Mangan di alam, sebagian besar sebagai pirolusit (MnO2) yang stabil dalam asam atau alkali pengoksidasi, sehingga proses leaching Mangan dari sumber dilakukan dalam kondisi tereduksi. Beberapa zat pereduksi telah digunakan sebelumnya dalam media asam yang berbeda seperti batubara, pirit, besi sulfat, sulfur dioksida dan peroksida (Zhang, et al., 2007).
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Golongan IV B juga disebut golongan transaktinida. Unsur dalam golongan IV B termasuk dalam unsur transisi yaitu unsur blok d yang konfigurasi elektronnya diakhiri oleh sub kulit d. Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IV B yaitu Titanium (Ti), Zirkonium (Zr),Hafnium (Hf), dan Rutherfordium (Rf).
Vanadium adalah salah satu unsure kimia dalam table periodic yang memiliki lambing V, dan termasuk dalam unsur transisi periode keempat, memiliki nomor atom 23.
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Golongan IV B juga disebut golongan transaktinida. Unsur dalam golongan IV B termasuk dalam unsur transisi yaitu unsur blok d yang konfigurasi elektronnya diakhiri oleh sub kulit d. Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan IV B yaitu Titanium (Ti), Zirkonium (Zr),Hafnium (Hf), dan Rutherfordium (Rf).
Vanadium adalah salah satu unsure kimia dalam table periodic yang memiliki lambing V, dan termasuk dalam unsur transisi periode keempat, memiliki nomor atom 23.
Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai suatu peralatan-peralatan elektronika yang terdapat dalam berbagai macam komponen termasuk sel elektrokimia khususnya sel galvani atau sering disebut dengan sel volta. Akan tetapi di zaman sekarang masyarakat hanya ingin menggunakan barang tersebut tanpa mau mengetahui peristiwa apa yang terjadi di dalam peralatan yang ia gunakan yang dapat menunjang jalan atau proses beraktifitas barang tersebut.
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat. Asetanilida sendiri merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Ketahanan aus abrasif dari beberapa jenis modifikasi 13 crMoch. Syaiful Anwar
The several components of steam turbine like the stator and rotor blade suffer from various kind of wear caused by
solid particle erossion during turbine running. This paper presents the wear abrasion resistance of 13Cr martensitic
stainless steel and its modifications. Four types of modification of 13Cr stainless steel is prepared with induction
melting process and then cast into ingot molds. After casting process, each of ingot is conducted hot forging process
followed by quenching and tempering process. Then the four type of stainless steel were conducted abrasion test
against 120 SiC grinding paper, speed 100 rpm, load 100, 500 and 1000 g, and cycle 100, 300, 500, 700 and 1000
cycles. The results show that the higher wear abrasion resistant was found in the 13Cr3Mo3Ni martensitic stainless
steel with weight loss of 43.13 mg/cm² and hardness of 47.5 HRc. The lower wear abrasion resistant was found in
the 13Cr martensitic stainless steel with weight loss of 63.87 mg/cm² and hardness of 47.7 HRc.
Air asam tambang (AAT) adalah air yang bersifat asam atau air yang memiliki tingkat keasaman tinggi yang dihasilkan dari kegiatan penambangan, dimana sumber air dapat berupa air limpasan hujan, air tanah atau air proses untuk kasus tailing,
Air asam tambang adalah limbah pecemar lingkungan yang terjadi akibat aktifitas pertambangannya. Limbah ini terjadi karena adanya proses oksidasi bahan mineral pirit (FeS2) dan bahan mineral sulfida lainnya yang tersingkap ke permukaan tanah dalam proses pengambilan bahan mineral tambang.
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan bertujuan untuk mengukur nilai konsentrasi misel kritis (CMC) pada berbagai surfaktan. Prinsip dari tegangan permukaan adalah energi tarik menarik antar partikel, sedangkan prinsip dari turbiditas adalah penghamburan cahaya oleh molekul koloid. Metode yang digunakan adalah pengukuran tegangan permukaan dengan metode pipa kapiler dan turbiditas dengan turbidimetri. Hasil yang diperoleh adalah nilai turbiditas surfaktan akan berbanding lurus dengan konsentrasinya, dan nilai tegangan permukaan akan berbanding terbalik dengan konsentrasinya.
Distilasi merupakan suatu teknik pemisahan campuran dalam fase cair yang homogen dengan cara penguapan dan pengembunan, sehingga diperoleh destilat (produk Distilasi) yang relatif lebih banyak mengandung komponen yang lebih volatil (mudah menguap) dibanding larutan semula yang lebih sukar menguap. Campuran dari masing-masing komponen dapat terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantara zat-zatnya (Wiratma,dkk, 2003).
Metode BET (Brunaur, Emmett and Teller) pertama kali ditemukan oleh Stephen Brunauer, Paul Hugh Emmett, and Edward Teller pada tahun 1938. Metode ini digunakan untuk permukaan yang datar (tidak ada lekukan) dan tidak ada batas dalam setiap layer yang dapat digunakan dalam menjelaskan luas permukaan. Metode ini digunakan berdasarkan asumsi bahwa pada setiap permukaan mempunyai tingkat energi yang homogen (energi adsorpsi tidak mengalami perubahan dengan adanya adsorpsi di layer yang sama) dan tidak ada interaksi selama molekul teradsorpsi
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang, dan lain-lain. Bioethanol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.
Reaksi aldol adalah reaksi organik dasar untuk konstruksi ikatan C-C. Umumnya aldolases (kelas I dan II) dan Antibodi aldolase (38C2 dan 33F12) adalah yang paling umum enzim yang digunakan dalam katalisis reaksi aldol, penelitian ini, berfokus pada enzim aldo-ketoreductase (AKR) untuk menyelidiki aktivitas katalitiknya pada reaksi aldol asimetris, aldo-ketoreductase belum dilaporkan sebagai enzim untuk mengkatalisis karbon-karbon reaksi pembentukan ikatan. Oleh karena itu digunakan AKR1A1 sebagai enzim untuk mengkatalisis reaksi aldol .
Pada pembuatan Nano Zeolit perlu dilakukan adanya preparasi dan aktivasi, pada hasil karakterisasi dengan XRD (X-Ray Diffraction) menunjukan bahwa nano zeolite memiliki kristalinitas yang tinggi, pada karakterisasi dengan Spektrometer Infrared menunjukan bahwa nano zeolit menghasilkan spektra pada kisaran bilangan gelombang sekitar 1220, 1110, 800, 550, dan 450 cm-1 . dan hasil karakterisasi Nano zeolite menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) menunjukan bahwa ukuran partikel nano zeolit kecil dan jumlahnya yang banyak. Nano zeolite dapat digunakan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, penyerap bahan ( adsorben), dan katalisator.
Telah dilakukan sebuah penelitian berjudul Sintesis Komposit Polimer Elektrolit LiBOB Menggunakan Polimer PVdF – HFP Dengan Variasi Komposisi Filler TiO Sebagai Aplikasi Baterai Lihitum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sintesis komposit polimer elektrolit LiBOB, mengetahui karakteristik komposit polimer elektrolit LiBOB hasil sintesis, dan mengetahui aplikasi komposit polimer elektrolit LiBOB pada baterai lihitum.Sintesis LiBOB dapat dibuat dengan bahan – bahan polimer PVdF – HFP, garam LiBOB, dan filler TiO2 menggunakan metode casting pada sampel berbentuk slurry diatas plat kaca. Dibuat tiga variasi komposisi filler TiO2, PVdfF– HFP 70%(wt) LiBOB 30% (wt), dan filler TiO2 0% (wt); PVdfF– HFP 70%(wt) LiBOB 28% (wt), dan filler TiO2 2% (wt); dan PVdfF– HFP 70%(wt) LiBOB 25% (wt), dan filler TiO2 5% (wt). Dilakukan uji karakteristik dengan SEM untuk mengetahui bentuk morfologi, dengan EDX untuk mengetahui homogenitas, dan dengan CV untuk mengetahui reversibilitas ion. Sampel dengan komposisi PVdfF– HFP 70%(wt) LiBOB 25% (wt), dan filler TiO2 5% (wt) merupakan sampel yang paling dapat diaplikasikan pada baterai lihitum.
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Ahmad Dzikrullah
percobaan yang berjudul “Reaksi Asam Basa: Asam Poliprotik” yang bertujuan untuk mengenali ada tidaknya ion karbonat dan bikarbonat dalam suatu cuplikan dan mampu menentukan banyaknya komponen ion poliprotik karbonat dan bikarbonat dalam larutan. Reaksi antara cuplikan Na2CO3 dengan CaCl2 menghasilkan endapan CaCO3 yang mengandung ion karbonat dan bikarbonat. Terbentuknya ketika penambahan NH3 menunjukkan adanya ion bikarbonat
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
Ekstraksi mangan
1. EKSTRAKSI MANGAN DENGAN PROSES LEACHING ASAM SULFAT
MENGGUNAKAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI REDUKTOR
TUGAS MAKALAH KIMIA MINERAL
Oleh :
Marliana Jayanti (2403011
Zahwa Mayasafira (24030113120021)
Ahmad Dzikrullah (24030114140097)
Bela Claudya Pratama (24030114130070)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Kalimantan Barat memiliki potensi kekayaan alam yang berlimpah seperti bahan mineral
tambang, perkebunan dan secara geografis berada di posisi strategis. Potensi sumber daya alam
jenis tambang seperti bauksit, emas, pasir besi, batu bara, uranium dan mangan telah dilakukan
eksploitasi. Tambang Mangan di Kalimantan Barat, khususnya di kabupaten Bengkayang belum
dikelola secara optimal dari sisi penambangan, pemurnian, pengolahan maupun pemasarannya.
Potensi bahan galian di kabupaten Bengkayang hampir tersebar merata di setiap kecamatan.
Salah satunya adalah mineral galian mangan yang merupakan endapan sedimen dan residual.
Pemanfaatan mangan sebagian besar digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk
proses produksi besi baja sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non metalurgi antara lain
untuk produksi baterai kering, keramik, gelas dan bahan kimia (Sahoo, et al., 2001). Banyak
upaya penelitian telah diterapkan untuk mengembangkan proses hidrometalurgi komersial untuk
memperoleh mangan dari bijih. Bijih mangan dapat diekstraksi dengan penambahan zat
pereduksi yang diikuti oleh leaching asam (Sahoo dan Srinivasa, 1989) atau langsung oleh
leaching asam reduktif menggunakan zat pereduksi asam yang berbeda, yang meliputi asam
klorida dan pirit (Kanungo, 1999), campuran larutan metanol dengan asam sulfat (Momade and
Momade, 1999), campuran alkohol dengan asam klorida (Jana, et al., 1995), asam sulfat dengan
oksalat (Sahoo, et al., 2001), campuran asam sulfat dengan sukrosa (Veglio dan Toro, 1994), dan
larutan glukosa dalam media asam (Trifoni, et al., 2000; Furlani, et al., 2006).
Mangan di alam, sebagian besar sebagai pirolusit (MnO2) yang stabil dalam asam atau
alkali pengoksidasi, sehingga proses leaching Mangan dari sumber dilakukan dalam kondisi
tereduksi. Beberapa zat pereduksi telah digunakan sebelumnya dalam media asam yang berbeda
seperti batubara, pirit, besi sulfat, sulfur dioksida dan peroksida (Zhang, et al., 2007).
Zat pereduksi seperti sulfur dioksida dan peroksida dapat membahayakan lingkungan.
Oleh karena itu, banyak penelitian telah berfokus pada leaching bijih mangan menggunakan
reduktor organik terutama karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, selulosa, laktosa, asam oksalat
dan lain-lain. Karbohidrat bersifat tidak berbahaya, rendah biaya dan mudah diperoleh dalam
3. bentuk murni atau sebagai limbah. Berdasarkan studi bahwa karbohidrat merupakan reduktor
yang efektif digunakan pada temperatur kurang dari 90 oC (Su, et al., 2008).
Tandan kosong sawit merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari proses
pengolahan industri kelapa sawit. Menurut (Aryafatta, 2008), komposisi tandan kosong sawit
sebagian besar terdiri dari selulosa 45,95%, hemiselulosa 22,84%; lignin 16,49%; dan abu
1,23%.
Ekstraksi Mangan dari bijih Mangan yang berasal dari Menterado, Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat belum dikaji dan diteliti lebih lanjut mengenai poses
pemurniannya. Pada penelitian dilakukan proses ekstraksi Mangan dengan leaching asam sulfat
menggunakan reduktor tandan kosong sawit pada kondisi temperatur 90 oC selama 120 menit.
4. BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Cara kerja :
A. Penetuan Kadar Air Bijih Mangan (ICS 13.080.99)
Analisis kadar air pada bijih mangan dilakukan dengan metode Gravimetri.
Ditimbang dan dicatat berat cawan porselin yang digunakan, dimasukkan contoh uji
sebanyak 5 g ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang, lalu dipanaskan pada oven
dengan suhu 105oC selama 2 jam. Kemudian didinginkan dan dimasukkan ke dalam
desikator sampai dingin. Selanjutnya ditimbang dan dicatat berat cawan porselin.
Diulangi sampai berat konstan.
B. Penentuan Kadar MnO2 dalam Bijih Mangan (SNI 13-4698-1998)
Preparasi Sampel
Sampel bijih mangan yang digunakan diambil dari area tambang di
Menterado, kabupaten Bengkayang. Bijih mangan dicuci dengan akuades,
dikeringkan dalam oven pada temperatur 60-80 oC selama 2 jam. Kemudian
sampel digiling hingga halus dan diayak menggunakan ayakan 200 mesh.
Selanjutnya sampel disimpan dalam wadah tertutup dan siap untuk digunakan.
Leaching Mangan (Sue, et al., 2008)
Sebanyak 10 g sampel hasil preparasi ditambahkan 50 ml H2SO4 diaduk
pada T= 90 oC, dan proses leaching dimulai setelah penambahan serbuk tandan
kosong sawit kedalam larutan. Rasio perbandingan bijih dan reduktor = 2:1.
Setelah 120 menit, campuran disaring dan residu dicuci dengan akuades. Filtrat
yang diperoleh kemudian diencerkan dengan larutan HNO3 (pH=2) untuk analisis
selanjutnya. Analisis Logam Mn hasil leaching dianalisis menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom.
5. BAB III
PEMBAHASAN
III. 1 Analisis Kadar Air dan Penentuan Kadar MnO2
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terkandung dalam
bijih mangan. Kandungan air yang besar dalam bijih akan mengurangi kualitas dari bijih
tersebut, karena dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi sehingga mempengaruhi berat
sampel yang akan dianalisis.
Penentuan MnO2 dilakukan dengan metode titrasi permanganometri, pada proses ini
terjadi reaksi redoks, dimana mangan (IV) dioksida tereduksi menjadi mangan (II) dalam
suasana asam dengan penambahan oksalat. Kelebihan oksalat yang bereaksi dititrasi oleh
KMnO4. Jumlah MnO2 ditentukan berdasarkan jumlah oksalat yang bereaksi dengan
MnO2. Berdasarkan hasil analisis kadar air dan penentuan kadar MnO2 dalam bijih,
diperoleh kadar air dalam bijih sebesar 2,0% dan kadar MnO2 sebesar 84,47%.
III.2 Preparasi Sampel
Preparasi sampel bijih Mangan meliputi beberapa tahap yaitu: pencucian,
pengeringan, pengerusan (grinding), dan pengayakan. Pencucian bijih mangan dengan
akuades yang bertujuan untuk melarutkan pengotor-pengotor yang bersifat menempel pada
permukaan bijih. Pengeringan sampel bertujuan mengurangi kandungan air yang terikat
dalam sampel yang dapat mempengaruhi pengukuran berat sampel. Penggerusan (grinding)
bertujuan memperkecil ukuran partikel, membebaskan ikatan antar mineral bijih dan
pengotor dan pengayakan dengan ayankan 200 mesh bertujuan menyeragamkan ukuran
partikel sehingga diperoleh distribusi ukuran partikel yang sesuai.
III.3 Ekstraksi (Leaching) Mangan
Pada proses leaching, penggunaan asam sulfat encer berfungsi untuk melarutkan
logam Mn. Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam menghasilkan gas hidrogen
dan logam sulfat. Sebagai contoh, asam sulfat encer bereaksi dengan besi, aluminium,
seng, mangan, magnesium, dan nikel dengan reaksi penggantian tunggal (Wikipedia,
2010).
Dalam asam sulfat, mangan (IV) dioksida akan tereduksi menghasilkan ion mangan
(II) dan gas oksigen.
6. 2MnO2 + 2H2SO4→ 2Mn2+ + O2 + 2SO4
2- ↑+2H2O
Senyawa mangan (IV) bersifat tidak stabil, karena ion mangan (IV), mudah tereduksi
menjadi mangan (II).
Proses leaching berlangsung setelah penambahan reduktor tandan kosong sawit.
Selulosa yang terdapat dalam tandan kosong sawit mengalami reaksi oksidasi dan MnO2
mengalami reaksi reduksi dalam asam sulfat. Berikut reaksi kimia MnO2 dengan selulosa
(Hariprasad, et al., 2009).
12n MnO2 + (C6H10O5)n+12n H2SO4 →12n MnSO4 + 6n CO2 + 17n H2O
Penggunaan reduktor organik telah banyak digunakan dalam proses leaching karena
sifatnya yang ramah lingkungan dan rendah biaya. Reduktor organik yang umum
digunakan merupakan kelompok monomer karbohidrat, turunan aldehid, dan keton karena
memiliki gugus fungsi yang mudah teroksidasi.
Menurut (Su, et al., 2008; Hariprasad, et al., 2009; Veglio, et al., 1994), proses
leaching dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran partikel, konsentrasi zat
leaching, efek temperatur dan waktu leaching. Laju leaching meningkat dengan
berkurangnya ukuran partikel, karena semakin kecil partikel maka luas permukaannya akan
semakin besar sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara padatan terhadap cairan.
Laju leaching juga dipengaruhi oleh konsentrasi zat leaching, dengan meningkatnya
konsentrasi akan menyebabkan laju leaching meningkat. Pada proses leaching dilakukan
pengadukan yang bertujuan mempermudah terjadinya dispersi partikel yang menyebabkan
terjadinya tumbukan antar partikel menjadi lebih cepat.
Pemilihan temperatur leaching pada 90oC dan waktu leaching 120 menit didasarkan
pada kondisi optimal leaching mangan yang dilakukan Su, et al., 2008; dan Hariprasad, et
al., 2009.
Karena pada kondisi ini, efisiensi perolehan logam Mangan meningkat dengan
menurunnya efisiensi logam-logam lain. Peningkatan temperatur dan waktu leaching
memberikan pengaruh terhadap jumlah pengotor logam lain yang larut dalam larutan,
sehingga perlu diketahui temperatur dan waktu leaching yang optimal agar dapat
memaksimalkan perolehan logam mangan.
Pada proses leaching, filtrat dan residu yang terbentuk dipisahkan dengan
penyaringan menggunakan kertas saring. Selanjutnya filtrat yang mengandung logam
7. mangan dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan untuk mengetahui kadar
mangan yang diperoleh dari proses leaching.
Berdasarkan Gambar 1, konsentrasi asam sulfat memberikan pengaruh yang besar
terhadap peningkatan persen ekstraksi. Dengan meningkatnya konsentrasi asam sulfat,
maka terjadi peningkatan perolehan logam mangan. Konsentrasi maksimum H2SO4 2,0 M
memiliki perolehan mangan paling besar yaitu 81,99%. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pada konsentrasi H2SO4 2,0 M merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk
mengekstraksi logam mangan dalam bijih.
Peningkatan konsentrasi asam sulfat menyebabkan peningkatan intensitas serangan
meningkatnya proton H+. Penyerangan proton terjadi karena ukurannya yang kecil dan
potensial ionnya yang besar sehingga ion H+ dapat masuk ke dalam kisi-kisi mineral dan
menggantikan posisi kation yang lepas.
Berdasarkan rentang konsentrasi yang dilakukan pada penelitian ini, dapat dilihat
bahwa semakin meningkatnya konsentrasi H2SO4 yang digunakan pada ekstraksi logam
mangan, maka kemampuan H2SO4 melarutkan mineral akan semakin besar, sehingga
meningkatkan perolehan logam Mangan.
8. BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ekstraksi mangan berhasil dilakukan dengan proses leaching asam sulfat menggunakan reduktor
tandan kosong sawit. Konsentrasi H2SO4 2,0 M merupakan konsentrasi maksimum yang efektif
dalam proses ekstraksi mangan tersebut dengan perolehan Mn, yaitu sebesar 81,99%.
9. DAFTAR PUSTAKA
Aryafatta, 2008, http://new.infogue.com/ mengolah-limbah-sawit-jadi-bioetanol, diakses pada
tanggal 5 mei 2010.
Das, S.C., Sahoo, P.K., 1982, Extraction of Manganese from Low Grade Mnganese Ore by
FeSO4 Leaching, Hydrometallurgy 8, 35- 47.
Furlani, G., Pagnanelli, F., Toro, L., 2006, Reductive Acid Leaching of Manganese Dioxide with
Glucose: Identification of Oxidation derivatives of Glucose, Hydrometallurgy 81, 234-240.
Haifeng, Su., Yanxuan Wen, Fan Wang, Y. Sun, Zhangfa Tong., 2008, Reductive Leaching of
Manganese from Low Grade Manganese Ore in H2SO4 Using Cane Molasses as
Reductant, Hydrometallurgy 93, 136-139.
Hariprasad, D., Dash B, Gosh M.K., and Anand, S., 2009, Mn recovery from medium grade ore
using a waste cellulosic reductant, Indian Journal of Chemical Technology 16, 322-327.
Hazek, M.N. EI, Lasheen, T.A., Helal, A.S., 2006, Reductive Leaching of Manganese from Low
Grade Sinai Ore in HCl using H2O2 as Reductant, Hydrometallurgy 84, 187-191.
Ismangil dan Hanudin, E., 2005, Degradasi Mineral Batuan oleh Asam-asam Organik, Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol 5(1), 1-7.
Jana, R.K., Singh, D.D.N., Roy, S.K., 1995, Alcohol-modified Hydrocloric Acid Leaching of
Sea Nodules, Hydrometallurgy 38 (3), 289-298.
Jiang, T., Yang, Y., Huang, Z., Zhang, B., Qiu, G., 2004, Leaching Kinetics of Pyrolusite from
Manganese Silver Ore in the Presence of Hydrogen Peroxide, Hydrometallurgy 72, 129-
138.
Kanungo, S.B.,1999, Rate Process of the Reduction Leaching of Manganese Nodule in Dilute
HCl in Presence of Pyrite, Part 1: Dissolution behavior of Iron and Sulphur Species during
Leaching, Hydrometallurgy 52, 313-330.
Momade, F.W.Y., Momade, Z.G., 1999, Reductive Leaching of Manganese Ore in Aqueous
Methanol-Sulphuric Acid Medium, Hydrometallurgy 51, 103–113.
Trifoni, M., Toro, L., Vegliò, F., 2001, Reductive Leaching of Manganiferous Ores by Glucose
and H2SO4: Effect of Alcohols, Hydrometallurgy 59, 1-14.