SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Boks 3.
           KEBIJAKAN PENTARGETAN INFLASI DAN IMPLEMENTASINYA
                  PADA TINGKAT PEREKONOMIAN REGIONAL


       Inflasi merupakan indikator stabilitas perekonomian yang menjadi fokus
perhatian dalam kebijakan makroekonomi sehingga laju perubahannya selalu
diupayakan berada pada tingkat yang rendah dan stabil. Untuk mewujudkan inflasi
rendah, pengendaliannya di Indonesia dilakukan dengan menerapkan strategi
pentargetan inflasi (inflation targeting). Melalui kebijakan ini, Bank Indonesia sebagai
pemegang otoritas moneter diberikan independensi yang tinggi dalam menetapkan
target-target yang ingin dicapai (goal independency) dan kebebasan dalam
menggunakan instrumen kebijakan untuk mencapai target tersebut (instrumen
independency).
       Penetapan target inflasi tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah, karena
proses pembentukan inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi
dan mencakup sejumlah besar barang dan jasa yang masing-masing memiliki
karakteristik berbeda-beda. Konsekuensinya, penetapan target inflasi membutuhkan
kajian mendalam terhadap prilaku inflasi secara disagregat dan identifikasi sumber
penyebabnya dari sisi permintaan dan penawaran, serta prediksi arah perubahan
berbagai variabel makroekonomi. Hanya dengan mempertimbangkan faktor-faktor
tersebutlah      penetapan   target   inflasi   dapat   ditetapkan   secara   akurat   untuk
mengarahkan ekspektasi pelaku ekonomi agar tidak terlalu jauh menyimpang sehingga
potensi ketidakstabilan perekonomian nasional ataupun regional dapat dikurangi.
       Setelah        mengadopsi                          Tabel 1.
                                        Perkembangan Inflasi di Indonesia dan Beberapa
strategi pentargetan inflasi yang            Negara Asean, Tahun 2000-2007 (%)
secara resmi dimulai sejak tahun      Tahun Indo. Malay. Philip. Singa.          Thai.
                                       2000     9.35      1.50    4.30   1.36     1.50
2005, upaya penciptaan inflasi
                                       2001    12.55      1.20    3.90   0.96     0.80
rendah    di     Indonesia   belum     2002    10.01      1.67    2.60   0.39     1.60
                                       2003     5.10      1.20    3.10   0.70     1.80
menunjukkan          hasil    yang
                                       2004     6.40      1.40    5.50   1.70     2.70
optimal. Tingkat inflasi tahunan       2005    17.10      3.10    6.60   0.50     4.70
                                       2006     6.60      3.50    6.40   0.90     4.90
yang     aktual     tidak    selalu
                                       2007     6.59      3.60    na     4.40     6.60
terantisipasi      dengan     baik    Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
(unanticipated inflation) dimana deviasi inflasi terhadap targetnya masih cukup besar.
Selain itu, laju inflasi aktual ternyata masih cukup tinggi melebihi tingkat inflasi di
negara-negara lainnya di kawasan Asean (Tabel 1).
Implementasi strategi pentargetan inflasi dilakukan bank sentral dengan
memfokuskan pada pengendalian pertumbuhan uang beredar yang bersumber dari
kebijakan moneter ekspansif. Ini berarti, inflation targeting relevan dengan inflasi inti (core
inflation) yang lebih cocok dengan negara-negara yang kebijakan moneternya lebih
terfokus pada pengendalian pertumbuhan uang beredar beserta efeknya terhadap
output-inflation tradeoff.
      Pada perekonomian negara sedang berkembang seperti Indonesia pertumbuhan
uang beredar tidak hanya berasal dari kebijakan moneter ekspansif, tetapi juga berasal
dari kebijakan defisit fiskal yang dibiayai dari seigniorage. Selain itu, berbagai masalah
struktural di sisi suplai juga memiliki andil cukup besar dalam pembentukan inflasi.
Apabila keseluruhan variabel di luar pertumbuhan uang beredar memiliki peran signifikan,
maka inflation targeting yang dimaksudkan untuk memperkecil output-inflation tradeoff
akan sulit mencapai sasarannya.
      Beberapa studi empiris memperlihatkan bahwa berbagai variabel selain jumlah uang
beredar berpengaruh cukup signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Studi Delis (2006)
misalnya menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan defisit anggaran pemerintah
bersama     variabel-variabel   gangguaan      struktural   yang    direpresentasikan     oleh
pertumbuhan ekonomi, indeks harga pangan, indeks harga ekspor, indeks harga impor
dan indeks harga produk industri berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Signifikansi
pengaruh harga pangan sejalan dengan studi Alamsyah dkk (2001) yang menunjukkan
bahwa peran produk pangan dalam IHK mencapai 40 persen sehingga guncangan yang
terjadi pada penawarannya seperti gangguan musim akan berdampak luas terhadap
inflasi. Pada situasi seperti ini penggunaan overall atau headline inflation sebagai taget
inflasi akan dapat menimbulkan destabilisasi. Misalkan bank sentral merespon
peningkatan permintaan agregat dengan memperketat moneter, akan tetapi kenaikan
inflasi lebih banyak disebabkan oleh guncangan penawaran seperti kenaikan harga
pangan, maka efeknya justru akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
      Selain berbagai masalah strutural di sisi penawaran efektivitas pengendalian uang
beredar melalui instrumen tingkat bunga untuk menciptakan inflasi rendah dalam
regim pentargetan inflasi, dihadapkan pada tingginya heterogenitas perekonomian
wilayah di Indonesia. Dilihat dari dimensi spasial, laju inflasi nasional pada dasarnya
merupakan resultan dari proses pembentukan harga yang terjadi di daerah-daerah.
Implikasinya ketidakstabilan tingkat harga di daerah akan berpengaruh langsung
terhadap pencapaian target inflasi yang telah ditetapkan di tingkat nasional.
Menyadari besarnya peran dinamika perekonomian daerah dalam pembentukan
inflasi nasional, Bank Indonesia kemudian berencana menderivasi implementasi
kebijakan strategi pentargetan inflasi ke tingkat regional. Melalui strategi ini, target
inflasi di tingkat nasional dikaitkan secara langsung dengan besaran target inflasi yang
telah ditetapkan oleh masing-masing daerah. Jika sebelumnya, pencapaian target
inflasi nasional semata-mata bergantung pada keakuratan prediksi otoritas moneter
secara agregat, pencapaiannya setelah penetapan target inflasi dimasing-masing
daerah ditentukan juga oleh perilaku inflasi regional. Semakin kecil deviasi inflasi aktual
terhadap targetnya di setiap daerah semakin tepat perkiraan inflasi yang dilakukan
secara agregat. Bagaimanakah kemungkinan rencana yang ideal tersebut dapat
direalisasikan sehingga setiap daerah memiliki suatu target inflasi tahunan atau bahkan
mungkin bulanan yang harus dicapai dan resultannya diharapkan menghasilkan laju
inflasi yang relatif rendah pada tingkat perekonomian nasional. Sebagai antisipasi
terhadap rencana tersebut, tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis karakteristik
dan perilaku inflasi di Provinsi Jambi yang diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai berbagai aspek dalam mengimplementasikan strategi pentargetan inflasi
daerah.
     Pada tingkat perekonomian daerah, variabel-variabel di luar jumlah uang beredar
diperkirakan berperan lebih besar dalam proses pembentukan inflasi dari pada
perannya ditingkat nasional. Hal ini mengingat sebagian besar jumlah uang beredar di
Indonesia terkonsentrasi di wilayah Pulau Jawa utamanya di Jakarta dan daerah
sekitarnya. Pada kondisi ini pengendalian laju inflasi melalui instrumen kebijakan
moneter yang dilakukan secara sentral oleh otoritas moneter, akan menjadi kurang
efektif untuk mengendalikan laju inflasi pada sebagian besar perekonomian daerah.
Konsekuansinya     diperlukan   pemahaman       yang    mendalam     terhadap     perilaku,
karakteristik dan sumber penyebab inflasi sebelum menetapkan targetnya di masing-
masing daerah.
     Provinsi Jambi termasuk daerah yang di mana andil variabel-variabel di luar
jumlah uang beredar diperkirakan berperan lebih besar dalam pembentukan inflasi.
Perekonomian daerah ini masih dihadapkan pada berbagai kelemahan struktural yang
menyebabkan munculnya permasalahan dalam penawaran sehingga perubahan
permintaan tidak selalu dapat direspon secara cepat oleh produsen yang kemudian
bermuara pada tingginya harga yang terbentuk di tingkat konsumen akhir. Sensitivitas
perekonomian daerah Jambi dapat dilihat dari kecenderungan tingginya laju inflasi
dibanding perekonomian nasional. Tingkat pendapatan per kapita masyarakat di
Provinsi Jambi sesungguhnya masih tergolong rendah, walaupun laju pertumbuhan
ekonominya cukup tinggi dibanding provinsi lainnya di Sumatera atau perekonomian
nasional. Pada
tingkat pendapatan perkapita yang
                                                            Tabel 2.
rendah proporsi pengeluaran konsumsi         Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan
umumnya relatif lebih tinggi terutama        Ekonomi di Provinsi Jambi dan Nasional,
                                                     Tahun 2002-2007 (%)
untuk memenuhi kebutuhan pangan.                          Jambi            Nasional
                                           Tahun
Proporsi pengeluaran konsumsi rumah                    PE     Inflasi    PE     Inflasi
                                            2002     5.86    12.62      4.56    10.01
tangga di Provinsi Jambi mencapai           2003     5.00       4.67    4.72      5.10
lebih dari 70 persen terhadap PDRB          2004     5.38      7.24     5.03      6.40
                                            2005     5.57    16.50      5.69    17.10
pada     tahun    2007.     Komponen        2006     5.89    10.66      5.51      6.60
pengeluaran      konsumsi      memiliki     2007     6.64      7.42     6.32      6.59
                                           Sumber: BPS
karakteristik inflatoir atau lebih mudah
mendorong peningkatan laju inflasi. Akibatnya setiap peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi cenderung diikuti oleh peningkatan laju inflasi pada tingkat yang lebih tinggi.
Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi cenderung
lebih tinggi dari perekonomi nasional, namun tingkat inflasinya juga melebihi inflasi
nasional.
       Mengikuti logika teori ekonomi, pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran
terbentuk dari peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa sebagai hasil dari
peningkatan kapasitas produksi utamanya bersumbrer dari akumulasi stok kapital
karena meningkatnya investasi. Apabila tidak terdapat ekspansi permintaan agregat
melebihi kapasitas produksi, peningkatan produksi akan menggeser kurva penawaran
agregat ke kanan sehingga berdampak pada penurunan tingkat harga umum. Pada
kasus perekonomian Provinsi Jambi, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tidak
hanya diikuti oleh peningkatan pengeluaran konsusmi rumah tangga dan lambannya
peningkatan investasi, tetapi juga diikuti oleh peningkatan impor pada tingkat yang
lebih tinggi.
       Pada dua tahun terakhir, peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
diikuti oleh peningkatan impor pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari pada kenaikan
ekspor, sehingga pangsa ekspor bersih terhadap PDRB mencatat angka negatif
masing-masing -7,93 persen (2006) dan -9,61 persen (2007). Dengan mengamati pola
pertumbuhan ekonomi tersebut, tingginya laju inflasi di Provinsi Jambi bersumber dari
desakan peningkatan permintaan rumah tangga yang dicerminkan oleh proporsi
pengeluaran konsumsi yang sangat tinggi dan sekaligus adanya gangguan di sisi suplai
karena rendahnya tingkat akumulasi kapital termasuk akumulasi kapital di sektor
publik khususnya peningkatan penyediaan dan pemeliharaan parasarana transportasi
darat. Padahal transportasi memiliki peran strategis dalam kelancaran proses distribusi.
Kekurangan suplai komoditas lokal untuk memenuhi pengeluaran konsumsi ditutup
melalui impor barang konsumsi yang menimbulkan imported inflation, sementara itu
permasalahan suplai dan gangguan distribusi karena keterbatasan dan kondisi
infrastruktur transportasi mendorong peningkatan harga komoditas lokal.
     Bila diamati lebih jauh pola perubahan harga per kelompok barang, perilaku
inflasi di Provinsi Jambi bervariasi dari tahun ke tahun (Tabel 3). Selama periode tahun
2000-2002 peningkatan laju inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok
barang transportasi dan komunikasi, demikian juga halnya pada tahun 2005 sebagai
akibat peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2003 dan 2004
dimana tingkat inflasi relatif rendah, kelompok barang perumahan mengalami
kenaikan harga paling tinggi. Akan tetapi perkembangan terbaru menunjukkan bahwa
kelompok barang bahan makanan justru mengalami kenaikan harga tertinggi pada
tahun 2007 dan 2008 (Tabel 4). Kecenderungan ini erat kaitaannya dengan proporsi
pengeluaran konsumsi pangan yang tinggi terhadap PDRB Provinsi Jambi diiringi oleh
kecenderungan meningkatnya harga beberapa komoditas pangan di pasar dunia.
Peningkatan harga komoditas impor pangan memberikan kontribusi lebih tinggi
terhadap kenaikan tingkat harga umum atau inflasi di daerah ini.

                                     Tabel 3.
       Perkembangan Inflasi dan Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan
                      Harga Tertinggi di Provinsi Jambi,
                                 Tahun 2000-2007
                                                                           (%)
                                                                   Perubahan
       Tahun       Inflasi (%)    Kelompok inflasi tertinggi
                                                                   Harga (%)
        2000          8,40       Transpor & Komunikasi               21,39
        2001         10,11       Transpor & Komunikasi               15,33
        2002         12,62       Transpor & Komunikasi               22,00
        2003          4.67       Perumahan                           10.76
        2004          7.24       Perumahan                           16.95
        2005          16.5       Transpor & Komunikasi               51.99
        2006         10.66       Kesehatan                           15.28
        2007          7.42       Bahan makanan                       12.76
Tabel 4.
          Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang di Provinsi Jambi,
                               Tahun 2007 dan 2008
                                                                    (%)
            Bhn       Mkn
Thn/Bln                      Permh Sandang Keshtn Peddk Trankom Umum
            Mkn        Jadi
 2007       12.76        2.9 10.36       3.37    1.58  2.37  0.75  7.42
 2008       15.85      11.22   7.23      3.25    7.71  4.48 11.11 11.16
  Jan         1.68      0.75 -0.73       0.58    0.00  0.00  0.26  0.60
  Feb         0.64      0.01   0.85      0.39    0.02  0.00  0.16  0.45
 Mar          1.69      2.33   0.17      0.72    0.22  0.00  0.17  1.09
  Apr         1.20      0.38   0.19      1.43    0.04  0.34 -0.26  0.57
  Mei         5.21      0.47   1.12     -0.43    0.34  2.42  1.95  2.53
  Jun         2.96      5.86   3.16      0.53    6.44  0.59  7.88  4.19
  Juli        3.35      0.08   0.47      0.72    0.22  1.28 -0.26  1.17
  Agt         0.46      0.91 -0.04      -0.66    0.00  0.00  0.70  0.37
  Sep        -0.84      0.07   1.79      0.16    0.45  0.00  0.36  0.22
  Okt        -0.50      0.36   0.25     -0.19   -0.02 -0.15  0.15 -0.03
Sumber: BPS Jambi
Catatan: inflasi 1998 sampai dengan bulan Oktober

     Uraian di atas membuktikan bervariasinya sumber penyebab inflasi di Provinsi
Jambi baik dari desakan sisi permintaan maupun gangguan sisi penawaran. Pada
kondisi seperti ini pengendalian laju inflasi memang sangat sulit diharapkan dapat
dilakukan oleh pihak otoritas moneter melalui instrumen yang dimilikinya. Seperti
dikemukakan oleh kelompok teori strukturalis, pada negara atau daerah sedang
berkembang keberadaan guncangan-guncangan yang disebabkan oleh permasalahan
sisi suplai atau gangguan struktural berperan dominan dalam proses pembentukan
inflasi. Akibatnya pengendalian laju inflasi melalui kebijakan moneter tidak akan
berjalan efektif. Diperlukan pembenahan-pembenahan untuk mengurangi atau
menghilangkan berbagai bentuk gangguan struktural terlebih dahulu agar kebijakan
moneter dapat berjalan lebih efektif.
     Strategi pengendalian inflasi lebih jauh harus didasarkan atas kalkulasi
peningkatannya menurut jenisnya. Bila dilakukan dikotomi antara inflasi inti (core
inflation) dan non inti (noncore inflation), perilaku inflasi di Provinsi Jambi
menunjukkan bahwa kenaikan inflasi inti jauh lebih rendah dari inflasi non inti. Bila
disimak lebih jauh pola perubahan inflasi non inti bulanan, volatilitas pangan (volatile
food) merupakan penyebab inflasi yang cukup besar sepanjang tahun 2004 dan 2006-
2008. Hal yang sama ditunjukkan oleh kelompok barang yang harganya dikendalikan
oleh pemerintah (administered price) yang mengalami kenaikan cukup tinggi selama
periode bulan Agustus 2004 hingga bulan September 2006. Jika dikotominya dilihat
dari kelompok barang pangan dan non pangan, maka peningkatan harga komoditas
non pangan lebih tinggi selama periode Januari 2004 hingga November 2006,
sementara kenaikan harga komoditas pangan melebihi harga komoditas non pangan
selama periode Desember 2006 hingga April 2008.
     Pola perubahan inflasi disagregat dan sumbangannya terhadap IHK dapat dilihat
dengan lebih jelas pada grafik 1 dan 2. Pada grafik 1 ditunjukkan bahwa inflasi inti
relatif stabil sepanjang periode 2004-2007. Volatilitas pangan bervariasi sepanjang
periode tersebut, namun fluktuasi perubahannya masih lebih rendah dari inflasi
kelompok barang yang dikendalikan oleh pemerintah khususnya pada periode
September 2005 sampai dengan Oktober 2006.
                                              Grafik 1. Disagregasi Inflasi Jambi
     % (y-o-y)

      50.00
                    IHK (aksis kiri)
                    Inflasi Inti/Core (aksis kiri)
      40.00         Administered Price (aksis kanan)
                    Volatile Food (aksis kanan)

      30.00



      20.00



      10.00



       0.00
              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

                          2004                         2005                   2006                       2007
     -10.00




      Sejalan dengan pola perubahan tingkat harga kelompok barang tersebut di atas,
kontribusi kelompok barang yang dikendalikan oleh pemerintah juga menyumbangkan
paling tinggi terhadap kenaikan harga umum pada periode dimana kenaikannya
mencatat angka paling tinggi. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh kontribusi
peningkatan harga yang disebabkan volatilitas pangan. Inflasi inti menyumbang cukup
besar pada periode Agustus 2004 hingga Agustus 2005 dan periode Oktober 2006
dan Juli 2007 (Grafik 2).
Grafik 2. Sumbangan Inflasi Jambi
     % (y-o-y)

     25.00
                      IHK (aksis kiri)
                      Inflasi Inti/Core (aksis kiri)
     20.00            Administered Price (aksis kanan)
                      Volatile Food (aksis kanan)

     15.00



     10.00



      5.00



      0.00
              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

                          2004                           2005                 2006                       2007
      -5.00




Rekomendasi
     Gambaran di atas memperlihatkan bahwa pengendalian laju inflasi yang cukup
tinggi di Provinsi Jambi harus dilakukan secara terintegrasi melalui pengurangan
masalah-masalah struktural di sisi suplai bersama faktor-faktor penyebab inflasi di sisi
permintaan. Konsekuensinya, implementasi kebijakan pentargetan inflasi di Provinsi
Jambi sulit dilakukan oleh otoritas moneter secara sentral yang upaya pencapaiannya
ditempuh melalui peranti kebijakan moneter. Pemerintah daerah bersama asosiasi
pendistribusian dan pihak perbankan harus mengambil peran yang lebih besar untuk
menghilangkan berbagai bentuk hambatan atau gangguan struktural di sisi produksi
dan sisi distribusi. Terkait dengan hal tersebut, langkah-langkah yang perlu ditempuh
dalam penetapan target inflasi rendah di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan arus pasokan berbagai jenis kebutuhan pokok yang berasal dari
   produksi lokal dan luar daerah sehingga dapat menekan potensi kenaikan harga
   yang bersifat temporer.
2. Meningkatkan pengawasan terhadap pasokan dan pendistribusiannya ke pasar
   untuk         menghindari                   kemungkinan      terjadinya     kegiatan        spekulatif        melalui
   penimbunan stok barang oleh oknum-oknum distributor.
3. Memperlancar penyediaan sarana produksi untuk mendorong peningkatan
   produksi pangan lokal dan mengurangai ketergantungan terhadap komoditas
   pangan impor serta meningkatkan aktivitas pertanian organik dalam peningkatan
   produksi pangan.
4. Meningkatkan alokasi dana bagi peningkatan penyediaan dan pemeliharaan
   infrastruktur khususnya transportasi darat baik yang bersumber dari APBD Provinsi
   maupun APBD Kabupaten/Kota dalam upaya memperlancar arus distribusi dan
   meningkatkan efisiensi transportasi.
5. Mengoptimalkan peran otoritas moneter di daerah untuk mendorong peningkatan
   penyaluran kredit oleh pihak perbankan dalam upaya meningkatkan produksi dan
   nilai tambah berbagai jenis komoditas lokal khususnya komoditas pangan.
6. Meningkatkan koordinasi pengendalian laju inflasi melalui pembentukan wadah
   koordinasi yang solid berperan sebagai perumus kebijakan pentargetan inflasi dan
   sekaligus berkoordinasi dalam mengatur strategi dan langkah-langkah yang
   diperlukan   untuk   mencapainya   target   tersebut   yang   melibatkan   seluruh
   dinas/instasi perencana dan teknis yang terkait langsung dengan peningkatan
   produksi dan kelancaran distribusi serta otoritas moneter di daerah dan lembaga
   perbankan.
Halaman ini sengaja dikosongkan

More Related Content

What's hot

Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaBambang Muliyadi
 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018Tony Hidayat
 
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanikSimalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanikUmi Hanik
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016iqbal haqiqi94
 
Contoh TOR Liputan FGD
Contoh TOR Liputan FGDContoh TOR Liputan FGD
Contoh TOR Liputan FGDMarcom Agency
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013Rosa Kristiadi
 
PENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGA
PENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGAPENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGA
PENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGAmandalina landy
 
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
 
Analisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiah
Analisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiahAnalisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiah
Analisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiahRifa Khairunnisa
 

What's hot (12)

Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013Ppt iero juni 2013
Ppt iero juni 2013
 
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank IndonesiaKebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
Kebijakan Moneter Bulanan - Bank Indonesia
 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018
 
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanikSimalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
 
Market update 20140508
Market update 20140508Market update 20140508
Market update 20140508
 
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
Membaca arah kebijakan ekonomi dan moneter 2016
 
Contoh TOR Liputan FGD
Contoh TOR Liputan FGDContoh TOR Liputan FGD
Contoh TOR Liputan FGD
 
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
Indonesian Economic Review and Outlook No 3 Tahun II/September 2013
 
PENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGA
PENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGAPENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGA
PENGARUH EKONOMI KE ATAS KELUARGA
 
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
 
Analisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiah
Analisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiahAnalisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiah
Analisis pengaruh tingkat suku bunga (sbi), nilai tukar (kurs) rupiah
 
Final informasi apbn 2018
Final informasi apbn 2018 Final informasi apbn 2018
Final informasi apbn 2018
 

Viewers also liked

Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tpptIslam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tpptAjeng Faiza
 
Tugas akhir kelompok
Tugas akhir kelompokTugas akhir kelompok
Tugas akhir kelompokAjeng Faiza
 
Ekonomi makro teori keynes
Ekonomi makro  teori keynesEkonomi makro  teori keynes
Ekonomi makro teori keynesAjeng Faiza
 
Akuntansi dasar word dokumen
Akuntansi dasar word dokumenAkuntansi dasar word dokumen
Akuntansi dasar word dokumenAjeng Faiza
 
Handout ekonomi mikro1
Handout ekonomi mikro1Handout ekonomi mikro1
Handout ekonomi mikro1Ajeng Faiza
 
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitasAjeng Faiza
 
Bhn uts1 matek bwt senin
Bhn uts1 matek bwt seninBhn uts1 matek bwt senin
Bhn uts1 matek bwt seninAjeng Faiza
 
Civil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniCivil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniAjeng Faiza
 
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARATINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARAAry Efendi
 
Pendahuluan ekonomi makro
Pendahuluan ekonomi makroPendahuluan ekonomi makro
Pendahuluan ekonomi makroAjeng Faiza
 
Kesejahteraan umat
Kesejahteraan umatKesejahteraan umat
Kesejahteraan umatAjeng Faiza
 
Perhitungan biaya hidup
Perhitungan biaya hidupPerhitungan biaya hidup
Perhitungan biaya hidupAjeng Faiza
 
Konsumsi dan Investasi
Konsumsi dan InvestasiKonsumsi dan Investasi
Konsumsi dan InvestasiAry Efendi
 
Iptek dan peradaban islam
Iptek dan peradaban islamIptek dan peradaban islam
Iptek dan peradaban islamAjeng Faiza
 
Makalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasiMakalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasiAjeng Faiza
 

Viewers also liked (20)

Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tpptIslam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
 
Tugas akhir kelompok
Tugas akhir kelompokTugas akhir kelompok
Tugas akhir kelompok
 
Ekonomi makro teori keynes
Ekonomi makro  teori keynesEkonomi makro  teori keynes
Ekonomi makro teori keynes
 
Akuntansi dasar word dokumen
Akuntansi dasar word dokumenAkuntansi dasar word dokumen
Akuntansi dasar word dokumen
 
Ham
HamHam
Ham
 
Handout ekonomi mikro1
Handout ekonomi mikro1Handout ekonomi mikro1
Handout ekonomi mikro1
 
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
01 ketahanan pangan dan teknologi produktivitas
 
Bhn uts1 matek bwt senin
Bhn uts1 matek bwt seninBhn uts1 matek bwt senin
Bhn uts1 matek bwt senin
 
Civil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniCivil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madani
 
Sistem moneter
Sistem moneterSistem moneter
Sistem moneter
 
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARATINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
 
Pendahuluan ekonomi makro
Pendahuluan ekonomi makroPendahuluan ekonomi makro
Pendahuluan ekonomi makro
 
Tebak2an lucu
Tebak2an lucuTebak2an lucu
Tebak2an lucu
 
Kesejahteraan umat
Kesejahteraan umatKesejahteraan umat
Kesejahteraan umat
 
Perhitungan biaya hidup
Perhitungan biaya hidupPerhitungan biaya hidup
Perhitungan biaya hidup
 
Konsumsi dan Investasi
Konsumsi dan InvestasiKonsumsi dan Investasi
Konsumsi dan Investasi
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
6 mankiw18
6 mankiw186 mankiw18
6 mankiw18
 
Iptek dan peradaban islam
Iptek dan peradaban islamIptek dan peradaban islam
Iptek dan peradaban islam
 
Makalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasiMakalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasi
 

Similar to Implementasi Pentargetan Inflasi di Daerah

inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesiainflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesiabisow enow
 
Microteching 1
Microteching 1Microteching 1
Microteching 1Roma Imoet
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasbramantiyo marjuki
 
Materi Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdf
Materi Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdfMateri Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdf
Materi Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdfDediHaryono5
 
Faktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokerto
Faktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokertoFaktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokerto
Faktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokertocekkembali dotcom
 
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Eko Wahyu H
 
6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf
6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf
6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdfMohamadIksan4
 
Bempvol1no3des
Bempvol1no3desBempvol1no3des
Bempvol1no3desiphint
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfpoppy251661
 
KELOMPOK STATISTIK.pptx
KELOMPOK STATISTIK.pptxKELOMPOK STATISTIK.pptx
KELOMPOK STATISTIK.pptxMNMMahmuddin
 
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia MithaQhaulia
 
Jurnal 2009200020 joven sugianto liauw
Jurnal 2009200020 joven sugianto liauwJurnal 2009200020 joven sugianto liauw
Jurnal 2009200020 joven sugianto liauwAgung Trianto
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikUmi Hanik
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomifirman sahari
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomifirman sahari
 
Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01
Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01
Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01Andi Alimuddin Rauf
 
Tujuan kebijakan moneter bank indonesia
Tujuan kebijakan moneter bank indonesiaTujuan kebijakan moneter bank indonesia
Tujuan kebijakan moneter bank indonesiaoher
 
Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021
Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021
Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021SoniaAndini2
 

Similar to Implementasi Pentargetan Inflasi di Daerah (20)

inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesiainflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
inflasi per desember 2010 sampai desember 2013 di indonesia
 
Microteching 1
Microteching 1Microteching 1
Microteching 1
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
 
Materi Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdf
Materi Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdfMateri Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdf
Materi Suplemen Rakornas TPID_BI JATIM 31 Agt 23.pdf
 
Faktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokerto
Faktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokertoFaktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokerto
Faktor dan penyebab terjadinya inflasi study kasus purwokerto
 
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Ulasan Ekonomi Indonesia Tahun 2013
 
6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf
6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf
6. Kementerian Keuangan RI - Musrenbang RKPD 2024.pdf
 
Bempvol1no3des
Bempvol1no3desBempvol1no3des
Bempvol1no3des
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
 
KELOMPOK STATISTIK.pptx
KELOMPOK STATISTIK.pptxKELOMPOK STATISTIK.pptx
KELOMPOK STATISTIK.pptx
 
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
Kebijakan fiskal_ sistem ekonomi Indonesia
 
Jurnal 2009200020 joven sugianto liauw
Jurnal 2009200020 joven sugianto liauwJurnal 2009200020 joven sugianto liauw
Jurnal 2009200020 joven sugianto liauw
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanik
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
 
5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi5 pertumbuhan ekonomi
5 pertumbuhan ekonomi
 
Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01
Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01
Analisispertumbuhanekonomiinvestasiinflasidiindonesia 131228063714-phpapp01
 
Tujuan kebijakan moneter bank indonesia
Tujuan kebijakan moneter bank indonesiaTujuan kebijakan moneter bank indonesia
Tujuan kebijakan moneter bank indonesia
 
Makro 1
Makro 1Makro 1
Makro 1
 
Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021
Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021
Pertumbuhan ekonomi triwulan jambi 2019 2021
 
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
Perekonomian Terkini (Kebanksentralan BAB 1).
 

More from Ajeng Faiza

Investasi di indonesia
Investasi di indonesiaInvestasi di indonesia
Investasi di indonesiaAjeng Faiza
 
Pendidikan nilai
Pendidikan nilaiPendidikan nilai
Pendidikan nilaiAjeng Faiza
 
Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraHak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraAjeng Faiza
 
Identitas nasional + falsafah pancasila
Identitas nasional + falsafah pancasilaIdentitas nasional + falsafah pancasila
Identitas nasional + falsafah pancasilaAjeng Faiza
 
Investasi di indonesia
Investasi di indonesiaInvestasi di indonesia
Investasi di indonesiaAjeng Faiza
 
Manfaat membaca ayat kursi
Manfaat membaca ayat kursiManfaat membaca ayat kursi
Manfaat membaca ayat kursiAjeng Faiza
 
Sebuah arti untuk dimengerti
Sebuah arti untuk dimengertiSebuah arti untuk dimengerti
Sebuah arti untuk dimengertiAjeng Faiza
 
Perempuan itu...
Perempuan itu...Perempuan itu...
Perempuan itu...Ajeng Faiza
 
Sistem ekonomi-islam-r30-bs
Sistem ekonomi-islam-r30-bsSistem ekonomi-islam-r30-bs
Sistem ekonomi-islam-r30-bsAjeng Faiza
 

More from Ajeng Faiza (14)

Barisandanderet
BarisandanderetBarisandanderet
Barisandanderet
 
Investasi di indonesia
Investasi di indonesiaInvestasi di indonesia
Investasi di indonesia
 
Pendidikan nilai
Pendidikan nilaiPendidikan nilai
Pendidikan nilai
 
Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negaraHak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban warga negara
 
Identitas nasional + falsafah pancasila
Identitas nasional + falsafah pancasilaIdentitas nasional + falsafah pancasila
Identitas nasional + falsafah pancasila
 
Investasi di indonesia
Investasi di indonesiaInvestasi di indonesia
Investasi di indonesia
 
Manfaat membaca ayat kursi
Manfaat membaca ayat kursiManfaat membaca ayat kursi
Manfaat membaca ayat kursi
 
Iptek
IptekIptek
Iptek
 
Kata cinta
Kata cintaKata cinta
Kata cinta
 
Sebuah arti untuk dimengerti
Sebuah arti untuk dimengertiSebuah arti untuk dimengerti
Sebuah arti untuk dimengerti
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Puisi 3
Puisi 3Puisi 3
Puisi 3
 
Perempuan itu...
Perempuan itu...Perempuan itu...
Perempuan itu...
 
Sistem ekonomi-islam-r30-bs
Sistem ekonomi-islam-r30-bsSistem ekonomi-islam-r30-bs
Sistem ekonomi-islam-r30-bs
 

Recently uploaded

Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxEndah261450
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelHaseebBashir5
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiHaseebBashir5
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwdfurinews
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pptIjlalMaulana1
 
etika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosial
etika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosialetika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosial
etika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosiallux08191
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Baratsenapananginterbaik2
 

Recently uploaded (12)

Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
 
etika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosial
etika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosialetika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosial
etika dan hukum bisnis dan tanggung jawab sosial
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
 

Implementasi Pentargetan Inflasi di Daerah

  • 1. Boks 3. KEBIJAKAN PENTARGETAN INFLASI DAN IMPLEMENTASINYA PADA TINGKAT PEREKONOMIAN REGIONAL Inflasi merupakan indikator stabilitas perekonomian yang menjadi fokus perhatian dalam kebijakan makroekonomi sehingga laju perubahannya selalu diupayakan berada pada tingkat yang rendah dan stabil. Untuk mewujudkan inflasi rendah, pengendaliannya di Indonesia dilakukan dengan menerapkan strategi pentargetan inflasi (inflation targeting). Melalui kebijakan ini, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter diberikan independensi yang tinggi dalam menetapkan target-target yang ingin dicapai (goal independency) dan kebebasan dalam menggunakan instrumen kebijakan untuk mencapai target tersebut (instrumen independency). Penetapan target inflasi tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah, karena proses pembentukan inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi dan mencakup sejumlah besar barang dan jasa yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda-beda. Konsekuensinya, penetapan target inflasi membutuhkan kajian mendalam terhadap prilaku inflasi secara disagregat dan identifikasi sumber penyebabnya dari sisi permintaan dan penawaran, serta prediksi arah perubahan berbagai variabel makroekonomi. Hanya dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebutlah penetapan target inflasi dapat ditetapkan secara akurat untuk mengarahkan ekspektasi pelaku ekonomi agar tidak terlalu jauh menyimpang sehingga potensi ketidakstabilan perekonomian nasional ataupun regional dapat dikurangi. Setelah mengadopsi Tabel 1. Perkembangan Inflasi di Indonesia dan Beberapa strategi pentargetan inflasi yang Negara Asean, Tahun 2000-2007 (%) secara resmi dimulai sejak tahun Tahun Indo. Malay. Philip. Singa. Thai. 2000 9.35 1.50 4.30 1.36 1.50 2005, upaya penciptaan inflasi 2001 12.55 1.20 3.90 0.96 0.80 rendah di Indonesia belum 2002 10.01 1.67 2.60 0.39 1.60 2003 5.10 1.20 3.10 0.70 1.80 menunjukkan hasil yang 2004 6.40 1.40 5.50 1.70 2.70 optimal. Tingkat inflasi tahunan 2005 17.10 3.10 6.60 0.50 4.70 2006 6.60 3.50 6.40 0.90 4.90 yang aktual tidak selalu 2007 6.59 3.60 na 4.40 6.60 terantisipasi dengan baik Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (unanticipated inflation) dimana deviasi inflasi terhadap targetnya masih cukup besar. Selain itu, laju inflasi aktual ternyata masih cukup tinggi melebihi tingkat inflasi di negara-negara lainnya di kawasan Asean (Tabel 1).
  • 2. Implementasi strategi pentargetan inflasi dilakukan bank sentral dengan memfokuskan pada pengendalian pertumbuhan uang beredar yang bersumber dari kebijakan moneter ekspansif. Ini berarti, inflation targeting relevan dengan inflasi inti (core inflation) yang lebih cocok dengan negara-negara yang kebijakan moneternya lebih terfokus pada pengendalian pertumbuhan uang beredar beserta efeknya terhadap output-inflation tradeoff. Pada perekonomian negara sedang berkembang seperti Indonesia pertumbuhan uang beredar tidak hanya berasal dari kebijakan moneter ekspansif, tetapi juga berasal dari kebijakan defisit fiskal yang dibiayai dari seigniorage. Selain itu, berbagai masalah struktural di sisi suplai juga memiliki andil cukup besar dalam pembentukan inflasi. Apabila keseluruhan variabel di luar pertumbuhan uang beredar memiliki peran signifikan, maka inflation targeting yang dimaksudkan untuk memperkecil output-inflation tradeoff akan sulit mencapai sasarannya. Beberapa studi empiris memperlihatkan bahwa berbagai variabel selain jumlah uang beredar berpengaruh cukup signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Studi Delis (2006) misalnya menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan defisit anggaran pemerintah bersama variabel-variabel gangguaan struktural yang direpresentasikan oleh pertumbuhan ekonomi, indeks harga pangan, indeks harga ekspor, indeks harga impor dan indeks harga produk industri berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Signifikansi pengaruh harga pangan sejalan dengan studi Alamsyah dkk (2001) yang menunjukkan bahwa peran produk pangan dalam IHK mencapai 40 persen sehingga guncangan yang terjadi pada penawarannya seperti gangguan musim akan berdampak luas terhadap inflasi. Pada situasi seperti ini penggunaan overall atau headline inflation sebagai taget inflasi akan dapat menimbulkan destabilisasi. Misalkan bank sentral merespon peningkatan permintaan agregat dengan memperketat moneter, akan tetapi kenaikan inflasi lebih banyak disebabkan oleh guncangan penawaran seperti kenaikan harga pangan, maka efeknya justru akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain berbagai masalah strutural di sisi penawaran efektivitas pengendalian uang beredar melalui instrumen tingkat bunga untuk menciptakan inflasi rendah dalam regim pentargetan inflasi, dihadapkan pada tingginya heterogenitas perekonomian wilayah di Indonesia. Dilihat dari dimensi spasial, laju inflasi nasional pada dasarnya merupakan resultan dari proses pembentukan harga yang terjadi di daerah-daerah. Implikasinya ketidakstabilan tingkat harga di daerah akan berpengaruh langsung terhadap pencapaian target inflasi yang telah ditetapkan di tingkat nasional.
  • 3. Menyadari besarnya peran dinamika perekonomian daerah dalam pembentukan inflasi nasional, Bank Indonesia kemudian berencana menderivasi implementasi kebijakan strategi pentargetan inflasi ke tingkat regional. Melalui strategi ini, target inflasi di tingkat nasional dikaitkan secara langsung dengan besaran target inflasi yang telah ditetapkan oleh masing-masing daerah. Jika sebelumnya, pencapaian target inflasi nasional semata-mata bergantung pada keakuratan prediksi otoritas moneter secara agregat, pencapaiannya setelah penetapan target inflasi dimasing-masing daerah ditentukan juga oleh perilaku inflasi regional. Semakin kecil deviasi inflasi aktual terhadap targetnya di setiap daerah semakin tepat perkiraan inflasi yang dilakukan secara agregat. Bagaimanakah kemungkinan rencana yang ideal tersebut dapat direalisasikan sehingga setiap daerah memiliki suatu target inflasi tahunan atau bahkan mungkin bulanan yang harus dicapai dan resultannya diharapkan menghasilkan laju inflasi yang relatif rendah pada tingkat perekonomian nasional. Sebagai antisipasi terhadap rencana tersebut, tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis karakteristik dan perilaku inflasi di Provinsi Jambi yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai berbagai aspek dalam mengimplementasikan strategi pentargetan inflasi daerah. Pada tingkat perekonomian daerah, variabel-variabel di luar jumlah uang beredar diperkirakan berperan lebih besar dalam proses pembentukan inflasi dari pada perannya ditingkat nasional. Hal ini mengingat sebagian besar jumlah uang beredar di Indonesia terkonsentrasi di wilayah Pulau Jawa utamanya di Jakarta dan daerah sekitarnya. Pada kondisi ini pengendalian laju inflasi melalui instrumen kebijakan moneter yang dilakukan secara sentral oleh otoritas moneter, akan menjadi kurang efektif untuk mengendalikan laju inflasi pada sebagian besar perekonomian daerah. Konsekuansinya diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap perilaku, karakteristik dan sumber penyebab inflasi sebelum menetapkan targetnya di masing- masing daerah. Provinsi Jambi termasuk daerah yang di mana andil variabel-variabel di luar jumlah uang beredar diperkirakan berperan lebih besar dalam pembentukan inflasi. Perekonomian daerah ini masih dihadapkan pada berbagai kelemahan struktural yang menyebabkan munculnya permasalahan dalam penawaran sehingga perubahan permintaan tidak selalu dapat direspon secara cepat oleh produsen yang kemudian bermuara pada tingginya harga yang terbentuk di tingkat konsumen akhir. Sensitivitas perekonomian daerah Jambi dapat dilihat dari kecenderungan tingginya laju inflasi dibanding perekonomian nasional. Tingkat pendapatan per kapita masyarakat di
  • 4. Provinsi Jambi sesungguhnya masih tergolong rendah, walaupun laju pertumbuhan ekonominya cukup tinggi dibanding provinsi lainnya di Sumatera atau perekonomian nasional. Pada tingkat pendapatan perkapita yang Tabel 2. rendah proporsi pengeluaran konsumsi Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan umumnya relatif lebih tinggi terutama Ekonomi di Provinsi Jambi dan Nasional, Tahun 2002-2007 (%) untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jambi Nasional Tahun Proporsi pengeluaran konsumsi rumah PE Inflasi PE Inflasi 2002 5.86 12.62 4.56 10.01 tangga di Provinsi Jambi mencapai 2003 5.00 4.67 4.72 5.10 lebih dari 70 persen terhadap PDRB 2004 5.38 7.24 5.03 6.40 2005 5.57 16.50 5.69 17.10 pada tahun 2007. Komponen 2006 5.89 10.66 5.51 6.60 pengeluaran konsumsi memiliki 2007 6.64 7.42 6.32 6.59 Sumber: BPS karakteristik inflatoir atau lebih mudah mendorong peningkatan laju inflasi. Akibatnya setiap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi cenderung diikuti oleh peningkatan laju inflasi pada tingkat yang lebih tinggi. Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi cenderung lebih tinggi dari perekonomi nasional, namun tingkat inflasinya juga melebihi inflasi nasional. Mengikuti logika teori ekonomi, pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran terbentuk dari peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa sebagai hasil dari peningkatan kapasitas produksi utamanya bersumbrer dari akumulasi stok kapital karena meningkatnya investasi. Apabila tidak terdapat ekspansi permintaan agregat melebihi kapasitas produksi, peningkatan produksi akan menggeser kurva penawaran agregat ke kanan sehingga berdampak pada penurunan tingkat harga umum. Pada kasus perekonomian Provinsi Jambi, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tidak hanya diikuti oleh peningkatan pengeluaran konsusmi rumah tangga dan lambannya peningkatan investasi, tetapi juga diikuti oleh peningkatan impor pada tingkat yang lebih tinggi. Pada dua tahun terakhir, peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi diikuti oleh peningkatan impor pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari pada kenaikan ekspor, sehingga pangsa ekspor bersih terhadap PDRB mencatat angka negatif masing-masing -7,93 persen (2006) dan -9,61 persen (2007). Dengan mengamati pola pertumbuhan ekonomi tersebut, tingginya laju inflasi di Provinsi Jambi bersumber dari desakan peningkatan permintaan rumah tangga yang dicerminkan oleh proporsi pengeluaran konsumsi yang sangat tinggi dan sekaligus adanya gangguan di sisi suplai
  • 5. karena rendahnya tingkat akumulasi kapital termasuk akumulasi kapital di sektor publik khususnya peningkatan penyediaan dan pemeliharaan parasarana transportasi darat. Padahal transportasi memiliki peran strategis dalam kelancaran proses distribusi. Kekurangan suplai komoditas lokal untuk memenuhi pengeluaran konsumsi ditutup melalui impor barang konsumsi yang menimbulkan imported inflation, sementara itu permasalahan suplai dan gangguan distribusi karena keterbatasan dan kondisi infrastruktur transportasi mendorong peningkatan harga komoditas lokal. Bila diamati lebih jauh pola perubahan harga per kelompok barang, perilaku inflasi di Provinsi Jambi bervariasi dari tahun ke tahun (Tabel 3). Selama periode tahun 2000-2002 peningkatan laju inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok barang transportasi dan komunikasi, demikian juga halnya pada tahun 2005 sebagai akibat peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2003 dan 2004 dimana tingkat inflasi relatif rendah, kelompok barang perumahan mengalami kenaikan harga paling tinggi. Akan tetapi perkembangan terbaru menunjukkan bahwa kelompok barang bahan makanan justru mengalami kenaikan harga tertinggi pada tahun 2007 dan 2008 (Tabel 4). Kecenderungan ini erat kaitaannya dengan proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang tinggi terhadap PDRB Provinsi Jambi diiringi oleh kecenderungan meningkatnya harga beberapa komoditas pangan di pasar dunia. Peningkatan harga komoditas impor pangan memberikan kontribusi lebih tinggi terhadap kenaikan tingkat harga umum atau inflasi di daerah ini. Tabel 3. Perkembangan Inflasi dan Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga Tertinggi di Provinsi Jambi, Tahun 2000-2007 (%) Perubahan Tahun Inflasi (%) Kelompok inflasi tertinggi Harga (%) 2000 8,40 Transpor & Komunikasi 21,39 2001 10,11 Transpor & Komunikasi 15,33 2002 12,62 Transpor & Komunikasi 22,00 2003 4.67 Perumahan 10.76 2004 7.24 Perumahan 16.95 2005 16.5 Transpor & Komunikasi 51.99 2006 10.66 Kesehatan 15.28 2007 7.42 Bahan makanan 12.76
  • 6. Tabel 4. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang di Provinsi Jambi, Tahun 2007 dan 2008 (%) Bhn Mkn Thn/Bln Permh Sandang Keshtn Peddk Trankom Umum Mkn Jadi 2007 12.76 2.9 10.36 3.37 1.58 2.37 0.75 7.42 2008 15.85 11.22 7.23 3.25 7.71 4.48 11.11 11.16 Jan 1.68 0.75 -0.73 0.58 0.00 0.00 0.26 0.60 Feb 0.64 0.01 0.85 0.39 0.02 0.00 0.16 0.45 Mar 1.69 2.33 0.17 0.72 0.22 0.00 0.17 1.09 Apr 1.20 0.38 0.19 1.43 0.04 0.34 -0.26 0.57 Mei 5.21 0.47 1.12 -0.43 0.34 2.42 1.95 2.53 Jun 2.96 5.86 3.16 0.53 6.44 0.59 7.88 4.19 Juli 3.35 0.08 0.47 0.72 0.22 1.28 -0.26 1.17 Agt 0.46 0.91 -0.04 -0.66 0.00 0.00 0.70 0.37 Sep -0.84 0.07 1.79 0.16 0.45 0.00 0.36 0.22 Okt -0.50 0.36 0.25 -0.19 -0.02 -0.15 0.15 -0.03 Sumber: BPS Jambi Catatan: inflasi 1998 sampai dengan bulan Oktober Uraian di atas membuktikan bervariasinya sumber penyebab inflasi di Provinsi Jambi baik dari desakan sisi permintaan maupun gangguan sisi penawaran. Pada kondisi seperti ini pengendalian laju inflasi memang sangat sulit diharapkan dapat dilakukan oleh pihak otoritas moneter melalui instrumen yang dimilikinya. Seperti dikemukakan oleh kelompok teori strukturalis, pada negara atau daerah sedang berkembang keberadaan guncangan-guncangan yang disebabkan oleh permasalahan sisi suplai atau gangguan struktural berperan dominan dalam proses pembentukan inflasi. Akibatnya pengendalian laju inflasi melalui kebijakan moneter tidak akan berjalan efektif. Diperlukan pembenahan-pembenahan untuk mengurangi atau menghilangkan berbagai bentuk gangguan struktural terlebih dahulu agar kebijakan moneter dapat berjalan lebih efektif. Strategi pengendalian inflasi lebih jauh harus didasarkan atas kalkulasi peningkatannya menurut jenisnya. Bila dilakukan dikotomi antara inflasi inti (core inflation) dan non inti (noncore inflation), perilaku inflasi di Provinsi Jambi menunjukkan bahwa kenaikan inflasi inti jauh lebih rendah dari inflasi non inti. Bila disimak lebih jauh pola perubahan inflasi non inti bulanan, volatilitas pangan (volatile food) merupakan penyebab inflasi yang cukup besar sepanjang tahun 2004 dan 2006- 2008. Hal yang sama ditunjukkan oleh kelompok barang yang harganya dikendalikan oleh pemerintah (administered price) yang mengalami kenaikan cukup tinggi selama periode bulan Agustus 2004 hingga bulan September 2006. Jika dikotominya dilihat
  • 7. dari kelompok barang pangan dan non pangan, maka peningkatan harga komoditas non pangan lebih tinggi selama periode Januari 2004 hingga November 2006, sementara kenaikan harga komoditas pangan melebihi harga komoditas non pangan selama periode Desember 2006 hingga April 2008. Pola perubahan inflasi disagregat dan sumbangannya terhadap IHK dapat dilihat dengan lebih jelas pada grafik 1 dan 2. Pada grafik 1 ditunjukkan bahwa inflasi inti relatif stabil sepanjang periode 2004-2007. Volatilitas pangan bervariasi sepanjang periode tersebut, namun fluktuasi perubahannya masih lebih rendah dari inflasi kelompok barang yang dikendalikan oleh pemerintah khususnya pada periode September 2005 sampai dengan Oktober 2006. Grafik 1. Disagregasi Inflasi Jambi % (y-o-y) 50.00 IHK (aksis kiri) Inflasi Inti/Core (aksis kiri) 40.00 Administered Price (aksis kanan) Volatile Food (aksis kanan) 30.00 20.00 10.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2004 2005 2006 2007 -10.00 Sejalan dengan pola perubahan tingkat harga kelompok barang tersebut di atas, kontribusi kelompok barang yang dikendalikan oleh pemerintah juga menyumbangkan paling tinggi terhadap kenaikan harga umum pada periode dimana kenaikannya mencatat angka paling tinggi. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh kontribusi peningkatan harga yang disebabkan volatilitas pangan. Inflasi inti menyumbang cukup besar pada periode Agustus 2004 hingga Agustus 2005 dan periode Oktober 2006 dan Juli 2007 (Grafik 2).
  • 8. Grafik 2. Sumbangan Inflasi Jambi % (y-o-y) 25.00 IHK (aksis kiri) Inflasi Inti/Core (aksis kiri) 20.00 Administered Price (aksis kanan) Volatile Food (aksis kanan) 15.00 10.00 5.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2004 2005 2006 2007 -5.00 Rekomendasi Gambaran di atas memperlihatkan bahwa pengendalian laju inflasi yang cukup tinggi di Provinsi Jambi harus dilakukan secara terintegrasi melalui pengurangan masalah-masalah struktural di sisi suplai bersama faktor-faktor penyebab inflasi di sisi permintaan. Konsekuensinya, implementasi kebijakan pentargetan inflasi di Provinsi Jambi sulit dilakukan oleh otoritas moneter secara sentral yang upaya pencapaiannya ditempuh melalui peranti kebijakan moneter. Pemerintah daerah bersama asosiasi pendistribusian dan pihak perbankan harus mengambil peran yang lebih besar untuk menghilangkan berbagai bentuk hambatan atau gangguan struktural di sisi produksi dan sisi distribusi. Terkait dengan hal tersebut, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penetapan target inflasi rendah di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan arus pasokan berbagai jenis kebutuhan pokok yang berasal dari produksi lokal dan luar daerah sehingga dapat menekan potensi kenaikan harga yang bersifat temporer. 2. Meningkatkan pengawasan terhadap pasokan dan pendistribusiannya ke pasar untuk menghindari kemungkinan terjadinya kegiatan spekulatif melalui penimbunan stok barang oleh oknum-oknum distributor. 3. Memperlancar penyediaan sarana produksi untuk mendorong peningkatan produksi pangan lokal dan mengurangai ketergantungan terhadap komoditas pangan impor serta meningkatkan aktivitas pertanian organik dalam peningkatan produksi pangan. 4. Meningkatkan alokasi dana bagi peningkatan penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya transportasi darat baik yang bersumber dari APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota dalam upaya memperlancar arus distribusi dan meningkatkan efisiensi transportasi.
  • 9. 5. Mengoptimalkan peran otoritas moneter di daerah untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit oleh pihak perbankan dalam upaya meningkatkan produksi dan nilai tambah berbagai jenis komoditas lokal khususnya komoditas pangan. 6. Meningkatkan koordinasi pengendalian laju inflasi melalui pembentukan wadah koordinasi yang solid berperan sebagai perumus kebijakan pentargetan inflasi dan sekaligus berkoordinasi dalam mengatur strategi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya target tersebut yang melibatkan seluruh dinas/instasi perencana dan teknis yang terkait langsung dengan peningkatan produksi dan kelancaran distribusi serta otoritas moneter di daerah dan lembaga perbankan.
  • 10. Halaman ini sengaja dikosongkan