Budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit kultur jaringan dilakukan selama 3 bulan untuk mengetahui laju pertumbuhan. Rumput laut dibudidayakan dengan sistem longline dan dipantau 2 kali seminggu. Hasilnya adalah laju pertumbuhan 5,04%/hari dengan rasio berat kering:basah 1:10.
1. i
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil
Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Cultivation of Seaweed (Kappaphycus alvarezii) using Tissue-Cultured
Seedlings in Bungin Permai Coastal Waters, Tinanggea Sub-District, South
Konawe Regency, South East Sulawesi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
OLEH:
MASDIDI
I1A2 13 019
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
2. ii
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin
Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe
Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Laporan Lengkap Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
Nama Masdidi
Stambuk I1A2 13 019
Kelompok III (Tiga)
Jurusan Budidaya Perairan
Laporan Lengkap ini,
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Dosen Koordinator Mata Kuliah
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc
NIP. 19661210 199403 1 005
Kendari, Agustus 2017
Tanggal Pengesahan
:
:
:
:
:
:
3. iii
iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir di Lasora, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten
Buton Utara, 12 April 1995. Penulis adalah anak kelima
dari pasangan Bapak Barlia dan Ibu Wa Mili. Pada Tahun
2007, penulis menamatkan pendidikan dasar di -
SD Negeri 24 Kulisusu. Selanjutnya pada Tahun 2010 menamatkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 6 Kulisusu. Pada tahun 2013 penulis
menyelesaikan pendidikan menengah atas pada SMA Negeri 1 Kulisusu serta
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima
di Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(FPIK) Jurusan Budidaya Perairan (BDP). Pada tahun 2015-2016 penulis lolos
Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan (PKM-K). Penulis juga
pernah menjadi anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang
Kendari Komisariat Universitas Sulawesi Tenggara Kendari (UNSULTRA).
4. iv
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena berkat taufik
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
lengkap Praktek Kerja Lapang (PKL), dalam rangka memenuhi salah satu syarat
kelulusan pada mata kuliah Manajemen Akuakultur Laut.
Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penyusunan laporan lengkap PKL
ini, namun atas dorongan dan upaya yang keras terutama adanya bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Koordinator Mata Kuliah Manajemen
Akuakultur Laut, Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan, M.Sc dan Asisten PKL
Kakak Armin, S.Pi atas bimbingan dan arahan kepada penulis yang telah
membimbing dalam pembuatan blog dan pemostingan laporan di blog sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan laporan lengkap PKL. Laporan lengkap ini
berisi tentang gambaran bagaimana cara budidaya rumput laut kappaphycus
alvarezii dengan metode longline.
Laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, maka diperlukan saran dan
kritikan yang bersifat membangun dari pembaca, demi penyusunan laporan PKL
agar lebih baik lagi ke depannya. Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Kendari, Agustus 2017
Penulis
5. v
v
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil
Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Praktek kerja lapang (PKL) ini bertujuan untuk laju pertumbuhan spesifik
(LPS). PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April - Juni 2017 di
perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe
Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Budidaya rumput laut menggunakan metode
longline. Monitoring dilakukan 2 (dua) kali seminggu. Laju pertumbuhan spesifik
(LPS) rumput laut yang diperoleh yaitu 5.04%/hari dengan rasio perbandingan
berat kering : berat basah yaitu 1:10. Parameter kualitas air yang diperoleh yaitu
suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga jual rumput
laut yaitu Rp. 9.000/kg.
Kata Kunci: Kappaphycus alvarezii, Bibit Kultur Jaringan, LPS.
6. vi
vi
ABSTRACT
Cultivation of Seaweed (Kappaphycus alvarezii) Using Tissue-Cultured
Seedlings in BunginPermai Coastal Waters, Tinanggea Subdistrict, South
Konawe Regency, South East Sulawesi
This field aquaculture practice aims to determine the specific growth rate (SGR).
This field practice was carried out for 3 months April – June 2017 around Bungin
Permai coastal waters Tinanggea Sub-district South Konawe Regency South East
Sulawesi. Seaweed cultivation used longline method. Monitoring was done twice
a week. The result was spesific growth rate (SGR) of seaweed maintained at
5.05%/day and the ratio of dried weight: wet weight was 1:10. Water quality
parameters obtained was 28-31°C for temperature while for salinity was 31-33ppt.
The market price for this cultured seaweed was Rp. 9.000/kg.
Keywords : Kappaphycus alvarezii, Tissue-Cultured Seedlings, SGR.
7. vii
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii
RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan dan Kegunaan............................................................... 3
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat ................................................................... 4
B. Alat dan Bahan......................................................................... 4
C. Prosedur Kerja.......................................................................... 5
D. Parameter yang Diamati ........................................................... 11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil......................................................................................... 12
B. Pembahasan.............................................................................. 15
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
8. viii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1 Alat dan Bahan yang digunakan pada PKL ................................. 4
2 Parameter Kualitas Air yang Diukur selama PKL........................ 11
3 LPS Rumput Laut Hasil Budidaya .............................................. 12
4 Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air selama Pemeliharaan.. 13
9. ix
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1 Alat Pemintal Tali Rumput Laut (Pintar) .................................. 5
2 Pembuatan Tali Rumput Laut ................................................... 6
3 Jarak Tanam antar Bibit............................................................ 6
4 Rumput Laut K. alvarezzi ......................................................... 7
5 Penimbangan Berat Bibit Rumput Laut..................................... 7
6 Pengikatan Rumput Laut .......................................................... 8
7 Penanaman Bibit Rumput Laut dan Pemasangan Pelampung .... 8
8 Monitoring Rumput Laut.......................................................... 9
9 Proses Pemanenan Rumput Laut............................................... 10
10 Proses Pasca Panen .................................................................. 10
11 Epifit yang ditemukan pada Lokasi Budidaya .......................... 14
12 Perbandingan Kualitas Rumput Laut ........................................ 14
13 Pemasaran Rumput Laut .......................................................... 15
10. 1
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya rumput laut merupakan bentuk akuakultur yang relatif mudah
dan bagus untuk dikembangkan. Produksi dunia telah ditandai oleh pertumbuhan
eksponensial selama 50 tahun terakhir (Loureiro et al., 2009) dan 3 (tiga) kali lipat
antara tahun 1997 dan 2012, dari 7 juta ton menjadi 24 juta ton (Mt) ( FAO,
2014). Rumput laut merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya
perikanan Indonesia karena permintaannya tinggi di pasar dunia. Oleh karena itu
kemampuan produksinya harus terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
pasar yang meningkat setiap tahunnya.
Rumput laut Kappaphycus alvarezii sudah umum dibudidayakan oleh
petani di Sulawesi Tenggara, Indonesia (Aslan et al., 2015) dan dikenal dengan
kualitasnya yang baik dan banyak diminati oleh industri karena mengandung
sumber karagenan, agar-agar dan alginat yang cukup tinggi. Hal inilah yang
menjadikan rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan dalam
perdagangan dunia dan Indonesia menjadi salah satu negara penyuplai bahan baku
rumput laut (Pongarrang et al., 2013).
Rumput laut K. alvarezii merupakan rumput laut yang memiliki nilai
penting di daerah tropis yang umumnya berwarna merah dan dinding selnya
banyak mengandung polisakarida yang menjadi sumber paling penting untuk
menyuplai karagenan di dunia. Pasar karaginan terus tumbuh dan membutuhkan
sumber bahan baku yang banyak, setidaknya dalam kualitas, harga dan volume
11. 2
2
untuk kebutuhan industri pengolahan (Thirumaran and Anantharaman, 2009).
Menurut Aslan (2011) bahwa, peningkatan karaginan rumput laut ditentukan oleh
ketersediaan suplai rumput laut baik itu secara kuantitas maupun kualitas rumput laut
secara kontinyu.
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) budidaya yang dilakukan di Desa
Bungin Permai yaitu menggunakan metode longline. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Albasri et al. (2010) bahwa, budidaya rumput laut di Muna dan Kendari
sebagian besar menggunakan sistem budidaya rumput laut dengan metode longline.
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan PKL pada komoditas rumput
laut (K. alvarezii), agar dapat mengetahui cara membudidayakan rumput laut.
B. Rumusan Masalah
Saat ini, para pengusaha rumput laut masih mengandalkan produksi
rumput laut yang berasal dari alam dibandingkan hasil dari produksi budidaya.
Hal ini disebabkan karena bibit yang terbatas dan rumput laut jenis ini memiliki
pertumbuhan yang lamban dan rentan terhadap penyakit. Selain itu, para
pembudidaya masih menggunakan bibit yang berasal dari indukan yang sama
secara berulang kali sehingga mengakibatkan penurunan kualitas rumput laut yang
dihasilkan (Sapitri dkk., 2016).
Rumput laut yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan ini mempunyai
kelebihan dan keunggulan mampu dibudidayakan di perairan yang keruh, mampu
tetap hidup pada salinitas rendah dan satu lagi tahan terhadap curah hujan tinggi.
Dengan keunggulan yang dimiliki rumput laut kultur jaringan ini, kendala yang
selama ini dihadapi dalam berbudidaya rumput laut seperti kendala lokasi,
12. 3
3
salinitas, dan curah hujan, dapat diatasi sehingga mampu mendorong peningkatan
produksi rumput laut nasional khususnya jenis K. alvarezii. Selain itu,
pertumbuhan rumput laut hasil kultur jaringan ini juga lebih cepat dibandingkan
dengan rumput laut alami. Pada rumput laut alami, peningkatan bobot rumput laut
12 kali lipat dari bobot bibit yang diukur pada usia 20 hari, sedangkan pada bibit
rumput laut kultur jaringan bobotnya meningkat 15 kali lipat (Sulistiani dan Yani,
2015).
Berdasarakan uraian di atas maka perlu dilakukan PKL budidaya rumput
laut K. alvarezii menggunakan bibit kultur jaringan dengan metode longline yang
bertujuan untuk mengetahui Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K.
alvarezii strain coklat.
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari PKL manajemen akuakultur laut yaitu untuk mengetahui cara
budidaya rumput laut menggunakan bibit hasil kultur jaringan.
Kegunaan dari PKL ini yaitu agar mahasiswa mengetahui cara
membudidayakan rumput laut menggunakan bibit hasil kultur jaringan.
13. 4
4
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April – Juni 2017 di
Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan,
Provinsi Sulawesi Tenggara dan penjualan rumput laut hasil budidaya
dilaksanakan di CV. Sinar Laut, Kelurahan Lapulu, Kota Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama PKL manajemen akuakultur laut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada PKL.
No. Alat dan bahan Kegunaannya
1. Alat :
- Tali no. 4 mm (50 m) Tali longline (media tanam)
- Tali no. 1,5 mm Tempat mengikat rumput laut
- Lilin Menbakar ujung tali no. 1,5 mm
- Korek api Menyalakan lilin
- Alat pintar Memudahkan memasang tali 1,5 mm pada
tali longline
- Pisau /Cutter Memotong tali dan bibit rumput laut
- Penggaris Mengukur jarak ikat tali no. 1,5 mm
- Map plastic Label nama
- Spidol Menulis label nama pada map plastik
- Baskom Wadah bibit
- Talenan Wadah penimbangan bibit
- Timbangan analitik Menimbang bibit
- Hand refraktormeter Mengukur salinitas
- Termometer Mengukur suhu
2. Bahan :
- Bibit rumput laut hasil
kultur jaringan (K.
alvarezzi)
Objek budidaya.
14. 5
5
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada PKL ini adalah sebagai berikut :
Tahap Persiapan
1) Kegiatan asistensi dan menyiapkan alat dan bahan berupa cutter, korek api,
lilin, tali ris no. 4 mm dan no. 1.5 mm, Alat pemintal tali rumput laut (Pintar).
Alat Pintar (Gambar 1) ini berfungsi untuk mempermudah dalam mengerjakan
tali rumput laut.
Gambar 1. Alat pemintal tali rumput laut (Pintar), A) Tampak samping; B)
Tampak atas. Alat ini telah didaftarkan di Ditjen HAKI,
Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan nomor
pendaftaran paten; S00201607984 (Aslan, dkk., 2016)
2) Pembagian tali rumput laut pada tiap kelompok untuk dikerjakan. Masing-
masing kelompok mendapatkan tali no. 4mm dengan panjang 50 m dan tali no.
1.5 mm untuk tempat pengikatan rumput laut yang akan ditanam.
3) Memotong tali PE no. 1.5 mm dengan menggunakan cutter, kemudian disimpul
dan ujung potongan tali tersebut dibakar agar tidak mudah lepas, kemudian
15. 6
6
diikatkan pada tali PE no. 4 mm dengan cara memasukkan tali tersebut ke
dalam tali no. 4 mm (Gambar 2).
Gambar 2. Pembuatan tali rumput laut.
4) Jarak tanam antara rumpun yang satu dengan yang lainnya yaitu 10 cm
(Gambar 3).
Gambar 3. Jarak tanam antar bibit (10 cm) (Aslan, dkk., 2016).
16. 7
7
Tahap Penanaman Rumput Laut
1) Menyiapkan bibit rumput laut yang diperoleh dari hasil budidaya warga
setempat. Rumput laut yang digunakan pada PKL ini yaitu rumput laut K.
alvarezii yang merupakan bibit hasil kultur jaringan (Gambar 4).
Gambar 4. Rumput laut K. alvarezii.
2) Masing-masing kelompok mengambil rumput laut yang telah tersedia,
kemudian memotong dan menimbangnya dengan berat 10 g sebagai berat awal
(W0) menggunakan timbangan analitik (Gambar 5).
Gambar 5. Penimbangan rumput laut.
17. 8
8
3) Setelah pemotongan dan penimbangan, maka rumput laut diikat pada tali no.
1.5 mm. Pengikatan rumput laut laut dilakukan secara berkelompok.
Gambar 6. Pengikatan rumput laut.
4) Rumput laut laut yang telah diikat, selanjutnya rumput laut direndam dalam air
laut yang bertujuan agar rumput laut tidak mengalami stress dan mati.
5) Menanam rumput dilokasi menggunakan sampan dan sekaligus melakukan
pemasangan pelampung berupa botol aqua (Gambar 7).
Gambar 7. Penanaman bibit rumput laut dan pemasangan
pelampung.
18. 9
9
Tahap Monitoring Rumput Laut, Pemanenan dan Pasca Panen
1) Kegiatan monitoring dilakukan 2 (dua) kali dalam seminggu yaitu pada hari
Kamis dan Sabtu selama 35 hari. Monitoring ini bertujuan untuk
membersihkan rumput laut dari lumut (Gambar 8a) dan epifit yang menempel
pada rumput laut (Gambar 8b).
Gambar 8. Monitoring rumput laut. A) Pembersihan rumput laut dari lumut; B)
Pembersihan rumput laut dari epifit.
2) Pemanenan rumput laut dilakukan setelah melakkan pemeliharaan selama 35
hari. Pemanenan rumput laut dengan menggunakan perahu motor sebagai alat
transportasi dari rumah warga menuju lokasi budidaya untuk mengangkut hasil
panen (Gambar 9a).
3) Pemanenaan ini dilakukan secara massal dengan cara rumput laut ditarik ke
atas perahu motor dan kemudian dibawa kesalah satu rumah warga. Setelah
sampai di rumah warga rumput laut tersebut diangkat (Gambar 9b) ke atas
para-para. Masing-masing kelompok melakukan penimbangan untuk
mengetahui berat basah rumput laut yang telah dipanen tersebut. Setelah
A B
19. 10
10
ditimbang, rumput laut dikemas ke dalam karung (Gambar 9c) untuk dibawa
pulang.
Gambar 9. Proses pemanenan rumput laut, A) Hasil panen; B) Pengangkatan dari
perahu; C) Pengemasan ke dalam karung
4) Rumput laut yang telah dipanen kemudian dijemur di bawah sinar matahari
dengan menggunakan metode gantung (Gambar 10a). Penjemuran rumput laut
ini dilakukan kurang lebih selama 1 minggu. Penjemuran ini terhitung lama hal
ini disebabkan cuaca yang kurang mendukung. Rumput laut yang telah kering
dilepaskan dari tali bibit (Gambar 10b).
Gambar 10. Proses pasca panen. A). Penjemuran rumput laut menggunakan
metode gantung; B). Pelepasan rumput laut kering dari tali.
A B C
A B
20. 11
11
D. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam PKL ini adalah sebagai berikut :
1) Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
LPS rumput laut dihitung berdasarkan rumus (Yong et al., 2013) sebagai
berikut:
Wt 1
LPS = t
- 1 X 100%
W0
Dimana :
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt = Bobot rumput laut pada waktu t (g)
Wo = Bobot rata-rata bibit pada waktu awal (g)
t = Periode pengamatan (hari)
2) Parameter Kualitas Air
Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran beberapa parameter
kualitas air yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kualitas air yang diukur selama PKL.
No. Parameter Alat Ukur Waktu Pengukuran
1. Suhu Thermometer 1 kali dalam Seminggu
2. Salinitas Handrefraktometer 1 kali dalam seminggu
21. 12
12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Pengamatan Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
LPS rumput laut yang dibudidayakan selama 35 dapat dilihat pada Tabel 3
di bawah ini:
Tabel 3. LPS rumput laut hasil budidaya.
Rumpun
W0
(berat awal)
Wt
(berat basah)
Wt
(berat kering)
LPS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10 59.30 5.3 5.22
10 54.90 5.9 4.99
10 50.60 5.6 4.74
10 55.50 5.5 5.02
10 43.60 4.6 4.30
10 41.20 4.2 4.13
10 69.20 6.2 5.68
10 57.90 5.9 5.15
10 59.10 5.1 5.21
10 77.00 5.0 6.01
Rata-rata 56.83 5.33 5.04
LPS rumput laut dengan menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan
waktu pemeliharaan selama 35 hari yaitu 5.04% dan berat dari rumput laut yang
diperoleh naik menjadi 5 (lima) kali lipat dari 10 g naik menjadi 56.83 g dengan
rasio perbandingan berat kering : berat basah yaitu 1:10.
22. 13
13
2. Hasil Pengamatan Parameter Kualitas Air
Data parameter kualitas air yang diperoleh selama PKL di perairan Desa
Bungin Permai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama pemeliharaan.
No. Hari/Tanggal
Parameter yang diamati
Suhu (0
C) Salinitas (ppt)
1. 22/04 31 33
2. 29/04 30 31
3. 6/5 32 32
4. 13/5 28 31
5. 20/5 28 32
6. 27/5 29 33
Suhu yang diperoleh selama masa pemeliharaan berkisar 28 - 32°C dan
salinitas yang diperoleh berkisar 31 – 33ppt.
3. Pengamatan Monitoring Rumput Laut
Monitoring yang dilakukan selama masa pemeliharaan yaitu 2 (dua) kali
seminggu. Monitoring ini dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari
sampah, lumut, telur ikan, maupun epifit yang terdapat pada lokasi budidaya
maupun yang menempel pada rumput laut dan tali ris.
Minggu pertama monitoring yaitu membersihkan rumput laut dari sampah
yang tersangkut pada tali ris, lumut. Minggu kedua membersihkan rumput laut
dari lumut, telur ikan, minggu ketiga dan keempat juga masih sama yang
dilakukan dengan minggu sebelumnya yaitu membersihkan rumput laut dari
sampah, lumut, telur ikan, dan epifit. Epifit yang sering ditemukan pada lokasi
budidaya dan menempel pada rumput laut maupun tali ris yaitu epifit jenis
Sargassum polychystum (Gambar 11a) dan Hypnea musciformis (Gambar 11b)
23. 14
14
Gambar 11. Epifit yang ditemukan pada lokasi budidaya. A). S. polychystum; B).
H. musciformes.
4. Hasil Pasca Panen dan Pemasaran
Penjemuran rumput laut menggunakan metode gantung. Metode ini sangat
efektik karena akan cepat kering dan hasil rumput laut (kering) sangat baik, jika
dibandingkan dengan metode penjemuran tebar di atas para-para atau di jalan.
Kualitas rumput laut yang bagus setelah penjemuran ditandai dengan warna merah
hitaman dan benar-benar kering (Gambar12a) sedangkan rumput laut yang
pengeringannya tidak sempurna ditandai dengan warna kuning pucat. Hal ini
disebabkan rumput laut tersebut terkena air hujan dan terlambat dijemur setelah
panen (Gambar 12b).
Gambar 12. Perbandingan Kualitas rumput laut. A). Kualitas rumput laut yang
baik; B). Rumput laut yang pengeringannya tidak sempurna.
B
A B
A B
24. 15
15
Rumput laut yang telah kering kemudian di lakukan penimbangan rumput
laut (Gambar 13a), kelompok 3 (tiga) memperoleh berat kering yaitu 1 kg dengan
harga Rp. 9000/kg. Pemasaran dilakukan pada salah satu pengepul yang bernama
CV. Sinar Laut di Kelurahan Lapulu, Kendari (Gambar 13b).
Gambar 13. Pemasaran rumput laut. A). Penimbangan rumput laut kering; B).
Lokasi pemasaran rumput laut kering CV. Sinar Laut.
B. Pembahasan
1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Kegiatan PKL budidaya K. alvarezii dengan menggunakan metode
longline dimana bibit yang digunakan adalah hasil kultur jaringan dengan berat
awal 10 g dengan jarak tanam 10 cm. Budidaya rumput laut dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan rumput laut setelah melakukan penanaman.
Hasil PKL menunjukan LPS yang diperoleh yaitu sebesar 5.04%/hari
(Tabel 3), dengan rasio berat basah : berat kering adalah 1: 10. Rama (2017),
memperoleh LPS rumput laut mencapai 4,6%/hari sedangkan Sahira (2017),
menemukan LPS rumput laut mencapai 5,53%/hari, Yusliansyah (2017),
memperoleh LPS rumput laut mencapai 4,74%/hari, Esriyanti (2017),
A B
25. 16
16
memperoleh LPS rumput laut mencapai 5.29%/hari. LPS yang diperoleh tersebut
tergolong baik. Mudeng (2007), menemukan pertumbuhan harian K. alvarezii
3,53-3.72%/hari. Taridisan (2007), memperoleh LPS rumput laut K. alvarezii
4,55%/hari yang diperoleh dari perlakuan berat 150 g dan jarak ikat 40 cm.
Soenardjo (2004), memperoleh LPS 4,4%/hari.
LPS rumput laut yang dipelihara selama PKL ini mempunyai pertumbuhan
yang baik. Menurut Anggadiredja dkk., (2006), LPS yang baik untuk pertumbuhan
rumput laut adalah tidak kurang dari 3%/hari. Rata-rata berat rumput laut yaitu
berat basah 56.83 g dan berat kering 54.8 g.
Jarak tanam yang digunakan pada PKL budidaya rumput laut di Desa
Bungin Permai, yaitu 10 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aslan et al.,
(2015), bahwa jarak tanam bibit K. alvarezii hasil kultur jaringan yaitu 0.19 (0.1-
0.2) dan (0.1-2.5).
2. Parameter Kualitas Air
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yaitu suhu berkisar antara 280
C-
320
C. Aslan (2011) mengemukakan bahwa, suhu perairan sangat penting dalam
proses fotosintesis rumput laut. Menurut Anggadiredja (2006) bahwa, kisaran
suhu perairan yang baik untuk K. alvarezii adalah 27ºC-30ºC sedangkan Neksidin
dkk., (2013) mengemukakan bahwa, suhu yang optimal untuk pertumbuhan
rumput laut adalah berkisar 25-30 ºC.
Salinitas yang diperoleh selama praktek berkisar antara 31-33 ppt. Dari
hasil penelitian ini nilai salinitas cenderung tidak ada perubahan yang signifikan
selama masa penelitian dan nilai salinitas pada perairan ini cukup menunjang
26. 17
17
pertumbuhan dan perkembangan K. alvarezii. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anggadiredja (2006) bahwa, kisaran salinitas yang baik untuk pertumbuhan K.
alvarezii antara 28-31 ppt.
3. Pasca Panen dan Pemasaran
Dalam proses pasca panen dilakukan penjemuran dengan menggunakan
metode gantung agar mendapatkan rumput laut yang bagus dengan kadar
karaginan yang baik. Ling et al., (2015) menyatakan bahwa, metode penjemuran
dengan cara digantung lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode
penjemuran matahari langsung.
Rumput laut dengan warna merah kehitaman memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dibanding dengan rumput laut kering dengan warna kuning pucat. Warna
merah kehitaman rumput laut kering didapatkan karena proses penanganan saat
penjemuran sesuai standar yaitu dengan cara digantung dan pengeringan langsung
dilakukan setelah panen. Sedangkan warna kuning pucat terjadi karena
penanganan saat penjemuran yang tidak tepat yaitu rumput laut tidak langsung
dijemur setelah panen sehingga rumput laut menjadi lembab.
Setelah penjemuran dilakukan pemasaran yang bertempat di CV. Sinar
Laut. Hasil berat kering rumput untuk kelompok 3 yaitu 1 kg dengan harga Rp.
9000/kg. Aslan (2011), harga rumput laut di perairan Desa Bungin Permai
berkisar Rp. 7.000-8.000/kg sedangkan harga rumput laut di Buton Utara saat ini
berkisar Rp. 6.000.
27. 18
18
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari hasil PKL ini yaitu K. alvarezii dibudidayakan dengan
menggunakan metode longline menggunakan bibit hasil kultur jaringan diperoleh
rata-rata LPS 5,04%/hari dengan rasio perbandingan berat kering : berat basah
yaitu 1 : 10. Parameter kualitas air yaitu suhu berkisar 28 - 32°C dan salinitas
yang diperoleh berkisar 31 – 33 ppt dan harga pasaran rumput laut kering Rp.
9.000/kg.
B. Saran
PKL dilaksanakan selama 45 hari dengan menggunakan K. alvarezii hasil
kultur jaringan.
28. 19
19
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja J.T., Achmad Z., Purwoto H., Istini S., 2006. Rumput Laut.
Penebar Swadaya. Jakarta. 147 hal.
Aslan, L.O.M., 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di
Indonesia. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar dalam Bidang
Budidaya Perairan. disampaikan Pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa
Universitas Haluoleo Tanggal 22 Januari 2011. 50 hal.
Aslan, L.O.M., Iba, W., Bolu, L.R., Ingram, B.A., Gooley, G.J., Silva, S.S.D.
2015. Mariculture in SE Sulawesi, Indonesia: Culture Practices and The
Socioeconomic Aspects of The Major Commodities. Ocean & Coastal
Management: 116 : 44-57.
Aslan, L.O.M., Ruslaini., Iba, W., Armin. 2016. Cara Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan. Panduan
Praktis Budidaya Rumput Laut No. 1. FPIK. UHO. Kendari. Panduan
Praktis Budidaya Rumput Laut No.1. FPIK-UHO. Kendari.
https://laodeaslan.wordpress.com/2017/06/29/cara-miara-agar-
mamaramba. Diakses Tanggal 1 Agustus 2017. 4 hal.
Esriyanti. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan
Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. http://esriyanti10071995.
blogspot. co. id/2017/08/ laporan –lengkap-sebagai-salah-satu.html.
Diakses Tanggal 05 Agustus 2017. 31 hal.
FAO ( Food and Agriculture Organization of United Nation). 2014. The State of
World Fishieries and Aquaculture. Opportunity and Challenges. Rome. Pp
240.
Ling, A. L. M., Yasir, S., Matanjum, P., Bakar, M. F. A. 2015. Effect of Different
Driying Techniques on the Phytochemical Content and Antioxidant
Activity of Kappaphycus alvarezii. J Appl Phycol 27: 1717-1723. DOI
10.1007/s10811-014-0467-3.
Loureiro, R. R., R. P. Reis and A. T. Critchley. 2009. In Vitro Cultivation of
Three Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Areschougiaceae) Variants
(green, red and brown) Exposed to a Commercial Extract of The Brown
Algae Ascophyllum nodosum (Fucaceae, Chlorophyta). J.Appl.Phycol. 22,
101-104.
Mudeng, J. D, 2007. Pertumbuhan Rumput Laut K. alvarezii dan Eucheuma
denticulatum pada Kedalaman Berbeda di Perairan Pulau Nain Sulawesi
Utara.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi. 61 hal.
Neksidin, Pangerang, U.K., dan Emiyarti. 2013. Studi Kualitas Air untuk
Budidaya Rumput Laut (Kappapycus alvarezii) di Perairan Teluk Kolono
Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 : 147 – 155.
Pongarrang D, Rahman A dan Iba W., 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Bobot
Bibit terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (K. alvarezii) menggunakan
Metode Vertikultur. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(12) : 94-112.
29. 20
20
Rama. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit
Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara . http://rama. blogspot. co.
id/2017/08/ budidaya-rumput lautkappaphycus.html. Diakses Tanggal 04
Agustus 2017. 27 hal.
Sahira. 2017. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii Bibit Hasil Kultur Dengan
Metode Longline di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. http://sahira.
blogspot. co. id/2017/08/ budidaya-rumput lautkappaphycus.html. Diakses
Tanggal 03 Agustus 2017. 27 hal.
Sapitri, A.R., Cokrowati, N., Rusman. 2016. Pertumbuhan Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan pada Jarak Tanam yang
Berbeda. Depik. 5 (1) : 12-18.
Soenardjo N., 2004. Aplikasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii (Weber
van Bosse) dengan Metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model Cidaun.
Buletin Oseanografi Marina. Oktober 2011.(1): 36 – 44.
Sulistiani, E., dan Yani, S.A. 2015. Kultur Jaringan Rumput Laut Kotoni
(Kappaphycus alvarezii). Seameo Biotrop. Bogor. 128 hal.
Taridisan, S.R., 2007. Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Yang
dibudidayakan dengan Jarak Ikat dan Berat Awal yang Berbeda di Perairan
Salibabu Kecamatan Lirung Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud. Skripsi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi.
Manado. 58 hal.
Thirumaran, G. and P. Anantharaman. 2009. Daily Growth Rate of Field Farming
Seaweed Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex P. Silva in Vellar Estuary.
World Journal of Fish and Marine Sciences Annamalai University, India
1(3) : 144-153.
Yong, Y.S., Yong, W.T.L., Thien, V.Y., Ng, S.N., Anton. 2013. Analysis of
Formulae for Determinationof Seaweed Growth Rate, J Appl Phycol 25 :
1831-1824. DOI 10. 1007/s 10811-014—0289-3.
Yusliansyah. 2017. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii Bibit Hasil Kultur
Dengan Metode Longline di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan
Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
http://yusliansyah. blogspot. co. id/2017/08/ budidaya-rumput
lautkappaphycus.html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 31 hal.