SlideShare a Scribd company logo
1 of 90
Presentan :
Annisa Ibnu Fikrya 20100707360803057
Aulia Arrahmi 20100707360803058
Moammar Rizky Farhan 20100707360803059
Opponen :
Agnessia Wettry Sagita Dinda Trifa Chyntia
Amelia Rahmaningrum Doddy Febrianto Zaidir
Anissa Sazia Irsyadil Ihsan
Arma Fazilla Lusi Safitri
Carolus MT Gurning Miftahul Hikmah
Mizla Dinillah Yavolga Restiara Her
Preseptor :
dr. Reno Sari Caniago, Sp.S M. Biomed
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN NEUROLOGI RSUD MOHAMMAD NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
Case Report
HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
LATAR BELAKANG
Hipokalemia Periodik Paralisis (HKPP) adalah sindroma kelemahan dan kelumpuhan otot
yang langka yang terkait dengan hipokalemia.
Kelemahan bervariasi dari kelemahan ringan sampai kelumpuhan total.
Serangan membaik secara spontan dan pulih dalam waktu 3-36 jam.
LATAR BELAKANG
Kelainan pada penderita HKPP mengenai semua ras.
Gangguan yang relatif terjadi pada 1:100.000 orang di United States.
Di Eropa mencapai 1 tiap 100.000 orang.
Risiko terjadinya lebih tinggi pada orang Asia dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 2:1.
Data menunjukkan 10 kasus pasien dengan Periodik Paralisis Hipokalemia di bangsal Saraf
DR M. Djamil Padang.
Tersering usia 10 tahun (periode pubertas).
TUJUAN PENULISAN
Syarat tugas stase neurologi
Syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUD M. Natsir Solok
Bahan bacaan
Tinjauan Pustaka
NEUROANATOMI
Gambar 2.1 Lengkungan reflek sederhana
NEUROANATOMI
NEUROFISIOLOGI
Kalium
Kalium berperan sebagai:
• Mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot.
• Eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot lurik.
• Mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama intrasel.
• Ion masuk ke dalam sel dengan cara transport aktif, yang memerlukan energi.
• Fungsi kalium berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal.
• Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel.
NEUROFISIOLOGI
• Kalium (K+ ) memainkan peran kunci dalam mempertahankan fungsi sel normal.
• Banyak fungsi sel bergantung pada perbedaan potensial ini
• Terutama pada jaringan yang dapat dirangsang, seperti saraf dan otot.
• Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan beberapa tahapan
PERAN HOMEOSTASIS KALIUM
Hipokalemia Periodik Paralisis (HKPP)
DEFINISI
• Hipokalemia adalah kondisi kadar serum kalium lebih rendah dari normal yaitu dibawah 3,5 mEq/L.
• Disebabkan berkurangnya jumlah kalium total tubuh karena peningkatan ekskresi kalium atau
pergeseran intraseluler
• Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), paralisis periodik hipokalemik adalah salah satu spectrum
klinis akibat hipokalemia
• Disebabkan redistribusi kalium secara akut ke dalam cairan intraselular.
• Kelainan pada penderita HKPP dapat mengenai semua ras
• Tersering pada usia 10 tahun (periode pubertas).
• Risiko terjadinya lebih tinggi pada orang Asia dengan rasio laki-laki;perempuan ialah 2:1.
• Di Eropa mencapai 1 tiap 100.000 orang.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
• Umumnya gangguan ini biasanya muncul pada masa remaja dengan pemicu terkait
• Termasuk konsumsi makanan kaya karbohidrat dan mengikuti latihan berat
• Sehingga terjadi pelepasan insulin endogen
• Masuknya kadar relatif kalium ke ruang intraseluler
• Serta makanan natrium tinggi dan stres emosional.
• Etiologi umum untuk kelemahan dalam HKPP adalah kegagalan untuk mempertahankan potensi istirahat dalam K +
rendah.
ETIOLOGI
Tabel 2.1 Penyebab Kelemahan anggota gerak
ETIOLOGI
Tabel 2.2 Penyebab hipokalemia
ETIOLOGI
Tabel Penyebab hipokalemia
FAKTOR RISIKO
• Suatu genetik yang diturunkan secara autosomal dominan.
• Makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, stress, istirahat sesudah latihan fisik, perjalanan jauh.
• Pemberian obat tertentu, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dan lain-lain.
• Kadar insulin dapat mempengaruhi kelainan karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel.
PATOGENESIS
keseimbangan
intraseluler ekstraseluler
Voltase potensial istirahat sel (-90)
Diatur oleh Na & K
keseimbangan
intraseluler Ekstraseluler
Keseimbangan potensial kalium berubah ke lebih negatif
Sehingga Na+ lebih banyak masuk ke Intrasel
Kalium terlambat dan lebih sedikit keluar ke esktrasel
Potensial istirahat sel pada volvatase -50 mV
Gangguan elektrik
Otot tidak dapat di eksitasi
NORMAL
HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
KLASIFIKASI
Dikenal 3 macam paralisis periodik berdasarkan kadar kalium, antara lain :
1) Paralisis periodik hipokalemik familial
2) Paralisis periodik hiperkalemik familial
3) Paralisis periodik normokalemik familial
KLASIFIKASI
Berdasarkan faktor penyebabnya PP dapat dibedakan atas :
1. PP primer, oleh karena gangguan genetic tapi sangat jarang
2. PP sekunder, akibat retensi atau pelepasan kalium yang sangat berlebihan
MANIFESTASI KLINIS
• Ciri khas dari periodik paralisis hipokalemi adalah kekuatan otot secara berangsur
membaik pasca koreksi kalium.
• Otot yang sering terkena adalah otot bahu dan pinggul; dapat juga mengenai otot
lengan, kaki, dan mata.
• Otot diafragma dan otot jantung jarang terkena.
DIAGNOSIS
Serangan kelumpuhan episodik dengan gejala dan tanda berikut:
1) Penurunan tonus otot (flacciditas)
2) Kelumpuhan bilateral, simetris, menaik (ekstremitas bawah terkena sebelum ekstremitas atas) yang lebih ditandai
pada proksimal daripada di otot-otot distal
3) Refleks tendon normal atau menurun dan refleks plantar normal (ke bawah pergerakan jari kaki)
4) Hipokalemia bersamaan biasanya dengan jumlah (0,9-3,5 mmol / L)
DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis
Kriteria diagnostik consensus:
1) Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan kalium serum <3,5 mEq /L yang didokumentasikan
2) Satu serangan kelemahan otot pada proband dan satu serangan kelemahan dengan
3) Serum kalium serum yang didokumentasikan <3,5 mEq / L OR
DIAGNOSIS
4) Tiga atau lebih dari enam fitur klinis / laboratorium berikut:
a. Mulai pada dekade pertama atau kedua
b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan ≥1 tungkai) lebih lama dari dua jam
c. Adanya pemicu (makan kaya karbohidrat sebelumnya, onset gejala selama istirahat setelah latihan, menekankan)
d. Perbaikan gejala dengan asupan kalium
e. Riwayat keluarga dengan kondisi atau secara genetik telah terkonfirmasi memiliki mutasi saluran kalsium atau sodium
f. Hasil positif pada Long-Exercise
DIAGNOSIS
5) Pengecualian penyebab lain hipokalemia (ginjal, adrenal, disfungsi tiroid;
asidosis tubulus ginjal; penyalahgunaan diuretik dan pencahar)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang Hipokalemia
a. Laboratorium biokimia dasar
b. Elektrolit
c. Analisis gas darah arteri (ABG)
d. Penilaian ekskresi kalium urin
e. EKG
DIAGNOSIS BANDING
Gejala Umur Onset Lama serangan Faktor pencetus Keparahan serangan Gambaran yang berhubungan
Hiperkalemik periodik paralisis Dekade pertama
kehidupan
Beberapa menit sampai
<2 jam (paling sering <1
jam)
-Rendah pemasukan
karbohidrat (puasa)
-Dingin
-Istirahat yang diikuti
dengan latihan
-Alkohol
-Infeksi
Jarang parah -Perioral dan tungkai parestesia
-Myotonia frekuent
-Pseudohipertrofi otot tiba-tiba
Potassiumassociated myotonia Dekade pertama Tidak ada kelemahan -Dingin
-Istirahat setelah latihan
Serangan kekakuan
dan dari ringan
sampai berat
Hipertrofi otot
Paramyotonia congenital Dekade pertama 2 – 24 jam Dingin Jarang parah - Pseudohipertrofi otot
-Paradoksal myotonia
-Jarang kelemahan menetap
Tirotoksikosis periodik paralisis Dekade ketiga dan
keempat
Beberapa jam sampai 7
hari
Sama seperti hipokalemik
Hiperinsulinemia
Sama seperti
hipokalemik PP
-Bisa berkembang menjadi otot menetap
-Hipokalemia selama serangan
PENATALAKSANAAN
 Identifikasi pencetus
 Evaluasi setelah diagnosis awal selama serangan lumpuh akut
 Pemberian kalium melalui oral atau IV
PENATALAKSANAAN
Tabel 2.3 Prinsip-prinsip perawatan untuk individu dengan paralisis periodik hipokalemia
KOMPLIKASI
a) Hipokalemia yang mengarah ke kemungkinan disritmia jantung
b) Kelemahan atau kelumpuhan otot pernapasan yang menyebabkan insufisiensi pernapasan akut
c) Ketidakmampuan untuk bergerak yang dapat menyebabkan kematian jika terjadi di lingkungan yang
tidak aman
- seperti tenggelam, jika lumpuh serangan terjadi di kolam renang
PROGNOSIS
• Konsumsi suplemen kalium biasanya mengoreksi hipokalemia.
• Hipokalemia berat dapat menyebabkan masalah jantung yang dapat fatal.
• Kondisi periodik paralisis hipokalemik terutama familial berespons baik terhadap terapi.
• Terapi dapat mencegah kelemahan otot lebih lanjut.
• Serangan terus menerus dapat menyebabkan kelemahan otot permanen.
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Ny. D
Alamat : Sumani - Solok
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
TGL Masuk : Minggu, 16 Mei 2021
Jam masuk : 16.30 WIB
ANAMNESA : AUTOANAMNESA
a.Keluhan Utama
Lemah pada keempat anggota gerak sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
ANAMNESA : AUTOANAMNESA
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke IGD RSUD M. Natsir diantar oleh suami dengan keluhan
lemah keempat aggota gerak sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku kondisi tersebut ia
rasakan setelah bangun tidur dan langsung dibawa ke RSUD M.Natsir. Keluhan disertai badan terasa berat dan
lemas untuk bangun dari posisi tidur, sangat terasa saat akan berpindah posisi seperti berdiri dari duduk, saat
melangkah, mengangkat tangan/mengangkat barang. Keluhan dirasakan berkurang ketika pasien istirahat. Pasien
juga merasa pusing (+), tidak berputar, ada mual dan muntah, demam (-), batuk (-), pilek (-), sakit pada
punggung dan leher (+), mulut mencong (-), kebas (-), kejang (-), sesak nafas (-), mencret (-), mengkonsumsi
obat rutin (-). Tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien mengatakan sudah mengalami muntah 2 kali. Nafsu
makan biasa.
ANAMNESA : AUTOANAMNESA
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat karena hipokalemia pada tahun 2019
Alergi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat stroke (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat infeksi telinga (-)
Riwayat keganasan (-)
Riwayat kolesterol (-)
ANAMNESA : AUTOANAMNESA
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit kardiovaskular disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit tumor disangkal
ANAMNESA : AUTOANAMNESA
Riwayat Pribadi Sosial :
 Pasien seorang ibu rumah tangga
 Pasien sudah menikah, mempunyai 3 anak dan tinggal bersama.
 Haid terakhir pasien 3 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit
 Pasien tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. UMUM
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif
Rambut : Hitam
Nadi : 51 kali/menit
Irama : Iregular
Pernafasan : 24 kali/menit
Tekanan darah : 136/67 mmHg
Suhu : 36,5 derajat celcius
Turgor kulit : Normal
Kulit dan kuku : CRP < 2 Detik
II. PEMERIKSAAN FISIK
Kelenjar Getah Bening
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Aksila : Tidak ada pembesaran KGB
Inguinal : Tidak dilakukan
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi perkusi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing (-), rhonki (-)
II. PEMERIKSAAN FISIK
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
II. PEMERIKSAAN FISIK
2. STATUS NEUROLOGIKUS
A. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : Negatif
Brudzinki I : Negatif
Brudzinki II : Negatif
Tanda Kernig : Negatif
B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil : Isokor
II. PEMERIKSAAN FISIK
Penciuman Kanan Kiri
 Subjectif Normal Normal
 Objectif Dengan Bahan Normal Normal
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N I (Olfaktorius)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Pengelihatan Kanan Kiri
Tajam Pengelihatan Normal Normal
Melihat Warna Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N II (Opticus)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Bola Mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/Endothalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil Isokor Isokor
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya + +
Reflek Akomodasi + +
Reflek Konvergensi + +
N III (Okulomotorius)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Gerakan Mata Kebawah Normal Normal
Sikap Bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N IV (Troklearis)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka Mulut Normal Normal
• Menggerakan Rahang Normal Normal
• Menggigit Normal Normal
• Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi Opthalmica
 Reflek Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Sensibilitas Normal Normal
Divisi Maksila
 Reflek Massester Normal Normal
 Sensibilitas Normal Normal
Divisi Mandibula
 Sensibilitas Normal Normal
N V (Trigeminus)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Gerakan Mata Kebawah Normal Normal
Sikap Bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N VI (Abdusen)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Raut Wajah Simetris
Menggerakan Dahi Simetris
Menutup Mata Normal Normal
Memperlihatkan Gigi Normal Normal
Mencibir/Bersiul Normal Normal
Sekresi Air Mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fisura Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensasi Lidah 2/3 Depan Normal
Hiperakusis Tidak ada
N VII ( Fasialis)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Suara Berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Test Tidak dilakukan
Scwabach Test Tidak dilakukan
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Pengaruh Posisi Kepala Tidak ada
N VIII (Vestibulokoklearis)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Sensasi Lidah 1/3 Belakang Normal
Refleks Muntah/Gag Reflek Tidak dilakukan
N IX (Glosopharingeus)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Arkus Faring Simetris
Uvula Tidak ada deviasi
Menelan Normal
Artikulasi Normal
Suara Normal
Nadi Irregular
N X (Vagus)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kanan Kiri
Menoleh Ke Kanan Normal Normal
Menoleh Ke Kiri Normal Normal
Mengangkat Bahu Normal Normal
N XI ( Accessorius)
II. PEMERIKSAAN FISIK
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
Kedudukan Lidah Dalam Tidak ada deviasi
Kedudukan Lidah Dijulurkan Tidak ada deviasi
Tremor Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada
Atrofi Tidak ada
N XII (Hipoglosus)
II. PEMERIKSAAN FISIK
Cara Berjalan Normal
Romberg Test Tidak dilakukan
Ataksia Tidak dilakukan
Rebound Phenomen Tidak dilakukan
Test Tumit Lutut Tidak dilakukan
Disartria Normal
Disgrafi Tidak dilakukan
Test Jari Hidung Tidak dilakukan
Tes Hidung Jari Tidak dilakukan
Supinasi-Pronasi Normal
Pemeriksaan Kordinasi
II. PEMERIKSAAN FISIK
Respirasi Normal
Duduk Normal
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Badan
II. PEMERIKSAAN FISIK
Gerakan Spontan Tidak ada
Tremor Tidak ada
Atetosis Tidak ada
Mioklonik Tidak ada
Khorea Tidak ada
Berdiri Dan Berjalan
II. PEMERIKSAAN FISIK
Superior
Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 555 555
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus
Eksremitas
II. PEMERIKSAAN FISIK
Eksremitas
Inferior
Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 222 222
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus
II. PEMERIKSAAN FISIK
Sensibilitas Nyeri Baik
Sensibilitas Taktil Baik
Sensibilitas Termis Tidak dilakukan
Sensibilitas Kortikal Tidak dilakukan
Stereognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 Titik Baik
Pengenalan Rabaan Baik
Pemeriksaan Sensibilitas
II. PEMERIKSAAN FISIK
Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Laring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Maseter Normal Normal
Dinding Perut Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Biceps + +
Triceps ++ ++
Apr + +
Kpr + +
Bulbokavernosus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Cremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sfingter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sistem Refleks
II. PEMERIKSAAN FISIK
Patologis Kanan Kiri
Hoffman-Tromner - -
Babinsky - -
Chaddoks - -
Oppenhem - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Sistem Refleks
II. PEMERIKSAAN FISIK
Fungsi otonom
 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal
 Sekresi keringat :Normal
II. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Tanda Dementia
Reaksi Bicara Baik Reflek Glabella Tidak dilakukan
Fungsi Intelek Baik Reflek Snout Tidak dilakukan
Reaksi Emosi Baik Reflek Menghisap Tidak dilakukan
Reflek Memegang Tidak dilakukan
Reflek Palmomental Tidak dilakukan
Fungsi Luhur
Jenis Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 10,5 gr/dl L
Eritrosit 4,63 /mm3 N
Hematokrit
Nilai-Nilai MC
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
30,6% L
66,1 fl L
22,7 pg/cell L
34,3 g/dl N
20,8 % H
Pemeriksaan Laboratorium
a.Darahrutin :
Pemeriksaan Laboratorium
a.Darahrutin :
Trombosit
Hitung Jenis (Diff)
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
ALC
NLR
402 /mm3 H
0 % N
1 % N
87 % H
7 % L
6 % N
1260 / µl L
12,29 H
Pemeriksaan Laboratorium
b. Kimia klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil
Glukosa darah 99 mg/dL N
Ureum 36 mg/dL N
Kreatinin
Kalsium
Elektrolit serum (Na-K-Cl)
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
Kolesterol Lengkap
Trigliserida
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Asam Urat
1,02 mg/dL N
8,40 mg/dL L
143,8 mEq/L N
2,4 mEq/L L
108,8 mEq/L H
103 mg/dL N
163 mg/dL N
46 mg/dL N
96 mg/dL L
4,05 mg/dL N
Pemeriksaan Laboratorium
c.EKG
Pemeriksaan penunjang
Ro torax
EKG
Laboratorium
Diagnosis
Diagnosa Klinis : Tetraparese Inferior tipe LMN
Diagnosa Topik : Miogenik
Diagnosa Etilogi : Hipokalemia
Diagnosa Sekunder : Hipokalsemia, hiponatremia
Diagnosa Banding : Paralisis Periodik Tirotoksik (TPP)
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
Quo ad funcionam : Dubia ad Bonam
PENATALAKSANAAN
1. Terapi awal
IVFD RL Drip KCL 25 mEq 1 fls
Domperidon 1 tab 3x PO
Kalsium oral 3x500 mg
KSR 3X1 tab
Sucralfate syrup 1 cth 3x PO
2. Rencana pemeriksaan
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Pemeriksaan Elektrolit
3. EKG
4. RO Thorax
FOLLOW UP
555 555
222 222
S : Pasien baru pindahan IGD
Anggota gerak bawah terasa berat
Mual (+), muntah (+), pusing, badan letih
O :
Tekanan darah : 136/67mmHg Respirasi : 24/menit
Frekuensi nadi : 51x/menit Suhu : 36,5oC
Fungsi luhur : Normal
Rangsang meningeal : Tidak ditemukan
Saraf kranial : Normal
Motorik
Sensorik : Normal
Koordinasi : Normal
Otonom : Normal
Minggu (16 Mei 2021)
FOLLOW UP
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
P: Pantau TTV
Elevasi kepala 30o
Drip KCL 1 fls dalam RL 500 c habis dalam 8 jam
IVFD RL 8 J/K
Domperidone 3x1
Sucralfate syrup 3x
FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
555 555
222 222
Jam 06.00 WIB
S : Kedua kaki terasa agak berat, lemah pada kedua tangan, pusing berkurang,
mual sesekali
O :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi :18x/menit
Frekuensi nadi : 78x/menit Suhu : 36,5 oC
Fungsi luhur : Normal
Rangsang meningeal : Tidakditemukan
Saraf kranial : Normal
Motorik
Sensorik : Normal
Koordinasi : Normal
Otonom : Normal
A: Hipokalemia Periodik Paralisis, risiko jatuh
P: Monitor TTV
Kaji status neurologis
Bantu ADL
Kolaborasi
IVFD RL 8 J/K
Cek ulang elektrolit
FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
Terapi oral dilanjutkan
JAM 12.00
S: Kedua kaki terasa agak berat
Pusing berkurang
Mual sesekali
O: Keadaan umum sedang
Kesadaran Composmentis
IVFD RL 8 J/K
Tekanan darah 120/87
Nadi 72x/menit
Pernapasan 20x/menit
FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
P: Pantau TTV
Kaji status neurologis
Bantu ADL
Cek elektrolit post koreksi Kcl (-)
RL 8 J/K
KSR 3X1 mg
Terapi lain dilanjutkan
JAM 18.00 WIB
S: Kedua kaki sudah membaik
Pusing berkurang
O: ADL dibantu
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
FOLLOW UP
Senin (17 Mei 2021)
P: Berikan IVFD RL drip kalium 12,5 mg 8 J/K
Elevasi kepala 30o
Kalsium oral 3x500 mg
JAM 23.00 WIB
S: Kedua kaki yang terasa berat sudah berkurang
Pusing berkurang
O: Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi 77x/menit
Pernapasan 19x/menit
Suhu 36,2oc
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
Risiko jatuh
P: Pantau TTV
FOLLOW UP
Selasa (18 Mei 2021)
S : Keluhan membaik
O :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
A: Hipokalemia Periodik Paralisis
P: KSR 3X1
ANALISA KASUS
Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan diagnosis klinis tetraparese inferior tipe LMN.
Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan keempat anggota gerak, kelemahan dirasakan saat
pasien bangun tidur pagi hari. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba. Keluhan dirasakan semakin
memberat sehingga pasien sulit berdiri. Pasien ada muntah dan mual. Tidak ada keluhan dalam
BAK dan BAB. Berdasarkan pemeriksaan fisik, kesadaran pasien komposmentis, GCS 15.
Refleks fisiologis menurun dan tidak ditemukan refleks patologis. Hal ini menunjukkan
gangguan motorik berupa tetraparese bersifat LMN.
Diagnosis topik pada pasien adalah miogenik. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan keempat anggota gerak tidak
disertai dengan gangguan defisit neurologi lainnya seperti gangguan
sensorik, otonom, dan nervus kranialis. Hal ini mengarahkan kemungkinan
masalahnya terletak pada otot (miogenik).
Diagnosis etiologi pada pasien adalah hipokalemia. Dasar diagnosis etiologi pada pasien
ini adalah kelemahan akibat hipokalemia karena didapatkan kadar kalium serum yang rendah
yaitu 2,4 mEq/l.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ialah elektrolit untuk mengetahui penyebab
kelemahan ekstremitas pada pasien dan elektrokardiografi untuk melihat apakah terdapat
abnormalitas yang dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit.
Pasien diberikan terapi berupa IVFD RL drip KCL 25 mEq / 8 jam
untuk penatalaksanaan hipokalemia. KSR tablet untuk penatalaksanaan
hipokalemia. Domperidone untuk meredakan mual dan muntah. Sucralfate
diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung berlebih. Kalsium oral
diberikan untuk penatalaksanaan hipokalsemia.
PENUTUP
1. Seorang pasien berusia 35 tahun dengan diagnosis klinis tetraparese inferior tipe LMN.
2. Penegakan diagnosis pada pasien adalah pasien mengeluhkan keempat anggota gerak,
kelemahan dirasakan saat pasien bangun tidur pagi hari. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba. Keluhan
dirasakan semakin memberat sehingga pasien sulit berdiri. Pasien ada muntah dan mual. Tidak
ada keluhan dalam BAK dan BAB. Berdasarkan pemeriksaan fisik, kesadaran pasien
komposmentis, GCS 15. Refleks fisiologis menurun dan tidak ditemukan refleks patologis. Hal
ini menunjukkan gangguan motorik berupa tetraparese bersifat LMN.
KESIMPULAN
3. Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar kalium rendah yaitu 2,5 mEq/L, kalsium rendah yaitu 8,40
mg/dL, dan natrium rendah 130,2 mEq/L.
4. Terapi suportif diberikan berupa IVFD RL drip KCL 25 mEq / 8 jam untuk penatalaksanaan hipokalemia.
KSR tablet untuk penatalaksanaan hipokalemia. Domperidone untuk meredakan mual dan muntah. Sucralfate
diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung berlebih. Kalsium oral diberikan untuk penatalaksanaan
hipokalsemia.
5. Prognosis dari pasien adalah Quo ad vitam Dubia ad Bonam, Quo ad sanationam Dubia ad Bonam, Quo
ad funcionam Dubia ad Bonam.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinata GS, Syafrita Y. 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia Di Bangsal Saraf RSUP DR M
Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas; 91-96.
2. Hypokalemic periodic paralysis | Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD) – an NCATS
Program [Internet]. Rarediseases.info.nih.gov. 2018 [cited 19 November 2018]. Available from:
https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/6729/hypokalemic-periodic-paralysis
3. Sripathi N. Periodic Paralyses: Background, Pathophysiology, Epidemiology [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 19 November 2018]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1171678-overview
4. Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou A. Hypokalemia, a clinical
update. Endorin Connections 2018;7: R135-146.
5. Pardede, S. O. dan Fahriani, R. Paralisis Periodik Hipokalemik Familial. Ikatan Dokter Indonesia
6. Snell, R. S. 2009. Neuroanatomi klinik ed.7. Penerbit Buku Kedokteran :EGC. Jakarta.
Terima Kasih

More Related Content

Similar to case report hipokalemia periodik paralisis.pptx (20)

Skenario 3 pucat 7b
Skenario 3 pucat 7bSkenario 3 pucat 7b
Skenario 3 pucat 7b
 
Kasus Sistem Saraf
Kasus Sistem SarafKasus Sistem Saraf
Kasus Sistem Saraf
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptxHIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
HIPOGLIKEMIA_and_HIPERGLIKEMIA.pptx
 
Epilepsi 0
Epilepsi 0Epilepsi 0
Epilepsi 0
 
Kejang Demam
Kejang DemamKejang Demam
Kejang Demam
 
VIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptx
VIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptxVIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptx
VIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptx
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney disease
 
Imobilisasi lama
Imobilisasi lamaImobilisasi lama
Imobilisasi lama
 
Modul jatuh
Modul jatuhModul jatuh
Modul jatuh
 
GANGGUAN SARAF AUTONOM.ppt
GANGGUAN SARAF AUTONOM.pptGANGGUAN SARAF AUTONOM.ppt
GANGGUAN SARAF AUTONOM.ppt
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
elektrolit bedah anak.ppt
elektrolit bedah anak.pptelektrolit bedah anak.ppt
elektrolit bedah anak.ppt
 
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdfelektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
 
PPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptxPPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptx
 
Mengenal Masa Menopause.pptx
Mengenal Masa Menopause.pptxMengenal Masa Menopause.pptx
Mengenal Masa Menopause.pptx
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
susilowati82
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
randikaakbar11
 

Recently uploaded (20)

METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptxAKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
AKUNTANSI INVESTASI PD SEKURITAS UTANG.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
Materi: Mengapa tidak memanfaatkan Media ?
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 

case report hipokalemia periodik paralisis.pptx

  • 1. Presentan : Annisa Ibnu Fikrya 20100707360803057 Aulia Arrahmi 20100707360803058 Moammar Rizky Farhan 20100707360803059 Opponen : Agnessia Wettry Sagita Dinda Trifa Chyntia Amelia Rahmaningrum Doddy Febrianto Zaidir Anissa Sazia Irsyadil Ihsan Arma Fazilla Lusi Safitri Carolus MT Gurning Miftahul Hikmah Mizla Dinillah Yavolga Restiara Her Preseptor : dr. Reno Sari Caniago, Sp.S M. Biomed KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN NEUROLOGI RSUD MOHAMMAD NATSIR SOLOK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 2021 Case Report HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
  • 2. LATAR BELAKANG Hipokalemia Periodik Paralisis (HKPP) adalah sindroma kelemahan dan kelumpuhan otot yang langka yang terkait dengan hipokalemia. Kelemahan bervariasi dari kelemahan ringan sampai kelumpuhan total. Serangan membaik secara spontan dan pulih dalam waktu 3-36 jam.
  • 3. LATAR BELAKANG Kelainan pada penderita HKPP mengenai semua ras. Gangguan yang relatif terjadi pada 1:100.000 orang di United States. Di Eropa mencapai 1 tiap 100.000 orang. Risiko terjadinya lebih tinggi pada orang Asia dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 2:1. Data menunjukkan 10 kasus pasien dengan Periodik Paralisis Hipokalemia di bangsal Saraf DR M. Djamil Padang. Tersering usia 10 tahun (periode pubertas).
  • 4. TUJUAN PENULISAN Syarat tugas stase neurologi Syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUD M. Natsir Solok Bahan bacaan
  • 8. NEUROFISIOLOGI Kalium Kalium berperan sebagai: • Mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. • Eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot lurik. • Mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama intrasel. • Ion masuk ke dalam sel dengan cara transport aktif, yang memerlukan energi. • Fungsi kalium berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal. • Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel.
  • 9. NEUROFISIOLOGI • Kalium (K+ ) memainkan peran kunci dalam mempertahankan fungsi sel normal. • Banyak fungsi sel bergantung pada perbedaan potensial ini • Terutama pada jaringan yang dapat dirangsang, seperti saraf dan otot. • Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan beberapa tahapan
  • 12. DEFINISI • Hipokalemia adalah kondisi kadar serum kalium lebih rendah dari normal yaitu dibawah 3,5 mEq/L. • Disebabkan berkurangnya jumlah kalium total tubuh karena peningkatan ekskresi kalium atau pergeseran intraseluler • Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), paralisis periodik hipokalemik adalah salah satu spectrum klinis akibat hipokalemia • Disebabkan redistribusi kalium secara akut ke dalam cairan intraselular.
  • 13. • Kelainan pada penderita HKPP dapat mengenai semua ras • Tersering pada usia 10 tahun (periode pubertas). • Risiko terjadinya lebih tinggi pada orang Asia dengan rasio laki-laki;perempuan ialah 2:1. • Di Eropa mencapai 1 tiap 100.000 orang. EPIDEMIOLOGI
  • 14. ETIOLOGI • Umumnya gangguan ini biasanya muncul pada masa remaja dengan pemicu terkait • Termasuk konsumsi makanan kaya karbohidrat dan mengikuti latihan berat • Sehingga terjadi pelepasan insulin endogen • Masuknya kadar relatif kalium ke ruang intraseluler • Serta makanan natrium tinggi dan stres emosional. • Etiologi umum untuk kelemahan dalam HKPP adalah kegagalan untuk mempertahankan potensi istirahat dalam K + rendah.
  • 15. ETIOLOGI Tabel 2.1 Penyebab Kelemahan anggota gerak
  • 18. FAKTOR RISIKO • Suatu genetik yang diturunkan secara autosomal dominan. • Makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, stress, istirahat sesudah latihan fisik, perjalanan jauh. • Pemberian obat tertentu, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dan lain-lain. • Kadar insulin dapat mempengaruhi kelainan karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel.
  • 19. PATOGENESIS keseimbangan intraseluler ekstraseluler Voltase potensial istirahat sel (-90) Diatur oleh Na & K keseimbangan intraseluler Ekstraseluler Keseimbangan potensial kalium berubah ke lebih negatif Sehingga Na+ lebih banyak masuk ke Intrasel Kalium terlambat dan lebih sedikit keluar ke esktrasel Potensial istirahat sel pada volvatase -50 mV Gangguan elektrik Otot tidak dapat di eksitasi NORMAL HIPOKALEMIA PERIODIK PARALISIS
  • 20. KLASIFIKASI Dikenal 3 macam paralisis periodik berdasarkan kadar kalium, antara lain : 1) Paralisis periodik hipokalemik familial 2) Paralisis periodik hiperkalemik familial 3) Paralisis periodik normokalemik familial
  • 21. KLASIFIKASI Berdasarkan faktor penyebabnya PP dapat dibedakan atas : 1. PP primer, oleh karena gangguan genetic tapi sangat jarang 2. PP sekunder, akibat retensi atau pelepasan kalium yang sangat berlebihan
  • 22. MANIFESTASI KLINIS • Ciri khas dari periodik paralisis hipokalemi adalah kekuatan otot secara berangsur membaik pasca koreksi kalium. • Otot yang sering terkena adalah otot bahu dan pinggul; dapat juga mengenai otot lengan, kaki, dan mata. • Otot diafragma dan otot jantung jarang terkena.
  • 23. DIAGNOSIS Serangan kelumpuhan episodik dengan gejala dan tanda berikut: 1) Penurunan tonus otot (flacciditas) 2) Kelumpuhan bilateral, simetris, menaik (ekstremitas bawah terkena sebelum ekstremitas atas) yang lebih ditandai pada proksimal daripada di otot-otot distal 3) Refleks tendon normal atau menurun dan refleks plantar normal (ke bawah pergerakan jari kaki) 4) Hipokalemia bersamaan biasanya dengan jumlah (0,9-3,5 mmol / L)
  • 24. DIAGNOSIS Menegakkan diagnosis Kriteria diagnostik consensus: 1) Dua atau lebih serangan kelemahan otot dengan kalium serum <3,5 mEq /L yang didokumentasikan 2) Satu serangan kelemahan otot pada proband dan satu serangan kelemahan dengan 3) Serum kalium serum yang didokumentasikan <3,5 mEq / L OR
  • 25. DIAGNOSIS 4) Tiga atau lebih dari enam fitur klinis / laboratorium berikut: a. Mulai pada dekade pertama atau kedua b. Durasi serangan (kelemahan otot yang melibatkan ≥1 tungkai) lebih lama dari dua jam c. Adanya pemicu (makan kaya karbohidrat sebelumnya, onset gejala selama istirahat setelah latihan, menekankan) d. Perbaikan gejala dengan asupan kalium e. Riwayat keluarga dengan kondisi atau secara genetik telah terkonfirmasi memiliki mutasi saluran kalsium atau sodium f. Hasil positif pada Long-Exercise
  • 26. DIAGNOSIS 5) Pengecualian penyebab lain hipokalemia (ginjal, adrenal, disfungsi tiroid; asidosis tubulus ginjal; penyalahgunaan diuretik dan pencahar)
  • 27. DIAGNOSIS Pemeriksaan Penunjang Hipokalemia a. Laboratorium biokimia dasar b. Elektrolit c. Analisis gas darah arteri (ABG) d. Penilaian ekskresi kalium urin e. EKG
  • 28. DIAGNOSIS BANDING Gejala Umur Onset Lama serangan Faktor pencetus Keparahan serangan Gambaran yang berhubungan Hiperkalemik periodik paralisis Dekade pertama kehidupan Beberapa menit sampai <2 jam (paling sering <1 jam) -Rendah pemasukan karbohidrat (puasa) -Dingin -Istirahat yang diikuti dengan latihan -Alkohol -Infeksi Jarang parah -Perioral dan tungkai parestesia -Myotonia frekuent -Pseudohipertrofi otot tiba-tiba Potassiumassociated myotonia Dekade pertama Tidak ada kelemahan -Dingin -Istirahat setelah latihan Serangan kekakuan dan dari ringan sampai berat Hipertrofi otot Paramyotonia congenital Dekade pertama 2 – 24 jam Dingin Jarang parah - Pseudohipertrofi otot -Paradoksal myotonia -Jarang kelemahan menetap Tirotoksikosis periodik paralisis Dekade ketiga dan keempat Beberapa jam sampai 7 hari Sama seperti hipokalemik Hiperinsulinemia Sama seperti hipokalemik PP -Bisa berkembang menjadi otot menetap -Hipokalemia selama serangan
  • 29. PENATALAKSANAAN  Identifikasi pencetus  Evaluasi setelah diagnosis awal selama serangan lumpuh akut  Pemberian kalium melalui oral atau IV
  • 30. PENATALAKSANAAN Tabel 2.3 Prinsip-prinsip perawatan untuk individu dengan paralisis periodik hipokalemia
  • 31. KOMPLIKASI a) Hipokalemia yang mengarah ke kemungkinan disritmia jantung b) Kelemahan atau kelumpuhan otot pernapasan yang menyebabkan insufisiensi pernapasan akut c) Ketidakmampuan untuk bergerak yang dapat menyebabkan kematian jika terjadi di lingkungan yang tidak aman - seperti tenggelam, jika lumpuh serangan terjadi di kolam renang
  • 32. PROGNOSIS • Konsumsi suplemen kalium biasanya mengoreksi hipokalemia. • Hipokalemia berat dapat menyebabkan masalah jantung yang dapat fatal. • Kondisi periodik paralisis hipokalemik terutama familial berespons baik terhadap terapi. • Terapi dapat mencegah kelemahan otot lebih lanjut. • Serangan terus menerus dapat menyebabkan kelemahan otot permanen.
  • 34. 1. IDENTITAS PASIEN Nama Penderita : Ny. D Alamat : Sumani - Solok Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 35 Tahun TGL Masuk : Minggu, 16 Mei 2021 Jam masuk : 16.30 WIB
  • 35. ANAMNESA : AUTOANAMNESA a.Keluhan Utama Lemah pada keempat anggota gerak sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
  • 36. ANAMNESA : AUTOANAMNESA b. Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke IGD RSUD M. Natsir diantar oleh suami dengan keluhan lemah keempat aggota gerak sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku kondisi tersebut ia rasakan setelah bangun tidur dan langsung dibawa ke RSUD M.Natsir. Keluhan disertai badan terasa berat dan lemas untuk bangun dari posisi tidur, sangat terasa saat akan berpindah posisi seperti berdiri dari duduk, saat melangkah, mengangkat tangan/mengangkat barang. Keluhan dirasakan berkurang ketika pasien istirahat. Pasien juga merasa pusing (+), tidak berputar, ada mual dan muntah, demam (-), batuk (-), pilek (-), sakit pada punggung dan leher (+), mulut mencong (-), kebas (-), kejang (-), sesak nafas (-), mencret (-), mengkonsumsi obat rutin (-). Tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien mengatakan sudah mengalami muntah 2 kali. Nafsu makan biasa.
  • 37. ANAMNESA : AUTOANAMNESA c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah dirawat karena hipokalemia pada tahun 2019 Alergi (-) Riwayat DM (-) Riwayat stroke (-) Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat infeksi telinga (-) Riwayat keganasan (-) Riwayat kolesterol (-)
  • 38. ANAMNESA : AUTOANAMNESA d. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat DM disangkal Riwayat penyakit kardiovaskular disangkal Riwayat stroke disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat penyakit tumor disangkal
  • 39. ANAMNESA : AUTOANAMNESA Riwayat Pribadi Sosial :  Pasien seorang ibu rumah tangga  Pasien sudah menikah, mempunyai 3 anak dan tinggal bersama.  Haid terakhir pasien 3 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit  Pasien tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • 40. II. PEMERIKSAAN FISIK 1. UMUM Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif Rambut : Hitam Nadi : 51 kali/menit Irama : Iregular Pernafasan : 24 kali/menit Tekanan darah : 136/67 mmHg Suhu : 36,5 derajat celcius Turgor kulit : Normal Kulit dan kuku : CRP < 2 Detik
  • 41. II. PEMERIKSAAN FISIK Kelenjar Getah Bening Leher : Tidak ada pembesaran KGB Aksila : Tidak ada pembesaran KGB Inguinal : Tidak dilakukan Paru Inspeksi : Simetris kiri dan kanan Palpasi perkusi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing (-), rhonki (-)
  • 42. II. PEMERIKSAAN FISIK Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis tidak teraba Perkusi : Dalam batas normal Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-) Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus (+) normal
  • 43. II. PEMERIKSAAN FISIK 2. STATUS NEUROLOGIKUS A. Tanda Rangsangan Selaput Otak Kaku Kuduk : Negatif Brudzinki I : Negatif Brudzinki II : Negatif Tanda Kernig : Negatif B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial Pupil : Isokor
  • 44. II. PEMERIKSAAN FISIK Penciuman Kanan Kiri  Subjectif Normal Normal  Objectif Dengan Bahan Normal Normal C. Pemeriksaan Nervus Kranialis N I (Olfaktorius)
  • 45. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Pengelihatan Kanan Kiri Tajam Pengelihatan Normal Normal Melihat Warna Normal Normal Lapang Pandang Normal Normal Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan N II (Opticus)
  • 46. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Bola Mata Simetris Simetris Ptosis Tidak ada Tidak ada Gerakan Bulbus Normal Normal Strabismus Tidak ada Tidak ada Nistagmus Tidak ada Tidak ada Ekso/Endothalmus Tidak ada Tidak ada Pupil Isokor Isokor Bentuk Bulat Bulat Refleks Cahaya + + Reflek Akomodasi + + Reflek Konvergensi + + N III (Okulomotorius)
  • 47. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Gerakan Mata Kebawah Normal Normal Sikap Bulbus Normal Normal Diplopia Tidak ada Tidak ada N IV (Troklearis)
  • 48. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Motorik • Membuka Mulut Normal Normal • Menggerakan Rahang Normal Normal • Menggigit Normal Normal • Mengunyah Normal Normal Sensorik Divisi Opthalmica  Reflek Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan  Sensibilitas Normal Normal Divisi Maksila  Reflek Massester Normal Normal  Sensibilitas Normal Normal Divisi Mandibula  Sensibilitas Normal Normal N V (Trigeminus)
  • 49. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Gerakan Mata Kebawah Normal Normal Sikap Bulbus Normal Normal Diplopia Tidak ada Tidak ada N VI (Abdusen)
  • 50. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Raut Wajah Simetris Menggerakan Dahi Simetris Menutup Mata Normal Normal Memperlihatkan Gigi Normal Normal Mencibir/Bersiul Normal Normal Sekresi Air Mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan Fisura Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sensasi Lidah 2/3 Depan Normal Hiperakusis Tidak ada N VII ( Fasialis)
  • 51. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Suara Berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan Weber Test Tidak dilakukan Scwabach Test Tidak dilakukan Nistagmus Tidak ada Tidak ada Pengaruh Posisi Kepala Tidak ada N VIII (Vestibulokoklearis)
  • 52. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Sensasi Lidah 1/3 Belakang Normal Refleks Muntah/Gag Reflek Tidak dilakukan N IX (Glosopharingeus)
  • 53. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Arkus Faring Simetris Uvula Tidak ada deviasi Menelan Normal Artikulasi Normal Suara Normal Nadi Irregular N X (Vagus)
  • 54. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kanan Kiri Menoleh Ke Kanan Normal Normal Menoleh Ke Kiri Normal Normal Mengangkat Bahu Normal Normal N XI ( Accessorius)
  • 55. II. PEMERIKSAAN FISIK C. Pemeriksaan Nervus Kranialis Kedudukan Lidah Dalam Tidak ada deviasi Kedudukan Lidah Dijulurkan Tidak ada deviasi Tremor Tidak ada Fasikulasi Tidak ada Atrofi Tidak ada N XII (Hipoglosus)
  • 56. II. PEMERIKSAAN FISIK Cara Berjalan Normal Romberg Test Tidak dilakukan Ataksia Tidak dilakukan Rebound Phenomen Tidak dilakukan Test Tumit Lutut Tidak dilakukan Disartria Normal Disgrafi Tidak dilakukan Test Jari Hidung Tidak dilakukan Tes Hidung Jari Tidak dilakukan Supinasi-Pronasi Normal Pemeriksaan Kordinasi
  • 57. II. PEMERIKSAAN FISIK Respirasi Normal Duduk Normal Pemeriksaan Fungsi Motorik Badan
  • 58. II. PEMERIKSAAN FISIK Gerakan Spontan Tidak ada Tremor Tidak ada Atetosis Tidak ada Mioklonik Tidak ada Khorea Tidak ada Berdiri Dan Berjalan
  • 59. II. PEMERIKSAAN FISIK Superior Kanan Kiri Gerakan Aktif Aktif Kekuatan 555 555 Trofi Eutrofi Eutrofi Tonus Eutonus Eutonus Eksremitas
  • 60. II. PEMERIKSAAN FISIK Eksremitas Inferior Kanan Kiri Gerakan Aktif Aktif Kekuatan 222 222 Trofi Eutrofi Eutrofi Tonus Eutonus Eutonus
  • 61. II. PEMERIKSAAN FISIK Sensibilitas Nyeri Baik Sensibilitas Taktil Baik Sensibilitas Termis Tidak dilakukan Sensibilitas Kortikal Tidak dilakukan Stereognosis Tidak dilakukan Pengenalan 2 Titik Baik Pengenalan Rabaan Baik Pemeriksaan Sensibilitas
  • 62. II. PEMERIKSAAN FISIK Fisiologis Kanan Kiri Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan Laring Tidak dilakukan Tidak dilakukan Maseter Normal Normal Dinding Perut Tidak dilakukan Tidak dilakukan Biceps + + Triceps ++ ++ Apr + + Kpr + + Bulbokavernosus Tidak dilakukan Tidak dilakukan Cremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sfingter Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sistem Refleks
  • 63. II. PEMERIKSAAN FISIK Patologis Kanan Kiri Hoffman-Tromner - - Babinsky - - Chaddoks - - Oppenhem - - Gordon - - Schaeffer - - Sistem Refleks
  • 64. II. PEMERIKSAAN FISIK Fungsi otonom  Miksi : Normal  Defekasi : Normal  Sekresi keringat :Normal
  • 65. II. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran Tanda Dementia Reaksi Bicara Baik Reflek Glabella Tidak dilakukan Fungsi Intelek Baik Reflek Snout Tidak dilakukan Reaksi Emosi Baik Reflek Menghisap Tidak dilakukan Reflek Memegang Tidak dilakukan Reflek Palmomental Tidak dilakukan Fungsi Luhur
  • 66. Jenis Pemeriksaan Hasil Hemoglobin 10,5 gr/dl L Eritrosit 4,63 /mm3 N Hematokrit Nilai-Nilai MC MCV MCH MCHC RDW-CV 30,6% L 66,1 fl L 22,7 pg/cell L 34,3 g/dl N 20,8 % H Pemeriksaan Laboratorium a.Darahrutin :
  • 67. Pemeriksaan Laboratorium a.Darahrutin : Trombosit Hitung Jenis (Diff) Basofil Eosinofil Neutrofil Limfosit Monosit ALC NLR 402 /mm3 H 0 % N 1 % N 87 % H 7 % L 6 % N 1260 / µl L 12,29 H
  • 68. Pemeriksaan Laboratorium b. Kimia klinik Jenis Pemeriksaan Hasil Glukosa darah 99 mg/dL N Ureum 36 mg/dL N Kreatinin Kalsium Elektrolit serum (Na-K-Cl) Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl) Kolesterol Lengkap Trigliserida Kolesterol total Kolesterol HDL Kolesterol LDL Asam Urat 1,02 mg/dL N 8,40 mg/dL L 143,8 mEq/L N 2,4 mEq/L L 108,8 mEq/L H 103 mg/dL N 163 mg/dL N 46 mg/dL N 96 mg/dL L 4,05 mg/dL N
  • 71. Diagnosis Diagnosa Klinis : Tetraparese Inferior tipe LMN Diagnosa Topik : Miogenik Diagnosa Etilogi : Hipokalemia Diagnosa Sekunder : Hipokalsemia, hiponatremia Diagnosa Banding : Paralisis Periodik Tirotoksik (TPP)
  • 72. Prognosis Quo ad vitam : Dubia ad Bonam Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam Quo ad funcionam : Dubia ad Bonam
  • 73. PENATALAKSANAAN 1. Terapi awal IVFD RL Drip KCL 25 mEq 1 fls Domperidon 1 tab 3x PO Kalsium oral 3x500 mg KSR 3X1 tab Sucralfate syrup 1 cth 3x PO 2. Rencana pemeriksaan 1. Pemeriksaan Darah Lengkap 2. Pemeriksaan Elektrolit 3. EKG 4. RO Thorax
  • 74. FOLLOW UP 555 555 222 222 S : Pasien baru pindahan IGD Anggota gerak bawah terasa berat Mual (+), muntah (+), pusing, badan letih O : Tekanan darah : 136/67mmHg Respirasi : 24/menit Frekuensi nadi : 51x/menit Suhu : 36,5oC Fungsi luhur : Normal Rangsang meningeal : Tidak ditemukan Saraf kranial : Normal Motorik Sensorik : Normal Koordinasi : Normal Otonom : Normal Minggu (16 Mei 2021)
  • 75. FOLLOW UP A: Hipokalemia Periodik Paralisis Risiko jatuh P: Pantau TTV Elevasi kepala 30o Drip KCL 1 fls dalam RL 500 c habis dalam 8 jam IVFD RL 8 J/K Domperidone 3x1 Sucralfate syrup 3x
  • 76. FOLLOW UP Senin (17 Mei 2021) 555 555 222 222 Jam 06.00 WIB S : Kedua kaki terasa agak berat, lemah pada kedua tangan, pusing berkurang, mual sesekali O : Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi :18x/menit Frekuensi nadi : 78x/menit Suhu : 36,5 oC Fungsi luhur : Normal Rangsang meningeal : Tidakditemukan Saraf kranial : Normal Motorik Sensorik : Normal Koordinasi : Normal Otonom : Normal A: Hipokalemia Periodik Paralisis, risiko jatuh P: Monitor TTV Kaji status neurologis Bantu ADL Kolaborasi IVFD RL 8 J/K Cek ulang elektrolit
  • 77. FOLLOW UP Senin (17 Mei 2021) Terapi oral dilanjutkan JAM 12.00 S: Kedua kaki terasa agak berat Pusing berkurang Mual sesekali O: Keadaan umum sedang Kesadaran Composmentis IVFD RL 8 J/K Tekanan darah 120/87 Nadi 72x/menit Pernapasan 20x/menit
  • 78. FOLLOW UP Senin (17 Mei 2021) A: Hipokalemia Periodik Paralisis Risiko jatuh P: Pantau TTV Kaji status neurologis Bantu ADL Cek elektrolit post koreksi Kcl (-) RL 8 J/K KSR 3X1 mg Terapi lain dilanjutkan JAM 18.00 WIB S: Kedua kaki sudah membaik Pusing berkurang O: ADL dibantu A: Hipokalemia Periodik Paralisis Risiko jatuh
  • 79. FOLLOW UP Senin (17 Mei 2021) P: Berikan IVFD RL drip kalium 12,5 mg 8 J/K Elevasi kepala 30o Kalsium oral 3x500 mg JAM 23.00 WIB S: Kedua kaki yang terasa berat sudah berkurang Pusing berkurang O: Tekanan darah 120/70 mmHg Nadi 77x/menit Pernapasan 19x/menit Suhu 36,2oc A: Hipokalemia Periodik Paralisis Risiko jatuh P: Pantau TTV
  • 80. FOLLOW UP Selasa (18 Mei 2021) S : Keluhan membaik O : Tekanan darah : 120/80 mmHg A: Hipokalemia Periodik Paralisis P: KSR 3X1
  • 82. Seorang perempuan berusia 35 tahun dengan diagnosis klinis tetraparese inferior tipe LMN. Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan keempat anggota gerak, kelemahan dirasakan saat pasien bangun tidur pagi hari. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba. Keluhan dirasakan semakin memberat sehingga pasien sulit berdiri. Pasien ada muntah dan mual. Tidak ada keluhan dalam BAK dan BAB. Berdasarkan pemeriksaan fisik, kesadaran pasien komposmentis, GCS 15. Refleks fisiologis menurun dan tidak ditemukan refleks patologis. Hal ini menunjukkan gangguan motorik berupa tetraparese bersifat LMN.
  • 83. Diagnosis topik pada pasien adalah miogenik. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan keempat anggota gerak tidak disertai dengan gangguan defisit neurologi lainnya seperti gangguan sensorik, otonom, dan nervus kranialis. Hal ini mengarahkan kemungkinan masalahnya terletak pada otot (miogenik).
  • 84. Diagnosis etiologi pada pasien adalah hipokalemia. Dasar diagnosis etiologi pada pasien ini adalah kelemahan akibat hipokalemia karena didapatkan kadar kalium serum yang rendah yaitu 2,4 mEq/l. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ialah elektrolit untuk mengetahui penyebab kelemahan ekstremitas pada pasien dan elektrokardiografi untuk melihat apakah terdapat abnormalitas yang dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit.
  • 85. Pasien diberikan terapi berupa IVFD RL drip KCL 25 mEq / 8 jam untuk penatalaksanaan hipokalemia. KSR tablet untuk penatalaksanaan hipokalemia. Domperidone untuk meredakan mual dan muntah. Sucralfate diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung berlebih. Kalsium oral diberikan untuk penatalaksanaan hipokalsemia.
  • 87. 1. Seorang pasien berusia 35 tahun dengan diagnosis klinis tetraparese inferior tipe LMN. 2. Penegakan diagnosis pada pasien adalah pasien mengeluhkan keempat anggota gerak, kelemahan dirasakan saat pasien bangun tidur pagi hari. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba. Keluhan dirasakan semakin memberat sehingga pasien sulit berdiri. Pasien ada muntah dan mual. Tidak ada keluhan dalam BAK dan BAB. Berdasarkan pemeriksaan fisik, kesadaran pasien komposmentis, GCS 15. Refleks fisiologis menurun dan tidak ditemukan refleks patologis. Hal ini menunjukkan gangguan motorik berupa tetraparese bersifat LMN. KESIMPULAN
  • 88. 3. Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar kalium rendah yaitu 2,5 mEq/L, kalsium rendah yaitu 8,40 mg/dL, dan natrium rendah 130,2 mEq/L. 4. Terapi suportif diberikan berupa IVFD RL drip KCL 25 mEq / 8 jam untuk penatalaksanaan hipokalemia. KSR tablet untuk penatalaksanaan hipokalemia. Domperidone untuk meredakan mual dan muntah. Sucralfate diberikan untuk mengurangi produksi asam lambung berlebih. Kalsium oral diberikan untuk penatalaksanaan hipokalsemia. 5. Prognosis dari pasien adalah Quo ad vitam Dubia ad Bonam, Quo ad sanationam Dubia ad Bonam, Quo ad funcionam Dubia ad Bonam. KESIMPULAN
  • 89. DAFTAR PUSTAKA 1. Dinata GS, Syafrita Y. 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia Di Bangsal Saraf RSUP DR M Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas; 91-96. 2. Hypokalemic periodic paralysis | Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD) – an NCATS Program [Internet]. Rarediseases.info.nih.gov. 2018 [cited 19 November 2018]. Available from: https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/6729/hypokalemic-periodic-paralysis 3. Sripathi N. Periodic Paralyses: Background, Pathophysiology, Epidemiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 19 November 2018]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1171678-overview 4. Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou A. Hypokalemia, a clinical update. Endorin Connections 2018;7: R135-146. 5. Pardede, S. O. dan Fahriani, R. Paralisis Periodik Hipokalemik Familial. Ikatan Dokter Indonesia 6. Snell, R. S. 2009. Neuroanatomi klinik ed.7. Penerbit Buku Kedokteran :EGC. Jakarta.