"Without laying a strong foundation for culture and aligning employees to a digital vision, it will be extremely difficult to make any meaningful progress on digital transformations"
2. Seta A. Wicaksana
0811 19 53 43
wicaksana@humanikaconsulting.com
• Managing Director of Humanika Amanah Indonesia –
Humanika Consulting
• Managing Director of Humanika Bisnis Digital – hipotest.com
• Wakil Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia wilayah DKI
• Business Psychologist
• Organizational Development Expertise
• Certified of Human Resources as a Business Partner
• Certified of Risk Professional
• Certified of HR Audit
• Certified of I/O Psychologist
• Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Pancasila
• Pembina Yayasan Humanika Edukasi Indonesia
• Penulis Buku : “SOBAT WAY: Mengubah Potensi menjadi
kompetensi” Elexmedia Gramedia 2016, Industri dan
Organisasi: Pendekatan Integratif menghadapi perubahan,
DD Publishing, 2020
• Sedang mengikuti tugas belajar Doktoral (S3) di Fakultas Ilmu
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Bidang MSDM
• Fakultas Psikologi S1 dan S2 Universitas Indonesia
• sekolah ikatan dinas Akademi Sandi Negara
3. Mengapa transformasi digital penting untuk perusahaan ?
• Perilaku Pelanggan yang berubah
Transformasi digital serta kemajuan teknologi telah membawa
perubahan pada perilaku pasar. Saat ini sebagian besar
konsumen lebih cenderung untuk melakukan transaksi secara
online. Hanya dengan perangkat smartphone yang terhubung
dengan koneksi internet, konsumen dapat membeli berbagai
kebutuhan mereka tanpa harus datang ke outlet. Jika
perusahaan tetap ingin dapat bersaing di era digital, maka
kemudahan ini juga harus disediakan di dalam bisnis.
• Memenuhi kepuasan Pelanggan
Transformasi digital memudahkan konsumen memperoleh
informasi terkait produk atau jasa yang Anda tawarkan tanpa
terbatas waktu dan tempat. Pelayanan pun dapat dilakukan
lebih optimal, baik itu dalam hal proses transaksi pembelian,
pengiriman, penyampaian keluhan atas kendala yang mungkin
terjadi maupun penanganan atasnya. Sehingga kepuasan
konsumen pun meningkat.
• Efisien dan efektif (hemat biaya dan waktu)
Setelah transformasi digital, semua sistem akan
terkomputerisasi dan terintegrasi. Pelayanan konsumen dan
pemasaran dapat berjalan lebih optimal. Kemungkinan human
error yang dapat mengakibatkan kerugian pun dapat
diminimalisir. Hal ini tentu merupakan upaya efisiensi yang
efektif. Tidak hanya dari segi waktu dan biaya saja, tetapi juga
tenaga.
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Proses internal
Model bisnis
Pertumbuhan yang
Berkelanjutan
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Transformasi Digital (Mengapa?)
Perilaku
Pelanggan
Berubah
Kepuasan
Pelanggan
Digitalisasi
https://www.hanindo.co.id/portfolio/cari-tahu-pentingnya-transformasi-digital-pada-bisnis-anda
4. Transformasi Digital (Mengapa?)
https://www.hanindo.co.id/portfolio/cari-tahu-pentingnya-transformasi-digital-pada-bisnis-anda
• Mengurangi Risiko Kecurangan Internal
Pengembangan TI (Teknologi Informasi) beserta segala
sistem yang terkomputerisasi dan terintegrasi sebagai
bentuk transformasi digital dapat mengurangi risiko
kecurangan yang terjadi dalam internal perusahaan.
Sebab, setiap data informasi dan laporan akan terekam
dalam database serta ada sistem keamanan yang
membuat akses pada data krusial hanya terbatas pada
orang yang memiliki otoritas.
• Meningkatkan Nilai Saing dan Profit
Di era digital seperti saat ini, ada lebih banyak
tantangan yang harus dihadapi dalam berbisnis. Salah
satunya adalah ketatnya persaingan bisnis. Laju bisnis
di era digital bergerak dinamis dan sangat cepat. Agar
tidak kalah dalam persaingan bisnis atau setidaknya
bisa bertahan tetap eksis di pasar, sebagai pengusaha
Anda harus meningkatkan nilai saing dengan
melakukan transformasi digital. Dengan begitu profit
pun dapat meningkat.
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Proses internal
Pertumbuhan yang
Berkelanjutan
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Perilaku
Pelanggan
Berubah
Kepuasan
Pelanggan
Digitalisasi
Model bisnis
5. Transformasi digital berperan dalam
pertumbuhan yang berkelanjutan
perusahaan, dimana transformasi digital
merupakan investasi jangka panjang yang
membuat jalannya perusahaan menjadi
lebih mudah dan murah.
Salah satunya adalah data analysis. Walau
semuanya menjadi lebih efisien, IT leaders,
harus lah mengambil tindakan berani dalam
mengelola masalah-masalah yang dapat
berujung pada hancurnya perusahaan,
karena cyber attack dan pencurian data
semakin mudah dilakukan dalam era digital
ini.
Dengan perubahan-perubahan internal,
diharapkan terjadi peningkatan dari
customer experience—faktor yang memulai
dan mengakhiri transformasi digital.
Transformasi Digital (Mengapa?)
The Entreprisers Project. (2020). What is digital transformation?. Retreived from https://enterprisersproject.com/what-is-
digital-transformation#q2
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Proses internal
Model bisnis
Pertumbuhan yang
Berkelanjutan
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Perilaku
Pelanggan
Berubah
Kepuasan
Pelanggan
Digitalisasi
6. Transformasi Digital (Mengapa?)
• Strategi dan pengalaman pelanggan
Pelanggan berada di pusat banyak proyek transformasi digital. Masuk
akal, bukan? Karena meningkatkan pengalaman pelanggan adalah
prioritas utama di sebagian besar organisasi. Upaya transformasi digital
bergantung pada teknologi digital untuk mengubah wawasan pelanggan
menjadi produk dan layanan yang berpusat pada pelanggan. Ini
membantu organisasi untuk lebih melibatkan pelanggan – dan
mendapatkan nilai lebih untuk bisnis.
• Proses internal
Transformasi digital sering digunakan untuk meningkatkan ketangkasan
dan efisiensi operasional. Ketika teknologi seperti AI dan analitik
canggih digunakan untuk meningkatkan proses bisnis internal,
transformasi menjadi mungkin. Automasi mempercepat proses sambil
membebaskan pekerja untuk fokus pada tugas yang lebih strategis. Dan
dashboard layanan mandiri memberi karyawan akses yang lebih baik ke
wawasan, mempercepat, dan meningkatkan pengambilan keputusan di
seluruh organisasi.
• Model bisnis
Perusahaan yang gagal mengembangkan kepunahan risiko. Sebaliknya,
mereka yang menyelaraskan komponen transformasi digital untuk
menyesuaikan model bisnis mereka dapat menciptakan penawaran
digital baru dan aliran pendapatan untuk berkembang bersama pasar.
Ingat bagaimana Netflix dulu mengirim DVD? Dengan mendigitalkan
model bisnisnya, Netflix telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan
hiburan terbesar di dunia.
https://www.sas.com/id_id/insights/data-management/digital-
transformation.html#:~:text=Transformasi%20digital%20sering%20digunakan%20untuk,bisnis%20internal%2C%20transfor
masi%20menjadi%20mungkin.
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Proses internal
Model bisnis
Pertumbuhan yang
Berkelanjutan
Strategi dan
pengalaman
pelanggan
Perilaku
Pelanggan
Berubah
Kepuasan
Pelanggan
Digitalisasi
7. • Transformasi digital sebagai proses memanfaatkan teknologi
digital yang ada seperti teknologi virtualisasi, komputasi
bergerak (mobile computing), komputasi awan (cloud
computing), integrasi semua sistem yang ada di organisasi dan
lain sebagainya (Loonam, 2018).
• Transformasi Digital sebagai dampak yang diperoleh atas
digunakannya kombinasi inovasi digital yang dihasilkan sehingga
menimbulkan perubahan terhadap struktur, nilai, proses, posisi
ataupun ekosistem di dalam organisasi maupun lingkungan luar
organisasi (Hinings, 2018).
• transformasi digital adalah sebuah proses evolusi yang bertumpu
pada kemampuan yang dimiliki dan teknologi digital untuk
menciptakan atau mengubah proses bisnis, proses operasional
dan pengalaman pelanggan sehingga menimbulkan nilai yang
baru (Morakanyane, 2017)
• Jadi, transformasi digital adalah sebuah proses yang
radikal/luar biasa dimana proses tersebut melibatkan sumber
daya yang dimiliki termasuk memanfaatkan teknologi digital
yang ada saat itu untuk menghasilkan luaran dari organisasi
untuk memberikan pengalaman baru. Pengalaman baru ini bisa
berwujud sebagai sebuah nilai baru yang didapatkan oleh
konsumen seperti kemudahan bertransaksi, berbelanja,
berkomunikasi, dan lain sebagainya.
Transformasi Digital (Apa?)
R. Morakanyane, A. Grace, and P. O’Reilly, “Conceptualizing digital transformation in business organizations: A systematic review of literature,” 30th
Bled eConference Digit. Transform. – From Connect. Things to Transform. our Lives, BLED 2017, pp. 427–444, 2017.
J. Loonam, S. Eaves, V. Kumar, and G. Parry, “Towards digital transformation: Lessons learned from traditional organizations,” Strateg. Chang., vol. 27,
no. 2, pp. 101–109, 2018.
B. Hinings, T. Gegenhuber, and R. Greenwood, “Digital innovation and transformation: An institutional perspective,” Inf. Organ., vol. 28, no. 1, pp. 52–61,
2018.
8. • Digital transformation dapat
diartikan sebagai integrasi teknologi
digital ke semua area bisnis yang
menyebabkan perubahan yang
fundamental bagaimana suatu bisnis
beroperasi dan bagaimana bisnis
tersebut memberikan sebuah nilai
bagi pengguna produk, konsumen,
atau pun publik.
• Selain itu, digital transformation
merupakan sebuah perubahan
kultural yang menuntut suatu
organisasi (baik itu swasta maupun
pemerintah) untuk keluar dari status
quo, sering bereksperimen, serta
terbiasa dengan kegagalan.
• Proses perubahan ini terkadang
memaksa organisasi untuk
menyingkat proses bisnis yang
panjang menjadi singkat dan secepat
mungkin.
Transformasi Digital (Apa?)
Perubahan Organisasi di Era Digital dan disruptive
Source : Cap Gemini (2017)
Gemini, C. (2017). Digital Age : The Quantum Leap of your Corporate Culture.
9. Apa yang mendorong
Transformasi Digital?
Internet
• 90an sd 2000 an
• Informasi sebagai candu
Infrastruktur
Smartphone
Covid-19
•Work From Home
•Remote activities
•Terhubung Internet
•Informasi dan komunikasi
•Tembaga ke Fiber optik
•Wifi
10. Digitasi, Digitalisasi, dan
Transformasi Digital
• Digitasi adalah proses pergantian metode kerja. Dimana sebuah
organisasi mulai mengubah tata kelola manajemen dengan bantuan-
bantuan teknologi untuk mempermudah pekerjaan. Misalnya
penggunaan alat pabrik, penggunaan software keuangan dan pengolah
dokumen.
• Digitalisasi lebih menekankan budaya keseluruhan. Perusahaan yang
sudah melakukan otomasi bukan berarti sudah terdigitalisasi. Misalnya
saja, pabrik gula yang sudah menggunakan mesin pabrik belum tentu
terdigitalisasi karena keseluruhan aspek bisnisnya masih dilakukan secara
konvensional. Misalnya saja belum menggunakan software atau aplikasi
HR dalam kelola karyawan. Digitalisasi pada dasarnya berarti
penggunaan canggih dari TI, dalam rangka untuk mengaktifkan dan
mengambil keuntungan dari teknologi digital dan data.Sekarang
digitalisasi dikaitkan dengan pandangan holistik pada bisnis & perubahan
sosial, organisasi horisontal, dan pengembangan bisnis, serta TI.
• Transformasi digital adalah hasil dari digitalisasi dan otomasi.
Transformasi digital adalah hasil dari perubahan perilaku organisasi.
Perusahaan dan organisasi mampu memecahkan masalah menggunakan
teknologi. Digitasi (konversi), digitalisasi (proses) dan transformasi digital
(efek) mempercepat dan menerangi apa yang sudah ada dan sedang
berlangsung secara horisontal dan proses-proses perubahan global
dalam masyarakat (Khan, 2016, Collin et al. 2015).
https://www.talenta.co/blog/attendance/pahami-pentingnya-tujuan-manfaat-
transformasi-digital-dalam-bisnis/
https://id.wikipedia.org/wiki/Transformasi_digital
https://www.forbes.com/sites/jasonbloomberg/2018/04/29/digitization-digitalization-
and-digital-transformation-confuse-them-at-your-peril/
11. Tahapan Transformasi Digital
Menurut Brian Solis digital analyst asal Amerika
Serikat melalui Altimer, ada 6 Tahapan:
Perusahaan
sudah
bertransformasi
secara digital.
Perusahaan
mampu bersaing
secara cepat
dengan
perusahaan lain.
Innovative and
adaptive
Pada fase ini,
perusahaan
sudah
terdigitalisasi
pada
keseluruhan
aspek.
Converge
Semua karyawan
punya mindset
yang sama
terhadap
teknologi digital.
Strategic
Perusahaan
mulai terbiasa
dengan otomasi.
Setiap unit
pekerjaan
dilakukan
dengan otomasi.
Formalized
Perusahaan atau
organisasi mulai
sadar bahwa
manfaat
transformasi
digital dan
penerapan
teknologi seperti
otomasi
pekerjaan
diperlukan untuk
meningkatkan
produktivitas.
Present and
active
Dimana
perusahaan
belum
menerapkan
teknologi
Business as usual
https://www.talenta.co/blog/attendance/pahami-pentingnya-tujuan-manfaat-transformasi-digital-dalam-bisnis/
12. DAMPAK TRANSFORMASI
DIGITAL
• Teleworking
Istilah bekerja jarak jauh (teleworking atau remote working) merupakan
istilah yang populer di masa pandemi. Bekerja jarak jauh dapat diartikan
sebagai bekerja di luar kantor / tempat kerja. Pegawai dapat menyelesaikan
tugas-tugasnya dari jarak jauh (rumah, cafe, dll.). Dalam bekerja jarak jauh,
komunikasi yang dilakukan oleh pegawai dapat melalui saluran
telekomunikasi biasa atau saluran telekomunikasi berbasis komputer.
Bekerja jarak jauh, merupakan hal lama yang sudah diteliti dampak positif
dan negatif nya. Begitu juga jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan
secara jarak jauh menjadi lebih efektif atau tidak.
• Substitusi pegawai
Pegawai dari organisasi dapat disubstitusi atau digantikan karena penerapan
transformasi digital. Contoh sederhana adalah buruh pabrik. Bila pabrik
dimana buruh tersebut bekerja mulai menerapkan otomasi terhadap
kegiatan produksi dari awal sampai akhir, maka buruh tersebut rawan untuk
dikeluarkan atau putus kerja. Hadirnya teknologi kecerdasan buatan dan
periode masa Big Data, membuat beberapa bidang pekerjaan dimasa
mendatang akan hilang. Berikut ini merupakan contoh bidang pekerjaan
yang akan berkurang atau bahkan dapat dikatakan hilang.
B. Marr, “Surprisingly, These 10 Professional Jobs Are Under Threat From Big Data,” Forbes,
2016. [Online]. Available:
https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/04/25/surprisingly-these-10-
professional-jobs-are-under-threat-from-big-data/#5b239c017426. [Accessed: 04-Jul-2020].
13. Seleksi Alam Digital
• Revolusi industri 4.0 begitulah para pakar dan pengamat ekonomi
menjuluki fenomena transformasi digital. Setiap pergantian era pasti
ada yang lahir dan ada yang mati tergantikan apalagi jika kita sudah
membawa-bawa teknologi sebagai pemicunya yang
perkembangannya semakin cepat. Sudah banyak contoh kasus brand
atau bisnis yang kita anggap sudah mapan tiba-tiba mati karena
tergerus arus transformasi digital ini. Lihat saja Blockbuster
perusahaan rental video yang sempat sukses di Amerika Serikat
akhirnya tutup karena hadirnya Netflix.
• Kodak, perusahaan alat fotografi juga mengalami kebangkrutan
pada tahun 2012. Sebenarnya Kodak sudah berusaha melakukan
beberapa inovasi digital. Kodak membuat foto, situs untuk berbagi
foto pada tahun 2001 di mana pada saat itu Instagram bahkan
belum terpikirkan oleh pendirinya. Kodak juga menginvestasikan
jutaan dollar untuk dalam pengembangan teknologi fotografi yang
memungkinkan ponsel dan perangkat lain dapat mengambil foto.
Akan tetapi, hal itu menjadi sia-sia karena Kodak bersikeras untuk
tidak memproduksi kamera digital. Kodak terlalu sibuk untuk
memaksa orang-orang yang saat itu baru mengenal fotografi
digital untuk mencetak foto mereka.
14. Adaptasi atau Mati
• Sebenarnya masih banyak lagi beberapa bisnis yang menghilang
yang tidak kita sadari secara langsung. Bisnis-bisnis tersebut
enggan untuk beradaptasi dengan perubahan era karena sudah
terlalu nyaman dengan kejayaan yang mereka capai di masa lalu.
Selain terlalu nyaman, ada juga beberapa bisnis yang tidak tahu
harus bagaimana menghadapi transformasi digital ini. Hanya
terbengong-bengong melihat start up baru bermunculan dan
merebut pelanggan mereka satu demi satu.
• Ada beberapa bisnis yang sudah berhasil beradaptasi dan ada juga
yang terus mencoba tapi masih gagal. Keberhasilan bisnis,
organisasi, maupun perusahaan dalam bertransformasi tidaklah
ditentukan dari satu orang saja. Transformasi digital memerlukan
semua pihak dalam suatu organisasi untuk beradaptasi. Ada
beberapa skill yang dapat membantu seseorang agar dapat
beradaptasi di era digital seperti kemampuan untuk memanfaatkan
teknologi dalam mempermudah dan mempercepat pekerjaannya.
Kemampuan ini disebut digital skill. Mudah ditebak bukan?
15.
16. The World Economic Forum’s
Future of Jobs Report lists the
top 10 soft skills in this new
digital era:
• 1.Complex Problem Solving
• 2.Critical Thinking
• 3.Creativity
• 4.People Management
• 5.Coordinating with others
• 6.Emotional Intelligence
• 7.Judgment and Decision Making
• 8.Service Orientation
• 9.Negotiation
• 10.Cognitive Flexibility
17. Keunggulan Digital
menjadi kekuatan baru
Ada tiga pokok penting dari uraian di atas.
• Pertama, dunia digital sulit untuk dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hampir semua sendi kehidupan
manusia dan bisnis memanfaatkan keunggulan digital.
• Kedua, transformasi digital adalah pintu masuk
terjadinya perubahan.
• Ketiga, Manusia sebagai agen perubahan dalam
budaya digital.
• Keunggulan digital telah menjadi kekuatan baru yang
memungkinkan terjadinya kolaborasi, fleksibilitas dan
profit sharing. Konsekuensinya adalah dengan
melakukan perubahan yang bahkan secara radikal
terkait proses bisnis, model bisnis dan bahkan
melakukan investasi teknologi baru.
https://binus.ac.id/malang/2020/07/budaya-digital/
18. Mengapa Manusia
• Manusia sebagai faktor yang paling fundamental.
Argumentasinya adalah bahwa manusia adalah
agen perubahan. Ia harus mengaktualisasikan
dirinya dengan membangun harmonisasi dalam
bisnis dan organisasi. Ia harus memperkuat
kapabilitas digital dan membentuk ekosistem
digital yang memadai sehingga budaya digitalpun
dapat bertransformasi dalam bisnis dan
organisasi.
• Ketika merencanakan untuk transformasi digital,
organisasi harus mengenali faktor perubahan
budaya yang akan mereka hadapi baik untuk
pekerja dan para pemimpin organisasi agar dapat
menyesuaikan diri saat mengadopsi dan
bergantung pada teknologi asing.
https://hbr.org/2015/08/the-company-cultures-that-help-or-hinder-
digital-transformation
19. Mengapa transformasi
mengalami kegagalan
Untuk mengetahui apa yang membuat transisi lebih mudah bagi
beberapa perusahaan daripada yang lain, ke dalam lima kategori:
• Pengambilan keputusan yang lambat atau terhenti yang
disebabkan oleh politik internal, persaingan prioritas, atau upaya
untuk mencapai konsensus.
• Ketidakmampuan untuk membuktikan nilai bisnis digital melalui
penghitungan ROI tradisional, yang mengakibatkan kurangnya
sponsor manajemen senior.
• Terlalu banyak fokus pada teknologi daripada kemauan untuk
mengatasi perubahan mendalam dan memikirkan kembali
bagaimana orang bekerja.
• Kurangnya pemahaman masalah operasional di tingkat
pengambilan keputusan dan kesulitan saat beralih dari teori ke
praktik.
• Takut kehilangan kendali oleh manajemen atau fungsi pusat, dan
ketakutan bahwa karyawan akan banyak bermain di platform
sosial.
https://hbr.org/2015/08/the-company-cultures-that-help-or-hinder-digital-transformation
20. Fokus Pada SDM dalam
mendorong Transformasi Digital
• Berdasarkan hasil riset mengatakan bahwa tantangan penerapan
terbesar mereka bukanlah pada teknologi yang tepat, melainkan
kurangnya budaya dan keterampilan digital dalam organisasi
mereka.
• Temuan ini juga konsisten dengan penelitian IQ Digital kami, yang
selama sembilan tahun telah mengeksplorasi bagaimana organisasi
di seluruh industri dapat memperoleh nilai dari investasi digital.
• Digital IQ menekankan bahwa meskipun berinvestasi dalam
teknologi yang tepat itu penting, pada akhirnya keberhasilan atau
kegagalan tidak akan bergantung pada sensor, algoritme, atau
program analitik tertentu, tetapi pada berbagai faktor yang
berfokus pada orang.
• Perusahaan industri perlu mengembangkan budaya digital yang
kuat dan untuk memastikan perubahan didorong oleh
kepemimpinan yang jelas dari C-suite.
• Mereka juga perlu menarik, mempertahankan, dan melatih para
digital native dan karyawan lain yang merasa nyaman bekerja di
lingkungan ekosistem yang dinamis.
https://www.pwc.com/gx/en/industries/industries-4.0/landing-page/industry-4.0-building-your-digital-enterprise-april-2016.pdf
21. A common
misconception
• jika perusahaan meningkatkan teknologinya, transformasi digital
selesai.
• Namun kenyataannya, transformasi digital bukanlah tentang
perangkat lunak atau teknologi - ini tentang kemampuan
beradaptasi organisasi.
• Kegagalan untuk menyelaraskan upaya dengan nilai dan perilaku
karyawan dapat menimbulkan risiko tambahan pada budaya
organisasi jika tidak dikelola dengan baik, sedangkan upaya yang
komprehensif dan kolaboratif dapat membantu mengubah budaya
untuk memahami, merangkul, dan memajukan transformasi digital.
• Konsekuensi bagi organisasi yang tidak menyelaraskan tujuan
transformasi digital dengan nilai-nilai karyawan dapat berkisar dari
lambatnya adopsi teknologi digital hingga hilangnya daya saing pasar
hingga kegagalan utama inisiatif dan hilangnya produktivitas dan
pendapatan.
• Untuk mengimbangi perubahan yang didorong oleh transformasi
digital, organisasi harus gesit dan mudah beradaptasi, dan budaya
organisasi sangat penting untuk keberhasilan setiap inisiatif digital.
https://deloitte.wsj.com/cio/2019/07/18/the-role-of-culture-in-digital-transformation/
22. How can you tell if you have a digital
culture?
The Past The Future
“We don’t talk to our customers. We’d rather see what the
research says.”
“Customers are at the heart of all we do. They know us and
we know them.”
“We use data to measure how we performed.” “We use data to predict and anticipate what customers will
want.”
“We read reports.” “We make decisions in real-time, because we have the data
we need right in front of us.”
“We avoid risk. All new initiatives require vetted and approved
business cases.”
“We take risks, but try to fail fast and learn from our mistakes.
That’s the only way to grow.”
“Our departments focus on their work and don’t communicate
with each other.”
“We rely on cross-functional teams to make sure that new
initiatives reflect multiple perspectives.”
“We hire so we can do everything in-house, even if it takes
longer. Our needs are unique.”
“We use our network of experts, including consultants, to get
work done faster and better.”
“We know what’s best.” “Customers know what they need. We’re trying to give them
something better — what they don’t know they need yet.”
“Our executive team makes all the decisions, and employees
will just have to get on board. If not, they know where the
door is.”
“Our executive team listens to ideas from across the
organization, and focuses on communicating new ideas and
initiatives.”
“It seems like there are a lot of silos between teams.
Information is hoarded and not shared.”
“Our directors regularly communicate and collaborate on new
ideas to make sure they’re aligned.”
“Many departments don’t know about new initiatives or
projects until they read the press release.”
“We focus on collaboration through various methods to
ensure that there’s plenty of top-down, bottom-up and cross-
communication.”
https://www.cmswire.com/digital-workplace/why-culture-change-is-essential-for-digital-transformation/
23. Budaya Menjadi Sangat Penting
Seperti yang dikatakan Deborah Ancona, profesor MIT Sloan School, "Kepemimpinan sering kali
meremehkan pentingnya budaya" namun, budaya adalah salah satu sumber daya saing yang paling
penting. Memiliki budaya yang memberdayakan staf dan memberi mereka rasa tujuan telah menjadi
penting di dunia di mana hanya 13% karyawan merasa terlibat.2 Tanpa meletakkan dasar yang kuat untuk
budaya dan menyelaraskan karyawan dengan visi digital, akan sangat sulit untuk membuat kemajuan yang
berarti dalam transformasi digital. Seperti yang dijelaskan Profesor Ethan Bernstein dari Harvard Business
School dalam diskusi baru-baru ini dengan Capgemini. "Budaya adalah perekat yang membuat kita
melakukan sesuatu dengan baik atau membuat kita melakukan sesuatu dengan buruk,"
https://www.capgemini.com/wp-content/uploads/2017/06/dti-digitalculture_report_v2.pdf
24. Budaya Digital
Budaya digital merupakan
prasyarat dalam
melakukan transformasi
digital karena penerapan
budaya digital lebih
kepada mengubah pola
pikir (mindset) agar dapat
beradaptasi dengan
perkembangan digital.
“Orang yang dapat
bertahan bukan yang
paling kuat atau pintar,
tapi yang bisa
beradaptasi,” tandas
Mira.
Penelitian Mckinsey (2018) menjelaskan hal yang
paling jadi hambatan dalam transformasi digital ialah
perilaku dan budaya (9/2).
https://aptika.kominfo.go.id/2021/02/pentingnya-aspek-budaya-untuk-menggerakkan-transformasi-digital/
McKinsey. (2017). Culture for a digital age. McKinsey, 94(4), 96–105. Retrieved from https://www.mckinsey.com/business-functions/digital-mckinsey/our-
insights/culture-for-a-digitalage
25. Budaya digital
(apa)
• Digital culture didefinisikan sebagai penghubung atau katalis
antara dunia nyata dengan dunia virtual (Rab, 2007). Dalam
studinya Rab menggunakan digital platform sebagai media untuk
menguji digital culture pada perusahaan dalam menciptakan
layanan digital dan melakukan digitatisasi.
• Digital culture adalah komplek set dari nilai atau kepercayaan,
asumsi dan symbol yang menjadi cara perusahaan dalam
melakukan bisnis digital melalui kolaborasi, penciptaan
kreativitas dan inovasi melalui strategi digital (Martínez-Caro,
Cegarra-Navarro, & Alfonso-Ruiz, 2020).
• Digital culture sebagai nilai yang terintegrasi dalam berbagai
fungsi perusahaan dan attribute individu yang mampu
menangkap peluang dan risiko bisnis (Wokurka, Banschbach,
Houlder, Jolly, 2016).
• Digital culture didefinisikan sebagai nilai atau belief dari
pendekatan yang holistik dengan memanfaatkan digital
teknologi untuk menginterasikan perliaku dan mindset dari
pelaku organisasi dalam upaya menangkap peluang dari
pelanggan, menciptakan inovasi, kreativitas dan kolaborasi serta
mitigasi risiko.
Rab, Á. (2007). Digital culture – Digitalised culture and culture created on a digital platform. Information Society
From Theory to Political Practice. Retrieved from http://www.ittk.hu/netis/doc/ISCB_eng/11_Rab_final.pdf
Martínez-Caro, E., Cegarra-Navarro, J. G., & Alfonso-Ruiz, F. J. (2020). Digital technologies and firm performance:
The role of digital organisational culture. Technological Forecasting and Social Change, 154(February), 119962.
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2020.119962
Wokurka, G., Banschbach, Y., Houlder, D., & Jolly, R. (2016). Digital Culture: Why Strategy and Culture should Eat
Breakfast Together. Shaping the Digital Enterprise: Trends and Use Cases in Digital Innovation and Transformation.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-40967-2
26. Perbandingan budaya analog dan digital
Harshak et al., 2013; Hemerling, Kilmann, Danoesastro, Stutts, & Ahern, 2018
Harshak, A., Schmaus, B., & Dimitrova, D. (2013). Building a digital culture - How to meet the challenge of multichannel digitization. Originally
Published by Booz & Company in 2013., 1–15.
Hemerling, J., Kilmann, J., Danoesastro, M., Stutts, L., & Ahern, C. (2018). It’s Not a Digital Transformation Without a Digital Culture. Boston Consulting
Group. Retrieved from https://www.bcg.com/publications/2018/not-digital-transformation-without-digital-culture.aspx
27. Budaya Digital
Sebagai Katalis
• Katalis dalam istilah kimia adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi reaksi kimia tanpa terlibat dalam
reaksi itu sendiri, jadi katalist berperan dalam reaksi tetapi
bukan sebagai pereaksi.
• Hal ini terjadi juga dalam budaya digital, budaya digital
mempercepat reaksi transformasi digital. Budaya digital
masih penting diperlukan dalam upaya membantu
percepatan transformasi digital karena selain sebagai
pembeda juga disusun dari akumulasi nilai-nilai perusahaan
termasuk nilai tradisional untuk menciptakan keunggulan
bersaing (Hemerling et al., 2018).
• Studi sebelumnya menunjukan bahwa perusahaan yang
memiliki performance yang baik, memiliki budaya yang baik
pula (Martínez-Caro et al., 2020; Leonardus W.Wasono
Mihardjo, Sasmoko, Alamsyah, et al., 2019; Singh & Atwal,
2019).
• Kinerja yang baik ini disebabkan adanya budaya perusahaan
yang memampukan perusahaan untuk fokus ke kastamer,
memungkinkan perusahaan memiliki kapabilitas agile,
innovative dan collborative, ditambah dengan
kepemimpinan yang kuat sehingga mampu mempercepat
proses transformasi digital (Kohnke, 2017).
https://www.researchgate.net/publication/343925450_Budaya
_Perusahaan_di_Era_Digital_berbasis_Co-creation-Innovation
28. By ignoring culture, an organization risks transformation failure.
“…assessed roughly 40 digital
transformations and found that
the proportion of companies
reporting breakthrough or strong
financial performance was five
times greater (90%) among those
that focused on culture than it
was among those that neglected
culture (17%).”
https://www.bcg.com/en-sea/capabilities/digital-technology-data/digital-transformation/how-to-drive-digital-culture
29. Keempat kerangka pembahasan
budaya digital sebagai katalis
https://www.researchgate.net/publication/343925450_Budaya_Perusahaan_di_Era_Digital_berbasis_Co-creation-
Innovation
30. Digital
Transformasi
harus dimulai
dari Membangun
Budaya Digital
• Budaya digital adalah bahan utama untuk transformasi digital;
itu meningkatkan produktivitas dan inovasi untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif.
• Budaya digital memberdayakan orang untuk memberikan hasil
lebih cepat.
• Budaya digital menarik dan mempertahankan bakat yang lebih
baik.
• Organisasi yang mengabaikan kegagalan transformasi risiko
budaya.
https://www.bcg.com/en-sea/capabilities/digital-technology-data/digital-transformation/how-to-drive-digital-culture
https://www.infoq.com/news/2019/11/digital-culture-transformation/
31. Learning and Giving for
Better Indonesia
www.humanikaconsulting.com
www.hipotest.com