SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
DEJA VU
Hujan deras mewarnai pagi ini. Aku menuruni mobil sambil menutupi kepalaku dengan telapak tangan
kiriku. Aku berlari menerobos hujan, sampai tiba di lobi sekolah. Kulihat parkiran motor dan mobil masih
sepi. Beginilah jika hujan deras datang. Rasanya malas sekali keluar rumah, apalagi ke sekolah. Huh,
lebih enak tidur daripada keluar rumah. Aku, sih inginnya seperti itu. Tapi, aku sudah bertekad tidak
akan malas sekolah, apalagi aku sudah duduk di kelas 12 IPA. Kelas yang paling memusingkan, yang
kelak akan menyambut Ujian Nasional yang sangat mengerikan itu. Selain alasan itu, hari ini ada ulangan
fisika. Daripada remedial atau ulangan susulan, mendingan ikut ulangan sekarang saja. Aku tiba di depan
kelas 12 IPA 1, kelasku. Aku memasuki kelas, dan terperanjat. Oh My God ! Entah ini sesuatu yang
terbaik atau terburuk bagiku, yang pasti kini di kelas hanya ada aku, dan sesosok cowok yang paliiing
manis dan paliiiing keren, yang kukenal sepanjang hidupku. Ia duduk di depan bangku yang
kutempati,dan berjarak dua bangku. Tidak kusangka, pagi ini hanya ada aku dan Rainald, cowok terkeren
dan terpintar di kelasku. Wonderfull time ! Aku menundukkan kepala saat lewat di samping Rainald, dan
sepertinya ia tidak melirikku sedikitpun. Bahkan sampai aku meletakkan tas di atas meja dengan cara
membanting tasku, cowok itu tidak bergeming. Aku menopang dagu, sambil menatap punggung Rainald
dari belakang. Huff… sudah tiga tahun aku dan Rainald sekelas, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
Tapi… rasanya aku dan Rainald tidak pernah berinteraksi sedikitpun, seolah ia sekolah di bulan dan aku
di bumi. Aku masih menatap punggungnya. Tangannya sibuk menulis di kertas coretan. Sepertinya ia
sedang mempelajari bab fisika yang nanti akan dijadikan ulangan. Hmmp… aku ingin menyapa dia pagi
ini. Tapi bagaimana caranya ? Aku bukan Citra, anak kelas 11 IPA, sekaligus komandan geng cewek –
cewek centil, yang selalu punya waktu luang untuk menemani Rainald main basket. Aku juga bukan Erin,
yang boleh keluar pada malam hari hanya untuk menonton Rainald latihan band. Aku juga bukan Jany,
cewek culun se-SMU yang punya otak cerdas, dan selalu menjadi “guru privat” Rainald. Aku bukan siapa
– siapa. Aku adalah aku, yang tubuhnya kurus dan tinggi seperti tiang listrik. Wajahku biasa saja. Hanya
hidung mancungku yang terlihat sempurna dari wajahku. Alisku melengkung, mataku agak sipit dan
bibirku tebal. Kulitku putih, seperti anak – anak China, tapi aku tidak secantik Citra atau Erin, yang
wajahnya menawan dan mempunyai lekuk tubuh yang sempurna. Rambutku hitam kecoklatan, yang
tergerai panjang sampai punggung. Yaah, memang aku tidak secantik Asmirandah. Aku juga tidak
sepintar Einstein. Aku tidak seperti Aura Kasih, yang tubuhnya sangat sempurna. Aku adalah Melanie,
seseorang yang bangga akan dirinya sendiri. Be your self, itu adalah mottoku. Tanpa kusadari, Rainald
dengan spontan menoleh dan menatap mataku yang sedang memandangnya saat itu. Aku sedikit kaget.
Aku pura – pura mencari buku dalam tasku ketika menyadari ia menatapku. Aduuuh, tengsin banget !
Sumpah ! Aku tidak tahu, wajahku seperti apa pada saat ini. Mungkin seperti kepiting rebus ? Atau
apalah… yang penting aku malu banget. Ketika memandang ke depanku lagi, Rainald sudah tidak
menatapku. Ia membalikkan badan ke depan, dan sibuk menghitung soal – soal fisika. Aku memaki diriku
sendiri. Aku sangat bodoh. Mencintainya sejak dua tahun lalu, tapi tidak bisa kukatakan isi hatiku hingga
sekarang. Aku ingin mengajaknya bicara pagi ini, mumpung kita hanya berdua di dalam kelas. Kira – kira
bicara apa, ya ? “ Pagi, Rainald “ uhm… terlalu sederhana. Atau seperti ini ? “ Rainald, pinjam bolpoin,
dong “ Iiih, kata – kata itu sepertinya kurang pas, deh. Malah mungkin Rainald menganggapku sebagai
cewek nggak modal alat sekolah. Or…meybe like this.. “ Rainald, ntar sore latihan basket, ya ? Boleh aku
temani ? “ boleh juga. Atau… “ Rainald, nanti malam aku lihat latihan bandmu dong “ hmm… atau lebih
nekatnya lagi.. “ Eh, nanti malam ada film keren, loh di bioskop. Nonton, yuk “ Aku meringis. Tidak ada
kata yang pas untuk kuucapkan pagi ini. Bukan ! Aku meralat isi hatiku. Kata- kata itu sebenarnya pantas
untuk kuucapkan, hanya saja tak ada keberanian di hatiku. Hanya tatapan mata yang bisa kuberikan
untuk Rainald. Tatapan mata penuh cinta dan kasih sayang. Hanya itu keberanianku yang timbul pagi ini.
Tapi, tatapan itu kini pudar sudah, ketika Citra, Erin dan cewek – cewek centil lainnya masuk ke kelas 12
IPA 1. Rainald menyambut kedatangan mereka dengan senyum yang sepertinya terasa hambar itu. Aku
menghembuskan nafas. Uuuh… sebel banget lihat cewek – cewek itu duduk di dekat Rainald sambil
tertawa dibuat – buat dan gaya jaim yang sangat memuakkan. Walaupun hal itu terlihat sempurna di
mata cowok, sayangnya, aku tidak bisa berperilaku seperti mereka, apalagi di depan Rainald Huff… aku
menghembuskan nafas dengan nada kecewa. *** Aku menggendong Miau, kucing anggoraku yang
sangat lucu. Entah aku berada di mana saat ini. Rasanya, tempat ini belum pernah kulihat. Perumahan
yang rata – rata warna rumahnya hijau pastel. Aku menyukai tempat ini, meski diriku sendiri tak tahu
aku berada di mana. Kakiku berjalan menyusuri trotoar kecil di pinggir jalan. Perumahan jalan itu begitu
besar. Mungkin dua mobil yang berdampingan dapat berjalan di jalan beraspal di kompleks perumahan
ini. Kakiku terasa letih untuk berjalan kembali, dan betapa girangnya aku melihat sebuah pohon mahoni.
Di bawah pohon mahoni terletak sebuah batu yang bisa kujadikan sebagai tempat duduk. Aku duduk di
bawah pohon mahoni sambil tetap menggendong Miau. Aku menghembuskan nafas, menikmati
pemandangan di sekitarku. Entah mengapa, jalan di perumahan ini rasanya sepi, padahal waktu masih
menunjukkan siang hari. Aku mengamati ke sekelilingku. Sepi. Sunyi. Tapi memang beginilah kondisi
perumahan orang – orang kaya. Sepi. Aku mengelus kepala Miau. “ Meoooong !!! “ Miau mengeong
dengan keras. Aku menyipitkan mataku menatap Miau. Ia mengeong dengan sangat keras. Matanya
tertuju pada jalan aspal di depannya. Aku mengerutkan kening dan menatap jalan aspal itu. Ugh… aku
terpana. Jika mataku tidak salah, Rainald berdiri di seberang jalan. Sendirian. Ia menatapku dengan
tatapan mata yang tajam, lalu mengembangkan senyumannya, yang bagiku adalah senyum manis.
Bukan senyum hambar saat bertemu dengan cewek – cewek centil di sekolah. Mau tak mau, aku
membalas senyumannya. Mataku lebih terbelalak lagi, saat Rainald menyeberang jalan, setelah
memberi isyarat bahwa ia akan menyeberang jalan dan menuju ke arahku. Aku senang sekali. Mungkin
di detik ini, aku bisa mendengar suara lembut Rainald yang berbicara langsung padaku, menyapaku dan
tertawa di depanku. Saat pertama aku berbicara dengannya setelah hampir tiga tahun memendam
perasaanku. Ini adalah saat yang kutunggu ! Rainald menyeberang jalan, tanpa tahu ada sebuah mobil
Honda Jazz hitam melaju di pinggir jalan. Aku juga tidak tahu akan kehadiran mobil itu. Rainald
menatapku dengan tatapan matanya yang sejuk. Aku membalas menatapnya. “ Meoooong !!! “ Miau
mengeong dengan keras. Aku tersentak dan menatap Miau. Ada apa ? Mengapa ia mengeong ? Dan
baru detik itu pula, aku mendengar suara sesuatu di tengah jalan, dan aku terpekik dengan keras.
Rainald tertabrak mobil !!! Miau terlepas dari pelukanku, dan mengeong dengan keras. “ RAINAAAALD
!!!!! “ seruku dengan keras, dan tanpa sadar aku membuka mataku. Astaga ! Ternyata hanya mimpi.
Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku. Wajahku penuh dengan keringat, meskipun AC telah
kupasang dengan suhu yang paling rendah, namun tetap berkeringat. Aku melihat jam dinding. Astaga !!
Setengah enam ! Aku harus mandi dan cepat ke sekolah. Aku melangkah ke kamar mandi untuk cepat –
cepat mandi. *** Baru kali ini kutatap mata Rainald. Tatapan mata yang sejuk, membuat terhipnotis. Dia
begitu tampan, dan hal itu membuatku duduk di atas batu selayaknya seorang patung. “ Meoooong !!! “
Miau mengeong. Ia terlepas dari pelukanku. “ Miau, kenapa ? “ tanyaku. Aku memperhatikan Miau, dan
tak lama kemudian…… “ RAINAAAALD !!!!!! “ aku berseru. Tubuh Rainald terguling di jalan raya.
Keningnya basah oleh tetesan darah, membuatku membuka mata kembali. Ugh… mimpi lagi ! Kenapa,
sih mimpi buruk itu menghantuiku selama tiga hari ? Apakah hal itu akan benar – benar terjadi ? Ugh…
cepat kubuang pikiran buruk itu. Aku melihat jam dinding. Pukul 5. Aku memutuskan untuk segera
Shalat Subuh, agar melupakan masalah itu dengan cepat. *** “ Meooong !!! “ Miau mengeong dengan
keras. Aku menatap kucing peliharaanku itu, karena Miau telah melepaskan diri dari pelukanku. Ketika
hendak berlari mengejar Miau, sebuah Honda Jazz berwarna hitam, tanpa di ketahui siapa
pengemudinya, menghantam tubuh Rainald dengan keras, menyisakan darah yang keluar dari tubuh
Rainald. Mobil Honda Jazz hitam itu, dengan kaca pengemudi tertutup rapat, tidak meninggalkan
tempat. Mobil itu hanya terdiam di depan mayat Rainald, membuatku tak kuasa untuk tidak berteriak. “
RAINAAAAALD !!!! “ seruku lantang, dan kembali lagi aku bangun dari tidurku. Aku mengusap keringat di
wajahku. Astaga, mimpi ini telah hadir selama dua minggu. Kenapa… dua minggu ini aku semakin jelas
melihat jalannya kematian Rainald ? Apakah ini deja vu ? Uups.. aku membuang pikiran itu. Mungkin
karena aku terlalu banyak nonton film, jadinya mimpi seperti ini. Tapi… kenapa mimpi ini selalu hadir
selama dua minggu ? Apakah ini akan menjadi kenyataan ? “ Tidak, Rainald tidak boleh mati “ aku
bergumam sambil menendang selimut yang menutupi tubuhku sampai batasan pinggul. Aku harus
memberitahukan hal ini pada Rainald ! Harus ! Pagi ini juga, aku akan berkata hal itu pada Rainald ! ***
Perpustakaan dipenuhi murid – murid berseragam abu – abu putih saat istirahat. Aku masuk ke dalam
perpustakaan untuk mencari buku fisika. Ketika aku mencari buku fisika latihan soal di rak buku Sains,
seseorang yang sangat kucintai, namun kehadirannya tidak kuinginkan, hadir di sebelahku. Ia muncul
secara tiba – tiba, dan menarik sebuah buku yang ada di rak buku Sains. Ia membuka – buka buku itu,
dan menatap isi buku itu dengan serius. Aku ingin menjauh darinya saat itu juga. Ketika badanku akan
berbalik, aku teringat. Teringat mimpiku yang menghantuiku selama dua minggu ini. Saat yang tepat
untuk berkata dengan Rainald, karena saat ini Rainald sedang sendiri di perpustakaan. Tidak ada
gengnya Citra yang suka mengikutinya kemanapun Rainald pergi, tidak ada teman band atau teman
basket Rainald. Hanya ada aku dan Rainald di perpustakaan. Yap… aku harus mengatakannya pada
Rainald. Satu… dua… tiga… ! “ Ehm… Rainald “ panggilku. Tiba – tiba hatiku menciut. Bodoh, buat apa
aku memanggil namanya ? Ugh… aku cewek bodoh sedunia. Rainald menoleh ke arahku dan tersenyum.
“ Kenapa, Melanie ? “ tanya Rainald ramah. Seketika, nyaliku untuk berkata pada Rainald kini telah
menghilang. “ Ehm… aku mau pinjam buku itu “ tanpa pikir panjang, kata – kata itu telah keluar dari
mulutku, menunjuk buku yang sedang di genggam Rainald. Rainald menatap bukunya dan tersenyum,
senyum manis yang kulihat seperti di mimpiku. “ Ambil aja. Aku hanya mau lihat – lihat buku aja, kok “
ucap Rainald sambil menyerahkan buku itu ke arahku. Aku membalas senyumannya, dan membalikkan
badan, menjauh dari perpustakaan. Aku tercengang. Hari ini, adalah hari pertamaku berbicara dengan
RAINALD !! Perasaanku lega campur gelisah. Lega, karena sudah mendengar suara lembut Rainald yang
ditujukannya padaku untuk pertama kalinya. Dan gelisah, karena tidak mengungkapkan sesuatu yang
menghantuiku selama ini. *** Esok harinya…. Aku berdecak saat mobil belum datang. Aku menunggu di
depan gerbang sekolah, sambil mengetik SMS ke Kak Marsya, kakakku yang telah kuliah di bidang
biokimia, untuk menjemputku saat ini juga. Karena SMS tidak kunjung di balas, aku memencet nomor
HP Kak Marsya untuk meneleponnya. “ Halo, Kak Marysa ?! Kakak di mana ? Kok nggak nongol – nongol,
sih ?! Melanie capek, nih nunggu Kak Marsya “ ucapku manja sambil memonyongkan bibir. “ Aduuh…
Melanie. Kakak lagi makan siang, nih di kampus. Lima belas menit lagi, deh kakak ke sana “ ucap Kak
Marsya. “ Iya, iya. Cepet, ya. Nggak pake lama “ ucapku sambil mematikan telepon. Dasar Kak Masrya !
Molor terus, nih kerjaannya. “ Hai “ sapa seseorang dari belakangku. Aku menoleh ke belakang dan……..
astaga !! Rainald ! Tidak, tidak… aku gugup sekali saat ini. Hatiku deg – degan saat berhadapan dengan
sosok Rainald saat ini. “ Ehm… hai juga “ mau tak mau aku harus membalas perkataannya. Jantungku
berdetak dengan kencang. “ Nunggu jemputan ? “ tanya Rainald ramah. Kedua tangannya
menggenggam tali ranselnya, sedangkan wajahnya menatapku dengan ramah. Aku mengangguk. “ Iya “
aku hanya menjawab sekenanya. Sungguh ingin melayang ke langit ketujuh, saat ini, saat Rainald
mengajakku bicara !! Apalagi sekarang kita berdua berdiri di depan pagar. Berdua saja ! Citra, Erin,
cewek – cewek sepopuler apapun di SMUku, tidak pernah mengalami saat indah sepertiku ini. Aku
merasa beruntung. Tiba – tiba, aku teringat soal mimpiku yang menghantuiku semalam. Tapi, rasanya
malu sekali jika berbicara pada Rainald. Kami berdua diam agak lama, dan akhirnya…. “ Eh, itu
jemputanku udah datang. Duluan, ya Melanie “ ucap Rainald dan berlari ke arah mobil Jaguar yang
menjemputnya. Aku balas melambaikan tangan pada Rainald. Yaah… aku memang pemalu. Dan aku
yakin, sampai matipun aku tidak akan bisa berkata tentang mimpiku, apalagi perasaanku pada Rainald.
*** “ Buruan, deh Mel ! Cepet ! Kakak butuh ! “ seru Kak Marsya dari telepon. Aku yang sedang makan
siang, cemberut mendengar kata – kata Kak Marsya. “ Yeeeh, makanya lain kali makalahnya jangan
ditinggal di rumah, dong “ sahutku. “ Mel, kan selama ini kalau buku PR kamu ketinggalan, kakak yang
antar. Sekarang, kamu yang antar, dong “ gerutu Kak Marsya. “ Iya, iya ! Bawel ! Harus kuantar ke mana,
nih ? “ tanyaku. “ Ke rumahnya Awit, temanku. Nanti kakak SMS alamatnya Awit, deh “ ucap Kak
Marsya. “ Oke. Tapi Melanie ke sana naik apa, nih ? “ tanyaku. “ Mobilnya Mama. Cepet, ya ! Gak pake
lama “ ucap Kak Marsya, lalu mematikan telepon. Aku tersenyum girang. Yess !! Akhirnya, aku boleh
juga naik mobil baru Mama. Haha… senang juga boleh mengendarai mobil, meskipun belum buat SIM.
Aku mengambil makalah Kak Marsya di kamarnya, lalu mengambil sandalku di rak sepatu. Kupakai
sandal itu, lalu mengambil kunci mobil yang di gantung di paku dekat pintu masuk. Lalu menuju garasi
dan menyalakan mesin mobil. Setelah menggerakkan tongkat porsneling, kuinjak gas dan mobil melaju
dengan kencang. “ Hmmm… jalan Dieng.. jalan Dieng “ aku bergumam ketika melihat SMS dari Kak
Marsya yang menunjukkan alamat rumah temannya. Aku menjalankan mobil dengan hati – hati ketika
memasuki Jalan Dieng, karena sebelumnya aku belum pernah memasuki tempat ini. Meskipun sejak
SMP aku tinggal di kota ini, sayangnya aku belum tahu di mana letaknya jalan Dieng. Makanya aku buta
arah jika memasuki kawasan jalan Dieng. “ Belok kanan… terus cari perumahan Green Diamond. Rumah
Awit adalah rumah nomor 6. Di depan rumahnya ada pohon mahoni “ aku membaca deskripsi rumah
teman Kak Marsya. Aku membelokkan mobil ke tikungan kanan. Uhh… pantas perumahan ini di beri
nama Green Diamond. Rumahnya rata – rata bercat hijau pastel, sih. Tiba – tiba aku tersentak.
Sepertinya…… aku pernah ke tempat ini. Tapi sama siapa ? Aku terperanjat. Tanganku yang memegang
setir, semakin dingin saat menyadari bahwa mobil yang kubawa adalah mobil Honda Jazz. Honda Jazz
hitam !! Dan ini adalah perumahan yang pernah hadir di dalam mimpiku ! Iya, benar ! Saat itu, aku
menggendong Miau dan mengajaknya jalan – jalan di daerah yang ciri khasnya sama dengan jalan Dieng
yang kudatangi saat ini, tempat yang baru pertama kali kulihat secara nyata, bukan secara abstrak.
Namun, aku berdoa, semoga kejadian dalam mimpiku tidak benar – benar terjadi. Sayangnya, aku salah
duga. Di seberang jalan, Rainald yang memakai jaket putih sedang menyeberang jalan, tanpa melihat
kanan kiri. Aku kaget. “ RAINAAAALD !!!! “ aku berseru. Aku mencoba menginjak rem dan….. rem
mobilnya blong !!! Aku menekan klakson, namun terlambat. Mobil sudah terlalu dekat dengan Rainald.
Tak ada jalan lain. Aku membanting setir mobil ke kiri dan mobilku berhadapan langsung dengan pohon
mahoni, pohon yang kutempati sebelum melihat mayat Rainald dalam mimpiku. Dan kejadian buruk itu
menimpaku. Mobilku menabrak pohon mahoni. Kepalaku membentur setir. Kurasakan ada sesuatu yang
dingin mengalir di keningku. Entah… sepertinya darah. Aku hanya bisa menangis dalam hati. Seharusnya,
Rainald tahu akan mimpiku sejak lama. Seandainya aku bisa berkata secepatnya dengan Rainald.
Seandainya aku berani berkata semuanya pada Rainald….. Seandainya Rainald tahu tentang semua yang
ia tidak tahu…..

More Related Content

What's hot

The elements and organization of music
The elements and organization of musicThe elements and organization of music
The elements and organization of musicLynja C. Refugio
 
Reggae research
Reggae researchReggae research
Reggae researchasiyam
 
Powerpoint seni kelompok 2
Powerpoint seni kelompok 2Powerpoint seni kelompok 2
Powerpoint seni kelompok 2Alya Mulyani
 
La música en el cine 1
La música en el cine 1La música en el cine 1
La música en el cine 1mussalmad
 
Guia practica de llenguatge musical, per Marta Obradors
Guia practica de llenguatge musical, per Marta ObradorsGuia practica de llenguatge musical, per Marta Obradors
Guia practica de llenguatge musical, per Marta Obradorsemmsantboi
 
Pertunjukan musik
Pertunjukan  musikPertunjukan  musik
Pertunjukan musikFery Zahuri
 
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.ppt
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.pptMUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.ppt
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.pptPatricia Tiurma
 
Dongeng Anak Singkat
Dongeng Anak SingkatDongeng Anak Singkat
Dongeng Anak SingkatNurul Shufa
 
Fluorescent adolescent – arctic monkeys
Fluorescent adolescent – arctic monkeysFluorescent adolescent – arctic monkeys
Fluorescent adolescent – arctic monkeysjasminbodman
 

What's hot (20)

The elements and organization of music
The elements and organization of musicThe elements and organization of music
The elements and organization of music
 
Reggae research
Reggae researchReggae research
Reggae research
 
Powerpoint seni kelompok 2
Powerpoint seni kelompok 2Powerpoint seni kelompok 2
Powerpoint seni kelompok 2
 
Keong mas
Keong masKeong mas
Keong mas
 
La música en el cine 1
La música en el cine 1La música en el cine 1
La música en el cine 1
 
Musical instruments.pptx
Musical instruments.pptxMusical instruments.pptx
Musical instruments.pptx
 
Jaka tarub
Jaka tarubJaka tarub
Jaka tarub
 
Guia practica de llenguatge musical, per Marta Obradors
Guia practica de llenguatge musical, per Marta ObradorsGuia practica de llenguatge musical, per Marta Obradors
Guia practica de llenguatge musical, per Marta Obradors
 
Nirvana
NirvanaNirvana
Nirvana
 
Seni musik tradisional
Seni musik tradisionalSeni musik tradisional
Seni musik tradisional
 
Pertunjukan musik
Pertunjukan  musikPertunjukan  musik
Pertunjukan musik
 
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.ppt
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.pptMUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.ppt
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA 33 PROVINSI.ppt
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Dongeng Anak Singkat
Dongeng Anak SingkatDongeng Anak Singkat
Dongeng Anak Singkat
 
Heavy metal
Heavy metalHeavy metal
Heavy metal
 
Abba
AbbaAbba
Abba
 
selamat hari ibu
selamat hari ibuselamat hari ibu
selamat hari ibu
 
Stravinsky
StravinskyStravinsky
Stravinsky
 
Fluorescent adolescent – arctic monkeys
Fluorescent adolescent – arctic monkeysFluorescent adolescent – arctic monkeys
Fluorescent adolescent – arctic monkeys
 
Abba
AbbaAbba
Abba
 

Viewers also liked

Com comprar els llibres - insarboc
Com comprar els llibres - insarbocCom comprar els llibres - insarboc
Com comprar els llibres - insarbocrpujol1
 
Amazing Gardening
Amazing GardeningAmazing Gardening
Amazing Gardeningashik khan
 
Communication and Engagement with Stakeholders
Communication and Engagement with StakeholdersCommunication and Engagement with Stakeholders
Communication and Engagement with StakeholdersCarnegie Orr
 
Hanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupal
Hanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupalHanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupal
Hanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupalNguyen Duc Phu
 
Fundamentos de electromagnetismo
Fundamentos de electromagnetismoFundamentos de electromagnetismo
Fundamentos de electromagnetismoJesus Chaux
 
Bitacora 4 trayectoria de la investigacion
Bitacora 4 trayectoria de la investigacionBitacora 4 trayectoria de la investigacion
Bitacora 4 trayectoria de la investigacionCalcifer77
 
Leappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge Mwehe
Leappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge MweheLeappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge Mwehe
Leappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge MweheMathenge Mwehe
 
The Mind Of God ( Part 2)
The  Mind Of  God ( Part 2)The  Mind Of  God ( Part 2)
The Mind Of God ( Part 2)cfministries
 
Switching from lispstat to r
Switching from lispstat to rSwitching from lispstat to r
Switching from lispstat to rAjay Ohri
 
Rising Green Pitch Deck
Rising Green Pitch DeckRising Green Pitch Deck
Rising Green Pitch DeckRising Green
 
EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012
EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012
EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012Portugaleteko Jeltzaleak
 
LinkedIn – netværk og dit personlige brand
LinkedIn – netværk og dit personlige brandLinkedIn – netværk og dit personlige brand
LinkedIn – netværk og dit personlige brandEva Jonassen
 
First Two Years In Life Of A Product
First Two Years In Life Of A ProductFirst Two Years In Life Of A Product
First Two Years In Life Of A ProductRishi Bhargava
 
Presentación liderazgo pec
Presentación liderazgo pecPresentación liderazgo pec
Presentación liderazgo pecSandra VTx
 

Viewers also liked (20)

Com comprar els llibres - insarboc
Com comprar els llibres - insarbocCom comprar els llibres - insarboc
Com comprar els llibres - insarboc
 
Amazing Gardening
Amazing GardeningAmazing Gardening
Amazing Gardening
 
Communication and Engagement with Stakeholders
Communication and Engagement with StakeholdersCommunication and Engagement with Stakeholders
Communication and Engagement with Stakeholders
 
Hanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupal
Hanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupalHanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupal
Hanoi php day 2008 - 02. phan thai trung - drupal
 
Fundamentos de electromagnetismo
Fundamentos de electromagnetismoFundamentos de electromagnetismo
Fundamentos de electromagnetismo
 
Verdadeiros amigos
Verdadeiros amigosVerdadeiros amigos
Verdadeiros amigos
 
Bitacora 4 trayectoria de la investigacion
Bitacora 4 trayectoria de la investigacionBitacora 4 trayectoria de la investigacion
Bitacora 4 trayectoria de la investigacion
 
Leappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge Mwehe
Leappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge MweheLeappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge Mwehe
Leappfrogging from rural hubs to new markets- Mathenge Mwehe
 
trenutak
trenutaktrenutak
trenutak
 
The Mind Of God ( Part 2)
The  Mind Of  God ( Part 2)The  Mind Of  God ( Part 2)
The Mind Of God ( Part 2)
 
Switching from lispstat to r
Switching from lispstat to rSwitching from lispstat to r
Switching from lispstat to r
 
Rising Green Pitch Deck
Rising Green Pitch DeckRising Green Pitch Deck
Rising Green Pitch Deck
 
EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012
EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012
EUSKADI AURRERA, Hauteskunde Egitaraua 2012
 
LinkedIn – netværk og dit personlige brand
LinkedIn – netværk og dit personlige brandLinkedIn – netværk og dit personlige brand
LinkedIn – netværk og dit personlige brand
 
Brochure xtender en
Brochure xtender enBrochure xtender en
Brochure xtender en
 
01
0101
01
 
LIS Education 2.0?
LIS Education 2.0? LIS Education 2.0?
LIS Education 2.0?
 
First Two Years In Life Of A Product
First Two Years In Life Of A ProductFirst Two Years In Life Of A Product
First Two Years In Life Of A Product
 
Avatar
AvatarAvatar
Avatar
 
Presentación liderazgo pec
Presentación liderazgo pecPresentación liderazgo pec
Presentación liderazgo pec
 

Similar to Mimpi Berkabung

Aku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakionessfee
 
Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Ah Ling
 
The Unforgetable
The UnforgetableThe Unforgetable
The UnforgetableLasma Frida
 
Cerpen -our tale
Cerpen -our taleCerpen -our tale
Cerpen -our taleismintan
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberZahrotin Niza
 
Perjalanan terindah
Perjalanan terindahPerjalanan terindah
Perjalanan terindahAnhiza Fitri
 
Awan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabu
Awan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabuAwan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabu
Awan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabuSuria Vijayan Suriavijay
 
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa FadilaStruktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadilanadyaera24
 
ILANA TAN " summer in seoul "
ILANA TAN "  summer in seoul "ILANA TAN "  summer in seoul "
ILANA TAN " summer in seoul "Tara Clara
 
Kabut jingga
Kabut jinggaKabut jingga
Kabut jinggadesmin
 
Kumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks AnekdotKumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks AnekdotFirdika Arini
 

Similar to Mimpi Berkabung (20)

Aku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki laki
 
Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...
 
Monolog kasir kita.docx
Monolog kasir kita.docxMonolog kasir kita.docx
Monolog kasir kita.docx
 
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
 
Orang pertama
Orang pertamaOrang pertama
Orang pertama
 
The Unforgetable
The UnforgetableThe Unforgetable
The Unforgetable
 
Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)
 
Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)
 
The true of my live
The true of my liveThe true of my live
The true of my live
 
Cerpen kasih salina
Cerpen  kasih salinaCerpen  kasih salina
Cerpen kasih salina
 
Cerpen -our tale
Cerpen -our taleCerpen -our tale
Cerpen -our tale
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desember
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Perjalanan terindah
Perjalanan terindahPerjalanan terindah
Perjalanan terindah
 
Summer in-seoul
Summer in-seoulSummer in-seoul
Summer in-seoul
 
Awan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabu
Awan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabuAwan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabu
Awan hitam yang berarak laju atas kepala makin gelap dan kelabu
 
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa FadilaStruktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
 
ILANA TAN " summer in seoul "
ILANA TAN "  summer in seoul "ILANA TAN "  summer in seoul "
ILANA TAN " summer in seoul "
 
Kabut jingga
Kabut jinggaKabut jingga
Kabut jingga
 
Kumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks AnekdotKumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks Anekdot
 

More from Mochammad Ridwan

Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)
Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)
Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)Mochammad Ridwan
 
Bung karno - Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Bung karno - Penyambung Lidah Rakyat IndonesiaBung karno - Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Bung karno - Penyambung Lidah Rakyat IndonesiaMochammad Ridwan
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 
Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...
Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...
Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...Mochammad Ridwan
 
Membedakan fakta dan opini
Membedakan fakta dan opiniMembedakan fakta dan opini
Membedakan fakta dan opiniMochammad Ridwan
 
Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950
Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950
Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950Mochammad Ridwan
 
Membedah isi dari pancasila
Membedah isi dari pancasilaMembedah isi dari pancasila
Membedah isi dari pancasilaMochammad Ridwan
 

More from Mochammad Ridwan (20)

Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)
Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)
Dibawah Lentera Merah (Soe Hok Gie)
 
Bung karno - Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Bung karno - Penyambung Lidah Rakyat IndonesiaBung karno - Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Bung karno - Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
 
Lampiran Permen UKT
Lampiran Permen UKTLampiran Permen UKT
Lampiran Permen UKT
 
Uang Kuliah Tunggal final
Uang Kuliah Tunggal finalUang Kuliah Tunggal final
Uang Kuliah Tunggal final
 
Draft Permendikbud UKT
Draft Permendikbud UKTDraft Permendikbud UKT
Draft Permendikbud UKT
 
Suku dayak
Suku dayakSuku dayak
Suku dayak
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesia
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...
Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...
Peran perguruan tinggi dalam penanaman semangat dan nilai nilai kecintaan kep...
 
Penyu
PenyuPenyu
Penyu
 
Partai politik
Partai politikPartai politik
Partai politik
 
Nusa tenggara timur (ntt)
Nusa tenggara timur (ntt)Nusa tenggara timur (ntt)
Nusa tenggara timur (ntt)
 
Membedakan fakta dan opini
Membedakan fakta dan opiniMembedakan fakta dan opini
Membedakan fakta dan opini
 
Majas
MajasMajas
Majas
 
Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950
Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950
Keadaan ekonomi indonesia pada masa 1945 1950
 
Instalasi windows vista
Instalasi windows vistaInstalasi windows vista
Instalasi windows vista
 
Membedah isi dari pancasila
Membedah isi dari pancasilaMembedah isi dari pancasila
Membedah isi dari pancasila
 
Contoh paragraf
Contoh paragrafContoh paragraf
Contoh paragraf
 
Contoh paragraf
Contoh paragrafContoh paragraf
Contoh paragraf
 
Biodiversity
BiodiversityBiodiversity
Biodiversity
 

Recently uploaded

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

Mimpi Berkabung

  • 1. DEJA VU Hujan deras mewarnai pagi ini. Aku menuruni mobil sambil menutupi kepalaku dengan telapak tangan kiriku. Aku berlari menerobos hujan, sampai tiba di lobi sekolah. Kulihat parkiran motor dan mobil masih sepi. Beginilah jika hujan deras datang. Rasanya malas sekali keluar rumah, apalagi ke sekolah. Huh, lebih enak tidur daripada keluar rumah. Aku, sih inginnya seperti itu. Tapi, aku sudah bertekad tidak akan malas sekolah, apalagi aku sudah duduk di kelas 12 IPA. Kelas yang paling memusingkan, yang kelak akan menyambut Ujian Nasional yang sangat mengerikan itu. Selain alasan itu, hari ini ada ulangan fisika. Daripada remedial atau ulangan susulan, mendingan ikut ulangan sekarang saja. Aku tiba di depan kelas 12 IPA 1, kelasku. Aku memasuki kelas, dan terperanjat. Oh My God ! Entah ini sesuatu yang terbaik atau terburuk bagiku, yang pasti kini di kelas hanya ada aku, dan sesosok cowok yang paliiing manis dan paliiiing keren, yang kukenal sepanjang hidupku. Ia duduk di depan bangku yang kutempati,dan berjarak dua bangku. Tidak kusangka, pagi ini hanya ada aku dan Rainald, cowok terkeren dan terpintar di kelasku. Wonderfull time ! Aku menundukkan kepala saat lewat di samping Rainald, dan sepertinya ia tidak melirikku sedikitpun. Bahkan sampai aku meletakkan tas di atas meja dengan cara membanting tasku, cowok itu tidak bergeming. Aku menopang dagu, sambil menatap punggung Rainald dari belakang. Huff… sudah tiga tahun aku dan Rainald sekelas, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Tapi… rasanya aku dan Rainald tidak pernah berinteraksi sedikitpun, seolah ia sekolah di bulan dan aku di bumi. Aku masih menatap punggungnya. Tangannya sibuk menulis di kertas coretan. Sepertinya ia sedang mempelajari bab fisika yang nanti akan dijadikan ulangan. Hmmp… aku ingin menyapa dia pagi ini. Tapi bagaimana caranya ? Aku bukan Citra, anak kelas 11 IPA, sekaligus komandan geng cewek – cewek centil, yang selalu punya waktu luang untuk menemani Rainald main basket. Aku juga bukan Erin, yang boleh keluar pada malam hari hanya untuk menonton Rainald latihan band. Aku juga bukan Jany, cewek culun se-SMU yang punya otak cerdas, dan selalu menjadi “guru privat” Rainald. Aku bukan siapa – siapa. Aku adalah aku, yang tubuhnya kurus dan tinggi seperti tiang listrik. Wajahku biasa saja. Hanya hidung mancungku yang terlihat sempurna dari wajahku. Alisku melengkung, mataku agak sipit dan bibirku tebal. Kulitku putih, seperti anak – anak China, tapi aku tidak secantik Citra atau Erin, yang wajahnya menawan dan mempunyai lekuk tubuh yang sempurna. Rambutku hitam kecoklatan, yang tergerai panjang sampai punggung. Yaah, memang aku tidak secantik Asmirandah. Aku juga tidak sepintar Einstein. Aku tidak seperti Aura Kasih, yang tubuhnya sangat sempurna. Aku adalah Melanie, seseorang yang bangga akan dirinya sendiri. Be your self, itu adalah mottoku. Tanpa kusadari, Rainald dengan spontan menoleh dan menatap mataku yang sedang memandangnya saat itu. Aku sedikit kaget. Aku pura – pura mencari buku dalam tasku ketika menyadari ia menatapku. Aduuuh, tengsin banget ! Sumpah ! Aku tidak tahu, wajahku seperti apa pada saat ini. Mungkin seperti kepiting rebus ? Atau apalah… yang penting aku malu banget. Ketika memandang ke depanku lagi, Rainald sudah tidak menatapku. Ia membalikkan badan ke depan, dan sibuk menghitung soal – soal fisika. Aku memaki diriku sendiri. Aku sangat bodoh. Mencintainya sejak dua tahun lalu, tapi tidak bisa kukatakan isi hatiku hingga sekarang. Aku ingin mengajaknya bicara pagi ini, mumpung kita hanya berdua di dalam kelas. Kira – kira bicara apa, ya ? “ Pagi, Rainald “ uhm… terlalu sederhana. Atau seperti ini ? “ Rainald, pinjam bolpoin, dong “ Iiih, kata – kata itu sepertinya kurang pas, deh. Malah mungkin Rainald menganggapku sebagai cewek nggak modal alat sekolah. Or…meybe like this.. “ Rainald, ntar sore latihan basket, ya ? Boleh aku
  • 2. temani ? “ boleh juga. Atau… “ Rainald, nanti malam aku lihat latihan bandmu dong “ hmm… atau lebih nekatnya lagi.. “ Eh, nanti malam ada film keren, loh di bioskop. Nonton, yuk “ Aku meringis. Tidak ada kata yang pas untuk kuucapkan pagi ini. Bukan ! Aku meralat isi hatiku. Kata- kata itu sebenarnya pantas untuk kuucapkan, hanya saja tak ada keberanian di hatiku. Hanya tatapan mata yang bisa kuberikan untuk Rainald. Tatapan mata penuh cinta dan kasih sayang. Hanya itu keberanianku yang timbul pagi ini. Tapi, tatapan itu kini pudar sudah, ketika Citra, Erin dan cewek – cewek centil lainnya masuk ke kelas 12 IPA 1. Rainald menyambut kedatangan mereka dengan senyum yang sepertinya terasa hambar itu. Aku menghembuskan nafas. Uuuh… sebel banget lihat cewek – cewek itu duduk di dekat Rainald sambil tertawa dibuat – buat dan gaya jaim yang sangat memuakkan. Walaupun hal itu terlihat sempurna di mata cowok, sayangnya, aku tidak bisa berperilaku seperti mereka, apalagi di depan Rainald Huff… aku menghembuskan nafas dengan nada kecewa. *** Aku menggendong Miau, kucing anggoraku yang sangat lucu. Entah aku berada di mana saat ini. Rasanya, tempat ini belum pernah kulihat. Perumahan yang rata – rata warna rumahnya hijau pastel. Aku menyukai tempat ini, meski diriku sendiri tak tahu aku berada di mana. Kakiku berjalan menyusuri trotoar kecil di pinggir jalan. Perumahan jalan itu begitu besar. Mungkin dua mobil yang berdampingan dapat berjalan di jalan beraspal di kompleks perumahan ini. Kakiku terasa letih untuk berjalan kembali, dan betapa girangnya aku melihat sebuah pohon mahoni. Di bawah pohon mahoni terletak sebuah batu yang bisa kujadikan sebagai tempat duduk. Aku duduk di bawah pohon mahoni sambil tetap menggendong Miau. Aku menghembuskan nafas, menikmati pemandangan di sekitarku. Entah mengapa, jalan di perumahan ini rasanya sepi, padahal waktu masih menunjukkan siang hari. Aku mengamati ke sekelilingku. Sepi. Sunyi. Tapi memang beginilah kondisi perumahan orang – orang kaya. Sepi. Aku mengelus kepala Miau. “ Meoooong !!! “ Miau mengeong dengan keras. Aku menyipitkan mataku menatap Miau. Ia mengeong dengan sangat keras. Matanya tertuju pada jalan aspal di depannya. Aku mengerutkan kening dan menatap jalan aspal itu. Ugh… aku terpana. Jika mataku tidak salah, Rainald berdiri di seberang jalan. Sendirian. Ia menatapku dengan tatapan mata yang tajam, lalu mengembangkan senyumannya, yang bagiku adalah senyum manis. Bukan senyum hambar saat bertemu dengan cewek – cewek centil di sekolah. Mau tak mau, aku membalas senyumannya. Mataku lebih terbelalak lagi, saat Rainald menyeberang jalan, setelah memberi isyarat bahwa ia akan menyeberang jalan dan menuju ke arahku. Aku senang sekali. Mungkin di detik ini, aku bisa mendengar suara lembut Rainald yang berbicara langsung padaku, menyapaku dan tertawa di depanku. Saat pertama aku berbicara dengannya setelah hampir tiga tahun memendam perasaanku. Ini adalah saat yang kutunggu ! Rainald menyeberang jalan, tanpa tahu ada sebuah mobil Honda Jazz hitam melaju di pinggir jalan. Aku juga tidak tahu akan kehadiran mobil itu. Rainald menatapku dengan tatapan matanya yang sejuk. Aku membalas menatapnya. “ Meoooong !!! “ Miau mengeong dengan keras. Aku tersentak dan menatap Miau. Ada apa ? Mengapa ia mengeong ? Dan baru detik itu pula, aku mendengar suara sesuatu di tengah jalan, dan aku terpekik dengan keras. Rainald tertabrak mobil !!! Miau terlepas dari pelukanku, dan mengeong dengan keras. “ RAINAAAALD !!!!! “ seruku dengan keras, dan tanpa sadar aku membuka mataku. Astaga ! Ternyata hanya mimpi. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku. Wajahku penuh dengan keringat, meskipun AC telah kupasang dengan suhu yang paling rendah, namun tetap berkeringat. Aku melihat jam dinding. Astaga !! Setengah enam ! Aku harus mandi dan cepat ke sekolah. Aku melangkah ke kamar mandi untuk cepat – cepat mandi. *** Baru kali ini kutatap mata Rainald. Tatapan mata yang sejuk, membuat terhipnotis. Dia begitu tampan, dan hal itu membuatku duduk di atas batu selayaknya seorang patung. “ Meoooong !!! “
  • 3. Miau mengeong. Ia terlepas dari pelukanku. “ Miau, kenapa ? “ tanyaku. Aku memperhatikan Miau, dan tak lama kemudian…… “ RAINAAAALD !!!!!! “ aku berseru. Tubuh Rainald terguling di jalan raya. Keningnya basah oleh tetesan darah, membuatku membuka mata kembali. Ugh… mimpi lagi ! Kenapa, sih mimpi buruk itu menghantuiku selama tiga hari ? Apakah hal itu akan benar – benar terjadi ? Ugh… cepat kubuang pikiran buruk itu. Aku melihat jam dinding. Pukul 5. Aku memutuskan untuk segera Shalat Subuh, agar melupakan masalah itu dengan cepat. *** “ Meooong !!! “ Miau mengeong dengan keras. Aku menatap kucing peliharaanku itu, karena Miau telah melepaskan diri dari pelukanku. Ketika hendak berlari mengejar Miau, sebuah Honda Jazz berwarna hitam, tanpa di ketahui siapa pengemudinya, menghantam tubuh Rainald dengan keras, menyisakan darah yang keluar dari tubuh Rainald. Mobil Honda Jazz hitam itu, dengan kaca pengemudi tertutup rapat, tidak meninggalkan tempat. Mobil itu hanya terdiam di depan mayat Rainald, membuatku tak kuasa untuk tidak berteriak. “ RAINAAAAALD !!!! “ seruku lantang, dan kembali lagi aku bangun dari tidurku. Aku mengusap keringat di wajahku. Astaga, mimpi ini telah hadir selama dua minggu. Kenapa… dua minggu ini aku semakin jelas melihat jalannya kematian Rainald ? Apakah ini deja vu ? Uups.. aku membuang pikiran itu. Mungkin karena aku terlalu banyak nonton film, jadinya mimpi seperti ini. Tapi… kenapa mimpi ini selalu hadir selama dua minggu ? Apakah ini akan menjadi kenyataan ? “ Tidak, Rainald tidak boleh mati “ aku bergumam sambil menendang selimut yang menutupi tubuhku sampai batasan pinggul. Aku harus memberitahukan hal ini pada Rainald ! Harus ! Pagi ini juga, aku akan berkata hal itu pada Rainald ! *** Perpustakaan dipenuhi murid – murid berseragam abu – abu putih saat istirahat. Aku masuk ke dalam perpustakaan untuk mencari buku fisika. Ketika aku mencari buku fisika latihan soal di rak buku Sains, seseorang yang sangat kucintai, namun kehadirannya tidak kuinginkan, hadir di sebelahku. Ia muncul secara tiba – tiba, dan menarik sebuah buku yang ada di rak buku Sains. Ia membuka – buka buku itu, dan menatap isi buku itu dengan serius. Aku ingin menjauh darinya saat itu juga. Ketika badanku akan berbalik, aku teringat. Teringat mimpiku yang menghantuiku selama dua minggu ini. Saat yang tepat untuk berkata dengan Rainald, karena saat ini Rainald sedang sendiri di perpustakaan. Tidak ada gengnya Citra yang suka mengikutinya kemanapun Rainald pergi, tidak ada teman band atau teman basket Rainald. Hanya ada aku dan Rainald di perpustakaan. Yap… aku harus mengatakannya pada Rainald. Satu… dua… tiga… ! “ Ehm… Rainald “ panggilku. Tiba – tiba hatiku menciut. Bodoh, buat apa aku memanggil namanya ? Ugh… aku cewek bodoh sedunia. Rainald menoleh ke arahku dan tersenyum. “ Kenapa, Melanie ? “ tanya Rainald ramah. Seketika, nyaliku untuk berkata pada Rainald kini telah menghilang. “ Ehm… aku mau pinjam buku itu “ tanpa pikir panjang, kata – kata itu telah keluar dari mulutku, menunjuk buku yang sedang di genggam Rainald. Rainald menatap bukunya dan tersenyum, senyum manis yang kulihat seperti di mimpiku. “ Ambil aja. Aku hanya mau lihat – lihat buku aja, kok “ ucap Rainald sambil menyerahkan buku itu ke arahku. Aku membalas senyumannya, dan membalikkan badan, menjauh dari perpustakaan. Aku tercengang. Hari ini, adalah hari pertamaku berbicara dengan RAINALD !! Perasaanku lega campur gelisah. Lega, karena sudah mendengar suara lembut Rainald yang ditujukannya padaku untuk pertama kalinya. Dan gelisah, karena tidak mengungkapkan sesuatu yang menghantuiku selama ini. *** Esok harinya…. Aku berdecak saat mobil belum datang. Aku menunggu di depan gerbang sekolah, sambil mengetik SMS ke Kak Marsya, kakakku yang telah kuliah di bidang biokimia, untuk menjemputku saat ini juga. Karena SMS tidak kunjung di balas, aku memencet nomor HP Kak Marsya untuk meneleponnya. “ Halo, Kak Marysa ?! Kakak di mana ? Kok nggak nongol – nongol, sih ?! Melanie capek, nih nunggu Kak Marsya “ ucapku manja sambil memonyongkan bibir. “ Aduuh…
  • 4. Melanie. Kakak lagi makan siang, nih di kampus. Lima belas menit lagi, deh kakak ke sana “ ucap Kak Marsya. “ Iya, iya. Cepet, ya. Nggak pake lama “ ucapku sambil mematikan telepon. Dasar Kak Masrya ! Molor terus, nih kerjaannya. “ Hai “ sapa seseorang dari belakangku. Aku menoleh ke belakang dan…….. astaga !! Rainald ! Tidak, tidak… aku gugup sekali saat ini. Hatiku deg – degan saat berhadapan dengan sosok Rainald saat ini. “ Ehm… hai juga “ mau tak mau aku harus membalas perkataannya. Jantungku berdetak dengan kencang. “ Nunggu jemputan ? “ tanya Rainald ramah. Kedua tangannya menggenggam tali ranselnya, sedangkan wajahnya menatapku dengan ramah. Aku mengangguk. “ Iya “ aku hanya menjawab sekenanya. Sungguh ingin melayang ke langit ketujuh, saat ini, saat Rainald mengajakku bicara !! Apalagi sekarang kita berdua berdiri di depan pagar. Berdua saja ! Citra, Erin, cewek – cewek sepopuler apapun di SMUku, tidak pernah mengalami saat indah sepertiku ini. Aku merasa beruntung. Tiba – tiba, aku teringat soal mimpiku yang menghantuiku semalam. Tapi, rasanya malu sekali jika berbicara pada Rainald. Kami berdua diam agak lama, dan akhirnya…. “ Eh, itu jemputanku udah datang. Duluan, ya Melanie “ ucap Rainald dan berlari ke arah mobil Jaguar yang menjemputnya. Aku balas melambaikan tangan pada Rainald. Yaah… aku memang pemalu. Dan aku yakin, sampai matipun aku tidak akan bisa berkata tentang mimpiku, apalagi perasaanku pada Rainald. *** “ Buruan, deh Mel ! Cepet ! Kakak butuh ! “ seru Kak Marsya dari telepon. Aku yang sedang makan siang, cemberut mendengar kata – kata Kak Marsya. “ Yeeeh, makanya lain kali makalahnya jangan ditinggal di rumah, dong “ sahutku. “ Mel, kan selama ini kalau buku PR kamu ketinggalan, kakak yang antar. Sekarang, kamu yang antar, dong “ gerutu Kak Marsya. “ Iya, iya ! Bawel ! Harus kuantar ke mana, nih ? “ tanyaku. “ Ke rumahnya Awit, temanku. Nanti kakak SMS alamatnya Awit, deh “ ucap Kak Marsya. “ Oke. Tapi Melanie ke sana naik apa, nih ? “ tanyaku. “ Mobilnya Mama. Cepet, ya ! Gak pake lama “ ucap Kak Marsya, lalu mematikan telepon. Aku tersenyum girang. Yess !! Akhirnya, aku boleh juga naik mobil baru Mama. Haha… senang juga boleh mengendarai mobil, meskipun belum buat SIM. Aku mengambil makalah Kak Marsya di kamarnya, lalu mengambil sandalku di rak sepatu. Kupakai sandal itu, lalu mengambil kunci mobil yang di gantung di paku dekat pintu masuk. Lalu menuju garasi dan menyalakan mesin mobil. Setelah menggerakkan tongkat porsneling, kuinjak gas dan mobil melaju dengan kencang. “ Hmmm… jalan Dieng.. jalan Dieng “ aku bergumam ketika melihat SMS dari Kak Marsya yang menunjukkan alamat rumah temannya. Aku menjalankan mobil dengan hati – hati ketika memasuki Jalan Dieng, karena sebelumnya aku belum pernah memasuki tempat ini. Meskipun sejak SMP aku tinggal di kota ini, sayangnya aku belum tahu di mana letaknya jalan Dieng. Makanya aku buta arah jika memasuki kawasan jalan Dieng. “ Belok kanan… terus cari perumahan Green Diamond. Rumah Awit adalah rumah nomor 6. Di depan rumahnya ada pohon mahoni “ aku membaca deskripsi rumah teman Kak Marsya. Aku membelokkan mobil ke tikungan kanan. Uhh… pantas perumahan ini di beri nama Green Diamond. Rumahnya rata – rata bercat hijau pastel, sih. Tiba – tiba aku tersentak. Sepertinya…… aku pernah ke tempat ini. Tapi sama siapa ? Aku terperanjat. Tanganku yang memegang setir, semakin dingin saat menyadari bahwa mobil yang kubawa adalah mobil Honda Jazz. Honda Jazz hitam !! Dan ini adalah perumahan yang pernah hadir di dalam mimpiku ! Iya, benar ! Saat itu, aku menggendong Miau dan mengajaknya jalan – jalan di daerah yang ciri khasnya sama dengan jalan Dieng yang kudatangi saat ini, tempat yang baru pertama kali kulihat secara nyata, bukan secara abstrak. Namun, aku berdoa, semoga kejadian dalam mimpiku tidak benar – benar terjadi. Sayangnya, aku salah duga. Di seberang jalan, Rainald yang memakai jaket putih sedang menyeberang jalan, tanpa melihat kanan kiri. Aku kaget. “ RAINAAAALD !!!! “ aku berseru. Aku mencoba menginjak rem dan….. rem
  • 5. mobilnya blong !!! Aku menekan klakson, namun terlambat. Mobil sudah terlalu dekat dengan Rainald. Tak ada jalan lain. Aku membanting setir mobil ke kiri dan mobilku berhadapan langsung dengan pohon mahoni, pohon yang kutempati sebelum melihat mayat Rainald dalam mimpiku. Dan kejadian buruk itu menimpaku. Mobilku menabrak pohon mahoni. Kepalaku membentur setir. Kurasakan ada sesuatu yang dingin mengalir di keningku. Entah… sepertinya darah. Aku hanya bisa menangis dalam hati. Seharusnya, Rainald tahu akan mimpiku sejak lama. Seandainya aku bisa berkata secepatnya dengan Rainald. Seandainya aku berani berkata semuanya pada Rainald….. Seandainya Rainald tahu tentang semua yang ia tidak tahu…..