Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Menjelaskan tentang macam-macam basis salep dan karakteristiknya. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing basis. Sehingga lebih mudah untuk memilih basis yang sesuai.
Menjelaskan tentang macam-macam basis salep dan karakteristiknya. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing basis. Sehingga lebih mudah untuk memilih basis yang sesuai.
Ekstraksi adalah suatu metode yang untuk menarikan senyawa kimia yang dapat larut sehingga yang tertinggal adalah bahan yang tidak larut dengan pelarut
1. LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
“FRAKSINASI”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2A
NAMA ANGGOTA :
1. Lili Rakhmawati (11120019)
2. Lisda Indah Nursanti (11120020)
3. Luky Rizki Amanda (11120021)
4. M. Azis Firmansyah (11120022)
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH KOTA CIREBON
2022
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum fitokimia yang berisi tentang “ Fraksinasi
Ekstrak Daun Jambu Biji”.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Fitokimia. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, kemudian apabila terdapat kesalahan pada
laporan ini kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang mendukung atas
tersusunnya laporan ini.
Cirebon, 7 Juni 2022
Penyusun,
3. ii
DAFTAR ISI
BAB I .........................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG .....................................................................................................1
1.2 TUJUAN ..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
2.1 DASAR TEORI ...............................................................................................................2
2.2 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN ................................................................3
2.3 CARA KERJA .................................................................................................................4
2.4 HASIL PENGAMATAN.................................................................................................4
2.5 PEMBAHASAN ..............................................................................................................4
BAB III ......................................................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................5
3.2 SARAN ............................................................................................................................5
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran
(padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi)
komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan
pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi
yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan
pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran
pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang
penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan Nur 1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan
dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan
dari nilai konstanta dielektrik pelarut.
Metode fraksinasi/pemisahan umumnya:
- Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan
pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu terpisahkan
menurut kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve dissolve like).
- Kromatografi
Kromatograsi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan perbedaan
migrasi komponen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase gerak.
1.2 TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara-cara penyarian zat-zat berkhasiat dari suatu simplisia
dengan cara meserasi, perkolasi dan sokletasi.
5. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DASAR TEORI
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,
cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi
perubahan menurut kelandaian.
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu ekstrak
dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang
umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan metanol. Untuk
menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil asetat untuk menarik
senyawa semi polar, sedangkan methanol untuk menarik senyawa-senyawa polar. Dari
proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan dipisahkan. Sebagaimana
diketahui bahwa senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang
non polar sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang
bersifat polar juga (Mutiasari, 2012).
Metode fraksinasi/pemisahan umumnya:
a. Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair - cair merupakan suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong
pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah. Ekstraksi cair-cair
(corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang
tidak dapat saling bercampur kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam
pelarut organik, dan pelarut air dimana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk
dua lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan
koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling
bercampur.
6. 3
Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur, berlaku
hukum mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa
ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu
campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga
ekstraksi cair atau ekstraksipelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah
pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan (Sitti hal.102).
b. Kromatografi
Kromatograsi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan perbedaan
migrasi komponen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase gerak. pemisahan ini
dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia umum dari molekul seperti :
- Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)
- Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus
(adsorbsi/penjerapan)
- Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap
(keatsirian)
2.2 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat-alat yang Digunakan Bahan-bahan yang Digunakan
1. Corong pisah
2. Beker glass 250 mL
3. Gelas ukur 100 mL
4. Botol plastik 100 mL
5. Cawan penguap
6. Tangas air
7. Batang pengaduk
8. Vial 10 ml
1. Heksana
2. Etil asetat
3. Aquadest
4. Ekstrak etanol kental
7. 4
2.3 CARA KERJA
1. Ekstrak etanol kental ditambahn aquadest sebanyak 30 mL, kocok, lalu
masukkan ke dalam corong pisah.
2. Ekstraksi dengan n-heksana 2 ď‚´ 30 mL dan diperoleh fraksi air dan fraksi n-
heksana.
3. Fraksi n-heksana dipekatkan dengan diuapkan dalam cawan penguap di lemari
asam dan diperoleh fraksi non polar.
4. Fraksi air diekstraksi dengan etil asetat 2 ď‚´ 30 mL, dan diperoleh fraksi air dan
fraksi etil asetat.
5. Fraksi etil asetat dipekatkan dalam cawan penguap di lemari asam dan diperoleh
fraksi semipolar.
6. Fraksi fraksi air dipekatkan dalam cawan penguap pada tangas air hingga
diperoleh fraksi polar.
2.4 HASIL PENGAMATAN
Fraksi n-heksana Fraksi etil asetat Fraksi air
2.5 PEMBAHASAN
Ekstraksi atau penyarian yang telah dilakukan baik dengan cara maserasi, perkolasi
atau sokletasi akan menghasilkan suatu ekstrak. Jika menggunakan metanol sebagai
pelarut maka disebut ekstrak metanol. Ekstrak yang dihasilkan tersebut mengandung
senyawa-senyawa polar dan non polar. Untuk pemisahan senyawa-senyawa tersebut
dilakukan proses fraksinasi.
Ekstrak metanol diekstraksi dengan pelarut non polar seperti n-heksana hingga
diperoleh fraksi n-heksana yang mengandung senyawa-senyawa seperti klorofil, lemak,
lilin atau senyawa non polar lainnya. Selanjutnya fraksi yang tidak larut dalam heksana
diekstraksi dengan etil asetat, disini akan terlarut senyawa semi-polar, sedangkan
senyawa yang polar dan sangat polar tetap tinggal dalam fraksi air. Fraksi tersebut
kemudian dipekatkan diatas waterbath hingga diperoleh fraksi polar.
8. 5
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini, ekstraksi yang telah dilakukan dengan metode maserasi
yang menghasilkan eksrak. Ekstrak yang dihasilkan tersebut mengandung senyawa-
senyawa polar dan non polar. Untuk pemisahan senyawa-senyawa tersebut dilakukan
proses fraksinasi.
Ekstrak metanol diekstraksi dengan pelarut non polar seperti n-heksana hingga
diperoleh fraksi n-heksana. Selanjutnya fraksi yang tidak larut dalam n-heksana
diekstraksi dengan etil asetat. Fraksi air kemudian dipekatkan diatas waterbath hingga
diperoleh fraksi polar.
3.2 SARAN
Untuk pemakatan fraksi etil asetat diatas waterbath sebaiknya dilakukan dengan
hati-hati, karena dapat menimbulkan kebakaran.
9. 6
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Hasil pengamatan dari masing-masing kelompok
a. Daun seledri
Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat Fraksi air
b. Daun sirsak
Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat Fraksi air
c. Daun tapak dara
Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat Fraksi air
Proses fraksinasi
fraksinasi n-heksana fraksinasi etil asetat
proses pemekatan
10. 7
DAFTAR PUSTAKA
ď‚· Modul Praktikum Fitokimia
ď‚· Sitti chadijah. Pemisahan Kimia,h.102
ď‚· Sirait,M,2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Penerbit ITB, Bandung.
 Sudjadi,Drs.,1986,”Metode Pemisahan”,UGM Pess, Yogyakarta.