SlideShare a Scribd company logo
EPULIS GRANULOMATOSA
(LAPORAN KASUS)
Disusun oleh :
Amelia Elizabeth Pranoto
13/356547/PKG/00825
Pembimbing :
drg. Maria Goretti Sp.BM(K)
DEFINISI
• Kata “epulis” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti harafiah
“terletak pada gusi”, sehingga terminasi kata epulis ini sendiri hanyalah
menunjukkan lokasi tumor, bukan jenis tumor (Laus, M., Conti, M.A. & Croce, A.,
2016).
• Epulis granulomatosa adalah lesi menyerupai tumor, secara klinis merupakan
jaringan yang tumbuh berlebih akibat iritasi lokal atau trauma (Svirsky, J.A., 2016).
• Epulis Granulomatosa merupakan suatu proses inflamasi yang reaktif berisi
proliferasi pembuluh darah, sel-sel fibroblas imatur, dan sebukan sel radang.
Permukaannya sering dijumpai ulser dan lesinya sendiri biasanya berlobus-lobus /
berdungkul-dungkul (Svirsky, J.A., 2016)
• Epulis Granulomatosa memiliki nama lain yakni Pyogenic Granuloma karena
memiliki struktur histopatologi yang serupa (Jafarzadeh, H., Sanatkhani, M. &
Mohtasham, N., 2006)
ETIOLOGI
• Iritasi kronis pada gingiva seperti kalkulus, plak, karies, tumpatan/
restorasi yang tidak pas margin gigi (overhanging restoration),
(Gabriel, M.F., Ricardo, M.F., and Cantin, M., 2014) impaksi makanan,
eksfoliasi gigi sulung, dan erupsi gigi permanen (Verma, P.K. et al.,
2012)
• Trauma atau jejas pada gingiva atau daerah mukosa rongga mulut
lainnya, biasanya bersifat mekanis dan terus menerus, seperti
tertusuk ujung klamer gigi tiruan atau tertusuk ujung wire piranti
ortodontik (Gabriel, M.F., Ricardo, M.F., and Cantin, M., 2014), trauma
sikat gigi, trauma pada gigi sulung (Verma, P.K. et al., 2012)
PATOFISIOLOGI
• Iritan/trauma --> destruksi jaringan --> durasi lama --> reduksi aliran
darah --> nekrosis jaringan (ditandai dengan matinya sel-sel pada
jaringan tersebut) --> migrasi sel-sel radang ke daerah jejas yang
bertujuan untuk membersihkan sel-sel yang telah nekrosis --> terjadi
peningkatan konsentrasi sitokin bFGF (Basic Fibroblast Growth
Factors). Sitokin ini disintesis dan dilepaskan oleh makrofag dan sel
mast selama proses pembentukan pembuluh darah baru
(neovaskularisasi) dalam jaringan granulasi --> Peningkatan sintesa
protein angiogenik yang berikatan dengan heparin --> menginduksi
proses angiogenesis dengan cepat (Verma, P.K. et al., 2012).
• Menurut Nakamura, terdapat penurunan kecepatan matinya sel-sel
dalam jaringan pyogenic granuloma yang diatur oleh protein golongan
Bcl-2 (B cell lymphoma 2) (Nakamura, T. 2000)
DIAGNOSIS
• PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
• Awal terbentuknya lesi, pasien tidak merasakan adanya keluhan
(Svirsky, J.A., 2016).
• Setelah lesi mulai membesar, pasien biasanya akan merasakan
adanya benjolan pada gusi, diikuti dengan perdarahan spontan
maupun perdarahan karena rangsangan ringan (seperti makan,
menyikat gigi, tersenggol lidah), dan mulai muncul rasa nyeri
(Svirsky, J.A., 2016).
• Jika lesi tetap dibiarkan, terjadi maturasi sel-sel fibroblas dan lesi
akan berubah menjadi lebih padat, tidak mudah berdarah, dan
warna sama dengan jaringan sekitar (epulis fibromatosa) (Svirsky,
J.A., 2016).
(...diagnosis)
• PEMERIKSAAN OBYEKTIF
• Pyogenic granuloma biasanya muncul pada sisi bukal gingiva regio interdental (jaringan
interproksimal gigi), akan tetapi kasus ini juga dapat dijumpai pada bibir, permukaan dorsal
lidah dan mukosa bukal. Gingiva maksila lebih sering terlibat daripada gingiva mandibula
(Svirsky, J.A., 2016).
• Gambaran klinis pyogenic granuloma adalah adanya massa bentuk nodul yang memiliki
permukaan halus maupun berdungkul-dungkul, tumbuh lambat, warna kemerahan hingga
keunguan, bisa bertangkai maupun tidak. Jika lesi telah matang, vaskularisasi berkurang dan
secara klinis tampak nodul berwarna lebih merah muda karena terisi kolagen (Svirsky, J.A.,
2016).
• Ukuran bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa centimeter (Svirsky, J.A.,
2016).
• Biasanya tidak nyeri, akan tetapi jika muncul infeksi sekunder oleh karena terbentuknya ulcer
pada massa sisi oklusal, rasa nyeri sering kali muncul, terutama saat mengunyah (Verma, P.K.
et al., 2012).
• Saat lesi dipalpasi terasa lunak (Svirsky, J.A., 2016).
(...diagnosis)
• PEMERIKSAAN PENUNJANG (HISTOPATOLOGIS)
• Gambaran histopatologi pada kasus pyogenic granuloma dibagi
menjadi 3 fase, yakni :
1. fase seluler (early stage);
2. established stage;
3. dan fase penyembuhan (involutionary stage)
(Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and Shresta, S., 2016)
EARLY STAGE
• memiliki gambaran makroskopis berupa
spesimen dengan permukaan berdungkul-
dungkul (lobulated).
• Gambaran mikroskopisnya tampak
susunan sel-sel epitel skuamosa
mengalami reaksi hiperplastik
parakeratinisasi sebagian dengan stroma
jaringan penyangga di bawahnya berisi
sedikit proliferasi pembuluh darah kapiler,
agregasi sel-sel endotel dengan jumlah
banyak.
• Selain itu dijumpai adanya pembentukan
lumen, meskipun jumlahnya sedikit dan
jarang (Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and
Shresta, S., 2016)
ESTABLISHED STAGE
• Gambaran makroskopis tampak massa
dengan area hemoragik.
• Sedangkan gambaran mikroskopisnya
menunjukkan susunan sel-sel epitel skuamosa
yang mengalami parakeratinisasi sebagian
dengan spasia pembuluh darah pada stroma.
• Pada pembesaran rendah tampak beberapa
pembuluh darah kapiler tersusun membentuk
lobus (tipe LCH) atau proliferasi pembuluh
darah yang menyerupai jaringan granulasi
(tipe non LCH).
• Pada pembesaran tinggi tampak sejumlah
sel-sel endotel yang melapisi dinding
pembuluh darah kapiler dan spasia vaskuler
yang membesar karena terisi sel-sel darah
merah (Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and
Shresta, S., 2016).
INVOLUTIONARY STAGE
• memiliki gambaran makroskopis
berupa massa dengan permukaan
halus dan warna merah muda.
• Gambaran mikroskopisnya tampak
susunan sel-sel epitel skuamosa yang
mengalami hiperplasi parakeratinisasi
dan tampak jaringan penyangga yang
berisi sel-sel endotel yang melapisi
dinding pembuluh darah kapiler dan
stroma fibrous yang padat
• Pada pembesaran tinggi tampak
gambaran fibrosis disekitar pembuluh
darah kapiler (Marla, V., Shresta, A.,
Goel, K., and Shresta, S., 2016)
TATALAKSANA
• Golden standard tatalaksana epulis granulomatosa adalah bedah
eksisi konservatif. Jika lesi terletak pada gingiva maka lesi dilakukan
eksisi hingga ke periosteum dan lakukan scaling pada gigi-gigi
disekitarnya agar kalkulus dan plak dapat dihilangkan, karena kalkulus
dan plak merupakan faktor iritan yang paling sering dijumpai dalam
kasus ini (Svirsky, J.A., 2016).
• Jika lesi berukuran <5 mm maka dapat dilakukan tindakan kuretase
dan scaling pada daerah gigi yang terletak disekitar lesi (Svirsky, J.A.,
2016)
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Supri Antono
• Umur : 13 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Tanggal lahir : 01 Januari 2004
• Alamat : Maduresak, Gombong, Kebumen
• RM : 01801402
• Status : JKN PBI
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
• Keluhan utama : benjolan pada gusi rahang atas sebelah kanan yang mudah berdarah, terutama
saat mengunyah dan menyikat gigi
• Riwayat perjalanan penyakit yang dikeluhkan: benjolan pada gusi rahang atas sebelah kanan
muncul sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya kecil, kurang lebih sebesar biji kacang
merah, kemudian membesar perlahan. Pasien merasakan nyeri dan keluar darah dari benjolan
tersebut jika tersenggol gigi bawahnya saat makan dan saat menyikat gigi. Orang tua pasien
membawa pasien ke puskesmas. Oleh teman sejawat dokter gigi di puskesmas, pasien tidak
dilakukan tindakan maupun diberi obat, pasien hanya dirujuk ke RSUD Kebumen. Lalu oleh teman
sejawat dokter gigi di RSUD Kebumen pasien juga hanya dirujuk lagi ke Poli Bedah Mulut RSUP Dr.
Sarjito.
• Riwayat penyakit lainnya : pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik lain
• Riwayat perawatan sebelumnya : pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
• Terapi dan tindakan yang pernah dilakukan : pasien tidak pernah mendapat perawatan di bidang
kedokteran gigi, semua gigi sulungnya lepas sendiri
• Riwayat alergi : alergi makanan dan obat-obatan disangkal
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
(STATUS UMUM)
• Tanda vital
• Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Frekuensi nadi : 72 kali/menit
• Suhu : 36,6 derajat Celcius
• Frekuensi nafas : 18 kali/menit
• Skor nyeri : VAS = 0-1
• Antropometri
• Berat badan : 30 kg
• Tinggi badan : 1,50 m
• IMT : 30/(1,20)2 = 16.6 kg/m2
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
(STATUS LOKAL)
Ekstra oral
• Kepala : simetris, lain-lain
dalam batas normal
• Leher : kelenjar limfatik
servikal tidak teraba, lain-lain
dalam batas normal
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
(STATUS LOKAL)
Intra oral
• Gingiva : tampak massa pada regio interdental gigi 14
dan 15, meluas ke bukal dan palatal, ukuran 2x1,5x1 cm,
permukaan sebagian halus, sebagian berdungkul-
dungkul, bertangkai (dasar tangkai pada regio interdental
gigi 14 dan 15), warna kemerahan (lebih merah dari
jaringan disekitarnya), mudah berdarah, nyeri saat
ditekan dengan keras
• Lidah : tampak permukaan putih pada bagian dorsal
lidah, dapat dikerok dan dibersihkan, curiga merupakan
plak dan sisa makanan
• Gigi geligi : celah pada gigi 14 dan 15; gigi 14 dan 15
luksasi derajat 1; gigi 35 erupsi sebagian
• Oral hygiene : tampak plak dan kalkulus menutupi 1/3
servikal sisi bukal gigi regio posterior rahang atas kiri dan
kanan, tampak plak dan kalkulus menutupi 1/3 servikal
sisi lingual gigi anterior rahang bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(RONTGEN PANORAMIK)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK)
VARIABEL HASIL NILAI NORMAL
Eritrosit 4,76 4,00 - 5,40
Hemoglobin 11,9 (↓) 12,0 - 15,0
Hematokrit 36,0 35,0 - 49,0
Lekosit 8,70 4,50 - 13,50
Trombosit 501 (↑) 150 - 450
PPT 12,7 12,3 - 15,3
INR 0,90 0,90 - 1,10
APTT 40,9 (↑) 27,9 - 37,0
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
KED 18 (↑) 0-10
DIAGNOSIS SEMENTARA
• Hiperplasi gingiva suspect epulis granulomatosa
TATALAKSANA
• Pro Biopsi Eksisi Epulis dengan anastesi lokal
• Medikasi :
• Ṟ/ Amoxicillin tab. 500mg/ 8 jam No. XV
• Ṟ/ Paracetamol tab. 500 mg/ 8 jam No.X
• Ṟ/ Minosep gargle fl. No.I
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.1 : Gambaran klinis lesi dilihat dari
sisi bukal
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.2 : Gambaran klinis lesi dilihat dari
sisi palatal
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.3 : Asepsis daerah
kerja dengan kassa steril
yang dibasahi larutan
povidone iodine 3% dan
dioleskan merata pada
permukaan lesi dan jaringan
gingiva disekitarnya
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.4 : Pemberian anastesi
topikal xylocaine spray (berisi 10
mg lidokain/ml) ke daerah
gingiva disekitar lesi yang nanti
akan dilakukan injeksi anastesi
infiltrasi
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.5 : Pemberian injeksi anastesi
infiltrasi (pehacain 2ml dalam spuit 3ml) pada
regio mucogingival junction apikal gigi 14, 15,
dan 16 serta pada mukosa palatal regio 14 dan
16
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.6 : Pengecekan bekerjanya larusan
anastesi dalam jaringan yang telah dilakukan
anastesi infiltrasi dengan menusuk jaringan
menggunakan sonde. Bila pasien tidak
merasakan sakit, berarti larutan anastesi telah
bekerja
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.7 : Insisi flap trianguler regio bukal,
dimulai dari insisi vertikal gingiva cekat regio
distal gigi 13 dilanjutkan dengan insisi
horisontal servikal gingiva 14, 15 dan 16. Pada
saat melewati interdental gigi 14 dan 15, epulis
sedikit diangkat dan blade memotong gingiva
sehat disekitar epulis
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.8 : Retraksi flap trianguler dengan
rasparatorium willinger yang diletakkan pada
garis insisi lalu ditekan kuat ke arah apikal
hingga lapisan periosteum ikut menempel pada
flap dan menyisakan jaringan tulang yang
berwarna putih bersih
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.9 : Setelah flap berhasil diretraksi,
maka epulis akan memisahkan diri dari gingiva
dan menggantung diantara gigi 14 dan 15
JALANNYA OPERASI
• Ekstraksi gigi 14 dan 15, dimana
massa ikut terambil saat gigi
dicabut karena massa menempel
pada akar gigi
• Kuretase soket gigi 14 dan 15
serta penghalusan tulang yang
tajam pada soket gigi 14 dan 15
menggunakan fraser dan bone
file
JALANNYA OPERASI
• Pengembalian flap ke tempat
semula
• Penjahitan flap dengan teknik
simple interrupted
menggunakan benang silk 3,0
JALANNYA OPERASI
Gambar 4.11 : tampak massa pada
gingiva pasca biopsi eksisi yaang
dimasukkan ke dalam pot yang berisi
Neutral Buffer Formaline 10%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI)
• Hasil pemeriksaan patologi anatomi dengan No. PA JRS-17-1322
• Makroskopik : 1 pot jaringan, identitas sesuai, tanpa keterangan. 1 buah
jaringan ukuran 1x1x0,3 cm warna putih kecoklatan, kenyal, cetak 1 kupe (A).
Didapatkan 2 buah gigi, pada gigi tertempel jaringan ukuran 1,2x0,8x0,7 cm
warna putih kecoklatan, kenyal, dari jaringan yang menempel pada gigi cetak
3 kupe (B), gigi tidak dicetak.
• Mikroskopik : Sediaan menunjukkan (A) fragmen jaringan yang dilapisi epitel
skuamous kompleks dengan rete ridge memanjang. Jaringan ikat subepitel
sembab sebagian fibrosis sebagian myxoid. (B) fragmen jaringan seperti
gambar A dengan didapatkan bagian dengan proliferasi dan dilatasi pembuluh
darah disebuk limfosit, leukosit PMN, makrofag, dan ekstravasasi eritrosit.
Tidak didapatkan tanda ganas.
• Kesimpulan : Eksisi epulis maxilla dextra = histopatologis lebih sesuai untuk
granuloma pyogenikum (pyogenic granuloma / epulis granulomatosa)
PEMBAHASAN
• Pasien ini didiagnosis epulis granulomatosa karena memiliki massa
pada gingiva maksila dektra dengan tanda klinis massa permukaan
halus, bertangkai, warna lebih merah dari jaringan sekitar, dan mudah
berdarah saat makan dan menyikat gigi
• Faktor predisposisi pencetus terjadinya epulis pada pasien ini adalah
plak dan kalkulus
• Patofisiologi terjadinya epulis adalah plak dan kalkulus --> radang
pada jaringan periodontal --> poket periodontal --> deposit plak dan
kalkulus dalam poket --> iritasi jaringan periodontal --> terbentuk
epulis
TERIMA KASIH
Mohon Asupan

More Related Content

What's hot

Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
Chusna Wardani
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
asih gahayu
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
saktiirdi19
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Indri Yanti
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8RSIGM
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
hasril hasanuddin
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
asih gahayu
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
ikaa388
 
Lesi rongga mulut
Lesi rongga mulutLesi rongga mulut
Lesi rongga mulut
premaysari
 
Gigi dan mulut
Gigi dan mulutGigi dan mulut
Gigi dan mulut
Miranti Sastraningrum
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa07051994
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Vina Widya Putri
 
Ohi s
Ohi sOhi s
Resorbsi Fisiologis Gigi
Resorbsi Fisiologis GigiResorbsi Fisiologis Gigi
Resorbsi Fisiologis Gigi
wahyuni majid
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3RSIGM
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2RSIGM
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Budionno Abdulloh
 

What's hot (20)

Indikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psaIndikasi dan kontraindikasi psa
Indikasi dan kontraindikasi psa
 
7. anomali gigi
7. anomali gigi7. anomali gigi
7. anomali gigi
 
Tugas drg berlian
Tugas drg berlianTugas drg berlian
Tugas drg berlian
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2
 
Endodontic 8
Endodontic 8Endodontic 8
Endodontic 8
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
 
Gingivitis
GingivitisGingivitis
Gingivitis
 
Kuretase
KuretaseKuretase
Kuretase
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
Lesi rongga mulut
Lesi rongga mulutLesi rongga mulut
Lesi rongga mulut
 
Gigi dan mulut
Gigi dan mulutGigi dan mulut
Gigi dan mulut
 
Pulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaaPulpa capping egaaaaaaa
Pulpa capping egaaaaaaa
 
desain gtl
desain gtldesain gtl
desain gtl
 
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa RekurenReccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS) / Stomatitis Aftosa Rekuren
 
Ohi s
Ohi sOhi s
Ohi s
 
Resorbsi Fisiologis Gigi
Resorbsi Fisiologis GigiResorbsi Fisiologis Gigi
Resorbsi Fisiologis Gigi
 
Endodontic 3
Endodontic 3Endodontic 3
Endodontic 3
 
endodontic 2
endodontic 2endodontic 2
endodontic 2
 
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faalSistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal
 

Similar to Epulis granulomatosa

Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 Lidah dan  Rongga Mulut.pptx Lidah dan  Rongga Mulut.pptx
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
mutiarafitri13
 
Catatan scenario 2
Catatan scenario 2Catatan scenario 2
Catatan scenario 2
cameliasenada
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Yolly Finolla
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Univ.Moestopo
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
UIN Alauddin Makassar
 
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfCASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
WNabilahKusuma
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
FaringgaAlHafez2
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
HenryAdhySantoso
 
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdfKISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
ApriliaEkaPutri2
 
modul 3 BAB berdarah
modul 3 BAB berdarahmodul 3 BAB berdarah
modul 3 BAB berdarah
Aulia Amani
 
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxPPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
DindaNafatilana
 
358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis
Elvira Cesarena
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
GaniDwiCahya2
 
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptxHemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Azis Aimaduddin
 
ABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdf
ABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdfABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdf
ABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdf
Ratna Nur Aisyah
 
Osteosarkoma sobri
Osteosarkoma sobriOsteosarkoma sobri
Osteosarkoma sobri
Muhammad sobri maulana
 
Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelPulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel
Dedy Purnama
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
CyntiaAndrina1
 

Similar to Epulis granulomatosa (20)

Case report
Case reportCase report
Case report
 
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 Lidah dan  Rongga Mulut.pptx Lidah dan  Rongga Mulut.pptx
Lidah dan Rongga Mulut.pptx
 
Catatan scenario 2
Catatan scenario 2Catatan scenario 2
Catatan scenario 2
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
 
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
Traumatic ulcer and Fordcye's spot clinical case study (indonesian text)
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdfCASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
CASE REPORT BEDAH MULUT - ADENOMATOID.pdf
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
materi perkuliahan osteomyelitis rahang1
 
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdfKISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
KISTA PADA RONGGA MULUT PPT.pdf
 
modul 3 BAB berdarah
modul 3 BAB berdarahmodul 3 BAB berdarah
modul 3 BAB berdarah
 
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxPPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
 
358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
 
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptxHemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
Hemorrhoid ambeyen hemorhoid azis[1].pptx
 
Case Report Session Obstructive Ileus
Case Report Session Obstructive IleusCase Report Session Obstructive Ileus
Case Report Session Obstructive Ileus
 
ABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdf
ABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdfABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdf
ABC (Aneurysmal Bone Cyst) - Rahmayanti Arief (PP).pdf
 
Osteosarkoma sobri
Osteosarkoma sobriOsteosarkoma sobri
Osteosarkoma sobri
 
Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibelPulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
 

Recently uploaded

Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 

Recently uploaded (20)

Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 

Epulis granulomatosa

  • 1. EPULIS GRANULOMATOSA (LAPORAN KASUS) Disusun oleh : Amelia Elizabeth Pranoto 13/356547/PKG/00825 Pembimbing : drg. Maria Goretti Sp.BM(K)
  • 2. DEFINISI • Kata “epulis” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti harafiah “terletak pada gusi”, sehingga terminasi kata epulis ini sendiri hanyalah menunjukkan lokasi tumor, bukan jenis tumor (Laus, M., Conti, M.A. & Croce, A., 2016). • Epulis granulomatosa adalah lesi menyerupai tumor, secara klinis merupakan jaringan yang tumbuh berlebih akibat iritasi lokal atau trauma (Svirsky, J.A., 2016). • Epulis Granulomatosa merupakan suatu proses inflamasi yang reaktif berisi proliferasi pembuluh darah, sel-sel fibroblas imatur, dan sebukan sel radang. Permukaannya sering dijumpai ulser dan lesinya sendiri biasanya berlobus-lobus / berdungkul-dungkul (Svirsky, J.A., 2016) • Epulis Granulomatosa memiliki nama lain yakni Pyogenic Granuloma karena memiliki struktur histopatologi yang serupa (Jafarzadeh, H., Sanatkhani, M. & Mohtasham, N., 2006)
  • 3. ETIOLOGI • Iritasi kronis pada gingiva seperti kalkulus, plak, karies, tumpatan/ restorasi yang tidak pas margin gigi (overhanging restoration), (Gabriel, M.F., Ricardo, M.F., and Cantin, M., 2014) impaksi makanan, eksfoliasi gigi sulung, dan erupsi gigi permanen (Verma, P.K. et al., 2012) • Trauma atau jejas pada gingiva atau daerah mukosa rongga mulut lainnya, biasanya bersifat mekanis dan terus menerus, seperti tertusuk ujung klamer gigi tiruan atau tertusuk ujung wire piranti ortodontik (Gabriel, M.F., Ricardo, M.F., and Cantin, M., 2014), trauma sikat gigi, trauma pada gigi sulung (Verma, P.K. et al., 2012)
  • 4. PATOFISIOLOGI • Iritan/trauma --> destruksi jaringan --> durasi lama --> reduksi aliran darah --> nekrosis jaringan (ditandai dengan matinya sel-sel pada jaringan tersebut) --> migrasi sel-sel radang ke daerah jejas yang bertujuan untuk membersihkan sel-sel yang telah nekrosis --> terjadi peningkatan konsentrasi sitokin bFGF (Basic Fibroblast Growth Factors). Sitokin ini disintesis dan dilepaskan oleh makrofag dan sel mast selama proses pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi) dalam jaringan granulasi --> Peningkatan sintesa protein angiogenik yang berikatan dengan heparin --> menginduksi proses angiogenesis dengan cepat (Verma, P.K. et al., 2012). • Menurut Nakamura, terdapat penurunan kecepatan matinya sel-sel dalam jaringan pyogenic granuloma yang diatur oleh protein golongan Bcl-2 (B cell lymphoma 2) (Nakamura, T. 2000)
  • 5. DIAGNOSIS • PEMERIKSAAN SUBYEKTIF • Awal terbentuknya lesi, pasien tidak merasakan adanya keluhan (Svirsky, J.A., 2016). • Setelah lesi mulai membesar, pasien biasanya akan merasakan adanya benjolan pada gusi, diikuti dengan perdarahan spontan maupun perdarahan karena rangsangan ringan (seperti makan, menyikat gigi, tersenggol lidah), dan mulai muncul rasa nyeri (Svirsky, J.A., 2016). • Jika lesi tetap dibiarkan, terjadi maturasi sel-sel fibroblas dan lesi akan berubah menjadi lebih padat, tidak mudah berdarah, dan warna sama dengan jaringan sekitar (epulis fibromatosa) (Svirsky, J.A., 2016).
  • 6. (...diagnosis) • PEMERIKSAAN OBYEKTIF • Pyogenic granuloma biasanya muncul pada sisi bukal gingiva regio interdental (jaringan interproksimal gigi), akan tetapi kasus ini juga dapat dijumpai pada bibir, permukaan dorsal lidah dan mukosa bukal. Gingiva maksila lebih sering terlibat daripada gingiva mandibula (Svirsky, J.A., 2016). • Gambaran klinis pyogenic granuloma adalah adanya massa bentuk nodul yang memiliki permukaan halus maupun berdungkul-dungkul, tumbuh lambat, warna kemerahan hingga keunguan, bisa bertangkai maupun tidak. Jika lesi telah matang, vaskularisasi berkurang dan secara klinis tampak nodul berwarna lebih merah muda karena terisi kolagen (Svirsky, J.A., 2016). • Ukuran bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa centimeter (Svirsky, J.A., 2016). • Biasanya tidak nyeri, akan tetapi jika muncul infeksi sekunder oleh karena terbentuknya ulcer pada massa sisi oklusal, rasa nyeri sering kali muncul, terutama saat mengunyah (Verma, P.K. et al., 2012). • Saat lesi dipalpasi terasa lunak (Svirsky, J.A., 2016).
  • 7. (...diagnosis) • PEMERIKSAAN PENUNJANG (HISTOPATOLOGIS) • Gambaran histopatologi pada kasus pyogenic granuloma dibagi menjadi 3 fase, yakni : 1. fase seluler (early stage); 2. established stage; 3. dan fase penyembuhan (involutionary stage) (Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and Shresta, S., 2016)
  • 8. EARLY STAGE • memiliki gambaran makroskopis berupa spesimen dengan permukaan berdungkul- dungkul (lobulated). • Gambaran mikroskopisnya tampak susunan sel-sel epitel skuamosa mengalami reaksi hiperplastik parakeratinisasi sebagian dengan stroma jaringan penyangga di bawahnya berisi sedikit proliferasi pembuluh darah kapiler, agregasi sel-sel endotel dengan jumlah banyak. • Selain itu dijumpai adanya pembentukan lumen, meskipun jumlahnya sedikit dan jarang (Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and Shresta, S., 2016)
  • 9. ESTABLISHED STAGE • Gambaran makroskopis tampak massa dengan area hemoragik. • Sedangkan gambaran mikroskopisnya menunjukkan susunan sel-sel epitel skuamosa yang mengalami parakeratinisasi sebagian dengan spasia pembuluh darah pada stroma. • Pada pembesaran rendah tampak beberapa pembuluh darah kapiler tersusun membentuk lobus (tipe LCH) atau proliferasi pembuluh darah yang menyerupai jaringan granulasi (tipe non LCH). • Pada pembesaran tinggi tampak sejumlah sel-sel endotel yang melapisi dinding pembuluh darah kapiler dan spasia vaskuler yang membesar karena terisi sel-sel darah merah (Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and Shresta, S., 2016).
  • 10. INVOLUTIONARY STAGE • memiliki gambaran makroskopis berupa massa dengan permukaan halus dan warna merah muda. • Gambaran mikroskopisnya tampak susunan sel-sel epitel skuamosa yang mengalami hiperplasi parakeratinisasi dan tampak jaringan penyangga yang berisi sel-sel endotel yang melapisi dinding pembuluh darah kapiler dan stroma fibrous yang padat • Pada pembesaran tinggi tampak gambaran fibrosis disekitar pembuluh darah kapiler (Marla, V., Shresta, A., Goel, K., and Shresta, S., 2016)
  • 11. TATALAKSANA • Golden standard tatalaksana epulis granulomatosa adalah bedah eksisi konservatif. Jika lesi terletak pada gingiva maka lesi dilakukan eksisi hingga ke periosteum dan lakukan scaling pada gigi-gigi disekitarnya agar kalkulus dan plak dapat dihilangkan, karena kalkulus dan plak merupakan faktor iritan yang paling sering dijumpai dalam kasus ini (Svirsky, J.A., 2016). • Jika lesi berukuran <5 mm maka dapat dilakukan tindakan kuretase dan scaling pada daerah gigi yang terletak disekitar lesi (Svirsky, J.A., 2016)
  • 13. IDENTITAS PASIEN • Nama : Supri Antono • Umur : 13 tahun • Jenis kelamin : Laki-laki • Tanggal lahir : 01 Januari 2004 • Alamat : Maduresak, Gombong, Kebumen • RM : 01801402 • Status : JKN PBI
  • 14. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF • Keluhan utama : benjolan pada gusi rahang atas sebelah kanan yang mudah berdarah, terutama saat mengunyah dan menyikat gigi • Riwayat perjalanan penyakit yang dikeluhkan: benjolan pada gusi rahang atas sebelah kanan muncul sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya kecil, kurang lebih sebesar biji kacang merah, kemudian membesar perlahan. Pasien merasakan nyeri dan keluar darah dari benjolan tersebut jika tersenggol gigi bawahnya saat makan dan saat menyikat gigi. Orang tua pasien membawa pasien ke puskesmas. Oleh teman sejawat dokter gigi di puskesmas, pasien tidak dilakukan tindakan maupun diberi obat, pasien hanya dirujuk ke RSUD Kebumen. Lalu oleh teman sejawat dokter gigi di RSUD Kebumen pasien juga hanya dirujuk lagi ke Poli Bedah Mulut RSUP Dr. Sarjito. • Riwayat penyakit lainnya : pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik lain • Riwayat perawatan sebelumnya : pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya • Terapi dan tindakan yang pernah dilakukan : pasien tidak pernah mendapat perawatan di bidang kedokteran gigi, semua gigi sulungnya lepas sendiri • Riwayat alergi : alergi makanan dan obat-obatan disangkal
  • 15. PEMERIKSAAN OBYEKTIF (STATUS UMUM) • Tanda vital • Tekanan darah : 100/70 mmHg • Frekuensi nadi : 72 kali/menit • Suhu : 36,6 derajat Celcius • Frekuensi nafas : 18 kali/menit • Skor nyeri : VAS = 0-1 • Antropometri • Berat badan : 30 kg • Tinggi badan : 1,50 m • IMT : 30/(1,20)2 = 16.6 kg/m2
  • 16. PEMERIKSAAN OBYEKTIF (STATUS LOKAL) Ekstra oral • Kepala : simetris, lain-lain dalam batas normal • Leher : kelenjar limfatik servikal tidak teraba, lain-lain dalam batas normal
  • 17. PEMERIKSAAN OBYEKTIF (STATUS LOKAL) Intra oral • Gingiva : tampak massa pada regio interdental gigi 14 dan 15, meluas ke bukal dan palatal, ukuran 2x1,5x1 cm, permukaan sebagian halus, sebagian berdungkul- dungkul, bertangkai (dasar tangkai pada regio interdental gigi 14 dan 15), warna kemerahan (lebih merah dari jaringan disekitarnya), mudah berdarah, nyeri saat ditekan dengan keras • Lidah : tampak permukaan putih pada bagian dorsal lidah, dapat dikerok dan dibersihkan, curiga merupakan plak dan sisa makanan • Gigi geligi : celah pada gigi 14 dan 15; gigi 14 dan 15 luksasi derajat 1; gigi 35 erupsi sebagian • Oral hygiene : tampak plak dan kalkulus menutupi 1/3 servikal sisi bukal gigi regio posterior rahang atas kiri dan kanan, tampak plak dan kalkulus menutupi 1/3 servikal sisi lingual gigi anterior rahang bawah
  • 19. PEMERIKSAAN PENUNJANG (LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK) VARIABEL HASIL NILAI NORMAL Eritrosit 4,76 4,00 - 5,40 Hemoglobin 11,9 (↓) 12,0 - 15,0 Hematokrit 36,0 35,0 - 49,0 Lekosit 8,70 4,50 - 13,50 Trombosit 501 (↑) 150 - 450 PPT 12,7 12,3 - 15,3 INR 0,90 0,90 - 1,10 APTT 40,9 (↑) 27,9 - 37,0 HBsAg Non Reaktif Non Reaktif KED 18 (↑) 0-10
  • 20. DIAGNOSIS SEMENTARA • Hiperplasi gingiva suspect epulis granulomatosa
  • 21. TATALAKSANA • Pro Biopsi Eksisi Epulis dengan anastesi lokal • Medikasi : • Ṟ/ Amoxicillin tab. 500mg/ 8 jam No. XV • Ṟ/ Paracetamol tab. 500 mg/ 8 jam No.X • Ṟ/ Minosep gargle fl. No.I
  • 22. JALANNYA OPERASI Gambar 4.1 : Gambaran klinis lesi dilihat dari sisi bukal
  • 23. JALANNYA OPERASI Gambar 4.2 : Gambaran klinis lesi dilihat dari sisi palatal
  • 24. JALANNYA OPERASI Gambar 4.3 : Asepsis daerah kerja dengan kassa steril yang dibasahi larutan povidone iodine 3% dan dioleskan merata pada permukaan lesi dan jaringan gingiva disekitarnya
  • 25. JALANNYA OPERASI Gambar 4.4 : Pemberian anastesi topikal xylocaine spray (berisi 10 mg lidokain/ml) ke daerah gingiva disekitar lesi yang nanti akan dilakukan injeksi anastesi infiltrasi
  • 26. JALANNYA OPERASI Gambar 4.5 : Pemberian injeksi anastesi infiltrasi (pehacain 2ml dalam spuit 3ml) pada regio mucogingival junction apikal gigi 14, 15, dan 16 serta pada mukosa palatal regio 14 dan 16
  • 27. JALANNYA OPERASI Gambar 4.6 : Pengecekan bekerjanya larusan anastesi dalam jaringan yang telah dilakukan anastesi infiltrasi dengan menusuk jaringan menggunakan sonde. Bila pasien tidak merasakan sakit, berarti larutan anastesi telah bekerja
  • 28. JALANNYA OPERASI Gambar 4.7 : Insisi flap trianguler regio bukal, dimulai dari insisi vertikal gingiva cekat regio distal gigi 13 dilanjutkan dengan insisi horisontal servikal gingiva 14, 15 dan 16. Pada saat melewati interdental gigi 14 dan 15, epulis sedikit diangkat dan blade memotong gingiva sehat disekitar epulis
  • 29. JALANNYA OPERASI Gambar 4.8 : Retraksi flap trianguler dengan rasparatorium willinger yang diletakkan pada garis insisi lalu ditekan kuat ke arah apikal hingga lapisan periosteum ikut menempel pada flap dan menyisakan jaringan tulang yang berwarna putih bersih
  • 30. JALANNYA OPERASI Gambar 4.9 : Setelah flap berhasil diretraksi, maka epulis akan memisahkan diri dari gingiva dan menggantung diantara gigi 14 dan 15
  • 31. JALANNYA OPERASI • Ekstraksi gigi 14 dan 15, dimana massa ikut terambil saat gigi dicabut karena massa menempel pada akar gigi • Kuretase soket gigi 14 dan 15 serta penghalusan tulang yang tajam pada soket gigi 14 dan 15 menggunakan fraser dan bone file
  • 32. JALANNYA OPERASI • Pengembalian flap ke tempat semula • Penjahitan flap dengan teknik simple interrupted menggunakan benang silk 3,0
  • 33. JALANNYA OPERASI Gambar 4.11 : tampak massa pada gingiva pasca biopsi eksisi yaang dimasukkan ke dalam pot yang berisi Neutral Buffer Formaline 10%
  • 34. PEMERIKSAAN PENUNJANG (LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI) • Hasil pemeriksaan patologi anatomi dengan No. PA JRS-17-1322 • Makroskopik : 1 pot jaringan, identitas sesuai, tanpa keterangan. 1 buah jaringan ukuran 1x1x0,3 cm warna putih kecoklatan, kenyal, cetak 1 kupe (A). Didapatkan 2 buah gigi, pada gigi tertempel jaringan ukuran 1,2x0,8x0,7 cm warna putih kecoklatan, kenyal, dari jaringan yang menempel pada gigi cetak 3 kupe (B), gigi tidak dicetak. • Mikroskopik : Sediaan menunjukkan (A) fragmen jaringan yang dilapisi epitel skuamous kompleks dengan rete ridge memanjang. Jaringan ikat subepitel sembab sebagian fibrosis sebagian myxoid. (B) fragmen jaringan seperti gambar A dengan didapatkan bagian dengan proliferasi dan dilatasi pembuluh darah disebuk limfosit, leukosit PMN, makrofag, dan ekstravasasi eritrosit. Tidak didapatkan tanda ganas. • Kesimpulan : Eksisi epulis maxilla dextra = histopatologis lebih sesuai untuk granuloma pyogenikum (pyogenic granuloma / epulis granulomatosa)
  • 35. PEMBAHASAN • Pasien ini didiagnosis epulis granulomatosa karena memiliki massa pada gingiva maksila dektra dengan tanda klinis massa permukaan halus, bertangkai, warna lebih merah dari jaringan sekitar, dan mudah berdarah saat makan dan menyikat gigi • Faktor predisposisi pencetus terjadinya epulis pada pasien ini adalah plak dan kalkulus • Patofisiologi terjadinya epulis adalah plak dan kalkulus --> radang pada jaringan periodontal --> poket periodontal --> deposit plak dan kalkulus dalam poket --> iritasi jaringan periodontal --> terbentuk epulis