5. Strategi
Penanggulangan TBC
Strategi Nasional Penanggulangan
TBC di Indonesia
Tabel Target Cakupan Terapi Pencegahan
Tuberkulosis (TPT) Tahun 2020-2024
• Strategi Nasional Penanggulangan TBC
tahun 2020-2024 menyatakan bahwa
terapi pencegahan merupakan salah
satu kegiatan penting untuk
mengurangi insidensi TBC nasional.
• Pada tahun 2018, pedoman ILTB WHO
terbaru merekomendasikan perluasan
kelompok sasaran TPT, yang mencakup
kontak serumah yang berusia 5 tahun
ke atas.
• Strategi Nasional Penanggulangan TBC
2020-2024 akan memperluas TPT
untuk semua kontak serumah yang
kontak dengan pasien TBC
terkonfirmasi bakteriologis dan juga
kelompok berisiko tinggi lainnya,
seperti penyandang DM,
imunokompromais, Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) dan lain-lain,
dengan mempertimbangkan konteks
dan sistem yang sudah ada.
9. Mengurangi risiko
reaktivasi
Pencegahan pada
ODHIV memberikan
perlindungan lebih
5 tahun
Menurunkan
insiden TB
Menghentikan
progresivitas
menjadi TB aktif
Manfaat pemberian TPT
■ Risiko ILTB menjadi TB aktif
– 5-10% orang dengan ILTB akan menjadi TB aktif dalam 5 tahun pertama sejak terinfeksi
– 24,4 – 69,2% anak < 15 th kontak dengan TB aktif; 3,3- 5,5%-nya akan menjadi TB aktif
■ Faktor risiko:
1. Kekebalan tubuh lemah
2. ODHIV
3. Malnutrisi
4. Sedang pengobatan kanker
5. Sedang menjalani hemodialisis
6. Sedang menggunakan steroid
7. jangka panjang
10. Perbedaan TBC Laten dan TBC Aktif
TBC LATEN TBC AKTIF
Tidak ada gejala Memiliki salah satu gejala berikut: demam, batuk, nyeri
dada, berat badan turun, keringat malam, hemoptisis,
lemah, dan penurunan nafsu makan
Uji tuberculin (TST) atau IGRA positif Uji tuberculin atau IGRA positif
Foto toraks normal Foto toraks abnormal tetapi bisa normal pada orang
imunokompromis atau TBC ekstraparu
Hasil pemeriksaan mikrobiologi negatif (BTA, kultur, dan
TCM)
Hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat positif ataupun
negatif, termasuk pada kasus TBC ekstraparu
Tidak dapat menularkan Dapat menularkan kuman TBC ke orang lain
Perlu Terapi Pencegahan pada kondisi tertentu Perlu pengobatan sesuai standar terapi TBC
11. ODHIV
Kontak serumah dengan
pasien TBC paru yang
terkonfirmasi
bakteriologis:
a. Anak usia <5 tahun
b. Anak usia 5-14 tahun
c. Remaja dan dewasa
(usia ≥15 tahun)
Kelompok risiko lainnya
dengan HIV negatif
a.Pasien
immunokompromais
lainnya
b.Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP), petugas
kesehatan, sekolah
berasrama, barak
militer, pengguna
narkoba suntik
Sasaran TPT pada ILTB
12. Infeksi Laten Tuberculosis
(ILTB) masih menjadi
tantangan dalam mencapai
program Eliminasi
Tuberkulosis
Pemeriksaan diagnostik dapat
dikerjakan sesuai dengan
sasaran dan alur pemeriksaan
14. 1. Anak < 10 tahun & salah satu gejala
(batuk, demam, riwayat kontak dengan
orang TBC aktif, atau penurunan BB
yang dilaporkan atau terkonfirmasi > 5%
sejak kunjungan terakhir atau kurva
pertumbuhan datar atau BB untuk usia <-
2 Z-skor.
- Bayi <1 tahun tanpa gejala dengan HIV
hanya diobati ILTB jika kontak serumah
dengan orang TBC aktif
2. Batuk, demam, keringat di malam hari,
batuk darah, nyeri dada, sesak napas,
lemah dan lesu, atau penurunan BB
(misal anak <5 tahun tidak terdapat
anoreksia/ nafsu makan normal meskipun
sudah diberikan perbaikan gizi tetapi berat
badan tetap tidak naik/gagal tumbuh). Lesu
atau anak kurang aktif bermain, keringat
malam saja bukan merupakan gejala
spesifik TBC pada anak apabila tidak
disertai gejala umum lainnya.
Alur Pemeriksaan ILTB
15. 3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompromais lainnya
(pasien yang menjalani pengobatan kanker, mendapat
perawatan dialisis, kortikosteroid jangka panjang, sedang
persiapan transplantasi organ, dll) langsung diperiksa
dengan TST atau IGRA (tanpa harus melihat ada tidaknya
gejala TBC).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas
kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna
narkoba suntik.
4. Kontraindikasi pemberian TPT yaitu
hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika
menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol biasa atau berat.
Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan
kontraindikasi.
5. Paduan yang dipilih mempertimbangkan usia, kegawatan
(obat rentan atau lainnya), risiko toksisitas, ketersediaan dan
preferensi.
6. Rontgen thorax atau chest X-ray (CXR) dapat dilakukan
diawal sebagai bagian dari penemuan kasus intensif.
Jika gambaran rontgen dada mendukung TBC (abnormal)
maka orang tersebut terdiagnosis klinis.
Alur Pemeriksaan ILTB
17. Tuberkulosis Sensitif Obat
1. Paduan 6H
• Dosis INH usia < 10 tahun 10 (7-15) mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/ hari)
• Dosis INH usia ≥ 10 tahun 5 mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/hari)
• Dosis obat di sesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan (untuk anak).
• Obat di konsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi, siang, sore
atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
• Lama pemberian 6 bulan (1 bulan = 30 hari pengobatan atau diberikan sebanyak 182
dosis), Obat tetap diberikan selama 6 bulan walaupun kasus indeks meninggal, pindah
atau terkonfirmasi bakterilogisnya atau BTA nya sudah menjadi negatif.
18. • Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat di
sesuaikan dengan jadwal kontrol kasus indeks.
• Pada pasien anak dengan gizi buruk atau HIV, diberikan vitamin B6 10mg
untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk dosis INH >200 mg/
hari.
• Yang berperan sebagai pengawas minum obat adalah orang tua atau
keluarga pasien.
• Bisa diberikan di semua tingkat layanan termasuk di praktik swasta
(dengan catatan sudah bekerja sama dengan puskesmas dan/atau dinas
kesehatan setempat).
19. 2. Paduan 3HP
• Dosis INH dan Rifapentine berdasarkan usia dan berat
• Sebagai catatan, obat ini tidak direkomendasikan penggunaannya
pada anak berusia < 2 tahun dan ibu hamil
20. • Obat dikonsumsi satu kali seminggu, sebaiknya pada waktu yang sama
(pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan
atau 2 jam setelah makan). Pada anak, rifapentine dapat dikonsumsi
dengan cara dihancurkan dan dicampur dengan sedikit makanan,
seperti bubur, pudding, yogurt, es krim dan makanan lain yang disukai
anak, hal ini untuk mengatasi rasa pahit rifapentine. Namun rifapentine
tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan buah atau makanan yang
berbasis buah.
• Lama pemberian 3 bulan (1 bulan = 4 minggu pengobatan atau diberikan
sebanyak 12 dosis), dengan catatan bila keadaan klinis baik (tidak ada
gejala TB yang muncul selama pengobatan), obat tetap diberikan
sampai 3 bulan, jika muncul gejala TB lakukan pemeriksaan untuk
penegakan diagnosis TB.
21. • Obat tetap diberikan selama 3 bulan walaupun kasus indeks meninggal,
pindah atau sputumnya sudah menjadi negatif.
• Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat di
sesuaikan dengan jadwal kontrol kasus indeks.
• Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, diberikan vitamin
B6 10mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk dosis INH
>200 mg/ hari.
• 3HP dapat diberikan kepada pasien HIV yang menjalani pengobatan ARV
yang umum digunakan kecuali Nevirapine dan golongan protase
inhibitor.
22. 3. Paduan 3HR
• Dosis INH usia < 10 tahun 10mg/kg BB/hari (maksimal 300 mg/
hari) dan dosis R usia <10 tahun 15kg/mg BB/hari (maksimal 600
mg/hari).
• Dosis INH usia > 10 tahun 5 mg/kgBB/hari (maksimal 300 mg/hari)
dan dosis R usia > 10 tahun 10 mg/kgBB/hari.
• Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan.
• Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama
(pagi, siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan).
23. • Lama pemberian 3 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan atau diberikan
sebanyak 84 dosis), dengan catatan bila keadaan klinis baik (tidak ada
gejala TB yang muncul selama pengobatan). Jika terbukti sakit TB,
hentikan pemberian TPT dan diberikan OAT.
• Obat tetap diberikan selama 3 bulan walaupun kasus indeks
meninggal, pindah atau sputumnya sudah menjadi negatif.
• Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat
disesuaikan dengan jadwal kontrol kasus indeks.
24. • Pada pasien anak dengan gizi buruk atau infeksi HIV, diberikan
vitamin B6 10mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari dan 2x10 mg untuk
dosis INH >200 mg/ hari.
• Bisa diberikan di semua tingkat layanan termasuk di praktik swasta
(dengan catatan sudah bekerja sama dengan puskesmas dan/atau
dinas kesehatan setempat).
25. 4. Paduan 1HP
• Paduan yang bisa digunakan oleh program TB Nasional untuk masa yang
akan datang.
• 1HP merupakan kombinasi INH dan Rifapentine yang dikonsumsi setiap
hari selama satu bulan.
• Paduan ini hanya diberikan untuk kategori umur ≥ 13 tahun.
• Dosis pemberian 1HP adalah isoniazid 300mg dan rifapentine 600mg
untuk semua BB
• 1HP dapat diberikan kepada pasien HIV yang menjalani pengobatan ARV
yang umum digunakan kecuali Nevirapine dan golongan protase
inhibitor.
27. ALUR PEMILIHAN OBAT TPT TB SO
Anak terindikasi
TPT
Usia < 2
tahun
Tersedia RH
RH 3 bulan
Tidak
tersedia RH
INH 6 bulan
Usia ≥ 2
tahun
Tersedia HP
HP 3 bulan
Tidak
tersedia
Tersedia
RH*
RH 3 bulan
Tidak
tersedia RH
INH 6 bulan
(*) Pasien ODHIV tidak direkomendasikan pemberian obat Rifampisin karena risiko
interaksi dengan anti retroviral, pilihan adalah INH 6 bulan
28. o Levofloksasin 15-20 mg/kgBB/hari dan etambutol 15-25 mg/kgBB/hari selama 6 bulan
o Obat diminum 1-2 jam sebelum makan. Pantau keluhan dan efek samping selama minum obat
o Jika hasil uji kepekaan kasus indeks resisten florokuinolon, maka tidak bisa menggunakan
Levofloksasin dan etambutol
Bagaimana TPT untuk TB RO?
30. c. Kepatuhan dan keteraturan minum obat
1. Penilaian kepatuhan minum obat dilakukan setiap bulan
2. Penyebab ketidakteraturan minum obat harus dicari dan didiskusikan
pemecahannya
3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dilakukan baik pada pasien
maupun anggota keluarga yang berperan sebagai pengawas menelan obat
(PMO)
4. Penting untuk menekankan bahwa TPT diberikan pada anak yang tidak ada
gejala untuk mencegah infeksi dan sakit TBC
5. Hasil evaluasi bulanan, bila saat kontrol tidak ada masalah, maka
pemberian TPT dapat dilanjutkan untuk bulan berikutnya
31.
32. Pengobatan lengkap
■ 6H: 180 dosis selama 6 bulan atau minimal 144 dosis selama 239 hari
■ 3 HP: 12 dosis selama 3 bulan atau minimal 11 dosis selama 120 hari
■ 3 HR: 90 dosis selama 3 bulan atau minimal 72 dosis selama 120 hari
■ 4R: 120 dosis selama 4 bulan atau minimal 96 dosis selama 150 hari
■ 1 HP: 30 dosis selama 1 bulan atau minimal 24 dosis selama 40 hari
33. Tabel 3.1 Proses pemberian TPT
paduan TPT yang dipilih:
Tabel 8. Proses Pemberian TPT
Paduan TPT Durasi
total
(bulan)
Jumlah
dosisyang
diharapkan
80%dari rekomen-
dasi jumlah dosis
Perpanjangan waktu
untuk penyelesaian
pengobatan
(durasi pengobatan
+ 33%tambahan
waktu)
6H(harian) 6 182 146 239
3HR(harian) 3 84 68 120
3HP(minggu-
an)
3 12 11
(90%dari rekomen-
dasi jumlah dosis)
16
1HP(harian) 1 28 23 40
b. Putus berobat
Jika dewasa maupun anak tidak minum obat TPT selama 1
41. Formulir
TBC.01P
Data identitas
penerima TPT
Data pemeriksaan
Data kasus indeks
(jika kontak serumah)
dan data faktor risko
(jika merupakan
kelompok risiko lain)
Data paduan TPT
Absensi pemberian
TPT
Data hasil akhir TPT
42. Formulir TBC.15
Semua penerima TPT yang tercatat di register
formulir TBC.15 harus memiliki kartu TBC.01P,
begitupun sebaliknya
Merupakan register yang
berisi daftar penerima TPT
43. Kontak serumah yang teridentifikasi dari
kegiatan Investigasi Kontak dan memenuhi
syarat diberikan TPT akan dicatat ‘Tanggal
Pemberian TPT’ nya di Formulir TBC.16K.
Kemudian pencatatan pemberian TPT
dilanjutkan di formulir TBC.01P
Formulir TBC.16K
44. Alur Pencatatan TPT pada Kontak Serumah
Kegiatan
Investigasi
Kontak (Pasif dan
Aktif)
Kontak Serumah
Eligible
Mendapatkan TPT
Pencatatan Data
Penerima TPT
Pencatatan
Paduan TPT dan
Absensi Terapi
Pencatatan Hasil
Akhir TPT
Form TBC.16K
Form TBC.01P, TBC.15
SITB: Modul Investigasi Kontak
SITB: Modul Terapi Pencegahan TBC
45. Alur Pencatatan TPT pada Kelompok Risiko
Lainnya
Kelompok
Risiko Lain
Eligible
Mendapatkan
TPT
Pencatatan
Data Penerima
TPT
Pencatatan
Paduan TPT
dan Absensi
Terapi
Pencatatan
Hasil Akhir
TPT
Form TBC.01P, TBC.15
SITB: Modul Terapi Pencegahan TBC
47. Pencatatan Data Kontak Serumah di SITB
Pilih IK TBC internal (baik SO atau
RO) untuk melihat/mencatat data
kontak dari kasus indeks di internal
faskes
48. Pencatatan Data Kontak Serumah di SITB
Data pasien TBC
(kasus indeks)
Klik ikon pensil untuk
menginput data petugas
investigasi kontak dan
data kontak
49. Pencatatan Data Kontak Serumah di SITB
Input data yang berkaitan
dengan pelaksanaan
investigasi kontak,
kemudian simpan
52. Pencatatan Data Kontak Serumah di SITB
Input data investigasi
kontak
Field ‘Memenuhi
syarat rujukan’ akan
menyesuaikan
dengan data hasil
investigasi kontak 🡪
‘Memenuhi syarat
rujukan terduga’
atau ‘Memenuhi
syarat rujukan TPT’
Pada contoh ini,
kontak tersebut
‘Memenuhi syarat
rujukan terduga’
karena memiliki
gejala TB 🡪 lanjutkan
input data terduga
53. Pencatatan TPT pada Kontak Serumah di SITB
Apabila Kontak memenuhi syarat
mendapatkan TPT, akan muncul
tombol “+” yang mengarahkan ke
Modul Terapi pencegahan TBC
Berikut adalah tampilan Data Kontak
pada Modul Investigasi Kontak
Pada contoh ini, Kontak a.n.
Gusdinar memenuhi syarat TPT
karena hasil pemeriksaan TBC
nya adalah “Tidak TBC”
54. Data Identitas Penerima
TPT
Apabila tombol “+” diklik, akan muncul halaman
pencatatan TPT pada Modul Terapi Pencegahan TBC
Data identitas penerima
TPT a.n. Gusdinar akan
terisi otomatis
berdasarkan data yang
diisi pada Modul
Investigasi Kontak
Data fakor risiko dan
Data Kasus Indeks
(pasien TBC) juga akan
terisi otomatis .
55. Kemudian lengkapi Data Register, lalu klik
“Simpan” sebelum melanjutkan ke
penginputan paduan TPT
Pada tab “Terapi
Pencegahan”, klik “Edit
Data Paduan” untuk
menginput paduan TPT
56. Lengkapi data tanggal mulai
TPT, Berat Badan, Paduan TPT,
dan Sumber Obat. Field Lama
Terapi Pencegahan otomatis
di-generate oleh sistem
Jika paduan TPT sudah
diinput, akan muncul
tabel absensi untuk
mencatat pemberian
TPT
Apabila terapi sudah selesai, input hasil
akhir Terapi pencegahan dengan klik “Edit
Data Akhir Terapi Pencegahan”
57. Pencatatan TPT pada Kelompok
Risiko Lain di SITB
Apabila penerima TPT merupakan Kelompok Risiko Lain
(bukan Kontak Serumah), penginputan TPT dilakukan
dengan membuka modul “Terapi Pencegahan TBC”
pada menu “Kasus”
Klik tombol ‘Tambah’ untuk menambahkan data penerima
TPT yang baru
58. Pada bagian Faktor Risiko, field
Serumah diisi dengan “Tidak”.
Kemudian ceklis salah satu
Faktor Risiko Lain yang sesuai.
Lanjutkan penginputan Data Register, Data Paduan, Absensi Terapi Pencegahan, dan
Data Hasil Akhir Terapi. Cara penginputan sama seperti penginputan TPT pada Kontak
Serumah
60. Laporan TPT yang Dapat Diakses di SITB
Laporan TBC.15
Fasyankes
(berisi data individu)
Laporan TBC.15
Kab/Kota,
Provinsi, dan
Nasional
(berisi data agregat)
Laporan Cakupan Faktor
Risiko Kontak Serumah
dan Faktor Risiko Lainnya
yang Mendapatkan TPT
Laporan
Utama
Laporan
Analisis
Tambahan
61. Melihat Data Individu TPT pada Laporan TBC.15
Fasyankes
Klik Menu
“Laporan”
Pilih TBC.15 Fasyankes
Sesuaikan kebutuhan data pada
filter, lalu klik Ok atau Export untuk
mendownload laporan
Klik link download yang muncul
untuk mendownload laporan ke
folder penyimpanan