SlideShare a Scribd company logo
MENTORING-45
(PENGANTAR DOGMATIKA)
BMF collections - 2015
i | P a g e
Table of Contents
PENDAHULUAN........................................................................................................ iii
PENGANTAR DOGMATIKA ........................................................................................ 1
DOGMATIKA: FUNGSI, METODE & PERKEMBANGANNYA........................................ 4
DOGMATIKA............................................................................................................ 20
Dogmatika Masa Kini [Soft Cover] .................................................................... 24
PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIK ........................................................................ 27
APA ITU TEOLOGI ?................................................................................................. 87
Pendahuluan Teologi Biblika PB ............................................................................. 89
Kontras antara Teologi Biblika dan Teologi Sistematika ........................... 91
Sejarah Teologi PB .................................................................................................. 93
Teologi Yohanes (Pengantar).................................................................................. 97
3. Penulis II Yohanes......................................................................................... 102
c. Alamat Pengirim dan yang Dituju................................................................ 102
5. Penulis Kitab Wahyu:.................................................................................... 103
TEOLOGI SINOPTIC................................................................................................ 105
Teologi Kisah Para Rasul ....................................................................................... 125
Introduksi Teologi Paulus...................................................................................... 129
SURAT-SURAT PAULUS............................................................................. 131
Teologi Paulus Tentang Allah................................................................................ 132
Teologi Paulus Tentang Kristus............................................................................. 134
Teologi Paulus Tentang Roh Kudus....................................................................... 135
Hamartologi Paulus............................................................................................... 136
Soteriologi Paulus ................................................................................................. 137
Teologi Paulus Tentang Gereja............................................................................. 139
Eskatologi Paulus....................................................................................... 140
Teologi Yakobus.................................................................................................... 142
Teologi Yakobus.................................................................................................... 144
ii | P a g e
Teologi Ibrani.........................................................................................................146
2. Waktu Penulisan ............................................................................................148
3. Alamat Penulis dan yang Dituju: Paulus menulis dari Italia untuk
sekelompok orang Yahudi.................................................................................149
4. Tujuan Penulisan ...........................................................................................149
6. Thema Surat Ibrani: ―Yakin di dalam Kristus‖............................................149
7. Karakteristik Surat Ibrani...............................................................................149
Doktrin-Doktrin Ibrani...........................................................................................149
Pengantar Teologi Petrus......................................................................................153
Pengantar II Petrus................................................................................................154
Teologi Petrus........................................................................................................157
Teologi Yudas (Pengantar) ....................................................................................161
Teologi Yudas (Doktrin).........................................................................................162
Teologi Yohanes (Pembahasan) ............................................................................164
Daftar Pertanyaan Diskusi Teologi PB2.................................................................177
PENUTUP...............................................................................................................179
iii | P a g e
PENDAHULUAN
Istilah dogmatika berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya
dogmatika. Kata-kata ini mula-mula berarti:
1. Pandangan/pendapat.
2. Ajaran filsafat atau buah pikiran filsuf.
3. Keputusan/ketetapan, perintah.
4. Dekrit dari pihak pemerintah atau penguasa.
R. Soedarmo mendefinisikan dogma sebagai: hasil penyelidikan
orang percaya tentang firman Tuhan yang ditentukan oleh gereja dan
diperintahkan untuk dipercayai.
Bahan-bahan di sini diambil sebagian besar dari
http://sabdaabadi.blogspot.com/
Koleksi ini mengumpulkan bahan-bahan untuk dipelajari lebih lanjut. Bukan
kesimpulan tertutup, melainkan suatu bahan terbuka untuk kita kaji.
Tuhan Yesus memberkati.
BMF collections - 2015
iv | P a g e
1 |PENGANTAR DOGMATIKA
PENGANTAR DOGMATIKA
(DR. RUBIN ADI ABRAHAM)
1. NAMA
1. Dogmatika. Istilah ini pertama kali digunakan oleh L. Fr.
Reinhart pada abad ke 17.
2. Iman Kristen/Ajaran Iman Kristen. Istilah ini digunakan oleh
teolog Jerman S.J. Baumgarten dan F.D.E. Schleiermacher pada
abad ke 18.
3. Teologi sistematika, khususnya dipergunakan oleh para teolog
yang berasal dari Inggris seperti Ch. Hodge, L Berkhof, A.H. Strong,
dll.
2. TEMPAT DOGMATIKA DALAM ILMU THEOLOGI
Di dalam ilmu theologi (theos = Allah, logos = ajaran), dogmatika
ditempatkan dalam vak Teologi Sistematika. Ilmu teologi terbagi atas
5 vak :
1. Teologi Biblika (eksegetis), menyelidiki apa yang tertulis
dalam Alkitab. Termasuk dalam vak ini, misalnya: Pengantar PL/PB,
teologi PL/PB, tafsiran, hermeneutika, bahasa.
2. Teologi Historika, menyelidiki sejarah umat Allah dalam
Alkitab dan gereja Sejas zaman Kristus. Termasuk di dalamnya:
sejarah Alkitab, sejarah gereja, sejarah pekabaran Injil, sejarah
ajaran dan sejarah pengakuan iman.
3. Teologi Sistematika, menyelidiki apa yang menjadi
pokok-pokok kepercayaan Alkitab, bagaimana hidup sesuai
dengan kepercayaan tersebut. Yang tergolong vak ini
adalah dogmatika, etika, apologetika.
4. Teologi Praktika, membahas penerapan pokok-pokok teologi
dalam kehidupan praktis untuk pembinaan dan pelayanan, meliputi:
2 |PENGANTAR DOGMATIKA
homiletika, pendidikan agama Kristen (PAK), penginjilan,
administrasi gereja, dll.
5. Teologi Religi, untuk menyelidiki agama-agama di luar
kekristenan, misalnya: Islamologi, Hindu, Budha, dari sudut
pandang teologi Kristen yang alkitabiah.
3. DOGMA: Istilah dan Defininya
Istilah dogmatika berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya
dogmatika. Kata-kata ini mula-mula berarti:
5. Pandangan/pendapat.
6. Ajaran filsafat atau buah pikiran filsuf.
7. Keputusan/ketetapan, perintah.
8. Dekrit dari pihak pemerintah atau penguasa.
Di dalam Perjanjian Baru kita melihat penggunaan kata dogma
dalam arti sebagai berikut:
1. Dekrit Kaisar (Luk 2:1, Kis 17:7)
2. Ketetapan, ketentuan Hukum Taurat (Ef 2:15, Kol 2:14)
3. Keputusan yang diambil oleh sidang para rasul dan penatua di
kota Yerusalem (Kis 16:4, 15:1-2, 19-20 keputusan yang diambil ialah
hal-hal yang menyangkut moral dan upacara keagamaan)
Selanjutnya sesudah abad 11 Masehi, Dogma dipahami sebagai
pengajaran yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus atau sebagai
exposisi/penjelasan Injil/ ekxposisi dari kebenaran-kebenaran berita
Injil. Hal itu jelas sekali dari ungkapan-ungkapan yang sering
muncul pada zaman itu seperti: “Dogma Injil”, “Dogma Tuhan”. Di
sini kata dogma akhirnya sampai pada pengertian yang kita kenal
sekarang ini sebagai “Rumusan kepercayaan gereja Kristen”. Jadi
dogmatika ada sangkut pautnya dengan isi pengakuan iman gereja.
R. Soedarmo mendefinisikan dogma sebagai: hasil penyelidikan
orang percaya tentang firman Tuhan yang ditentukan oleh gereja dan
diperintahkan untuk dipercayai.
3 |PENGANTAR DOGMATIKA
Dari rumusan itu kita melihat tiga unsur tentang dogma:
1. Hasil penyelidikan.
2. Firman Tuhan sebagai dasar. Gereja Roma Katholik
memandang “tradisi” (ajaran para rasul atau bapa gereja yang tidak
tertulis dalam Alkitab) juga sebagai dasar.
3. Yang menentukan dogma adalah gereja, bukan ahli
teologia,dll.
Dogma tidak sama dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan merupakan
sumber dogma dan karena itu maka dogma harus terus menerus
dikontrol oleh Firman Tuhan sebab jika tak sesuai dengan Firman
Tuhan dogma itu perlu diubah. Jadi dogma sifatnya relatif, tidak
mutlak. Kebenaran dogma tergantung kepada sesuai tidaknya
dengan Firman Allah.
4. TUGAS DOGMATIKA
Dogmatika adalah kegiatan dari ilmu teología yang bertugas untuk:
1. Menyelidiki dan membuktikan apakah dogma-dogma Gereja
sesuai atau tidak dengan Firman Tuhan.
2. Merumuskan pengertian-pengertian pokok di dalam Alkitab
misalnya tentang Allah, Yesus Kristus, Keselamatan, Manusia, Roh
Kudus, dll. Dengan demikian obyek perhatian Dogmatika bukan
melulu dogma-dogma gereja saja.
3. Menanggapi dan menyanggah ajaran-ajaran atau pandangan
dari luar kekristenan.
5. PENTINGNYA DOGMATIKA
1. Memberikan peganganyang kokoh dan jelas kepada jemaat
sehingga dia tidak mudah tersesat ataupun disesatkan (1 Tim 4:1-16,
2 Ptr 3:17-18)
2. Dengan berdogmatika maka gereja bersikap mawas diri
terhadap apa yang diberikannya agar supaya pemberitaannya tidak
menyimpang.
6. METODE/CARA KERJA DOGMATIKA
4 |PENGANTAR DOGMATIKA
1. Kita menggunakan Alkitab sebagai ukuran.
2. Dengan memperhatikan Pengakuan Iman (Sahadat), serta
pandangan reformator dan para teolog yang telah dirumuskan.
Misalnya: Pengakuan Iman Rasuli (abad IV), pengakuan iman Nicea,
katekismus Heidelberg (disusun oleh Ursinus, lalu oleh Olevinus).
Catatan: Dogma yang tertua ialah “Yesus Kristus adalah Tuhan”.
Dalam hal ini dogmatik perlu dibantu oleh disiplin ilmu teologia
lainnya seperti ilmu tafsir, teologia alkitabiah, sehingga penafsiran
untuk perumusan dogmatika itu bersifat: EXEGESE = membiarkan
Alkitab dipakai untuk menunjang pendapat kita. Kita harus
menghindari BIBLISISME, yakni pandangan yang mengutip ayat-
ayat Alkitab secara sembarangan atau hanya melihat makna harafiah
saja dalam Alkitab. Biblisisme ini biasanya hanya memperhatikan
apa yang tersurat tapi mengabaikan apa yang tersirat dalam Alkitab.,
walaupun memang ada ayat-ayat yang dapat dimengerti secara
mudah dari apa yang tersurat.
http://dasarkokoh.blogspot.com/2009/05/pengantar-
dogmatika.html
DOGMATIKA: FUNGSI, METODE & PERKEMBANGANNYA
00. Pengantar
Tulisan ini bukan sekedar pemenuhan penulisan makalah untuk
seleksi dosen di Fakultas Teologi, UKIM. Tapi jauh dari pada itu,
sebetulnya memperlihatkan keseriusan penulis dalam memahami
bidang dogmatika sebagai minat teologi yang harus diberi perhatian
khusus. Paling kurang ada dua alasan untuk itu; pertama, acapkali
ada pra-anggapan mengenai bidang ini yang cenderung kaku dan
tidak boleh di otak-atik lagi sebab sudah pasti dan mutlak (baca:
telah menjadi dogma). Hal ini mengakibatkan dogmatika seringkali
dilihat sebagai bidang teologi yang mandeg dan statis. Padahal jauh
dari pada itu, dogmatika adalah bidang teologi yang dinamis tetapi
juga kritis dan mengalami berbagai penyesuaian sana sini; kedua,
5 |PENGANTAR DOGMATIKA
kontekstualisasi yang menjadi paradigma berteologi seakan menjadi
imperatif bagi dogmatika untuk melakukan kritik dirinya sembari
tetap menjaga aspek kekhasan iman Kristen ditengah-tengah
perjumpaan teologi dengan berbagai disiplin ilmu lain sebagai mitra
dialog. Sebab memang pertanyaan mendasar adalah bagaimana
Firman Tuhan dalam konteks kekinian digumuli? Mampukah
dogmatika dibebaskan dari cap Baratnya dan lalu sungguh-sungguh
merupakan dogmatika yang kontekstual dimana gereja itu ada dalam
menanggapi Firman Allah itu (khususnya di Indonesia bahkan
Maluku).
Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud memperlihatkan fungsi,
metode dan juga perkembangan ilmu dogmatika sebagai bagian dari
pergumulan teologi (baca: gereja) yang tetap memperlihatkan aspek
ajaran iman sebagai doktrin yang jelas, kritis, dinamis, bahkan pasti
untuk menjadi dogma bagi gereja dari masa ke masa. Ada baiknya
didahului dengan memahami apa itu dogmatika.
01. Apa Itu Dogmatika
Dogmatika tidak bisa dilepaskan dari dogma, karenanya dalam
mengartikannya kita harus lebih dulu memahami apa itu dogma.
Menurut Hendrikus Berkhof dalam bukunya “introduction to the
study of dogmatics” menguraikan bahwa setiap kata yang diakhiri
dengan ics (dogmatics) mengarah kepada penjelasan kata
sebelumnya yaitu dogma. Lanjutnya ics menunjuk kepada sebuah
kegiatan ilmiah. Karenanya dengan sederhana ia menyimpulkan
dogmatika sebagai studi ilmiah tentang dogma.
Dalam kamus Yunani-Belanda sebagaimana yang dikutip Jongeneel,
kata dogma berarti pendapat, asaz, keputusan, perintah, atau
hukuman. Bahkan kata ini juga dipakai dalam artian sebagai
peraturan. Dengan mengacu pada kata dogma yang sering dipakai
dalam Perjanjian Baru, dogma mempunyai arti sebagai berikut:
ketetapan, perintah dari Kaisar atau raja (Lukas 2:1; Kis.17:7; Ibrani
11:23); perintah hukum, ketentuan hukum, yang berasal dari Musa
(Efesus 2:15; Kolose 2:14) dan keputusan Kristen (Kisah 16:4).
6 |PENGANTAR DOGMATIKA
Menurut Herman Bavinck sebagaimana yang dikutip Yewangoe
menguraikan bahwa dogma berasal dari kata Yunani dokein, yang
mengacu pada apa yang ditetapkan, yang diputuskan, dan karena itu
pasti. Pemakaian istilah dogma mengajarkan kepada kita bahwa
terdapat berbagai perintah, keputusan, kebenaran, dalil, aturan
kehidupan yang bisa diacu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Lukas
(dalam Kis.16:4) dimana para rasul (Paulus dan Silas) selalu
menyampaikan dogma yang berupa keputusan-keputusan yang
diambil oleh para Rasul dan para Penatua di Jerusalem dengan
pesan supaya jemaat menurutinya. Keputusan itu menyangkut baik
“ajaran Kristen” maupun “kehidupan Kristen”
Menurut Yawangoe istilah dogma mengandung empat makna,
diantaranya; pertama, secara umum terkandung di dalamnya
pengertian bahwa ada sesuatu yang pasti dan yang berada di atas;
kedua, dogma mengandung di dalamnya unsur sosial. Dogma
berwatak menentukan maka dengan sendirinya ia akan diakui dalam
suatu lingkungan tertentu. Pengertian dogma mengasumsikan bahwa
kekuasaan (baca: kewibawaan) yang menghasilkan mesti juga
mampu untuk mengakui dan mempertahankannya; ketiga, istilah ini
mengajarkan kita bahwa senantiasa ada dua unsur yang terkait satu
sama lain, yaitu kewibawaan Allah dan pengakuan iman gereja.
Olehnya tugas ahli dogmatika adalah menjamin bagaimana kedua
unsur ini dikaitkan satu sama lain; dan keempat, dogma juga berarti
luas sekali. Ia kadang-kadang mengacu pada seluruh ajaran dan akta
agama Kristen, termasuk di dalamnya upacara-upacara dan ritus-
ritus. Dogma juga tidak saja mengacu pada ajaran-ajaran tetapi juga
pada kebenaran etis.
Bagaimana dengan dogmatika? Dogmatika pada mulanya adalah
sebuah ajektif guna melukiskan pengertian utama teologi. Bahkan
pernah pula diartikan sebagai ajaran tentang Allah, tetapi segera
mendapat banyak kritikan sebab solah-olah Allah bisa saja dijadikan
sebagai objek percakapan dan pembahasan. Banyak ahli dogmatika
berpendapat, bahwa ketimbang Allah sebagai objek, maka isi
kepercayaanlah yang mestinya merupakan titik perhatian kita. R.
7 |PENGANTAR DOGMATIKA
Soedarmo dalam bukunya “Ikhtisar Dogmatika” mengartikan
dogmatika sebagai ilmu teologi yang menyelidiki dan merumuskan
hal-hal yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan yang mencari kesatuan
dari hal-hal tersebut. Bahkan lebih jauh Gerald O’collins
mengartikan dogmatika sebagai pengujian dan penampilan secara
koheren dan sistematis semua ajaran Kristen yang meliputi Trinitas,
Inkarnasi, Penebusan, dosa, anugerah, gereja, sakramen, eskatologis
dan seterusnya. Semuanya harus dilakukan dalam terang iman.
Olehnya dogmatika harus dikerjakan oleh orang percaya.
Aspek lain yang penting juga adalah dogmatika dilihat sebagai
bersifat gerejawi. Hal ini terlihat jelas dalam karya Karl Barth
“Kirchliche dogmatik” (dogmatika gerejawi). Dengan demikian
dogmatika haruslah merefleksikan iman jemaat. Namun tidak berarti
dogmatika menolak upaya-upaya penyelidikan, penelitian,
pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran kritis, maupun konstruktif.
Dogmatika justru mendorong ke arah itu.
02. Fungsi Dogmatika
Dogmatika pada dasarnya mempunyai dua fungsi, yakni reproduktif-
tradisional dan produktif-kontekstual. Keduanya tidak bisa dilihat
secara terpisah atau berdiri sendiri-sendiri, tapi kedua fungsi ini
saling melengkapi dan mengoreksi.
a. Fungsi Reproduktif – Tradisional
Fungsi ini memperlihatkan tugas dogmatika yang mempunyai tugas
memadukan tafsiran Alkitab dan penjelasan dogma-dogma
kegerejaan. Kumpulan kitab-kitab Alkitab dan keputusan-keputusan
serta pengakuan-pengakuan tertentu dari Gereja Purba yang hingga
kini masih menjadi dasar pemikiran dogmatis bagi gereja-gereja di
seluruh dunia.
Fungsi ini sebetulnya memperlihatkan dua kesalahpahaman yang
perlu diluruskan dari tugas dogmatika. Pertama, orang sering
mengatakan bahwa mengerjakan dogmatika berarti menyajikan saja
bahan-bahan dari sejarah gereja atau sejarah dogma yang sudah ada
kemudian menyusunnya secara aktual. Pandangan ini sebetulnya
keliru, sebab jika demikian adanya berarti tugas dogmatika hanyalah
8 |PENGANTAR DOGMATIKA
sebatas menyediakan informasi historis saja. Kedua, mengerjakan
dogmatika berarti mengulangi pernyataan Alkitab dan menyusunnya
dengan jelas menurut topik-topik pemikiran dogmatis, misalnya
pokok tentang manusia, dosa, iman, penyataan, Yesus Kristus, dll.
Padahal tugas dogmatika tidak harus dipersempit menjadi tugas
katalogisasi Alkitab dan sejarah dogma mengenai pernyataan-
pernyataan yang terdapat didalamnya. Memang benar dalam fungsi
ini cukup dibatasi pada tugas katalokisasi bagi penjelasan dogma-
dogma gereja dalam hubungannya dengan teratur. Namun dalam
upaya yang dirumuskan oleh gereja itu, jika pendapat-pendapat
teologis dapat pula didiskusikan. Sebab memang dalam
Protestantisme misalnya dogmatika tidak sekedar merupakan
metode deskriptif saja, melainkan mencari dan menemukan
pernyataan-pernyataan yang normatif.
Sebagai contoh dari pengembangan fungsi reproduktif-tradisional ini
sebetulnya nampak dalam karya dogmatis yang ditampilkan oleh
Harun Hadiwijono dalam buku “Iman Kristen” dan R. Soedarmo
dalam bukunya “Ikhtisar Dogmatik”. Kedua pikiran dogmatis yang
dituangkan dalam buku mereka kesannya sangat kuat menampilkan
fungsi dogmatis yang reproduktif-tradisional. Hal ini nampak jelas
dalam pikiran mereka yang terkesan teosentris. Jongeneel menyebut
kedua pikiran dogmatis ini sebagai gaya berteologi dogmatis yang
memberi penekanan ajaran iman Kristen “dari atas” atau sangat
deduktif. Penjelasan-penjelasan dogmatis masih terkesan terikat
pada pembagian yang lazim digunakan, bahkan aspek konteks
kurang diperhatikan. Seakan-akan dogma adalah sesuatu yang
ditentukan oleh gereja dan diperintahkan untuk dipercaya dan
dogmatika hanyalah rumusan-rumusan yang dinyatakan dalam Kitab
Suci dan hanya mencari kesatuan dari pokok-pokok itu (nampak
dalam R. Soedarmo). Memang Harun Hadiwijono turut memberi
perhatian terhadap agama-agama lain, namun harus diakui bahwa
dialog serius dengan pandangan dogmatis agama-agama lain tidak
nampak disana. Pemikirannya tetap menguraikan apa makna iman
9 |PENGANTAR DOGMATIKA
Kristen yang mengacu pada isi iman Kristen itu sendiri, imann yang
dipercaya atau ada pada ajaran iman.
b. Fungsi Produktif – Kontekstual
Hal terpenting dari fungsi ini adalah dogmatika harus terus menerus
menginter-pertasikan Alkitab dan dogma secara baru. Mengapa?
Sebab fungsi ini melihat begitu pentingnya hubungan dogmatika
dengan situasi dan kondisi kekinian. Dogmatika tidak lalu serta
merta tiggal dalam pretimbangan-pertimbangan historis saja,
berbagai keputusan-keputusan juga pengakuan-pengakuan dari
sejarah gereja dan sejarah dogma membutuhkan proses
penterjemahannya kebenarannya ke dalam situasi yang kini.
Kekinian menuntut dogmatika untuk memberi ruang kepada upaya
pemahamana iman gereja secara baru dan kontekstual.
Dieter Becker menegaskan bahwa dalam fungsi ini dogmatika
menampakan suatu konsensus tentang isi pemberitaan atau
kesadaran gereja akan konteksnya. Dogmatika bukanlah sesuatu
yang ditetapkan selama-lamanya dan berlaku mutlak dan tidak perlu
di otak-atik. Ia harus diberi bobot yang istimewa, maksudnya
dogmatika tidak hanya menerima suatu dogma masa lampau dan
menerangkannya dalam konteks masa kini, melainkan jauh dari pada
itu dogmatika haruslah dikembangkan secara kritis. Sehingga
sekaligus dari fungsi ini dogmatika menawarkan berbagai formulasi
dogma yang sesuai dengan situasi dimana gereja merespon Allah itu
atau situasi dimana ajaran tentang iman itu bertumbuh.
Beberapa contoh konkrit perkembangan studi dogmatika yang
mengembangkan fungsi ini antara lain telah menjadi model
perkembangan studi-studi dogmatis pada sekolah-sekolah teologi di
Indonesia. Mata-mata kuliah dogmatis tidak hanya menguraikan
berbagai pokok ajaran iman Kristen dengan teratur dan sistematis
seperti Allah, Trinitas, Iman, Penyataan, Penciptaan, Kristologi, dll.,
dengan hanya bertumpuh pada dasar Alkitabiah dan sejarah dogma
gereja masa lampau, namun kebutuhan untuk melihat relevansi
pokok-pokok itu dalam konteks kekinian adalah dialog menarik yang
10 |PENGANTAR DOGMATIKA
akhir-akhir ini berkembang pesat dimana-mana. Bahkan beberapa
gereja di Indonesia sudah secara kritis mengembangkan dogma
gereja mereka dengan malakukan dialog yang kritis dengan konteks
sehingga melahirkan pengakuan-pengakuan iman yang kontekstual
dalam pergumulan dogmatis gereja.
Upaya sistematis serupa sebetulnya nampak jelas pula pada karya
Dieter Becker dalam bukunya “pedoman dogmatika” yang telah
memperhitungkan upaya-upaya kontekstualisasi, dengan tetap
memperhatikan pendasaran-pendasaran Alkitabiah dan sejarah
dogma gereja masa lampau. Dialog antara pokok-pokok itu dengan
konteks sebetulnya memperlihatkan keseriusan Becker dalam
memberikan tanggapan dogmatis yang kontekstual. Sehingga dogma
tidak hanya berfungsi secara reproduktif-tradisional saja seperti yang
dijelaskan sebelumnya.
03. Metode Dogmatika
Ada beberapa metode dogmatika yang diulas oleh Jongeneel dalam
bukunya “Pembimbing ke Dalam Dogmatika Kristen”, diantaranya:
a. Metode Deduktif
Metode ini seringpula disebut metode dogamtis, sebab bertolak dari
dogmata = aksioma-aksioma tertentu dan yang menarik kesimpulan-
kesimpulan logis dari dogmata tersebut. Metode ini merupakan
metode dogmatik klasik. Metode ini bertolak dari kepercayaan
kepada Allah (teosentris) dan yang pada akhir zaman berbicara
kepada kita melalui perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:1), dan
menurunkan dari situ kebenaran-kebenaran yang kekal dan berlaku
universal, yang mempunyai karakter yang mutlak.
Menurut Jongeneel, beberapa teolog seperti O. Weber juga W.
Pannenberg banyak berbicara mengenai pokok iman Kristen yang
cukup menampakan cara deduktif yaitu “dari atas” yaitu ajaran iman
Kristen yang dimulai dari suatu aksioma Allah (yang “dia atas”) dan
menampakan diri dalam Yesus Kristus kepada manusia “di bawah”
yaitu bumi. Metode inipun nampak pula dalam buku dogmatika yang
dituliskan oleh R. Soedarmo dan Harun Hadiwijono. Struktur
11 |PENGANTAR DOGMATIKA
metode deduktif digambarkannya demikian:
1.Allah “di tempat yang maha tinggi” (Lukas 2:14) yaitu surga
2.Penyataan Allah dalam Yesus Kristus “pada akhir zaman ini (Ibrani
1:1), di bumi
3.Iman Kristen sebagai reaksi orang percaya di bumi atas penyataan
Allah dalam Yesus Kristus
4.Pengakuan iman Kristen di hadapan hadiran Allah dan sesama
manusia
5.Kemudian diturunkan kebenaran-kebenaran dalam bentuk
dogmatik atau ajaran iman Kristen.
b. Metode Induktif
Metode ini bertolak belakang dengan metode deduktif. Metode ini
mendasarkan pekerjaan ilmian yang menyelidiki hal-hal yang khusus
dan berdasarkan itu berusaha untuk mencapai rumusan umum yang
berlaku untuk semua hal yang khusus dari pokok yang sama itu.
Metode ini sebetulnya menjadi minat para ilmuan bahwa para teolog
modern yang beranggapan bahwa metode deduktif terlalu abstrak.
Sebab bukankan iman Kristen itu harus mengalami konkritisasi. Dan
upaya ini hanya bisa tercapai atau terjawab hanya apabila teologi
sistematika (baca dogmatika) itu dirumuskan “dari bawah” yaitu
manusia “di bumi” dan bukan dari Allah yang “di atas” atau “di
surga”.
Metode ini mendapat tanggapan positif dari Jongeneel sendiri, sebab
menurutnya dari situlah sebetulnya teologi itu dibangun. Teologi
yang relevan adalah teologi yang dari situasi masa kini, dimana
kehidupan manusia sedalam-dalamnya diselidiki, kemudian naik
kepada perumusan-perumusan dan ucapan-ucapan teologis yang
berlaku umum. Teologi haruslah bergerak “dari bawah” sebab dari
situlah manusia menerima injil yang “kekal” itu dalam berbagai
perumulan konteksnya yang mungkin pula sangat beragam dan
partikular.
c. Metode Korelasi
Metode ini sebelutnya pertama kali diperkenalkan oleh Paul Tillich
12 |PENGANTAR DOGMATIKA
yang mengembangkan tugas hermeneutik sebagai metode korelasi.
Metode ini dimulai dengan penggalian masalah pada situasi konkrit
“dari bawah”. Metode ini memperlihatkan sebuah upaya
menerangkan isi kepercayaan (baca: iman) Kristen melalui masalah-
masalah eksistensial yang rill dan mencari jawaban-jawaban teologis
yang saling berkaitan.
Tillich menyimpulklan problematik analisis situasi demikian: akal
budi manusia – keberadaan manusia – eksistensi manusia –
kehidupan manusia – sejarah manusia. jawaban konkrit yang
diberikan secara teologis dari Injil Yesus Kristus atas pertanyaan
masa kini itu diuraikan demikian: Wahyu – Allah – Kristus – Roh
Kudus – Kerajaan Allah. Hal ini memperlihatkan bahwa teologi
ternyata menjadi teologi yang menjawab persoalan-persoalan
eksistensial manusia itu dalam situasi konkritnya. Inilah yang
dimaksudkan oleh Tillich sebagai sebuah upaya korelasi antara
perhubungan injil yang “kekal” dengan kehidupan “sementara” di
bumi yang menunjukan sebuah perjuangan atau perjumpaan yang
tidak akan pernah selesai.
d. Metode Integrasi
Bagi Jongeneel metode ini dapat diberikan dalam menggambarkan
bidang dogmatika. Oleh karena injil Yesus Kristus tidak selalu
memberikan jawaban yang konkrit atas pertanyaan-pertanyaan
eksistensial manusia masa kini, sebagaimana yang digambarkan
dalam metode korelasi ala Tillich. Metode ini memiliki
keterhubungan demikian; dalam dogmatika atau ajaran iman Kristen
itu “diintegrasikan” unsur-unsur benar yang terdapat dalam, dan
diperjuangkan baik oleh ilmu, maupun filsafat ataupun agama-
agama bukan Kristen. Unsur-unsur yang dimaksudkan memang
selalu berkaitan dengan aspek relatif iman Kristen itu sendiri yang
menyangkut ekspresi, interpretasi ataupun aplikasi yang tergambar
dalam ajaran. Sebab memang kalau menyangkut aspek mutlak yaitu
inti sentral/Firman Tuhan, maka akan timbul bahaya sinkritisme.
Oleh karena itu tugas dogmatika adalah “mengintegrasikan” injil
13 |PENGANTAR DOGMATIKA
Yesus Kristus ke dalam kehidupan manusia dan masyarakat kita.
Metode ini bergerak dalam dua arah, yaitu pengintegrasian
kehidupan manusia dan masyarakat kita ke dalam Firman Allah dan
juga sebaliknya upaya pengintegrasian Firman Allah itu ke dalam
situasi aktual dan konkrit dalam kehidupan manusia dan
masyarakat, baik masa kini ataupun masa yang akan datang.
Pembagian metode ini sekaligus memperlihatkan dogmatika
merupakan bidang teologi yang berkembang dan dinamis dari masa
ke masa. Sehingga tidak menjadi statis atau tinggal dalam
pertimbangan-pertimbangan historis yang kaku dan mutlak itu.
metode-metode ini sebetulnya tidaklah memperlihatkan bahwa
perlunya mewajibkan atau memutlakkan pemakaian salah satu
model saja. Meskipun demikian, banyak teolog termasuk kalangan
gereja agaknya cenderung menjadikan model korelasi ataupun model
induktif sebagai upaya membangun teologi dogmatiknya. Namun itu
bukan berarti model ini menjadi lebih baik dari model-model
dogmatika yang lainnya. Sebab masih pula banyak gereja yang masih
mempertahankan berbagai ragam model tersebut.
Saya sendiri lebih memilih metode korelasi dalam membangun
dogmatika, meskipun metode korelasi ala Tillich yang dimaksudkan
adalah sebuah upaya korelasi dengan mencari jawaban teologis
terhadap persoalan-persoalan eksistensial yang dihadapi manusia
dan masyarakat pada konteks kekinian. Tetapi soal-soal eksistensial
sangat berhubungan sekali dengan filsafat. Tetapi paling tidak kita
bisa memaklumi pemikiran Tillich dalam konteks pengaruh
pemikiran filsafat yang merajai dunia pemikiran saat itu termasuk
teologi.
Model korelasi sebetulnya menampilkan sebuah upaya dialog yang
kritis dan juga transformatif dalam membangun teologi. Dengan
menggeserkan persoalan-persoalan eksistensial yang tidak hanya
berurusan dengan filsafat (seperti yang dimaksudkan Tillich) kepada
keterbukaan untuk berdialog dengan ilmu-ilmu lain yang seharusnya
menjadi mitra dialog teologi akan benar-benar menjadikan
14 |PENGANTAR DOGMATIKA
dogmatika sebagai upaya berteologi yang benar-benar kontekstual.
GPM sebetulnya telah memberlakukan metode korelasi ini dalam
merumuskan ajaran-ajaran gerejanya, termasuk pokok-pokok
pengakuan imannya. Pembaharuan Teologi yang menjadi tema
sentral dalam gaya berteologi gereja, termasuk pula model-model
pembelajaran teologi di kampus telah memperlihatkan keseriusan
kita untuk mendialogkan Injil Suci itu dengan berbagai pergumulan
rill yang dihadapi umat dan masyarakat. Keterbukaan gereja kepada
ilmu-ilmu lain sebagai mitra dialog, turut memperlihatkan kuatnya
model korelasi ini dalam berbagai upaya kontekstualisasi dogmatika
yang akhir-akhir ini giat dilakukan oleh para ahli dogmatika maupun
GPM sendiri.
04. Perkembangan Studi Dogmatika Dari Masa ke Masa
Andreas A. Yewangoe memperlihatkan perkembangan studi
dogmatika dari masa ke masa, cenderung menampilkan berbagai
liku-liku yang turut menentukan studi itu sendiri. Bahkan ketika
istilah “dogma” dan “dogmatika” diperkenalkan dalam khazanah
gereja, bahkan menurutnya untuk waktu yang lampau dogmatika
biasanya dianggap sebagai “pusat” teologi. Sehingga ada anggapan
bahwa siapa yang mengajarkan dogmatika, seakan-akan ia
memegang “nafas” teologi. Namun seiring perkembangan dan
perubahan zaman, turut memberikan pembaharuan teologi, sehingga
kendati tetap penting tetapi tidak harus memiliki “keunggulan”
dibanding bidang-bidang teologi lainnya.
Studi dogmatika satu hal yang pasti adalah Allah tidak dapat menjadi
objek. Para ahli dogmatika berpendapat bahwa ketimbang Allah
sebagai objek, maka isi kepercayaanlah yang mestinya menjadi titik
perhatian kita. Pemikiran ini sebetulnya menggambarkan pemakaian
yang lazim digunakan di dataran Eropa, khususnya Jerman dan
Belanda yang sedikit banyaknya sangat mempengaruhi corak
dogmatis di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Hal terpenting
yang perlu digaris bawahi adalah studi dogmatika selalu dilihat
bersifat gerejawi. Hal ini nampak dalam Karl Barth yang sangat
15 |PENGANTAR DOGMATIKA
terkenal itu Kirchliche dogmatik” (dogmatika gerejawi). Dogmatika
dalam hal demikian harus pula merefleksikan iman jemaat. Kendati
demikian, tidak berarti bahwa studi dogmatika menolak upaya-upaya
penyelidikan, penelitian, pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran
kritis, maupun konstruktif. Malahan studi dogmatika mendorong ke
arah itu.
Menurut Yewangoe, jika kita membaca karya dogmatika yang selama
ini ditulis, terlihat bahwa ada dialog antara iman yang diwarisi orang
Kristen dengan filsafat. Para teolog, seperti H. Bavinck, John
Macquarrie bahkan Paul Tillich telah memperlihatkan studi
dogmatika yang tidak bisa terhindarkan dari pandangan-pandangan
filsafat yang muncul sebagai refleksi perkembangan berpikir di
dalam masyarakat dan pada saat yang sama pula ikut membentuk
perilaku masyarakat. Sehingga studi dogmatika berusaha
menempatkan warisan Kristen maupun pandangan filsafati dalam
suatu sistem yang bisa diteliti dan dipelajari.
Dalam disiplin ilmu teologi, dogmatika tergolong dalam teologi
sistematika. Meskipun ada pula teolog seperti F. Schleimacher yang
menggolongkan dogmatika dalam teologi sejarah, namun banyak ahli
dogmatika menyetujui penggolongan ini. Yang berdiri berdampingan
dengan etika. Biasanya dogmatika disebut sebagai credenda dan
etika sebagai agenda. Keduanya sangat berhubungan erat, menurut
H. Bavinck dogmatika menggambarkan perbuatan-perbuatan Allah
bagi, untuk dan di dalam manusia, sedangkan etika menggambarkan
perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia yang diperbaharui itu
atas dasar dan dengan kekuatan dari perbuatan Allah. Dalam
dogmatika manusia pasif, ia menerimanya dan mempercayainya,
sedangkan dalam etika mansuia itu sendiri tampil dan berbuat.
Dengan mengutip gagasan Gerhard Ebeling, Yewangoe
memperlihatkan sifat studi dari dogmatika, yaitu apakah bersifat
ajektif saja, yang berarti sesuatu yang formal, yang didaktik, atau
juga mengekspresikan objek yang diajarkan, yaitu dogma. Oleh
karena itu, dengan memperlihatkan keterhubungan antara “dogma”
dan “dogmatika” setidaknya memperlihatkan bahwa dogmatika
16 |PENGANTAR DOGMATIKA
sebagai the science of dogma. Menurutnya dogmatika pada mulanya
tidak mempranggapkan adanya suatu dogma yang dirumuskan
secara gerejawi dan otoritatif, tetapi dikaitkan secara kritis
dengannya. Olehnya sifat dogmatika harus menuntut klarifikasi dan
argumentasi khusus mengenai kandungan teologisnya. Relasi
“dogma” dan “dogmatika” bagi Ebeling, mengingatkan bahwa teologi
berurusan dengan Allah dan atas alasan itu dengan iman melalui
ajaran/doktrin. Tetapi yang dikatakan oleh iman Kristen bukanlah
sekedar ungkapan-ungkapan perasaan, melainkan juga mengemban
juga watak kebenaran yang mestinya bisa ditampialkan dan
didiskusikan secara publik. Hubungan ini memperlihatkan sebuah
penegasan untuk mempertanggungjawabkan relasi antara iman dan
akal, sehingga iman bukanlah sesuatu yang buta dan yang tidak bisa
dipikirkan. Dogmatika mendorong bagi terjadinya pemahaman
terhadap iman, dan menggali dalamnya kekayaan gagasan-gagasan
yang tidak habis-habisnya. Sehingga “dogma” dan “dogmatika” ingin
mengungkapkan bahwa ajaran mengenai iman adalah doktrin yang
jelas, tentu dan pasti.
Untuk konteks Indonesia, Yewangoe memperlihatkan kemajuan
studi dogmatika yang kian menjadikan kontekstualisasi sebagai
imperatif studi dogmatika. Meskipun studi dogmatika itu sendiri
sudah dimulai atau sama tuanya dengan sekolah-sekolah teologi yang
didirikan oleh gereja-gerjea. Namun tetap memperlihatkan kemajuan
ke arah yang lebih baik. Upaya untuk melepaskan dogmatika dari cab
ke-Barat-annya seakan kini menjadi pergumulan studi-studi
dogmatika yang makin menggeliat dimana-mana dengan tak
terbendung lagi. pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang diajukan
tidak lagi berhubungan dengan filsafat sebagaimana yang
berkembang di Eropa, tetapi bagaimana perjumpaan gereja dengan
agama-agama lain termasuk agama suku, realitas kemiskinan,
penindasan, pembangunan ataupun perjumpaan-perjumpaan
kemanusiaan lainnya, dimana gereja turut ada dan terlibat
didalamnya. Meskipun upaya itu giat dilakukan, namun Yewangoe
meyakini bahwa berbagai studi dogmatika itu tetap dilakukan
17 |PENGANTAR DOGMATIKA
dengan menampakan kecintaan yang mendalam kepada Kristus,
Sang Inkarnasi Allah dalam konteks kita. Sebab memang kita tidak
mungkin menjadi anak durhaka yang melupakan warisan dan tradisi
yang diturunkan kepada kita.
05. Beberapa Pikiran Mengenai Perkembangan Dogmatika di
Indonesia
Pokok ini dikhususkan dengan memberikan sedikit pikiran mengenai
perkembangan studi dogmatika di Indonesia:
a. Meskipun studi dogmatika telah sama tuanya dengan lembaga-
lembaga pendidikan teologi yang didirikan oleh gereja-gereja, namun
dalam kurun waktu yang lama itu pula studi dogmatika terkesan
tidak bisa melepaskan diri dari cab ke-Barat-annya sebagai hasil
pekabaran injil dari bangsa-bangsa Eropa, khususnya Jerman dan
Belanda. Seiring perkembangannya ketika istilah
kontekstualisasi,diperkenalkan oleh salah seorang teolog Asia, yaitu
Shoki Coe dalam sebuah diskusi oikumenis untuk menggantikan
istilah-istilah sebelumnya, yaitu pembribumian, indegenisasi, atau
theology in loco. Maka akhir-akhir ini upaya-upaya kontekstualisasi
memperoleh stimulus yang kuat bahkan merupakan imperatif
keharusan berteologi, seiring itu pula studi dogmatika ikut terkena
pengaruhnya. Apalagi ketika Thelogical Education Found
menekankan perlunya kontekstualisasi, khususnya di Dunia Ketiga,
maka sekolah-sekolah teologi termasuk di Indonesia berusaha
meninjau kembali secara kritis berbagai rumusan-rumusan
teologinya. Pengalaman gereja-gereja di Amerika Latin (teologi
Pembebasan), Asia (teologi agama-agama, teologi minjung, teologi
dalit) ataupun di Afrika (perjumpaan dengan budaya dan agama
suku) cukup memberikan stimulus yang kuat bagi perbaikan studi
dogmatika kita di Indonesia yang dikiatkan oleh para ahli-ahli
dogmatika hingga kini. Dengan mencarikan formula-formula studi
dogmatika yang sungguh-sungguh ala Indonesia. Oleh karena itu,
memang benar apa yang dikatakan Yewangoe bahwa kontekstualisasi
tidak harus menjadi mata kuliah tersendiri, melainkan
18 |PENGANTAR DOGMATIKA
kontekstualisasi mestinya menjiwai dan menggerakan seluruh
matakuliah-matakuliah teologi, termasuk dogmatika.
b. Ada peristiwa penting yang menentukan arah dan perkembangan
baru dalam sejarah pendidikan teologi di Indonesia, yaitu Konsultasi
Teologia I yang diselenggarakan oleh Dewan Gereja-Gereja di
Indonesia (mengganti nama menjadi PGI di Ambon) pada tahun
1970 di Sukabumi yang menghasilkan pergumulan rangkap yang
menjadi paradigma pendirian teologis. paradigma ini, ingin
dikatakan bahwa gereja-gereja di Indonesia, termasuk dalamnya
pendidikan teologi dan pengembangan ilmu teologi, memiliki
pergumulan rangkap, yaitu bergumul dengan pada satu pihak dan
sekaligus bergumul dengan masyarakat Indonesia yang sedang
memulai pembangunan nasional. Pergumulan ini secara
metodologis, memperlihatkan relevansi Firman Allah dalam bentuk
kesaksian Alkitab selalu harus digumuli dalam setiap konteks dan
sebaliknya.
c. Ada hal terpenting yang harus digarisbawahi dalam tuntutan
kontekstualisasi, yaitu studi dogmatika tetaplah bersumber pada
Alkitab. Ketersesuaian teks-teks Kitab suci sebagai sumber studi
dogmatis dengan konteks haruslah dilakukan dalam dialog yang
saling menghormati dan bawah ketaatan kepada Allah. Mengapa ini
penting ditekankan, sebab adakalanya tuntutan kontekstualisasi
kemudian memberi penghormatan lebih kepada konteks (dalam hal
ini budaya) dan sering dilakukan tidak menghormati injil. Sehingga
teologi acapkali jatuh dalam romantisme budaya yang kurang
menghargai injil.
d. Sepakat dengan Becker yang mengusulkan metode studi
dogmatika haruslah dilakukan dalam tiga langkah yaitu pertama,
menentukan masalah dalam situasi sekarang; kedua, mengerjakan
masalah tersebut secara eksegetik dan historis; dan ketiga,
menentukan tanggapan secara kontekstual. Olehnya pekerjaan pokok
dari studi dogmatis adalah haruslah memperlihatkan tolak ukur
ganda, yaitu kesesuian dengan Kitab Suci dan kesesuian dengan
situasi masa kini. Sehingga anggapan bahwa pekerjaan dogmatika
19 |PENGANTAR DOGMATIKA
sama dengan tugas khotbah (homiletika), mungkin ada benarnya
dimana dialog antara teks dan konteks harus terjadi sedemikian rupa
sehingga pendengar masa kini diterangi cahaya Firman Allah.
06. Penutup
Berbagai pikiran di atas sebetulnya menggambarkan bahwa geliat
studi dogmatis menunjukan perkembangan di sana sini, itu berarti
jika ada anggapan bahwa dogmatika adalah ilmu mandeg, tidak
berkembang, tidak boleh di otak atik sebab telah menjadi dogma
adalah keliru bahkan salah. upaya kontekstualisasi dogmatika tidak
bisa dihentikan, malah akan semakin digiatkan dalam masa-sama
mendatang lagi.
Demikian !!!
Daftar Bacaan
Becker, Dieter., Pedoman Dogmatika; Suatu Kompadium Singkat,
Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1991
Berkhof, Hendrikus., Introduction to The Study of Dogmatics, 1988
Drewes, B.F. & Julianus Mojau., Apa Itu Teologi, Jakarta: BPK.
Gunung Mulia, 2003
Hadiwijono. Harun., Iman Kristen, Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
1995
Jongeneel, J.A.B., Pembimbing Ke Dalam Dogmatika Kristen,
Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2007
Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
1992
Van Niftrik,G.C., dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:
BPK. Gunung
Mulia, 2001
Yewangoe, A.A., dkk., (peny.), Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika
di Indonesia, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004
20 |PENGANTAR DOGMATIKA
https://tounusa.wordpress.com/2011/10/02/dogmatika-fungsi-
metode-dan-perkembangannya/
DOGMATIKA
PENDAHULUAN
Definisi Istilah
Istilah “dogma” berasal dari kata Yunani dan Latin, yang berarti “hal yang
dipegang sebagai suatu opini” atau bisa juga menunjuk pada “suatu
doktrin atau badan dari doktrin-doktrin teologi dan agama yang secara
formal dinyatakan dan diproklamasikan sebagai suatu yang berotoritas
oleh gereja.” Istilah ini bukanlah istilah yang asing bagi Alkitab sebab dalam
Perjanjian Baru ada beberapa ayat yang menyebutkan kata dogma, dengan
berbagai variasi pengertian. Enam di antaranya adalah:
Lukas 2:1; Kisah Para Rasul 17:7; Ibrani 11:23 dengan arti ketetapan,
perintah dari kaisar atau raja
Efesus 2:15; Kolose 2:14 dengan arti perintah hukum, ketentuan hukum,
yang berasal dari Musa
Kisah 16:4 dengan arti keputusan Kristen
Dalam ayat Kisah 16:4 dijelaskan oleh Lukas bahwa Paulus dan Silas
berjalan keliling di Asia dari kota ke kota sambil menyampaikan dogmata
(keputusan-keputusan) yang diambil oleh para rasul dan para penatua di
Yerusalem dengan pesan supaya jemaat menurutinya. Keputusan-
keputusan ini menyangkut baik “ajaran Kristen,” yaitu kebebasan dari kuk
Hukum Musa yang telah digenapi oleh Yesus Kristus maupun “kehidupan
Kristen,” yakni menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan
berhala-berhala, dari percabulkan, dari daging binatang yang mati lemas
dan dari darah (bandingkan Kisah Para Rasul 15:20, 29).
21 |PENGANTAR DOGMATIKA
Pengakuan Petrus yang dicatat dalam Matius 16:16 pun dapat
dikatagorikan sebagai dogma. Ia menyatakan Yesus adalah Kristus, Anak
Allah yang hidup ketika Yesus bertanya kepada murid-murid siapa Ia di
mata mereka. Jawaban Petrus ini merupakan suatu konfesi dalam bentuk
yang pendek dan sederhana. Dengan seiring perjalanan waktu, dogma
tidaklah mungkin lagi seperti itu. Terjadi perkembangan dalam dogmatika
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ditemui.
Sejarah Perkembangan Dogmatika
Istilah “dogmatika” diperkenalkan pertama kali pada abad ke-17, tepatnya
tahun 1659, ketika L. Fr. Reinhart menulis sebuah buku teologis yang
berjudul Synopsis Teologie ae (Ikhtisar Teologi Dogmatis). Pada awalnya
apa yang disebut dogmatika pada saat ini memiliki berbagai istilah,
tergantung pada individu yang mengembangkannya.
Pada perkembangan selanjutnya, di abad kedelapan belas, S. J.
Baumgarten menerbitkan bukunya dengan judul Evangelische
Glaubenslehre (Ajaran Iman Evangelis 1759-1760), yang memperkenalkan
nama “ajaran iman,” yang lalu diikuti oleh F. D. E. Schleiermacher, penulis
buku Der Christliche Glaube (Iman Kristen I, II) tahun 1821-1822.
Bapak-bapak Rasuli dan kaum apologet abad kedua dan abad ketiga
sesudah Kristus secara langsung memihak kepada penggunaan kata dogma
yang nyata dalam Kisah Para Rasul 16:4. Mereka juga tidak hanya
menghubungkan kata ini dengan “ajaran Kristen”, melainkan juga dengan
“kehidupan Kristen.”
Namun kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kata “dogma” lebih
sering dihubungkan dengan “ajaran Kristen” bahkan “ajaran gereja-gereja”
daripada “kehidupan Kristen.” Terjadi suatu proses yang menyebabkan
terjadinya pemisahan yang hebat antara “kehidupan” dan “ajaran” bahkan
antara “praktek” dan “teori” dan menyamaratakan dogma dengan “ajaran
gereja.” Hal ini tampak jelas terutama di dalam gereja Katolik Roma. Dalam
karangan I Klug umpamanya, seorang teolog Roma yang termasyur pada
22 |PENGANTAR DOGMATIKA
masa antara perang dunia yang pertama dan yang kedua, ia mendefinisikan
dogma sebagai “sebuah dalil yang dinyatakan oleh gereja sebagai
kebenaran wahyu dan yang pada waktu yang sama dirumuskan.”
Tempat Dogmatika Di Dalam Seluruh Ilmu Teologi
Dogmatika dapat diumpamakan sebagai ranting dalam “pohon” ilmu
teologi. Ada banyak ranting di dalam “pohon” tersebut yang juga disebut
teologi sehingga masing-masing ranting itu kemudian perlu memakai nama
sifat, umpamanya historika, praktika dan lain-lain. Maka nama-nama ini
disebut teologi historika, teologi praktika, teologi biblika, teologi dogmatika
dan sebagainya.
Istilah “dogmatika” maupun “teologi” sering dipertukarkan dan dikacaukan
dalam penggunaannya sehingga terjadi kerancuan. Padahal dalam bentuk
yang sederhananya, istilah ini artinya “perintah”, “ketetapan,”
“keputusan,” “resolusi,” “doktrin,” “opini” dan “azas.” Kata kerja dalam
bahasa Yunani untuk istilah “dogma” ini adalah dogmatizo, artinya
menetapkan atau menitahkan.
Sumber dogmatika adalah Alkitab, seperti halnya juga dengan teologia.
Tapi penekanan dalam dogmatika adalah penetapan atau keputusan gereja
tentang pokok-pokok ajaran Kristen. Itu sebabnya denominasi-denominasi
gereja dapat memiliki dogma masing-masing yang berbeda dan bahkan
mungkin ada bagian-bagian yang bertentangan. Sedangkan teologia
mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan dogmatika
sebab tidak dibatasi oleh tembok-tembok denominasi. Karena itu dalam
perkembangan kemudian, dogmatika diterima sebagai suatu cabang dari
teologi.
Metode Dogmatika
23 |PENGANTAR DOGMATIKA
Metode yang harus dipakai dalam merumuskan dan mempelajari dogma
adalah sebagai berikut:
1) Memandang Kitab Suci sebagai sumber dogmatika.
2) Tidak objektif. Ada pautan, penunjuk arah yang harus dipakai oleh
penyelidik dogmatika, yaitu pengakuan gereja, agar tidak sia-sia saja dan
agar dogmatika dapat memperkaya pengakuan-pengakuan gereja dan tidak
malah mempermiskinkannya. Meskipun, kalau perlu, pengakuan dapat
dikritik jua.
3) Orang yang mengerjakan juga harus dipandang penting. Dengan singkat
harus dinyatakan, bahwa orang yang menyelidiki dogmatika harus percaya
akan Kitab Suci sebagai firman Tuhan. Metode yang dianjurkan banyak
orang dan yang kelihatannya secara ilmiah, yaitu dengan dasar
keobjektifan sebenarnya tidak mungkin dipakai sebab:
a) Keobjektifan di dalam agama tidak mungkin. Kita tak dapat berdiri di luar
segala agama, kemudian menyelidiki agama itu.
b) Orang yang tidak percaya tidak dapat membicarakan kepercayaan
c) Cara objektif merendahkan penyataan Tuhan sebab menjadikan
pernyataan ini relatif. Dengan demikian kesimpulan dapat ditarik, bahwa
orang yang mempelajari dogmatika itu harus orang yang percaya akan
Kitab Suci sebagai Firman Tuhan.
http://nataliyanagigih.blogspot.com/2010/11/dogmatika.html
24 |PENGANTAR DOGMATIKA
Dogmatika Masa Kini
[Soft Cover]
Pengarang: G.C. van Niftrik & B.J. Boland
Ukuran Buku: 14.5 x 21 cm
Isi: 576 hlm.
Dogmatika adalah suatu dalil-ajaran, atau suatu rumusan
tentang suatu kebenaran keagamaan. Di dalam Kekristenan,
dogmatika adalah bagian dari ilmu teologi yang ada sangkut
pautnya dengan isi pengakuan iman Gereja Kristen.
Demikianlah buku ini disusun dengan maksud agar pokok-
pokok iman Kristen digeluti dengan saksama. Dengan
menyebutkan "masa kini" bukan seolah-olah buku ini
hendak mengangkat pokok-pokok iman Kristen yang sama
sekali baru. Sebaliknya, apa yang dipelajari itu bertolak dari
Alkitab dan juga dari rumusan-rumusan atau pengakuan-
pengakuan iman yang telah dihasilkan oleh para pendahulu.
Namun, setelah itu, rumusan atau pengakuan itu dikaji
secara kritis di dalam terang Alkitab.
25 |PENGANTAR DOGMATIKA
Dengan demikian, Gereja terpanggil untuk terus-menerus
mengkaji apa yang diberitakannya berdasarkan pengakuan
imannya. Kiranya buku ini membantu para sarjana teologi
dan pendeta, bahkan tak terkecuali aktivis gereja, untuk
secara kritis mengenal pemberitaan gereja yang sudah,
sedang, dan yang seharusnya dilakukan.
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Pendahuluan
PENGANTAR
1. Dogmatika
2. Pengakuan
3. Percaya
4. Penyataan
BAGIAN PERTAMA : ALLAH BAPA
5. Allah
6. Bapa yang mahakuasa
7. Khalik langit dan bumi
8. Manusia
9. Para malaikat
10. Pemeliharaan, pemerintahan, pemilihan
BAGIAN KEDUA : YESUS KRISTUS
11. Allah serta manusia
12. AnakNya yang tunggal
13. Tuhan kita
14. Rahasia Inkarnasi
15. Penderitaan
16. Salib
17. Turun ke dalam kerajaan maut
26 |PENGANTAR DOGMATIKA
18. Kebangkitan
19. Kenaikan ke surga
20. Duduk di sebelah kanan Allah
21. KedatanganNya sebagai Hakim
22. Ketiga jabatan Kristus
BAGIAN KETIGA : ROH KUDUS
23. Allah Roh Kudus
24. Gereja
25. Persekutuan yang sungguh
26. Alkitab
27. Injil dan Hukum Allah
28. Perjanjian Allah
29. Baptisan dan Perjamuan
30. Pengampunan dosa (pembenaran dan pengudusan)
31. Pertobatan dan kelahiran kembali
32. Permintaan doa
33. Kebangkitan daging
34. Hidup yang kekal
35. Allah Tritunggal
TAMBAHAN DAN DAFTAR-DAFTAR
Penjelasan
I. Symbolum Apostolicum
(forma occidentalis antiquior)
II. Symbolum Apostolicum
(forma occidentalis recentior)
III. Pengakuan Iman Rasuli
IV. Pengakuan Nicea-Konstantinopel
V. Daftar istilah-istilah
VI. Daftar buku-buku
http://kerygma-online.com/dogmatika-masa-kini-p-
1417.html#.VL51KNKsXng
27 |PENGANTAR DOGMATIKA
PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIK
Pendahuluan
Mata kuliah ini sifatnya mengantar mahasiswa, khususnya
mahasiswa pada semester dan tahunn ajaran yang sedang
berlangsung ke bidang Teologi Sistematik. Di dalam Teologi
Sistematik mahasiswa akan mempelajari doktrin yang dirumuskan
Gereja sepanjang abad, yaitu:
1. Teologia Proper (Allah)
2. Antropologi (Manusia)
3. Soteriologi (Keselamatan)
4. Kristologi (Yesus Kristus)
5. Pneumatologi (Roh Kudus)
6. Eklesiologi (Gereja)
7. Eskatologi (Akhir zaman)
Selain itu, ada Teologi Biblika, Teologi Historika, Teologi Praktika,
Teologi Kontemporer dll. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat pada
topic pembahasanpembagian Teologi pada halaman selanjutnya.
Bibliologi (Alkitab)
Ketujuh mata kuliah Teologi Sistematika atau Dogmatika
sebagaimana yang disebutkan di atas akan dibahas dalam
semester-semester selanjutnya oleh dosen dogmatika.
Jadi, kita tidak akan membahas berbagai doktrin yang sudah
disebutkan di atas. Mata kuliah ini hanya sifatnya pembimbing ke
dalam pengenalan akan Teologi Sistematik. Sekali lagi, mata kuliah
ini sifatnya hanya pembimbing ke dalam Teologi Sistematik.
A. Pengertian Dasar Studi Teologi Sistematika
28 |PENGANTAR DOGMATIKA
1.1 Pengertian Teologi Sistematika
Demi memudahkan kita memahami teologi sistematika maka berikut
ini kita berusaha membahas
kata teologi dan sistematika, kemudian pengertian dari Teologi
Sistematika. Perlu diketahui bahwa isi Teologi Sistematik adalah
upaya para ahli Teologi untuk membuat isi /ajaran Alkitab (PL dan
PB) dipahami artinya secara logis dan sistematis.
Studi Kata Apa itu teologi?
Kata teologi yang kita pakai di Indonesia itu berasal dari bahasa
Yunani maka baiklah kita memeriksa arti kata itu menurut pendapat
beberapa teolog (kita hanya mengambil pendapat tiga teolog).
Paul Alvis:
Kata ―teologi‖ berasal dari kata-kata Yunani yakni dari
kata theos yang berarti Allah, dan logos yang berarti: ―perkataan‖,
―pikiran‖, ―percakapan‖.
Jadi, menurut arti kata ini teologi adalah berpikir atau berbicara
tentang Allah. Bila dikatakan bahwa teologi adalah berpikir tentang
Allah, dapat berarti bahwa hal tersebut (berteologi) adalah sesuatu
yang dapat kita kerjakan dalam kesendirian.
Henry C. Thiessen:
29 |PENGANTAR DOGMATIKA
Istilah Teologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu theos dan logos.
Theos berarti Tuhan dan logos berarti ―kata‖, ―wejangan‖ atau
―ajaran‖.
Jadi, secara sempit teologi dapat didefinisikan sebagai ajaran
tentang Tuhan. Dan secara luas teologi dapat diartikan seluruh
ajaran Kristen, dan bujan sekadar ajaran tentang Tuhan saja, tetapi
juga semua ajaran yang membahas hubungan yang dipelihara oleh
Tuhan dengan alam semesta ini. Atau secara luas teologi adalah
ilmu tentang Tuhan dan hubungan-hubungan-Nya dengan alam
semesta (Thiessen, 1995:2)
A.H.Strong
Teologi (Yun: theologia, gabungan dari dua kata theos,
Allah dan logos, logika). Jadi, secara sederhana A.H. Strong,
mendefinisikan Teologi sebagai "ilmu tentang Allah dan hubungan-
hubungan antara Allah dan alam semesta." Strong juga
menghubungkan pengertian Teologi dengan pendapat Aquinas yakni
karena teologia itu merujuk kepada Allah, maka, Thomas Aquinas,
mendefinisikannya secara spesifik, sebagai "pikiran Allah, ajaran
Allah dan memimpin kepada Allah. (Sinclair B. Ferguson,ENDT:
"Theology", Downers Grove, Illinois, 1988, 680-681).
Sistem Teologi sebagaimana yang dipaparkan diatas bukan eksklusif
milik orang Kristen, tetapi semua agama. Pada umumnya, dunia
sekuler, berdasarkan definisi filsafat Aristoteles, menyebut disipilin
Teologi sebagai Filsafat Teologi atau Metafisika. Maka jelaslah
bahwa teologi Kristen harus berbeda dengan agama-agama lain,
perbedaannya terletak pada sumber berteologi. Sumber
berteologinya Kristen adalah Alkitab. Ini berarti bagi gereja, Teologia
memiliki dua pengertian, yaitu (1). Pengajaran tentang Allah dan (2).
Pengetahuan tentang Allah. Sumber utama Teologi Kristen adalah
Alkitab. Teologia Kristen adalah upaya logis untuk mempelajari
30 |PENGANTAR DOGMATIKA
tentang Allah dengan sumber utama adalah Alkitab. Sedangkan
tradisi dan tulisan-tulisan bapak-bapak gereja dan teolog-teolog
klasik lainnya adalah sebagai pembantu-panduan pengembangan
Teologi selanjutnya.
Ada pepatah yang menyatakan ―guru kencing berdiri siswa kencing
berlari‖ kita ganti menjadi ―guru kencing berdiri murid bertanya
mengapa guru kencing berdiri. Dalam hal ini para mahasiswa dapat
memperluas pengertian kata teologi dari berbagai teolog
berdasarkan buku-buku teologi Kristen yang berkualitas.
Adapula yang mengartikan teologi sbb:
Kata ―teologi‖ berasal dari dua kata Bahasa Yunani, yaitu theos dan
logos yang berarti ―Allah‖ dan ―kata/firman.‖
Teologi (bahasa Yunani θεος, theos, "Allah, Tuhan", + λογια, logia,
"kata-kata," "ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang
berdasarkan nalar mengenaiagama, spiritualitas dan Tuhan (Lih.
bawah, "Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen").
Secara Etimologi
Arti etimologis (asal kata) Istilah "Teologia" berasal dari 2 kata
Yunani, yaitu:theos artinya "Allah"; dan logos artinya "perkataan,
uraian, pikiran, ilmu".
Definisi Istilah "Teologia" dapat dimengerti dalam arti sempit atau arti
luas. Arti luas: mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam
pendidikan teologia.
Arti sempit: usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja
yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika.
31 |PENGANTAR DOGMATIKA
Teologi secara etimologis diartikan sebagai ―logos‖ mengenai
―theos‖, atau bercakap-cakap mengenai Allah. Ini berarti berteologi
merupakan pengalaman manusia mengenai Allah, tentang
tanggapan manusia terhadap Allah. (Paul Alvis, 2001:3-4)
Kesimpulan kita berdasarkan definisi di atas:
1. Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan dengan keyakinan beragama.
2. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan.
3. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-
argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar
dalam salah satu bidang dari topik-topik agama.
4. Teologi dapat dipelajari sekadar untuk menolong sang teolog
untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi
keagamaan lainnya, atau untuk menolong membuat perbandingan
antara berbagai tradisi atau dengan maksud untuk melestarikan atau
memperbarui suatu tradisi tertentu, atau untuk menolong penyebaran
suatu tradisi, atau menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi
dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai
alasan lainnya.
5. Informasi para ahli teologi menyadarkan kita bahwa teologi itu
bukan berasal dari budaya kita tetapi budaya Yunani.
6. Kata 'teologi' itu berasal dari bahasa Yunani klasik, tetapi
lambat laun memperoleh makna yang baru ketika kata itu diambil
dalam bentuk Yunani maupun Latinnya oleh para penulis Kristen.
Karena itu, penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai
latar belakang Kristen. Namun demikian, di masa kini istilah ini dapat
digunakan untuk wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan
ataupun tentang berbagai agama.
7. Di lingkungan agama Kristen sendiri disiplin 'teologi'
melahirkan banyak sekali sub-divisinya.
Definisi:
Teologi adalah pemikiran (berpikir, berkata, bercakap-cakap) atau
32 |PENGANTAR DOGMATIKA
ajaran/doktrin yang sistematis tentang Allah dan ciptaan-Nya.
Salah satu contoh berteologi dalam narasi Alkitab (Kej. 28:10-
22)
Pada saat Yakub bangun dari mimpinya di Betel, mengenai tangga
yang ujungnya sampai ke langit dan malaikat-malaikat Allah turun-
naik mendaki tangga itu, maka ia menyadari bahwa ―Sesungguhnya
TUHAN ada di tempat itu …Pada saat itu Yakub sedang berteologi.
Pikirannya adalah tanggapan terhadap kehadiran Allah. Bila pikiran
kita sendiri mengarah pada persoalan-persoalan makna hidup, nilai-
nilai di luar batas pemikiran dan rahasia takdir manusia, maka kita
sedang berteologi atau mengerjakan teologi. (Paul Alvis, 2001:2).
Berteologi sebagaimana yang dikatakan diatas dapat dikerjakan
dalam kesendirian tetapi juga berteologi (berpikir tentang Tuhan)
bukan kebiasaan yang dapat dilakukuan dalam kesendirian tetapi
dalam kebersamaan. Ini berarti teologi dapat diartikan berbicara
tentang Allah dan hal-hal mengenai Allah. Contoh: Mereka saling
mengatakan : Bukankah hati kami berkobar-kobar ketika Ia berbicara
dengan kami di tengah jalan dan menerangkan Kitab Suci pada
kita?‖ (Luk. 24:13-35).
Penggunaan Kata Teologi pada abad Pertengahan
Pada Abad Pertengahan, teologi merupakan subyek utama di
sekolah-sekolah universitas dan biasa disebut sebagai "The Queen
of the Sciences". Dalam hal ini ilmu filsafat merupakan dasar yang
membantu pemikiran dalam teologi.
33 |PENGANTAR DOGMATIKA
Kata "Teologi" diambil dari bahasa Yunani Helenis, namun demikian
maknanya telah berubah jauh melalui penggunaannya di dalam
pemikiran Kristen di Eropa sepanjang Abad Pertengahan dan Zaman
Pencerahan.
 Istilah theologia digunakan dalam literatur Yunani Klasik,
dengan makna "wacana tentang para dewa atau kosmologi (lihat
Lidell dan Scott Greek-English Lexicon untuk rujukannya).
 Aristoteles membagi filsafat teoretis ke
dalam mathematice, phusikedan theologike. Yang dimaksud
dengan theologike oleh Aristoteles kira-kira sepadan
dengan metafisika, yang bagi Aristoteles mencakup pembahasan
mengenai hakikat yang ilahi. Sejak itu istilah ini telah diambil oleh
berbagai tradisi keagamaan Timur maupun Barat.
 Dengan meminjam dari sumber-sumber Yunani,
penulis Latin Varromembedakan tiga bentuk wacana ini: mitis
(menyangkut mitos-mitos tentang para dewata Yunani), rasional
(analisis filosofis mengenai para dewata dan kosmologi) dan sipil
(menyangkut ritus dan tugas-tugas keagamaan di tengah
masyarakat).
 Para penulis Kristen, yang bekerja dengan
kerangka Helenistik, mulai menggunakan istilah ini untuk
menggambarkan studi mereka. Kata ini muncul sekali dalam
beberapa naskah Alkitab, dalam judul Kitab Wahyu: apokalupsis
ioannou tou theologou, "penyataan kepada Yohanes
sang theologos". Namun demikian, kata ini merujuk bukan kepada
Yohanes sang "teolog" dalam pengertian bahasa kita sekarang,
melainkan – dengan menggunakan arti akar kata logosdalam arti
yang sedikit berbeda, dan di sini tidak dimaksudkan sebagai "wacana
rasional" melainkan dalam arti "firman" atau "pesan". Dengan
demikian, sang "theologos" di sini dimaksudkan sebagai orang yang
menyampaikan firman Allah - logoi tou theou.
 Teologi adalah "iman yang mencari pengertian (fides
quaerens intellectum)." - Anselmus dari Canterbury
 "Teologi adalah upaya untuk menjelaskan hal-hal yang tidak
diketahui dalam pengertian-pengertian dari mereka yang tidak patut
mengetahuinya." - H. L. Mencken
34 |PENGANTAR DOGMATIKA
 "Teologi yang otentik tidak akan mengizinkan orang terobsesi
dengan dirinya sendiri." - Thomas F. Torrance dalam Reality and
Scientific Theology
 "Teologi memberitakan bukan hanya apa yang dikatakan oleh
Alkitab, melainkan juga apa maknanya." - J. Kenneth Grider dalam A
Wesleyan-Holiness Theology (Kansas City: Beacon Hill, 1994), hlm.
19.
 "Saya tidak membutuhkan orang bodoh yang tidak menyukai
musik, karena musik adalah pemberian Allah. Musik dapat mengusir
Iblis dan membuat orang berbahagia, dan dengan demikian mereka
melupakan segala kemarahan, ketidaksetiaan, kesombongan, dan
sejenisnya. Setelah teologi, saya menempatkan musik pada tempat
yang tertinggi dan memberikan kepadanya keagungan yang
tertinggi." — Martin Luther, dikutip dalam Martin Marty, Martin Luther,
2004, hlm. 114.
Sedangkan sistematika diartikan pengetahuan mengenai klasifikasi
(penggolongan/urutan) pengajaran Alkitab ke dalam system secara
logis.
Sumber:
Paul Avis, Ambang Pintu Teologi, Jakarta : BPK, 2001
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas,
1995
Definisi umum: Teologia ialah pengetahuan yang rasional tentang
Allah dan hubungannya dengan karya/ciptaan-Nya seperti yang
dipaparkan oleh Alkitab.
Definisi khusus: Teologia Sistematika ialah bagian dari divisi
Teologia yang mengatur secara terperinci dan berurutan tema-tema
dari ajaran doktrin dalam Alkitab.
35 |PENGANTAR DOGMATIKA
Pengertian Teologi Sistematika
Apa itu teologi sistematika?
Bila kata ―teologi‖diartikan ―Allah‖ dan ―kata/firman.‖ Maka perpaduan
atau kombinasi kata ―teologi‖ dengan “sistematika dapat berarti
―studi tentang Allah.‖ Sedangkan kata"Sistematika" berasal dari
kata sustematikos, artinya penempatan/ penyusunan secara tepat.
Sistematika menunjuk pada sesuatu yang ditempatkan dalam sistim.
Oleh sebab itu teologia sistematika berarti pembagian teologi ke
dalam sistim yang menjelaskan berbagai bidang. Contohnya, banyak
kitab dalam Alkitab yang memberi informasi mengenai malaikat.
Tidak ada satu kitabpun yang memberi semua informasi mengenai
malaikat. Teologia sistematika mengambil semua informasi
mengenai malaikat dari semua kitab dalam Alkitab dan mengaturnya
ke dalam suatu sistim, angelologi. Inilah yang dilakukan oleh teologia
sistematika – mengatur pengajaran-pengajaran Alkitab ke dalam
berbagai kategori.
Teologi sistematik atau Sistematika Teologi adalah upaya menyusun
teologia-teologia yang membentuk Doktrin. Doktrin yang diajarkan
oleh Alkitab tersusun atas Teologi-Teologi dari masing-masing
penulis Alkitab (PL-PB). Teologia sistematika adalah sebuah alat
penting untuk menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab
dengan cara yang teroganisir.
Jadi teologi sistematik adalah pengetahuan mengenai klasifikasi
(penggolongan/urutan) pengajaran Alkitab ke dalam system secara
logis.
36 |PENGANTAR DOGMATIKA
Dengan kata lain, teologi sistematika adalah percakapan tentang
Allah dan ciptaan-Nya secara sistematis/berurutan secara logis.
Misalnya dalam aspek doktrin, mana yang lebih duluan dipelajari.
Apakah Doktrin Allah atau Doktrin Manusia … dimulai dari mana dan
berakhir dimana. Misalnya ada yang mulai dari Doktrin Allah dan
berakhir di Doktrin Akhir Zaman. Mengapa demikian (logika/logisnya
dan teologisnya)
Contoh teologi sistematika:
1. Teologi Proper/Teologi Umum atau Paterologi adalah studi
mengenai Allah Bapa.
2. Antropologi Alkitab (doktrin manusia) studi tentang manusia
dan dosanya.
3. Kristologi adalah studi mengenai Allah Anak, Tuhan Yesus
Kristus.
4. Soteriologi adalah studi mengenai keselamatan.
5. Pneumatologi adalah studi mengenai Allah Roh Kudus.
6. Bibliologi adalah studi mengenai Alkitab.
7. Ekklesiologi adalah studi mengenai gereja.
8. Eskatologi adalah studi mengenai akhir zaman.
9. Angelologi adalah studi mengenai malaikat.
10. Demonologi Kristen adalah studi mengenai Iblis dari perspektif
Kristen.
11. Antropologi Kristen adalah study mengenai manusia.
Hamartiologi adalah studi mengenai dosa.
37 |PENGANTAR DOGMATIKA
12. Teologi Biblika adalah studi mengenai kitab (-kitab) tertentu
dalam Alkitab dan menekankan berbagai aspek teologia yang
berbeda yang menjadi fokusnya. Contohnya: Injil Yohanes adalah
injil yang sangat Kristologis karena banyak memusatkan pada
keillahian Kristus (Yohanes 1:1, 14; 8:58; 10:30; 20:28).
13. Teologi Historis adalah studi mengenai doktrin-doktrin dan
bagaimana doktrin-doktrin itu berkembang sepanjang berabad-abad
dari gereja Kristen.
14. Teologi Dogmatika adalah studi mengenai kelompok-kelompok
Kristen tertentu yang memiliki doktrin yang sistimatis, seperti
misalnya teologia Calvinistik dan teologia dispensasi.
15. Teologi Kontemporer adalah studi mengenai doktrin-doktrin
yang berkembang dan menjadi perhatian baru-baru ini.
16. Hamartiologi adalah studi mengenai dosa.
17. Teologia sistematika adalah sebuah alat penting untuk
menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara yang
teroganisir.
18. Teologi Kontemporer adalah studi mengenai doktrin-doktrin
yang berkembang dan menjadi perhatian baru-baru ini.
Jadi, teologia sistematika adalah sebuah alat penting untuk
menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara yang
teroganisir.
Berdasarkan pembahasan di atas menjadi jelas bahwa kata teologi
itu bukan berasal dari budaya kita tetapi budaya Yunani. Kata
'teologi' berasal dari bahasa Yunani klasik, tetapi lambat laun
memperoleh makna yang baru ketika kata itu diambil dalam bentuk
Yunani maupun Latinnya oleh para penulis Kristen. Karena itu,
penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai latar belakang
38 |PENGANTAR DOGMATIKA
Kristen. Namun demikian, di masa kini istilah ini dapat digunakan
untuk wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan ataupun tentang
berbagai agama. Di lingkungan agama Kristen sendiri disiplin
'teologi' melahirkan banyak sekali sub-divisinya.
Hubungan Doktrin, Dogma dengan Sistematika Teologi
Tentang Sistematika Teologi
Sistematika Teologi adalah upaya menyusun Teologia-Teologia
(Teologi proper dst), yang membentuk Doktrin. Doktrin yang
diajarkan oleh Alkitab tersusun atas Teologi-Teologi dari masing-
masing penulis Alkkitab. Perpektif Teologi, yakni Teologi Perjanjian
Lama (teologi menurut penulis-penulis PL. di PL. Contoh: Teologia
Ayub, dll). dan Teologi Perjanjian Baru (Teologi menurut para penulis
PB. di PB. Contoh: Teologi Paulus, dll). Semua penulis Alkitab
menyepakati tentang tema-tema secara obyektif, misalnya, tema
Kristus (--Christology). Penjelasan tema ini menyebar di seluruh
Alkitab (PL-PB) sebelum disistematisasikan dalam oleh para teolog
sistematika. Tema-tema Alkitab ini kemudian disintesa secara
kategorial sehingga membentuk akumulasi tema-tema tertentu oleh
Bapa-Bapa Gereja, sehingga tema itu mudah dipahami dan dapat
diajarkan secara tuntas.
Ada tiga kriteria untuk menentukan Doktrin:
 Doktrin itu sangat ditekankan dalam Kitab Suci.
 Doktrin itu sangat penting dan berpengaruh dalam Ajaran Gereja
sepanjang masa.
 Doktrin itu sangat berpengaruh bagi pengajaran gereja sepanjang
masa. Karena kesesuaiannya dengan situasi kontemporer
(perubahan), Doktrin-Doktrin itu lebih diterima pada hari ini,
39 |PENGANTAR DOGMATIKA
ketimbang buku-buku teks Teologi Sistematika. (Wayne
Grudem, Systematic Theology: An Introduction to a Biblical
Doctrine, GR. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994, 25-26).
Usaha mensintesa tema-tema Alkitab ini disebut usaha Sistematisasi
Doktrin. Tema-tema Alkitab yang menyebar dan telah diakumulasi itu
membentuk beberapa tema mayor, misalnya, secara umum ada 7
Doktrin mayor dalam Alkitab (sebutannya bisa berbeda):
(1). Doktrin Alkitab.
(2). Doktrin Allah.
(3). Doktrin Manusia.
(4). Doktrin Kristus dan Roh Kudus.
(5). Doktrin Aplikasi Penebusan.
(6). Doktrin Gereja.
(7). Doktrin Akhir zaman.
Istilah "Doktrin" tidak dapat diganti dengan istilah "Teologi" Misalnya:
"Doktrin Allah" tidak bisa menjadi "Teologi Allah", dll. Doktrin-Doktrin
(Misalnya: Doktrin Allah) ini bisa dipersempit, seperti: Doktrin
Kekekalan Allah, atau Doktrin Trinitas, atau Doktrin Penghakiman
Allah. Doktrin-Doktrin, dalam pengajaran dan penyelidikannya bisa
dikembangkan, tetapi tidak akan berubah atau bertambah, selama
Alkitab Kanonik (PL-PB) adalah Sumber Doktrin itu.
Dengan demikian, berdasarkan fungsinya, tugas seorang teolog
sistematika adalah menata secara Logis semua Doktrin yang sudah
tersedia di Alkitab dengan panduan Tokoh-Tokoh Besar dalam
40 |PENGANTAR DOGMATIKA
penelitian Teologi lainnya. Misalnya, John Calvin,
dengan Institutionya tidak bisa lepas dari karya-karya Bapak-Bapak
Gereja, seperti Agustinus, Thomas Aquinas, dll. Hasil akhir dari
usaha "Sistematisasi" Doktrin Alkitab itu disebut Teologi Sistematika.
(Silahkan bandingkan dengan karya Louis Berkhof, Teologi
Sistematika (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesi oleh
LRII, Jakarta).
Tentang Doktrin
Doktrin merujuk kepada pengajaran tentang Allah yang bersumber
dari Alkitab. Sebuah Doktrin adalah apa yang seluruh kitab suci
ajarkan tentang topik-topik tertentu kepada kita hari ini. Doktrin ini
terkait langsung dengan definisi Teologi Sistematika. Doktrin dapat
bermakna sempit atau luas. Doktrin yang luas, misalnya, Doktrin
Allah, termasuk sebuah ringkasan dari apa yang Alkitab katakan
kepada kepada kita tentang Allah. [Wayne Grudem,Systematic
Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine(G. R. Michigan:
Zondervan Pub. House, 1994), 25-26]. Pengertian Doktrin secara
sederhana adalah ajaran utama Alkitab. Ajaran yang tertulis dalam
Alkitab. Ajaran itu tidak pernah salah atau tidak konsisten atau
berubah.
Tentang Dogma
41 |PENGANTAR DOGMATIKA
Dogma merujuk kepada apa yang dilihat benar oleh seseorang dan
yang mempengaruhi pendiriannya. Dalam gereja, Doktrin adalah
Kebenaran Sejati yang dinyatakan oleh Allah di dalam Kristus dan
tertulis dalam Alkitab. Doktrin yang telah disepakati akan disebut
Dogma. Doktrin menentukan Dogma. Dogma-dogma Kristen
ditetapkan dalam Konsili-Konsili. Misalnya, Doktrin Kristus (--
Kristologi, sebagai Doktrin yang banyak menghadapi permasalahan)
disepakati sebagai Dogma Gereja dalam 4 kali Konsili, tahun 325,
787, 1215 dan 1545-1563 Masehi. [Hendrikus Berkhof, Introduction
to the Study of Dogmatics (G. R, Mich.: W. B.Eerdman Pub. Co.,
1985), 4-6.]. Tentang Konsili-Konsili, silahkan baca di F.D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja: "Konsili" (Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 1994), 127-139.
Jadi, Dogma yang sejati dasarnya adalah Doktrin atau Pengajaran
yang bersumber dari Alkitab itu sendiri dan ditetapkan oleh Konsili
Gereja sebagai Dogma Gereja yang sah dan benar.
Tentang "Aliran Teologi"
Aliran Teologi adalah adalah suatu Sistem Pemahaman Teologi yang
dikembangkan oleh seseorang atau kelompok dalam suatu masa
atau generasi tertentu, yang kemudian diwariskan kepada pengikut
atau generasi berikutnya. Sistem ini membentuk sebuah sudut
pandang tertentu yang unik yang dianggap dan diyakini benar
sehingga membentuk Komunitas dengan sejarah pemikiran yang
sama dan gerakan yang sama. Orang-orang yang tergabung di
dalam Komunitas ini akan disebut sesuai nama-nama Teori atau
Teologinya atau pencetusnya.
42 |PENGANTAR DOGMATIKA
Contoh:
a) Gereja-gereja yang mewarisi Teologia Reformator, misalnya,
Martin Luther atau John Calvin, maka gereja-gereja ini beraliran
Teologia Reformasi atau Injili tetapi tidak disebut "berdoktrin Luther
atau Calvin" atau berdoktrin Reformasi. Karena Luther atau Calvin
atau Reformator lainnya tidak menciptakan Doktrin tetapi hanya
memurnikan Doktrin yang sudah ada. Meskipun, Calvin menemukan
cara pandangan lain dalam mengembangkan Doktrin Keselamatan
dari Alkitab, tentang "Predestinasi" dan "Inneransi Alkitab", dll.; yang
sebelumnya diabaikan oleh para teolog Katolik Roma.
b) Misalnya, jika ada Pendeta yang mengatakan: "Kami menganut
Doktrin Calvin, dapat dipastikan bahwa yang dia maksudkan adalah
"Doktrin yang diwariskan oleh Calvin atau para Reformator "bukan
Doktrin Menurut Calvin". Calvin sendiri mendasari Teologianya pada
Alkitab. Doktrin-Doktrin yang Dia ajarkan pun adalah dari Alkitab.
Silahkan Baca terjemahan dan ringkasan buku Yohanes
Calvin, Institutio.
c) Gerakan Kharismatik adalah suatu aliran yang menekankan
kharisma dalam pelayanan dan ibadah. Gereja-gereja ini beraliran
Kharismatik atau Pentakostal. Sebenarnya. Kharismatik dan
Pentakosta disebut "gerakan,movement)", bukan "Aliran Teologi".
Karena dalam tradisi, Kharismatik tidak menciptakan atau membuat
Aliran Teologia atau "Doktrin Baru", tetapi para penggerak
Kharismatik atau Pentakostal itu memberikan penekanan pada hal-
hal yang margin - yang tidak utama dalam Doktrin Ortodoks.
Misalnya, Doktrin Baptisan. Gerakan Kharismatik atau Pentakostal
mengajarkan bahwa baptisan "harus" selam, jika tidak, berarti tidak
sah atau salah. PAdahal tidak harus seperti itu.
43 |PENGANTAR DOGMATIKA
Aliran Teologi Membentuk Komunitas
Macam-macam Aliran Teologi yang membentuk komunitasnya
sendiri dalam Organisasi-Organisasi dan Yayasan-Yayasan dalam
Kristiani. Antara lain:
1. Anglikan
2. Arminian
3. Baptis
4. Dispensasional
5. Lutheran
6. Reformed/Presbiterian
7. Kahrismatik/Pentakostal
8. Katolik Traditional
9. Katolik Paska Konsili Vatikan II.
10. Kristen Ortodoks
11. Dsb.
Corak suatu Denominasi sangat dipengaruhi oleh Pemikiran dan
Teologia yang dianut oleh Perintisnya.
Salah satu contoh berteologi sesuai konteks pergumulan yang
dihadapi oleh komunitas berteologi, seperti:
Teologi pembebasan.
44 |PENGANTAR DOGMATIKA
Teologi pembebasan adalah sebuah paham tentang
peranan agama dalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dengan kata
lain Teologi pembebasan adalah suatu usaha kontekstualisasi
ajaran-ajaran dan nilai keagamaan pada masalah kongkret di
sekitarnya. Dalam kasus kelahiran Teologi Pembebasan, masalah
kongkret yang dihadapi adalah situasi ekonomi dan politik yang
dinilai menyengsarakan rakyat. Paham ini hampir terdapat pada
semua agama didunia.Teologi Pembebasan merupakan refleksi
bersama suatu komunitas terhadap suatu persoalan sosial. Karena
itu masyarakat terlibat dalam perenungan-perenungan keagamaan.
Mereka mempertanyakan seperti apa tanggung jawab agama dan
apa yang harus dilakukan agama dalam konteks pemiskinan
struktural.
1.2. Tempat/kedudukan Teologia dengan disiplin ilmu lain
Pertanyaan yang sering timbul adalah, kalau Teologia adalah
pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan
Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain (musik, filsafat, sosiologi,
kedokteran, dll? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah
berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologia bertentangan
dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam,
filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling
melengkapi.
Jadi, kedudukan teologi dengan disiplin ilmu lain ialah bahwa
berbagai ilmu itu saling melengkapi. Misalnya filsafat menolong
teologi untuk menyusun isi teologi secara logis sehingga dapat
diterima oleh orang lain. Matematika dan ilmu-ilmu lain member
kontribusi kepada teologi.
45 |PENGANTAR DOGMATIKA
1.3. Tugas/fungsi/Pentingnya Teologi Sistematika
a. Karena manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio maka
manusia mempunyai . kecenderungan untuk berpikir dan
mempelajari sesuatu secara sistematis. Dengan demikian jelaslah
bahwa Teologia sistematis berusaha mensistematiskan isi ajaran
Alkitab dari kitab Kejadian sampai Wahyu sehingga mudah dipahami.
b. Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara
sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh bagian
Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
c. Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman
kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari
pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
d. Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah
untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik
dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat menjawab
pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk
jaman ini?"
e. Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologia bukan
hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya
hidup yang berintegritas. 2Ti 2:24-25; 2Ti 3:15-16
f. Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem
sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif.
1.4. Norma/sumber/metode Teologi
Bila dalam definisi teologi diartikan berpikir tentang Allah dan karya-
Nya, merenung tentang Allah dan karya-Nya, ilmu tentang Allah dan
46 |PENGANTAR DOGMATIKA
karya-Nya maka jelaslah dibutuhkan norma/sumber/metode. Sebab
bila tidak ada norma/sumber/metode maka setiap orang akan
berbeda-beda dalam memikirkan tentang Allah dan karya-Nya.
Mereka yang memulai dengan akal semata akan mengatakan bahwa
Allah itu tidak ada (komunis), sebaliknya mereka yang memulai
berpikir tentang Allah dan karya-Nya hanya berdasarkan pikiran
semata (baca filsafat/berpikir mendalam dengan memakai metode
berpikir ilmiah) akan menghasilkan teologi yang berbeda dengan
Alkitab (Allah dan karya-Nya yang dibicarakan oleh mereka yang
hanya berdasarkan pendekatan filsafat). Di sinilah pentingnya norma
berteologi yaitu Alkitab, sumber berteologi yaitu Alkitab, metode
berteologi yaitu Alkitab.
Dengan demikian maka berteologi sangat erat kaitannya dengan
norma/sumber/metode. Hasil teologi sangat ditentukan oleh
norma/sumber/metode berteologi. Ini disebabkan karena Teologi
dalam definisinya yaitu berpikir, berbicara, perkataan, uraian, ilmu
tentang Allah. Bila manusia yang berteologi tidak mempunyai
norma/sumber/metode maka akan menghasilkan teologi yang tidak
pasti. Dengan demikian norma berteologi/sumber berteologi/metode
berteologi orang Kristen adalah Alkitab. Artinya orang Kristen dapat
berpikir, merenung, berbicara, berkata-kata, bercakap-cakap,
menuturkan tentang Allah sejauh yang disaksikan dalam Alkitab.
Jadi, norma berteologi, sumber berteologi, metode berteologi adalah
Alkitab. Filsafat hanya membantu dalam berteologi berdasarkan
Alkitab.
Jadi, kita dapat mempertegas sumber berteologi sbb:
1. Alkitab sebagai sumber yang paling utama yang menjadi
otoritas tertinggi dan mutlak bagi iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan
perkembangan pengajaran di gereja dari zaman ke zaman, yaitu
tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
47 |PENGANTAR DOGMATIKA
3. Buku-buku Lain Sumber-sumber lain berasal dari buku-buku
yang sudah "jadi" yang dihasilkan oleh teologia
biblika, historika atau filosofikauntuk dipergunakan sebagai sarana
membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.
Sumber pertama menjadi pedoman untuk menilai sumber 2 dan 3
(lihat 3 point di atas).
Setelah kita membicarakan metode berteologi maka sekarang kita
memperhatikan beberapa metode berteologi dari para teolog masa
lampau.
Metode Berteologi
Beberapa syarat berteologi:
1. Syarat-syarat berteologi.
a. Presupposisi (praduga awal) setiap orang mengawali
pemikiran dengan anggapan (asumsi).
b. Mempunyai perlengkapan rohani dan sikap yang taat.
Seorang yang mempelajari Alkitab tidak mungkin bersikap objektif,
karena ia harus percaya terlebih dahulu bahwa Alkitab adalah
Firman Allah yang tidak mungkin salah (iman mendahului rasio).
"Karena percaya, orang mengerti" (Augustinus). Rasio adalah alat
yang dipakai untuk mengerti pengetahuan.
c. Membutuhkan penerangan Roh (iluminasi)
1. harus percaya
2. harus berpikir
3. harus mempunyai ketergantungan
4. sikap ibadah (penyembahan)
Dalam berteologi juga mesti disadari bahwa ada keterbatasan.
Sabda menyebutkan paling tidak ada 2 keterbatasan yaitu:
2. Keterbatasan teologia
a. Keterbatasan pemikiran manusia untuk memikirkan
pikiran Allah yang tidak terbatas.
b. Kekurangan ilmu pengetahuan pembantu.
48 |PENGANTAR DOGMATIKA
c. Keterbatasan bahasa manusia.
d. Kekurangan ketrampilan untuk menguasai dan
mengartikan secara tepat Alkitab secara utuh dan menyeluruh.
(hermeneutik).
e. Bungkamnya penyataan lanjutan.
f. Pengaruh dosa dan kehendak daging.
3. Metode-metode Teologia.
a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif,
yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik
kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna
disingkirkan, karena, tidak diterima oleh rasio).
b. Metode Karl Barth Teori Barth mengatakan: bahwa
manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan
rasio manusia). Oleh karena itu Allah yang mencari manusia.
Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang
mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia maka
Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk
menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah
harus menemui manusia langsung sehingga manusia mempunyai
bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus
didasarkan pada pengalaman supranatural itu.
c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan
terhadap obyek. Ilmu terjadi, karena manusia menaklukkan diri pada
obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia
mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu.
Teologi juga demikian meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas
sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain.
Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan
terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa
Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka
49 |PENGANTAR DOGMATIKA
kalau begitu obyek lah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang
manusia.
d. Metode Paul Tillich Metode yang dipakai adalah
Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana
menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer
sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan
manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban
dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh
bahasa filsafat, sains, psikokologi dan seni modern. Ia yakin tentu
ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban
yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu ia menolak
jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga
menolak naturalisme dari liberalisme.
Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik
religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat
diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara semantik.
Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke
dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-
prinsip dan metode-metode teologis.
e. Metode Interpretasi Analitis Teologi adalah ilmu
tentang Allah; yang memberikan paparan yang koheren (menyatu,
berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen.
Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya
bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian
sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan
(menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam
bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap
jaman, budaya dan konteks.
Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah
penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran
yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu
seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:
1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab
sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi semua
manusia (Biblikal).
50 |PENGANTAR DOGMATIKA
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang
sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut pandang dan
maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang historis, budaya,
ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu
(dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian
ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab
ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang
jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat
dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia betul-betul terbuka
kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau
memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai
dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab
kebutuhan manusia kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun
sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu (analistis, dengan
metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan dengan
bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini
dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya.
Dasar pemahaman adalah dari 2Ti 3:16-17; kita tidak
mendayagunakan teologi untuk memperbaiki ketidak-jelasan yang
ada dalam Alkitab tapi untuk menerangi ketidak-jelasan pikiran
manusia dalam menanggapi isi Alkitab.
Pembagian Teologi
1. Dalam arti luas Teologia, sebagai keseluruhan pokok studi
pendidikan Teologia, dibagi menjadi:
a. Teologia Biblika (Eksegetis) Teologia yang berurusan
dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk
tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam
Alkitab.
b. Teologia Historika (Sejarah) Teologia yang berurusan
dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan
51 |PENGANTAR DOGMATIKA
mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologia dan
sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologia Sistematika (Doktrin Iman Kristen) Teologia
yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab
menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan,
merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran
iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologia Praktika (Pelayanan) Teologia yang
berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk
tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan
pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.
Teologi Dalam Arti Sempit
Teologia, sebagai usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya,
dibagi menjadi beberapa bidang studi:
a. Bibliologi (Alkitab)
b. Teologia Proper (Allah)
c. Antropologi (Manusia)
d. Soteriologi (Keselamatan)
e. Kristologi (Yesus Kristus)
f. Pneumatologi (Roh Kudus)
g. Eklesiologi (Gereja)
h. Eskatologi (Akhir zaman)
2. Struktur pembagian Teologia Sistematika
52 |PENGANTAR DOGMATIKA
Teologi Kristen dibagi ke dalam 4 kelompok:
 Teologi Eksegetis Teologia Eksegetis meliputi penelaahan
Bahasa-Bahasa, Arkeologi, Pengantar, Hemeneutika, Teologi
Alkitabiah.
 Teologi Historis Teologi historis merunut sejarah umat Allah
dalam Alkitab (PL) dan Gereja sejak Yesus Kristus [PB]. Teologi
Historis membahas awal mula, perkembangan, dan penyebaran
Agama yang sejati dan juga semua Doktrin, organisasi, dan
kebiasaannya. Di dalamnya termasuk juga Sejarah Alkitab, Sejarah
Gereja, Sejarah Pekabaran Injil, sejarah Ajaran dan sejarah
Pengakuan Iman.
 Teologi Sistematika
Teologi Sistematika menggunaan bahan-bahan yang disajikan oleh
(1). Teologi Eksegesis dan (2). Teologi Historis, lalu menatanya
menurut suatu Tatanan yang Logis sesuai dengan tokoh-tokoh besar
dalam penelitian teologis. Teologi Sistematika membahas
Apologetika, Polemik dan Ajaran Etika Alkitabiah.
 Teologi Praktis
Teologi Praktis meliputi pokok-pokok seperti Homiletika, Organisasi
dan Administrasi Gereja, Ibadat, Pendidikan, dan Penginjilan.
Jadi, integrasinya, Doktrin yang ada di Alkitab ditelaah secara
Eksegetis berdasarkan Historisitasnya [doktrin berkembang dalam
konteks sejarah secara progresif selama pembentukan PL dan PB],
kemudian keduanya Disistematisasikan oleh para ahli untuk tujuan
Praktis atau aplikasi hidup. (Henry C. Thiessen, Teologi
Sistematik, Malang: Gandum Mas, 1993, 31-32)
53 |PENGANTAR DOGMATIKA
B. Sejarah Teologi Sistematika
Berteologi itu pada esensinya bersifat individual tetapi juga bersifat
komunal/bersama atau berteologi itu terjadi dalam kesendirian tetapi
serempak kebersamaan. Oleh karena itu maka berteologi selalu ada
dalam sejarah dan tidak pernah di luar sejarah. Berteologi ada dalam
sejarah, telah dimulai sejak manusia ada di dunia ini. Contoh
sederhana Adam dan Hawa berteologi di taman Eden (Kej. 1, 2 dan
3). Namun sejarah teologi yang akan kita bahas di sini yaitu
berteologi secara sistematis. Kita mulai dengan Gereja mula-mula
dan selanjutnya. Berikut ini bahasan secara singkat sejarah teologi
sistematis.
2.1. Gereja Mula-mula/Gereja Lama:
Origenes
Karya Origenes:
 Asas-asas Pertama yang dikarang pada tahun 220-an biasanya
dianggap sebagai ―teologi sistematik” yang pertama.
 Origenes tertarik dengan hubungan antara roh dan zat.
 Origenes mengajarkan tentang hierarki malaikat-malaikat dan
setan-setan dan pra eksistensi jiwa-jiwa manusia serta
penjelmaannya kembali dalam masa atau masa-masa yang akan
datang dalam bentuk yang makin rohani.
54 |PENGANTAR DOGMATIKA
 Jatuh bangunnya sejarah ciptaan adalah sejarah mengenai
pengembalian ke asal
 Origenes mempertahankan gagasan kebebasan mahluk sebagai
bentuk perlawanan Kristen terhadap fatalisme Gnostik.
 Origenes mengharapkan bahwa oleh ―pendidikan‘, ―dorongan‖ dan
―hukuman‖ semua mahluk rasional akan menjadi bagian dari
pemulihan universal dari kesatuan dan kesempurnaan di dalamnya
―Allah adalah segala dalam segalanya‖.(avis, 2001:59-60)
Gregorius dari Nyssa
Karya Gregorius:
 Ia terkenal karena tafsiran-tafsirannya yang bersifat mistik pada
Hidup Musa dan Kidung Agung.
 Ia juga merumuskan pernyataan klasik mengenai Trinitas pada
akhir abad ke-4.
 Orasi Kateketik Besar merupakan karya tulis Gregorius yang
secara sistematik menguraikan iman Kristen. Karya itu dipakai
sebagai bantuan bagi pengajar katekisasi.
 Pengajar harus memperhatikan berbagai latar belakang asal dari
orang yang bertanya-tanya serta calon sidi.
 Melawan ateisme, keberadaan Allah harus dibuktikan dari sudut
kebijaksanaan dan seni penciptaan.
 Trinitas harus dipertahankan melawan monoteisme Yahudi dan
politeisme orang kafir.
 Logos ilahi adalah perantara penciptaan, dan umat manusia
secara khusus adalah hasil berlimpah ruah kasihNya.
55 |PENGANTAR DOGMATIKA
 Manusia adalah mahluk berakal budi yang diciptakan untuk
mengambil bagian dan bersukacita dalam berkat-berkat Allah.
 Karunia kebebasan telah disalah gunakan untuk menolak hal-hal
yang baik demi hal-hal yang kurang berharga.
 Inkarnasi Logos- dalam hal apapun tidak asing bagi ciptaanNya
sendiri – adalah perbuatan bebas kasih Allah, dilaksanakan karena
umat manusia butuh sentuhan agar dapat disembuhkan.
 Allah merendahkan diri menunjukkan pembuktian kuasaNya
 Keadilan Allah diperlihatkan dalam perbuatan, bahkan si pendusta
telah diperlakukan secara adil dalam karya penebusan.
 Penyelamatan harus diterima melalui iman dan dilaksanakan
melalui keutamaan.
 Bila orang memintanya dari Allah, dengan penuh kepercayaan
akan janji-Nya, maka Ia akan memperbaharui jiwa lewat baptisan.
 Lewat roti perjamuan yang telah menjadi tubuh-Nya, firman
pemberi kehidupan memelihara orang percaya untuk penyatuan
abadi dengan-Nya dalam kebahagiaan yang tak terkatakan.
 Anak Allah harus dikenali lewat akhlak serta keserupaan rohani
mereka dengan Sang Bapa.(Avis, 2001:60-61)
Augustinus
 Augustinus menwarkan beberapa tahap nasehat dan contoh-
contoh untuk menyajikan iman Kristen pada tahap awal kepada para
accedentes (orang yang ingin menjadi katekumen).
56 |PENGANTAR DOGMATIKA
a) Pertama, Augustinus menjelaskan sejarah penyelamatan dari
penciptaan sampai ke gereja masa kini dengan tujuan agar tujuan
kasih Allah dalam kenyataan dan peristiwa terkait menjadi nampak.
b) Kedua, Pemantapan ini perlu disusul oleh dorongan moral yang
didasarkan pada kebangkitan akhir, pengadilan akhir, dan harapan
akan kesukacitaan abadi. Kebajikan manusia yang sesungguhnya
adalah kesalehan dan Allah harus dipuja oleh iman, pengharapan
dan kasih.
c) Lalu Augustinus melanjutkan dengan ―membukakan tujuan dari
ketiga karunia tersebut, yaitu: apa yang harus kita percaya, apa yang
harus kita harapkan, dan apa yang harus kita kasihi‖. Iman dijelaskan
secara rinci sesuai pasal-pasal Pengakuan Iman Rasuli
 Augustinus membuat pembedaan antara dua jenis ―kasih‖, yaitu
nafsu dan kebaikan hati, cinta-diri dan cinta pemberian Allah,
terhadap Allah dan sesama. (Avis, 2001:61)
Thomas Aquinas
Thomas adalah anggota Ordo Dominikan
Buku Dogmatisnya disebut Summa Theologiae. Isi buku ini banyak
mempengaruhi Gereja Katolik Roma melalui Konsili Trente dan
pemulihan ajaran Thomas Aquinas tahun 1880-1960.
Buku ini belum selesai pada saat penulis meninggal, tahun 1274.
Karya yang sangat besar itu ditulis ―dari iman ke iman‖ dan karena
itu buku ini mampu menangani lebih langsung dari sudut pandang
Kristen banyak tema yang dulu dibahas dalam bukunya Summa
Contra Gentiles. Buku ini menjadi pegangan bagi misionaris dan
57 |PENGANTAR DOGMATIKA
orang-orang yang mungkin mau berpindah agama dari Yudaisme
dan Islam.
Summa Theologiae diawali dengan pengetahuan tentang Allah, apa
saja yang dapat diketahui oleh akal budi, dan apa yang tergantung
pada percaya dalam wahyu ilahi dan apa status bahasa kita
berkenaan dengan Allah. Bagian pertama ini dilanjutkan dengan
pembahasan mendalam mengenai Trinitas, penciptaan dan sifat
manusia.
Bagian kedua dari Summa Theologiae mengambil contoh dari buku
Aristoteles yang berjudul Etica Nicomachea, yang didalamnya
Aquinas menemukanbanyak pemikiran Aristoteles yang sehaluan
dengan pemikiran moral Kristen.
Bagian ketiga dari Summa Theologiae berisi pokok-pokok dogmatis
tentang inkarnasi dan sakramen-sakramen. Tiap pertanyaan penting
dibahas dalam beberapa pasal, yang masing-masing diawali dengan
sub pertanyaan. Sub pertanyaan ini diberi jawaban pertama yang
masuk akal (―Videtur‖, ―Kelihatannya‖). Kemudian Thomas
mengemukakan pendirian lain secara singkat (―Sed contra‖.‖Tetapi
di lain pihak‖), biasanya di ambil Alkitab atau para Bapa Gereja.
Akhirnya Aquinas mengembangkan pendapatnya sendiri
(Respondeo dicendum‖, Aku menjawab‖).
Tidak lama sebelum meninggal, Aquinas mendapat penglihatan.
Pada waktu ia melayani kebaktian, ia menolak untuk meneruskan
penulisan ―Summa‖. ―Aku tak dapat melanjutkannya, karena apa
yang telah saya tulis, sekarang kelihatan seperti jerami.‖ (Alvis, 2001:
64).
2.2. Gereja Abad Pertengahan (590 –1492)
58 |PENGANTAR DOGMATIKA
Johannes dari Damaskus
Ia adalah pengarang madah (lagu) dan pembela pemujaan ikon abad
ke-8.
Ia adalah penulis buku Pancuran Pengetahuan yang terdiri dari tiga
jilid. Isi buku itu mencakup filosofis yang diilhami dari Aristoteles,
satu kopendium tentang ajaran-ajaran sesat serta dalam keempat
buku jilid 3 Johanes memadukan ajaran bapak-bapak Gereja Yunani.
 Pertama-tama tentang Allah: Allah bersifat tidak dapat dimengerti;
tetapi keberadaan-Nya dan keesaan-Nya dapat disimpulkan dari sifat
Alam semesta yang tidak mutlak perlu ada serta keteraturannya;
selain itu Ia menyingkapkan diri-Nya secara memadai demi
kebaikan kita dalam kata-kata kesaksian Hukum Taurat, para nabi,
para rasul dan penulis Injil; dengan itu kita dapat mengetahui bahwa
Allah adalah Tritunggal, walaupun cara keberadaan-Nya tidak dapat
diketahui persis.
 Kedua, tentang ciptaan: malaikat-malaikat diciptakan lebih dahulu
dan Iblis adalah yang pertama berpaling dari kebaikan dan menjadi
jahat. Manusia diciptakan menurut citra Allah, yaitu dengan pikiran
dan kemauan bebas, dan menurut rupa Allah, yaitu untuk maju
dalam jalan kebenaran; tetapi manusia jatuh karena keangkuhan dan
menjadi budak dari nafsu dan keinginan, namun Allah tetap
memelihara kita
 Ketiga, dalam aturan penyelamatan, Allah telah berusaha
memenangkan kita kembali, akhirnya Ia masuk dalam keberadaan
kita dan bekerja dari dalam, lewat Putra-Nya yang menjadi manusia
 Keempat karena Kristus tidak berdosa maka kematian tak dapat
menahan dia; melalui iman dan baptisan kita dipulihkan didalam Dia
59 |PENGANTAR DOGMATIKA
untuk bersekutu dengan Allah, dikembalikan pada jalan keutamaan
dan diperbaharui dalam kehidupan yang dipelihara oleh Perjamuan
Kudus.
Karya Johannes Damaskenus banyak digunakan dalam Gereja
Timur.
Philip Melanchthon
Melanchthon (1497-1560) sang ―guru Jerman‖ adalah orang pertama
yang mensistematisasikan, atau menurut sementara orang,
menjinakan pemikiran Luther.
Gereja adalah hanya mereka yang menerima Buku ini [Alkitab] dan
mendengarkan, mempelajari serta mengikuti pemikirannya dalam
ibadah dan moral
Inti pusat Alkitab serta dari doktrin murni adalah pembenaran oleh
iman. Melanchthon merumuskan gagasan ini [pembenaran oleh
iman] dengan cara yang kurang berbau predestinasi dibandingkan
dengan Marthen Luther: ―Allah menarik orang, tetapi Ia menarik
mereka yang bersedia‖.
Bukunya yang terkenal ―Loci Communes Rerum Theologicarum‖
berisi pokok-pokok umum yang bersifat soteriologis, yaitu dosa,
anugerah, Taurat dan Injil, pembenaran dan iman, pekerjaan iman
dalam kasih dan lambing-lambang sacramental, yang meyakinkan
orang percaya akan janji-janji Allah dan karya keselamatan Kristus.
60 |PENGANTAR DOGMATIKA
Bahkan ajaran sepenuhnya tentang Allah Tritunggal, pengalaman
gereja dalam ibadah, doa, khotbah dan sakramen.
2.3. Gereja Abad Reformasi dan Post Reformasi (1517 – Kini)
Marthen Luther
 Teologinya bersifat Kristosentris.
 Keselamatan itu hanya berdasarkan anugerah
 Katekismus kecil: berisi 10 hukum, PIR, Doa Bapa Kami,
Sakramen Baptisan, dan Perjamuan Kudus.
Garis merah teologisnya ialah pengetahuan tentang Allah dan kita
sendiri, yang saling berhubungan dengan focus tetap pada Kristus
sebagai perantara
Zwingli
 Ia menyatakan: suatu doktrin tidak boleh berlawanan
dengan akal, bagi Luther peranan akal dalam teologi jauh lebih
kurang.
 Alkitab mempunyai wewenang terakhir. Firman Allah adalah pasti.
Kalau Allah berbicara terjadilah. Firman Allah juga jelas, Akan tetapi
ini tidak berarti bahwa tidak mungkin terjadi salah tafsir. … (Lane,
2005:144-145)
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika
Bmf 45 pengantar dogmatika

More Related Content

What's hot

Menulis Renungan
Menulis RenunganMenulis Renungan
Menulis RenunganSABDA
 
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)Kornelis Ruben
 
SABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
SABDA MLC: Doktrin Alkitab LanjutanSABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
SABDA MLC: Doktrin Alkitab LanjutanSABDA
 
Ibadah minggu 09 nov 2014
Ibadah minggu 09 nov 2014Ibadah minggu 09 nov 2014
Ibadah minggu 09 nov 2014welhelmusdenny
 
Bergaul dengan firman Allah
Bergaul dengan firman AllahBergaul dengan firman Allah
Bergaul dengan firman AllahRicky Desersi
 
SABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin Alkitab
SABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin AlkitabSABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin Alkitab
SABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin AlkitabSABDA
 
Homiletika Program Khusus.pptx
Homiletika Program Khusus.pptxHomiletika Program Khusus.pptx
Homiletika Program Khusus.pptxChrisRevy
 
Motivasi yang benar
Motivasi yang benarMotivasi yang benar
Motivasi yang benarMelky G
 
Etika Kristen Materi Kuliah
Etika Kristen Materi KuliahEtika Kristen Materi Kuliah
Etika Kristen Materi KuliahSAROFAMATI DUHA
 
Apa itu khotbah
Apa itu khotbahApa itu khotbah
Apa itu khotbahGerry Atje
 
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI lokobaltenius
 
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi ModernKristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi ModernGiovanni Promesso
 
Manusia dan Dosa
Manusia dan DosaManusia dan Dosa
Manusia dan DosaSABDA
 
Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]
Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]
Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]Yohanes Ratu Eda
 

What's hot (20)

Menulis Renungan
Menulis RenunganMenulis Renungan
Menulis Renungan
 
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
 
Ptt hidup berpengharapan
Ptt hidup berpengharapan Ptt hidup berpengharapan
Ptt hidup berpengharapan
 
Sejarah Doktrin Gereja
Sejarah Doktrin GerejaSejarah Doktrin Gereja
Sejarah Doktrin Gereja
 
SABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
SABDA MLC: Doktrin Alkitab LanjutanSABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
SABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
 
Teologi armenian
Teologi armenianTeologi armenian
Teologi armenian
 
Makalah Roh Kudus
Makalah Roh KudusMakalah Roh Kudus
Makalah Roh Kudus
 
Ibadah minggu 09 nov 2014
Ibadah minggu 09 nov 2014Ibadah minggu 09 nov 2014
Ibadah minggu 09 nov 2014
 
Bergaul dengan firman Allah
Bergaul dengan firman AllahBergaul dengan firman Allah
Bergaul dengan firman Allah
 
SABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin Alkitab
SABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin AlkitabSABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin Alkitab
SABDA MLC: Kelas Online: Diskusi Pengantar Doktrin Alkitab
 
Homiletika Program Khusus.pptx
Homiletika Program Khusus.pptxHomiletika Program Khusus.pptx
Homiletika Program Khusus.pptx
 
Disiplin Rohani
Disiplin RohaniDisiplin Rohani
Disiplin Rohani
 
Motivasi yang benar
Motivasi yang benarMotivasi yang benar
Motivasi yang benar
 
Etika Kristen Materi Kuliah
Etika Kristen Materi KuliahEtika Kristen Materi Kuliah
Etika Kristen Materi Kuliah
 
Apa itu khotbah
Apa itu khotbahApa itu khotbah
Apa itu khotbah
 
Fondasi Pernikahan
Fondasi PernikahanFondasi Pernikahan
Fondasi Pernikahan
 
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
 
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi ModernKristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
 
Manusia dan Dosa
Manusia dan DosaManusia dan Dosa
Manusia dan Dosa
 
Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]
Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]
Pembenaran oleh iman.pptx [autosaved]
 

Viewers also liked

Bmf 46 leadership principles
Bmf 46 leadership principlesBmf 46 leadership principles
Bmf 46 leadership principlesPT Wings Surya
 
Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)
Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)
Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)PT Wings Surya
 
Bmf 48 teori & praktek doa
Bmf 48 teori & praktek doaBmf 48 teori & praktek doa
Bmf 48 teori & praktek doaPT Wings Surya
 
Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan
Bmf 44 spiritualitas kepemimpinanBmf 44 spiritualitas kepemimpinan
Bmf 44 spiritualitas kepemimpinanPT Wings Surya
 
Bmf 4 pernikahan & keluarga
Bmf 4 pernikahan & keluargaBmf 4 pernikahan & keluarga
Bmf 4 pernikahan & keluargaPT Wings Surya
 
Bmf 10 christian leadership
Bmf 10 christian leadershipBmf 10 christian leadership
Bmf 10 christian leadershipPT Wings Surya
 
Bmf 1 spiritual mentoring
Bmf 1 spiritual mentoringBmf 1 spiritual mentoring
Bmf 1 spiritual mentoringPT Wings Surya
 
Ppt manajemen
Ppt manajemenPpt manajemen
Ppt manajemenadryanSW
 
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015bpkgunungmulia
 
Cara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektifCara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektifSAROFAMATI DUHA
 
Bmf 35 servant leadership
Bmf 35 servant leadershipBmf 35 servant leadership
Bmf 35 servant leadershipPT Wings Surya
 
Makalah teknik simulasi dan pemodelan
Makalah teknik simulasi dan pemodelanMakalah teknik simulasi dan pemodelan
Makalah teknik simulasi dan pemodelanNayla Tsauraya
 
Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church
Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic ChurchBuku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church
Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic ChurchGBI KAPERNAUM - BALI
 
Pengertian, ruang lingkup, paham
Pengertian, ruang lingkup, pahamPengertian, ruang lingkup, paham
Pengertian, ruang lingkup, pahampuput rachmani
 
Contoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemContoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemyussiwi purwitasari
 
Kepemimpinan pelayan (servant leadership)
Kepemimpinan pelayan (servant leadership)Kepemimpinan pelayan (servant leadership)
Kepemimpinan pelayan (servant leadership)Dwi Diantono
 

Viewers also liked (20)

Dogmatika
Dogmatika Dogmatika
Dogmatika
 
Bmf 46 leadership principles
Bmf 46 leadership principlesBmf 46 leadership principles
Bmf 46 leadership principles
 
Bmf 21 cahaya injil
Bmf 21 cahaya injilBmf 21 cahaya injil
Bmf 21 cahaya injil
 
Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)
Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)
Buku Pegangan Pelayanan (Billy Graham)
 
Bmf 48 teori & praktek doa
Bmf 48 teori & praktek doaBmf 48 teori & praktek doa
Bmf 48 teori & praktek doa
 
Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan
Bmf 44 spiritualitas kepemimpinanBmf 44 spiritualitas kepemimpinan
Bmf 44 spiritualitas kepemimpinan
 
Bmf 4 pernikahan & keluarga
Bmf 4 pernikahan & keluargaBmf 4 pernikahan & keluarga
Bmf 4 pernikahan & keluarga
 
Bmf 39 keluarga
Bmf 39 keluargaBmf 39 keluarga
Bmf 39 keluarga
 
Bmf 10 christian leadership
Bmf 10 christian leadershipBmf 10 christian leadership
Bmf 10 christian leadership
 
Bmf 1 spiritual mentoring
Bmf 1 spiritual mentoringBmf 1 spiritual mentoring
Bmf 1 spiritual mentoring
 
Bmf 49 kesabaran
Bmf 49 kesabaranBmf 49 kesabaran
Bmf 49 kesabaran
 
Ppt manajemen
Ppt manajemenPpt manajemen
Ppt manajemen
 
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
Katalog Perpustakaan Buku-buku BPK Gunung Mulia 2015
 
Cara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektifCara berkhotbah yang efektif
Cara berkhotbah yang efektif
 
Bmf 35 servant leadership
Bmf 35 servant leadershipBmf 35 servant leadership
Bmf 35 servant leadership
 
Makalah teknik simulasi dan pemodelan
Makalah teknik simulasi dan pemodelanMakalah teknik simulasi dan pemodelan
Makalah teknik simulasi dan pemodelan
 
Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church
Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic ChurchBuku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church
Buku Panduan Konseling Pranikah Gbi Caphernaum Apostolic Church
 
Pengertian, ruang lingkup, paham
Pengertian, ruang lingkup, pahamPengertian, ruang lingkup, paham
Pengertian, ruang lingkup, paham
 
Contoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemContoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistem
 
Kepemimpinan pelayan (servant leadership)
Kepemimpinan pelayan (servant leadership)Kepemimpinan pelayan (servant leadership)
Kepemimpinan pelayan (servant leadership)
 

Similar to Bmf 45 pengantar dogmatika

1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf
1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf
1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdfMIksantoro
 
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19markustuturmutu
 
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptxMata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptxLaskarAjiMuhammadNur
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaseiei akito
 
Agama Kristen protestan
 Agama Kristen protestan Agama Kristen protestan
Agama Kristen protestanpjj_kemenkes
 
Agama Kristen Katholik
 Agama Kristen Katholik Agama Kristen Katholik
Agama Kristen Katholikpjj_kemenkes
 
Gereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudusGereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudusseransony
 
Bab 1 sap teologi penggembalaan
Bab 1  sap teologi penggembalaanBab 1  sap teologi penggembalaan
Bab 1 sap teologi penggembalaanChris Hukubun
 
Bab 1 sap teologi penggembalaan
Bab 1  sap teologi penggembalaanBab 1  sap teologi penggembalaan
Bab 1 sap teologi penggembalaanChris Hukubun
 
MATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptxMATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptxBilly46313
 
Gereja dan sakramen
Gereja dan sakramenGereja dan sakramen
Gereja dan sakramenAperius T.
 
Makalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islamMakalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islamRifiani Zemi
 
Tugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualTugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualKevinanahoe
 
Makalah reformasi filsafat sosial [pos]
Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]
Makalah reformasi filsafat sosial [pos]Trisna Nurdiaman
 
Soal filsafat ilmu stikmar
Soal filsafat ilmu   stikmarSoal filsafat ilmu   stikmar
Soal filsafat ilmu stikmarAhmad Gazali
 
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.ppt
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.pptIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.ppt
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.pptsayyidAbdHalid
 

Similar to Bmf 45 pengantar dogmatika (20)

1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf
1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf
1. Prolegomena_Dr Iksantoro.pdf
 
Teologia biblika
Teologia biblikaTeologia biblika
Teologia biblika
 
makalah teologi islam
makalah teologi islammakalah teologi islam
makalah teologi islam
 
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
Makalah dokma iv pandangan gereja kepada masyarakat di masa cov 19
 
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptxMata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Tauhid di indonesia
Tauhid di indonesiaTauhid di indonesia
Tauhid di indonesia
 
Agama Kristen protestan
 Agama Kristen protestan Agama Kristen protestan
Agama Kristen protestan
 
Agama Kristen Katholik
 Agama Kristen Katholik Agama Kristen Katholik
Agama Kristen Katholik
 
Makalah materi 2 kelompok 1
Makalah materi 2 kelompok 1Makalah materi 2 kelompok 1
Makalah materi 2 kelompok 1
 
Gereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudusGereja dan roh kudus
Gereja dan roh kudus
 
Bab 1 sap teologi penggembalaan
Bab 1  sap teologi penggembalaanBab 1  sap teologi penggembalaan
Bab 1 sap teologi penggembalaan
 
Bab 1 sap teologi penggembalaan
Bab 1  sap teologi penggembalaanBab 1  sap teologi penggembalaan
Bab 1 sap teologi penggembalaan
 
MATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptxMATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptx
 
Gereja dan sakramen
Gereja dan sakramenGereja dan sakramen
Gereja dan sakramen
 
Makalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islamMakalah pendekatan teks studi islam
Makalah pendekatan teks studi islam
 
Tugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualTugas Teology Kontekstual
Tugas Teology Kontekstual
 
Makalah reformasi filsafat sosial [pos]
Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]Makalah reformasi   filsafat sosial [pos]
Makalah reformasi filsafat sosial [pos]
 
Soal filsafat ilmu stikmar
Soal filsafat ilmu   stikmarSoal filsafat ilmu   stikmar
Soal filsafat ilmu stikmar
 
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.ppt
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.pptIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.ppt
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA.ppt
 

More from PT Wings Surya

More from PT Wings Surya (20)

Bmf 53 teologi reformed
Bmf 53 teologi reformedBmf 53 teologi reformed
Bmf 53 teologi reformed
 
Bmf 51 tulip
Bmf 51 tulipBmf 51 tulip
Bmf 51 tulip
 
Bmf 46 leadership principles
Bmf 46 leadership principlesBmf 46 leadership principles
Bmf 46 leadership principles
 
Bmf 50 berjalan bersama tuhan
Bmf 50 berjalan bersama tuhanBmf 50 berjalan bersama tuhan
Bmf 50 berjalan bersama tuhan
 
Bmf 47 tuhan itu ada white
Bmf 47 tuhan itu ada whiteBmf 47 tuhan itu ada white
Bmf 47 tuhan itu ada white
 
Bmf 43 praying with expectancy
Bmf 43 praying with expectancyBmf 43 praying with expectancy
Bmf 43 praying with expectancy
 
Bmf 42 transformational leadership
Bmf 42 transformational leadershipBmf 42 transformational leadership
Bmf 42 transformational leadership
 
Bmf 41 renungan harian air hidup
Bmf 41 renungan harian air hidupBmf 41 renungan harian air hidup
Bmf 41 renungan harian air hidup
 
Bmf 40 air hidup
Bmf 40 air hidupBmf 40 air hidup
Bmf 40 air hidup
 
Bmf 38 the bible
Bmf 38 the bibleBmf 38 the bible
Bmf 38 the bible
 
Bmf 37 MOTHER TERESA QUOTES
Bmf 37 MOTHER TERESA QUOTESBmf 37 MOTHER TERESA QUOTES
Bmf 37 MOTHER TERESA QUOTES
 
Bmf 36 leadership challenge
Bmf 36 leadership challengeBmf 36 leadership challenge
Bmf 36 leadership challenge
 
Bmf 34 level 5 leadership
Bmf 34 level 5 leadershipBmf 34 level 5 leadership
Bmf 34 level 5 leadership
 
Bmf 33 rho
Bmf 33 rhoBmf 33 rho
Bmf 33 rho
 
Bmf 32 rho
Bmf 32 rhoBmf 32 rho
Bmf 32 rho
 
Bmf 31 rho
Bmf 31 rhoBmf 31 rho
Bmf 31 rho
 
Bmf 30 rho
Bmf 30 rhoBmf 30 rho
Bmf 30 rho
 
Bmf 29 rho
Bmf 29 rhoBmf 29 rho
Bmf 29 rho
 
Bmf 27 rho
Bmf 27 rhoBmf 27 rho
Bmf 27 rho
 
Bmf 26 renungan harian online
Bmf 26 renungan harian onlineBmf 26 renungan harian online
Bmf 26 renungan harian online
 

Bmf 45 pengantar dogmatika

  • 2.
  • 3. i | P a g e Table of Contents PENDAHULUAN........................................................................................................ iii PENGANTAR DOGMATIKA ........................................................................................ 1 DOGMATIKA: FUNGSI, METODE & PERKEMBANGANNYA........................................ 4 DOGMATIKA............................................................................................................ 20 Dogmatika Masa Kini [Soft Cover] .................................................................... 24 PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIK ........................................................................ 27 APA ITU TEOLOGI ?................................................................................................. 87 Pendahuluan Teologi Biblika PB ............................................................................. 89 Kontras antara Teologi Biblika dan Teologi Sistematika ........................... 91 Sejarah Teologi PB .................................................................................................. 93 Teologi Yohanes (Pengantar).................................................................................. 97 3. Penulis II Yohanes......................................................................................... 102 c. Alamat Pengirim dan yang Dituju................................................................ 102 5. Penulis Kitab Wahyu:.................................................................................... 103 TEOLOGI SINOPTIC................................................................................................ 105 Teologi Kisah Para Rasul ....................................................................................... 125 Introduksi Teologi Paulus...................................................................................... 129 SURAT-SURAT PAULUS............................................................................. 131 Teologi Paulus Tentang Allah................................................................................ 132 Teologi Paulus Tentang Kristus............................................................................. 134 Teologi Paulus Tentang Roh Kudus....................................................................... 135 Hamartologi Paulus............................................................................................... 136 Soteriologi Paulus ................................................................................................. 137 Teologi Paulus Tentang Gereja............................................................................. 139 Eskatologi Paulus....................................................................................... 140 Teologi Yakobus.................................................................................................... 142 Teologi Yakobus.................................................................................................... 144
  • 4. ii | P a g e Teologi Ibrani.........................................................................................................146 2. Waktu Penulisan ............................................................................................148 3. Alamat Penulis dan yang Dituju: Paulus menulis dari Italia untuk sekelompok orang Yahudi.................................................................................149 4. Tujuan Penulisan ...........................................................................................149 6. Thema Surat Ibrani: ―Yakin di dalam Kristus‖............................................149 7. Karakteristik Surat Ibrani...............................................................................149 Doktrin-Doktrin Ibrani...........................................................................................149 Pengantar Teologi Petrus......................................................................................153 Pengantar II Petrus................................................................................................154 Teologi Petrus........................................................................................................157 Teologi Yudas (Pengantar) ....................................................................................161 Teologi Yudas (Doktrin).........................................................................................162 Teologi Yohanes (Pembahasan) ............................................................................164 Daftar Pertanyaan Diskusi Teologi PB2.................................................................177 PENUTUP...............................................................................................................179
  • 5. iii | P a g e PENDAHULUAN Istilah dogmatika berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya dogmatika. Kata-kata ini mula-mula berarti: 1. Pandangan/pendapat. 2. Ajaran filsafat atau buah pikiran filsuf. 3. Keputusan/ketetapan, perintah. 4. Dekrit dari pihak pemerintah atau penguasa. R. Soedarmo mendefinisikan dogma sebagai: hasil penyelidikan orang percaya tentang firman Tuhan yang ditentukan oleh gereja dan diperintahkan untuk dipercayai. Bahan-bahan di sini diambil sebagian besar dari http://sabdaabadi.blogspot.com/ Koleksi ini mengumpulkan bahan-bahan untuk dipelajari lebih lanjut. Bukan kesimpulan tertutup, melainkan suatu bahan terbuka untuk kita kaji. Tuhan Yesus memberkati. BMF collections - 2015
  • 6. iv | P a g e
  • 7. 1 |PENGANTAR DOGMATIKA PENGANTAR DOGMATIKA (DR. RUBIN ADI ABRAHAM) 1. NAMA 1. Dogmatika. Istilah ini pertama kali digunakan oleh L. Fr. Reinhart pada abad ke 17. 2. Iman Kristen/Ajaran Iman Kristen. Istilah ini digunakan oleh teolog Jerman S.J. Baumgarten dan F.D.E. Schleiermacher pada abad ke 18. 3. Teologi sistematika, khususnya dipergunakan oleh para teolog yang berasal dari Inggris seperti Ch. Hodge, L Berkhof, A.H. Strong, dll. 2. TEMPAT DOGMATIKA DALAM ILMU THEOLOGI Di dalam ilmu theologi (theos = Allah, logos = ajaran), dogmatika ditempatkan dalam vak Teologi Sistematika. Ilmu teologi terbagi atas 5 vak : 1. Teologi Biblika (eksegetis), menyelidiki apa yang tertulis dalam Alkitab. Termasuk dalam vak ini, misalnya: Pengantar PL/PB, teologi PL/PB, tafsiran, hermeneutika, bahasa. 2. Teologi Historika, menyelidiki sejarah umat Allah dalam Alkitab dan gereja Sejas zaman Kristus. Termasuk di dalamnya: sejarah Alkitab, sejarah gereja, sejarah pekabaran Injil, sejarah ajaran dan sejarah pengakuan iman. 3. Teologi Sistematika, menyelidiki apa yang menjadi pokok-pokok kepercayaan Alkitab, bagaimana hidup sesuai dengan kepercayaan tersebut. Yang tergolong vak ini adalah dogmatika, etika, apologetika. 4. Teologi Praktika, membahas penerapan pokok-pokok teologi dalam kehidupan praktis untuk pembinaan dan pelayanan, meliputi:
  • 8. 2 |PENGANTAR DOGMATIKA homiletika, pendidikan agama Kristen (PAK), penginjilan, administrasi gereja, dll. 5. Teologi Religi, untuk menyelidiki agama-agama di luar kekristenan, misalnya: Islamologi, Hindu, Budha, dari sudut pandang teologi Kristen yang alkitabiah. 3. DOGMA: Istilah dan Defininya Istilah dogmatika berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya dogmatika. Kata-kata ini mula-mula berarti: 5. Pandangan/pendapat. 6. Ajaran filsafat atau buah pikiran filsuf. 7. Keputusan/ketetapan, perintah. 8. Dekrit dari pihak pemerintah atau penguasa. Di dalam Perjanjian Baru kita melihat penggunaan kata dogma dalam arti sebagai berikut: 1. Dekrit Kaisar (Luk 2:1, Kis 17:7) 2. Ketetapan, ketentuan Hukum Taurat (Ef 2:15, Kol 2:14) 3. Keputusan yang diambil oleh sidang para rasul dan penatua di kota Yerusalem (Kis 16:4, 15:1-2, 19-20 keputusan yang diambil ialah hal-hal yang menyangkut moral dan upacara keagamaan) Selanjutnya sesudah abad 11 Masehi, Dogma dipahami sebagai pengajaran yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus atau sebagai exposisi/penjelasan Injil/ ekxposisi dari kebenaran-kebenaran berita Injil. Hal itu jelas sekali dari ungkapan-ungkapan yang sering muncul pada zaman itu seperti: “Dogma Injil”, “Dogma Tuhan”. Di sini kata dogma akhirnya sampai pada pengertian yang kita kenal sekarang ini sebagai “Rumusan kepercayaan gereja Kristen”. Jadi dogmatika ada sangkut pautnya dengan isi pengakuan iman gereja. R. Soedarmo mendefinisikan dogma sebagai: hasil penyelidikan orang percaya tentang firman Tuhan yang ditentukan oleh gereja dan diperintahkan untuk dipercayai.
  • 9. 3 |PENGANTAR DOGMATIKA Dari rumusan itu kita melihat tiga unsur tentang dogma: 1. Hasil penyelidikan. 2. Firman Tuhan sebagai dasar. Gereja Roma Katholik memandang “tradisi” (ajaran para rasul atau bapa gereja yang tidak tertulis dalam Alkitab) juga sebagai dasar. 3. Yang menentukan dogma adalah gereja, bukan ahli teologia,dll. Dogma tidak sama dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan merupakan sumber dogma dan karena itu maka dogma harus terus menerus dikontrol oleh Firman Tuhan sebab jika tak sesuai dengan Firman Tuhan dogma itu perlu diubah. Jadi dogma sifatnya relatif, tidak mutlak. Kebenaran dogma tergantung kepada sesuai tidaknya dengan Firman Allah. 4. TUGAS DOGMATIKA Dogmatika adalah kegiatan dari ilmu teología yang bertugas untuk: 1. Menyelidiki dan membuktikan apakah dogma-dogma Gereja sesuai atau tidak dengan Firman Tuhan. 2. Merumuskan pengertian-pengertian pokok di dalam Alkitab misalnya tentang Allah, Yesus Kristus, Keselamatan, Manusia, Roh Kudus, dll. Dengan demikian obyek perhatian Dogmatika bukan melulu dogma-dogma gereja saja. 3. Menanggapi dan menyanggah ajaran-ajaran atau pandangan dari luar kekristenan. 5. PENTINGNYA DOGMATIKA 1. Memberikan peganganyang kokoh dan jelas kepada jemaat sehingga dia tidak mudah tersesat ataupun disesatkan (1 Tim 4:1-16, 2 Ptr 3:17-18) 2. Dengan berdogmatika maka gereja bersikap mawas diri terhadap apa yang diberikannya agar supaya pemberitaannya tidak menyimpang. 6. METODE/CARA KERJA DOGMATIKA
  • 10. 4 |PENGANTAR DOGMATIKA 1. Kita menggunakan Alkitab sebagai ukuran. 2. Dengan memperhatikan Pengakuan Iman (Sahadat), serta pandangan reformator dan para teolog yang telah dirumuskan. Misalnya: Pengakuan Iman Rasuli (abad IV), pengakuan iman Nicea, katekismus Heidelberg (disusun oleh Ursinus, lalu oleh Olevinus). Catatan: Dogma yang tertua ialah “Yesus Kristus adalah Tuhan”. Dalam hal ini dogmatik perlu dibantu oleh disiplin ilmu teologia lainnya seperti ilmu tafsir, teologia alkitabiah, sehingga penafsiran untuk perumusan dogmatika itu bersifat: EXEGESE = membiarkan Alkitab dipakai untuk menunjang pendapat kita. Kita harus menghindari BIBLISISME, yakni pandangan yang mengutip ayat- ayat Alkitab secara sembarangan atau hanya melihat makna harafiah saja dalam Alkitab. Biblisisme ini biasanya hanya memperhatikan apa yang tersurat tapi mengabaikan apa yang tersirat dalam Alkitab., walaupun memang ada ayat-ayat yang dapat dimengerti secara mudah dari apa yang tersurat. http://dasarkokoh.blogspot.com/2009/05/pengantar- dogmatika.html DOGMATIKA: FUNGSI, METODE & PERKEMBANGANNYA 00. Pengantar Tulisan ini bukan sekedar pemenuhan penulisan makalah untuk seleksi dosen di Fakultas Teologi, UKIM. Tapi jauh dari pada itu, sebetulnya memperlihatkan keseriusan penulis dalam memahami bidang dogmatika sebagai minat teologi yang harus diberi perhatian khusus. Paling kurang ada dua alasan untuk itu; pertama, acapkali ada pra-anggapan mengenai bidang ini yang cenderung kaku dan tidak boleh di otak-atik lagi sebab sudah pasti dan mutlak (baca: telah menjadi dogma). Hal ini mengakibatkan dogmatika seringkali dilihat sebagai bidang teologi yang mandeg dan statis. Padahal jauh dari pada itu, dogmatika adalah bidang teologi yang dinamis tetapi juga kritis dan mengalami berbagai penyesuaian sana sini; kedua,
  • 11. 5 |PENGANTAR DOGMATIKA kontekstualisasi yang menjadi paradigma berteologi seakan menjadi imperatif bagi dogmatika untuk melakukan kritik dirinya sembari tetap menjaga aspek kekhasan iman Kristen ditengah-tengah perjumpaan teologi dengan berbagai disiplin ilmu lain sebagai mitra dialog. Sebab memang pertanyaan mendasar adalah bagaimana Firman Tuhan dalam konteks kekinian digumuli? Mampukah dogmatika dibebaskan dari cap Baratnya dan lalu sungguh-sungguh merupakan dogmatika yang kontekstual dimana gereja itu ada dalam menanggapi Firman Allah itu (khususnya di Indonesia bahkan Maluku). Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud memperlihatkan fungsi, metode dan juga perkembangan ilmu dogmatika sebagai bagian dari pergumulan teologi (baca: gereja) yang tetap memperlihatkan aspek ajaran iman sebagai doktrin yang jelas, kritis, dinamis, bahkan pasti untuk menjadi dogma bagi gereja dari masa ke masa. Ada baiknya didahului dengan memahami apa itu dogmatika. 01. Apa Itu Dogmatika Dogmatika tidak bisa dilepaskan dari dogma, karenanya dalam mengartikannya kita harus lebih dulu memahami apa itu dogma. Menurut Hendrikus Berkhof dalam bukunya “introduction to the study of dogmatics” menguraikan bahwa setiap kata yang diakhiri dengan ics (dogmatics) mengarah kepada penjelasan kata sebelumnya yaitu dogma. Lanjutnya ics menunjuk kepada sebuah kegiatan ilmiah. Karenanya dengan sederhana ia menyimpulkan dogmatika sebagai studi ilmiah tentang dogma. Dalam kamus Yunani-Belanda sebagaimana yang dikutip Jongeneel, kata dogma berarti pendapat, asaz, keputusan, perintah, atau hukuman. Bahkan kata ini juga dipakai dalam artian sebagai peraturan. Dengan mengacu pada kata dogma yang sering dipakai dalam Perjanjian Baru, dogma mempunyai arti sebagai berikut: ketetapan, perintah dari Kaisar atau raja (Lukas 2:1; Kis.17:7; Ibrani 11:23); perintah hukum, ketentuan hukum, yang berasal dari Musa (Efesus 2:15; Kolose 2:14) dan keputusan Kristen (Kisah 16:4).
  • 12. 6 |PENGANTAR DOGMATIKA Menurut Herman Bavinck sebagaimana yang dikutip Yewangoe menguraikan bahwa dogma berasal dari kata Yunani dokein, yang mengacu pada apa yang ditetapkan, yang diputuskan, dan karena itu pasti. Pemakaian istilah dogma mengajarkan kepada kita bahwa terdapat berbagai perintah, keputusan, kebenaran, dalil, aturan kehidupan yang bisa diacu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Lukas (dalam Kis.16:4) dimana para rasul (Paulus dan Silas) selalu menyampaikan dogma yang berupa keputusan-keputusan yang diambil oleh para Rasul dan para Penatua di Jerusalem dengan pesan supaya jemaat menurutinya. Keputusan itu menyangkut baik “ajaran Kristen” maupun “kehidupan Kristen” Menurut Yawangoe istilah dogma mengandung empat makna, diantaranya; pertama, secara umum terkandung di dalamnya pengertian bahwa ada sesuatu yang pasti dan yang berada di atas; kedua, dogma mengandung di dalamnya unsur sosial. Dogma berwatak menentukan maka dengan sendirinya ia akan diakui dalam suatu lingkungan tertentu. Pengertian dogma mengasumsikan bahwa kekuasaan (baca: kewibawaan) yang menghasilkan mesti juga mampu untuk mengakui dan mempertahankannya; ketiga, istilah ini mengajarkan kita bahwa senantiasa ada dua unsur yang terkait satu sama lain, yaitu kewibawaan Allah dan pengakuan iman gereja. Olehnya tugas ahli dogmatika adalah menjamin bagaimana kedua unsur ini dikaitkan satu sama lain; dan keempat, dogma juga berarti luas sekali. Ia kadang-kadang mengacu pada seluruh ajaran dan akta agama Kristen, termasuk di dalamnya upacara-upacara dan ritus- ritus. Dogma juga tidak saja mengacu pada ajaran-ajaran tetapi juga pada kebenaran etis. Bagaimana dengan dogmatika? Dogmatika pada mulanya adalah sebuah ajektif guna melukiskan pengertian utama teologi. Bahkan pernah pula diartikan sebagai ajaran tentang Allah, tetapi segera mendapat banyak kritikan sebab solah-olah Allah bisa saja dijadikan sebagai objek percakapan dan pembahasan. Banyak ahli dogmatika berpendapat, bahwa ketimbang Allah sebagai objek, maka isi kepercayaanlah yang mestinya merupakan titik perhatian kita. R.
  • 13. 7 |PENGANTAR DOGMATIKA Soedarmo dalam bukunya “Ikhtisar Dogmatika” mengartikan dogmatika sebagai ilmu teologi yang menyelidiki dan merumuskan hal-hal yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan yang mencari kesatuan dari hal-hal tersebut. Bahkan lebih jauh Gerald O’collins mengartikan dogmatika sebagai pengujian dan penampilan secara koheren dan sistematis semua ajaran Kristen yang meliputi Trinitas, Inkarnasi, Penebusan, dosa, anugerah, gereja, sakramen, eskatologis dan seterusnya. Semuanya harus dilakukan dalam terang iman. Olehnya dogmatika harus dikerjakan oleh orang percaya. Aspek lain yang penting juga adalah dogmatika dilihat sebagai bersifat gerejawi. Hal ini terlihat jelas dalam karya Karl Barth “Kirchliche dogmatik” (dogmatika gerejawi). Dengan demikian dogmatika haruslah merefleksikan iman jemaat. Namun tidak berarti dogmatika menolak upaya-upaya penyelidikan, penelitian, pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran kritis, maupun konstruktif. Dogmatika justru mendorong ke arah itu. 02. Fungsi Dogmatika Dogmatika pada dasarnya mempunyai dua fungsi, yakni reproduktif- tradisional dan produktif-kontekstual. Keduanya tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri-sendiri, tapi kedua fungsi ini saling melengkapi dan mengoreksi. a. Fungsi Reproduktif – Tradisional Fungsi ini memperlihatkan tugas dogmatika yang mempunyai tugas memadukan tafsiran Alkitab dan penjelasan dogma-dogma kegerejaan. Kumpulan kitab-kitab Alkitab dan keputusan-keputusan serta pengakuan-pengakuan tertentu dari Gereja Purba yang hingga kini masih menjadi dasar pemikiran dogmatis bagi gereja-gereja di seluruh dunia. Fungsi ini sebetulnya memperlihatkan dua kesalahpahaman yang perlu diluruskan dari tugas dogmatika. Pertama, orang sering mengatakan bahwa mengerjakan dogmatika berarti menyajikan saja bahan-bahan dari sejarah gereja atau sejarah dogma yang sudah ada kemudian menyusunnya secara aktual. Pandangan ini sebetulnya keliru, sebab jika demikian adanya berarti tugas dogmatika hanyalah
  • 14. 8 |PENGANTAR DOGMATIKA sebatas menyediakan informasi historis saja. Kedua, mengerjakan dogmatika berarti mengulangi pernyataan Alkitab dan menyusunnya dengan jelas menurut topik-topik pemikiran dogmatis, misalnya pokok tentang manusia, dosa, iman, penyataan, Yesus Kristus, dll. Padahal tugas dogmatika tidak harus dipersempit menjadi tugas katalogisasi Alkitab dan sejarah dogma mengenai pernyataan- pernyataan yang terdapat didalamnya. Memang benar dalam fungsi ini cukup dibatasi pada tugas katalokisasi bagi penjelasan dogma- dogma gereja dalam hubungannya dengan teratur. Namun dalam upaya yang dirumuskan oleh gereja itu, jika pendapat-pendapat teologis dapat pula didiskusikan. Sebab memang dalam Protestantisme misalnya dogmatika tidak sekedar merupakan metode deskriptif saja, melainkan mencari dan menemukan pernyataan-pernyataan yang normatif. Sebagai contoh dari pengembangan fungsi reproduktif-tradisional ini sebetulnya nampak dalam karya dogmatis yang ditampilkan oleh Harun Hadiwijono dalam buku “Iman Kristen” dan R. Soedarmo dalam bukunya “Ikhtisar Dogmatik”. Kedua pikiran dogmatis yang dituangkan dalam buku mereka kesannya sangat kuat menampilkan fungsi dogmatis yang reproduktif-tradisional. Hal ini nampak jelas dalam pikiran mereka yang terkesan teosentris. Jongeneel menyebut kedua pikiran dogmatis ini sebagai gaya berteologi dogmatis yang memberi penekanan ajaran iman Kristen “dari atas” atau sangat deduktif. Penjelasan-penjelasan dogmatis masih terkesan terikat pada pembagian yang lazim digunakan, bahkan aspek konteks kurang diperhatikan. Seakan-akan dogma adalah sesuatu yang ditentukan oleh gereja dan diperintahkan untuk dipercaya dan dogmatika hanyalah rumusan-rumusan yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan hanya mencari kesatuan dari pokok-pokok itu (nampak dalam R. Soedarmo). Memang Harun Hadiwijono turut memberi perhatian terhadap agama-agama lain, namun harus diakui bahwa dialog serius dengan pandangan dogmatis agama-agama lain tidak nampak disana. Pemikirannya tetap menguraikan apa makna iman
  • 15. 9 |PENGANTAR DOGMATIKA Kristen yang mengacu pada isi iman Kristen itu sendiri, imann yang dipercaya atau ada pada ajaran iman. b. Fungsi Produktif – Kontekstual Hal terpenting dari fungsi ini adalah dogmatika harus terus menerus menginter-pertasikan Alkitab dan dogma secara baru. Mengapa? Sebab fungsi ini melihat begitu pentingnya hubungan dogmatika dengan situasi dan kondisi kekinian. Dogmatika tidak lalu serta merta tiggal dalam pretimbangan-pertimbangan historis saja, berbagai keputusan-keputusan juga pengakuan-pengakuan dari sejarah gereja dan sejarah dogma membutuhkan proses penterjemahannya kebenarannya ke dalam situasi yang kini. Kekinian menuntut dogmatika untuk memberi ruang kepada upaya pemahamana iman gereja secara baru dan kontekstual. Dieter Becker menegaskan bahwa dalam fungsi ini dogmatika menampakan suatu konsensus tentang isi pemberitaan atau kesadaran gereja akan konteksnya. Dogmatika bukanlah sesuatu yang ditetapkan selama-lamanya dan berlaku mutlak dan tidak perlu di otak-atik. Ia harus diberi bobot yang istimewa, maksudnya dogmatika tidak hanya menerima suatu dogma masa lampau dan menerangkannya dalam konteks masa kini, melainkan jauh dari pada itu dogmatika haruslah dikembangkan secara kritis. Sehingga sekaligus dari fungsi ini dogmatika menawarkan berbagai formulasi dogma yang sesuai dengan situasi dimana gereja merespon Allah itu atau situasi dimana ajaran tentang iman itu bertumbuh. Beberapa contoh konkrit perkembangan studi dogmatika yang mengembangkan fungsi ini antara lain telah menjadi model perkembangan studi-studi dogmatis pada sekolah-sekolah teologi di Indonesia. Mata-mata kuliah dogmatis tidak hanya menguraikan berbagai pokok ajaran iman Kristen dengan teratur dan sistematis seperti Allah, Trinitas, Iman, Penyataan, Penciptaan, Kristologi, dll., dengan hanya bertumpuh pada dasar Alkitabiah dan sejarah dogma gereja masa lampau, namun kebutuhan untuk melihat relevansi pokok-pokok itu dalam konteks kekinian adalah dialog menarik yang
  • 16. 10 |PENGANTAR DOGMATIKA akhir-akhir ini berkembang pesat dimana-mana. Bahkan beberapa gereja di Indonesia sudah secara kritis mengembangkan dogma gereja mereka dengan malakukan dialog yang kritis dengan konteks sehingga melahirkan pengakuan-pengakuan iman yang kontekstual dalam pergumulan dogmatis gereja. Upaya sistematis serupa sebetulnya nampak jelas pula pada karya Dieter Becker dalam bukunya “pedoman dogmatika” yang telah memperhitungkan upaya-upaya kontekstualisasi, dengan tetap memperhatikan pendasaran-pendasaran Alkitabiah dan sejarah dogma gereja masa lampau. Dialog antara pokok-pokok itu dengan konteks sebetulnya memperlihatkan keseriusan Becker dalam memberikan tanggapan dogmatis yang kontekstual. Sehingga dogma tidak hanya berfungsi secara reproduktif-tradisional saja seperti yang dijelaskan sebelumnya. 03. Metode Dogmatika Ada beberapa metode dogmatika yang diulas oleh Jongeneel dalam bukunya “Pembimbing ke Dalam Dogmatika Kristen”, diantaranya: a. Metode Deduktif Metode ini seringpula disebut metode dogamtis, sebab bertolak dari dogmata = aksioma-aksioma tertentu dan yang menarik kesimpulan- kesimpulan logis dari dogmata tersebut. Metode ini merupakan metode dogmatik klasik. Metode ini bertolak dari kepercayaan kepada Allah (teosentris) dan yang pada akhir zaman berbicara kepada kita melalui perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:1), dan menurunkan dari situ kebenaran-kebenaran yang kekal dan berlaku universal, yang mempunyai karakter yang mutlak. Menurut Jongeneel, beberapa teolog seperti O. Weber juga W. Pannenberg banyak berbicara mengenai pokok iman Kristen yang cukup menampakan cara deduktif yaitu “dari atas” yaitu ajaran iman Kristen yang dimulai dari suatu aksioma Allah (yang “dia atas”) dan menampakan diri dalam Yesus Kristus kepada manusia “di bawah” yaitu bumi. Metode inipun nampak pula dalam buku dogmatika yang dituliskan oleh R. Soedarmo dan Harun Hadiwijono. Struktur
  • 17. 11 |PENGANTAR DOGMATIKA metode deduktif digambarkannya demikian: 1.Allah “di tempat yang maha tinggi” (Lukas 2:14) yaitu surga 2.Penyataan Allah dalam Yesus Kristus “pada akhir zaman ini (Ibrani 1:1), di bumi 3.Iman Kristen sebagai reaksi orang percaya di bumi atas penyataan Allah dalam Yesus Kristus 4.Pengakuan iman Kristen di hadapan hadiran Allah dan sesama manusia 5.Kemudian diturunkan kebenaran-kebenaran dalam bentuk dogmatik atau ajaran iman Kristen. b. Metode Induktif Metode ini bertolak belakang dengan metode deduktif. Metode ini mendasarkan pekerjaan ilmian yang menyelidiki hal-hal yang khusus dan berdasarkan itu berusaha untuk mencapai rumusan umum yang berlaku untuk semua hal yang khusus dari pokok yang sama itu. Metode ini sebetulnya menjadi minat para ilmuan bahwa para teolog modern yang beranggapan bahwa metode deduktif terlalu abstrak. Sebab bukankan iman Kristen itu harus mengalami konkritisasi. Dan upaya ini hanya bisa tercapai atau terjawab hanya apabila teologi sistematika (baca dogmatika) itu dirumuskan “dari bawah” yaitu manusia “di bumi” dan bukan dari Allah yang “di atas” atau “di surga”. Metode ini mendapat tanggapan positif dari Jongeneel sendiri, sebab menurutnya dari situlah sebetulnya teologi itu dibangun. Teologi yang relevan adalah teologi yang dari situasi masa kini, dimana kehidupan manusia sedalam-dalamnya diselidiki, kemudian naik kepada perumusan-perumusan dan ucapan-ucapan teologis yang berlaku umum. Teologi haruslah bergerak “dari bawah” sebab dari situlah manusia menerima injil yang “kekal” itu dalam berbagai perumulan konteksnya yang mungkin pula sangat beragam dan partikular. c. Metode Korelasi Metode ini sebelutnya pertama kali diperkenalkan oleh Paul Tillich
  • 18. 12 |PENGANTAR DOGMATIKA yang mengembangkan tugas hermeneutik sebagai metode korelasi. Metode ini dimulai dengan penggalian masalah pada situasi konkrit “dari bawah”. Metode ini memperlihatkan sebuah upaya menerangkan isi kepercayaan (baca: iman) Kristen melalui masalah- masalah eksistensial yang rill dan mencari jawaban-jawaban teologis yang saling berkaitan. Tillich menyimpulklan problematik analisis situasi demikian: akal budi manusia – keberadaan manusia – eksistensi manusia – kehidupan manusia – sejarah manusia. jawaban konkrit yang diberikan secara teologis dari Injil Yesus Kristus atas pertanyaan masa kini itu diuraikan demikian: Wahyu – Allah – Kristus – Roh Kudus – Kerajaan Allah. Hal ini memperlihatkan bahwa teologi ternyata menjadi teologi yang menjawab persoalan-persoalan eksistensial manusia itu dalam situasi konkritnya. Inilah yang dimaksudkan oleh Tillich sebagai sebuah upaya korelasi antara perhubungan injil yang “kekal” dengan kehidupan “sementara” di bumi yang menunjukan sebuah perjuangan atau perjumpaan yang tidak akan pernah selesai. d. Metode Integrasi Bagi Jongeneel metode ini dapat diberikan dalam menggambarkan bidang dogmatika. Oleh karena injil Yesus Kristus tidak selalu memberikan jawaban yang konkrit atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial manusia masa kini, sebagaimana yang digambarkan dalam metode korelasi ala Tillich. Metode ini memiliki keterhubungan demikian; dalam dogmatika atau ajaran iman Kristen itu “diintegrasikan” unsur-unsur benar yang terdapat dalam, dan diperjuangkan baik oleh ilmu, maupun filsafat ataupun agama- agama bukan Kristen. Unsur-unsur yang dimaksudkan memang selalu berkaitan dengan aspek relatif iman Kristen itu sendiri yang menyangkut ekspresi, interpretasi ataupun aplikasi yang tergambar dalam ajaran. Sebab memang kalau menyangkut aspek mutlak yaitu inti sentral/Firman Tuhan, maka akan timbul bahaya sinkritisme. Oleh karena itu tugas dogmatika adalah “mengintegrasikan” injil
  • 19. 13 |PENGANTAR DOGMATIKA Yesus Kristus ke dalam kehidupan manusia dan masyarakat kita. Metode ini bergerak dalam dua arah, yaitu pengintegrasian kehidupan manusia dan masyarakat kita ke dalam Firman Allah dan juga sebaliknya upaya pengintegrasian Firman Allah itu ke dalam situasi aktual dan konkrit dalam kehidupan manusia dan masyarakat, baik masa kini ataupun masa yang akan datang. Pembagian metode ini sekaligus memperlihatkan dogmatika merupakan bidang teologi yang berkembang dan dinamis dari masa ke masa. Sehingga tidak menjadi statis atau tinggal dalam pertimbangan-pertimbangan historis yang kaku dan mutlak itu. metode-metode ini sebetulnya tidaklah memperlihatkan bahwa perlunya mewajibkan atau memutlakkan pemakaian salah satu model saja. Meskipun demikian, banyak teolog termasuk kalangan gereja agaknya cenderung menjadikan model korelasi ataupun model induktif sebagai upaya membangun teologi dogmatiknya. Namun itu bukan berarti model ini menjadi lebih baik dari model-model dogmatika yang lainnya. Sebab masih pula banyak gereja yang masih mempertahankan berbagai ragam model tersebut. Saya sendiri lebih memilih metode korelasi dalam membangun dogmatika, meskipun metode korelasi ala Tillich yang dimaksudkan adalah sebuah upaya korelasi dengan mencari jawaban teologis terhadap persoalan-persoalan eksistensial yang dihadapi manusia dan masyarakat pada konteks kekinian. Tetapi soal-soal eksistensial sangat berhubungan sekali dengan filsafat. Tetapi paling tidak kita bisa memaklumi pemikiran Tillich dalam konteks pengaruh pemikiran filsafat yang merajai dunia pemikiran saat itu termasuk teologi. Model korelasi sebetulnya menampilkan sebuah upaya dialog yang kritis dan juga transformatif dalam membangun teologi. Dengan menggeserkan persoalan-persoalan eksistensial yang tidak hanya berurusan dengan filsafat (seperti yang dimaksudkan Tillich) kepada keterbukaan untuk berdialog dengan ilmu-ilmu lain yang seharusnya menjadi mitra dialog teologi akan benar-benar menjadikan
  • 20. 14 |PENGANTAR DOGMATIKA dogmatika sebagai upaya berteologi yang benar-benar kontekstual. GPM sebetulnya telah memberlakukan metode korelasi ini dalam merumuskan ajaran-ajaran gerejanya, termasuk pokok-pokok pengakuan imannya. Pembaharuan Teologi yang menjadi tema sentral dalam gaya berteologi gereja, termasuk pula model-model pembelajaran teologi di kampus telah memperlihatkan keseriusan kita untuk mendialogkan Injil Suci itu dengan berbagai pergumulan rill yang dihadapi umat dan masyarakat. Keterbukaan gereja kepada ilmu-ilmu lain sebagai mitra dialog, turut memperlihatkan kuatnya model korelasi ini dalam berbagai upaya kontekstualisasi dogmatika yang akhir-akhir ini giat dilakukan oleh para ahli dogmatika maupun GPM sendiri. 04. Perkembangan Studi Dogmatika Dari Masa ke Masa Andreas A. Yewangoe memperlihatkan perkembangan studi dogmatika dari masa ke masa, cenderung menampilkan berbagai liku-liku yang turut menentukan studi itu sendiri. Bahkan ketika istilah “dogma” dan “dogmatika” diperkenalkan dalam khazanah gereja, bahkan menurutnya untuk waktu yang lampau dogmatika biasanya dianggap sebagai “pusat” teologi. Sehingga ada anggapan bahwa siapa yang mengajarkan dogmatika, seakan-akan ia memegang “nafas” teologi. Namun seiring perkembangan dan perubahan zaman, turut memberikan pembaharuan teologi, sehingga kendati tetap penting tetapi tidak harus memiliki “keunggulan” dibanding bidang-bidang teologi lainnya. Studi dogmatika satu hal yang pasti adalah Allah tidak dapat menjadi objek. Para ahli dogmatika berpendapat bahwa ketimbang Allah sebagai objek, maka isi kepercayaanlah yang mestinya menjadi titik perhatian kita. Pemikiran ini sebetulnya menggambarkan pemakaian yang lazim digunakan di dataran Eropa, khususnya Jerman dan Belanda yang sedikit banyaknya sangat mempengaruhi corak dogmatis di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Hal terpenting yang perlu digaris bawahi adalah studi dogmatika selalu dilihat bersifat gerejawi. Hal ini nampak dalam Karl Barth yang sangat
  • 21. 15 |PENGANTAR DOGMATIKA terkenal itu Kirchliche dogmatik” (dogmatika gerejawi). Dogmatika dalam hal demikian harus pula merefleksikan iman jemaat. Kendati demikian, tidak berarti bahwa studi dogmatika menolak upaya-upaya penyelidikan, penelitian, pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran kritis, maupun konstruktif. Malahan studi dogmatika mendorong ke arah itu. Menurut Yewangoe, jika kita membaca karya dogmatika yang selama ini ditulis, terlihat bahwa ada dialog antara iman yang diwarisi orang Kristen dengan filsafat. Para teolog, seperti H. Bavinck, John Macquarrie bahkan Paul Tillich telah memperlihatkan studi dogmatika yang tidak bisa terhindarkan dari pandangan-pandangan filsafat yang muncul sebagai refleksi perkembangan berpikir di dalam masyarakat dan pada saat yang sama pula ikut membentuk perilaku masyarakat. Sehingga studi dogmatika berusaha menempatkan warisan Kristen maupun pandangan filsafati dalam suatu sistem yang bisa diteliti dan dipelajari. Dalam disiplin ilmu teologi, dogmatika tergolong dalam teologi sistematika. Meskipun ada pula teolog seperti F. Schleimacher yang menggolongkan dogmatika dalam teologi sejarah, namun banyak ahli dogmatika menyetujui penggolongan ini. Yang berdiri berdampingan dengan etika. Biasanya dogmatika disebut sebagai credenda dan etika sebagai agenda. Keduanya sangat berhubungan erat, menurut H. Bavinck dogmatika menggambarkan perbuatan-perbuatan Allah bagi, untuk dan di dalam manusia, sedangkan etika menggambarkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia yang diperbaharui itu atas dasar dan dengan kekuatan dari perbuatan Allah. Dalam dogmatika manusia pasif, ia menerimanya dan mempercayainya, sedangkan dalam etika mansuia itu sendiri tampil dan berbuat. Dengan mengutip gagasan Gerhard Ebeling, Yewangoe memperlihatkan sifat studi dari dogmatika, yaitu apakah bersifat ajektif saja, yang berarti sesuatu yang formal, yang didaktik, atau juga mengekspresikan objek yang diajarkan, yaitu dogma. Oleh karena itu, dengan memperlihatkan keterhubungan antara “dogma” dan “dogmatika” setidaknya memperlihatkan bahwa dogmatika
  • 22. 16 |PENGANTAR DOGMATIKA sebagai the science of dogma. Menurutnya dogmatika pada mulanya tidak mempranggapkan adanya suatu dogma yang dirumuskan secara gerejawi dan otoritatif, tetapi dikaitkan secara kritis dengannya. Olehnya sifat dogmatika harus menuntut klarifikasi dan argumentasi khusus mengenai kandungan teologisnya. Relasi “dogma” dan “dogmatika” bagi Ebeling, mengingatkan bahwa teologi berurusan dengan Allah dan atas alasan itu dengan iman melalui ajaran/doktrin. Tetapi yang dikatakan oleh iman Kristen bukanlah sekedar ungkapan-ungkapan perasaan, melainkan juga mengemban juga watak kebenaran yang mestinya bisa ditampialkan dan didiskusikan secara publik. Hubungan ini memperlihatkan sebuah penegasan untuk mempertanggungjawabkan relasi antara iman dan akal, sehingga iman bukanlah sesuatu yang buta dan yang tidak bisa dipikirkan. Dogmatika mendorong bagi terjadinya pemahaman terhadap iman, dan menggali dalamnya kekayaan gagasan-gagasan yang tidak habis-habisnya. Sehingga “dogma” dan “dogmatika” ingin mengungkapkan bahwa ajaran mengenai iman adalah doktrin yang jelas, tentu dan pasti. Untuk konteks Indonesia, Yewangoe memperlihatkan kemajuan studi dogmatika yang kian menjadikan kontekstualisasi sebagai imperatif studi dogmatika. Meskipun studi dogmatika itu sendiri sudah dimulai atau sama tuanya dengan sekolah-sekolah teologi yang didirikan oleh gereja-gerjea. Namun tetap memperlihatkan kemajuan ke arah yang lebih baik. Upaya untuk melepaskan dogmatika dari cab ke-Barat-annya seakan kini menjadi pergumulan studi-studi dogmatika yang makin menggeliat dimana-mana dengan tak terbendung lagi. pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang diajukan tidak lagi berhubungan dengan filsafat sebagaimana yang berkembang di Eropa, tetapi bagaimana perjumpaan gereja dengan agama-agama lain termasuk agama suku, realitas kemiskinan, penindasan, pembangunan ataupun perjumpaan-perjumpaan kemanusiaan lainnya, dimana gereja turut ada dan terlibat didalamnya. Meskipun upaya itu giat dilakukan, namun Yewangoe meyakini bahwa berbagai studi dogmatika itu tetap dilakukan
  • 23. 17 |PENGANTAR DOGMATIKA dengan menampakan kecintaan yang mendalam kepada Kristus, Sang Inkarnasi Allah dalam konteks kita. Sebab memang kita tidak mungkin menjadi anak durhaka yang melupakan warisan dan tradisi yang diturunkan kepada kita. 05. Beberapa Pikiran Mengenai Perkembangan Dogmatika di Indonesia Pokok ini dikhususkan dengan memberikan sedikit pikiran mengenai perkembangan studi dogmatika di Indonesia: a. Meskipun studi dogmatika telah sama tuanya dengan lembaga- lembaga pendidikan teologi yang didirikan oleh gereja-gereja, namun dalam kurun waktu yang lama itu pula studi dogmatika terkesan tidak bisa melepaskan diri dari cab ke-Barat-annya sebagai hasil pekabaran injil dari bangsa-bangsa Eropa, khususnya Jerman dan Belanda. Seiring perkembangannya ketika istilah kontekstualisasi,diperkenalkan oleh salah seorang teolog Asia, yaitu Shoki Coe dalam sebuah diskusi oikumenis untuk menggantikan istilah-istilah sebelumnya, yaitu pembribumian, indegenisasi, atau theology in loco. Maka akhir-akhir ini upaya-upaya kontekstualisasi memperoleh stimulus yang kuat bahkan merupakan imperatif keharusan berteologi, seiring itu pula studi dogmatika ikut terkena pengaruhnya. Apalagi ketika Thelogical Education Found menekankan perlunya kontekstualisasi, khususnya di Dunia Ketiga, maka sekolah-sekolah teologi termasuk di Indonesia berusaha meninjau kembali secara kritis berbagai rumusan-rumusan teologinya. Pengalaman gereja-gereja di Amerika Latin (teologi Pembebasan), Asia (teologi agama-agama, teologi minjung, teologi dalit) ataupun di Afrika (perjumpaan dengan budaya dan agama suku) cukup memberikan stimulus yang kuat bagi perbaikan studi dogmatika kita di Indonesia yang dikiatkan oleh para ahli-ahli dogmatika hingga kini. Dengan mencarikan formula-formula studi dogmatika yang sungguh-sungguh ala Indonesia. Oleh karena itu, memang benar apa yang dikatakan Yewangoe bahwa kontekstualisasi tidak harus menjadi mata kuliah tersendiri, melainkan
  • 24. 18 |PENGANTAR DOGMATIKA kontekstualisasi mestinya menjiwai dan menggerakan seluruh matakuliah-matakuliah teologi, termasuk dogmatika. b. Ada peristiwa penting yang menentukan arah dan perkembangan baru dalam sejarah pendidikan teologi di Indonesia, yaitu Konsultasi Teologia I yang diselenggarakan oleh Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (mengganti nama menjadi PGI di Ambon) pada tahun 1970 di Sukabumi yang menghasilkan pergumulan rangkap yang menjadi paradigma pendirian teologis. paradigma ini, ingin dikatakan bahwa gereja-gereja di Indonesia, termasuk dalamnya pendidikan teologi dan pengembangan ilmu teologi, memiliki pergumulan rangkap, yaitu bergumul dengan pada satu pihak dan sekaligus bergumul dengan masyarakat Indonesia yang sedang memulai pembangunan nasional. Pergumulan ini secara metodologis, memperlihatkan relevansi Firman Allah dalam bentuk kesaksian Alkitab selalu harus digumuli dalam setiap konteks dan sebaliknya. c. Ada hal terpenting yang harus digarisbawahi dalam tuntutan kontekstualisasi, yaitu studi dogmatika tetaplah bersumber pada Alkitab. Ketersesuaian teks-teks Kitab suci sebagai sumber studi dogmatis dengan konteks haruslah dilakukan dalam dialog yang saling menghormati dan bawah ketaatan kepada Allah. Mengapa ini penting ditekankan, sebab adakalanya tuntutan kontekstualisasi kemudian memberi penghormatan lebih kepada konteks (dalam hal ini budaya) dan sering dilakukan tidak menghormati injil. Sehingga teologi acapkali jatuh dalam romantisme budaya yang kurang menghargai injil. d. Sepakat dengan Becker yang mengusulkan metode studi dogmatika haruslah dilakukan dalam tiga langkah yaitu pertama, menentukan masalah dalam situasi sekarang; kedua, mengerjakan masalah tersebut secara eksegetik dan historis; dan ketiga, menentukan tanggapan secara kontekstual. Olehnya pekerjaan pokok dari studi dogmatis adalah haruslah memperlihatkan tolak ukur ganda, yaitu kesesuian dengan Kitab Suci dan kesesuian dengan situasi masa kini. Sehingga anggapan bahwa pekerjaan dogmatika
  • 25. 19 |PENGANTAR DOGMATIKA sama dengan tugas khotbah (homiletika), mungkin ada benarnya dimana dialog antara teks dan konteks harus terjadi sedemikian rupa sehingga pendengar masa kini diterangi cahaya Firman Allah. 06. Penutup Berbagai pikiran di atas sebetulnya menggambarkan bahwa geliat studi dogmatis menunjukan perkembangan di sana sini, itu berarti jika ada anggapan bahwa dogmatika adalah ilmu mandeg, tidak berkembang, tidak boleh di otak atik sebab telah menjadi dogma adalah keliru bahkan salah. upaya kontekstualisasi dogmatika tidak bisa dihentikan, malah akan semakin digiatkan dalam masa-sama mendatang lagi. Demikian !!! Daftar Bacaan Becker, Dieter., Pedoman Dogmatika; Suatu Kompadium Singkat, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1991 Berkhof, Hendrikus., Introduction to The Study of Dogmatics, 1988 Drewes, B.F. & Julianus Mojau., Apa Itu Teologi, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2003 Hadiwijono. Harun., Iman Kristen, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995 Jongeneel, J.A.B., Pembimbing Ke Dalam Dogmatika Kristen, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2007 Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1992 Van Niftrik,G.C., dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001 Yewangoe, A.A., dkk., (peny.), Kontekstualisasi Pemikiran Dogmatika di Indonesia, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004
  • 26. 20 |PENGANTAR DOGMATIKA https://tounusa.wordpress.com/2011/10/02/dogmatika-fungsi- metode-dan-perkembangannya/ DOGMATIKA PENDAHULUAN Definisi Istilah Istilah “dogma” berasal dari kata Yunani dan Latin, yang berarti “hal yang dipegang sebagai suatu opini” atau bisa juga menunjuk pada “suatu doktrin atau badan dari doktrin-doktrin teologi dan agama yang secara formal dinyatakan dan diproklamasikan sebagai suatu yang berotoritas oleh gereja.” Istilah ini bukanlah istilah yang asing bagi Alkitab sebab dalam Perjanjian Baru ada beberapa ayat yang menyebutkan kata dogma, dengan berbagai variasi pengertian. Enam di antaranya adalah: Lukas 2:1; Kisah Para Rasul 17:7; Ibrani 11:23 dengan arti ketetapan, perintah dari kaisar atau raja Efesus 2:15; Kolose 2:14 dengan arti perintah hukum, ketentuan hukum, yang berasal dari Musa Kisah 16:4 dengan arti keputusan Kristen Dalam ayat Kisah 16:4 dijelaskan oleh Lukas bahwa Paulus dan Silas berjalan keliling di Asia dari kota ke kota sambil menyampaikan dogmata (keputusan-keputusan) yang diambil oleh para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan supaya jemaat menurutinya. Keputusan- keputusan ini menyangkut baik “ajaran Kristen,” yaitu kebebasan dari kuk Hukum Musa yang telah digenapi oleh Yesus Kristus maupun “kehidupan Kristen,” yakni menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulkan, dari daging binatang yang mati lemas dan dari darah (bandingkan Kisah Para Rasul 15:20, 29).
  • 27. 21 |PENGANTAR DOGMATIKA Pengakuan Petrus yang dicatat dalam Matius 16:16 pun dapat dikatagorikan sebagai dogma. Ia menyatakan Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup ketika Yesus bertanya kepada murid-murid siapa Ia di mata mereka. Jawaban Petrus ini merupakan suatu konfesi dalam bentuk yang pendek dan sederhana. Dengan seiring perjalanan waktu, dogma tidaklah mungkin lagi seperti itu. Terjadi perkembangan dalam dogmatika yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ditemui. Sejarah Perkembangan Dogmatika Istilah “dogmatika” diperkenalkan pertama kali pada abad ke-17, tepatnya tahun 1659, ketika L. Fr. Reinhart menulis sebuah buku teologis yang berjudul Synopsis Teologie ae (Ikhtisar Teologi Dogmatis). Pada awalnya apa yang disebut dogmatika pada saat ini memiliki berbagai istilah, tergantung pada individu yang mengembangkannya. Pada perkembangan selanjutnya, di abad kedelapan belas, S. J. Baumgarten menerbitkan bukunya dengan judul Evangelische Glaubenslehre (Ajaran Iman Evangelis 1759-1760), yang memperkenalkan nama “ajaran iman,” yang lalu diikuti oleh F. D. E. Schleiermacher, penulis buku Der Christliche Glaube (Iman Kristen I, II) tahun 1821-1822. Bapak-bapak Rasuli dan kaum apologet abad kedua dan abad ketiga sesudah Kristus secara langsung memihak kepada penggunaan kata dogma yang nyata dalam Kisah Para Rasul 16:4. Mereka juga tidak hanya menghubungkan kata ini dengan “ajaran Kristen”, melainkan juga dengan “kehidupan Kristen.” Namun kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kata “dogma” lebih sering dihubungkan dengan “ajaran Kristen” bahkan “ajaran gereja-gereja” daripada “kehidupan Kristen.” Terjadi suatu proses yang menyebabkan terjadinya pemisahan yang hebat antara “kehidupan” dan “ajaran” bahkan antara “praktek” dan “teori” dan menyamaratakan dogma dengan “ajaran gereja.” Hal ini tampak jelas terutama di dalam gereja Katolik Roma. Dalam karangan I Klug umpamanya, seorang teolog Roma yang termasyur pada
  • 28. 22 |PENGANTAR DOGMATIKA masa antara perang dunia yang pertama dan yang kedua, ia mendefinisikan dogma sebagai “sebuah dalil yang dinyatakan oleh gereja sebagai kebenaran wahyu dan yang pada waktu yang sama dirumuskan.” Tempat Dogmatika Di Dalam Seluruh Ilmu Teologi Dogmatika dapat diumpamakan sebagai ranting dalam “pohon” ilmu teologi. Ada banyak ranting di dalam “pohon” tersebut yang juga disebut teologi sehingga masing-masing ranting itu kemudian perlu memakai nama sifat, umpamanya historika, praktika dan lain-lain. Maka nama-nama ini disebut teologi historika, teologi praktika, teologi biblika, teologi dogmatika dan sebagainya. Istilah “dogmatika” maupun “teologi” sering dipertukarkan dan dikacaukan dalam penggunaannya sehingga terjadi kerancuan. Padahal dalam bentuk yang sederhananya, istilah ini artinya “perintah”, “ketetapan,” “keputusan,” “resolusi,” “doktrin,” “opini” dan “azas.” Kata kerja dalam bahasa Yunani untuk istilah “dogma” ini adalah dogmatizo, artinya menetapkan atau menitahkan. Sumber dogmatika adalah Alkitab, seperti halnya juga dengan teologia. Tapi penekanan dalam dogmatika adalah penetapan atau keputusan gereja tentang pokok-pokok ajaran Kristen. Itu sebabnya denominasi-denominasi gereja dapat memiliki dogma masing-masing yang berbeda dan bahkan mungkin ada bagian-bagian yang bertentangan. Sedangkan teologia mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan dogmatika sebab tidak dibatasi oleh tembok-tembok denominasi. Karena itu dalam perkembangan kemudian, dogmatika diterima sebagai suatu cabang dari teologi. Metode Dogmatika
  • 29. 23 |PENGANTAR DOGMATIKA Metode yang harus dipakai dalam merumuskan dan mempelajari dogma adalah sebagai berikut: 1) Memandang Kitab Suci sebagai sumber dogmatika. 2) Tidak objektif. Ada pautan, penunjuk arah yang harus dipakai oleh penyelidik dogmatika, yaitu pengakuan gereja, agar tidak sia-sia saja dan agar dogmatika dapat memperkaya pengakuan-pengakuan gereja dan tidak malah mempermiskinkannya. Meskipun, kalau perlu, pengakuan dapat dikritik jua. 3) Orang yang mengerjakan juga harus dipandang penting. Dengan singkat harus dinyatakan, bahwa orang yang menyelidiki dogmatika harus percaya akan Kitab Suci sebagai firman Tuhan. Metode yang dianjurkan banyak orang dan yang kelihatannya secara ilmiah, yaitu dengan dasar keobjektifan sebenarnya tidak mungkin dipakai sebab: a) Keobjektifan di dalam agama tidak mungkin. Kita tak dapat berdiri di luar segala agama, kemudian menyelidiki agama itu. b) Orang yang tidak percaya tidak dapat membicarakan kepercayaan c) Cara objektif merendahkan penyataan Tuhan sebab menjadikan pernyataan ini relatif. Dengan demikian kesimpulan dapat ditarik, bahwa orang yang mempelajari dogmatika itu harus orang yang percaya akan Kitab Suci sebagai Firman Tuhan. http://nataliyanagigih.blogspot.com/2010/11/dogmatika.html
  • 30. 24 |PENGANTAR DOGMATIKA Dogmatika Masa Kini [Soft Cover] Pengarang: G.C. van Niftrik & B.J. Boland Ukuran Buku: 14.5 x 21 cm Isi: 576 hlm. Dogmatika adalah suatu dalil-ajaran, atau suatu rumusan tentang suatu kebenaran keagamaan. Di dalam Kekristenan, dogmatika adalah bagian dari ilmu teologi yang ada sangkut pautnya dengan isi pengakuan iman Gereja Kristen. Demikianlah buku ini disusun dengan maksud agar pokok- pokok iman Kristen digeluti dengan saksama. Dengan menyebutkan "masa kini" bukan seolah-olah buku ini hendak mengangkat pokok-pokok iman Kristen yang sama sekali baru. Sebaliknya, apa yang dipelajari itu bertolak dari Alkitab dan juga dari rumusan-rumusan atau pengakuan- pengakuan iman yang telah dihasilkan oleh para pendahulu. Namun, setelah itu, rumusan atau pengakuan itu dikaji secara kritis di dalam terang Alkitab.
  • 31. 25 |PENGANTAR DOGMATIKA Dengan demikian, Gereja terpanggil untuk terus-menerus mengkaji apa yang diberitakannya berdasarkan pengakuan imannya. Kiranya buku ini membantu para sarjana teologi dan pendeta, bahkan tak terkecuali aktivis gereja, untuk secara kritis mengenal pemberitaan gereja yang sudah, sedang, dan yang seharusnya dilakukan. DAFTAR ISI Daftar Isi Pendahuluan PENGANTAR 1. Dogmatika 2. Pengakuan 3. Percaya 4. Penyataan BAGIAN PERTAMA : ALLAH BAPA 5. Allah 6. Bapa yang mahakuasa 7. Khalik langit dan bumi 8. Manusia 9. Para malaikat 10. Pemeliharaan, pemerintahan, pemilihan BAGIAN KEDUA : YESUS KRISTUS 11. Allah serta manusia 12. AnakNya yang tunggal 13. Tuhan kita 14. Rahasia Inkarnasi 15. Penderitaan 16. Salib 17. Turun ke dalam kerajaan maut
  • 32. 26 |PENGANTAR DOGMATIKA 18. Kebangkitan 19. Kenaikan ke surga 20. Duduk di sebelah kanan Allah 21. KedatanganNya sebagai Hakim 22. Ketiga jabatan Kristus BAGIAN KETIGA : ROH KUDUS 23. Allah Roh Kudus 24. Gereja 25. Persekutuan yang sungguh 26. Alkitab 27. Injil dan Hukum Allah 28. Perjanjian Allah 29. Baptisan dan Perjamuan 30. Pengampunan dosa (pembenaran dan pengudusan) 31. Pertobatan dan kelahiran kembali 32. Permintaan doa 33. Kebangkitan daging 34. Hidup yang kekal 35. Allah Tritunggal TAMBAHAN DAN DAFTAR-DAFTAR Penjelasan I. Symbolum Apostolicum (forma occidentalis antiquior) II. Symbolum Apostolicum (forma occidentalis recentior) III. Pengakuan Iman Rasuli IV. Pengakuan Nicea-Konstantinopel V. Daftar istilah-istilah VI. Daftar buku-buku http://kerygma-online.com/dogmatika-masa-kini-p- 1417.html#.VL51KNKsXng
  • 33. 27 |PENGANTAR DOGMATIKA PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIK Pendahuluan Mata kuliah ini sifatnya mengantar mahasiswa, khususnya mahasiswa pada semester dan tahunn ajaran yang sedang berlangsung ke bidang Teologi Sistematik. Di dalam Teologi Sistematik mahasiswa akan mempelajari doktrin yang dirumuskan Gereja sepanjang abad, yaitu: 1. Teologia Proper (Allah) 2. Antropologi (Manusia) 3. Soteriologi (Keselamatan) 4. Kristologi (Yesus Kristus) 5. Pneumatologi (Roh Kudus) 6. Eklesiologi (Gereja) 7. Eskatologi (Akhir zaman) Selain itu, ada Teologi Biblika, Teologi Historika, Teologi Praktika, Teologi Kontemporer dll. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat pada topic pembahasanpembagian Teologi pada halaman selanjutnya. Bibliologi (Alkitab) Ketujuh mata kuliah Teologi Sistematika atau Dogmatika sebagaimana yang disebutkan di atas akan dibahas dalam semester-semester selanjutnya oleh dosen dogmatika. Jadi, kita tidak akan membahas berbagai doktrin yang sudah disebutkan di atas. Mata kuliah ini hanya sifatnya pembimbing ke dalam pengenalan akan Teologi Sistematik. Sekali lagi, mata kuliah ini sifatnya hanya pembimbing ke dalam Teologi Sistematik. A. Pengertian Dasar Studi Teologi Sistematika
  • 34. 28 |PENGANTAR DOGMATIKA 1.1 Pengertian Teologi Sistematika Demi memudahkan kita memahami teologi sistematika maka berikut ini kita berusaha membahas kata teologi dan sistematika, kemudian pengertian dari Teologi Sistematika. Perlu diketahui bahwa isi Teologi Sistematik adalah upaya para ahli Teologi untuk membuat isi /ajaran Alkitab (PL dan PB) dipahami artinya secara logis dan sistematis. Studi Kata Apa itu teologi? Kata teologi yang kita pakai di Indonesia itu berasal dari bahasa Yunani maka baiklah kita memeriksa arti kata itu menurut pendapat beberapa teolog (kita hanya mengambil pendapat tiga teolog). Paul Alvis: Kata ―teologi‖ berasal dari kata-kata Yunani yakni dari kata theos yang berarti Allah, dan logos yang berarti: ―perkataan‖, ―pikiran‖, ―percakapan‖. Jadi, menurut arti kata ini teologi adalah berpikir atau berbicara tentang Allah. Bila dikatakan bahwa teologi adalah berpikir tentang Allah, dapat berarti bahwa hal tersebut (berteologi) adalah sesuatu yang dapat kita kerjakan dalam kesendirian. Henry C. Thiessen:
  • 35. 29 |PENGANTAR DOGMATIKA Istilah Teologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu theos dan logos. Theos berarti Tuhan dan logos berarti ―kata‖, ―wejangan‖ atau ―ajaran‖. Jadi, secara sempit teologi dapat didefinisikan sebagai ajaran tentang Tuhan. Dan secara luas teologi dapat diartikan seluruh ajaran Kristen, dan bujan sekadar ajaran tentang Tuhan saja, tetapi juga semua ajaran yang membahas hubungan yang dipelihara oleh Tuhan dengan alam semesta ini. Atau secara luas teologi adalah ilmu tentang Tuhan dan hubungan-hubungan-Nya dengan alam semesta (Thiessen, 1995:2) A.H.Strong Teologi (Yun: theologia, gabungan dari dua kata theos, Allah dan logos, logika). Jadi, secara sederhana A.H. Strong, mendefinisikan Teologi sebagai "ilmu tentang Allah dan hubungan- hubungan antara Allah dan alam semesta." Strong juga menghubungkan pengertian Teologi dengan pendapat Aquinas yakni karena teologia itu merujuk kepada Allah, maka, Thomas Aquinas, mendefinisikannya secara spesifik, sebagai "pikiran Allah, ajaran Allah dan memimpin kepada Allah. (Sinclair B. Ferguson,ENDT: "Theology", Downers Grove, Illinois, 1988, 680-681). Sistem Teologi sebagaimana yang dipaparkan diatas bukan eksklusif milik orang Kristen, tetapi semua agama. Pada umumnya, dunia sekuler, berdasarkan definisi filsafat Aristoteles, menyebut disipilin Teologi sebagai Filsafat Teologi atau Metafisika. Maka jelaslah bahwa teologi Kristen harus berbeda dengan agama-agama lain, perbedaannya terletak pada sumber berteologi. Sumber berteologinya Kristen adalah Alkitab. Ini berarti bagi gereja, Teologia memiliki dua pengertian, yaitu (1). Pengajaran tentang Allah dan (2). Pengetahuan tentang Allah. Sumber utama Teologi Kristen adalah Alkitab. Teologia Kristen adalah upaya logis untuk mempelajari
  • 36. 30 |PENGANTAR DOGMATIKA tentang Allah dengan sumber utama adalah Alkitab. Sedangkan tradisi dan tulisan-tulisan bapak-bapak gereja dan teolog-teolog klasik lainnya adalah sebagai pembantu-panduan pengembangan Teologi selanjutnya. Ada pepatah yang menyatakan ―guru kencing berdiri siswa kencing berlari‖ kita ganti menjadi ―guru kencing berdiri murid bertanya mengapa guru kencing berdiri. Dalam hal ini para mahasiswa dapat memperluas pengertian kata teologi dari berbagai teolog berdasarkan buku-buku teologi Kristen yang berkualitas. Adapula yang mengartikan teologi sbb: Kata ―teologi‖ berasal dari dua kata Bahasa Yunani, yaitu theos dan logos yang berarti ―Allah‖ dan ―kata/firman.‖ Teologi (bahasa Yunani θεος, theos, "Allah, Tuhan", + λογια, logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenaiagama, spiritualitas dan Tuhan (Lih. bawah, "Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen"). Secara Etimologi Arti etimologis (asal kata) Istilah "Teologia" berasal dari 2 kata Yunani, yaitu:theos artinya "Allah"; dan logos artinya "perkataan, uraian, pikiran, ilmu". Definisi Istilah "Teologia" dapat dimengerti dalam arti sempit atau arti luas. Arti luas: mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologia. Arti sempit: usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia Sistematika.
  • 37. 31 |PENGANTAR DOGMATIKA Teologi secara etimologis diartikan sebagai ―logos‖ mengenai ―theos‖, atau bercakap-cakap mengenai Allah. Ini berarti berteologi merupakan pengalaman manusia mengenai Allah, tentang tanggapan manusia terhadap Allah. (Paul Alvis, 2001:3-4) Kesimpulan kita berdasarkan definisi di atas: 1. Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. 2. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. 3. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen- argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. 4. Teologi dapat dipelajari sekadar untuk menolong sang teolog untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, atau untuk menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi atau dengan maksud untuk melestarikan atau memperbarui suatu tradisi tertentu, atau untuk menolong penyebaran suatu tradisi, atau menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya. 5. Informasi para ahli teologi menyadarkan kita bahwa teologi itu bukan berasal dari budaya kita tetapi budaya Yunani. 6. Kata 'teologi' itu berasal dari bahasa Yunani klasik, tetapi lambat laun memperoleh makna yang baru ketika kata itu diambil dalam bentuk Yunani maupun Latinnya oleh para penulis Kristen. Karena itu, penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai latar belakang Kristen. Namun demikian, di masa kini istilah ini dapat digunakan untuk wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan ataupun tentang berbagai agama. 7. Di lingkungan agama Kristen sendiri disiplin 'teologi' melahirkan banyak sekali sub-divisinya. Definisi: Teologi adalah pemikiran (berpikir, berkata, bercakap-cakap) atau
  • 38. 32 |PENGANTAR DOGMATIKA ajaran/doktrin yang sistematis tentang Allah dan ciptaan-Nya. Salah satu contoh berteologi dalam narasi Alkitab (Kej. 28:10- 22) Pada saat Yakub bangun dari mimpinya di Betel, mengenai tangga yang ujungnya sampai ke langit dan malaikat-malaikat Allah turun- naik mendaki tangga itu, maka ia menyadari bahwa ―Sesungguhnya TUHAN ada di tempat itu …Pada saat itu Yakub sedang berteologi. Pikirannya adalah tanggapan terhadap kehadiran Allah. Bila pikiran kita sendiri mengarah pada persoalan-persoalan makna hidup, nilai- nilai di luar batas pemikiran dan rahasia takdir manusia, maka kita sedang berteologi atau mengerjakan teologi. (Paul Alvis, 2001:2). Berteologi sebagaimana yang dikatakan diatas dapat dikerjakan dalam kesendirian tetapi juga berteologi (berpikir tentang Tuhan) bukan kebiasaan yang dapat dilakukuan dalam kesendirian tetapi dalam kebersamaan. Ini berarti teologi dapat diartikan berbicara tentang Allah dan hal-hal mengenai Allah. Contoh: Mereka saling mengatakan : Bukankah hati kami berkobar-kobar ketika Ia berbicara dengan kami di tengah jalan dan menerangkan Kitab Suci pada kita?‖ (Luk. 24:13-35). Penggunaan Kata Teologi pada abad Pertengahan Pada Abad Pertengahan, teologi merupakan subyek utama di sekolah-sekolah universitas dan biasa disebut sebagai "The Queen of the Sciences". Dalam hal ini ilmu filsafat merupakan dasar yang membantu pemikiran dalam teologi.
  • 39. 33 |PENGANTAR DOGMATIKA Kata "Teologi" diambil dari bahasa Yunani Helenis, namun demikian maknanya telah berubah jauh melalui penggunaannya di dalam pemikiran Kristen di Eropa sepanjang Abad Pertengahan dan Zaman Pencerahan.  Istilah theologia digunakan dalam literatur Yunani Klasik, dengan makna "wacana tentang para dewa atau kosmologi (lihat Lidell dan Scott Greek-English Lexicon untuk rujukannya).  Aristoteles membagi filsafat teoretis ke dalam mathematice, phusikedan theologike. Yang dimaksud dengan theologike oleh Aristoteles kira-kira sepadan dengan metafisika, yang bagi Aristoteles mencakup pembahasan mengenai hakikat yang ilahi. Sejak itu istilah ini telah diambil oleh berbagai tradisi keagamaan Timur maupun Barat.  Dengan meminjam dari sumber-sumber Yunani, penulis Latin Varromembedakan tiga bentuk wacana ini: mitis (menyangkut mitos-mitos tentang para dewata Yunani), rasional (analisis filosofis mengenai para dewata dan kosmologi) dan sipil (menyangkut ritus dan tugas-tugas keagamaan di tengah masyarakat).  Para penulis Kristen, yang bekerja dengan kerangka Helenistik, mulai menggunakan istilah ini untuk menggambarkan studi mereka. Kata ini muncul sekali dalam beberapa naskah Alkitab, dalam judul Kitab Wahyu: apokalupsis ioannou tou theologou, "penyataan kepada Yohanes sang theologos". Namun demikian, kata ini merujuk bukan kepada Yohanes sang "teolog" dalam pengertian bahasa kita sekarang, melainkan – dengan menggunakan arti akar kata logosdalam arti yang sedikit berbeda, dan di sini tidak dimaksudkan sebagai "wacana rasional" melainkan dalam arti "firman" atau "pesan". Dengan demikian, sang "theologos" di sini dimaksudkan sebagai orang yang menyampaikan firman Allah - logoi tou theou.  Teologi adalah "iman yang mencari pengertian (fides quaerens intellectum)." - Anselmus dari Canterbury  "Teologi adalah upaya untuk menjelaskan hal-hal yang tidak diketahui dalam pengertian-pengertian dari mereka yang tidak patut mengetahuinya." - H. L. Mencken
  • 40. 34 |PENGANTAR DOGMATIKA  "Teologi yang otentik tidak akan mengizinkan orang terobsesi dengan dirinya sendiri." - Thomas F. Torrance dalam Reality and Scientific Theology  "Teologi memberitakan bukan hanya apa yang dikatakan oleh Alkitab, melainkan juga apa maknanya." - J. Kenneth Grider dalam A Wesleyan-Holiness Theology (Kansas City: Beacon Hill, 1994), hlm. 19.  "Saya tidak membutuhkan orang bodoh yang tidak menyukai musik, karena musik adalah pemberian Allah. Musik dapat mengusir Iblis dan membuat orang berbahagia, dan dengan demikian mereka melupakan segala kemarahan, ketidaksetiaan, kesombongan, dan sejenisnya. Setelah teologi, saya menempatkan musik pada tempat yang tertinggi dan memberikan kepadanya keagungan yang tertinggi." — Martin Luther, dikutip dalam Martin Marty, Martin Luther, 2004, hlm. 114. Sedangkan sistematika diartikan pengetahuan mengenai klasifikasi (penggolongan/urutan) pengajaran Alkitab ke dalam system secara logis. Sumber: Paul Avis, Ambang Pintu Teologi, Jakarta : BPK, 2001 Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas, 1995 Definisi umum: Teologia ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya dengan karya/ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Definisi khusus: Teologia Sistematika ialah bagian dari divisi Teologia yang mengatur secara terperinci dan berurutan tema-tema dari ajaran doktrin dalam Alkitab.
  • 41. 35 |PENGANTAR DOGMATIKA Pengertian Teologi Sistematika Apa itu teologi sistematika? Bila kata ―teologi‖diartikan ―Allah‖ dan ―kata/firman.‖ Maka perpaduan atau kombinasi kata ―teologi‖ dengan “sistematika dapat berarti ―studi tentang Allah.‖ Sedangkan kata"Sistematika" berasal dari kata sustematikos, artinya penempatan/ penyusunan secara tepat. Sistematika menunjuk pada sesuatu yang ditempatkan dalam sistim. Oleh sebab itu teologia sistematika berarti pembagian teologi ke dalam sistim yang menjelaskan berbagai bidang. Contohnya, banyak kitab dalam Alkitab yang memberi informasi mengenai malaikat. Tidak ada satu kitabpun yang memberi semua informasi mengenai malaikat. Teologia sistematika mengambil semua informasi mengenai malaikat dari semua kitab dalam Alkitab dan mengaturnya ke dalam suatu sistim, angelologi. Inilah yang dilakukan oleh teologia sistematika – mengatur pengajaran-pengajaran Alkitab ke dalam berbagai kategori. Teologi sistematik atau Sistematika Teologi adalah upaya menyusun teologia-teologia yang membentuk Doktrin. Doktrin yang diajarkan oleh Alkitab tersusun atas Teologi-Teologi dari masing-masing penulis Alkitab (PL-PB). Teologia sistematika adalah sebuah alat penting untuk menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara yang teroganisir. Jadi teologi sistematik adalah pengetahuan mengenai klasifikasi (penggolongan/urutan) pengajaran Alkitab ke dalam system secara logis.
  • 42. 36 |PENGANTAR DOGMATIKA Dengan kata lain, teologi sistematika adalah percakapan tentang Allah dan ciptaan-Nya secara sistematis/berurutan secara logis. Misalnya dalam aspek doktrin, mana yang lebih duluan dipelajari. Apakah Doktrin Allah atau Doktrin Manusia … dimulai dari mana dan berakhir dimana. Misalnya ada yang mulai dari Doktrin Allah dan berakhir di Doktrin Akhir Zaman. Mengapa demikian (logika/logisnya dan teologisnya) Contoh teologi sistematika: 1. Teologi Proper/Teologi Umum atau Paterologi adalah studi mengenai Allah Bapa. 2. Antropologi Alkitab (doktrin manusia) studi tentang manusia dan dosanya. 3. Kristologi adalah studi mengenai Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus. 4. Soteriologi adalah studi mengenai keselamatan. 5. Pneumatologi adalah studi mengenai Allah Roh Kudus. 6. Bibliologi adalah studi mengenai Alkitab. 7. Ekklesiologi adalah studi mengenai gereja. 8. Eskatologi adalah studi mengenai akhir zaman. 9. Angelologi adalah studi mengenai malaikat. 10. Demonologi Kristen adalah studi mengenai Iblis dari perspektif Kristen. 11. Antropologi Kristen adalah study mengenai manusia. Hamartiologi adalah studi mengenai dosa.
  • 43. 37 |PENGANTAR DOGMATIKA 12. Teologi Biblika adalah studi mengenai kitab (-kitab) tertentu dalam Alkitab dan menekankan berbagai aspek teologia yang berbeda yang menjadi fokusnya. Contohnya: Injil Yohanes adalah injil yang sangat Kristologis karena banyak memusatkan pada keillahian Kristus (Yohanes 1:1, 14; 8:58; 10:30; 20:28). 13. Teologi Historis adalah studi mengenai doktrin-doktrin dan bagaimana doktrin-doktrin itu berkembang sepanjang berabad-abad dari gereja Kristen. 14. Teologi Dogmatika adalah studi mengenai kelompok-kelompok Kristen tertentu yang memiliki doktrin yang sistimatis, seperti misalnya teologia Calvinistik dan teologia dispensasi. 15. Teologi Kontemporer adalah studi mengenai doktrin-doktrin yang berkembang dan menjadi perhatian baru-baru ini. 16. Hamartiologi adalah studi mengenai dosa. 17. Teologia sistematika adalah sebuah alat penting untuk menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara yang teroganisir. 18. Teologi Kontemporer adalah studi mengenai doktrin-doktrin yang berkembang dan menjadi perhatian baru-baru ini. Jadi, teologia sistematika adalah sebuah alat penting untuk menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara yang teroganisir. Berdasarkan pembahasan di atas menjadi jelas bahwa kata teologi itu bukan berasal dari budaya kita tetapi budaya Yunani. Kata 'teologi' berasal dari bahasa Yunani klasik, tetapi lambat laun memperoleh makna yang baru ketika kata itu diambil dalam bentuk Yunani maupun Latinnya oleh para penulis Kristen. Karena itu, penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai latar belakang
  • 44. 38 |PENGANTAR DOGMATIKA Kristen. Namun demikian, di masa kini istilah ini dapat digunakan untuk wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan ataupun tentang berbagai agama. Di lingkungan agama Kristen sendiri disiplin 'teologi' melahirkan banyak sekali sub-divisinya. Hubungan Doktrin, Dogma dengan Sistematika Teologi Tentang Sistematika Teologi Sistematika Teologi adalah upaya menyusun Teologia-Teologia (Teologi proper dst), yang membentuk Doktrin. Doktrin yang diajarkan oleh Alkitab tersusun atas Teologi-Teologi dari masing- masing penulis Alkkitab. Perpektif Teologi, yakni Teologi Perjanjian Lama (teologi menurut penulis-penulis PL. di PL. Contoh: Teologia Ayub, dll). dan Teologi Perjanjian Baru (Teologi menurut para penulis PB. di PB. Contoh: Teologi Paulus, dll). Semua penulis Alkitab menyepakati tentang tema-tema secara obyektif, misalnya, tema Kristus (--Christology). Penjelasan tema ini menyebar di seluruh Alkitab (PL-PB) sebelum disistematisasikan dalam oleh para teolog sistematika. Tema-tema Alkitab ini kemudian disintesa secara kategorial sehingga membentuk akumulasi tema-tema tertentu oleh Bapa-Bapa Gereja, sehingga tema itu mudah dipahami dan dapat diajarkan secara tuntas. Ada tiga kriteria untuk menentukan Doktrin:  Doktrin itu sangat ditekankan dalam Kitab Suci.  Doktrin itu sangat penting dan berpengaruh dalam Ajaran Gereja sepanjang masa.  Doktrin itu sangat berpengaruh bagi pengajaran gereja sepanjang masa. Karena kesesuaiannya dengan situasi kontemporer (perubahan), Doktrin-Doktrin itu lebih diterima pada hari ini,
  • 45. 39 |PENGANTAR DOGMATIKA ketimbang buku-buku teks Teologi Sistematika. (Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine, GR. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994, 25-26). Usaha mensintesa tema-tema Alkitab ini disebut usaha Sistematisasi Doktrin. Tema-tema Alkitab yang menyebar dan telah diakumulasi itu membentuk beberapa tema mayor, misalnya, secara umum ada 7 Doktrin mayor dalam Alkitab (sebutannya bisa berbeda): (1). Doktrin Alkitab. (2). Doktrin Allah. (3). Doktrin Manusia. (4). Doktrin Kristus dan Roh Kudus. (5). Doktrin Aplikasi Penebusan. (6). Doktrin Gereja. (7). Doktrin Akhir zaman. Istilah "Doktrin" tidak dapat diganti dengan istilah "Teologi" Misalnya: "Doktrin Allah" tidak bisa menjadi "Teologi Allah", dll. Doktrin-Doktrin (Misalnya: Doktrin Allah) ini bisa dipersempit, seperti: Doktrin Kekekalan Allah, atau Doktrin Trinitas, atau Doktrin Penghakiman Allah. Doktrin-Doktrin, dalam pengajaran dan penyelidikannya bisa dikembangkan, tetapi tidak akan berubah atau bertambah, selama Alkitab Kanonik (PL-PB) adalah Sumber Doktrin itu. Dengan demikian, berdasarkan fungsinya, tugas seorang teolog sistematika adalah menata secara Logis semua Doktrin yang sudah tersedia di Alkitab dengan panduan Tokoh-Tokoh Besar dalam
  • 46. 40 |PENGANTAR DOGMATIKA penelitian Teologi lainnya. Misalnya, John Calvin, dengan Institutionya tidak bisa lepas dari karya-karya Bapak-Bapak Gereja, seperti Agustinus, Thomas Aquinas, dll. Hasil akhir dari usaha "Sistematisasi" Doktrin Alkitab itu disebut Teologi Sistematika. (Silahkan bandingkan dengan karya Louis Berkhof, Teologi Sistematika (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesi oleh LRII, Jakarta). Tentang Doktrin Doktrin merujuk kepada pengajaran tentang Allah yang bersumber dari Alkitab. Sebuah Doktrin adalah apa yang seluruh kitab suci ajarkan tentang topik-topik tertentu kepada kita hari ini. Doktrin ini terkait langsung dengan definisi Teologi Sistematika. Doktrin dapat bermakna sempit atau luas. Doktrin yang luas, misalnya, Doktrin Allah, termasuk sebuah ringkasan dari apa yang Alkitab katakan kepada kepada kita tentang Allah. [Wayne Grudem,Systematic Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine(G. R. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994), 25-26]. Pengertian Doktrin secara sederhana adalah ajaran utama Alkitab. Ajaran yang tertulis dalam Alkitab. Ajaran itu tidak pernah salah atau tidak konsisten atau berubah. Tentang Dogma
  • 47. 41 |PENGANTAR DOGMATIKA Dogma merujuk kepada apa yang dilihat benar oleh seseorang dan yang mempengaruhi pendiriannya. Dalam gereja, Doktrin adalah Kebenaran Sejati yang dinyatakan oleh Allah di dalam Kristus dan tertulis dalam Alkitab. Doktrin yang telah disepakati akan disebut Dogma. Doktrin menentukan Dogma. Dogma-dogma Kristen ditetapkan dalam Konsili-Konsili. Misalnya, Doktrin Kristus (-- Kristologi, sebagai Doktrin yang banyak menghadapi permasalahan) disepakati sebagai Dogma Gereja dalam 4 kali Konsili, tahun 325, 787, 1215 dan 1545-1563 Masehi. [Hendrikus Berkhof, Introduction to the Study of Dogmatics (G. R, Mich.: W. B.Eerdman Pub. Co., 1985), 4-6.]. Tentang Konsili-Konsili, silahkan baca di F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja: "Konsili" (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1994), 127-139. Jadi, Dogma yang sejati dasarnya adalah Doktrin atau Pengajaran yang bersumber dari Alkitab itu sendiri dan ditetapkan oleh Konsili Gereja sebagai Dogma Gereja yang sah dan benar. Tentang "Aliran Teologi" Aliran Teologi adalah adalah suatu Sistem Pemahaman Teologi yang dikembangkan oleh seseorang atau kelompok dalam suatu masa atau generasi tertentu, yang kemudian diwariskan kepada pengikut atau generasi berikutnya. Sistem ini membentuk sebuah sudut pandang tertentu yang unik yang dianggap dan diyakini benar sehingga membentuk Komunitas dengan sejarah pemikiran yang sama dan gerakan yang sama. Orang-orang yang tergabung di dalam Komunitas ini akan disebut sesuai nama-nama Teori atau Teologinya atau pencetusnya.
  • 48. 42 |PENGANTAR DOGMATIKA Contoh: a) Gereja-gereja yang mewarisi Teologia Reformator, misalnya, Martin Luther atau John Calvin, maka gereja-gereja ini beraliran Teologia Reformasi atau Injili tetapi tidak disebut "berdoktrin Luther atau Calvin" atau berdoktrin Reformasi. Karena Luther atau Calvin atau Reformator lainnya tidak menciptakan Doktrin tetapi hanya memurnikan Doktrin yang sudah ada. Meskipun, Calvin menemukan cara pandangan lain dalam mengembangkan Doktrin Keselamatan dari Alkitab, tentang "Predestinasi" dan "Inneransi Alkitab", dll.; yang sebelumnya diabaikan oleh para teolog Katolik Roma. b) Misalnya, jika ada Pendeta yang mengatakan: "Kami menganut Doktrin Calvin, dapat dipastikan bahwa yang dia maksudkan adalah "Doktrin yang diwariskan oleh Calvin atau para Reformator "bukan Doktrin Menurut Calvin". Calvin sendiri mendasari Teologianya pada Alkitab. Doktrin-Doktrin yang Dia ajarkan pun adalah dari Alkitab. Silahkan Baca terjemahan dan ringkasan buku Yohanes Calvin, Institutio. c) Gerakan Kharismatik adalah suatu aliran yang menekankan kharisma dalam pelayanan dan ibadah. Gereja-gereja ini beraliran Kharismatik atau Pentakostal. Sebenarnya. Kharismatik dan Pentakosta disebut "gerakan,movement)", bukan "Aliran Teologi". Karena dalam tradisi, Kharismatik tidak menciptakan atau membuat Aliran Teologia atau "Doktrin Baru", tetapi para penggerak Kharismatik atau Pentakostal itu memberikan penekanan pada hal- hal yang margin - yang tidak utama dalam Doktrin Ortodoks. Misalnya, Doktrin Baptisan. Gerakan Kharismatik atau Pentakostal mengajarkan bahwa baptisan "harus" selam, jika tidak, berarti tidak sah atau salah. PAdahal tidak harus seperti itu.
  • 49. 43 |PENGANTAR DOGMATIKA Aliran Teologi Membentuk Komunitas Macam-macam Aliran Teologi yang membentuk komunitasnya sendiri dalam Organisasi-Organisasi dan Yayasan-Yayasan dalam Kristiani. Antara lain: 1. Anglikan 2. Arminian 3. Baptis 4. Dispensasional 5. Lutheran 6. Reformed/Presbiterian 7. Kahrismatik/Pentakostal 8. Katolik Traditional 9. Katolik Paska Konsili Vatikan II. 10. Kristen Ortodoks 11. Dsb. Corak suatu Denominasi sangat dipengaruhi oleh Pemikiran dan Teologia yang dianut oleh Perintisnya. Salah satu contoh berteologi sesuai konteks pergumulan yang dihadapi oleh komunitas berteologi, seperti: Teologi pembebasan.
  • 50. 44 |PENGANTAR DOGMATIKA Teologi pembebasan adalah sebuah paham tentang peranan agama dalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dengan kata lain Teologi pembebasan adalah suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nilai keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya. Dalam kasus kelahiran Teologi Pembebasan, masalah kongkret yang dihadapi adalah situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat. Paham ini hampir terdapat pada semua agama didunia.Teologi Pembebasan merupakan refleksi bersama suatu komunitas terhadap suatu persoalan sosial. Karena itu masyarakat terlibat dalam perenungan-perenungan keagamaan. Mereka mempertanyakan seperti apa tanggung jawab agama dan apa yang harus dilakukan agama dalam konteks pemiskinan struktural. 1.2. Tempat/kedudukan Teologia dengan disiplin ilmu lain Pertanyaan yang sering timbul adalah, kalau Teologia adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain (musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dll? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologia bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi. Jadi, kedudukan teologi dengan disiplin ilmu lain ialah bahwa berbagai ilmu itu saling melengkapi. Misalnya filsafat menolong teologi untuk menyusun isi teologi secara logis sehingga dapat diterima oleh orang lain. Matematika dan ilmu-ilmu lain member kontribusi kepada teologi.
  • 51. 45 |PENGANTAR DOGMATIKA 1.3. Tugas/fungsi/Pentingnya Teologi Sistematika a. Karena manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio maka manusia mempunyai . kecenderungan untuk berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis. Dengan demikian jelaslah bahwa Teologia sistematis berusaha mensistematiskan isi ajaran Alkitab dari kitab Kejadian sampai Wahyu sehingga mudah dipahami. b. Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis. c. Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14 d. Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk jaman ini?" e. Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologia bukan hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2Ti 2:24-25; 2Ti 3:15-16 f. Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif. 1.4. Norma/sumber/metode Teologi Bila dalam definisi teologi diartikan berpikir tentang Allah dan karya- Nya, merenung tentang Allah dan karya-Nya, ilmu tentang Allah dan
  • 52. 46 |PENGANTAR DOGMATIKA karya-Nya maka jelaslah dibutuhkan norma/sumber/metode. Sebab bila tidak ada norma/sumber/metode maka setiap orang akan berbeda-beda dalam memikirkan tentang Allah dan karya-Nya. Mereka yang memulai dengan akal semata akan mengatakan bahwa Allah itu tidak ada (komunis), sebaliknya mereka yang memulai berpikir tentang Allah dan karya-Nya hanya berdasarkan pikiran semata (baca filsafat/berpikir mendalam dengan memakai metode berpikir ilmiah) akan menghasilkan teologi yang berbeda dengan Alkitab (Allah dan karya-Nya yang dibicarakan oleh mereka yang hanya berdasarkan pendekatan filsafat). Di sinilah pentingnya norma berteologi yaitu Alkitab, sumber berteologi yaitu Alkitab, metode berteologi yaitu Alkitab. Dengan demikian maka berteologi sangat erat kaitannya dengan norma/sumber/metode. Hasil teologi sangat ditentukan oleh norma/sumber/metode berteologi. Ini disebabkan karena Teologi dalam definisinya yaitu berpikir, berbicara, perkataan, uraian, ilmu tentang Allah. Bila manusia yang berteologi tidak mempunyai norma/sumber/metode maka akan menghasilkan teologi yang tidak pasti. Dengan demikian norma berteologi/sumber berteologi/metode berteologi orang Kristen adalah Alkitab. Artinya orang Kristen dapat berpikir, merenung, berbicara, berkata-kata, bercakap-cakap, menuturkan tentang Allah sejauh yang disaksikan dalam Alkitab. Jadi, norma berteologi, sumber berteologi, metode berteologi adalah Alkitab. Filsafat hanya membantu dalam berteologi berdasarkan Alkitab. Jadi, kita dapat mempertegas sumber berteologi sbb: 1. Alkitab sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi iman dan kehidupan Kristen. 2. Tradisi gereja khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di gereja dari zaman ke zaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
  • 53. 47 |PENGANTAR DOGMATIKA 3. Buku-buku Lain Sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang dihasilkan oleh teologia biblika, historika atau filosofikauntuk dipergunakan sebagai sarana membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat. Sumber pertama menjadi pedoman untuk menilai sumber 2 dan 3 (lihat 3 point di atas). Setelah kita membicarakan metode berteologi maka sekarang kita memperhatikan beberapa metode berteologi dari para teolog masa lampau. Metode Berteologi Beberapa syarat berteologi: 1. Syarat-syarat berteologi. a. Presupposisi (praduga awal) setiap orang mengawali pemikiran dengan anggapan (asumsi). b. Mempunyai perlengkapan rohani dan sikap yang taat. Seorang yang mempelajari Alkitab tidak mungkin bersikap objektif, karena ia harus percaya terlebih dahulu bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah (iman mendahului rasio). "Karena percaya, orang mengerti" (Augustinus). Rasio adalah alat yang dipakai untuk mengerti pengetahuan. c. Membutuhkan penerangan Roh (iluminasi) 1. harus percaya 2. harus berpikir 3. harus mempunyai ketergantungan 4. sikap ibadah (penyembahan) Dalam berteologi juga mesti disadari bahwa ada keterbatasan. Sabda menyebutkan paling tidak ada 2 keterbatasan yaitu: 2. Keterbatasan teologia a. Keterbatasan pemikiran manusia untuk memikirkan pikiran Allah yang tidak terbatas. b. Kekurangan ilmu pengetahuan pembantu.
  • 54. 48 |PENGANTAR DOGMATIKA c. Keterbatasan bahasa manusia. d. Kekurangan ketrampilan untuk menguasai dan mengartikan secara tepat Alkitab secara utuh dan menyeluruh. (hermeneutik). e. Bungkamnya penyataan lanjutan. f. Pengaruh dosa dan kehendak daging. 3. Metode-metode Teologia. a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna disingkirkan, karena, tidak diterima oleh rasio). b. Metode Karl Barth Teori Barth mengatakan: bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu Allah yang mencari manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia maka Allah menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural itu. c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi, karena manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu. Teologi juga demikian meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain. Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus menjadi subyek, maka
  • 55. 49 |PENGANTAR DOGMATIKA kalau begitu obyek lah (Allah) yang akan mempertanyakan tentang manusia. d. Metode Paul Tillich Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikokologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu ia menolak jawaban yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari liberalisme. Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip- prinsip dan metode-metode teologis. e. Metode Interpretasi Analitis Teologi adalah ilmu tentang Allah; yang memberikan paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks. Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini: 1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
  • 56. 50 |PENGANTAR DOGMATIKA 2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan. Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman. 3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab kebutuhan manusia kontemporer. 4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikalnya. Dasar pemahaman adalah dari 2Ti 3:16-17; kita tidak mendayagunakan teologi untuk memperbaiki ketidak-jelasan yang ada dalam Alkitab tapi untuk menerangi ketidak-jelasan pikiran manusia dalam menanggapi isi Alkitab. Pembagian Teologi 1. Dalam arti luas Teologia, sebagai keseluruhan pokok studi pendidikan Teologia, dibagi menjadi: a. Teologia Biblika (Eksegetis) Teologia yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang ditulis dalam Alkitab. b. Teologia Historika (Sejarah) Teologia yang berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan
  • 57. 51 |PENGANTAR DOGMATIKA mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologia dan sejarahnya dari jaman ke jaman. c. Teologia Sistematika (Doktrin Iman Kristen) Teologia yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab. d. Teologia Praktika (Pelayanan) Teologia yang berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya. Teologi Dalam Arti Sempit Teologia, sebagai usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya, dibagi menjadi beberapa bidang studi: a. Bibliologi (Alkitab) b. Teologia Proper (Allah) c. Antropologi (Manusia) d. Soteriologi (Keselamatan) e. Kristologi (Yesus Kristus) f. Pneumatologi (Roh Kudus) g. Eklesiologi (Gereja) h. Eskatologi (Akhir zaman) 2. Struktur pembagian Teologia Sistematika
  • 58. 52 |PENGANTAR DOGMATIKA Teologi Kristen dibagi ke dalam 4 kelompok:  Teologi Eksegetis Teologia Eksegetis meliputi penelaahan Bahasa-Bahasa, Arkeologi, Pengantar, Hemeneutika, Teologi Alkitabiah.  Teologi Historis Teologi historis merunut sejarah umat Allah dalam Alkitab (PL) dan Gereja sejak Yesus Kristus [PB]. Teologi Historis membahas awal mula, perkembangan, dan penyebaran Agama yang sejati dan juga semua Doktrin, organisasi, dan kebiasaannya. Di dalamnya termasuk juga Sejarah Alkitab, Sejarah Gereja, Sejarah Pekabaran Injil, sejarah Ajaran dan sejarah Pengakuan Iman.  Teologi Sistematika Teologi Sistematika menggunaan bahan-bahan yang disajikan oleh (1). Teologi Eksegesis dan (2). Teologi Historis, lalu menatanya menurut suatu Tatanan yang Logis sesuai dengan tokoh-tokoh besar dalam penelitian teologis. Teologi Sistematika membahas Apologetika, Polemik dan Ajaran Etika Alkitabiah.  Teologi Praktis Teologi Praktis meliputi pokok-pokok seperti Homiletika, Organisasi dan Administrasi Gereja, Ibadat, Pendidikan, dan Penginjilan. Jadi, integrasinya, Doktrin yang ada di Alkitab ditelaah secara Eksegetis berdasarkan Historisitasnya [doktrin berkembang dalam konteks sejarah secara progresif selama pembentukan PL dan PB], kemudian keduanya Disistematisasikan oleh para ahli untuk tujuan Praktis atau aplikasi hidup. (Henry C. Thiessen, Teologi Sistematik, Malang: Gandum Mas, 1993, 31-32)
  • 59. 53 |PENGANTAR DOGMATIKA B. Sejarah Teologi Sistematika Berteologi itu pada esensinya bersifat individual tetapi juga bersifat komunal/bersama atau berteologi itu terjadi dalam kesendirian tetapi serempak kebersamaan. Oleh karena itu maka berteologi selalu ada dalam sejarah dan tidak pernah di luar sejarah. Berteologi ada dalam sejarah, telah dimulai sejak manusia ada di dunia ini. Contoh sederhana Adam dan Hawa berteologi di taman Eden (Kej. 1, 2 dan 3). Namun sejarah teologi yang akan kita bahas di sini yaitu berteologi secara sistematis. Kita mulai dengan Gereja mula-mula dan selanjutnya. Berikut ini bahasan secara singkat sejarah teologi sistematis. 2.1. Gereja Mula-mula/Gereja Lama: Origenes Karya Origenes:  Asas-asas Pertama yang dikarang pada tahun 220-an biasanya dianggap sebagai ―teologi sistematik” yang pertama.  Origenes tertarik dengan hubungan antara roh dan zat.  Origenes mengajarkan tentang hierarki malaikat-malaikat dan setan-setan dan pra eksistensi jiwa-jiwa manusia serta penjelmaannya kembali dalam masa atau masa-masa yang akan datang dalam bentuk yang makin rohani.
  • 60. 54 |PENGANTAR DOGMATIKA  Jatuh bangunnya sejarah ciptaan adalah sejarah mengenai pengembalian ke asal  Origenes mempertahankan gagasan kebebasan mahluk sebagai bentuk perlawanan Kristen terhadap fatalisme Gnostik.  Origenes mengharapkan bahwa oleh ―pendidikan‘, ―dorongan‖ dan ―hukuman‖ semua mahluk rasional akan menjadi bagian dari pemulihan universal dari kesatuan dan kesempurnaan di dalamnya ―Allah adalah segala dalam segalanya‖.(avis, 2001:59-60) Gregorius dari Nyssa Karya Gregorius:  Ia terkenal karena tafsiran-tafsirannya yang bersifat mistik pada Hidup Musa dan Kidung Agung.  Ia juga merumuskan pernyataan klasik mengenai Trinitas pada akhir abad ke-4.  Orasi Kateketik Besar merupakan karya tulis Gregorius yang secara sistematik menguraikan iman Kristen. Karya itu dipakai sebagai bantuan bagi pengajar katekisasi.  Pengajar harus memperhatikan berbagai latar belakang asal dari orang yang bertanya-tanya serta calon sidi.  Melawan ateisme, keberadaan Allah harus dibuktikan dari sudut kebijaksanaan dan seni penciptaan.  Trinitas harus dipertahankan melawan monoteisme Yahudi dan politeisme orang kafir.  Logos ilahi adalah perantara penciptaan, dan umat manusia secara khusus adalah hasil berlimpah ruah kasihNya.
  • 61. 55 |PENGANTAR DOGMATIKA  Manusia adalah mahluk berakal budi yang diciptakan untuk mengambil bagian dan bersukacita dalam berkat-berkat Allah.  Karunia kebebasan telah disalah gunakan untuk menolak hal-hal yang baik demi hal-hal yang kurang berharga.  Inkarnasi Logos- dalam hal apapun tidak asing bagi ciptaanNya sendiri – adalah perbuatan bebas kasih Allah, dilaksanakan karena umat manusia butuh sentuhan agar dapat disembuhkan.  Allah merendahkan diri menunjukkan pembuktian kuasaNya  Keadilan Allah diperlihatkan dalam perbuatan, bahkan si pendusta telah diperlakukan secara adil dalam karya penebusan.  Penyelamatan harus diterima melalui iman dan dilaksanakan melalui keutamaan.  Bila orang memintanya dari Allah, dengan penuh kepercayaan akan janji-Nya, maka Ia akan memperbaharui jiwa lewat baptisan.  Lewat roti perjamuan yang telah menjadi tubuh-Nya, firman pemberi kehidupan memelihara orang percaya untuk penyatuan abadi dengan-Nya dalam kebahagiaan yang tak terkatakan.  Anak Allah harus dikenali lewat akhlak serta keserupaan rohani mereka dengan Sang Bapa.(Avis, 2001:60-61) Augustinus  Augustinus menwarkan beberapa tahap nasehat dan contoh- contoh untuk menyajikan iman Kristen pada tahap awal kepada para accedentes (orang yang ingin menjadi katekumen).
  • 62. 56 |PENGANTAR DOGMATIKA a) Pertama, Augustinus menjelaskan sejarah penyelamatan dari penciptaan sampai ke gereja masa kini dengan tujuan agar tujuan kasih Allah dalam kenyataan dan peristiwa terkait menjadi nampak. b) Kedua, Pemantapan ini perlu disusul oleh dorongan moral yang didasarkan pada kebangkitan akhir, pengadilan akhir, dan harapan akan kesukacitaan abadi. Kebajikan manusia yang sesungguhnya adalah kesalehan dan Allah harus dipuja oleh iman, pengharapan dan kasih. c) Lalu Augustinus melanjutkan dengan ―membukakan tujuan dari ketiga karunia tersebut, yaitu: apa yang harus kita percaya, apa yang harus kita harapkan, dan apa yang harus kita kasihi‖. Iman dijelaskan secara rinci sesuai pasal-pasal Pengakuan Iman Rasuli  Augustinus membuat pembedaan antara dua jenis ―kasih‖, yaitu nafsu dan kebaikan hati, cinta-diri dan cinta pemberian Allah, terhadap Allah dan sesama. (Avis, 2001:61) Thomas Aquinas Thomas adalah anggota Ordo Dominikan Buku Dogmatisnya disebut Summa Theologiae. Isi buku ini banyak mempengaruhi Gereja Katolik Roma melalui Konsili Trente dan pemulihan ajaran Thomas Aquinas tahun 1880-1960. Buku ini belum selesai pada saat penulis meninggal, tahun 1274. Karya yang sangat besar itu ditulis ―dari iman ke iman‖ dan karena itu buku ini mampu menangani lebih langsung dari sudut pandang Kristen banyak tema yang dulu dibahas dalam bukunya Summa Contra Gentiles. Buku ini menjadi pegangan bagi misionaris dan
  • 63. 57 |PENGANTAR DOGMATIKA orang-orang yang mungkin mau berpindah agama dari Yudaisme dan Islam. Summa Theologiae diawali dengan pengetahuan tentang Allah, apa saja yang dapat diketahui oleh akal budi, dan apa yang tergantung pada percaya dalam wahyu ilahi dan apa status bahasa kita berkenaan dengan Allah. Bagian pertama ini dilanjutkan dengan pembahasan mendalam mengenai Trinitas, penciptaan dan sifat manusia. Bagian kedua dari Summa Theologiae mengambil contoh dari buku Aristoteles yang berjudul Etica Nicomachea, yang didalamnya Aquinas menemukanbanyak pemikiran Aristoteles yang sehaluan dengan pemikiran moral Kristen. Bagian ketiga dari Summa Theologiae berisi pokok-pokok dogmatis tentang inkarnasi dan sakramen-sakramen. Tiap pertanyaan penting dibahas dalam beberapa pasal, yang masing-masing diawali dengan sub pertanyaan. Sub pertanyaan ini diberi jawaban pertama yang masuk akal (―Videtur‖, ―Kelihatannya‖). Kemudian Thomas mengemukakan pendirian lain secara singkat (―Sed contra‖.‖Tetapi di lain pihak‖), biasanya di ambil Alkitab atau para Bapa Gereja. Akhirnya Aquinas mengembangkan pendapatnya sendiri (Respondeo dicendum‖, Aku menjawab‖). Tidak lama sebelum meninggal, Aquinas mendapat penglihatan. Pada waktu ia melayani kebaktian, ia menolak untuk meneruskan penulisan ―Summa‖. ―Aku tak dapat melanjutkannya, karena apa yang telah saya tulis, sekarang kelihatan seperti jerami.‖ (Alvis, 2001: 64). 2.2. Gereja Abad Pertengahan (590 –1492)
  • 64. 58 |PENGANTAR DOGMATIKA Johannes dari Damaskus Ia adalah pengarang madah (lagu) dan pembela pemujaan ikon abad ke-8. Ia adalah penulis buku Pancuran Pengetahuan yang terdiri dari tiga jilid. Isi buku itu mencakup filosofis yang diilhami dari Aristoteles, satu kopendium tentang ajaran-ajaran sesat serta dalam keempat buku jilid 3 Johanes memadukan ajaran bapak-bapak Gereja Yunani.  Pertama-tama tentang Allah: Allah bersifat tidak dapat dimengerti; tetapi keberadaan-Nya dan keesaan-Nya dapat disimpulkan dari sifat Alam semesta yang tidak mutlak perlu ada serta keteraturannya; selain itu Ia menyingkapkan diri-Nya secara memadai demi kebaikan kita dalam kata-kata kesaksian Hukum Taurat, para nabi, para rasul dan penulis Injil; dengan itu kita dapat mengetahui bahwa Allah adalah Tritunggal, walaupun cara keberadaan-Nya tidak dapat diketahui persis.  Kedua, tentang ciptaan: malaikat-malaikat diciptakan lebih dahulu dan Iblis adalah yang pertama berpaling dari kebaikan dan menjadi jahat. Manusia diciptakan menurut citra Allah, yaitu dengan pikiran dan kemauan bebas, dan menurut rupa Allah, yaitu untuk maju dalam jalan kebenaran; tetapi manusia jatuh karena keangkuhan dan menjadi budak dari nafsu dan keinginan, namun Allah tetap memelihara kita  Ketiga, dalam aturan penyelamatan, Allah telah berusaha memenangkan kita kembali, akhirnya Ia masuk dalam keberadaan kita dan bekerja dari dalam, lewat Putra-Nya yang menjadi manusia  Keempat karena Kristus tidak berdosa maka kematian tak dapat menahan dia; melalui iman dan baptisan kita dipulihkan didalam Dia
  • 65. 59 |PENGANTAR DOGMATIKA untuk bersekutu dengan Allah, dikembalikan pada jalan keutamaan dan diperbaharui dalam kehidupan yang dipelihara oleh Perjamuan Kudus. Karya Johannes Damaskenus banyak digunakan dalam Gereja Timur. Philip Melanchthon Melanchthon (1497-1560) sang ―guru Jerman‖ adalah orang pertama yang mensistematisasikan, atau menurut sementara orang, menjinakan pemikiran Luther. Gereja adalah hanya mereka yang menerima Buku ini [Alkitab] dan mendengarkan, mempelajari serta mengikuti pemikirannya dalam ibadah dan moral Inti pusat Alkitab serta dari doktrin murni adalah pembenaran oleh iman. Melanchthon merumuskan gagasan ini [pembenaran oleh iman] dengan cara yang kurang berbau predestinasi dibandingkan dengan Marthen Luther: ―Allah menarik orang, tetapi Ia menarik mereka yang bersedia‖. Bukunya yang terkenal ―Loci Communes Rerum Theologicarum‖ berisi pokok-pokok umum yang bersifat soteriologis, yaitu dosa, anugerah, Taurat dan Injil, pembenaran dan iman, pekerjaan iman dalam kasih dan lambing-lambang sacramental, yang meyakinkan orang percaya akan janji-janji Allah dan karya keselamatan Kristus.
  • 66. 60 |PENGANTAR DOGMATIKA Bahkan ajaran sepenuhnya tentang Allah Tritunggal, pengalaman gereja dalam ibadah, doa, khotbah dan sakramen. 2.3. Gereja Abad Reformasi dan Post Reformasi (1517 – Kini) Marthen Luther  Teologinya bersifat Kristosentris.  Keselamatan itu hanya berdasarkan anugerah  Katekismus kecil: berisi 10 hukum, PIR, Doa Bapa Kami, Sakramen Baptisan, dan Perjamuan Kudus. Garis merah teologisnya ialah pengetahuan tentang Allah dan kita sendiri, yang saling berhubungan dengan focus tetap pada Kristus sebagai perantara Zwingli  Ia menyatakan: suatu doktrin tidak boleh berlawanan dengan akal, bagi Luther peranan akal dalam teologi jauh lebih kurang.  Alkitab mempunyai wewenang terakhir. Firman Allah adalah pasti. Kalau Allah berbicara terjadilah. Firman Allah juga jelas, Akan tetapi ini tidak berarti bahwa tidak mungkin terjadi salah tafsir. … (Lane, 2005:144-145)