SlideShare a Scribd company logo
Oleh : drg. Budiono, M.Pd
MEKANISME PENGUNYAHAN, PENELANAN,
DAN FAAL KELENJAR SALIVA
SISTEM PENGUNYAHAN
• Merupakan unit fungsional yang terdiri dari gigi geligi, temporomandibular joint
(STM), otot-otot yang mendukung pengunyahan baik secara langsung maupun tidak
langsung serta pembuluh darah dan saraf yang mendukung seluruh jaringan
pendukung sistem pengunyahan.
• Otot-otot pengunyahan yang utama :
a. muskulus masseter,
b. muskulus temporalis,
c. muskulus pterigoideus lateralis, dan
d. muskulus pterigoideus medialis.
• Berperan dalam pergerakan membuka dan menutup mulut sangat penting untuk
mengkoordinasikan pergerakan mandibula sehingga gigi dapat berfungsi optimal.
• Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap:
a. tahap membukanya mandibula,
b. tahap menutupnya mandibula, dan
c. tahap berkontaknya gigi dengan makanan dan gigi antagonisnya.
• Otot-otot pengunyahan dapat bekerja sama untuk mengoklusikan gigi dengan
kekuatan sebesar 55 pound pada gigi insisiv dan 200 pound pada gigi mola.
A. AKTIVITAS OTOT
• Pergerakan dalam proses pengunyahan terjadi karena gerakan kompleks dari beberapa otot
pengunyahan (otot utama dan tambahan).
• Otot-otot tambahan yang mendukung proses pengunyahan yaitu:
a. muskulus mylohyoideus,
b. muskulus digastrikus,
c. muskulus geniohyoideus,
d. muskulus stylohioideus,
e. muskulus infrahyoideus,
f. muskulus buksinator dan labium oris
M. TEMPORALIS
M. MASSETER
M. PTERYGOIDEUS
MUSKULUS TAMBAHAN
B. SENDI TEMPOROMANDIBULA
• Merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang pada saat
pengunyahan.
• Ada dua gerakan utama pada sendi STM, yaitu :
a. Gerak rotasi
adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan
superior kondilus dengan permukaan inferior diskus artikularis.
a. Gerak meluncur atau translasi
adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari obyek bergerak secara serempak
dengan kecepatan dan arah yang sama. Pada sistim pengunyahan, tranlasi
terjadi ketika rahang (bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi,
kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama.
C. KONTAK GIGI GELIGI
• Kontak gigi merupakan oklusi dari gigi geligi yang disebabkan oleh kontrol
neuromuscular terhadap sistem pengunyahan.
• Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam rahang atas dan bawah.
• Secara fungsional, oklusi gigi seseorang yang normal tergantung dari fungsi dan
dampaknya terhadap jaringan periodonsium, otot dan STM
1. Gerakan membuka mandibula yang dilakukan oleh kontraksi muskulus pterygoideus
lateralis. Pada saat bersamaan m. temporalis, m. masseter m. pterygoideus medialis
tidak mengalami aktifitas atau mengalami relaksasi.
2. Makanan akan masuk kerongga mulut dan disertai dengan proses menutupnya
mandibula. Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi m. temporalis,
m. masseter dan m. pterygoideus medialis, sedangkan m. pterygoideus lateralis
mengalami relaksasi.
3. Pada saat mandibula menutup perlahan, m. temporalis dan m. masseter juga
berkontraksi membantu gigi geligi agar berkontak pada oklusi yang normal.
PROSES MENGUNYAH
4. Muskulus digastrikus mengalami kontraksi pada saat mandibula bergerak dari
posisi istirahat ke posisi oklusi. M. digastrikus berperan dalam mempertahankan
kontak gigi geligi.
5. Pada saat gigi geligi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan
meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan
yang terus menerus.
6. Lidah berperan penting selama proses pengunyahan dalam mengontrol pergerakan
makanan dan membentuk bolus (bentuk makanan yang didapatkan dari
pengunyahan). Lidah membawa dan mempertahankan makanan diantara
permukaan oklusal gigi geligi, membuang benda asing, bagian makanan yang tidak
enak rasanya dan membawa bolus ke palatum sebelum akhirnya ditelan. Selain itu
lidah juga berfungsi dalam mempertahankan kebersihan mulut dengan
menghilangkan debris makanan pada gingival, vestibulum dan dasar mulut
PROSES MENELAN
1. Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring berlangsung
sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke
esofagus.
2. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah
untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain,
makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau
masuk ke trakea.
3. Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak masuk
kembali ke mulut sewaktu menelan.
4. Kontraksi m. levator palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas,
palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula.
5. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi
m.palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
6. Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran hidung
atau nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.
7. Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan
erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis.
8. Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.
laringofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring.
9. Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi
m.ariepiglotika dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga
pengentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat
pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran
napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena
valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus.
7. Tahap esofagus dari proses menelan kini
dimulai. Pusat menelan memicu gelombang
peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke
ujung esofagus, mendorong bolus di depannya
menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung.
8. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar
5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah
esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh
pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf
vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu
menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus
melemas secara refleks sehingga bolus dapat
masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk
ke lambung, proses menelan tuntas dan sfingter
gastroesofagus kembali berkontraksi.
KELENJAR SALIVA
• Terdiri dari kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor
• Kelenjar saliva mayor
a. Kelenjar parotis
b. Kelenjar sub mandibula
c. Kelenjar sub mentale
• Kelenjar saliva minor
a. kelenjar labial,
b. kelenjar bukal,
c. kelenjar Bladin-Nuhn,
d. kelenjar Von Ebner, dan
e. kelenjar Weber.
KELENJAR PAROTIS
• Kelenjar ludah terbesar
• Terletak di anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter.
• Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan
gusi dihadapan molar 2 atas
• Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
KELENJAR SUBMANDIBULARIS
• Kelenjar ludah yang memproduksi air liur terbanyak
• Mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara
pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah.
KELENJAR SUBLINGUALIS
• Mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam rongga mulut.
• Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus, terletak berdekatan dengan papilla dari duktus
kelenjar submandibular
SALIVARY GLAND
KELENJAR SALIVA MINOR
• Merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa.
• Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam.
• Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang
menemukannya.
• Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-
asinus seromukus.
• Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus
seromukus.
• Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung
lidah.
• Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak
pada pangkal lidah, dan disebut juga glandula lingualis posterio
REFERENSI
• Di Palma, S., Simpson, R. H. W., Skalova, A., & Leivo, I. (2006). Major and Minor Salivary Glands. In A.
Cardesa & P. J. Slootweg (Eds.), Pathology of the Head and Neck (pp. 131–170). inbook, Berlin,
Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. https://doi.org/10.1007/3-540-30629-3_5
• Hughes, G. R. V. (2009). The Digestive System. In G. R. V Hughes (Ed.), Understanding Hughes Syndrome:
Case Studies for Patients (p. 49). inbook, London: Springer London. https://doi.org/10.1007/978-1-84800-
376-7_28
• Xie, S. (S. Q. . (2016). Physiological Model of the Masticatory System. In Advanced Robotics for Medical
Rehabilitation: Current State of the Art and Recent Advances (pp. 45–79). inbook, Cham: Springer
International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-19896-5_3
• Spieler, P., & Rössle, M. (2012). Salivary Glands, Head and Neck. In Nongynecologic Cytopathology: A
Practical Guide (pp. 399–487). inbook, Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/978-3-642-24719-4_5
• Dai, F., Wang, L., Chen, G., Chen, S., & Xu, T. (2016). Three-dimensional modeling of an individualized
functional masticatory system and bite force analysis with an orthodontic bite plate. International Journal of
Computer Assisted Radiology and Surgery, 11(2), 217–229. JOUR. https://doi.org/10.1007/s11548-015-
1248-4
• Sato, S., & Slavicek, R. (2008). The masticatory organ and stress management. International Journal of
Stomatology & Occlusion Medicine, 1(1), 51–57. JOUR. https://doi.org/10.1007/s12548-008-0010-8
JAZAKUMULLOH KHOIRON KATSIRO
َ‫أ‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫د‬َ‫ه‬ْ‫ش‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ِ‫ب‬َ‫و‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ك‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬َ‫ك‬َْْ‫ل‬ِ‫إ‬ ُُ ْ‫و‬ََُ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ك‬ََُُِِْْْ‫س‬

More Related Content

What's hot

karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
firman putra sujai
 
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
premaysari
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Indri Yanti
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
wahyuni majid
 
IMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINAT
IMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINATIMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINAT
IMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINAT
devita nuryco
 
Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut PSPDG-UNUD
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
hasril hasanuddin
 
4.oklusi
4.oklusi4.oklusi
4.oklusi
asih gahayu
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Vina Widya Putri
 
9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas
hasril hasanuddin
 
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
hasril hasanuddin
 
SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE
devita nuryco
 
struktur histologis gigi
struktur histologis gigistruktur histologis gigi
struktur histologis gigi
wayan sugiritama
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Ferdiana Agustin
 
Histologi Gigi
Histologi Gigi Histologi Gigi
Histologi Gigi PSPDG-UNUD
 
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
devita nuryco
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Vina Widya Putri
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomi
asih gahayu
 

What's hot (20)

karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitaskaries gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
karies gigi. pemeriksaan penunjang dan tes vitalitas
 
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
 
Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2Morfologi gigi sulung2
Morfologi gigi sulung2
 
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre KlinikAlat Diagnostik dan Pre Klinik
Alat Diagnostik dan Pre Klinik
 
IMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINAT
IMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINATIMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINAT
IMBIBISI SINERESIS PADA BAHAN CETAK HIDROKOLOID ALGINAT
 
Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut Histologi Rongga Mulut
Histologi Rongga Mulut
 
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah10. morfologi gigi permanent rahang bawah
10. morfologi gigi permanent rahang bawah
 
4.oklusi
4.oklusi4.oklusi
4.oklusi
 
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran GigiLaporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
Laporan tutorial Radiografi Kedokteran Gigi
 
9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas9. morfologi gigi permanent rahang atas
9. morfologi gigi permanent rahang atas
 
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
1. anatomi gigi insisivus sentral atas kanan
 
SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE SETTING TIME ALGINATE
SETTING TIME ALGINATE
 
struktur histologis gigi
struktur histologis gigistruktur histologis gigi
struktur histologis gigi
 
desain gtl
desain gtldesain gtl
desain gtl
 
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras GigiSkenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
Skenario 1 blok 8 Penyakit Jaringan Keras Gigi
 
Histologi Gigi
Histologi Gigi Histologi Gigi
Histologi Gigi
 
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
DISTORSI MALAM INLAY (INLAY WAX)
 
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan GigiAlat & Bahan Penumpatan Gigi
Alat & Bahan Penumpatan Gigi
 
1. dental anatomi
1. dental anatomi1. dental anatomi
1. dental anatomi
 
Tugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtpTugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtp
 

Similar to Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal

Pertemuan 9 Sistema digestoria.pdf
Pertemuan 9 Sistema digestoria.pdfPertemuan 9 Sistema digestoria.pdf
Pertemuan 9 Sistema digestoria.pdf
MazzRudy
 
SISTEM PENCERNAAN
SISTEM PENCERNAANSISTEM PENCERNAAN
SISTEM PENCERNAAN
Rekha Zahari
 
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaananatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
Kampus-Sakinah
 
7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx
7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx
7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx
Ragilpriyautomo2
 
sistem pencernaan
sistem pencernaansistem pencernaan
sistem pencernaan
HerlinMegawati
 
Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3 Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3
Dedi Kun
 
Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
pjj_kemenkes
 
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAnatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAhmad Haerudin
 
Anatomi sistem pencernaan
Anatomi sistem pencernaanAnatomi sistem pencernaan
Anatomi sistem pencernaan
Yepi Addianto
 
anatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaananatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaansakura huriah
 
Anatomi fisiologi faring dan esofagus
Anatomi fisiologi faring dan esofagusAnatomi fisiologi faring dan esofagus
Anatomi fisiologi faring dan esofagus
Reper Lopers
 
Sistem pencernaan
Sistem pencernaanSistem pencernaan
Sistem pencernaan
Isa Mandai Tiwadak
 
ANFIS sistem pencernaan
ANFIS sistem pencernaanANFIS sistem pencernaan
ANFIS sistem pencernaan
Cahya
 
Biologi, sistem pencernaan.
Biologi, sistem pencernaan.Biologi, sistem pencernaan.
Biologi, sistem pencernaan.asfar12
 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)opimus
 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
opimus
 
Kelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empedu
Kelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empeduKelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empedu
Kelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empedu
ssp1997
 
Faring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar LudahFaring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar LudahPSPDG-UNUD
 
Fungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinalFungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal
ikhsan saputra
 

Similar to Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal (20)

Pertemuan 9 Sistema digestoria.pdf
Pertemuan 9 Sistema digestoria.pdfPertemuan 9 Sistema digestoria.pdf
Pertemuan 9 Sistema digestoria.pdf
 
SISTEM PENCERNAAN
SISTEM PENCERNAANSISTEM PENCERNAAN
SISTEM PENCERNAAN
 
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaananatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
 
7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx
7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx
7. a Tingkah Laku Merumput (Grazzing Behaviour).pptx
 
sistem pencernaan
sistem pencernaansistem pencernaan
sistem pencernaan
 
Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3 Sistem pencernaan 3
Sistem pencernaan 3
 
Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
 
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaanAnatomi dan fisiologi sist. pencernaan
Anatomi dan fisiologi sist. pencernaan
 
Anatomi sistem pencernaan
Anatomi sistem pencernaanAnatomi sistem pencernaan
Anatomi sistem pencernaan
 
anatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaananatomi fisiologi pada pencernaan
anatomi fisiologi pada pencernaan
 
Anatomi fisiologi faring dan esofagus
Anatomi fisiologi faring dan esofagusAnatomi fisiologi faring dan esofagus
Anatomi fisiologi faring dan esofagus
 
Sistem pencernaan
Sistem pencernaanSistem pencernaan
Sistem pencernaan
 
ANFIS sistem pencernaan
ANFIS sistem pencernaanANFIS sistem pencernaan
ANFIS sistem pencernaan
 
Biologi, sistem pencernaan.
Biologi, sistem pencernaan.Biologi, sistem pencernaan.
Biologi, sistem pencernaan.
 
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecalKonsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
 
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
Pencernaan pada manusia dan ruminansia (uas)
 
Kelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empedu
Kelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empeduKelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empedu
Kelenjar saliva, pangkreas, hepar dan kandung empedu
 
Faring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar LudahFaring dan Kelenjar Ludah
Faring dan Kelenjar Ludah
 
Fungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinalFungsi gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal
 

Recently uploaded

Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 

Recently uploaded (19)

Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 

Sistem pengunyahan, sistem penelanan, dan faal

  • 1. Oleh : drg. Budiono, M.Pd MEKANISME PENGUNYAHAN, PENELANAN, DAN FAAL KELENJAR SALIVA
  • 2. SISTEM PENGUNYAHAN • Merupakan unit fungsional yang terdiri dari gigi geligi, temporomandibular joint (STM), otot-otot yang mendukung pengunyahan baik secara langsung maupun tidak langsung serta pembuluh darah dan saraf yang mendukung seluruh jaringan pendukung sistem pengunyahan. • Otot-otot pengunyahan yang utama : a. muskulus masseter, b. muskulus temporalis, c. muskulus pterigoideus lateralis, dan d. muskulus pterigoideus medialis. • Berperan dalam pergerakan membuka dan menutup mulut sangat penting untuk mengkoordinasikan pergerakan mandibula sehingga gigi dapat berfungsi optimal.
  • 3. • Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap: a. tahap membukanya mandibula, b. tahap menutupnya mandibula, dan c. tahap berkontaknya gigi dengan makanan dan gigi antagonisnya. • Otot-otot pengunyahan dapat bekerja sama untuk mengoklusikan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada gigi insisiv dan 200 pound pada gigi mola.
  • 4. A. AKTIVITAS OTOT • Pergerakan dalam proses pengunyahan terjadi karena gerakan kompleks dari beberapa otot pengunyahan (otot utama dan tambahan). • Otot-otot tambahan yang mendukung proses pengunyahan yaitu: a. muskulus mylohyoideus, b. muskulus digastrikus, c. muskulus geniohyoideus, d. muskulus stylohioideus, e. muskulus infrahyoideus, f. muskulus buksinator dan labium oris
  • 9. B. SENDI TEMPOROMANDIBULA • Merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang pada saat pengunyahan. • Ada dua gerakan utama pada sendi STM, yaitu : a. Gerak rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus dengan permukaan inferior diskus artikularis. a. Gerak meluncur atau translasi adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari obyek bergerak secara serempak dengan kecepatan dan arah yang sama. Pada sistim pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang (bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama.
  • 10. C. KONTAK GIGI GELIGI • Kontak gigi merupakan oklusi dari gigi geligi yang disebabkan oleh kontrol neuromuscular terhadap sistem pengunyahan. • Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam rahang atas dan bawah. • Secara fungsional, oklusi gigi seseorang yang normal tergantung dari fungsi dan dampaknya terhadap jaringan periodonsium, otot dan STM
  • 11. 1. Gerakan membuka mandibula yang dilakukan oleh kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat bersamaan m. temporalis, m. masseter m. pterygoideus medialis tidak mengalami aktifitas atau mengalami relaksasi. 2. Makanan akan masuk kerongga mulut dan disertai dengan proses menutupnya mandibula. Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi m. temporalis, m. masseter dan m. pterygoideus medialis, sedangkan m. pterygoideus lateralis mengalami relaksasi. 3. Pada saat mandibula menutup perlahan, m. temporalis dan m. masseter juga berkontraksi membantu gigi geligi agar berkontak pada oklusi yang normal. PROSES MENGUNYAH
  • 12. 4. Muskulus digastrikus mengalami kontraksi pada saat mandibula bergerak dari posisi istirahat ke posisi oklusi. M. digastrikus berperan dalam mempertahankan kontak gigi geligi. 5. Pada saat gigi geligi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan yang terus menerus. 6. Lidah berperan penting selama proses pengunyahan dalam mengontrol pergerakan makanan dan membentuk bolus (bentuk makanan yang didapatkan dari pengunyahan). Lidah membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan oklusal gigi geligi, membuang benda asing, bagian makanan yang tidak enak rasanya dan membawa bolus ke palatum sebelum akhirnya ditelan. Selain itu lidah juga berfungsi dalam mempertahankan kebersihan mulut dengan menghilangkan debris makanan pada gingival, vestibulum dan dasar mulut
  • 13. PROSES MENELAN 1. Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. 2. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea. 3. Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan. 4. Kontraksi m. levator palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. 5. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut. 6. Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran hidung atau nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.
  • 14.
  • 15.
  • 16. 7. Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis. 8. Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring, m. laringofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. 9. Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga pengentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus.
  • 17.
  • 18. 7. Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. 8. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi.
  • 19. KELENJAR SALIVA • Terdiri dari kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor • Kelenjar saliva mayor a. Kelenjar parotis b. Kelenjar sub mandibula c. Kelenjar sub mentale • Kelenjar saliva minor a. kelenjar labial, b. kelenjar bukal, c. kelenjar Bladin-Nuhn, d. kelenjar Von Ebner, dan e. kelenjar Weber.
  • 20. KELENJAR PAROTIS • Kelenjar ludah terbesar • Terletak di anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. • Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas • Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu.
  • 21. KELENJAR SUBMANDIBULARIS • Kelenjar ludah yang memproduksi air liur terbanyak • Mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah.
  • 22. KELENJAR SUBLINGUALIS • Mempunyai banyak duktus yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. • Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus, terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar submandibular
  • 24. KELENJAR SALIVA MINOR • Merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. • Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. • Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. • Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus- asinus seromukus. • Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus. • Kelenjar Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah. • Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) dan Kelenjar Weber terletak pada pangkal lidah, dan disebut juga glandula lingualis posterio
  • 25. REFERENSI • Di Palma, S., Simpson, R. H. W., Skalova, A., & Leivo, I. (2006). Major and Minor Salivary Glands. In A. Cardesa & P. J. Slootweg (Eds.), Pathology of the Head and Neck (pp. 131–170). inbook, Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. https://doi.org/10.1007/3-540-30629-3_5 • Hughes, G. R. V. (2009). The Digestive System. In G. R. V Hughes (Ed.), Understanding Hughes Syndrome: Case Studies for Patients (p. 49). inbook, London: Springer London. https://doi.org/10.1007/978-1-84800- 376-7_28 • Xie, S. (S. Q. . (2016). Physiological Model of the Masticatory System. In Advanced Robotics for Medical Rehabilitation: Current State of the Art and Recent Advances (pp. 45–79). inbook, Cham: Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-19896-5_3 • Spieler, P., & Rössle, M. (2012). Salivary Glands, Head and Neck. In Nongynecologic Cytopathology: A Practical Guide (pp. 399–487). inbook, Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. https://doi.org/10.1007/978-3-642-24719-4_5 • Dai, F., Wang, L., Chen, G., Chen, S., & Xu, T. (2016). Three-dimensional modeling of an individualized functional masticatory system and bite force analysis with an orthodontic bite plate. International Journal of Computer Assisted Radiology and Surgery, 11(2), 217–229. JOUR. https://doi.org/10.1007/s11548-015- 1248-4 • Sato, S., & Slavicek, R. (2008). The masticatory organ and stress management. International Journal of Stomatology & Occlusion Medicine, 1(1), 51–57. JOUR. https://doi.org/10.1007/s12548-008-0010-8
  • 26. JAZAKUMULLOH KHOIRON KATSIRO َ‫أ‬ َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ه‬‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫د‬َ‫ه‬ْ‫ش‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬ِ‫ب‬َ‫و‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ك‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬َ‫ك‬َْْ‫ل‬ِ‫إ‬ ُُ ْ‫و‬ََُ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ك‬ََُُِِْْْ‫س‬