1. Presentan :
Annisa Ibnu Fikrya 20100707360803057
Aulia Arrahmi 20100707360803058
Moammar Rizky Farhan 20100707360803059
Opponen :
Agnessia Wettry Sagita Dinda Trifa Chyntia
Amelia Rahmaningrum Doddy Febrianto Zaidir
Anissa Sazia Irsyadil Ihsan
Arma Fazilla Lusi Safitri
Carolus MT Gurning Miftahul Hikmah
Mizla Dinillah Yavolga Restiara Her
Preseptor :
dr. Reno Sari Caniago, Sp.S M. Biomed
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN NEUROLOGI RSUD MOHAMMAD NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
Case Report
HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
2. LATAR BELAKANG
Hipokalemia Periodik Paralisis (HKPP) adalah sindroma kelemahan dan kelumpuhan otot
yang langka yang terkait dengan hipokalemia.
Kelemahan bervariasi dari kelemahan ringan sampai kelumpuhan total.
Serangan membaik secara spontan dan pulih dalam waktu 3-36 jam.
3. LATAR BELAKANG
Kelainan pada penderita HKPP mengenai semua ras.
Gangguan yang relatif terjadi pada 1:100.000 orang di United States.
Di Eropa mencapai 1 tiap 100.000 orang.
Risiko terjadinya lebih tinggi pada orang Asia dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 2:1.
Data menunjukkan 10 kasus pasien dengan Periodik Paralisis Hipokalemia di bangsal Saraf
DR M. Djamil Padang.
Tersering usia 10 tahun (periode pubertas).
4. TUJUAN PENULISAN
Syarat tugas stase neurologi
Syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUD M. Natsir Solok
Bahan bacaan
8. NEUROFISIOLOGI
Kalium
Kalium berperan sebagai:
• Mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot.
• Eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot lurik.
• Mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama intrasel.
• Ion masuk ke dalam sel dengan cara transport aktif, yang memerlukan energi.
• Fungsi kalium berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal.
• Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel.
9. NEUROFISIOLOGI
• Kalium (K+ ) memainkan peran kunci dalam mempertahankan fungsi sel normal.
• Banyak fungsi sel bergantung pada perbedaan potensial ini
• Terutama pada jaringan yang dapat dirangsang, seperti saraf dan otot.
• Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan beberapa tahapan
12. DEFINISI
• Hipokalemia adalah kondisi kadar serum kalium lebih rendah dari normal yaitu dibawah 3,5 mEq/L.
• Disebabkan berkurangnya jumlah kalium total tubuh karena peningkatan ekskresi kalium atau
pergeseran intraseluler
• Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), paralisis periodik hipokalemik adalah salah satu spectrum
klinis akibat hipokalemia
• Disebabkan redistribusi kalium secara akut ke dalam cairan intraselular.
13. • Kelainan pada penderita HKPP dapat mengenai semua ras
• Tersering pada usia 10 tahun (periode pubertas).
• Risiko terjadinya lebih tinggi pada orang Asia dengan rasio laki-laki;perempuan ialah 2:1.
• Di Eropa mencapai 1 tiap 100.000 orang.
EPIDEMIOLOGI
14. ETIOLOGI
• Umumnya gangguan ini biasanya muncul pada masa remaja dengan pemicu terkait
• Termasuk konsumsi makanan kaya karbohidrat dan mengikuti latihan berat
• Sehingga terjadi pelepasan insulin endogen
• Masuknya kadar relatif kalium ke ruang intraseluler
• Serta makanan natrium tinggi dan stres emosional.
• Etiologi umum untuk kelemahan dalam HKPP adalah kegagalan untuk mempertahankan potensi istirahat dalam K +
rendah.
18. FAKTOR RISIKO
• Suatu genetik yang diturunkan secara autosomal dominan.
• Makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, stress, istirahat sesudah latihan fisik, perjalanan jauh.
• Pemberian obat tertentu, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dan lain-lain.
• Kadar insulin dapat mempengaruhi kelainan karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel.
19. PATOGENESIS
keseimbangan
intraseluler ekstraseluler
Voltase potensial istirahat sel (-90)
Diatur oleh Na & K
keseimbangan
intraseluler Ekstraseluler
Keseimbangan potensial kalium berubah ke lebih negatif
Sehingga Na+ lebih banyak masuk ke Intrasel
Kalium terlambat dan lebih sedikit keluar ke esktrasel
Potensial istirahat sel pada volvatase -50 mV
Gangguan elektrik
Otot tidak dapat di eksitasi
NORMAL
HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
20. KLASIFIKASI
Dikenal 3 macam paralisis periodik berdasarkan kadar kalium, antara lain :
1) Paralisis periodik hipokalemik familial
2) Paralisis periodik hiperkalemik familial
3) Paralisis periodik normokalemik familial
21. KLASIFIKASI
Berdasarkan faktor penyebabnya PP dapat dibedakan atas :
1. PP primer, oleh karena gangguan genetic tapi sangat jarang
2. PP sekunder, akibat retensi atau pelepasan kalium yang sangat berlebihan
22. MANIFESTASI KLINIS
• Ciri khas dari periodik paralisis hipokalemi adalah kekuatan otot secara berangsur
membaik pasca koreksi kalium.
• Otot yang sering terkena adalah otot bahu dan pinggul; dapat juga mengenai otot
lengan, kaki, dan mata.
• Otot diafragma dan otot jantung jarang terkena.
23. DIAGNOSIS
Serangan kelumpuhan episodik dengan gejala dan tanda berikut:
1) Penurunan tonus otot (flacciditas)
2) Kelumpuhan bilateral, simetris, menaik (ekstremitas bawah terkena sebelum ekstremitas atas) yang lebih ditandai
pada proksimal daripada di otot-otot distal
3) Refleks tendon normal atau menurun dan refleks plantar normal (ke bawah pergerakan jari kaki)
4) Hipokalemia bersamaan biasanya dengan jumlah (0,9-3,5 mmol / L)
24. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis
Kriteria diagnostik consensus:
1) Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan kalium serum <3,5 mEq /L yang didokumentasikan
2) Satu serangan kelemahan otot pada proband dan satu serangan kelemahan dengan
3) Serum kalium serum yang didokumentasikan <3,5 mEq / L OR
25. DIAGNOSIS
4) Tiga atau lebih dari enam fitur klinis / laboratorium berikut:
a. Mulai pada dekade pertama atau kedua
b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan ≥1 tungkai) lebih lama dari dua jam
c. Adanya pemicu (makan kaya karbohidrat sebelumnya, onset gejala selama istirahat setelah latihan, menekankan)
d. Perbaikan gejala dengan asupan kalium
e. Riwayat keluarga dengan kondisi atau secara genetik telah terkonfirmasi memiliki mutasi saluran kalsium atau sodium
f. Hasil positif pada Long-Exercise
26. DIAGNOSIS
5) Pengecualian penyebab lain hipokalemia (ginjal, adrenal, disfungsi tiroid;
asidosis tubulus ginjal; penyalahgunaan diuretik dan pencahar)
28. DIAGNOSIS BANDING
Gejala Umur Onset Lama serangan Faktor pencetus Keparahan serangan Gambaran yang berhubungan
Hiperkalemik periodik paralisis Dekade pertama
kehidupan
Beberapa menit sampai
<2 jam (paling sering <1
jam)
-Rendah pemasukan
karbohidrat (puasa)
-Dingin
-Istirahat yang diikuti
dengan latihan
-Alkohol
-Infeksi
Jarang parah -Perioral dan tungkai parestesia
-Myotonia frekuent
-Pseudohipertrofi otot tiba-tiba
Potassiumassociated myotonia Dekade pertama Tidak ada kelemahan -Dingin
-Istirahat setelah latihan
Serangan kekakuan
dan dari ringan
sampai berat
Hipertrofi otot
Paramyotonia congenital Dekade pertama 2 – 24 jam Dingin Jarang parah - Pseudohipertrofi otot
-Paradoksal myotonia
-Jarang kelemahan menetap
Tirotoksikosis periodik paralisis Dekade ketiga dan
keempat
Beberapa jam sampai 7
hari
Sama seperti hipokalemik
Hiperinsulinemia
Sama seperti
hipokalemik PP
-Bisa berkembang menjadi otot menetap
-Hipokalemia selama serangan
31. KOMPLIKASI
a) Hipokalemia yang mengarah ke kemungkinan disritmia jantung
b) Kelemahan atau kelumpuhan otot pernapasan yang menyebabkan insufisiensi pernapasan akut
c) Ketidakmampuan untuk bergerak yang dapat menyebabkan kematian jika terjadi di lingkungan yang
tidak aman
- seperti tenggelam, jika lumpuh serangan terjadi di kolam renang
32. PROGNOSIS
• Konsumsi suplemen kalium biasanya mengoreksi hipokalemia.
• Hipokalemia berat dapat menyebabkan masalah jantung yang dapat fatal.
• Kondisi periodik paralisis hipokalemik terutama familial berespons baik terhadap terapi.
• Terapi dapat mencegah kelemahan otot lebih lanjut.
• Serangan terus menerus dapat menyebabkan kelemahan otot permanen.
34. 1. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Ny. D
Alamat : Sumani - Solok
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
TGL Masuk : Minggu, 16 Mei 2021
Jam masuk : 16.30 WIB
36. ANAMNESA : AUTOANAMNESA
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke IGD RSUD M. Natsir diantar oleh suami dengan keluhan
lemah keempat aggota gerak sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku kondisi tersebut ia
rasakan setelah bangun tidur dan langsung dibawa ke RSUD M.Natsir. Keluhan disertai badan terasa berat dan
lemas untuk bangun dari posisi tidur, sangat terasa saat akan berpindah posisi seperti berdiri dari duduk, saat
melangkah, mengangkat tangan/mengangkat barang. Keluhan dirasakan berkurang ketika pasien istirahat. Pasien
juga merasa pusing (+), tidak berputar, ada mual dan muntah, demam (-), batuk (-), pilek (-), sakit pada
punggung dan leher (+), mulut mencong (-), kebas (-), kejang (-), sesak nafas (-), mencret (-), mengkonsumsi
obat rutin (-). Tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien mengatakan sudah mengalami muntah 2 kali. Nafsu
makan biasa.
37. ANAMNESA : AUTOANAMNESA
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat karena hipokalemia pada tahun 2019
Alergi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat stroke (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat infeksi telinga (-)
Riwayat keganasan (-)
Riwayat kolesterol (-)
38. ANAMNESA : AUTOANAMNESA
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit kardiovaskular disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit tumor disangkal
39. ANAMNESA : AUTOANAMNESA
Riwayat Pribadi Sosial :
Pasien seorang ibu rumah tangga
Pasien sudah menikah, mempunyai 3 anak dan tinggal bersama.
Haid terakhir pasien 3 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit
Pasien tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol
40. II. PEMERIKSAAN FISIK
1. UMUM
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif
Rambut : Hitam
Nadi : 51 kali/menit
Irama : Iregular
Pernafasan : 24 kali/menit
Tekanan darah : 136/67 mmHg
Suhu : 36,5 derajat celcius
Turgor kulit : Normal
Kulit dan kuku : CRP < 2 Detik
41. II. PEMERIKSAAN FISIK
Kelenjar Getah Bening
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Aksila : Tidak ada pembesaran KGB
Inguinal : Tidak dilakukan
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi perkusi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing (-), rhonki (-)
42. II. PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
43. II. PEMERIKSAAN FISIK
2. STATUS NEUROLOGIKUS
A. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : Negatif
Brudzinki I : Negatif
Brudzinki II : Negatif
Tanda Kernig : Negatif
B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil : Isokor
44. II. PEMERIKSAAN FISIK
Penciuman Kanan Kiri
Subjectif Normal Normal
Objectif Dengan Bahan Normal Normal
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N I (Olfaktorius)
45. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Pengelihatan Kanan Kiri
Tajam Pengelihatan Normal Normal
Melihat Warna Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N II (Opticus)
46. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Bola Mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/Endothalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil Isokor Isokor
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya + +
Reflek Akomodasi + +
Reflek Konvergensi + +
N III (Okulomotorius)
47. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Gerakan Mata Kebawah Normal Normal
Sikap Bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N IV (Troklearis)
48. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka Mulut Normal Normal
• Menggerakan Rahang Normal Normal
• Menggigit Normal Normal
• Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi Opthalmica
Reflek Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Normal Normal
Divisi Maksila
Reflek Massester Normal Normal
Sensibilitas Normal Normal
Divisi Mandibula
Sensibilitas Normal Normal
N V (Trigeminus)
49. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Gerakan Mata Kebawah Normal Normal
Sikap Bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N VI (Abdusen)
50. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Raut Wajah Simetris
Menggerakan Dahi Simetris
Menutup Mata Normal Normal
Memperlihatkan Gigi Normal Normal
Mencibir/Bersiul Normal Normal
Sekresi Air Mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fisura Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensasi Lidah 2/3 Depan Normal
Hiperakusis Tidak ada
N VII ( Fasialis)
51. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Suara Berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Test Tidak dilakukan
Scwabach Test Tidak dilakukan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Pengaruh Posisi Kepala Tidak ada
N VIII (Vestibulokoklearis)
52. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Sensasi Lidah 1/3 Belakang Normal
Refleks Muntah/Gag Reflek Tidak dilakukan
N IX (Glosopharingeus)
53. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Arkus Faring Simetris
Uvula Tidak ada deviasi
Menelan Normal
Artikulasi Normal
Suara Normal
Nadi Irregular
N X (Vagus)
54. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Menoleh Ke Kanan Normal Normal
Menoleh Ke Kiri Normal Normal
Mengangkat Bahu Normal Normal
N XI ( Accessorius)
55. II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kedudukan Lidah Dalam Tidak ada deviasi
Kedudukan Lidah Dijulurkan Tidak ada deviasi
Tremor Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada
Atrofi Tidak ada
N XII (Hipoglosus)
56. II. PEMERIKSAAN FISIK
Cara Berjalan Normal
Romberg Test Tidak dilakukan
Ataksia Tidak dilakukan
Rebound Phenomen Tidak dilakukan
Test Tumit Lutut Tidak dilakukan
Disartria Normal
Disgrafi Tidak dilakukan
Test Jari Hidung Tidak dilakukan
Tes Hidung Jari Tidak dilakukan
Supinasi-Pronasi Normal
Pemeriksaan Kordinasi
61. II. PEMERIKSAAN FISIK
Sensibilitas Nyeri Baik
Sensibilitas Taktil Baik
Sensibilitas Termis Tidak dilakukan
Sensibilitas Kortikal Tidak dilakukan
Stereognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 Titik Baik
Pengenalan Rabaan Baik
Pemeriksaan Sensibilitas
62. II. PEMERIKSAAN FISIK
Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Laring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Maseter Normal Normal
Dinding Perut Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Biceps + +
Triceps ++ ++
Apr + +
Kpr + +
Bulbokavernosus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Cremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sfingter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sistem Refleks
63. II. PEMERIKSAAN FISIK
Patologis Kanan Kiri
Hoffman-Tromner - -
Babinsky - -
Chaddoks - -
Oppenhem - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Sistem Refleks
65. II. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Tanda Dementia
Reaksi Bicara Baik Reflek Glabella Tidak dilakukan
Fungsi Intelek Baik Reflek Snout Tidak dilakukan
Reaksi Emosi Baik Reflek Menghisap Tidak dilakukan
Reflek Memegang Tidak dilakukan
Reflek Palmomental Tidak dilakukan
Fungsi Luhur
66. Jenis Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 10,5 gr/dl L
Eritrosit 4,63 /mm3 N
Hematokrit
Nilai-Nilai MC
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
30,6% L
66,1 fl L
22,7 pg/cell L
34,3 g/dl N
20,8 % H
Pemeriksaan Laboratorium
a.Darahrutin :
68. Pemeriksaan Laboratorium
b. Kimia klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil
Glukosa darah 99 mg/dL N
Ureum 36 mg/dL N
Kreatinin
Kalsium
Elektrolit serum (Na-K-Cl)
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
Kolesterol Lengkap
Trigliserida
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Asam Urat
1,02 mg/dL N
8,40 mg/dL L
143,8 mEq/L N
2,4 mEq/L L
108,8 mEq/L H
103 mg/dL N
163 mg/dL N
46 mg/dL N
96 mg/dL L
4,05 mg/dL N
74. FOLLOW UP
555 555
222 222
S : Pasien baru pindahan IGD
Anggota gerak bawah terasa berat
Mual (+), muntah (+), pusing, badan letih
O :
Tekanan darah : 136/67mmHg Respirasi : 24/menit
Frekuensi nadi : 51x/menit Suhu : 36,5oC
Fungsi luhur : Normal
Rangsang meningeal : Tidak ditemukan
Saraf kranial : Normal
Motorik
Sensorik : Normal
Koordinasi : Normal
Otonom : Normal
Minggu (16 Mei 2021)
75. FOLLOW UP
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
P: Pantau TTV
Elevasi kepala 30o
Drip KCL 1 fls dalam RL 500 c habis dalam 8 jam
IVFD RL 8 J/K
Domperidone 3x1
Sucralfate syrup 3x
76. FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
555 555
222 222
Jam 06.00 WIB
S : Kedua kaki terasa agak berat, lemah pada kedua tangan, pusing berkurang,
mual sesekali
O :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi :18x/menit
Frekuensi nadi : 78x/menit Suhu : 36,5 oC
Fungsi luhur : Normal
Rangsang meningeal : Tidakditemukan
Saraf kranial : Normal
Motorik
Sensorik : Normal
Koordinasi : Normal
Otonom : Normal
A: Hipokalemia Periodik Paralisis, risiko jatuh
P: Monitor TTV
Kaji status neurologis
Bantu ADL
Kolaborasi
IVFD RL 8 J/K
Cek ulang elektrolit
77. FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
Terapi oral dilanjutkan
JAM 12.00
S: Kedua kaki terasa agak berat
Pusing berkurang
Mual sesekali
O: Keadaan umum sedang
Kesadaran Composmentis
IVFD RL 8 J/K
Tekanan darah 120/87
Nadi 72x/menit
Pernapasan 20x/menit
78. FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
P: Pantau TTV
Kaji status neurologis
Bantu ADL
Cek elektrolit post koreksi Kcl (-)
RL 8 J/K
KSR 3X1 mg
Terapi lain dilanjutkan
JAM 18.00 WIB
S: Kedua kaki sudah membaik
Pusing berkurang
O: ADL dibantu
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
79. FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
P: Berikan IVFD RL drip kalium 12,5 mg 8 J/K
Elevasi kepala 30o
Kalsium oral 3x500 mg
JAM 23.00 WIB
S: Kedua kaki yang terasa berat sudah berkurang
Pusing berkurang
O: Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi 77x/menit
Pernapasan 19x/menit
Suhu 36,2oc
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
P: Pantau TTV
80. FOLLOW UP
Selasa (18 Mei 2021)
S : Keluhan membaik
O :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
P: KSR 3X1
82. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan diagnosis klinis tetraparese inferior tipe LMN.
Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan keempat anggota gerak, kelemahan dirasakan saat
pasien bangun tidur pagi hari. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba. Keluhan dirasakan semakin
memberat sehingga pasien sulit berdiri. Pasien ada muntah dan mual. Tidak ada keluhan dalam
BAK dan BAB. Berdasarkan pemeriksaan fisik, kesadaran pasien komposmentis, GCS 15.
Refleks fisiologis menurun dan tidak ditemukan refleks patologis. Hal ini menunjukkan
gangguan motorik berupa tetraparese bersifat LMN.
83. Diagnosis topik pada pasien adalah miogenik. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan keempat anggota gerak tidak
disertai dengan gangguan defisit neurologi lainnya seperti gangguan
sensorik, otonom, dan nervus kranialis. Hal ini mengarahkan kemungkinan
masalahnya terletak pada otot (miogenik).
84. Diagnosis etiologi pada pasien adalah hipokalemia. Dasar diagnosis etiologi pada pasien
ini adalah kelemahan akibat hipokalemia karena didapatkan kadar kalium serum yang rendah
yaitu 2,4 mEq/l.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ialah elektrolit untuk mengetahui penyebab
kelemahan ekstremitas pada pasien dan elektrokardiografi untuk melihat apakah terdapat
abnormalitas yang dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit.
85. Pasien diberikan terapi berupa IVFD RL drip KCL 25 mEq / 8 jam
untuk penatalaksanaan hipokalemia. KSR tablet untuk penatalaksanaan
hipokalemia. Domperidone untuk meredakan mual dan muntah. Sucralfate
diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung berlebih. Kalsium oral
diberikan untuk penatalaksanaan hipokalsemia.
87. 1. Seorang pasien berusia 35 tahun dengan diagnosis klinis tetraparese inferior tipe LMN.
2. Penegakan diagnosis pada pasien adalah pasien mengeluhkan keempat anggota gerak,
kelemahan dirasakan saat pasien bangun tidur pagi hari. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba. Keluhan
dirasakan semakin memberat sehingga pasien sulit berdiri. Pasien ada muntah dan mual. Tidak
ada keluhan dalam BAK dan BAB. Berdasarkan pemeriksaan fisik, kesadaran pasien
komposmentis, GCS 15. Refleks fisiologis menurun dan tidak ditemukan refleks patologis. Hal
ini menunjukkan gangguan motorik berupa tetraparese bersifat LMN.
KESIMPULAN
88. 3. Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar kalium rendah yaitu 2,5 mEq/L, kalsium rendah yaitu 8,40
mg/dL, dan natrium rendah 130,2 mEq/L.
4. Terapi suportif diberikan berupa IVFD RL drip KCL 25 mEq / 8 jam untuk penatalaksanaan hipokalemia.
KSR tablet untuk penatalaksanaan hipokalemia. Domperidone untuk meredakan mual dan muntah. Sucralfate
diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung berlebih. Kalsium oral diberikan untuk penatalaksanaan
hipokalsemia.
5. Prognosis dari pasien adalah Quo ad vitam Dubia ad Bonam, Quo ad sanationam Dubia ad Bonam, Quo
ad funcionam Dubia ad Bonam.
KESIMPULAN
89. DAFTAR PUSTAKA
1. Dinata GS, Syafrita Y. 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia Di Bangsal Saraf RSUP DR M
Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas; 91-96.
2. Hypokalemic periodic paralysis | Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD) – an NCATS
Program [Internet]. Rarediseases.info.nih.gov. 2018 [cited 19 November 2018]. Available from:
https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/6729/hypokalemic-periodic-paralysis
3. Sripathi N. Periodic Paralyses: Background, Pathophysiology, Epidemiology [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 19 November 2018]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1171678-overview
4. Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou A. Hypokalemia, a clinical
update. Endorin Connections 2018;7: R135-146.
5. Pardede, S. O. dan Fahriani, R. Paralisis Periodik Hipokalemik Familial. Ikatan Dokter Indonesia
6. Snell, R. S. 2009. Neuroanatomi klinik ed.7. Penerbit Buku Kedokteran :EGC. Jakarta.