Dokumen tersebut membahas prosedur pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) pada orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) yang tidak mengalami tuberkulosis aktif, termasuk identifikasi target, skrining untuk mengecualikan kasus TB aktif, pemeriksaan infeksi laten TB, dan prosedur pemberian berbagai paduan obat TPT serta monitoring dan evaluasi."
2. Kondisi Saat Ini
Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia untuk beban TBC tertingi,
dengan insiden sebesar 320/100.000 penduduk serta angka kematian sebesar
40/100.000 penduduk dan 3,6/100.000 penduduk TBC-HIV.
Tahun 2014 :
1.700.000.000 orang
dengan ILTB, dimana 35%
berasal dari wilayah Asia
Tenggara termasuk
Indonesia.
Global TB Report (2019):
hanya 7.681 ODHIV (16%)
yang mendapatkan
pengobatan pencegahan
INH (PP INH).
Tingkat kepatuhan dan
penyelesaian terapi PP INH
masih rendah, terutama
karena lamanya masa
pemberian obat.
4. Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) pada ODHIV
Sistem kekebalan
tubuh ODHIV tidak
mampu mengeliminasi,
namun dapat
mengendalikan bakteri
M. tuberculosis Tidak
timbul gejala TBC
5-10% orang dengan
ILTB akan berkembang
menjadi TBC aktif dalam
waktu 5 tahun sejak
pertama kali terinfeksi
Risiko TBC pada ODHIV
karena sistem kekebalan
tubuh lemah Risiko
dapat dikurangi dengan
pemberian TPT
5.
6. TPT untuk Kasus ILTB
Pemberian TPT pada kelompok sasaran di atas diharapkan dapat mencegah seseorang berisiko
tertular TBC, memutus mata rantai penularan TBC, dan mencapai eliminasi TBC tahun 2030.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016, paragraf 6 pasal 15
TPT ditujukan pada anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien
TBC aktif, ODHIV/ODHA yang tidak terdiagnosa TB, dan populasi tertentu lainnya.
Pemberian TPT untuk kasus ILTB di Indonesia pada orang dengan HIV/AIDS (ODHIV/ODHA)
yang tidak sakit TBC mulai diperkenalkan sejak tahun 2016.
7. Identifikasi target
populasi
• ODHIV, kontak,
atau lainnya
Skrining untuk
eksklusi penderita
TBC aktif
• Skrining gejala klinis/pemeriksaan
rontgen thorax
Pemeriksaan ILTB • TST/IGRA
Pemberian TPT
• Pilihan INH,
RIF, RPT
Implementasi,
monitoring dan
evaluasi
Kaskade Pelayanan ILTB
Keterengan:
• ODHIV: Orang dengan HIV
• TST: tuberculin skin test)
• IGRA: Interferon gamma release assays
• INH: Isoniazid
• RIF: Rifampisin
• RPT: Rifapentine
Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020.
9. Skrining Kasus TBC
Aktif pada Populasi
ODHIV
•Pemberian TPT pada pasien
dengan TBC aktif dapat
menghambat proses
penyembuhan dan memicu
terjadinya resistensi obat
Perlu dilakukan skrining kasus
TBC aktif pada kaskade
pelayanan ILTB
Skrining dengan mengevaluasi adanya
gejala klinis TBC seperti batuk, demam,
kehilangan berat badan, atau berkeringat
di malam hari
Gejala (–)
Tidak memiliki TBC
aktif
Gejala (+)
Pemeriksaan TBC
sesuai standar untuk
menentukan apakah
terdapat TBC aktif
10. Hasil Pemeriksaan
yang Menunjukkan
Adanya ILTB
Hasil pemeriksaan ILTB positif
menunjukkan bahwa pasien dapat
memperoleh manfaat dari
pemberian TPT
Pada ODHIV, pemberian TPT dapat
dilakukan bila diperoleh hasil
skrining TBC aktif (–) tanpa harus
dilakukan pemeriksaan TST atau
IGRA maupun rontgen thorax
•Tuberculin Skin Test (TST) positif
(indurasi ≥5 mm pada ODHIV)
Interferon Gamma-Release Assay
(IGRA) positif
Rontgen thoraks normal
Pemeriksaan dahak serta Xpert
MTB/Rif® negatif
11. Algoritma Pemeriksaan ILTB dan
Pemberian TPT untuk ODHIV
ODHIV
Ada gejala(1) seperti batuk atau demam atau
kehilangan berat badan atau berkeringat di malam hari
Tidak Ya
Kontraindikasi
pemberian TPT(2)
Tidak Ya
Pemeriksaan TBC
sesuai standar
Bukan TBC TBC aktif
OAT
Pemberian TPT Tunda Pemberian TPT
Pantau adanya TBC aktif secara rutin, termasuk pada pasien
yang sudah menyelesaikan TPT
Keterangan (1) : Gejala
• Untuk anak usia < 10 th, dianggap bergejala jika
ditemukan adanya salah satu diantara:
1. Gejala seperti batuk atau demam
2. Riwayat kontak dengan orang TBC aktif
3. Dilaporkan atau terkonfirmasi mengalami penurunan berat
badan > 5% sejak kunjungan terakhir
4. Kurva pertumbuhan datar atau berat badan untuk usia <-2
Z-skor.
• Bayi HIV (+) usia <1 tahun tanpa gejala hanya diobati
untuk ILTB jika mereka kontak serumah dengan orang TBC
aktif.
Keterangan (2) : Kontraindikasi
• Kontraindikasi: hepatitis akut atau kronis, neuropati
perifer (jika menggunakan isoniazid), konsumsi alkohol
biasa atau berat.
• Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan
merupakan kontraindikasi.
13. Pemberian TPT untuk ODHIV
*) Bila 3HR belum tersedia maka dapat menggunakan pilihan paduan TPT 6H, bila 3HR sudah tersedia
maka TPT untuk anak usia <2 tahun menggunakan paduan 3HR
**) Bila terdapat kontraindikasi untuk paduan berbasis rifampisin seperti 3HP atau 3HR (meliputi
pemberian terapi ARV yang memiliki interaksi dengan rifampisin, sedang hamil atau menyusui, dan
sedang mengalami malaria berat), maka alternatif lain dapat menggunakan paduan 6H
Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020.
14. Prosedur Pemberian
Paduan 6H
•Dosis INH usia < 10 tahun
10mg/kg BB/hari
(maksimal 300 mg/hari)
Dosis INH usia ≥ 10 tahun
5mg/kg BB/hari
(maksimal 300 mg/hari)
Dosis obat di sesuaikan
dengan kenaikan berat badan
setiap bulan
Diberikan pengobatan
pencegahan INH selama 6 bulan
(Obat diminum 1 kali/hari,
1 bulan = 30 hari pengobatan,
total sebanyak 180 dosis)
15. Prosedur Pemberian Paduan 6H
• Obat di konsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi, siang,
sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan)
• Hindari makanan berlemak karena konsentrasi dapat berkurang sampai 50%
• Bila keadaan klinis baik (tidak ada gejala TBC yang muncul selama pengobatan),
obat tetap diberikan sampai 6 bulan
• Jika muncul gejala TBC lakukan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis TBC, jika
terbukti sakit TBC, hentikan pemberian TPT dan diberikan OAT
16. Prosedur Pemberian Paduan 6H
•Pada pasien anak dengan infeksi
HIV, diberikan vitamin B6 10mg
untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari
dan 2x10 mg untuk dosis
INH >200 mg/ hari.
Pada pasien dewasa dengan
infeksi HIV, diberikan dosis
INH 300 mg/hari dan
vitamin B6 25 mg/hari.
Tidak ada interaksi dengan
semua jenis ARV, sehingga
aman diberikan pada ODHIV
yang sedang memperoleh ARV
17. Dosis untuk usia 2 – 14 tahun
Sediaan Obat 10 – 15 kg 16 – 23 kg 24 – 30 kg 31 -34 kg > 34 kg
INH 100 mg (tablet) 3 5 6 7 7
Rifapentine 150 mg (tablet) 2 3 4 5 5
Dosis untuk usia > 14 tahun
Sediaan Obat 30 – 35 kg 36 – 45 kg 46 – 55 kg 56 – 70 kg > 70 kg
INH 100 mg (tablet) 3 3 3 3 3
Rifapentine 150 mg (tablet) 6 6 6 6 6
Prosedur Pemberian Paduan 3HP
Diberikan pengobatan pencegahan INH dan Rifapentine selama 3 bulan
(Obat diminum 1 kali/minggu, 1 bulan = 4 minggu pengobatan,
total sebanyak 12 dosis)
Dosis INH maksimal 900 mg/hari dan Rifapentine maksimal 900 mg/hari, disesuaikan dengan kenaikan BB/bulan
18. Prosedur Pemberian Paduan 3HP
•Hanya dapat digunakan pada usia mulai ≥2 tahun, tidak direkomendasikan pada
anak usia < 2 tahun dan ibu hamil
Obat dikonsumsi 1x/minggu, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi, siang,
sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum/2 jam setelah makan)
Pada anak, rifapentine dapat dihancurkan dan dicampur dengan sedikit
makanan (bubur, pudding, yogurt, es krim, dll) untuk mengatasi rasa pahit
Rifapentine tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan buah atau makanan
yang berbasis buah
19. Prosedur Pemberian Paduan 3HP
Anak ODHIV diberikan
vitamin B6 10 mg untuk dosis
INH ≤ 200 mg/hari
dan 2x10 mg untuk dosis
INH >200 mg/ hari
ODHIV dewasa diberikan
vitamin B6 dengan dosis
25 mg/hari untuk dikonsumsi
sekali seminggu
Pasien dengan tanda
neuropati perifer diberikan
vitamin B6 50 mg/hari untuk
dikonsumsi sekali seminggu
Jika muncul gejala TBC lakukan
pemeriksaan untuk penegakan
diagnosis TBC, jika terbukti sakit
TBC, hentikan pemberian TPT
dan diberikan OAT
20. Prosedur Pemberian Paduan 3HP
Interaksi
dengan ARV
Terjadi interaksi dengan semua jenis protease
inhibitor (PI), nevirapine dan semua NNRTI, serta
tenofir alafenamide (TAF)
3HP dapat diberikan kepada pasien HIV yang
menjalani pengobatan ARV yang umum digunakan
kecuali Nevirapine dan golongan protase inhibitor
ARV seperti TDF (renofovir disporoxil fumarate),
efavirenz (600 mg), dolutegravir, atau raltegravir
aman digunakan tanpa perlu perubahan dosis
21. Prosedur Pemberian
Paduan 3HR
•Usia < 10 tahun
INH 10mg/kg BB/hari
(maks 300 mg/ hari) +
Rifampicin 15kg/mg BB/hari
(maksimal 600 mg/hari)
Usia ≥ 10 tahun
INH 5 mg/kg BB/hari
(maksimal 300 mg/hari) +
Rifampicin 10 mg/kg BB/hari
Dosis obat di sesuaikan
dengan kenaikan berat badan
setiap bulan
Diberikan pengobatan
pencegahan INH dan
rifampicin selama 3 bulan
(Obat diminum 1 kali/hari,
1 bulan = 28 hari pengobatan,
total sebanyak 84 dosis)
22. Prosedur Pemberian Paduan 3HR
• Obat dikonsumsi 1x/hari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi, siang,
sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum/2 jam setelah makan)
• Anak ODHIV diberikan vitamin B6 10 mg untuk dosis INH ≤ 200 mg/hari
dan 2x10 mg untuk dosis INH >200 mg/ hari
• ODHIV dewasa diberikan vitamin B6 dengan dosis 25 mg/hari untuk
dikonsumsi sekali seminggu
• Jika muncul gejala TBC lakukan pemeriksaan untuk penegakan diagnosis
TBC, jika terbukti sakit TBC, hentikan pemberian TPT dan diberikan OAT
23. Prosedur Pemberian Paduan 3HR
Interaksi dengan ARV
Terjadi interaksi dengan semua jenis protease inhibitor,
nevirapine, dan hampir semua NNRTI lain
ARV seperti TDF (renofovir disporoxil fumarate)
dan efavirenz (600 mg) dapat diberikan dengan aman
ARV seperti tenofir alafenamide (TAF) dapat diberikan
dengan perhatian khusus
ARV seperti dolutegravir atau raltegravir dapat diberikan
dengan perubahan dosis
25. Evaluasi Munculnya Gejala TBC pada
ODHIV usia 0 – 14 Tahun
Untuk usia < 10 tahun, pantau BB,
apakah mengalami penurunan > 5%
sejak kunjungan terakhir, kurva
pertumbuhan datar, atau BB
sesuai usia < -2 Z-Skor
Pantau BB anak sesuai
grafik dan waspadai arah
garis pertumbuhan BB
pada grafik tumbuh
kembang dalam KMS
Apakah ada keluhan
seperti batuk, demam,
penurunan berat badan,
atau berkeringat di
malam hari
Periksa apakah ada
pembesaran kelenjar getah
bening di leher, ketiak dan
inguinal, serta gejala TBC di
organ lain
Jika terdapat gejala
TBC, maka dilakukan
pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis
TBC aktif
26. Evaluasi Munculnya Gejala TBC pada
ODHIV usia ≥15 Tahun
Jika terdapat gejala TBC seperti di atas, maka dilakukan
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TBC aktif
•Tanyakan ada tidaknya keluhan terkait gejala TBC, seperti : batuk,
demam, penurunan berat badan, atau berkeringat di malam hari
27. Evaluasi Adanya Efek Samping
•Apakah ada keluhan seperti mual muntah, tampak kuning, atau gatal?
Apakah ada tanda-tanda seperti ikterik, pembesaran hepar, atau ruam di kulit?
Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka obat sementara dihentikan
dan lakukan tatalaksana efek samping
Jika reaksi obat berat,
segera diberikan
perawatan suportif
dan lakukan rujukan
jika reaksi obat sedang/ringan, berikan perawatan
suportif dan observasi hingga reaksi obat
menghilang, jika reaksi akibat obat terus muncul,
maka lakukan pemeriksaan lebih lanjut
28. Evaluasi Kepatuhan Minum Obat
Jika terdapat ketidakteraturan minum obat, harus dicari permasalahannya dan
didiskusikan pemecahannya
Memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada pasien dan anggota
keluarga terdekat yang berperan sebagai pengawas minum obat
Perlu memberikan informasi perlunya minum obat pada ODHIV dengan ILTB
meskipun tidak ada gejala, karena sebetulnya telah terinfeksi kuman TBC dan
obat bertujuan mencegah sakit TBC
Keteraturan minum obat dipantau melalui formulir TBC.01P.
30. Isoniazid (INH)
• Berikan atau tingkatkan dosis
piridoksin (B6)
• Jika menetap atau berat,
hentikan INH
Neuropati perifer
• Hentikan minum obat, tes
fungsi hati; tunggu sampai
fungsi hati normal
• Obat diberikan sekuensial satu
demi satu setiap 2 hari
sebelum menambah obat
Hepatotoksisitas
• Neuropati perifer
Terjadi pada kurang dari 0,2%
orang yang menjalani TPT 6H
• Hepatotoksisitas
Terjadi pada 2-6% orang yang
menjalani TPT 6H
31. Isoniazid (INH)
Verifikasi dosis obat,
hentikan obat yang diduga
menjadi penyebab
Jika gejala menetap,
hentikan obat yang paling
mungkin jadi penyebab
Jika gejala berat atau
menetap, hentikan obat
yang paling mungkin
menjadi penyebab atau
mengurangi dosis
Gangguan neuropsikiatri
32. Rifampisin (R) dan
Rifapentine (P)
• Reaksi seperti flu (flu-like
syndrome) berupa demam, lemas,
lelah, sakit kepala, nyeri otot,
takikardi atau palpitasi, berkeringat
atau gejala lainnya
• Hepatotoksisitas (pada 1% orang
yang menjalani 3HP)
• Ruam kulit
• Gejala gangguan pencernaan
seperti mual, muntah, atau
sakit perut
• Hentikan obat
• Pertimbangkan pemberian
obat antihistamin
(diphenhydramine,
loratadine, dll)
• Antiemetik, antidiare
• Bronkodilator
• Steroid
• Tunggu sampai gejala
klinis membaik
33. Rifampisin (R) dan
Rifapentine (P)
Perubahan warna cairan tubuh
seperti urin, keringat atau air mata
Berikan konseling agar pasien
tahu bahwa perubahan
warna cairan tubuh
merupakan hal yang
normal karena hasil
ekskresi dari pengobatan
dan tidak berbahaya
34. Rifampisin (R) dan
Rifapentine (P)
Hipersensitivitas seperti hipotensi,
pingsan, takikardi, anapilaksis atau
bronkoplasma
Reaksi ini sangat jarang terjadi
(Pada sekitar 4% orang yang
menjalani 3HP)
• Hentikan minum obat
• Berikan perawatan
dukungan pada kondisi
mendesak
• Melakukan rujukan untuk
pemeriksaan dan
tatalaksana lanjut
yang dibutuhkan
37. 1 dosis terlewat dalam
jadwal mingguan
• Jika dosis terlewat 2 hari
didepan minum obat
segera, lanjut sesuai
jadwal yang sama
• Jika dosis terlewat >2hari
didepan minum obat,
ubah jadwal menjadi
jadwal dosis terlewat
>1 minggu terlewat
• Jika antara 1-3 minggu
terlewat diteruskan
sampai 12 dosis terpenuhi
(durasi menjadi max 16
minggu)
• Jika >4 minggu terlewat
ulang TPT
• Pertimbangkan rejimen
harian jika tidak bisa patuh
mingguan
Tatalaksana TPT yang Terlewat
Rejimen
3HP
38. 1 dosis terlewat dalam
jadwal mingguan
• Jika dosis terlewat 2 hari
didepan minum obat
segera, lanjut sesuai
jadwal yang sama
• Jika dosis terlewat >2hari
didepan minum obat,
ubah jadwal menjadi
jadwal dosis terlewat
>1 minggu terlewat
• Jika antara 1-3 minggu
terlewat diteruskan
sampai 12 dosis terpenuhi
(durasi menjadi max 16
minggu)
• Jika >4 minggu terlewat
ulang TPT
• Pertimbangkan rejimen
harian jika tidak bisa patuh
mingguan
Tatalaksana TPT yang Terlewat
Rejimen
3HP
39. Edukasi & Saran Tindakan
TPT yang Terlewat
Menyampaikan alasan tertunda
Edukasi pentingnya menyelesaikan TPT
Cari cara terbaik menyelesaikan TPT
40. Hasil Akhir Pemberian TPT
Pengobatan Lengkap
Gagal TPT meninggal
Putus Berobat
(>1 bulan)
Tidak
dievaluasi