupakan rumah
sakit milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahkan
pengelolaannya oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada
tanggal 14 Agustus 2001. Berdasarkan Keputusan Walikota
Banjarbaru Nomor 366 Tahun 2011, RSUD Banjarbaru telah
ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dengan
menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang
telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
dan Peraaturan Kementrian Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007.
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru memiliki luas tanah
8.213 m2
, dengan luas bangunan 5.049 m2
, dan memiliki tempat tidur
sebanyak 137 buah. Berikut ini merupakan fasilitas dan sarana yang
terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru:
a. Pelayanan rawat jalan (poli spesialis anak, poli spesialis bedah,
poli spesialis bedah ortopedi, poli spesialis penyakit dalam, poli
spesiais kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis kulit, poli
spesialis syaraf, poli umum, poli spesialis gizi, poli spesialis gizi
dan mulut)
b. Pelayanan gawat darurat (24 jam)
c. Pelayanan rawat inap
d. Pelayanan medik (pelayanan bedah sentral dan pelayanan
perinatal)
e. Pelayanan penunjang (Medis: laboratorium, radiologi, farmasi,
rehabilotas medik. Non medis: pelayanan gizi)
Jumlah kunjungan rawat inap Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu mencapai 12.588 kunjungan
dari tahun 2014 sebanyak 11.476 kunjungan.
2. Ketenagaan RSUD Banjarbaru
Tabel 4.1
Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tahun 2015
No
Dokter
Spesialis
Jenis Tenaga
JUMLAH
PNS PTT KONTRAK
1. Dokter
Spesialis
16 - - 16
2. Dokter Gigi
Spesialis
1 - - 1
3. Dokter Umum 25 - - 25
4. Dokter Gigi 3 - - 3
5. Paramedis
Keperawatan
133 7 21 161
6. Paramedis
Kebidanan
46 - - 53
7. Paramedis
Penunjang
90 1 3 94
8. Non Medis 67 5 47 119
JUMLAH 381 13 71 472
Sumber: Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru,
2015.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa ketenagaan
terbanyak di RSUD Banjarbaru adalah paramedis keperawatan
sebanyak 161 orang (34.11%) dan paling sedikit ketenagaan di RSUD
Banjarbaru adalah dokter gigi sebanyak 1 orang (0.21%)
3. Hasil Penelitian Univariat
a. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Ketuban
Pecah Dini
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian
ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun
2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini dan ibu bersalin yang tidak
mengalami ketuban pecah dini. Gambaran frekuensi umur ibu
bersalin dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasar Ibu Bersalin Yang Mengalami
Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015
No Ibu Bersalin Total
Frekuensi (F) Presentasi (%)
1. Mengalami KPD 168 11.45
2. Tidak mengalami
KPD
1299 88.55
Jumlah 1.467 100
(Sumber: Rekam Medis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa ibu
yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 1.299 orang
(88.55%) dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 168
orang (11.45%)
b. Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu
Distribusi rekuensi berdasar kelompok umur ibu bersalin
yang mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD
Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu
bersalin dengan umur beresiko dan tidak beresiko. Gambaran
frekuensi umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Bersalin Yang
Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru
Tahun 2015
No Umur Ibu Total
Frekuensi (F) Presentasi (%)
1. Tidak aman (< 20 dan >
35 tahun)
91 54.17
2. Aman (20 – 35 tahun) 77 45.83
Jumlah 168 100
(Sumber: Rekam Medis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu yang
tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan umur ibu yang
aman sebanyak 77 orang (45.83%).
c. Distribusi Frekuensi Berdasar Paritas Ibu
Distribusi frekuensi berdasar paritas ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru
Tahun 2015 dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ibu bersalin
dengan paritas beresiko dan tidak beresiko. Gambaran frekuensi
paritas ibu dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin yang
Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru
Tahun 2015
No Paritas Ibu Total
Frekuensi (F) Presentasi (%)
1. Tidak aman (1 dan >
3 anak)
97 57.73
2. Aman (2 – 3 anak) 71 42.63
Jumlah 168 100
(Sumber: Rekam Medis, 2015)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa paritas
ibu yang tidak aman sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan
paritas ibu yang aman sebanyak 71 orang (42.26%).
4. Hasil Penelitian Bivariat
d. Hubungan Usia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Tabel 4.5
Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015
Umur Ibu
Ibu Bersalin
Total P
Value
OR
Mengalami
KPD
Tidak
Mengalami
KPD
Tidak aman (< 20 dan
> 35 tahun)
n % N % N %
0.000 2.355
(1.702 – 3.259)
91 17.3 434 82.7 525 100
Aman (20 – 35 tahun)
77 8.2 865 91.8 942 100
Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu
bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun)
sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah
dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang
memiliki umur aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian
besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang
(91.8%). Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square
didapatkan nilai p = 0.000 dan OR 2.355, dengan nilai p < 0.05.
maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya
ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai
OR 2.355 menunjukan bahwa umur ibu yang tidak aman beresiko
terjadi ketuban pecah dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan
umur ibu yang aman.
e. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Tabel 4.6
Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015
Paritas
Ibu Bersalin
Total P
Value
OR
Mengalami
KPD
Tidak
Mengalami
KPD
Tidak Aman (1 dan > 3
anak)
n % N % n %
0.001
1.764 (1.274 –
2.442)
97 14.6 567 85.4 664 100
Aman (2 – 3 anak)
71 8.8 732 91.2 803 100
Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu
bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664
orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang
memiliki paritas aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian
besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang
(91.2%).Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square
didapatkan nilai p = 0.001 dan OR 1.764, dengan nilai p < 0.05.
maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya
ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini.
Nilai OR 1.764 menunjukan bahwa paritas ibu yang tidak aman
beresiko terjadi ketuban pecah dini 1.764 kali lebih besar
dibandingkan paritas ibu yang aman.
B. PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru tentang Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Kejadian Ketuban Pecah Dini
Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa ibu bersalin di RSUD
Banjarbaru sebanyak 1.467 orang, sebanyak 1.299 orang (88.55%)
tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 168 orang (11.45%)
mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The
Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada
usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm
Premature Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati,
2011). Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara
jelas, sehingga usaha preventif tidak dapat dilakukan, beberapa faktor
yang membuat ketuban pecah dini seperti infeksi, usia, paritas,
gangguan leher Rahim, posisi plasenta di bawah, gameli, dan kelainan
letak.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan cairan ciri picat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawah biasanya “mengganjal” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda terjadi infeksi (Taufan
Nugroho, 2012). Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap janin
seperti infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi
(amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan
meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal, sedangkan terhadap
ibu seperti terjadi infeksi, peritonitis, septicemia, serta dry labour, ibu
menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan
nadi cepat (Ani, 2013). Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah
dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea, atau
gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Secara klinis
diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien
dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda khas yang
sudah dapat dinilai mengarah ke ketuban pecah dini.
Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini, yaitu dengan cara
konservatif: awat dirumah sakit, beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥
6 jam berikan ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg,
apabila usia kehamilan ≤ 32-34 minggu, rawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi, bila usia
kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan,
nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterine),
pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru-paru janin. Sedangkan penatalaksanaan secara aktif
meliputi: Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal
lakukan seksio secarea. Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD),
letak lintang dilakukan seksio secarea. Bila ada tanda infeksi, berikan
antibiotika tinggi dan persalinan diakhiri (Taufan Nugroho, 2012).
2. Umur Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu bersalin
yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak
91 orang (54.17%) sedangkan ibu dengan umur aman sebanyak 77
orang (45.83%).
Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab kematian
maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu, dalam
kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan
persalinan adalah usia 20 - 30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29
tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani,
2013).
3. Paritas Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini
Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa paritas ibu bersalin
yang mengalami ketuban pecah dini dengan paritas beresiko sebanyak
97 orang (57.74%), sedangkan ibu dengan paritas aman sebanyak 71
orang (42.26%).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari
atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun
mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan,
yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil
berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu:
g. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya
h. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali
i. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5
kali
Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan
dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan
fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan
(Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak
terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena
kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ
reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande
multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35
tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar
sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan
semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi
berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu
inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008).
4. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu
bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun)
sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah
dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang
memiliki usia aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian
besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang
(91.8%). Setelah dilakukan uji chi square dapat disimpulkan H0
diterima, dimana p value = 0.000 (α = 0.05), sehingga secara statistik
dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin
dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015.
Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki umur
aman (20 - 35 tahun) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah
dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki
usia tidak aman ( < 20 – > 35 tahun). Usia ibu bersalin yang tidak
aman ( > 35 tahun ) sebanyak 52 orang (57.14%) dan usia ibu tidak
aman ( < 20 tahun ) sebanyak 39 orang (42.86%).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradila
(2012) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia (p=0,649) dengan kejadian ketuban pecah dinidi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Namun, hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh tahun 2013 di RSUD
Ambarawa dengan p value = 0.000 (α 0.05) yang berarti ada hubungan
usia dengan kejadian ketuban pecah dini.
Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan
belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap
sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap
untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban
menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi
penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh
pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang
memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012)
5. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu
bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664
orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak
567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki paritas
aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian besar juga tidak
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang (91.2%). Setelah
dilakukan uji chi-square dapat disimpulkan H0 diterima, dimana p
value = 0.001 (α = 0.05), sehingga secara statistik dapat dilihat ada
hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd
ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki paritas aman (2 - 3
anak) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 1.764 kali
lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas tidak aman
( 1 – > 3 anak). Paritas ibu bersalin yang tidak aman ( > 3 anak )
sebanyak 34 orang (35.05%) dan paritas ibu tidak aman ( 1 anak )
sebanyak 63 orang (64.95%)
Hal ini sesuai dengan teori primipara dan multigravida
merupakan salah satu dari penyebab ketuban pecah dini. Karena
paritas 2-3 merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan
melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun di RSUD Pambalah
Batung Amuntai (2013) bahwa sebanyak 69.6% ketuban pecah dini
terjadi pada ibu bersalin primipara. Paritas adalah jumlah janin dengan
berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah
dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka
dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi
ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu:
primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya,
multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, grande
multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali.
Sedangkan menurut kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang
sudah hamil anttara lain seperti nulipara adalah wanita yang belim
pernah melahirkan bayi yang mampu hidup, primipara adalah wanita
yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup,
multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih
grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau
lebih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar ibu bersalin dari 1.467 sebanyak 1.299 orang (88.55%)
tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebagian kecil sebanyak 168
orang (11.45%) megalami ketuban pecah dini.
2. Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini
dengan umur tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan ibu
dengan umur aman sebanyak 77 orang (45.83%).
3. Sebagian besar paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah
dini dengan paritas beresiko sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan
ibu dengan paritas aman sebanyak 71 orang (42.26%).
4. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan
nilai p value = 0.000 (α = 0.05).
5. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan
nilai p value = 0.001 (α = 0.05)
B. SARAN
1. Bagi Peneliti
Dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketuban pecah dini baik
secara analitik maupun deskritif dengan variabel yang berbeda.
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Diharapkan untuk tenaga kesehatan lebih banyak memberikan
penyuluhan tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam upaya
pencegahan agar tidak terus mengalami peningkatan
3. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Dapat meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan dan referensi bagi
mahasiswa Akademi Kebidanan Banua Bina Husada yang berkaitan
dengan ketuban pecah dini
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Laporan Register Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini di
Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan.
Anonim. 2016. Laporan Tahunan RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan.
Effendi, dkk. 2009. Prematuritas. Bandung : PT Refika Aditama
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Huda N. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta: Suatu Model Disertasi yangtidak
dipublikasikan
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nusa Medika
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nusa Medika
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Rohani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika
Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta
: Nusa Medika
Sondakh, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga
Vaisatun. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini di
RSUD Pambalah Batung Amuntai: Suatu Model Disertasi yang tidak
dipublikasikan
Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Dilengkapi dengan Contoh Kuisioner. Jakarta: Mutia
Medika
Cunningham. (2006). Paritas dan kerangka teori KPD
http://midwivery2.blogspot.co.id/2013/10/karakteristik.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl. 16.15 WITA).
varney. (2008). Konsep Dasar Paritas
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/02/konsep-dasar-paritas.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.30 WITA).
SDKI. (2012). AKI & AKB
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.40 WITA).
DEPKES RI. (2013). Kejadian Ketuban Pecah Dini
http://www.google.co.id/search?hl=id=ISO-8859
1&q=kejadian+kpd+menurut+Depkes+2013.
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.45 WITA).
Anggraeni. (2012) Pengertian Persalinan Normal
http://midwevery2.blogspot.co.id/2013/10/peresalinan.html?m=1
Eni nur rahmawati. (2012) Pengertian KPD
http://sulfianasiraj.blogspot.co.id/2014/09/proposal-ketuban-pecah-dini.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.50 WITA).
Ade kurniawati (2012) Ketuban Pecah Dini
http://adekurniawati906.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.55 WITA).
Winkjosastro (2008) Paritas
http://uliltegar.blogspot.com.co.id/2014/03/tinjauan-teori-hubungan-paritas-
pre.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.00 WITA).
ani. (2013). Pengaruh KPD Pada Ibu
http://ejurnal.akbidpantiliwasa.ac.id/index.php/kebidanan/article
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.10 WITA).
Eni Kurniawati. (2011). Paritas
http://www.academia.edu/19666034/KETUBAN_PECAH_DINI_OBSTET
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 20.00 WITA).
Faradila 2012. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di
RSUD Dr Zainoel Abiding Banda Aceh
http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index/.php?id=10129&page=1
(diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 15.00 WITA).
Ruth dkk (2014). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD Ambarawa
http://ejournalnwu.ac.id/article/view1443665476
(diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 16.00 WITA).
Sualman. (2009). Insidensi kejadian KPD
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24515/2
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.00 WITA)
Wijayanegara. (2009). Regangan Selaput Ketuban Berlebih
http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/86/--muslihamus-4257-1-
thesis-i.pdf
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.10 WITA)
Alamsyah, M. (2009). Struktur Selaput Ketuban
http://www.scribd.com/mobile/doc/294557942/9-Ketuban-Pecah-Dini-Pada-
Prematuritas-Dr-M-Alamsyah
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.30 WITA)
Hastomo. (2007). Syarat Uji Chi Square
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-913-223502724-bab%20i-
lampiran.pdf
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.50 WITA)
Budiman. 2011. Pengertian Hipotesis
http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_k_1253.pdf
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.00 WITA)
Laurensia dkk. (2015). Hubungan BBLR dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
http://akbidsarimulia.ac.id/ejurnal/downlod.php?file=B%20Laren,%20B%20Faiza
h%2015-25.pdf
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.10 WITA)
Ardy. (2011). Analisis tentang Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di RSUD Sidoarjo
http://www.e-jurnal.com/2013/11/analisis-tentang-paritas-dengan.html?m=1
(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 17.00 WITA)
LAMPIRAN
Time Schedule
Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015
TahunAkademik 2015 / 1016
No Jenis Kegiatan April Mei Juni
1. Pengajuan Judul
2. Studi Pendahuluan
3. Penyusunan BAB I
4. Penyusunan BAB II
5. Penyusunan BAB
III
6. Revisi BAB I, BAB II, BAB III
7. Penelitian
8. Penyusunan Laporan Skripsi
9. Ujian Hasil Skripsi
10. Revisi dan Penjilidan
11. Pengumupulan Skripsi yang Telah
Disahkan dewan Penguji
Hubungan Usi Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Di RSUD Banjarbaru
PARITAS * IBU BERSALIN Crosstabulation
IBU BERSALIN
Total
MENGALAMI
KPD
TIDAK
MENGALAMI KPD
PARITAS AMAN Count 71 732 803
Expected Count 92.0 711.0 803.0
% within PARITAS 8.8% 91.2% 100.0%
% within IBU
BERSALIN
42.3% 56.4% 54.7%
% of Total 4.8% 49.9% 54.7%
TIDAK
AMAN
Count 97 567 664
Expected Count 76.0 588.0 664.0
% within PARITAS 14.6% 85.4% 100.0%
% within IBU
BERSALIN
57.7% 43.6% 45.3%
% of Total 6.6% 38.7% 45.3%
Total Count 168 1299 1467
Expected Count 168.0 1299.0 1467.0
% within PARITAS 11.5% 88.5% 100.0%
% within IBU
BERSALIN
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 11.5% 88.5% 100.0%
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah
KetubanPecah

More Related Content

What's hot

Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019
Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019
Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019Dokter Tekno
 
Leaflet cara menyusui yang benar
Leaflet cara menyusui yang benarLeaflet cara menyusui yang benar
Leaflet cara menyusui yang benarRahayu Pratiwi
 
ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...
ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...
ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...Faris Andrianto
 
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfpromkesseyegan
 
Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Standart Pelayanan Minimal Rumah SakitStandart Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Standart Pelayanan Minimal Rumah SakitLuzyana Rachmadhani
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatTini Wartini
 
Riskesdas 2013
Riskesdas 2013Riskesdas 2013
Riskesdas 2013Muh Saleh
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Kb 1 gangguan citra tubuh -
Kb 1 gangguan citra tubuh -Kb 1 gangguan citra tubuh -
Kb 1 gangguan citra tubuh -pjj_kemenkes
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...Warnet Raha
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1AjEn9
 
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman SejawatHubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman SejawatAgustin Malianti
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Nenell 'kovalen' Miraldy
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 

What's hot (20)

Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019
Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019
Pmk no. 97 ttg peta jalan sistem informasi kesehatan tahun 2015 2019
 
Leaflet cara menyusui yang benar
Leaflet cara menyusui yang benarLeaflet cara menyusui yang benar
Leaflet cara menyusui yang benar
 
ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...
ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...
ppt presentasi proposal KTI saya tentang gangguan sistem pencernaan : post op...
 
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
 
Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Standart Pelayanan Minimal Rumah SakitStandart Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
 
Riskesdas 2013
Riskesdas 2013Riskesdas 2013
Riskesdas 2013
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Perkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatanPerkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatan
 
Kb 1 gangguan citra tubuh -
Kb 1 gangguan citra tubuh -Kb 1 gangguan citra tubuh -
Kb 1 gangguan citra tubuh -
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...MANAJEMEN   DAN   PENDOKUMENTASIAN   ASUHAN   KEBIDANAN  PADA BAYI NY.“A” DEN...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.“A” DEN...
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
 
Sistem rujukan
Sistem rujukanSistem rujukan
Sistem rujukan
 
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman SejawatHubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
 
Ppt imobilisasi
Ppt imobilisasiPpt imobilisasi
Ppt imobilisasi
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Posisi pasien kdtk 1
Posisi pasien kdtk 1Posisi pasien kdtk 1
Posisi pasien kdtk 1
 

Similar to KetubanPecah

GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...Warnet Raha
 
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...Warnet Raha
 
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...Warnet Raha
 
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...Warnet Raha
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...Warnet Raha
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...Warnet Raha
 
TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...
TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...
TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...Warnet Raha
 

Similar to KetubanPecah (20)

GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
GAMBARAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK AKTIF DEPO MEDROKSI PROGESTERON AS...
 
Kti wa liati
Kti wa liatiKti wa liati
Kti wa liati
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...
IDENTIFIKASI PENYEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN KALA II LAMA PADA IBU DI R...
 
Kti muslyaninsi
Kti muslyaninsiKti muslyaninsi
Kti muslyaninsi
 
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT...
 
Kti yusniar
Kti yusniarKti yusniar
Kti yusniar
 
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
 
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PU...
 
Kti wa ode piana
Kti wa ode pianaKti wa ode piana
Kti wa ode piana
 
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
IDENTIFIKASI AKSEPTOR KB IMPLANT YANG MENGALAMI EFEK SAMPING DI DESA BANGUNSA...
 
Kti arni akbid paramata raha
Kti arni akbid paramata rahaKti arni akbid paramata raha
Kti arni akbid paramata raha
 
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...
 
Kti nurniati
Kti nurniatiKti nurniati
Kti nurniati
 
Kti nurniati
Kti nurniatiKti nurniati
Kti nurniati
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAY...
 
Isran esra kti
Isran esra ktiIsran esra kti
Isran esra kti
 
Kti rija
Kti rijaKti rija
Kti rija
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
 
Kti wa ode indrawati
Kti wa ode indrawatiKti wa ode indrawati
Kti wa ode indrawati
 
TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...
TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...
TINJAUAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAARA KABUPATEN M...
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (18)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

KetubanPecah

  • 1. HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Disusun Oleh : Nuni Puspita Sari NIM 06.13.11.844 AKADEM KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA BANJARBARU 2016
  • 2. HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Nuni Puspita Sari NIM 06.13.11.844 Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru Tanggal : 13 Juni 2016 Pembimbing, Rusmadi, M.Kes NIP
  • 3. HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Nuni Puspita Sari NIM 06.13.11.844 Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru Tanggal : 22 Juni 2016 Menyetujui : Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Penguji I Ika Lestiani, S.SiT NIK……………… …………….. Penguji II Rusmadi, M.Kes NIK…………... . ..……………. Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada (Sabarina Br. Tarigan, M.Kes) NIP
  • 4. HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Banjarbaru, Juni 2016 ( Nuni Puspita Sari )
  • 5. MOTTO “Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih dan Dia pulalah naungan dan pendiangamu. Kerana kau menghampiri-Nya saat hati lupa dan mencari-Nya saat jiwa memerlukan kedamaian” “Hidup bukan soal memegang kartu – kartu terbagus, namun bagaimana memainkan kartu yang ada ditangan dengan baik”. (Kahlil Gibran)
  • 6. Persembahan Assalamu’alaikum Wr . Wb Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT karena sampai hari ini saya masih diberikan kekuatan dan kesehatan. Perjuangan dan pengorbanan yang membuat saya sampai saat ini masih bisa berdiri, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang sangat sederhana ini. Namun, saya berharap semua ilmu yang telah saya dapatkan akan bermanfaat untuk diri saya kedepannya dan untuk seluruh pihak. Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang tua, keluarga, kakak (Ridwan Sidiq) dan mas Alip yang selalu mendukung dan bekerja keras untuk menyelesaikan akademik saya, melantunkan do’a disetiap ibadah untuk saya. Ayah, lihatlah anakmu ini dari kejauhan sekarang anakmu sudah menyelesaikan study seperti yang ayah inginkan, walaupun ayah telah tiada saya akan selalu mengingat semua nasihat yang pernah ayah berikan. Kepada ibu Puspita Sari Pribadi, S.SiT selaku dosen pembimbing praktik yang tak lepas dari apa yang saya capai saat ini, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu dan ilmu yang ibu berikan. Kepada Ibu Ika Lestiani, S.SiT selaku pembimbing KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik dan saran yang Bapak berikan
  • 7. Kepada Bapak Rusmadi, M.Kes selaku pembimbing KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik dan saran yang Bapak berikan Kepada para sahabat dan adik di kamar mawar terimakasih atas kebersamaan selama ini. Suka dan duka bersama kalian adalah graffiti indah dalam hidup saya yang akan selalu terpatri dihati. Kepada lela, Diana kenti dan idiot – idiot (Hikmah, Frisda, Ilin) terimakasih untuk semuanya kalian bukan hanya teman, sahabat, ataupun saudara. Kalian adalah sebagian dari saya. Kepada kelas C terimakasih atas kebersamaan selama ini, dari yang dibilang troublemaker sampai dengan menctak prestasi bersama, guyon bersama, usil bersama dan sedih bersama. Angkatan 6 Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga kedepannya kita tetap bisa menjalin silaturahmi kekeluargaan ini dengan baik, semoga perjuangan kita menjadi kesuksesan untuk kita semua, aamiin yaa Rabb
  • 8. KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Kabupaten Banjar Tahun 2015”, guna melengkapi persyaratan untuk mendapat gelar DIII Kebidanan pada Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud atas bantuan, bimbingan serta dorongan dari perbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. H. Sempurna Tarigan, S.Pd, M.Kes, selaku Pembina Yayasasn Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru 2. Hary Angga Tarigan, SH, selaku Kepala Yayasan Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru 3. Sabarina Br Tarigan, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru 4. Ika Lestiani, S.ST selaku Penguji I yang dengan kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini 5. Rusmadi, M.Kes selaku Pembimbing & Penguji II yang dengan kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini 6. Dr. Hj. Endah Labati Silapurna, M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru yang telah memberikan izindalam pengumpulan data serta melakukan penelitian sehingga dapat terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini 7. Risa Paula, SKM, selaku Bidan Koordinator ruang VK Rumah Sakit Umum Daerah banjarbaru beserta staf yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. 8. Orang tua serta keluarga yang selalu memberi dukungan tanpa henti dan senantiasa berdoa untuk penulis 9. Seluruh responden yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat terlaksananya penelitian Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala partisipasi yang diberikan.
  • 9. Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Banjarbaru, 2016 Nuni Puspita Sari
  • 10. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv INTISARI......................................................................................................... xv ABSTRAK....................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 8 F. Keaslian Penelitian......................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11 A. Tinjauan Teori................................................................................ 11 B. Kerangka Teori............................................................................... 48 BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 50 A. Desain Penelitian............................................................................ 50 B. Kerangka Konsep........................................................................... 50 C. Variabel Penelitian ........................................................................ 51 D. Hipotesis......................................................................................... 52 E. Definisi Operasional ...................................................................... 52
  • 11. F. Hubungan Antar Variabel .............................................................. 53 G. Populasi dan Sampel ...................................................................... 54 H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................................. 54 I. Jalannya Penelitian......................................................................... 55 J. Analisis Data.................................................................................. 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 58 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 58 B. Pembahasan.................................................................................... 66 BAB V PENUTUP......................................................................................... 74 A. Kesimpulan .................................................................................... 74 B. Saran............................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN.....................................................................................................
  • 12. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina ................................................................. 42 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 53 Tabel 4.1 Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru 2015 ................................ 60 Tabel 4.2 Distribusi Ketuban Pecah Dini......................................................... 61 Tabel 4.3 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Umur ......................... 62 Tabel 4.4 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Paritas........................ 63 Tabel 4.5 Hubungan Usia Ibu dengan Ketuban Pecah Dini ............................ 64 Tabel 4.6 Hubungan Paritas Ibu dengan Ketuban Pecah Dini......................... 65
  • 13. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 49 Gambar 3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 51
  • 14. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru Lampiran 5 Time Schedule Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan SPSS Lampiran 7 Rekapitulasi Ibu Bersalin Tahun 2015 Lampiran 8 Lembar Konsultasi Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
  • 15. HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN 20151 Nuni Puspita Sari2 , Rusmadi3 INTISARI Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru dari tahun 2013 sampai 2015 mengalami peningkatan dari 125 menjadi 168 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Banjarbaru Penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan waktu secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru yang didapatkan dari buku register. Teknik pengambilan sampel dengan total sampel dengan jumlah 1.467 responden. Pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0.000 (α = 0.05) yang berarti ada hubungan yang antara usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dan variabel paritas ibu dengan nilai p = 0.001 (α = 0.05) yang berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru. Untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih aktif melakukan promosi kesehatan tentang ketuban pecah dini Kata kunci : Ibu bersalin, ketuban pecah dini Kepustakaan : 14 buku, 16 website, 4 jurnal (Referensi 2006 – 2014) Jumlah halaman : xii, 73 halaman, 8 tabel, 8 lampiran, 2 gambar 1 Judul Karya Tulis Ilmiah 2 Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru 3 Dosen Pembimbing AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru
  • 16. MATERNAL AGE AND PARITY RELATIONSHIP WITH INCIDENCE OF PRELABOUR RUPTURE OF THE MEMBRANE IN RSUD BANJARBARU KABUPATEN BANJAR YEAR 20151 Nuni Puspita Sari2 , Rusmadi3 ABSTRACT Incidence prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru since 2013 until 2015 having an increase of 125 be 168 persons. The purpose of The research was to maternal age and parity related to the incidence of prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru The research used analytic method with cross sectional time approach. The populations of thr research was all maternities with prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru got from the book medical record. The sample was taken by using total sampling technique ror 1.467 respondents. The data were analyzed using by chi square test. The result of the bivariate analysis using chi square test obtained by value p = 0.000 (α = 0.05) the research result indicates that maternal age related to prelabour rupture of the membrane and variable of parity status is p = 0.001 (α = 0.05) the research result indicates that parity related to prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru. So the midwifery must go statement suggest for the prelabour rupture of the membrane Keywords : maternal, prelabour rupture of the membrane Reference : 14 books, 16 website, 4 journals (References 2006 – 2014) Number Of Page : xii, 73 pages, 8 table, 8 appendices, 2 figures 1 There is Title 2 School Of midwifery Student of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru 3 Lecturer of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru
  • 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2012). Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati, 2012) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten). (Nugroho, 2012). Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin (Sondakh, 2013). Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetrik dalam kaitanya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim,
  • 18. persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2010) Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pedah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah (Sualman, 2009). Ketuban pecah dini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin sehingga akan terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian ketuban pecah dini yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala yang dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini, sehingga dapat ditangani secara cepat dan tepat guna mengurangi komplikasi dari ketuban pecah dini seperti infeksi, persalinan prematur dan lain sebagainya. Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia, faktor golongan darah, paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat
  • 19. abortus, riwayat ketuban pecah dini, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu bekerja, trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amnionitis (Prawiroharjo, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011) didapatkan hasil bahwa infeksi genetalia (70,2%) dan paritas (63,8%) dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun (2013) didapatkan hasil bahwa usia (82,1%) dan paritas (66,3%) dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan millennium (Millenum Development Goals/MDGs, yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan Selatan sebanyak 183 orang per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKI) sebanyak 44 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Pada tahun 2013 - 2015 di Banjarbaru Angka Kematian Ibu (AKI) berturut - turut sebanyak 6 orang (133,1/100.000), kemudian meningkat pada tahun 2014 sebanyak 13 orang (279,8/100.000) dan menurun pada tahun 2015 menjadi 5 orang (100,32/100.000). Sedangkan Angka Kematian Bayi di Banjarbaru berturu – turut sebanyak 34 orang
  • 20. (7,5/1.000) tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan pada tahun 2014 tetap berjumlah 34 orang (7,3/1.000) dan kemudian pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 28 orang (5,62/1.000) Menurut WHO (2013) Angka kejadian ketuban pecah dini di Dunia tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di Indonesia angka kejadian ketuban pecah dini sebanyak 35% (Depkes RI, 2013). Penelitian yang dilakukan Laurensia dkk (2015) didapatkan hasil kejadian ketuban pecah dini di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2012 sebanyak 127 orang (8,62%) dari 1.472 persalinan, kejadian tersebut menurun pada tahun 2013 yaitu sebanyak 87 orang (5,17%), dari 1.682 persalinan, dan meningkat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 200 orang (9,22%) dari 2.168 persalinan. Berdasarkan laporan tahunan di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 jumlah total persalinan sebanyak 920 orang, dengan prosentase persalinan normal sebanyak 395 orang (42,93%), SC sebanyak 472 orang (51,30%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 53 orang (5,77%), dan ketuban pecah dini sebanyak 125 orang (13,59%). Pada tahun 2014 jumlah total persalinan sebanyak 1.308 orang, dengan prosentase persalian normal sebanyak 584 orang (44,64%), SC sebanyak 672 orang (51,38%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 52 orang, (3,98%) dan ketuban pecah dini sebanyak 166 orang (12,70%). Sedangkan, pada tahun 2015 jumlah total persalinan sebanyak 1.467 orang, dengan prosentase persalian normal sebanyak 772 orang (52,62%),
  • 21. SC sebanyak 675 orang (46,01), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 20 orang (1,37%), dan ketuban pecah dini sebanyak 168 orang (11,45%). Berdasarkan uraian diatas kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 sebanyak 125 orang (13,59%) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebanyak 166 orang (12,70%) kemudian pada tahun 2015 terjadi peningkatan dalam jumlah menjadi sebanyak 168 orang (11,45%), namun bila dilihat dari prosentasi dalam persen terjadi penurunan, akan tetapi masih cukup tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru masih cukup tinggi, diantaranya ketuban pecah dini disebabkan oleh kelainan letak, infeksi, kelainan serviks, gameli, usia dan paritas. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru”.
  • 22. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah Ada Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 b. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 c. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 d. Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015 e. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015
  • 23. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan yang telah ada tentang usia dan paritas dengan terjadinya ketuban pecah dini, serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, untuk selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini dengan variabel yang berbeda. b. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi yang lebih rinci bagi rumah sakit dan petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan terutama dalam hal pencegahan dan penanganan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. c. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kebidanan khususnya dalam mata kuliah patologi kebidanan, dan sekaligus sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang ibu bersalin dengan
  • 24. ketuban pecah dini di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru. E. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan usia ibu dan paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 2. Ruang Lingkup Subjek Subjek penelitian adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015. 3. Ruang Lingkup Waktu Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah periode 2016 4. Ruang Lingkup Tempat Ruang lingkup tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru.
  • 25. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh peneliti, terdapat penelitian yang mirip dan dilakukan oleh: No Peneliti Judul Penelitian Uraian 1. Nurul Huda Faktor - faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di PKU Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013 Metode Penelitian: observasional dengan pendekatan analitik Variabel independen: umur, pendidikan, paritas, preeklamsi, anemia, gamely, hidramnion Variabel dependen: Ketuban Pecah Dini Populasi: Semua ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di RS PKU Muhamadiyah Surakarta tahun 2012 sebanyak 242 ibu bersalin Sampel: purposive sampling sebanyak 125 ibu bersalin. Hasil: peneliti menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, paritas, preeklamsi, anemia, gamely, hidramnion memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ketuban pecah dini 2. Vaisatun Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini di RSUD Pambalah Batung Amuntai Metode penelitian: Deskriftif. Variabel independen: umur, paritas, penyakit yang menyertai Populasi: semua ibu bersalin di RSUD Pambalah Batung Amuntai
  • 26. tahun 2013 sebanyak 245 ibu bersalin Sampel: purposive sampling sebanyak 128 orang. Hasil: sebanyak 69,6 % ketuban pecah dini terjadi pada ibu bersalin primipara dan tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian ketuban pecah dini. 3. Ruth dkk Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ambarawa Metode penelitian: ini adalah deskriftif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen: Usia dan paritas Variabel dependen: Ketuban Pecah Dini. Populasi: semua ibu bersalin di RSUD Ambarawa tahun 2013 sebanyak 388 ibu bersalin Sampel: semua ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 388 ibu bersalin. Hasil: Sebanyak 140 ibu (70.7%) ibu mengalami kpd sejumlah 233 ibu (60.1%). Uji chi square p value = 0.000 (α 0.05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan ketuban pecah dini.
  • 27. 4. Ardy Al- Maqassary Analisis tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo Metode penelitian: deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen: umur dan paritas Variabel dependen: ketuban pecah dini Populasi: semua ibu bersalin yang mengalami Ketuban Pecah Dini di RSUD Sidoarjo Tahun 2011 sebanyak 183 ibu bersalin. Sampel: Random sebanyak 138 ibu bersalin. Hasil: 138 ibu (75.41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 45 ibu (24.59%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 primipara, 55 (77.46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 ibu (22.54%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 101 ibu multipara, 76 ibu (75.24) tidak mengalami ketuban pecah dini, 25 ibu (24.76) mengalami ketuban pecah dini. Dan dari 11 ibu grandemultipara 7 ibu(63.64) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 ibu (36.36) mengalami ketuban pecah dini.
  • 28. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup ke dunia luar. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi, sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Rohani, 2010). Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala atau ubun - ubun kecil, tanpa memakai alat bantu serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi) (Anggraeni, 2012). Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar (Sondakh, 2013). Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan (Fadlun, 2011) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya khorio - amniotik sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture of Membrane (PROM) (Fadlun, 2011).
  • 29. Secara umum persalinan berlangsung alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan karena ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda - beda, sehingga dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan atau persalinan dapat terjadi komplikasi yang mungkin terjadi karena kesalahan penolong dalam persalinan, baik tenaga non kesehatan ataupun tenaga kesehatan khususnya bidan. 2. Tanda Mulainya Persalinan (Sondakh, 2013) a. Teori Penurunan Progesteron Kadar hormon progesteron akan mulai pada kira - kira 1 - 2 minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi oto polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat kemungkinan, yaitu: 1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi 2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-ototyang saling bertautan 3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu pendekatan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. 4) Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami peregangan.
  • 30. b. Teori Keregangan Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami penegangan akan mengakibatkan otot - otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta menjadi degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. c. Teori Oksitosin Interna Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan kontraksi uterus yang disebut braxton hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktifitas oksitosin meningkat. Beberapa tanda - tanda dimulainya proses persalinan adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya His Persalinan Sifat His persalinan adalah sebagai berikut: a) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar. c) Makin beraktifitas (janin), kekuatan akan makin bertambah.
  • 31. 2) Pengeluaran Lendir dengan Darah Terjadi His persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan: a) Pendataran dan pembukaan b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas c) Terjadi perdarahan karena pembuluh darah kapiler pecah 3) Pengeluaran Cairan Pada beberapa kasus persalianan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. 4) Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam a) Perlunakan serviks b) Pendataran serviks c) Pembukaan serviks 3. Jenis-Jenis Persalinan a. Persalinan Spontan Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri
  • 32. b. Persalinan Buatan Persalinan buatan adalah bila persalinan dengan bantuan tenaga lain c. Persalinan Anjuran Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Persalinan (Sondakh, 2013) a. Penumpang (Passenger) Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya. b. Jalan Lahir (Passage) Jalan lahir terbagi atas dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal - hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir adalah ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul vagina, dan introitus vagina.
  • 33. c. Kekuatan (Power) (Sondakh, 2013) Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Kekuatan Primer (Kekuatan His dan Meneran) Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis (effecement) dan berdilatasi sehingga janin turun. 2) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Otot Rahim) Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan pendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetap setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina 3) Posisi Ibu (Positioning) Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi dan fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan kepada ibu
  • 34. bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. a) Posisi litotomi, adalah posisi yang paling umum. Wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri b) Posisi duduk (squatting position), sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di Negara-negara Amerika Latin. Untuk itu dibuat meja khusus agar wanita dapat duduk sambil melahirkan c) Cara berbaring terdapat beberapa pendapat sebagai berikut: (1) Menurut Walcher, ditepi tempat tidur (2) Menurut Tjeenk-Willink, memakai bantal (3) Menurut Jonges, untuk memperlebar pintu bawah panggul (4) Menurut posisi sims, dengan posisi miring. (Mochtar, 2011) 4) Respon Psikologi (Physchology Response) Respon psikologi ini dapat dipengaruhi oleh: a) Dukungan ayah bayi atau pasangan selama proses persalinan b) Dukungan kakek dan nenek (kerabat dekat) selama proses persalinan
  • 35. c) Saudara kandung bayi selama proses persalinan 5. Tahap-Tahap Persalinan (Sondakh, 2013) a. Kala I (Kala Pembukaan) Kala I dimulai dari saat persalinan (pembukaan satu sampai pembukaan lengkap), proses ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Fase Laten Fase laten dimulai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu 8 jam 2) Fase Aktif Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10 cm, membutuhkan waktu 7 jam. Kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi menjadi 2 fase, yaitu: a) Fase akselerasi Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 3 cm menjadi 4 cm b) Fase dilatasi maksimal Fase dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 4 cm menjadi 9 cm biasa terjadi sangat cepat c) Fase deselerasi Fase deselerasi pembukaan menjadi sangat lambat biasa terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 9 cm sampai menjadi lengkap.
  • 36. b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Gejala kala II (kala pengeluaram janin) adalah sebagai berikut: 1) His semakin kuat, dengan interval 2 - 3 menit, dengan durasi 50 sampai dengan 100 detik. 2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak 3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat terletaknya fleksus frankenhauser 4) Kedua keinginan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: a) Kepala membuka pintu b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion. Kemudian secara berturut - turut lahir ubun - ubun besar, dahi, hidung dan muka beserta kepala seluruhnya 5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung 6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan cara: a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang
  • 37. b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban 7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 - 2 jam dan multigravida 0,5 - 1 jam c. Kala III (Pelepasan Plasenta) Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses pelepasan plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda - tanda dibawah ini: 1) Uterus berbentuk globuler 2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim 3) Tali pusat memanjang 4) Terjadi semburan darah tiba - tiba d. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan) Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Jangan meninggalkan wanita bersalin alam 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir. Sebelum meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikan 7 pokok penting berikut:
  • 38. 1) Kontraksi Rahim Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan uterotonika, seperti methergin, dan oksitosin 2) Perdarahan Periksa adanya perdarahan atau tidak, banyak atau biasa 3) Kandung kemih Kandung kemih harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan berkemih, bila tidak bisa lakukan pemasangan kateter 4) Luka Ada luka jahitan atau tidak, periksa jahitan dalam kondisi baik atau tidak, dan periksa ada perdarahan pada luka atau tidak 5) Plasenta Plasenta dan selaput ketuban harus utuh 6) Keadaan Umum Periksa keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu 7) Bayi Periksa keadaan umum bayi, nadi, pernapasan dan suhu (Sondakh, 2013)
  • 39. 6. Komplikasi Dalam Persalinan (Fadlun, 2011) a. Preeklamsia Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh ibu membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urine. Kriteria minimal: tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai proteinuria ≥ 300 mg/24 jamatau 1+ pada dipstick. b. Persalinan prematur Persalinan prematur adalah apabila janin dilahirkan < 37 minggu. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan prematur adalah sebagai berikut: 1) Komplikasi medis maupun obstetrik, seperti: perdarahan antepartum, hipertensi dalam kehamilan 2) Faktor gaya hidup, seperti: kebiasaan merokok, kenaikan berat badan ibu selama hamil kurang, penggunaan obat - obatan (kokain) 3) Ketuban pecah prematur pada kehamilan preterm, yaitu ketuban pecah secara spontan sebelum kehamilan 37 minggu. Adapun sebab - sebab terjadinya ketuban pecah prematur adalah sebagai berikut:
  • 40. a) Infeksi, dalam epidemiologi menunjukan hubungan antara koloni saluran genital oleh Streptococcus group B, Chlamidya trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae, dan mikroorganisme penyebab vaginosis bakteri akan meningkatkan resiko ketuban pecah prematur b) Hormon, akibat ekspresi gen relaksin meningkat sebelum proses persalinan aterm pada selaput ketuban c) Apoptosis, yaitu kematian sel terprogram d) Regangan selaput ketuban berlebihan. (Wijayanegara, 2009). c. Postmatur Postmatur adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Adapun penyebab terjadinya postmatur adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh progesteron, akibat masih berlangsungnya pengaruh progesteron 2) Teori oksitosin, akibat kurang pelepasan oksitosin dari neurohipofisis pada kehamilan lanjut 3) Teori kortisol, akibat peningkatan secara tiba - tiba kadar kortisol plasma janin 4) Syaraf uterus, akibat tidak ada tekanan pada ganglion servikalis dan pleksus 5) Herediter
  • 41. d. Polihidramnion Polihidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2.000 ml. adapun penyebab terjadinya polihidramnion adalah sebagai berikut: 1) Produksi air ketuban bertambah, dilatasi tubulus ginjal dan kandung kemih ukuran besar akan meningkatkan urine output pada awal pertumbuhan fetus 2) Pengaliran air ketuban terganggu, akibat janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus e. Kelainan Letak Salah satu komplikasi dalam persalinan adalah kelainan letak. Adapun macam - macam kelainan letak adalah sebagai berikut: 1) Presentasi bokong, yaitu suatu keadaan dimana tungkai atau bokong janin sebagai bagian terendah. Faktor predisposisi presentasi bokong seperti multipara, prematuritas, hidramnion, plasenta previa, ansefalus, anomali rahim dan kehamilan ganda. Terdapat tiga jenis presentasi bokong, yaitu sebagai berikut: a) Bokong murni (frank breech), kedua paha janin fleksi dan kedua tungkai ekstensi pada lutut b) Presentasi bokong kaki / lengkap (complete breech), kedua paha janin fleksi dan satu atau kedua lutut difleksikan
  • 42. c) Presentasi kaki/lutut (incomplete breech), satu atau kedua paha janin ekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki terletak di bawah panggul Persalinan per vaginam pada persalinan sungsang dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: (1) Persalinan spontan, dengan kekuatan ibu sendiri biasa disebut cara brach (2) Manual aid, janin dilahirkan dengan kekuatan ibu dan sebagian dibantu penolong (cara klasik, muller, lovset) (3) Ekstarasi sungsang (total breech extraction), dilahirkan dengan memakai tenaga penolong biasa disebut teknik ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki 2) Letak lintang Dikatakan letak lintang bila sumbu memanjang, janin menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90°. Adapun penyebab terjadinya letak lintang akibat relaksasi berlebihan pada dinding abdomen, prematur, plasenta previa, hidramnion, kehamilan ganda, panggul sempit, dan kelainan bentuk rahim (Fadlun, 2011). f. Kehamilan Ganda Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Berikut ini merupakan jenis-jenis kehamilan ganda:
  • 43. 1) Kehamilan ganda monozigotik, yaitu satu ovum yang dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama (kembar identik) 2) Kehamilan ganda dizigotik, yaitu berasal dari dua atau lebih ovumyang telah dibuahi disebut juga heterolog 3) Chimerism, adalah individu dimana sel - selnya berasal dari satu ovum yang dibuahi. Biasanya ditemukan dua golongan darah yang berbeda pada satu orang 4) Superfetasi dan superfekundas (Rohani, 2010) g. Persalinan lama Persalinan lama adalah persalinan yang abnormal atau sulit. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan lama dapat dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut: 1) Kelainan His His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerentanan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan 2) Kelainan Janin Persalinan dapat mengalami hambatan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin
  • 44. 3) Kelainan Jalan Lahir Keadaan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan yang menyebabkan kemacetan (Prawirohardjo, 2011). h. Distosia Bahu Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin lahir. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan manuver khusus seperti traksi cunam bawah dan episiotomi. Adapun faktor penyebab terjadinya distosia bahu sebagai berikut: 1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional 2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir setengah dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari 4000 gram. 3) Riwayat obstetrik dengan bayi besar 4) Ibu dengan obesitas 5) Multiparitas 6) Kehamilan posterm, menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu
  • 45. 7) Riwayat obstetrik dengan persalinan lama, terdapat kasus distosia bahu rekuren 12% Ada beberapa langkah teknik penanganan pada distosia bahu, yaitu menentukan diagnosis kemuadian hentikan traksi pada kepala, segera panggil bantuan. Kemudian lakukan manuver Mc Robert (Posisi Mc Robert, episiotomi jika perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala). Apabila bayi masih belum dapat lahir maka segera lakukan manuver Rubin (posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala) i. Putusnya tali pusat Tali pusat merupakan sumber kehidupan bagi janin. Ibu menyampaikan oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu kepada bayi melalui talai pusat dan plasenta. Putusnya tali pusat sering terjadi pada janin kecil, prematur, atau bayi berada pada posisi breech. Putusnya tali pusat juga dapat terjadi jika ketuban sudah pecah sebelum bayi bergerak ke rongga panggul. Tali pusat bahkan dapat keluar melaluui vagina dan merupakan situasi yang membahayakan, karena aliran darah melalui tali pusat dapat terhalang atau berhenti. j. Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan lahir / vagina sebelum proses persalinan
  • 46. 7. Air Ketuban dan Selaput Ketuban a. Definisi Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaout janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin (Sondakh, 2013). Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel endotel yang mlapisi kantung dan permukaan plasenta, dan peresapan cairan melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin (Nugroho, 2012). b. Asal Air Ketuban Asal dari air ketuban belum diketahui dengan jelas, oleh karena itu masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Beberapa teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut, antara lain bahwa air ketuban ini berasal dari lapisan amnion, terutama dari bagian pada plasenta. Air ketuban dijelaskan memiliki peredaran yang cukup baik, dalam 1 jam didapatkan perputaran ±500 cc. beberapa perkiraan lainnya mengenai asal dari air ketuban adalah sebagai berikut: 1) Urin janin (fetal urine) 2) Transudasi dari darah ibu 3) Sekresi dari epitel amnion
  • 47. 4) Asal campuran (mixed origin) c. Ciri-Ciri Air Ketuban Beberapa ciri air ketuban adlah sebagai berikut: (1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira - kira 1000-1500 cc (2) Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis (3) Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008 (4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam - garam organik (5) Kadar protein kira-kira 2,6% gr per liter, terutama albumin d. Fungsi Air Ketuban Beberapa fungsi air ketuban adalah sebagai berikut: (1) Mencegah perlekatan janin dengan amnion (2) Agar janin dapat bergerak bebas (3) Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu (4) Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui BAK janin (5) Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah (6) Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat ± 500 cc
  • 48. (7) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan (8) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat mengakibatkan tali pusat mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin (9) Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan disekitar janin (10) Selaput ketuban dengan air ketuban didalamnya merupakan penahan janin dan rahim dari kemungkinan infeksi (11) Pada saat persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim sehingga leher rahim membuka (12) Pada saat kantong amnion pecah, air ketuban yang keluar akan membersihkan jalan lahir (13) Pada saat kehamilan, air ketuban dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom (14) Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda janin sudah matang atau akan lewat waktu Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah, jumlah cairan ini terus meningkat. Pada keadaan normal, jumlah air ketuban sekitar 50-250 ml. Pada usia kehamilan 10-20 minggu mencapai 500-1500 ml. Jika jumlahnya lebih dari 2 liter dinamakan polihidramnion atau hidramnion dan
  • 49. jika kurang dari 500 cc disebut oligohidramnion. Konsentrasi otot rahim akan menekan sirkulasi plasenta dan menimbulkan distress janin (Sondakh, 2013) e. Keadaan Normal Cairan Amnion Dibawah ini merupakan keadaan normal cairan amnion: (1) Pada usia kehamlan cukup bulan, volume 1000-1500 cc (2) Keadaan jernih agak keruh (3) Steril (4) Bau khas, agak manis dan amis (5) Terdiri atas 98 - 99% air, 1 - 2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks caseosa, dan sel - sel epitel (6) Sirkulasi sekitar 500 cc / jam f. Struktur Selaput Ketuban Selaput ketuban tersusun atas lima lapisan yang terpisah, rata - rata tebalnya 0,08-0,12 mm. tidak mengandung pembuluh darah dan saraf, kebutuhan nutrisinya disuplai melalui cairan ketuban. Lapisan paling dalam terdekat dengan janin adalah epitel ketuban. Sel - sel epitel ketuban mensekresi kolagen tipe III dan IV serta glikoprotein nonkolagenus (laminin, nidogen, dan fibronektin) (Alamsyah, 2009).
  • 50. 8. Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini a. Definisi Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2012). Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM) (Eni Nur Rahmawati, 2012). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten) (Nugroho, 2012). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan pada pembukaan ≤ 4 cm dan setelah 6 jam tidak diikuti dengan terjadinya persalinan. b. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas. Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah dini, yaitu: 1) Infeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling
  • 51. bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan 2) Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi 3) Posisi plasenta dibawah, posisi plasenta yang baik adalah disebelah atas agak kekiri atau kekanan sedikit 4) Tindakan invansif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau upaya pengguguran 5) Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding amnion, misalnya kebiasaan merokok dan meminum alkohol 6) Tekanan didalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, ataupun adanya kelainan anatomis pada janin 7) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya 8) Trauma yang didapatkan misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnionitis 9) Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah 10) Paritas, frekuensi melahirkan yang pernah dialami ibu merupakan suatu keadaan yang dapat mengakibatkan
  • 52. endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya terjadi komplikasi dalam kehamilan. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: a. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya b. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali c. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat
  • 53. dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008). 11) Umur, dianggap beresiko apabila umur saat hamil ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun. Umur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dengan dengan perkembangan alat - alat reproduksi wanita dimana reproduksi sehat merupakan usia yang paling aman bagi seorang wanita yang hamil dan melahirkan yaitu 20 - 35 tahun. Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012). 12) Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
  • 54. (a) Golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban (b) Faktor disproporsisi antara kepala janin dan panggul ibu (c) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam aksorbat (Ade Kurniawati, 2012). c. Tanda dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cairan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda - tanda terjadi infeksi (Nugroho, 2012). Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya pembukaan prematur serviks 2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi: a) Devaskularisasi b) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
  • 55. c) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban semakin berkurang d) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase (Ade Kurniawati, 2012). d. Pengaruh Ketuban Pecah Dini 1) Terhadap Janin Walaupun ibu belum menunjukan tanda - tanda infeksi bayi bisa saja sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal 2) Terhadap ibu Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi. Selain itu juga dijumpai infeksi puerpuralis, peritonitis, septicemia, serta dry labour. Ibu menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan nadi cepat (Ani, 2013). e. Diagnosa Secara klinis diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda - tanda khas yang sudah dapat dinilai mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  • 56. a) Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo bila telah terinfeksi akan beraroma berbau b) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah air ketuban keluar dan kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior c) USG, volume cairan amnion berkurang d) Terdapat infeksi genital e) Gejala chorioamnionitis f) Pada maternal terjadi demam, takikardi, cairan amnion keruh, leukositosis, leukosit esterase meningkat g) Pada fetal terjadi takikardi, profilbiofisik dan kardiotokografi h) Amnion, lakukan tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur stain, fetal fibronektin, dan sitokin. Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas 4 x lebih besar, angka respiratory distress, neonatal sepsis dan perdarahan intraventrikuler 3 x lebih besar. Dibawah ini merupakan tes amnion: a) Tes valsava dan fern Normah pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5 b) Uji kertas lakmus (nitrazin tes) Air ketuban : berwarna biru (basa) Air kencing : berwarna merah (asam)
  • 57. (Eni Nur Rahmawati, 2012) Menurut Nugroho (2012) diagnosa ketuban pecah dini dapat ditegakkan dengan cara sebagai berikut: a) Anamnesa Penderia merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak tiba - tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan pelu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, tidak ada pengeluaran darah b) Inspeksi Pemeriksaan dengan inspekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksterna, bila belum tampak fundus uteri ditekan, penderita diminta untuk batuk, mengejan atau melakukan menuver valsava, goyangkan bagian terendah, maka akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks anterior c) Pemeriksaan dalam Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak teraba. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan apabila ketuban pecah dini yang sudah dalam masa persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin
  • 58. Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina Tanda dan Gejala Selalu Ada Tanda dan Gejala Kadang Ada Diagnosis Kemungkinan Keluar cairan ketuban 1. Ketuban pecah tiba-tiba 2. Cairan tampak di introitus vagina 3. Tidak ada his dalam 1 jam Ketuban pecah dini Cairan vagina berbau Demam Nyeri perut 1. Uterus nyeri 2. Denyut jantung janin cepat 3. Riwayat keluarnya cairan Amnionitis Cairan vagina berbau Tidak ada riwayat 1. Gatal 2. Keputihan 3. Nyeri perut 4. Dysuria vaginitis f. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Komplikasi yang harus diantisipasi meliputi:
  • 59. 1) Persalinan prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setekah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 - 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. 2) Infeksi Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis, dan pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, dan omfalitis. 3) Hipoksia dan Asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia 4) Deformitas Janin Menurut Nugroho (2012), komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah Respiratory Distress Syndrom (RDS), yang terjadi pada 10 - 40% bayi baru lahir. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm.
  • 60. g. Penatalaksanaan (Nugroho, 2012). 1) Konservatif a) Rawat dirumah sakit b) Beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥ 6 jam berikan ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg c) Usia kehamilan ≤ 32 - 34 minggu, rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi d) Bila usia kehamilan 32 - 34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan e) Nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterine) f) Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru-paru janin 2) Aktif a) Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal lakukan seksio secarea b) Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD), letak lintang dilakukan seksio secarea c) Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotika tinggi dan persalinan diakhiri.
  • 61. h. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini 1. Usia Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan persalinan adalah usia 20 - 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29 tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani, 2013). Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingg amempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ - organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012).
  • 62. 2. Paritas Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: d. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya e. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali f. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali Menurut Ade Kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang sudah hamil adalah sebagai berikut: 1) Nulipara, adalah wanita yang belim pernah melahirkan bayi yang mampu hidup 2) Primipara, adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup 3) Multipara, adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih 4) Grande multipara, adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.
  • 63. Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab ketuban pecah dini. Karena paritas 2 - 3 merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008).
  • 64. B. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik penelitian. Rumusan kerangka teori paling mudah mengikuti kaedah input, proses dan output. Apabila dalam sebuah penelitian, sudah terdapat kerangka teori yang baku, maka kita bisa mengadopsi kerangka teori tersebut dengan mencantumkan sumbernya. Kerangka teori juga bisa dibuat dari pohon masalah (pathway) penyakit tertentu sesuai dengan area penelitian. Hubungan variabel dalam kerangka teori harus jelas tergambar, dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  • 65. Kala 1 persalinan Klien mengaku sudah merencanakan kehamilan sejak lama Kesiapan proses persalinan Gangguan Kala 1 Persalinan Kanalis servikalis selalu terbuka akibat kelainan serviks uteri Mudahan pengeluaran air ketuban Kelainan letak janin (sungsang) Tidak ada bagian terendah yang menutupi PAP yang menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah Infeksi Proses biomekanik bakteri mengeluarkan enzim protiolitik Selaput ketuban mudah pecah Serviks Inkompeten Di latasi serviks berlebih Selaput ketuban menonjol dan mudah pecah Gemeli hidramnion Ketegangan uterus berlebih Serviks tidak bisa menahan tekanan intrauterus KETUBAN PECAH DINI ≥ 35 tahun terjadi penurunan kemampua n organ reproduksi ≤ 20 tahun belum matangnya organ reproduksi umur Paritas Primipara berkaitan dengan psikologis Grande multipara uterus semakin merenggang dan kekuatan jaringan ikat berkurang
  • 66. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang menggali hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini. Model pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan secara cross sectional, dimana subjek penelitian dikumpulkan dengan cara pengumpulan data sekaligus pada waktu yang bersamaan pada satu saat (point time approach) (Notoadmojo, 2010). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru di Ruang Bersalin pada bulan Mei – Juni 2015 B. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta - fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep - konsep yanga akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian (Setiawan, 2011). Berdasarkan teori diatas untuk lebih jelas dapat dilihat bagan kerangka konsep berikut ini:
  • 67. Variabel Independen Variabel Depeden Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan: Cetak tebal : Variabel yang diteliti Tidak Cetak tebal : Variabel tidak diteliti C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. (Setiawan dkk, 2011). Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia dan paritas. Umur Paritas Kelainan Letak Infeksi Serviks Inkompeten Gameli Ketuban Pecah Dini
  • 68. 2. Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat atau biasa disebut variabel dependen adalah variabel yan dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas) (Setiawan dkk, 2011) Variabel terikat pada penelitian ini adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015. D. Hipotesis Menurut Asmoro dkk, (2002) yang dikutip dalam Budiman, (2011) hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris. Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Ada Hubungan Antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 2. Ada Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 E. Definisi Operasional Definisi operasional yaitu untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel - variabel yang diamati atau diteliti dan variabel - variabel tersebut diberi batasan. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel - variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur. (Notoatmojo, 2010)
  • 69. Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur 1. Ketuban Pecah Dini Keluarnya lendir secara per vaginam tanpa adanya tanda-tanda persalinan Dokumentasi Buku Register Nominal 1.Mengalami KPD 2.Tidak mengalami KPD 2. Umur Lama hidup responden terhitung mulai saat dilahirkan Dokumentasi Buku Register Nominal 1. Tidak aman (< 20 dan > 35 tahun) 2. Aman (20 - 35 tahun) 3. Paritas Jumlah anak yang dilahirkan ibu baik hidup atau mati Dokumentasi Buku Register Nominal 1. Tidak aman (1 dan > 3) 2. Aman (2 - 3) F. Hubungan Antar Variabel Hubungan antara variabel bebas yaitu usia dan paritas. Sedangkan, variabel pada terikat yaitu ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015
  • 70. G. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiawan dkk, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seuruh ibu hamil yang melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Setiawan dkk, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang (Total Sampling). H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ( Validitas dan Reliabilitas) 1. Alat Pengumpulan Data Alat ukur pada pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data yang diperoleh dari Rumah Sakit (RS) seperti data usia ibu dan paritas.
  • 71. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal ini digunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan perawatan dan rekam medis pada ruang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Setiawan dkk, 2011). I. Jalannya Penelitian 1. Persiapan Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti melalui berbagai tahapan seperti melakukan studi pendahuluan, pengajuan judul kepada dosen pembimbing, pencarian literatur, dan penyusunan instrument penelitian. 2. Pelaksanaan Pada tanggal 06 Mei 2016 peneliti mengajukan judul penelitian kepada pembimbing, kemudian pada tanggal 10 Mei 2016 mengajukan surat permohonan untuk melakukan studi pendahuluan setelah mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian , peneliti dapat melakukan studi pendahuluan. Pada tanggal 26 Mei 2016 peneliti mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan izin penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Setelah
  • 72. mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian, peneliti dapat melakukan penelitian yang sesuai dengan prinsip – prinsip etis penelitian yaitu meminta persetujuan kepada pihak rekam medis dan kepala ruangan bersalin kemudian menjelaskan maksud penelitian. 3. Penyelesaian Setelah data terkumpul, peneliti melakukan tahapan pengelolaan data dan analisis data untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk sebuah laporan karya tulis ilmiah. J. Analisis Data Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan masing – masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Sedangkan analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan kedua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square (menggunakan SPSS versi 16) dengan tingkat kepercayaan 95% dari nilai α 0,05 jadi apabila nilai p (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. Apabila p < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel di atas dengan rumus sebagai berikut:
  • 73. 𝑥2 =∑ (𝑓0−𝑓𝑒)² 𝑓𝑒 keterangan: x2 : Nilai Chi-kuadrat fe : frekuensi ang diharapkan f0 : frekuensi yang diperoleh Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan). Sebaiknya bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada hubungan yang bermakna. Syarat uji chi square adalah sebagai berikut: (Hastomo, 2007) 1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 lebih dari 20% dari total 2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai observasi kurang dari 1. Pada analisis data ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0.05 yaitu apabila nilai p < 0.05 maka hipotesis diterima (H0 diterima) dan bila p > 0.05 maka hipotesis ditolak (H0 ditolak) 3. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (nol). 4. Apabila tabel kontingensi 2 x 2 tetapi tidak memenuhi syarat seperti ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maka rumus diganti dengan “Fisher Exact Test”.
  • 74. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahkan pengelolaannya oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Agustus 2001. Berdasarkan Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor 366 Tahun 2011, RSUD Banjarbaru telah ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 dan Peraaturan Kementrian Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007. Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru memiliki luas tanah 8.213 m2 , dengan luas bangunan 5.049 m2 , dan memiliki tempat tidur sebanyak 137 buah. Berikut ini merupakan fasilitas dan sarana yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru: a. Pelayanan rawat jalan (poli spesialis anak, poli spesialis bedah, poli spesialis bedah ortopedi, poli spesialis penyakit dalam, poli spesiais kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis kulit, poli spesialis syaraf, poli umum, poli spesialis gizi, poli spesialis gizi dan mulut)
  • 75. b. Pelayanan gawat darurat (24 jam) c. Pelayanan rawat inap d. Pelayanan medik (pelayanan bedah sentral dan pelayanan perinatal) e. Pelayanan penunjang (Medis: laboratorium, radiologi, farmasi, rehabilotas medik. Non medis: pelayanan gizi) Jumlah kunjungan rawat inap Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu mencapai 12.588 kunjungan dari tahun 2014 sebanyak 11.476 kunjungan.
  • 76. 2. Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tabel 4.1 Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tahun 2015 No Dokter Spesialis Jenis Tenaga JUMLAH PNS PTT KONTRAK 1. Dokter Spesialis 16 - - 16 2. Dokter Gigi Spesialis 1 - - 1 3. Dokter Umum 25 - - 25 4. Dokter Gigi 3 - - 3 5. Paramedis Keperawatan 133 7 21 161 6. Paramedis Kebidanan 46 - - 53 7. Paramedis Penunjang 90 1 3 94 8. Non Medis 67 5 47 119 JUMLAH 381 13 71 472 Sumber: Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru, 2015. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa ketenagaan terbanyak di RSUD Banjarbaru adalah paramedis keperawatan sebanyak 161 orang (34.11%) dan paling sedikit ketenagaan di RSUD Banjarbaru adalah dokter gigi sebanyak 1 orang (0.21%)
  • 77. 3. Hasil Penelitian Univariat a. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Ketuban Pecah Dini Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dan ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Gambaran frekuensi umur ibu bersalin dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasar Ibu Bersalin Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No Ibu Bersalin Total Frekuensi (F) Presentasi (%) 1. Mengalami KPD 168 11.45 2. Tidak mengalami KPD 1299 88.55 Jumlah 1.467 100 (Sumber: Rekam Medis, 2015) Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 1.299 orang (88.55%) dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 168 orang (11.45%)
  • 78. b. Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Distribusi rekuensi berdasar kelompok umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu bersalin dengan umur beresiko dan tidak beresiko. Gambaran frekuensi umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Bersalin Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No Umur Ibu Total Frekuensi (F) Presentasi (%) 1. Tidak aman (< 20 dan > 35 tahun) 91 54.17 2. Aman (20 – 35 tahun) 77 45.83 Jumlah 168 100 (Sumber: Rekam Medis, 2015) Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu yang tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan umur ibu yang aman sebanyak 77 orang (45.83%).
  • 79. c. Distribusi Frekuensi Berdasar Paritas Ibu Distribusi frekuensi berdasar paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ibu bersalin dengan paritas beresiko dan tidak beresiko. Gambaran frekuensi paritas ibu dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 No Paritas Ibu Total Frekuensi (F) Presentasi (%) 1. Tidak aman (1 dan > 3 anak) 97 57.73 2. Aman (2 – 3 anak) 71 42.63 Jumlah 168 100 (Sumber: Rekam Medis, 2015) Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa paritas ibu yang tidak aman sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan paritas ibu yang aman sebanyak 71 orang (42.26%).
  • 80. 4. Hasil Penelitian Bivariat d. Hubungan Usia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Tabel 4.5 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 Umur Ibu Ibu Bersalin Total P Value OR Mengalami KPD Tidak Mengalami KPD Tidak aman (< 20 dan > 35 tahun) n % N % N % 0.000 2.355 (1.702 – 3.259) 91 17.3 434 82.7 525 100 Aman (20 – 35 tahun) 77 8.2 865 91.8 942 100 Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100 Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun) sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki umur aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang (91.8%). Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0.000 dan OR 2.355, dengan nilai p < 0.05. maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai OR 2.355 menunjukan bahwa umur ibu yang tidak aman beresiko
  • 81. terjadi ketuban pecah dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan umur ibu yang aman. e. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Tabel 4.6 Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 Paritas Ibu Bersalin Total P Value OR Mengalami KPD Tidak Mengalami KPD Tidak Aman (1 dan > 3 anak) n % N % n % 0.001 1.764 (1.274 – 2.442) 97 14.6 567 85.4 664 100 Aman (2 – 3 anak) 71 8.8 732 91.2 803 100 Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100 Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki paritas aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang (91.2%).Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0.001 dan OR 1.764, dengan nilai p < 0.05. maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai OR 1.764 menunjukan bahwa paritas ibu yang tidak aman
  • 82. beresiko terjadi ketuban pecah dini 1.764 kali lebih besar dibandingkan paritas ibu yang aman. B. PEMBAHASAN Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru tentang Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Kejadian Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa ibu bersalin di RSUD Banjarbaru sebanyak 1.467 orang, sebanyak 1.299 orang (88.55%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 168 orang (11.45%) mengalami ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati, 2011). Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara jelas, sehingga usaha preventif tidak dapat dilakukan, beberapa faktor yang membuat ketuban pecah dini seperti infeksi, usia, paritas, gangguan leher Rahim, posisi plasenta di bawah, gameli, dan kelainan letak. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
  • 83. seperti bau amniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan cairan ciri picat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda terjadi infeksi (Taufan Nugroho, 2012). Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap janin seperti infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal, sedangkan terhadap ibu seperti terjadi infeksi, peritonitis, septicemia, serta dry labour, ibu menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan nadi cepat (Ani, 2013). Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Secara klinis diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda khas yang sudah dapat dinilai mengarah ke ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini, yaitu dengan cara konservatif: awat dirumah sakit, beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥
  • 84. 6 jam berikan ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg, apabila usia kehamilan ≤ 32-34 minggu, rawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi, bila usia kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan, nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterine), pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru-paru janin. Sedangkan penatalaksanaan secara aktif meliputi: Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal lakukan seksio secarea. Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD), letak lintang dilakukan seksio secarea. Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotika tinggi dan persalinan diakhiri (Taufan Nugroho, 2012). 2. Umur Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan ibu dengan umur aman sebanyak 77 orang (45.83%). Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan persalinan adalah usia 20 - 30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29
  • 85. tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani, 2013). 3. Paritas Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan paritas beresiko sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan ibu dengan paritas aman sebanyak 71 orang (42.26%). Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: g. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya h. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali i. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ
  • 86. reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008). 4. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun) sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki usia aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang (91.8%). Setelah dilakukan uji chi square dapat disimpulkan H0 diterima, dimana p value = 0.000 (α = 0.05), sehingga secara statistik dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki umur aman (20 - 35 tahun) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia tidak aman ( < 20 – > 35 tahun). Usia ibu bersalin yang tidak
  • 87. aman ( > 35 tahun ) sebanyak 52 orang (57.14%) dan usia ibu tidak aman ( < 20 tahun ) sebanyak 39 orang (42.86%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradila (2012) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia (p=0,649) dengan kejadian ketuban pecah dinidi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Namun, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh tahun 2013 di RSUD Ambarawa dengan p value = 0.000 (α 0.05) yang berarti ada hubungan usia dengan kejadian ketuban pecah dini. Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012) 5. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
  • 88. Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki paritas aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang (91.2%). Setelah dilakukan uji chi-square dapat disimpulkan H0 diterima, dimana p value = 0.001 (α = 0.05), sehingga secara statistik dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki paritas aman (2 - 3 anak) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 1.764 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas tidak aman ( 1 – > 3 anak). Paritas ibu bersalin yang tidak aman ( > 3 anak ) sebanyak 34 orang (35.05%) dan paritas ibu tidak aman ( 1 anak ) sebanyak 63 orang (64.95%) Hal ini sesuai dengan teori primipara dan multigravida merupakan salah satu dari penyebab ketuban pecah dini. Karena paritas 2-3 merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Hal ini juga sejalan
  • 89. dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun di RSUD Pambalah Batung Amuntai (2013) bahwa sebanyak 69.6% ketuban pecah dini terjadi pada ibu bersalin primipara. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu: primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya, multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali. Sedangkan menurut kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang sudah hamil anttara lain seperti nulipara adalah wanita yang belim pernah melahirkan bayi yang mampu hidup, primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup, multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.
  • 90. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebagian besar ibu bersalin dari 1.467 sebanyak 1.299 orang (88.55%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebagian kecil sebanyak 168 orang (11.45%) megalami ketuban pecah dini. 2. Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan ibu dengan umur aman sebanyak 77 orang (45.83%). 3. Sebagian besar paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini dengan paritas beresiko sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan ibu dengan paritas aman sebanyak 71 orang (42.26%). 4. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan nilai p value = 0.000 (α = 0.05). 5. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan nilai p value = 0.001 (α = 0.05)
  • 91. B. SARAN 1. Bagi Peneliti Dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketuban pecah dini baik secara analitik maupun deskritif dengan variabel yang berbeda. 2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Diharapkan untuk tenaga kesehatan lebih banyak memberikan penyuluhan tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam upaya pencegahan agar tidak terus mengalami peningkatan 3. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada Dapat meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan dan referensi bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Banua Bina Husada yang berkaitan dengan ketuban pecah dini
  • 92. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2016. Laporan Register Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan. Anonim. 2016. Laporan Tahunan RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan. Effendi, dkk. 2009. Prematuritas. Bandung : PT Refika Aditama Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Huda N. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di RS PKU Muhammadiyah Surakarta: Suatu Model Disertasi yangtidak dipublikasikan Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nusa Medika Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nusa Medika Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Rohani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nusa Medika Sondakh, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Erlangga Vaisatun. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini di RSUD Pambalah Batung Amuntai: Suatu Model Disertasi yang tidak dipublikasikan Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia Dilengkapi dengan Contoh Kuisioner. Jakarta: Mutia Medika
  • 93. Cunningham. (2006). Paritas dan kerangka teori KPD http://midwivery2.blogspot.co.id/2013/10/karakteristik.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl. 16.15 WITA). varney. (2008). Konsep Dasar Paritas http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/02/konsep-dasar-paritas.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.30 WITA). SDKI. (2012). AKI & AKB http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.40 WITA). DEPKES RI. (2013). Kejadian Ketuban Pecah Dini http://www.google.co.id/search?hl=id=ISO-8859 1&q=kejadian+kpd+menurut+Depkes+2013. (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.45 WITA). Anggraeni. (2012) Pengertian Persalinan Normal http://midwevery2.blogspot.co.id/2013/10/peresalinan.html?m=1 Eni nur rahmawati. (2012) Pengertian KPD http://sulfianasiraj.blogspot.co.id/2014/09/proposal-ketuban-pecah-dini.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.50 WITA). Ade kurniawati (2012) Ketuban Pecah Dini http://adekurniawati906.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.55 WITA). Winkjosastro (2008) Paritas http://uliltegar.blogspot.com.co.id/2014/03/tinjauan-teori-hubungan-paritas- pre.html?m=1 (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.00 WITA). ani. (2013). Pengaruh KPD Pada Ibu
  • 94. http://ejurnal.akbidpantiliwasa.ac.id/index.php/kebidanan/article (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.10 WITA). Eni Kurniawati. (2011). Paritas http://www.academia.edu/19666034/KETUBAN_PECAH_DINI_OBSTET (diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 20.00 WITA). Faradila 2012. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di RSUD Dr Zainoel Abiding Banda Aceh http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index/.php?id=10129&page=1 (diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 15.00 WITA). Ruth dkk (2014). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Ambarawa http://ejournalnwu.ac.id/article/view1443665476 (diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 16.00 WITA). Sualman. (2009). Insidensi kejadian KPD https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24515/2 (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.00 WITA) Wijayanegara. (2009). Regangan Selaput Ketuban Berlebih http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/86/--muslihamus-4257-1- thesis-i.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.10 WITA) Alamsyah, M. (2009). Struktur Selaput Ketuban http://www.scribd.com/mobile/doc/294557942/9-Ketuban-Pecah-Dini-Pada- Prematuritas-Dr-M-Alamsyah (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.30 WITA) Hastomo. (2007). Syarat Uji Chi Square http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-913-223502724-bab%20i- lampiran.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.50 WITA)
  • 95. Budiman. 2011. Pengertian Hipotesis http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_k_1253.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.00 WITA) Laurensia dkk. (2015). Hubungan BBLR dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini http://akbidsarimulia.ac.id/ejurnal/downlod.php?file=B%20Laren,%20B%20Faiza h%2015-25.pdf (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.10 WITA) Ardy. (2011). Analisis tentang Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di RSUD Sidoarjo http://www.e-jurnal.com/2013/11/analisis-tentang-paritas-dengan.html?m=1 (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 17.00 WITA)
  • 97.
  • 98.
  • 99.
  • 100.
  • 101.
  • 102. Time Schedule Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015 TahunAkademik 2015 / 1016 No Jenis Kegiatan April Mei Juni 1. Pengajuan Judul 2. Studi Pendahuluan 3. Penyusunan BAB I 4. Penyusunan BAB II 5. Penyusunan BAB III 6. Revisi BAB I, BAB II, BAB III 7. Penelitian 8. Penyusunan Laporan Skripsi 9. Ujian Hasil Skripsi 10. Revisi dan Penjilidan 11. Pengumupulan Skripsi yang Telah Disahkan dewan Penguji
  • 103. Hubungan Usi Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Banjarbaru PARITAS * IBU BERSALIN Crosstabulation IBU BERSALIN Total MENGALAMI KPD TIDAK MENGALAMI KPD PARITAS AMAN Count 71 732 803 Expected Count 92.0 711.0 803.0 % within PARITAS 8.8% 91.2% 100.0% % within IBU BERSALIN 42.3% 56.4% 54.7% % of Total 4.8% 49.9% 54.7% TIDAK AMAN Count 97 567 664 Expected Count 76.0 588.0 664.0 % within PARITAS 14.6% 85.4% 100.0% % within IBU BERSALIN 57.7% 43.6% 45.3% % of Total 6.6% 38.7% 45.3% Total Count 168 1299 1467 Expected Count 168.0 1299.0 1467.0 % within PARITAS 11.5% 88.5% 100.0% % within IBU BERSALIN 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 11.5% 88.5% 100.0%