Tinjauan umum menunjukkan kinerja ekonomi tahun 2008 kurang menggembirakan akibat krisis keuangan global, perlambatan ekonomi dunia, dan kenaikan harga minyak serta pangan. Pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III mencapai 6,1% tetapi masih di bawah target 6,4%, inflasi meningkat di atas target 6,5%, dan suku bunga SBI melebihi target 7,5%.
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
1. umihanik.blogspot.com
Catatan Kritis Kinerja Bidang Ekonomi Tahun 2008*
Umi Hanik
Melihat berbagai indikator ekonomi yang ada, secara umum kinerja bidang ekonomi
sepanjang tahun 2008 menunjukkan prestasi yang kurang menggembirakan. Banyak
faktor yang menjadi penyebab tidak optimalnya kinerja bidang ekonomi tersebut
utamanya terkait antisipasi dan penanganan krisis keuangan yang disebabkan oleh
adanya krisis keuangan global, perlambatan ekonomi dunia, dan kenaikan harga
minyak serta pangan sebagai akibat rembetan gejolak ekonomi yang terjadi di Amerika
Serikat (USA). Selanjutnya, mengingat penyebab tidak optimalnya kinerja ekonomi ini
adalah faktor eksternal dan diluar kendali maka catatan ini akan ditekankan pada aspek
perencanaan dan pelaksanaan untuk antisipasi dan penanganan krisis dalam rangka
merealisasikan target ekonomi sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 16 Tahun
2008 Tentang APBNP 2008 mencakup pertumbuhan ekonomi pada tingkat 6,4%, inflasi
sebesar 6,5%, SBI tiga bulan sebesar 7,5% dan harga minyak sebesar 95 dolar AS per
barel.
Momentum Pertumbuhan Ekonomi
Hingga triwulan III-2008 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia meningkat sebesar
3,5 persen terhadap triwulan II-2008 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor
ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertanian 6,7 persen dan terendah di
sektor jasa-jasa 0,9 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007
(y-on-y), PDB Indonesia triwulan III-2008 ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,1
persen, dimana semua sektor mengalami pertumbuhan, tertinggi di sektor
pengangkutan dan komunikasi 17,1 persen dan terendah disektor pertambangan dan
penggalian 1,6 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada triwulan III-2008
mencapai 6,6 persen (y-on-y), yang berarti lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan PDB keseluruhan yang besarnya 6,1 persen. Secara kumulatif,
pertumbuhan PDB Indonesia hingga triwulan III-2008 dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2007 (c-to-c) tumbuh sebesar 6,3 persen.
Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan III-2008 Rp1.343,8
triliun sehingga kumulatif triwulan ke III-2008 mencapai Rp3.705,3 triliun. Dari sisi
penggunaan, kontribusi konsumsi pemerintah pada pertumbuhan ekonomi selama
triwulan III 2008 cukup besar yakni sebesar 7,9 persen. Sementara itu pertumbuhan
konsumsi rumah tangga selama triwulan III mencapai 1,9 persen, pembentukan modal
tetap bruto (PMTB) sebesar 5,4 persen, ekspor sebesar 0,0 persen, dan impor 1,2
persen. Pertumbuhan PDB penggunaan triwulan III-2008 dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun 2007 (6,1 persen) ditopang oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah
16,9 persen, ekspor 14,3 persen, PMTB 12,0 persen, impor 11,9 persen dan konsumsi
rumah tangga 5,3 persen. Adapun terkait struktur perekonomian Indonesia secara
spasial masih didominasi oleh Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB
nasional sebesar 57,5 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,8
persen, Pulau Kalimantan 10,1 persen, Pulau Sulawesi 4,1 persen dan lainnya sebesar
4,5 persen. Secara umum pertumbuhan investasi masih jauh dari target pertumbuhan
investasi selama 2008 sebesar 12-15 persen.
umihanik.blogspot.com
2. umihanik.blogspot.com
Mengenai dampak resesi global, dari pertemuan G7 di Jepang beberapa waktu lalu
menyimpulkan bahwa dampak resesi global terhadap Indonesia tidak signifikan karena
ekspor Indonesia terdiversifikasi, sementara investasi sebagian besar dari domestik.
Selama triwulan IV 2008 diharapkan berbagai paket kebijakan dan regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk menciptakan momentum pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi dapat tercapai.
Harga Minyak Dunia
Perkembangan berbagai faktor eksternal yang penuh ketidakpastian dan sulit
diprediksikan mewarnai situasi perekonomian yang terjadi sejak kuartal IV 2007 dan
terus berlanjut hingga kuartal II 2008. Ketidakpastian ini berawal dari krisis subprime
mortgage yang terjadi pada pertengahan tahun 2007 dan telah memberikan imbas pada
kondisi perekonomian dunia. Pada saat yang bersamaan, harga-harga komoditi dunia
mulai dari minyak bumi, minyak sawit, gandum, dan kedelai mengalami peningkatan
yang sangat tinggi hingga lebih dari 100 persen.
Tingginya harga komoditi dunia terutama harga minyak mentah ternyata masih berlanjut
hingga memasuki semester II 2008 dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam
jangka waktu dekat. Harga minyak dunia yang terus meningkat hingga mencapai
kisaran US$140 per barel pada pertengahan Juli 2008 ternyata mulai menunjukkan
tanda-tanda menurun pada akhir bulan Juli pada kisaran harga US$125 per barel.
Walaupun harga minyak mulai menunjukkan kecenderungan yang menurun, namun
berbagai prediksi oleh lembaga yang kompeten di bidang perminyakan menyebutkan
bahwa kenaikan harga minyak dunia masih akan tetap berlanjut.
Bila mencermati perkembangan permintaan dan penawaran minyak dunia selama
Desember 2007 hingga Juni 2008, dapat dilihat bahwa produksi minyak dunia sudah
melebihi permintaannya, namun demikian harga minyak internasional tetap terus
meningkat. Tingginya harga minyak pada periode ini lebih disebabkan faktor
nonfundamental akibat tindakan spekulatif di pasar komoditi. Harga rata-rata minyak
mentah WTI untuk periode Januari – Juni 2008 mencapai US$111,1 atau naik 80,5
persen dari harga rata-rata periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$61,6. Harga
rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) periode Januari – Juni 2008 mencapai
US$109,4 per barel, meningkat 73,8 persen dari harganya pada periode yang sama di
tahun 2007 sebesar US$62,9 per barel.
Kinerja Pasar Modal
Kenaikan harga komoditi termasuk harga minyak dan harga pangan telah memicu
inflasi dan memperlambat perkembangan indeks harga saham. Sejak awal tahun 2008,
indeks harga saham di pasar global terus mengalami koreksi, meskipun beberapa
indeks di pasar modal mengalami recovery dibandingkan nilai keseluruhan indeks pada
awal tahun. Perdagangan saham di Dow Jones yang pada awal tahun 2008 dibuka
pada level 13.044,0, sepanjang Semester I 2008 terus berfluktuatif dan pada akhir Juli
ditutup pada level sekitar 11.370,0 atau terkoreksi 1.674,0 poin.
umihanik.blogspot.com
3. umihanik.blogspot.com
Indeks ini lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun 2007 dengan nilai
13.408,6 atau turun sebesar 2.038,6 poin. Hal yang sama juga dialami oleh bursa
saham negara lain. Indeks saham global lain yang juga mengalami koreksi adalah
FTSE 1000 (Inggris) pada akhir Juli 2008 ditutup pada level 5.625,9 atau turun 790,8
poin dari 6.416,7 di awal tahun. Penurunan indeks juga dialami oleh bursa saham
regional. Indeks Nikkei (Jepang) turun 1.210,0 poin, indeks Hang Seng (Hongkong)
turun 5.458,5 poin dan indeks BSE (India) turun 6.839,1 poin dibanding posisi awal
tahun.
Memasuki tahun 2008, kinerja pasar modal domestik masih cukup baik dan mampu
terus tumbuh serta menciptakan beberapa rekor baru, antara lain indeks harga saham
yang mencapai 2830,3 pada tanggal 9 Januari 2008. Namun kondisi ekonomi AS yang
semakin memburuk telah membawa sentimen negatif pada bursa saham. Indeks bursa
saham utama termasuk bursa saham Indonesia kembali berjatuhan. IHSG turun
mencapai level terendah 2180,1 pada tanggal 9 April 2008. Kebijakan untuk menaikkan
harga BBM dan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2008 yang
masih cukup kuat, membawa sentimen positif ke bursa saham Indonesia sehingga
IHSG mampu kembali meningkat. Pada akhir Semester I 2008, IHSG ditutup pada level
2349,1 meningkat 9,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Krisis finansial Amerika Serikat yang merambat ke berbagai penjuru dunia ini
ditunjukkan dengan aksi jual saham besar-besaran para investor asing yang tengah
membutuhkan likuiditas dan kemudian diikuti investor domestik yang panik membuat
indeks saham terpelanting ke jurang. IHSG yang Januari lalu sempat pada level 2.830
kini bergerak di sekitar 1.200 poin atau telah tergerus hampir 60 persen. Keseriusan
perusahaan BUMN melaksanakan program beli balik (buy back) saham pun masih
diragukan. Sampai 1 Desember lalu, dana yang dibelanjakan untuk beli balik saham
BUMN baru Rp 253 miliar atau sekitar 3,8 persen dari cadangan dana sebesar Rp 6,5
triliun.
Obligasi
Di sisi lain, gejolak keuangan dunia di awal tahun 2008 telah memberikan beban yang
berat pada Surat Utang Negara (SUN). Hal ini tercermin dari semakin meningkatnya
ekspektasi imbal hasil (yield) untuk SUN 10 tahun di pasar sekunder hingga mencapai
13,2 persen pada tanggal 9 Juni 2008. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu berarti yield SUN 10 tahun telah meningkat sebesar 412 bps. Instrumen surat utang
dengan jangka waktu 10 tahun ini memang lebih mendapatkan tekanan dibandingkan
instrumen surat utang dengan jangka waktu yang lebih panjang, misalnya SUN 30
tahun. Dengan semakin meningkatnya yield, Pemerintah perlu membayar bunga yang
lebih mahal untuk penerbitan surat utang baru. Suku bunga yang meningkat akan
menambah beban pembayaran bunga utang pada APBN.
umihanik.blogspot.com
4. umihanik.blogspot.com
Harga Komoditi Beras
Harga beras dunia meningkat tajam dalam tahun 2008. Walaupun sudah mulai
menunjukkan penurunan, harga beras Thailand - yang menjadi acuan harga beras
dunia - mencapai US$741,65 per metrik ton atau mengalami peningkatan sebesar 97
persen dibandingkan dengan harga pada akhir tahun 2007. Kenaikan harga beras ini
merupakan yang tertinggi selama 20 tahun terakhir. Kenaikan harga beras internasional
terjadi pada saat produksi beras dunia mencapai puncaknya. Penyebab kenaikan ini
lebih disebabkan karena tindakan beberapa negara pengekspor beras seperti India dan
Vietnam yang memberlakukan restriksi ekspor dan sikap panik dari Filipina yang
mendorong harga beras bergerak liar. Langkah koordinasi yang dipelopori oleh
Indonesia dengan mendekati beberapa negara yang memiliki stok beras besar seperti
Jepang dan Cina serta kebersediaan negara pengekspor beras seperti Vietnam dan
Thailand untuk menyediakan pasokan beras telah meredakan gelojak harga beras
tersebut. Di pasar domestik, harga beras dalam negeri kualitas sedang pada akhir Juni
2008 telah mencapai Rp5.544 per kilogram, atau hanya naik 8,2 persen dibanding
harga pada dengan akhir tahun 2007.
Suku Bunga
Sejak awal 2008, pelaksanaan kebijakan moneter diarahkan untuk mengupayakan
pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pada tingkat yang sesuai
dengan BI rate. Sejak April 2008, kebijakan moneter yang telah diambil berhasil
mengarahkan pergerakan tingkat suku bunga PUAB O/N mendekati BI rate yaitu
sebesar 8,0 persen. Seiring dengan mulai meningkatnya laju inflasi, pada bulan Mei
2008 Bank Indonesia mulai menerapkan kebijakan moneter yang lebih ketat dengan
menaikan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 8,25 persen. Pada Juni 2008, BI
rate kembali dinaikkan 25 bps menjadi 8,50 persen sebagai respons terhadap
peningkatan ekpektasi inflasi yang mencapai 11,03 persen (y-o-y). Peningkatan BI rate
terus berlanjut hingga pada bulan Juli 2008 menjadi 8,75 persen.
Kenaikan suku bunga BI rate akan diikuti dengan kenaikan suku bunga SBI 3 bulan dan
suku bunga pinjaman perbankan, seperti suku bunga kredit investasi, kredit modal
kerja, dan kredit konsumsi. Suku bunga SBI 3 bulan yang pada awal tahun 2008
sebesar 7,83 persen meningkat menjadi sebesar 9,0 persen pada Juni 2008 dan
diperkirakan akan terus meningkat.
Tingkat Inflasi
Inflasi menunjukkan kecenderungan meningkat akibat meningkatnya harga pangan
dunia dan juga dampak dari kenaikan harga BBM. Pada bulan Juli 2008, tingkat inflasi
mencapai 1,37 persen (m-t-m), menurun dibandingkan inflasi bulan Juni 2008 yang
mencapai 2,46 persen, dan inflasi tahunan sebesar 11,9 persen (y-o-y). Tingginya
inflasi pada bulan Juni dan Juli 2008 tersebut menyebabkan inflasi selama Januari-Juli
2008 mencapai 8,85 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama
tahun 2007 yang besarnya 2,81 persen. Akibat dari kenaikan inflasi ini, Bank Indonesia
secara perlahan mulai menaikkan tingkat bunga dari 8,0 persen pada bulan Januari
2008 menjadi 8,75 persen pada bulan Juli 2008.
umihanik.blogspot.com
5. umihanik.blogspot.com
Profil Rupiah
Hingga Minggu ke-3 November 2008, kurs rupiah menunjukkan kondisi yang
mengkhawatirkan. Terhadap dolar AS, nilai tukar rupiah telah menembus batas
psikologis 12.000, dan pada perdagangan kemarin ada di level 12.480 per dolar AS.
Nilai tukar tersebut merupakan level terendah sejak 10 tahun lalu. Selama 2008, rupiah
telah terdepresiasi lebih dari 30%, dolar Singapura berada di kisaran 24%, ringgit
Malaysia 15%, dolar Taiwan 10%, baht Thailand 6% dan renminbi China hanya merosot
3%. Bahkan beberapa valuta di Asia justru mengalami apresiasi seperti dolar Hong
Kong sebesar 1%, won Korea 9% dan peso Filipina 18%. Anjloknya nilai tukar rupiah
membawa dampak yang serius bagi perekonomian nasional, mengingat masih
besarnya ketergantungan kita pada barang-barang impor. Artinya beban hidup
masyarakat menjadi bertambah berat, ongkos berusaha menjadi meningkat, yang pada
akhirnya kondisi ini bisa memperlemah perekonomian nasional.
Mata uang adalah komoditas yang nilainya sangat dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran di pasar. Besarnya upaya Amerika Serikat menyedot dolarnya dari pasar
keuangan dunia guna menyelamatkan ekonomi negara adidaya itu, tentu akan
memengaruhi kinerja mata uang dunia. Anjloknya indeks bursa-bursa global-khususnya
IHSG-akan mengakibatkan perpindahan dana-dana di pasar modal. Kebutuhan dolar
AS yang tinggi untuk membayar utang-utang korporasi besar dan BUMN yang jatuh
tempo, juga ikut berpengaruh. Penambahan dana pihak ketiga di perbankan-mayoritas
masuk ke 10 bank besar-tentunya tidak terjadi begitu saja tanpa sebab. Belum lagi
sikap panik masyarakat yang mengkonversi rupiahnya menjadi valuta asing, membuat
suasana menjadi bertambah keruh. Meskipun sedikit terlambat dan kehilangan
momentum, kebijakan blanket guarantee melalui disyahkannya paket undang-undang
penanganan krisis pada akhir masa persidangan ke-4 2008 oleh DPR akan sedikit
menenangkan para pelaku ekonomi.
Ketahanan Pangan
Langkanya pupuk bersubsidi di pelosok nusantara, disinyalir akibat ulah penyalur yang
sengaja belum menyalurkan pupuk sesuai dengan jatah daerah masing-masing.
Potensi penyelewengan juga dipicu besarnya perbedaan harga pupuk bersubsidi untuk
petani dengan harga pupuk non-subsidi. Saat ini harga resmi pupuk bersubsidi untuk
petani Rp 1.200, sedangkan pupuk non-subsidi Rp 6.100. Perbedaan ini memancing
distributor agar memperoleh keuntungan besar dengan menjual pupuk subsidi dengan
harga lebih tinggi dengan dalih pupuk itu non-subsidi yang dijual di bawah harga resmi.
Catatan ini sengaja dihadirkan sebagai bahan evaluasi bagi perencanaan kebijakan
ekonomi tahun 2009.
*) Data diperoleh dari BPS, BI, dan sumber lainnya
umihanik.blogspot.com
6. Email Address : umihanik@gmail.com
Instant Messaging (with appointment) : umi.hanik@yahoo.com
Online Page : http://umihanik.blogspot.com/
Facebook : http://www.facebook.com/umi.hanik1
Twitter : http://twitter.com/umihanik
Citizenship : Indonesian
Professional Histories
1. The World Bank, Jakarta Office, May 2009 – Present; Monitoring & Evaluation (M&E)
Specialist for BOS KITA (Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) Program
2. The House Of Representatives (DPR RI), November 2007 – June 2009; Expert Staff for
Commission VI, XI, and Budget Committee, In charge for National Awakening Party
3. National Development Planning Agency (Bappenas), April 2008 – March 2009; M&E Specialist
as a Technical Assistance for the Deputy of Development Performance Evaluation (DPE); under
the AusAID-World Bank and GRS II CIDA activities
4. National Development Planning Agency (Bappenas), February 2006 – February 2008; M&E
Specialist for PMU (Project Management Unit) of PNPM SPADA (Support for Poor and
Disadvantage Area) Program
5. PT. Sinergi Pakarya Sejahtera (Sinergi Consulting), November 2005 – present; Associate
Researcher for strategic project concerning planning and public policy research
6. National Development Planning Agency (Bappenas), March 2002 – October 2005; Assistant
Specialist for State Minister Advisor on Macro Economics Studies
Educational Background
Aug 1997 - Nov 2001, Bachelor of Economics, Faculty of Economics, University of Jember
Aug 2007-Jan 2010, Master of Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia
Summary Of Economics Legislation Advisory
1. Government Budget-Adjustment 2008 (APBN-P 2008) Law Draft, 2008
2. Transformation of Indonesian Export Bank to Export Financing Board (LPEI) Law Draft, 2008
3. Interruption material submission for the legislators during the interpellation of BLBI, 2008
4. Research development to support the inisiation of the interpellation for food inflation, 2008
5. Tax Package Draft Law (RUU KUP, PPh, PPN and PPn BM), 2008
6. Economic Crisis Mitigation Package Draft Law (Perpu 2, 3, 4/2008), 2008
7. RAPBN 2009 Law Draft, 2008
8. Fiscal stimulus package Law Draft to mitigate the economic crisis for the budget year of 2009
9. Free Trade Zone Law Draft, 2009
10. Research development to support the substance of interpellation for BBM subsidy issue in the
Budget Year of 2009, 2009
11. Other research and writing activities to support press conferences, discussion, public hearing.
Organization Background, Social And Community Involvement
1. 2009 – Present, Board of Forming Committee for the Indonesian Development Evaluation
Community (InDEC)
2. 2009-present, member of Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
3. 2009–present, Treasurer for Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah Batu
4. 2004-present, Tresurer for The University of Jember Alumni Association, Jakarta Branch
5. March 2008-Present, Committee for the Indonesian Moslem Student Movement (PMII) Alumni
Association, National Committee
6. April 2008-June 2009, General Secretary for Expert Forum FKB DPR RI (FORTA)
7. August 2000–July2001, Chairman of Student Executive Board Faculty of Economic (FoE),
University of Jember (UoJ)
8. 2000-2001, Member of Indonesian Economics Student Senate Association (ISMEI)
9. 2000–2001, Head of External Affairs for the University Student English Forum (USEF), UoJ
10. 1999–2000, Head of Women Empowerment, Indonesian Moslem Student Movement (PMII),
Economics Branch, UoJ
11. 1998–2001, Reporter and writer for Campus Magazine ‘Tegalboto’ and News Paper ‘Tawang
Alun’, UoJ
12. 1997–2000, Presidium Committee for Islam and Environment Research Forum, FoE, UoJ
Personal Information
Single, Moslem, Interested in writing, teaching, blogrolling-walking, and listening to top 40 music