Laporan hasil PKL mahasiswa Agrobisnis Perikanan, Universitas Brawijaya, sebagai wawasan, pengetahuan dan terapan hasil dari bangku kuliah pada keadaan lapang
Similar to Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang
Similar to Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang (20)
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang
1. 1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81
ribu km menunjukkan suatu potensi besar bagi sumberdaya kelautan. Namun,
potensi ini juga memiliki tantangan yang besar dalam pengelolaannya, khususnya
untuk memperoleh manfaat ekonomi yang optimal. Perairan Indonesia juga
memiliki karakteristik fauna tropis yang luar biasa. Apalagi, dewasa ini diketahui
bahwa perairan di Indonesia terdapat sekitar 2.500 species ikan yang berbeda.
Kegiatan sektor perikanan di Indonesia didukung oleh 2,5 juta Kepala
Keluarga nelayan laut dan 800 ribu Kepala Keluarga petani ikan. Jumlah
masyarakat yang bergerak di sektor perikanan dengan luas areal yang harus
dijelajahi tidak seimbang. Kondisi demikian menyebabkan tingkat pemanfaatan
sumberdaya perikanan masih sangat rendah, karena baru mencapai 29,14% dari
potensi lestarinya. Sampai sekarang 75% produksi produksi ikan Indonesia
berasal dari penangkapan, sedangkan sisanya berasal dari kegiatan budidaya.
Lebih dari 90% penangkapan ikan diperairan darat, seperti sungai dan danau,
serada di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan jenis ikan yang
dibudidayakan di tambak air payau dan air tawar banyak dilakukan di pulau Jawa
(Murtidjo, 1997).
Menurut Nurjana (2006), perikanan budidaya air tawar dimulai sejak
jaman penjajahan Belanda dengan penebaran benih ikan karper/ikan mas
(Cyprinus carpio) di kolam halaman rumah di Jawa Barat, pada pertengahan abad
19. Praktek perikanan budidaya ini kemudian menyebar ke bagian lain Pulau
2. 2
Jawa, pada awal abad 20. Namun demikian baru pada akhir 1970an terjadi
peningkatan produksi yang luar biasa dari budidaya ikan air tawar. Adanya
pengenalan teknologi baru dalam perikanan memberikan kontribusi pada
ketersediaan benih yang dihasilkan dan perkembangan pakan ikan. Spesies yang
umum dibudidayakan adalah ikan karper/ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan gurami (Osphronemus goramy).
Ikan nila merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air
tawar di Indonesia. Ikan ini sebenarnya bukan asli perairan Indonesia, melainkan
ikan introduksi yang berasal dari Afrika (Khairuman dan Khairul Amri, 2006).
Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969. Setahun kemudian ikan
ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan
ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari
nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Para
pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila
adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp.
Gambar 1. Morfologi Ikan Nila
3. 3
Menurut Khairuman dan Khairul Amri (2006), klasifikasi ikan nila adalah
sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp
Budidaya ikan nila disukai karena ikan nila mudah dipelihara, laju
pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap gangguan
hama dan penyakit. Selain dipelihara di kolam biasa seperti yang umum
dilakukan, ikan nila juga dapat dibudidayakan di media lain seperti kolam air
deras, kantung jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak (air payau)
sekalipun.
Daerah Malang terkenal dengan budidaya pada air tergenang yaitu waduk,
dimana dengan memanfaatkan sumberdaya air yang banyak, serta dengan jaring
sebagai penyekat dianggap cocok dan memiliki prospek yang cerah sebagai usaha
budidaya ikan air tawar dengan mengesampingkan kendala kurangnya air. Dengan
jaring sekat tersebut juga akan dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya
banyaknya plankton menempel pada jaring, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
pakan alami bagi ikan. Selain itu juga tidak memerlukan petakan lahan sebagai
media budidayanya. Budidaya jaring sekat seperti ini dianggap sebagai budidaya
yang efisien karena tidak memakan lahan pemukiman.
4. 4
Desa Karangkates sendiri memiliki potensial yang tinggi jika digunakan
usaha budidaya air tawar dengan menggunakan jaring sekat, dengan
mengandalkan ketersediaannya air dari Waduk Lahor. Dalam pelaksanaan usaha
jaring sekat ini Desa Karangkates milik Bapak Prawoto, dengan potensi
banyaknya tersedianya air serta lingkungan yang masih alami maka daerah ini
bisa menjadi daerah pemasok utama hasil perikanan tawar Indonesia.
Usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur milik Bapak Prawoto
merupakan salah satu usaha dengan metode jaring sekat di Waduk Lahor Desa
Karangkates yang memanfaatkan dengan besarnya sumber yang tersedia ketika air
waduk sedang mengalami periode surut terendah, dengan ketersediaan air seperti
ini faktor sumberdaya air bisa mengurangi biaya pengeluaran usaha.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan di lapangan tentang analisa usaha
pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Sumber Makmur Desa
Karangkates. Serta untuk mengetahui dan mempelajari kondisi riil beserta aspek-aspek
usaha pembesaran ikan nila.
Tujuan dari praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari pelaksanaan kegiatan usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis
niloticus) Sumber Makmur Desa Karangkates, yaitu:
1. Untuk mengetahui aspek teknis pada usaha pembesaran ikan nila yang
meliputi: persiapan lahan, sarana dan prasarana produksi, pelaksanaan
usaha dan proses produksi.
5. 5
2. Untuk mengetahui aspek manajemen usaha pembesaran ikan nila yang
meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing),
pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
3. Untuk mengetahui aspek pemasaran usaha pembesaran ikan nila meliputi:
strategi pemasaran, bauran pemasaran dan saluran pemasaran.
4. Untuk mengetahui aspek finansial pada usaha pembesaran ikan nila yang
meliputi: permodalan, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan,
Revenue Cost Ratio (RC Ratio), rentabilitas dan Break Even Point (BEP).
5. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pada usaha
pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus).
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari laporan Prakek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai
sumber informasi bagi :
1. Lembaga Akademisi
Sebagai pelaksannaan seperti yang tertera pada Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, peneliatian dan pengembangan,
serta pengabdian kepada masyarakat.
2. Pemilik Usaha
Untuk dapat menjadi bahan informasi dan perencanaan dalam
pengembangan usaha pembesaran yang dimiliki, agar dapat meningkatkan
mutu usaha dan berdaya saing tinggi.
3. Pemerintah
Sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan
usaha pembesaran ikan air tawar khususnya ikan nila.
6. 6
4. Akademisi
Sebagai bahan informasi keilmuan dalam menambah pengetahuan dan
wawasan insan akademis mengenai studi analisa usaha. Serta dapat
menjadi informasi dan petunjuk untuk penelitian lebih lanjut.
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis
niloticus) ini dilaksanakan di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung,
Kabupaten Malang dan dimulai pada Bulan April sampai Mei 2014.
7. 7
2. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang pada USAHA PEMBESARAN IKAN
NILA (Oreochromis niloticus) SUMBER MAKMUR DENGAN METODE
JARING SEKAT, metodologi pengumpulan data yang digunakan yaitu meliputi
teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data serta penyajian dan pengolahan
data yang mencakup tentang deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
2.1 Teknik Pengumpulan Data
Praktek Kerja Lapang ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
beikut:
2.1.1 Partisipasi Aktif
Menurut Nawawi (1983), partisipasi aktif adalah ikut serta berperan secara
aktif pada semua kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi.
Dalam Praktek Kerja Lapang dengan metode partisipasi aktif ini yang
dilakukan yaitu mengikuti segala kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi
seperti penyiapan lahan benih, menyiapkan jaring sekat untuk pembesaran,
penebaran benih, pemberian pakan, mengontrol kondisi jaring sekat, dan
pemasaran ikan nila.
2.1.2 Observasi (pengamatan)
Menurut Narbuko dan Achmadi (2009), pengamatan adalah alat
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Pengamatan ini digunakan sebagai bahan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
8. 8
Pada Praktek Kerja Lapang ini beberapa hal yang menggunakan metode observasi
yaitu seluruh kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses
pembesaran ikan nila seperti, keadaan umum usaha, pemberian pakan dan
pengontrolan kondisi jaring sekat.
2.1.3 Wawancara
Menurut Moleong (2000), wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara merupakan proses pengambilan data melalui dengan cara
interaksi langsung dengan yang berkaitan untuk memperoleh data sesuai dengan
pertanyaan yang telah diajukan kepada Bapak Prawoto, pada Praktek Kerja
Lapang ini proses wawancaranya membahas mengenai sejarah berdirinya usaha,
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat usaha, permodalan, biaya
produksi dan segala aspek yang berhubungan dengan usaha pembesaran ikan nila.
2.2 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam Praktek Kerja
Lapang ini meliputi:
2.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti
harus mengumpulkan secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi
terfokus, dan penyebaran kuisoner (Dharma, 2008).
9. 9
Dalam Praktek Kerja Lapang ini data primer didapatkan dengan
menggunakan metode partisipasi aktif, observasi dan wawancara langsung dengan
pemilik usaha. Adapun data primer yang dikumpulkan berupa:
Sejarah dan berkembangnya usaha
Teknis kolam
Permodalan
Biaya produksi
Pemasaran
Faktor yang menghambat dan mendukung jalannya usaha
2.2.2 Data Sekunder
Menurut Dharma (2008), data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat
Statistik (BPS), buku, jurnal, dan lain-lain. Pada Praktek Kerja Lapang ini jenis
data yang diperoleh dari data sekunder meliputi: letak geografis usaha, dan
keadaan demografi Desa Karangkates.
2.3 Penyajian dan Pengolahan Data
Dalam Praktek Kerja Lapang ini penyajian dan pengolahan data yang
digunakan ada dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Pada
analisa deskriptif kualitatif ini mencakup mengenai data aspek teknis, aspek
manajemen, aspek pemasaran, serta faktor pendukung dan penghambat usaha,
kemudian pada analisis deskriptif kuantitatif ini meliputi aspek finansial.
10. 10
2.3.1 Deskriptif Kualitatif
Menurut pandangan Moleong dan Bogdan (2011), Menyatakan
pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang “diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Pada Praktek Kerja Lapang penyajian dan pengolahan data deskriptif
kualitatif pada:
a. Aspek Teknis
Menurut Husnan dan Suwarsoso dalam Primyastanto (2011), Aspek teknis
merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan teknis dan pengoperasiannya
setelah proyek tersebut selesai dibangun. Beberapa variabel terutama yang perlu
mendapat perhatian dalam penentuan aspek teknis adalah :
1. Kertersediaan bahan mentah
2. Letak pasar yang dituju
3. Tenaga listrik
4. Ketersediaan air
5. Supply tenaga kerja dan
6. Fasilitas-fasilitas lain yang terkait
Dalam hal kaitannya dengan aspek teknis, Praktek Kerja Lapang ini
membahas mulai sarana dan prasarana, persiapan kolam, persiapan benih,
pemupukan, pemberian pakan hingga pemanenan.
11. 11
b. Aspek Manajemen
Menurut Rahardi (1997), pada aspek manajemen terdapat beberapa fungsi
sebagai bagian dari proses manajemen tersebut antara lain:
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk menentukan sasaran dan arah yang
dipilih. Perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk meramalkan,
mewujudkan dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan tertentu.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Fungsi ini merupakan tindakan membagi-bagi bidang pekerjaan antara
kelompok yang ada serta menetapkan dan merinci hubungan-hubungan
yang diperlukan.
3. Fungsi Pergerakan (actuating)
Fungsi ini merupakan tindakan untuk merangsang anggota-anggota
kelompok agar malaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan dengan
baik dan antusias.
4. Fungsi Pengawasan (controlling)
Fungsi ini merupakan tindakan-tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas
agar dapat berjalan sesuai rencana yang telah dibuat.
Pada penyajian data deskriptif kualitatif pada aspek menajemen ini
mencakup data-data mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, serta pengawasan jalannya usaha pembesaran ikan nila.
c. Aspek Pemasaran
Menurut Primyastanto (2011), kajian aspek pemasaran berkaitan dengan
strategi pemasaran usaha yakni upaya yang dilakukan oleh calon investor atau
12. 12
pengusaha dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan
pembelian hasil produksinya. Penyajian data deskriptif kualitatif dalam aspek
pemasaran yaitu mengenai strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan saluran
pemasaran serta faktor lain yang mempengaruhi dengan jalannya pemasaran pada
usaha pembesaran ikan nila.
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha
Data mengenai pendukung dan penghambat dari usaha pembesaran ikan
nila akan disajikan dengan deskriptif kualitatif seperti kendala yang dialami mulai
proses persiapan kolam dan benih hingga pemasarannya. Serta faktor-faktor
pendukung jalannya usaha pembesaran ikan nila Di Desa Karangkates tersebut.
2.3.2 Deskriptif Kuantitatif
Variabel kuantitatif yaitu ciri-ciri dari suatu fakta sosial yang dapat dinilai
dengan angka (Koentjaraningrat, 1983). Dalam Praktek Kerja Lapang analisis data
deskriptif kuantitatif dipergunakan untuk:
2.3.2.1 Aspek Finansial
Menurut Riyanto (1995) aspek finansial adalah inti dari pembahasan
keseluruhan aspek, karena studi kelayakan bertujuan untuk mengetahui potensi
keuntungan dari usaha yang direncanakan. Aspek finansial berkaitan dengan
penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari
sumber dana yang bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan tingkat
keuntungan yang menjanjikan bagi investor.
Aspek finansial yang dipergunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini untuk
mengolah data seperti: permodalan, biaya produksi, penerimaan, keuntungan,
Revenue Cost ratio (RC Ratio), rentabilitas, dan Break Even Point (BEP).
13. 13
a. Permodalan
Menurut Riyanto (1995), modal usaha dalam pengertian ekonomi adalah
barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja
bekerja untuk menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut biasanya
berupa modal tetap/aktiva dan modal kerja.
Menurut Adiwilaga (1982) dalam Primyastanto (2009), modal tetap itu
bukanlah tidak habis terpakai melainkan menghabiskannya dalam waktu yang
lama, sedangkan modal pasif dibedakan menjadi dua yakni modal sendiri dan
modal asing.
Pembahasan permodalan pada Praktek Kerja Lapang ini meliputi: modal
investasi yang mencakup tentang sumber modal, modal kerja serta biaya tetap dan
biaya variabel yang digunakan selama proses pembesaran ikan nila.
b. Biaya Produksi
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), setiap kegiatan usaha yang
dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran usaha. Menurut prinsip
ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil yang optimal, atau dengan kata
lain untuk mendapatkan hasil tertentu dengan biaya yang serendah mungkin.
Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar pada aspek struktur
biaya (tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain (opportunity cost),
meurut Shinta (2011), Total Cost (TC) didapat dari penjumlahan dari biaya tetap
dengan biaya variabel.
Total Cost dirumuskan:
TC = FC + VC
Dimana: TC = Total Cost (biaya total)
14. 14
FC = Fix Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
c. Penerimaan
Total Revenue (TR) didapat dari perkalian antara produk yang dihasilkan
(Q) dengan harga penjualan (P). Penerimaan dirumuskan sebagai berikut:
TR = P X Q
Dimana: TR = Total Revenue (penerimaan total)
P = Harga Produk
Q = Jumlah Produk yang terjual
d. Keuntungan (흅)
Menurut Bachtiar (2002), Pendapatan usaha tani adalah selisih antara
penerimaan usaha tani dan pengeluaran. Analisis pendapatan ini digunakan untuk
mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Yaitu
dengan rumus:
Π = TR ─ TC
Dimana: π = Keuntungan
TR = Total Revenue
TC = Total cost
Kriterianya adalah:
Apabila TR>TC, maka usaha tersebut laba
Apabila TR=TC, maka usaha tersebut impas
Apabila TR<TC, maka usaha tersebut rugi
15. 15
e. Rentabilitas Usaha
Menurut Riyanto (1995) dalam primyastanto (2011). Rentabilitas adalah
kemampuan perusahaan dengan modal yang bekerja di dalamnya untuk
mengahasilkan keuntungan. Menurut primyastanto (2011), perhitungan
rentabilitas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
R =
퐋
퐌
퐱 ퟏퟎퟎ%
Dimana: R = Rentabilitas (100%)
L = Jumlah keuntungan yang diperoleh selama periode tertentu (Rp)
M = Modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba (Rp)
f. Revenue Cost Ratio (RC ratio)
Revenue Cost Ratio biasanyan dikenal sebagai perbandingan antara
penerimaan dengan biaya yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu usaha
sudah menghasilkan keuntungan atau belum menghasilkan keuntungan. Menurut
Soekartawi (1993), RC ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
RC Ratio =
퐓퐑
퐓퐂
Dimana apabila:
R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan
R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak rugi
R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian.
g. BEP (Break Even Point)
Break even point (BEP) merupakan titik impas keadaan dimana suatu
usaha berada pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami
kerugian. BEP adalah teknik analisan mempelajari hubungan antara biaya tetap,
16. 16
biaya variabel, volume kegiatan dan keuntungan (Riyanto, 1995). Adapun rumus
perhitungan BEP adalah sebagai berikut:
BEP atas dasar sales, dirumuskan:
BEP(s) =
퐅퐂
ퟏ−
퐯퐜
퐬
Dimana: FC = Biaya Tetap
VC = Variabel Cost
S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)
BEP atas dasar unit, dirumuskan:
BEP =
퐅퐂
퐩− 퐯
Dimana: FC = biaya tetap
P = harga per unit
V = biaya variabel per unit
17. 17
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Gambaran Umum Desa Karangkates
a. Kondisi Geografis
Desa Karangkates termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumberpucung
terletak sekitar +15 Km sebelah Barat ibukota Kabupaten Malang di Kepanjen.
Secara geografis terletak pada ketinggian 296 m. Dan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Desa Ngreco, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar
Sebelah Selatan : Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare
Sebelah Barat : Desa Selorejo, Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo,
Kabupaten Blitar
Sebelah Timur : Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung.
Desa Karangkates merupakan hamparan dataran rendah dengan Luas:
756,731 ha, diantaranya 51,25 ha untuk pemukiman umum, lahan pertanian sawah
irigasi teknis seluas 192,505 ha, selain itu seluas 39,255 ha digunakan untuk lahan
perladangan dan sisanya prasarana umum dengan rincian penggunaannya sebagai
berikut:
Permukiman umum = 51,2 Ha
Perkantoran = 2,10 Ha
Sekolah = 2 Ha
Pertokoan = 3,60 Ha
Pasar = 0,20 Ha
Terminal = 0,10 Ha
Jalan = 2 Ha
18. 18
Pertanian sawah = 192,51 Ha
Ladang / tegalan = 39,2 Ha
Padang rumput / gembala = 26,4 Ha
Tanaman pakan ternak = 8,60 Ha
Lapangan sepakbola = 1 Ha
Lapangan bola volley & basket= 1,60 Ha
Taman Wisata Karangkates = 29,5 Ha
Wilayah Desa Karangkates terbagi menjadi dua Dukuh yaitu Dukuh
Bandung dan Dukuh Karangkates yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 40
Rukun Tetangga (RT). Untuk lebih jelas letak Desa Karangkates dapat dilihat
pada Lampiran 1.
b. Gambaran Umum Demografis
Gambaran umum demografis menerangkan tentang kondisi keadaan
penduduk yang terdapat pada suatu daerah yang didapatkan melalui hasil
pendataan penduduk. Yang kegunaannya sendiri sebagai data bagi pengurus desa
untuk menciptakan kesejahteraan penduduk sesuai dengan keadaan demografi
serta populasi penduduk yang ada.
Desa Karangkates berada di dalam Wilayah Kecamatan Sumberpucung
Kabupaten Malang. Jumlah penduduk seluruhnya 10.969 Jiwa, terdiri dari 3.252
Kepala Keluarga. Dengan selisih antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
yang kecil sehingga dapat dikatakan keadaan penduduk Desa Karangkates ini
cukup seimbang.
Sebagai desa yang berada di persimpangan jalur baik dari selatan
(Kecamatan Kalipare) maupun dari utara dan barat perbatasan dengan Kabupaten
19. 19
Blitar, mobilitas penduduk relatif tinggi, sehingga tampak pada perubahan jumlah
penduduk pada akhir tahun 2013 komposisi penduduk sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Karangkates
No U R A I A N Jumlah Jiwa %
1 Penduduk :
a. Laki-laki
b. Perempuan
c. Jumlah
5.505
5.464
10.969
50,19
49,81
100
2 Kepala Keluarga 3.252
3 Kelompok Umur
a. Umur 16 – 50 tahun
b. Umur 16 ke bawah
c. Umur diatas 50 tahun
d. Jumlah
6.254
2.046
2.669
10.969
57,01
18,65
24,33
100
4 Rata-rata anggota keluarga 3.37
Sumber: Kantor Balai Desa Karangkates, 2013
Dari tabel di atas tampak bahwa penduduk laki-laki dan perempuan di
Desa Karangkates memiliki jumlah yang relatif seimbang. Dari jumlah penduduk
Desa Karangkates tampak bahwa rata-rata tiap Kepala Keluarga memiliki anggota
keluarga sebanyak 3.37 orang. Dari tabel kelompok umur distribusi penduduk
yang berumur 16 sampai 50 tahun (57,01 %) lebih banyak dari pada yang berumur
16 tahun ke bawah (18,65 %) atau yang berumur di atas 50 tahun (24,33 %). Hal
ini menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di Desa Karangkates terbanyak
dalam usia produktif (57,01 %). Dari tabel tampak bahwa usia di atas 50 tahun
relatif lebih tinggi dari di bawah 16 tahun dapat pula dikatakan bahwa usia
harapan hidup relatif lebih meningkat.
20. 20
Tingkat pertumbuhan penduduk Desa Karangkates Berdasarkan hasil
analisa rata-rata adalah sebesar 0,24 % per tahun. Hal ini karena adanya
perpindahan penduduk masuk Desa Karangkates.
e. Kondisi Sosial Ekonomi
Keadaan sosial masyarakat Desa Karangkates secara keseluruhan dapat
dikatakan sangat baik, karena kerukunan antar warga sangatlah terjamin. Selain
itu kondisi ekonominya juga sudah rata-rata memiliki pekerjaan yang tetap untuk
memnuhi kehidupan sehari-hari. Dengan dijadikannya waduk Lahor sebagai
tempat wisata juga berperan dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Mata
pencaharian penduduk Desa Karangkates sebagian besar adalah Petani dan Petani
Penggarap, yang lain buruh dan pegawai swasta seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Desa Karangkates
NO KETERANGAN JUMLAH (ORANG)
1. Petani 2.556
2. Pekerja disektor Jasa/Perdagangan 1.846
3. Pekerja disektor Industri 890
Sumber: Kantor Balai Desa Karangkates, 2013
Dari tabel di atas sebagian besar penduduk masih bekerja pada sektor
pertanian dan yang berhubungan dengan pertanian (28,70 %), yang bekerja pada
sektor jasa/perdagangan sebanyak 20,72 %. Oleh karena itu masyarakat Desa
Karangkates masih bercirikan agraris. Petani pada Desa Karangkates tersebut
terdiri dari petani yang bergerak pada sektor padi jagung, tetapi juga sebagai
petani ikan.
21. 21
f. Potensi Sumberdaya Air
Air Tanah
Sumber Air tanah di Desa Karangkates yang dapat dijumpai berupa air
tanah dalam ini dapat diketahui dari sumur yang ada kedalaman mencapai
16 m. Sumur-sumur tersebut dapat digunakan pada musim hujan, namun
pada musim kemarau sumur-sumur tersebut airnya keruh dan sangat
kurang. Permukaan air sumur mengikuti perkembangan ketinggian muka
air sungai Brantas. Apalagi sumur-sumur di sekitar Bendungan
Karangkates kedalaman sumur dapat mencapai 25 m atau lebih. Dengan
kondisi pada musim kemarau yang kering. Sehingga warga terpaksa
mengambil air dari sumber air yang jaraknya ± 1 km.
Mata Air
Ada beberapa mata air yang ada di Desa Karangkates.
1. Sumber mata air di Dam Lahor, yang digunakan warga RW 01 dan
sebagian warga RW 02 untuk MCK. Debit yang dihasilkan kecil.
2. Sumber air di samping Jalur KA (Kereta Api) digunakan warga RW 02
dan sebagian warga RW 03, sebenarnya lokasinya sangat berbahaya
karena berada di sekitar lintasan Kereta Api.
3. Sumber mata air di RW 04, sumber ini memiliki debit yang besar di
musim kemarau sehingga apabila ditampung dapat di gunakan untuk
warga yang membutuhkan. Sumber mata air ini yang direncanakan
untuk disalurkan ke wilayah Dukuh Bandung Barat dan Dukuh
Karangkates sekitar Bendungan.
22. 22
g. Potensi Perikanan Darat
Salah satu potensi wilayah Desa Karangkates yang perlu dikembangkan
adalah perikanan darat. Pemerintah Desa Karangkates bekerjasama dengan Perum
Jasatirta dan Kelompok Petani Ikan Desa Karangkates yang sudah terbentuk,
mengembangkan potensi alam ini dengan pemeliharaan ikan di sungai Brantas
dan Lahor menggunakan jaring sekat. Penebaran benih dilakukan pada saat awal
air di waduk naik pada Bulan Februari. Ikan dapat dipanen secara keseluruhan
pada Bulan November. Penebaran benih sebanyak 750.000 ekor ikan bandeng
dan hampir 3 juta ekor ikan nila. Berhasil dipanen sebanyak ± 775 ton ikan
bandeng dan nila siap konsumsi. Pembinaan terhadap kelompok Tani Ikan
dilakukan secara rutin dengan pertemuan bersama Perum Jasatirta. Pada akhir
tahun 2013 terdapat 14 kelompok tani ikan se-Desa Karangkates.
3.2 Sejarah dan Perkembangan Usaha Pembesaran Ikan Nila
Usaha pembesaran ikan nila di Sumber Makmur yang dimiliki oleh Bapak
Prawoto berdiri sejak September 2005 yang berawal dengan adanya potensi
daerah yang belum dimanfaatkan yaitu Waduk Lahor, dengan modal awal usaha
sebesar 57 juta terdiri dari modal pinjaman sebesar 38 juta berbunga 30% dan
sisanya berasal dari modal sendiri untuk membuat 2 kolam yang mana sebesar 26
juta untuk membeli bibit dengan jumlah 500rb ekor, pembelian material ± 5 juta,
alat panen 2 juta dan sisanya dugunakan untuk pembelian pakan ± 3 ton. Pada
awal berdirinya usaha ini sebenarnya terdiri dari 4 orang namun pada perjalanan
waktu usaha yang dikepalai oleh Bapak Parwoto ini memilih mundur dari usaha
sehingga pada panen pertama hasil untung dari produksinya langsung
dikembalikan untuk membayar utang, kemudian pada produksi selanjutnya usaha
23. 23
pembesaran ikan nila ini dijalankan sendiri oleh Bapak Parwoto yang dibantu oleh
istrinya.
Nama Sumber Makmur sendiri berawal dari adanya sumber yang berada
pada waduk, yang mana sumber tersebut digunakan sebagai sumber air pengisi
kolam ketika waduk sedang surut. Mulanya dinamakan Sumber Pacet, karena
anggapan bahwa pacet adalah ”susah, seret, ataupun macet” maka untuk
kelangsungan usaha kedepan agar usahanya berjalan dengan sukses, baik dari segi
usaha ataupun dari keluarganya, oleh karena itu diambil nama Sumber Makmur
sebagai pilihan yang tepat.
3.3 Keadaan Usaha Pembesaran Ikan Nila
Usaha pembesaran ikan nila yang berdiri sejak 2005 ini memiliki 3 kolam
pembesaran yaitu untuk kolam pembesaran 1 dan 2 digabung menjadi satu dengan
panjang 100 m dan lebar 50 m dengan kedalaman 10 m, kemudian pada kolam 3
panjangnya 110 m, lebar 85 m dengan kedalaman 10 m yang ditunjang oleh satu
rumah jaga sebagai sarana istirahat dengan sampingan jualan kebutuhan pangan
bagi pengunjung kolam. Hanya saja belum terdapat sistem pengelolaan sampah
dari pemancing (konsumen) sehingga terlihat keadaan sampah yang berserakan.
Usaha Sumber Makmur ini bukanlah usaha yang berdiri sendiri di Waduk
Lahor dan masih banyak usaha bididaya lain seperti budidaya ikan lele, ikan
bandeng, dan lain-lain. Dalam satu kawasan usaha ini sebenarnya terdapat suatu
kelompok petani ikan namun dikarenakan setiap proses produksi ini mengalami
kerugian yang disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal,
maka himpunan kelompok petani tersebut pecah sehingga lebih fokus pada
usahanya masing-masing.
24. 24
Selain sebagai kawasan wisata Waduk Lahor juga memiliki potensi yang
dapat dimanfaatkan dengan mengandalkan sumber air ketika waduk surut dan
melimpahnya air ketika pasang, maka dalam usaha seperti ini bisa
mengesampingkan sumberdaya air untuk menurunkan biaya pengeluarannya
sebagai alokasi kekebutuhan yang lain.
Melihat dari segi minat konsumen yang sangat tinggi terhadap ikan nila
baik warga Desa Karangkates ataupun Malang sekitarnya tempat budidaya ikan
milik Bapak Prawoto ini tidak pernah mengalami sepi konsumen, namun
keberadaan konsumen (pembeli) juga tidak selalu konstan, tetap mengalami naik
turun tergantung pada musim serta siklus hidup ikan tersebut. Hanya saja pada
pengelolaan tempat bagi konsumen (pemancing) belum terdapat tempat yang
strategis dan luas, sehingga kadangkala para pemancing ini mengalami kesulitan
tempat yang nyaman.
3.4 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi dan pembagian tugas pada usaha pembesaran ikan nila
Sumber Makmur milik Bapak Prawoto yang mulanya didirikan oleh empat orang
ini tidak memiliki struktur organisasi dikarenakan pada usaha tersebut segala
sesuatu hanya dikerjakan sendiri hanya dibantu oleh istrinya, namun meskipun
demikian usaha pembesaran ikan nila milik Bapak Prawoto ini berjalan dengan
baik karena ditopang oleh keuletan dari pemilik usaha, serta sesuai dengan asumsi
seperti teori pada pembahasan akademik dalam pelaksanaan usahanya seperti teori
pemberian pakan yang berdasarkan berat tubuh ikan, teknik penebaran ikan sesuai
dengan luas kolam, strerilisasi kolam dengan cara pemupukan, dan lain-lain.
Tetapi biasanya Bapak Prawoto juga mempekerjakan orang (kuli) untuk
25. 25
membantu dalam melakukan proses renovasi kolam ketika air waduk mengalami
fase surut. Karena akan kualahan atau tidak mampu jika dikerjakan dengan
sendiri. Selain itu, juga terdapat masukan dari DKP setempat untuk perkembangan
usaha misalkan seperti: jenis bibit yang unggul, pengelolaan pakan dan lain-lain.
3.5 Bentuk Usaha
Bentuk usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur adalah jenis usaha
dengan skala rumah tangga, modal yang digunakan pada proses pembesaran ikan
nila berasal dari modal sendiri. Hanya saja usaha ini belum berada pada naungan
pemerintah secara sah, sehingga dalam permodalan untuk biaya produksi butuh
pengajuan proposal terlebih dahulu dan memakan waktu yang relatif lama.
Usaha yang langsung dikerjakan dengan sistem kekeluargaan ini juga
memiliki pembukuan yang mencakup masalah pengeluaran ataupun pemasukan
untuk usahanya, namun dengan sistem penulisan yang tertera pada pembukuannya
ini sudah mencakup tentang gambaran alira biaya selama siklus produksi sehingga
dapat digunakan sebagai acuan untuk produksi periode selanjutnya.
Meskipun demikian, usaha yang didirikan oleh Bapak Prawoto ini tetap
berjalan dengan baik dengan seiring berjalannya waktu sudah menunjukkan
perkembangan yang baik untuk kesuksesan usaha pembesaran ikan nila, yang
nantinya dapat menciptakan tempat wisata air seperti yang telah dicanangkan oleh
Bapak Prawoto sendiri.
26. 26
4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
4.1 Aspek Teknis
4.1.1 Sarana Kegiatan Pembesaran Ikan Nila
Sarana produksi merupakan fasilitas yang berhubungan secara langsung
dalam proses produksi, sehingga mempengaruhi langsung mengenai keberhasilan
dari usaha, keberadaan sarana produksi diharapkan pada tumbuh kembangnya
usaha yang dijalankannya.
Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur sarana produksi yang
digunakan diantaranya:
a. Kolam
Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur terdapat 3 petakan
kolam pembesaran. Dimana kolam 1 dan kolam 2 dijadikan satu namun ada sekat
pembatasnya yang mempunyai ukuran total 50 m x 100 m dengan kedalaman 10
m. Sedangkan pada kolam 3 memiliki ukuran sebesar 85 m x 110 m dengan
kedalaman 13,5 m.
Namun pada kolam pembesaran 1 juga terdapat kolam apungan (keramba
jaring apung) yang digunakan sebagai pendederan benih pertama sebelum
dilepaskan pada kolam pembesaran, kolam apungan tersebut memiliki ukuran 10
m x 10 m dengan kedalaman 3 m. Hanya saja kolam apung tersebut dapat
berfungsi ketika air sedang mengalami fase pasang. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai kondisi kolam ketika mengalami fase pasang dapat dilihat pada gambar
2.
27. 27
Gambar 2. Kolam Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur
Kontruksi dari kolam tersebut sebenarnya terdapat petakan-petakan lahan
seperti kolam trasidional yang hanya dapat diketahui ketika air waduk sedang
mengalami fase surut, hanya saja kegunaan jaring sekat disini digunakan sebagai
sekatan ketika air sedang pasang untuk mencegah keluarnya ikan. Pada petakan
kolam tersebut terdapat 5 petakan yaitu:
2 petak kolam dengan ukuran 10 m x 10 m yang memliki kedalaman 3 m
2 petak kolam dengan ukuran 7 m x 6 m memiliki kedalaman 1 m
1 petak dengan ukuran 9 m x 4,5 m dengan kedalaman 2 m
Untuk lebih jelas tentang kontruksi bangunan kolam petakan pada
pembesaran ikan nila Sumber Makmur, maka dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 3. Petak Kolam Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur
28. 28
b. Benih
Benih yang digunakan dalam pembesaran ikan nila Sumber Makmur
merupakan benih yang berasal dari BBI Wlingi, Kabupaten Blitar. Dikarenakan
letak usaha dengan BBI Wlingi tidaklah jauh sehingga untuk mendapatkan benih
dengan kualitas yang baik bukanlah halangan yang dihadapi. Disamping itu
karena adanya perhatian dari pemerintah setempat, usaha milik Bapak Parwoto
juga mendapatkan subsidi benih untuk pengembangan usahanya walaupun dengan
jumlah yang tidak banyak.
Benih yang dibeli dari BBI Wlingi tersebut, menurut informasi dari
pemilik usaha yaitu Bapak Parwoto didapatkan dengan harga Rp. 35,-/ekor
dengan ukuran 3 cm. Dengan pembelian 26 juta rupiah, bibit yang diperoleh
sebanyak 500.000 ekor. Itupun didapatkan pada awal berdirinya usaha yaitu pada
september 2005, sedangkan harga sekarang ± Rp. 40,-/ekor.
Dengan benih tersebut Bapak Prawoto dapat menciptakan indukan ikan
nila sebanyak 600 ekor dimana untuk indukan yang memiliki bobot tubuh 5-6/kg
dapat menghasilkan benih sebanyak 1000-1500 ekor, sedangkan untuk indukan
yang memiliki bobot tubuh 3-4/kg dapat menghasilkan benih sebanyak 1500-2500
ekor, dengan hasil pembenihan yang didapatkan sebanyak ini sehingga membuat
Bapak Prawoto untuk produksi periode selanjutnya sudah mengesampingkan
biaya pembelian benih. Dengan asumsi penebaran benih yang dilakukan yaitu 10
ekor/m2 dari luas kolam pembesaran.
29. 29
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber
Makmur yaitu:
Timbangan
Gambar 4. Timbangan
Timbangan digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui bobot dari
ikan yang akan dibeli konsumen. Jika tidak adanya timbangan maka akan
menghambat dalam proses penjualan ikan nila. Timbangan yang digunakan pada
pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanyalah timbangan kecil biasa seperti
timbangan gula. Hal ini disebabkan setiap volume penjualan hanyalah berskala
kecil saja.
Karamba
Gambar 5. Karamba
30. 30
Karamba memiliki kegunaan sebagai wadah tampung sementara untuk
ikan hasil pancingan. Karamba ini memang disediakan untuk para pemancing dan
sebagai wadah stok ikan bagi pesanan. Karamba yang tersedia ada ukuran kecil
dan ukuran besar. Biasanya untuk ukuran kecil digunakan oleh pemancing,
sedangkan pada karamba ukuran besar digunakan oleh Bapak Prawoto sebagai
wadah/stok ikan pesanan. Karamba yang digunakan berasal dari buatan sendiri
dan ada beberapa yang hasil beli. Untuk karamba yang buatan sendiri ini
memanfaatkan jaring sisa dari jaring sekat yang telah digunakan.
Seser
Gambar 6. Seser
Seser digunakan untuk membantu menangkap ikan nila. Sama halnya
dengan karamba, seser yang dimiliki oleh Bapak Prawoto ini juga berasal dari
buatan sendiri yang memanfaatkan sisa penggunaan jaring sekat.
Jala
Gambar 7. Jala
31. 31
Jala digunakan untuk membantu menangkap ikan ketika fase air waduk
sedang mengalami pasang. Jala biasanya digunakan untuk menagkap ikan pesanan
dan berguna ketika ada pesanan ikan saja. Namun jika tidak adanya jala seperti itu
maka untuk memenuhi pesanan yang datang, pasti akan mengalami kesulitan
karena air ketika pasang memiliki kedalaman yang cukup tinggi.
Ember
Gambar 8. Ember
Ember biasanya digunakan sebagai wadah ikan untuk ditimbang, namun
juga memiliki kegunaan lain sebagai wadah pellet untuk membantu dalam
pemberian pakan ikan. Ember yang tersedia hanyalah ember yang memiliki
ukuran sedang.
Perahu
Gambar 9. Perahu
32. 32
Perahu digunakan sebagai sarana alat bantu menagkap ikan, selain itu juga
digunakan sebagai sarana transportasi untuk menyeberangi waduk. Karena kolam
letak kolam 3 berada pada seberang waduk, sehingga kegunaan perahu penting
untuk meningkatkan produktifitas kerja.
Jaring
Gambar 10. Jaring
Jaring digunakan sebagai alat untuk membentuk sekat-sekatan pada kolam,
yang berfungsi untuk menjaga agar ikan tidak lepas dari petakan kolam, selain itu
juga berfungsi sebagai pelindung bagi ikan dari hama yang menyerang ikan nila
seperti ikan gabus dan ikan pembersih kaca.
Diesel pompa air
Gambar 11. Diesel Pompa Air
33. 33
Kegunaannya yaitu untuk membantu mempermudah dalam pengurasan
lumpur yang mengendap pada kolam ketika air sedang mengalami fase surut. Jika
tidak adanya bantuan pompa ini maka justru akan memperlama pekerjaan dalam
melakukan renovasi kolam.
d. Pakan
Pakan yang digunakan pada usaha pembesaran ika nila Sumber Makmur
adalah pakan buatan berupa pelet, jenis pelet yang digunakan yaitu T781-2
dengan kadar protein 33-38% dan T78 kadar proteinnya 25-27%. Dengan
pemberian pakan yang digunakan yaitu menurut presentase berat badan (4,5% x
Berat Badan). Untuk 500 ekor benih ikan nila pada umur 0-60 hari dengan
pemberian pakan sebanyak 7 kg dalam 3x sehari.
Selain pakan pelet yang digunakan, pada pembesaran ikan nila Sumber
Makmur juga menggunakan pakan tambahan berupa daun rambutan dan daun
lembayung yang dibeikan ketika air sedang mengalami fase surut dan tubuh ikan
kelihatan kuat karena seperti yang telah diketahui bahwa ikan nila termasuk jenis
ikan omnivora (pemakan segala). Dengan pemberian pakan tambahan tersebut
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan 1 ons tiap dalam 2 minggu sehingga ketika
dalam 1,5 bulan mampu bertambah sebesar 3 ons yang mana untuk ikan yang isi
8-9 ekor/ Kg dapat meningkat menjadi 4-5 ekor/kg dalam kurun waktu 1,5 bulan.
Pada pemeliharaan sistem ekstensif (tradisional) dengan padat penebaran
rendah, ikan nilatidak perlu diberi pakan tambahan. Pada sistem pemeliharaan
semiintensif, habitat dipupuk agar pakan alami tumbuh lebih subur. Pada
pemeliharaan secara intensif, selain dipupuk, juga perlu pakan tambahan berupa
pellet dengan kadar protein 20-25%. Banyaknya pakan tambahan antara 2-3%
34. 34
berat per hari. Ikan nila mampu tumbuh cepat dengan pakan yang mengandung
protein (cukup rendah), yaitu sebanyak 20-25%. Ikan mas hanya dapat tumbuh
baik bila kadar protein pakannya 30-45% (Suyanto, 2010).
e. Pupuk
Pupuk yang digunakan pada kolam pembesaran ikan nila Sumber Makmur
merupakan jenis pupuk anorganik berupa mes (bahasa lokal untuk pupuk), pupuk
ini berfungsi sebagai penumbuh lumut pada proses sterilisasi setelah kolam
dibersihkan dasarnya dari lumpur. Penggunaan pupuk ini sebagai bahan
terciptanya pakan alami berupa plankton yang banyak sehingga nantinya pada
proses penebaran ikan akan tersedia plankton-palnkton sebagai pakan alami ikan.
Pemberian pupuk pada kolampun hanya pemberian langsung secara merata tidak
berdasarkan ketentuan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan seperti biasanya.
Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kola harus dipersiapkan
dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam
dicangkul dan diratakan. Setelah itu dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150
Kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0
dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya, kolam diberi pupuk
organic sebanyak 300-1000 Kg/ha. Pupuk urea dan TSP juga diberikan sebanyak
50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu, lalu
ditebarkan merata didasar kolam (Suyanto, 2010).
4.1.2 Prasarana Kegiatan Pembesaran Ikan Nila
Prasarana adalah segala fasilitas yang menunjang terjadinya proses yang
ada, sebelum maupun sesudah proses produksi berlangsung (Primyastanto dan
Tjahjono, 2005).
35. 35
Prasarana produksi pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur
diantaranya:
a. Sistem pengairan
Kebutuhan air pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur terbilang
mudah karena dengan adanya sumber yang tersedia dan debit air waduk yang
melimpah tentunya faktor air bisa dianggap dapat menghemat biaya karena tidak
memerlukan berbagai perlakuan yang banyak.
Sistem pengairan yang dijalankan sangatlah sederhana yaitu apabila air
waduk sedang pada fase surut, maka pada usaha milik Bapak Prawoto ini
memanfaatkan sumber yang tersedia, dengan langsung mengalirkan kedalam
petakan kolam secara langsung, kemudian ketika air waduk sedang pasang
dipasok langsung dari meningkatnya debit air waduk.
Air merupakan kebutuhan yang sangat menunjang dalam usaha
pembesaran ikan nila, dikarenakan air merupakan media hidup dari ikan tersebut.
Kadar kandungan dalam air sendiri juga akan sangat mempengaruhi kehidupan
dari ikan, misalkan apabila suatu perairan banyak mengandung unsur logam berat
maka kehidupan ikan tersebut akan terganggu bahkan mati. Menurut nformasi dari
Bapak Prawoto kandungan air pada Waduk Lahor sendiri memiliki kandungan
logam yang normal, yang mana bisa diindikasikan seperti tidak adanya gangguan
kesehatan pada ikan, adanya gangguan kesehatan pada ikan nila hanya terjadi
ketika air sedang surut dan angin permukaan maka akan ada beberapa ikan yang
terkena penyakit yang menyebabkan ekor dari ikan tersebut rusak/putus, hanya
saja keadaan seperti itu dianggap bukan masalah yang serius karena tingkat
36. 36
mortalitas (kematian) dari usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur hanya
sebesar 5%.
b. Sistem penerangan
Sistem penerangan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
sendiri berasal dari PLN, hanya pada kolam pembesaran 1 dan 2 yang terdapat
lampu penerangan yang berjumlah 2 buah dan mempunyai daya sebesar 300 watt.
Lampu tersebut digunakan untuk membantu aktifitas pengelolaan kolam ketika
malam hari. Selain itu juga mempermudah dalam pengawasan keamanan kolam.
Lampu juga digunakan sebagai sarana pembantu keamanan kolam ketika malam,
buka karena akan kehilangan ikan. Karena tidak sedikit juga ada pemancing yang
datang ketika malam hari yang mancing bahkan sampai selesai ketika fajar
terbitpun terkadang ada. Oleh karena itu sistem penerangan disini memiliki salah
satu kegunaan yang sangat penting untuk menunjang berkembangnya usaha
pembesaran ikan nila.
c. Sistem transportasi
Keadaan sistem transportasi pada suatu usaha memegang peran yang
sangat penting salah satunya yaitu dalam mencari pasar, dimana apabila suatu
usaha mempunya lokasi yang mudah dijangkau dengan akses lancar imbal
baliknya akan meningkatkan minat konsumen, karena sistem pemasaran ikan nila
Sumber Makmur menggunakan sistem buka kolam pemancingan dan pelayanan
pesanan, maka faktor akses/jalan menuju tempat usaha sangatlah diperhatikan
keadaannya.
Kondisi jalan untuk menuju usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
bisa dikatakan cukup baik karena topografi jalan sudah rata dan beraspal, hanya
37. 37
saja ada sebagian dari badan jalan ada yang sudah rusak yang dikarenakan tidak
adanya tempat aliran air hujan yang baik sehingga dapat mempercepat kerusakan
jalan.
Sarana transportasi pada usaha pembesaran ikan nila memiliki transportasi
pribadi yaitu sepeda motor, yang digunakan untuk membeli berbagai
perlengkapan produksi ikan dan kepeluan warung. Selain itu juga tersedianya
armada perahu yang digunakan untuk membantu penyeberangan waduk menuju
kolam 3 tanpa menggunakan bahan bakar. Perahu memiliki peran yang sangat
penting karena jika tidak memiliki perahu maka bukan tidak mungkin usaha yang
terletak pada waduk tidak akan berjalan.
d. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi yang terdapat pada usaha pembesaran ikan nila
Sumber Makmur dilakukan langsung dipegang oleh Bapak Prawoto dengan
sarana handphone, yang digunakan untuk memperlancar segala transaksi yang
dijalankaan meliputi: pemesanan pakan ikan, pesanan ikan dari konsumen, dan
lain-lain. Selain itu handphone juga berguna untuk menjalin hubungan antar
pemilik kolam dan juga pada konsumen. Namun seperti sistem pemesanan ikan
yang dilakukan oleh konsumen ini dilakukan secara langsung datang ketempat
usaha Bapak Prawoto.
4.1.3 Persiapan Kolam Pembesaran
Pada kolam pembesaran sebealum ditebar benih ikan nila maka perlakuan
yang diadakan terlebih dahulu yaitu melakukan renovasi kolam dengan cara
membersihkan lumpur pada dasar air dengan menggunakan bantuan pompa air
pembuang lumpur untuk menghilangkan sisa-sisa bahan organik yang ada
38. 38
sebelumnya untuk memperbaiki kualitas air, kemudian setelah seluruh lumpur
dihilangkan dilakukan sterilisasi kolam yaitu dengan mengeringkan kolam disertai
dengan pemberian pupuk secara merata untuk menumbuhkan lumut yang mana
lumut tersebut bisa digunakan sebagai pakan alami ketika ikan ditebar, setelah itu
dilakukan pengisian air sesuai dengan jumlah ikan yang ditebar, dengan asumsi
bahwa 10 ekor/m2, setelah itu dimasukkan indukan untuk menghasilkan benih
sebelum masuk pada proses pembesaran, kemudian setelah benih didapat maka
langkah selanjutnya yaitu pemindahan benih kedalam jaring apung yang tersedia
sampai air menuju pasang tertinggi kemudian dilepas pada kolam pembesaran.
4.1.4 Persiapan Benih Ikan Nila
Benih yang digunakan dalam pembesaran ikan nila Sumber Makmur
berasal dari BBI Wlingi, Kabupaten Blitar. Benih yang didapatkan merupakan
benih dengan kualitas 1 yaitu dengan pertumbuhan 6-7 kg dalam waktu 4 bulan
memiliki ukuran 3 cm. Untuk sekarang usaha milik Bapak Prawoto sudah
melakukan pembenihan sendiri karena pada pembelian benih di BBI Wlingi
tersebut dalam satu kali siklus produksi terdapat sisa ikan sebanyak ± 600 ekor
yang digunakan sebagai indukan, sehingga untuk produksi selanjutnya tidak perlu
melakukan pembelian benih lagi. Seperti yang telah diketahui informasi dari
pemilik indukan yang ada mempunyai ukuran berat 5-6/kg yang dapat
menghasilkan benih sebanyak 1000-1500 ekor dan juga 3-4/kg dapat
menghasilkan benih sebanyak 1500 sampai 2500 ekor.
Dari sekian benih yang dimiliki untuk penebaran benih dilakukan pada 3
kolam pembesaran dengan padat penebaran sesuai dengan ratio dari luas kolam
pembesaran. Dengan asumsi penebaran 10 ekor/m2.
39. 39
Kualitas yang dihasilkan pada Waduk Lahor juga sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan dari ikan itu sendiri, seperti yang diketahui dari
informasi pemilik bahwa kandungan air diwaduk tersebut rata-rata yang dapat
diindikasikan dengan sistem pertumbuhan dari benih ikan nila bisa dikatakan
normal tanpa ada hambatan yang berarti.
Benih ikan nila yang digunakan untuk pembesaran sebaiknya yang telah
mancapai ukuran 8-12 cm. padat penebaran benih antara 15-20 ekor/m3.
Kedalaman air untuk pembesaran 80-100 cm. Nila diberi pellet sebanyak 2-4%
bobot biomassa ikan diberikan 3-5 kali sehari. Pellet yang diberikan minimal
mengandung protein 20%. Dengan menebar benih ukuran 8-12 cm selama 4 bulan
pemeliharaan maka ikan dapat mencapai ukuran 400-600 gr/ekor (Kordi dan
Ghufran, 2010).
4.1.5 Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur
merupakan pupuk anorganik yaitu jenis mes (bahasa lokal untuk pupuk),
pemupukan dilakukan ketika pada fase sterilisasi kolam bersamaan dengan
pengeringan kolam yang nantinya sebagai media penumbuh lumut yang dapat
dijadikan pakan alami ikan nila. Kadar yang diberikan tidaklah menentu
tergantung luas kolam yang ditebari secara merata dan dianggap sudah cukup.
Pemupukan saat persiapan tambak diperlukan sebagai sumber nutrien
untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton. Pemupukan awal ditunjukan untuk
meningkatkan produksi ikan nila, tetapi ikan sendiri tidak memanfaatkan pupuk
secara langsung. Pupuk yang diberikan ditujukan untuk memasok unsur hara yang
sangat diperlukan (Kordi dan Ghufran, 2013).
40. 40
4.1.6 Pemberian Pakan
Pemberian pakan ikan nila pada usaha pembesaran ikan nila Sumber
Makmur yaitu berupa pakan pelet dan daun lembayung juga daun rambutan.
Untuk pakan pelet dilakukan sesuai dengan perbandingan umur dan prosentase
berat badan ikan, dengan menggunakan asumsi 4,5% x berat badan. Dengan
menebar benih sebanyak 500.000 ekor untuk usia 0-60 hari pakan yang diberikan
sebanyak 7 Kg dalam sekali pakan yang dilakukan 3x dalam sehari, kemudian
untuk usia 60-75 hari diberi sebanyak 4%, 7-100 hari sebesar 3,5%, 100-115 hari
sebesar 3%, 115-130 hari sebesar 2,7%, 130-145 sebesar 2 %. Untuk lebih
jelasnya dalam prosentase pemberian pakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Prosentase Pemberian Pakan Ikan Nila
No. Usia (hari) Prosentase (%)
1. 0-60 4,4
2. 60-75 4
3. 75-100 3,5
4. 100-115 3
5. 115-130 2,7
6. 130-145 2
Sumber: Pembesaran Ikan Nila Sumber Makmur, 2014
Sedangkan untuk pemberian pakan tambahan yaitu rambutan dan
lembayung ini dimaksudkan hanya sebagai selingan dari pemberian pakan, yang
diberikan ketika fase air sedang surut serta keadaan tubuh ikan terlihat kuat
dikarenakan ikan nila termasuk dalam golongan ikan omnivora, sehingga jika
hanya diberi pakan berupa pelet dianggap akan menaikkan biaya. Namun dengan
41. 41
pemberian pakan tambahan tersebut justru pertumbuhan ikan bisa dianggap 3 kali
lipat pertumbuhannya yang mana ikan ukuran 8-9 ekor/ Kg dapat menjadi 4-5
ekor/ Kg kurang lebih dalam waktu 1,5 bulan.
Menurut Kordi dan Ghufran (2013), Untuk pembesaran ikan nila
diperlikan pakan berupa pellet yang mengandung protein sebanyak 25-35%
sebanyak 2-4% bobot ikan per hari. Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari,
yaitu pagi, siang dan sore hari. Presentase pakan untuk ikan harus benar-benar
diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu ukuran. Patokan yang ada kadang
tidak terlalu tepat. Pasalnya, pada umur atau ukran tertentu ikan nila
membutuhkan jumlah atau porsi pakan yang berbeda-beda. Ikan nila
membutuhkan pakan 2-10% per bobot total ikan dalam wadah budidaya.
Tergantung dengan ukuran ikan nila, ikan nila berukuran 5-20 gram/ekor
membutuhkan pakan sebanyak 4-6% dari bobot tubuh/hari, sedangkan ikan yang
berukuran 100-200 gram cukup diberi pakan 2-2,5% dari bobot tubuh/hari.
Tabel 5. Jumlah Pakan yang Diberikan Pada Nila (suhu 27-29 oC)
No. Bobot tubuh (gram)
Dosis pemberian pakan (%
bobot tubuh/hari
1. 1-5 10-7
2. 5-20 6-4
3. 20-100 4-2,5
4. 100-200 2,5-2
5. 200-400 2-1,5
Sumber: Budidaya Ikan Nila Unggul, 2013
42. 42
4.1.7 Pemeliharaan Ikan di Kolam
Dalam pembesaran ikan nila pada kegiatan pemeliharaan dikolam yang
dilakukan yaitu selain pemberian pakan juga dilakukan berbagai kegiatan seperti,
kontrol keadaan jaring, pengamatan pertumbuhan ikan. Pada kegiatan
pengontrolan keadaan jaring ini merupakan suatu kegiatan yang sangat vital
karena disetiap keadaan air naik/pasang perlu dilakukan pengecekan apakah
terdapat jaring yang sobek, selain itu juga menaikkan jaring jika suatu ketika air
pasang lupa tidak dinaikkan maka keberadaan ikan akan lepas. Untuk kegiatan
pengecekan keadaan jaring tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu tetapi
jika ketika air sedang surut cukup dengan cek secara langsung. Kemudian pada
pengamatan pertumbuhan ikan dapat diketahui ketika dalam pemberian pakan
yang dilakukan langsung oleh pemilik usaha.
4.1.8 Pemanenan
Proses pemanenan pada pembesaran ikan nika Sumber Makmur tidaklah
dilakukan dengan proses pemanenan pada umumnya, dimana pada usaha milik
Bapak Prawoto ini dilakukan dengan cara yaitu membuka kolam pemancingan
dan pemesanan. Pada pemancingan ini dilakukan ketika ukuran ±1 Kg antara isi
5-6 ekor, jika tidak dengan ukuran seperti itu maka dianggap akan mengalami
kerugian, dimana bisa diasumsikan dengan perbandingan banyaknya jumlah ekor
yang dikeluarkan pada setia per kilo nya. Pada usaha pmbesaran ikan nila Sumber
Makmur ini dalam pemancingannya sudah lumayan terkenal keseluruh Malang
raya tidak sedikit pula yang sering dijumpai seperti pelanggan dari Kota Batu,
Kepanjen dan lain sebagainya.
43. 43
Selain dengan proses pemancingan proses pemanenan juga dilakukan
dengan memenuhi pesanan, yang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap
berupa jala karena sifat dari ikan nila sendiri termasuk ikan pelagis yang
dilakukan dengan menggunakan sarana perahu. Pemesanan ikan sendri banyak
berdatangan berasal dari daerah sekitar ataupun oleh para pemancing sendiri.
Kondisi lingkungan yang mendukung serta kualitas air yang baik ini juga
memicu pertumbuhan dan perkembangan ikan dengan cepat, sehingga proses
pemanenan juga bisa cepat, tingkat mortalitas (kematian) dari usaha milik Bapak
Parwoto ini hanya mencapai angka 5% saja dari rat-rata setiap produksinya.
4.2 Aspek Manajemen
Aspek manajemen terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses
manajemen tersebut yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan
pengawasan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Firdaus (2010), Keempat
fungsi tersebut bukanlah fungsi yang yang berjalan secara terpisah-pisah, tetapi
merupakan fungsi yang saling berkaitan sehingga membutuhkan tindakan-tindakan
yang simultan dan berhubungan dalam melaksanakannya. Aspek
manajemen dalam suatu usaha diantaranya mencakup Manajemen Operasional,
Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Pemasaran, Manajemen Keuangan
dan Manajemen Risiko.
4.2.1 Perencanaan (planning)
Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur telah menerapkan
fungsi perencanaan dengan baik, mulai dari persiapan teknis, perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang, persiapan teknis sendiri bisa dilihat dari persiapan
benih yang akan digunakan untuk periode proses produksi selanjutnya misalkan
44. 44
untuk saat ini, sedang melakukan persiapan benih ikan patin, kemudian untuk
jangka pendek perencanaan yang dilakukan yaitu dengan melihat debit Waduk
Lahor pada bulan 6-7 akan mengalami pasang tertinggi maka akan bersamaan
ikan nila pada kolam 2 mencapai ukuran ikan konsumsi akan dibuka kolam
pemancingan. Selain itu untuk jangka panjang pembesaran ikan nila Sumber
Makmur akan terus menambah berbagai variasi jenis ikan yang harapannya akan
meningkatkan minat pada konsumen untuk mendatangi usaha tersebut.
Selain melihat dari variasi ikan, usaha milik Bapak Prawoto juga telah
mencanangkan renovasi tempat usaha sehingga harapannya terdapat suatu
kawasan yang dapat meningkatkan nilai ekonomis usaha, dengan harapan seperti
itu bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti usaha Sumber Makmur akan
menjadi usaha yang sukses baik didunia perikanan bahkan lebih. Dengan adanya
berbagai sistem perencanaan jelas akan sangat membantu dalam menjalankan
usaha sehingga memiliki kesan yang jelas atau cerah untuk masa mendatang.
Perencanaan diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang
tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara
efisien dan efektif (Sujarto, 1985).
4.2.2 Pengorganisasian (organizing)
Proses pengorganisasian pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur bisa
dikatakan sangat sederhana dikarenakan usaha yang dijalani hanya pada skala
rumah tangga sehingga dalam setiap kegiatnnya dikerjakan oleh sang pemilik
usaha yaitu Bapak Parwoto yang dibantu oleh istrinya. Meskipun demikian usaha
yang dijalankan tetaplah berjalan dengan lancar mungkin hanya ada kendala yang
ada pun seperti pada teknis pakan pelet yang kadangkala stoknya telat.
45. 45
Sistem pembagian tugas bisa dikatakan sangat penting karena dapat
meningkatkan produktifitas pekerja, pada usaha milik Bapak Prawoto ketika air
waduk sedang mengalami fase pasang maka tidaklah banyak pekerjaan yang
dilakukan salah satunya pengontrolan jaring sekat, namun ketika fase surut dapat
banyak sekali perkerjaan yang dilakukan seperti pengurasan lumpur yang
kadangkala sampai membutuhkan buruh bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan
yang ada.
4.2.3 Pergerakan (actuating)
Fungsi pergerakan pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yang
dilakukan seperti proses pemberian pakan, penangkapan ikan untuk melayani
pemesanan, penimbangan hasil pancingan dan lain-lain. Pelanksanaan untuk
kolam 1,2 dan 3 berbeda, karena untuk kolam 2 dan 3 digunakan untuk
pembesaran yang ditutup pemancingannya jika untuk ukuran ikan masih kecil,
sedangkan untuk kolam 1 tetap dibuka karena dianggap untuk terus melayani dan
mempertahankan pelanggan yang berdatangan.
Pergerakan sendiri merupakan sebagai fungsi yang sangat penting untuk
menjamin kualitas hasil produksi sesuai dengan perencanaan yang telah
dirancang, dalam hal ini kesesuaian antara perencanaan dan pengornanisasian
dianggap sebagai titik awal dalam pelaksanaan usaha. Dalam fungsi ini biasanya
pemilik usaha hanya akan dihadapkan pada pekerjaan yang ringan karena hanya
tinggal menunggu pelanggan yang datang.
46. 46
4.2.4 Pengawasan (controlling)
Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur fungsi pengawasan yang
dilakukan adalah pengontrolan jaring sekat untuk memastikan apakan keadaan
jaring ada yang robek atau tidak, jika terdapat robek bisa jadi akan membuat ikan
lepas selain itu juga ada ikan liaran dari waduk yang masuk dan menjadikan
predator pada kolam, biasanya sobeknya jaring disebabkan oleh ikan-ikan yang
besar dari liaran yang berusaha memasuki kolam sekat. Selain itu juga dilakukan
menaik menurunkan jaring sekat sesuai dengan keadaan air yang mengalami fase
pasang surut. Kemudian juga melakukan pengecekkan terhadap perkembangan
dan pertumbuhan ikan apakan ikan sudah layak dipasarkan atau belum.
Disisi lain fungsi pengawasan yang sangat penting yaitu penjagaan kolam
ketika malam hari, karena ketika malam hari bisa dikatakan sangat resiko jika
tidak dilakukan pengawasan untuk keamanan kolam. Biasanya untuk jaga malam
ini hanya dilakukan oleh Bapak Prawoto sendiri yang bisa menggunakan rumah
jaga sebagai tempat istirahat.
4.3 Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dapat menentukan
keberlanjutan dari suatu usaha, karena dari proses pemasaran dapat diketahui
apakah suatu usaha tersebut memiliki kelayakan untuk jangka pendek ataupun
jangka penjang. Disamping itu, pemasaran juga dianggap sebagai suatu masalah
yang serius karna kebanyakan dari usaha mengalami kesulitan dalam melakukan
pemasaran. Untuk menentukan pemasaran maka hal yang harus ditentukan yaitu
strategi pemasaran, saluran pemasaran dan bauran pemasaran.
47. 47
Pemasaran (marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai
sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengatisipasi kebutuhan pelanggan
atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan
pelanggan atau klien dari produsen (Cannon, et all, 2008).
4.3.1 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan serta
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu
pada masing-masing tingkatan serta lokasinya. Strategi pemasaran modern secara
umum terdiri dari tiga tahap yaitu: segmentasi pasar (segmentation), penetapan
pasar sasaran (targetting), penetapan posisi pasar (positioning) dan pembeda
produk (differentiation) (Kotler, 1997).
a. Segmentasi
Segmentasi pasar merupakan upaya pemisahan pasar pada kelompok-kelompok
pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah
laku mereka. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur segmentasi yang dituju
yaitu semua kalangan, namun terdapat segmentasi khusus yang dituju yaitu untuk
para pemilik hobi mincing. Jika dilihat pada karakteristik segmen yang dituju
kepada para pemancing, tentunya mempunyai latar belakang berbeda-beda baik
dari kalangan atas ataupun bawah, yang dapat dilihat dari segi pakaian yang
digunakan, alat transportasi yang digunakan untuk datang pada usaha milik Bapak
Prawoto dan juga pada alat pancing yang digunakan.
b. Targeting
Pengertian dari targeting itu sendiri merupakan sebuah sasaran, siapa yang
dituju. Dalam menentukan targeting maka dilakukan beberapa survei untuk dapat
48. 48
mengetahui keadaan pasar nantinya, agar ketika proses pemasaran tidak salah
sasaran. Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur pasar yang dituju
sebenarnya adalah bagi kalangan menengah kebawah terutama para pemilik hobi
memancing, karna dapat dilihat dari harga yang ditetapkan oleh Bapak Prawoto
relatif rendah jika dibandingkan dengan usaha-usaha sejenis yang berdiri
disekitarnya.
c. Positioning
Penempatan posisi (positioning) menjelaskan strategi mengenai cara
bagaimana perusahaan membedakan produknya dibandingkan dengan pesaing di
dalam benak konsumen. Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (diantara pesaing) di dalam
benak pelanggan sasarannya. Pada usha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
strategi positioning ini menempati pada posisi yang tepat karena telah disokong
oleh melimpahnya air dari Waduk Lahor, sementara itu juga menawarkan harga
yang relatif murah dan konstan.
d. Diferensiasi
Diferensiasi adalah proses menambahkan dan memberikan serangkaian
perbedaan yang dinilai penting, untuk membedakan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan itu dari pesaing, meskipun terkadang dilakukan berdasarkan atribut-atribut
yang tidak relevan. Pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
untuk strategi diferensiasi yang digunakan tidak jauh berbeda dengan pada usaha
ikan nila pada umumnya, hanya saja pada usaha milik Bapak Parwoto ini
menggunakan kolam 1 untuk tetap dibuka kolam pemancingannya meskipun
49. 49
keadaan sedang ditutup, hal seperti ini dikarenakan untuk mempertahankan
pelanggan. Sehingga strategi diferensiasinya masih dikatakan sederhana.
4.3.2 Bauran Pemasaran
Kotler (1997), menyatakan bahwa “Bauran Pemasaran (marketing mix)
adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran, alat-alat pemasaran
tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut “empat
P”: Produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion)”.
a. Produk
Produk yang dihasilkan dari pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu
berupa ikan nila segar siap konsumsi dengan ukuran rataan 4-5 ekor/kg, yang
dihasilkan kurang lebih dalam waktu 3,5 bulan.
b. Harga
Harga merupakan faktor yang dapat dijadikan sebagai analisis strategi
penjualan suatu produk, harga yang ditentukan oleh seorang produsen seharusnya
harus seimbang dengan permintaan ikan dari konsumen. Harga yang dipatok pada
usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur yaitu Rp. 17.000,- /kg untuk tahun
2014 pada tahun sebelumnya 2013 harga dipatok Rp.16.000,- /kg. Harga tersebut
dapat dikatakan relatif murah dikarenakan untuk pada usaha ikan nila pada
umumnya mematok harga sebesar Rp. 20.000,- /kg bahkan lebih. Untuk strategi
harga yang dipatok Bapak Parwoto lebih memilih sedikit banting setir dengan
mengambil sedikit keuntungan untuk dapat mempertahankan pelanggan, meski
demikian harga yang dipatok tetaplah dapat menutupi biaya produksi yang
dijalankan. Untuk dapat mengganti/menutupi biaya produksi pada usaha tersebut
50. 50
dengan pengeluaran sebanyak 4.493,4 kg dan harga yang dipatok sebesar
Rp.8.000,-/kg sudah mampu menutupi biaya produksinya namun hal ini dapat
dianggap tidak efisien karena jumlah ikan yang terjual terlalu banyak yang
diimbangi harga yang rendah. Dengan melihat berbagai faktor penentuan harga
yaitu harga maksimal yang mampu dicapai sesuai dengan permintaan konsumen
dan harga pada pesaing, harga Rp.17.000,-/kg yang telah ditetapkan cukuplah
tepat karena harga tersebut tidak melebihi batas harga rata-rata yang telah
ditetapkan oleh para pesaing dan permintaan konsumen tidaklah menurun.
c. Tempat
Tempat pemasaran yang dituju oleh pembesaran ikan nila Sumber
Makmur tidak memiliki tempat yang khusus, karena jenis usahanya termasuk
tetap pada lahan yang dimiliki sehingga yang ada hanyalah para konsumen yang
berdatangan. Hanya saja dengan kedatangan konsumen ini tetap dijaga dengan
pemberian pelayanan yang terbaik agar dapat menciptakan kepuasan tersendiri
bagi konsumen.
d. Promosi
Proses promosi produk yang dilakukaan pada pembesaran ikan nila
Sumber Makmur hanyalah sederhana yaitu dengan memasang banner/pamflet
dipinggiran jalan untuk menarik konsumen dengan penawaran dan pelayanan
terhadap ikan yang terbaik. Dengan harapan ketika para mancing mania berada
dijalan dan mengetahui banner yang dipasang menciptakan minat yang tinggi
untuk mendatannginya.
51. 51
4.3.3 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran yang digunakan pada usaha pembesaran ikan nila
Sumber Makmur yaitu dengan secara langsung dari produsen ke tangan
konsumen, baik konsumen dari para pemancing ataupun dari warga yang
memesan ikan nila. Pada penyaluran barang ini bukan berarti tanpa kendala
misalnya seperti stok ikan yang ditangkap oleh Bapak Prawoto kadang kala habis
jika tidak melakukan pemesanan terlebih dahulu, namun keuntungan dari
penyaluran barang secara langsung ini yaitu keadaan ikan yang masih segar dan
relatif murah dikarenakan ikan yang didapatkan langsung pada saat itu juga.
Hanya saja pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur ini tidak melayani
bagi seorang pengepul untuk menebas hasil produksi ikan nila. Sehingga dapat
dikatakan proses saluran pemasaran yang dilakukan ini sangat sederhana.
Pada proses penyaluran ikan nila tersebut para pembelilah yang datang
langsung ketempat pembesaran ikan nila Sumber Makmur, bukan dari pihak
Sumber Makmur yang mengantar ke para konsumennya. Hal ini bukan berarti
pihak dari Sumber Makmur tidak melayani jasa pengantaran, tetapi apabila ada
yang memesan dan ingin sekaligus diantarkan pemilik usahalah yang langsung
mengantarkan. Namun meski demikian pelanggan yang membeli ikan di Sumber
Makmur tetaplah ada dan tidak pernah sepi.
Saluran pemasaran dapat dibedakan menurut jumlah tingkatannya.
Menurut Kotler dalam Mahatama dan Farid (2013), bentuk-bentuk saluran
pemasaran yang umum digunakan, antara lain:
1. Saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung). Saluran pemasaran ini
terdiri dari seorang produsen yang langsung menjual ke konsumen akhir.
52. 52
2. Saluran satu tingkat. Saluran ini berisi satu perantara penjualan.
3. Saluran dua tingkat. Saluran ini berisi dua perantara, biasanya adalah
pedagang besar dan pedagang eceran.
4. Saluran tiga tingkat. Saluran ini berisi tiga perantara, yaitu pedagang besar,
pemborong, dan pedagang eceran.
4.4 Aspek Finansial
4.4.1 Permodalan
Modal merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu usaha. Tanpa
adanya modal suatu usaha tidaklah bisa berjalan. Modal bisa berupa uang atau
barang. Modal uang dan barang ini bisa berasal milik sendiri atau milik orang lain.
Jika modal milik orang lain maka seorang peminjam modal pasti dihadapkan pada
bunga dan sewa. Sehingga jika modal bukan milik sendiri modal akan menjadi
suatu biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha.
Modal yang dimiliki pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
ini berasal dari modal sendiri. Memang pada awal beridinya usaha yang didirikan
oleh 4 orang ini modal berasal dari modal pinjaman, namun ketika 3 orang telah
mengundurkan diri modal pinjaman tersebut telah dikembalikan. Jadi untuk usaha
pembesaran ikan nila Sumber Makmur pada saat ini semua berasal dari modal
sendiri oleh Bapak Prawoto yang usahanya berdiri mulai kecil. Tidak hanya
modal yang dimiliki oleh Bapak Parwoto dalam menjalankan usahanya namun
soft skill dan hard skill yang dimiliki sangatlah menunjang berkembangnya usaha
pembesaran ikan nila Sumber Makmur menjadi usaha yang lebih besar.
53. 53
Menurut Riyanto (2010), modal dibedakan menjadi 2 yaitu modal aktif
dan modal pasif. Modal aktif yaitu modal yang menggambarkan bentuk-bentuk
dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan
modal pasif merupakan modal yang menggambarkan sumber-sumber dari mana
dana diperoleh. Dengan kata lain modal aktif biasanya dinamakan modal yang
akan selalu beruba-ubah (konkret) dan modal pasif disebut modal yang relatif
permanen (abstrak).
Modal kerja merupakan keseluruhan dari biaya produksi yaitu biaya tetap
dan biaya variabel. Kemudian modal investasi merupakan modal yang memiliki
umur teknis. Pada pembesaran ikan nila Sumber Makmur modal investasi dan
modal kerja yang digunakan masing-masing sebesar Rp.24.872.500,- dan Rp.35.
146.747,-. Dari modal investasi yang dimiliki akan mengalami penyusutan total
sebesar Rp.4.178.747,-. Yang mana sumber modal dari modal yang digunakan
secara keseluruhan yaitu berasal dari modal sendiri.
Penyusutan dapat diketahui dengan cara jumlah harga dari setiap modal
yang dibagi dengan umur teknis dari setiap modal investasi. Dalam modal
investasi yang digunakan penyusutan terbesar yaitu pada jaring yang memiliki
nilai penyusutan sebesar Rp.666.666,-/tahun. Dan yang memiliki nilai penyusutan
paling kecil yaitu cangkul sebesar Rp.9000.-/tahun.
Total modal kerja pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
dalam sekali produksi (1 tahun) yaitu sebesar Rp.35.146.747,-, yang diperoleh
dari jumlah biaya tetap Rp.5.178.747,- yang terdiri dari penyusutan
Rp.4.178.747,- serta biaya perawatan dalam satu tahun sebesar Rp.1.000.000,- dan
54. 54
biaya variabelnya sebesar Rp.27.868.000,-. Uraian secara rinci modal investasi
dan modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.4.2 Biaya Produksi
Biaya produksi yang dimaksudkan yaitu seluruh biaya yang digunakan
dalam proses usaha pembesaran ikan nila. Biasanya terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel. Dimana biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan
dalam produksi misalkan tenaga kerja, dikatakan dalam biaya tetap karena pemilik
usaha wajib mengeluarkan biaya sebesar gaji yang diberikan. Sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. Biaya tetap pada
usaha pembesaran ikan nila sebesar Rp.5.178.747.-, sedangkan untuk biaya
variabel sebesar Rp.29.868.000,-. Sehingga dapat diketahui seluruh biaya
produksi (biaya total sebesar Rp.35.146.747,-). Untuk uraian secara rinci
mengenai biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 2.
4.4.3 Penerimaan
Pada hasil penerimaan diperoleh dari hasil mengalikan antara harga per
kilo nya dengan banyaknya ikan nila yang dikeluarkan dalam satuan kilo. Pada
analisis penerimaan usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur periode yang
digunakan adalah tahunan, dimana periode yang digunakan yaitu pada periode
tahun 2013. Pada tahun tersebut dengan menetapkan harga sebesar Rp.16.000,-
serta banyaknya ikan yang dikeluarkan yaitu 22.467 ekor yang memiliki bobot
4.493,3 kg, sehingga total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.71.894.400,-.
Penerimaan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan nila Sumber
Makmur dalam hitungan bulan berbeda-beda, ini dikarenakan keadaan konsumen
yang tidak setiap hari mengkonsumsi ikan terutama ikan nila. Hasil penerimaan
55. 55
terbesar yaitu pada bulan agustus yaitu sebanyak 715,3 kg dengan harga
Rp.11.444.800,- sedangkan hasil paling kecil diperoleh pada bulan januari yaitu
sebesar Rp.1.016.00 dengan jumlah ikan yang dikeluarkan sebanyak 63,5 kg.
Untuk uraian secara rinci mengenai penerimaan dapat dilihat pada lampiran 3.
4.4.4 Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan nila Sumber
Makmur dalam satu kali siklus produksi (1 tahun) yaitu sebesar Rp.36.747.653,-
yang diperoleh dari pengurangan penerimaan yang diperoleh dengan biaya total.
Dengan asumsi yang telah ditetapkan bahwa apabila total penerimaan lebih besar
dari biaya total maka usaha tersebut akan mendapatkan laba. Pada perhitungan
keuntungan biasanya menggunakan teknik pendapatan dikurangi dengan nilai
kerja keluarga (NKK). Namun pada usaha milik Bapak Parwoto ini segala sesuatu
dalam produksi pembesaran ikan nila dikerjakan oleh pemilik usaha yang dibantu
oleh istrinya, sehingga untuk NKK dianggap bahwa pendapatan itu sebagai
keuntungan usaha. Untuk uraian secara rinci mengenai keuntungan dapat dilihat
pada lampiran 3.
4.4.5 Rentabilitas Usaha
Rentabilitas digunakan sebagai tolak ukur efisiensi penggunaan modal.
Dengan melibatkan antara seberapa besar perbandingan antara keuntungan yang
didapat dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan
dalam prosentase. Kemudian pada sumber modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur berasal dari
modal sendiri secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat rentabilitas yang
digunakan yaitu rentabilitas modal sendiri.
56. 56
Pada peritungan rentabilitas usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
hasil yang didapatkan sebesar 104%, yang artinya bahwa dengan tingkat
keuntungan sebesar 104% usaha tersebut layak untuk dijalankan karena lebih dari
12%. Untuk uraian secara rinci mengenai rentabilitas usaha dapat dilihat pada
lampiran 3.
4.4.6 Revenue Cost Ratio (RC Ratio)
Ratio digunakan sebagai ukuran pengetahuan tentang tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam setiap pengeluaran Rp.1,- untuk keperluan produksi. RC
Ratio bisa didapatkan melalui perbandingan total penerimaan dengan total biaya
secara keseluruhan. Dari hasil perhitungan RC Ratio pada usaha pembesaran ikan
nila Sumber Makmur didapatkan hasil sebesar 2,04. Dengan hasil tersebut usaha
yang dijalankan oleh Bapak Prawoto layak dijalankan dan sangat menguntungkan
karena telah memenuhi kriteria jika R/C > 1 maka usaha tersebut menguntungkan.
Dengan kata lain setiap pengeluaran Rp.1,- akan mengasilkan keuntungan sebesar
Rp.2,04. Untuk uraian secara rinci mengenai RC ratio usaha dapat dilihat pada
lampiran 3.
4.4.7 Break Even Point (BEP)
Perhitungan Break Even Point atau yang biasaya dikatakan titik impas
dimana titik tidak rugi dan tidak laba. Pada analisis ini dapat digunakan sebagai
acuan jika suatu usaha menginginkan keuntungan yang digambarkan atas dasar
unit dan sales.
Pada perhitungan BEP pada usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur
terdapat 2 macam yaitu BEP atas dasar unit dan sales. Untuk dasar sales diketahui
BEP nya sebesar Rp.12.040.249,- pada penerimaan sebesar itu maka usaha milik
57. 57
Bapak Parwoto dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan untuk atas dasar
unit BEP yang didapatkan sebesar 555 kg, dengan pengeluaran ikan sebanyak 555
kg maka juga dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Untuk uraian secara rinci
mengenai analisis BEP dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha
Pelaksanaan usaha pembesaran ikan nila Sumber Makmur Desa
Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang tentunya memiliki
berbagai faktor baik pendukung maupun penghambat yang dapat menentukan
berkembangnya usaha. Bukan berarti dengan adanya faktor penghambat akan
menjadikan kualitas maupun kuantitas usaha menurun, dalam artian setiap faktor
penghambat pasti dapat diatasi sebagai penunjang perkembangan usaha.
4.5.1 Faktor Pendukung
Faktor yang mendukung atau menunjang dari usaha pembesaran ikan nila
Sumber Makmur meliputi:
1. Ketersediaan air yang melimpah dari waduk, sehingga dapat menurunkan
biaya atas pengelolaan sistem pengairan.
2. Kualitas air Waduk Lahor sesuai dengan habitat hidup ikan nila, sehingga
jarang terserang penyakit yang dapat meningkatkan mortalitas ikan.
3. Dapat perhatian dari pemerintah, seperti subsidi bibit dan jaring sekat.
4. Sudah adanya pembukuan usaha
4.5.2 Faktor Penghambat
Faktor-faktor yang menghambat pada usaha pembesaran ikan nila Sumber
Makmur yaitu:
58. 58
1. Jauh dari keramaian, lokasi usaha letaknya berada pada tempat yang
sedikit susah diketahui meskipun akses menuju lokasi dapat dikatakan
baik.
2. Masih belum adanya tempat-tempat khusus yang digunakan untuk para
pelanggan pemancing, sehingga apabila suatu ketika banyaknya pelanggan
yang berdatangan maka perebutan tempat sering terjadi.
3. Belum adanya tenaga kerja yang membantu Bapak Parwoto dalam
menjalankan usahanya.
4. Belum adanya pengelolaan sampah yang beserakan pada kolam. Yang
mana dapat menyebabkan limbah dan menurunkan kualitas ikan.
59. 59
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapang pada usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) Sumber Makmur dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Usaha yang pembesaran ikan nila yang dilakukan hanya memiliki siklus 1
kali produksi dalam satu tahun. Hal ini karena dihadapkan pada keadaan
air waduk yang memiliki fase pasang surut.
2. Aspek teknis pada pembesaran ikan nila meliputi: sarana dan prasarana
produksi, persiapan kolam pembesaran, persiapan benih ikan nila,
pemupukan, pemberian pakan, pemeliharaan ikan dikolam dan
pemanenan. Secara keseluruhan aspek teknis yang dilakukan berjalan
dengan baik namun hanya terkadang dihadapkan pada telatnya stok pakan
pellet untuk ikan nila.
3. Aspek manajemen pada pembesaran ikan nila meliputi: perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Secara keseluruhan aspek
manajemen sudah dilakukan dengan baik, namun masih belum adanya
pembentukan struktur organisasi pembagian tugas yang dapat membantu
pekerjaan pemilik usaha.
4. Aspek pemasaran pada pembesaran ikan nila meliputi: strategi pemasaran,
bauran pemasaran, dan saluran pemasaran. Konsumen yang dituju yaitu
para pemancing dan pelayanan pesanan dari masayarakat sekitar.
Meskipun demikian setiap harinya tidak pernah sepi pelanggan.
60. 60
5. Aspek finansial pada usaha pembesaran ikan nila dalam satu siklus
produksinya tahunan yaitu: permodalan yang digunakan berupa modal
investasi dan modal kerja yang masing-masing sebesar Rp.24.872.500,-
dan Rp.35.146.747,- dengan perolehan penerimaan dalam satu tahunnya
sebesar Rp.71.894.400,- dimana didapatkan keuntungan sebesar
Rp.36.747.653,- pendapatan disini dianggap sebagai keuntungan sehingga
tidak perlu melakukan perhitungan nilai kerja keluarga (NKK), sedangkan
rentabilitas usahanya sebesar 104% dan RC ratio sebesar 2,04 artinya
disetiap pengeluaran Rp.1,- maka akan menghasilkan Rp.2,04. Kemudian
pada BEP sales dan unitnya masing-masing sebesar Rp.12.040.249,- dan
555 kg. dari hasil perhitungan tersebut pada usaha Sumber Makmur ini
layak untuk dijalankan karena sangat menguntungkan.
6. Faktor pendukung usaha pembesaran ikan nila yaitu: ketersediaan air yang
melimpah, kualitas air Waduk Lahor yang baik, dapat perhatian dari
pemerintah daerah, sudah adanya pembukuan dari setiap pengeluaran dan
pemasukan usaha.
7. Faktor penghambat usaha pembesaran ikan nila yaitu: jauh dari keramaian,
kurangnya tempat bagi para pemancing, belum adanya pekerja pembantu
tetap.
61. 61
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai bahan masukan bagi perkembangan
usaha berdasarkan hasil dari Praktek Kerja Lapang di Sumber Makmur antara
lain:
1. Segera dibuatkan tempat yang memanjakan para pemancing, sehingga para
pemancing dapat merasakan kepuasan dan menimbulkan rasa ketagihan
untuk terus berdatangan.
2. Menyediakan tempat sampah sendiri sehingga konsumen yang datang
tidak membuang sampah pada kolam.
3. Membuat kolam pembenihan sendiri, sehingga tidak hanya terdiri usaha
pembesaran saja namun juga pembenihan yang nantinya dapat menambah
keuntungan usaha.
62. 62
DAFTAR PUSTAKA
Cannon, josseph, et all. 2008. Pemasaran Dasar edisi 16. Salemba Empat.
Jakarta.
Dharma, Surya. 2008. Pengolahan dan Analisis Data Penelitiaan. Direktorat
Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Kelayakan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta.
Khairul Amri dan Khairuman. 2006. Budi daya Ikan Nila Secara Intensif. PT
Agromedia Pustaka.
Koentjaraningrat, 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. P.T Gramedia.
Jakarta.
Kordi, H dan Ghufran, M. 2010. Pemeliharaan Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal.
Yogyakarta: Lily Publisher.
Kordi, H. dan Ghufran, M. 2013. Budidaya Nila Unggul. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Kotler. Philips. 1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I. PT.
Prehallindo. Jakarta
Made L. Nurjana, Indonesia Aquaculture Development, RCA International
Workshop on Innovative Technologies for Echo-Friendly Fish Farm
Management and Production of Safe Aquaculture Foods, Bali, Dec. 4-8,
2006.
Mahatama, E dan Farid, M. 2013. Daya Saing Dan Saluran Pemasaran Rumput
Laut: Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Moleong, J, Lexy. 1988. Metodologi penelitian Kualitatif. Rosda Karya. Bandung.
Murtidjo, B.A. 1997. Budidaya Kakap dalam Tambak dan Keramba. Yogyakarta:
Kanisius. Hal 11.
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2009. Metodologi Penelitian Cetakan ke 10.
Bumi Aksara. Jakarta. 83 hlm.
Nawawi, H. 1983. Metodologi Penelitian Sosial. Gajah Mada University press.
Yogyakarta.
Primyastanto, M, dan Istikharoh. 2003. Aplikasi Evaluasi Proyek dalam Aspek
Studi Kelayakan (Usaha Pembesaran Ikan Gurami). Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang
63. 63
Primyastanto, M. dan Tjahjono, A. 2005. Buku Panduan Evaluasi Proyek.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang
Primyastanto, M. 2009. Buku Ajar Evaluasi Proyek Usaha edisi 2009/2010.
Laboratorium Terpadu Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Brawijaya.
Malang
Primyastanto. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. Universitas Brawijaya
Press. Malang.
Rahardi, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 1997. Agribisnis Perikanan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE
Riyanto,B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogakarta
Soekartawi. 1993. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT Rajawali Press. Jakarta
Suryanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Penebar
Swadaya. Bogor.
Suyanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar
Swadaya. Jakarta.
64. 64
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Peta Desa Karangkates
DUKUH BANDUNG DESA
PETA DESA KARANGKATES
DESA SELOREJO
KEC. SELOREJO
KEC. KALIPARE
DUKUH KARANGKATES
LOKASI PKL
65. 65
LAMPIRAN 2
a) Rincian Modal Investasi Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber
Makmur
No. Jenis Investasi Jumlah Harga
(Rp/Unit)
Harga
Total (Rp)
Sumber
modal
1. Drum 30 buah 115.000 3.450.000 Sendiri
2. Bambu 50 batang 25.000 1.250.000 Sendiri
3. Paku 20 buah 13.000 260.000 Sendiri
4. Tali Karet 50 buah 2.000 100.000 Sendiri
5. Usuk Jati 56 batang 40.000 2.240.000 Sendiri
6. Rumah Jaga 1 buah 6.500.000 6.500.000 Sendiri
7. Jaring 100 meter 40.000 4.000.000 Sendiri
8. Timbangan 1 buah 150.000 150.000 Sendiri
9. Jala 1 buah 350.000 350.000 Sendiri
10. Perahu 2 buah 1.500.000 3.000.000 Sendiri
11. Kawat 60 buah 12.000 720.000 Sendiri
12. Topi 2 buah 8.750 17.500 Sendiri
13. Cangkul 2 buah 45.000 90.000 Sendiri
14. Diesel 1 buah 2.000.000 2.000.000 Sumbangan
15. Ember 3 buah 15.000 45.000 Sendiri
16. Lampu 300
watt
2 buah 350.000 700.000 Sendiri
Total 24.872.500
Sumber: Data primer diolah, 2014
66. 66
b) Rincian Penyusutan Modal Investasi Pada Usaha Pembesaran Ikan
Nila Sumber Makmur
No. Item Harga Total
(Rp)
Umur Teknis
(Thn)
Penyusutan
(Rp/Thn)
1. Drum 3.450.000 8 431.250
2. Bambu 1.250.000 3 416.666
3. Paku 260.000 3 86.666
4. Tali Karet 100.000 1 100.000
5. Usuk Jati 2.240.000 6 373.333
6. Rumah Jaga 6.500.000 10 650.000
7. Jaring 4.000.000 6 666.666
8. Timbangan 150.000 2 75.000
9. Jala 350.000 3 116.666
10. Perahu 3.000.000 8 600.000
11. Kawat 720.000 3 240.000
12. Topi 17.500 1 17.500
13. Cangkul 90.000 10 9.000
14. Diesel 2.000.000 10 200.000
15. Ember 21.000 1 21.000
16. Lampu 300 watt 700.000 4 175.000
Total 4.178.747
Sumber: Data primer diolah, 2014
c) Biaya Tetap (Fixed Cost) Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila Sumber
Makmur
No. Jenis Biaya tetap Nilai (Rp)
1. Penyusutan 4.178.747
2. Perawatan 1.000.000
Total 5.178.747
Sumber: Data primer diolah, 2014
67. 67
d) Biaya Variabel (Variable Cost) Pada Usaha Pembesaran Ikan Nila
Sumber Makmur
No. Jenis Biaya Variabel Jumlah Harga per
unit (Rp)
Total
Harga (Rp)
1. Benih 500.000 ekor 35 17.500.000
2. Pupuk 25 kg 2.000 50.000
3. Konsumsi kuli 14 hari 5.000 700.000
4. Bekatul 5 sak 130.000 650.000
5. Pellet 25 sak 280.000 7.068.000
6. Perlengkapan Rumah Jaga 1 bulan 1.750.000 1.750.000
7. Listrik 1 bulan 100.000 100.000
8. Telepon 1 bulan 50.000 50.000
9. Gaji Kuli (14 hari) 3 orang 50.000/hari 2.100.000
Total 29.968.000
Sumber: Data primer diolah, 2014
e) Total Biaya (TC)
No. Jenis biaya Nilai (Rp)
1. Biaya tetap 5.178.747
2. Biaya variabel 29.968.000
Total 35.146.747
Sumber: Data primer diolah, 2014
68. 68
LAMPIRAN 3
Perhitungan Finansial
Bulan Ikan Terjual
(Kg)
Harga jual
per kilo
Penerimaan (Rp) Ikan Terjual
(ekor)
Januari 63.5 16.000 1.016.000 317
Februari 193.5 16.000 3.096.000 968
Maret 260.8 16.000 4.172.800 1304
April 516.6 16.000 8.265.600 2583
Mei 591.4 16.000 9.462.400 2958
Juni 469.7 16.000 7.515.200 2348
Juli 594.6 16.000 9.513.600 2974
Agustus 715.3 16.000 11.444.800 3577
September 419.9 16.000 6.718.400 2099
Oktober 198.1 16.000 3.169.600 990
November 177.3 16.000 2.836.800 886
Desember 292.7 16.000 4.683.200 1463
TOTAL 4.493.4 71.894.400 22.467
Sumber: Data primer diolah, 2014
a) Penerimaan (TR)
Produksi ikan nila pada tahun 2013 dengan pengeluaran ikan sebanyak
4.493,4 kg, harga per kilo nya Rp.16.000,- kemudian ikan yang terjual
sebanyak 22.467 ekor. Maka total penerimaannya dalam satu tahunnya
yaitu: Rp.71.894.400,-
69. 69
b) Keuntungan (π)
Keuntungan (π) = Penerimaan (TR) – Biaya Total (TC)
= (Rp.71.894.400,-) ─ (Rp.35.146.747,-)
= Rp.36.747.653,-
c) Revenue Cost Ratio (RC Ratio)
RC Ratio =
TR
TC
=
Rp.71.894.400,−
Rp.35.146.747,−
= 2,04
d) Rentabilitas Usaha
Rentabilitas =
L
M
x 100 %
=
Rp.36.747.653,−
Rp.35.146.747,−
x 100%
= 104 %
e) Break Even Point
BEP(s) =
FC
1−
VC
S
=
Rp.5.178.747.−
1−
Rp.29.968.000,−
Rp.71.894.400,−
=
Rp.5.178.747.−
1−0,41
=
Rp.7.103.747.−
0,59
= Rp.12.040.249,-
70. 70
BEP(Q) =
FC
P−V
=
Rp.5.178.747.−
Rp.16.000 –Rp.6.669,−
=
Rp.5.178.747.−
Rp.9.331,−
= 555 Kg