Dokumen ini berisi dialog antara seorang profesor ateis dengan mahasiswa percaya tentang keberadaan Tuhan. Profesor mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji kepercayaan mahasiswa, seperti mengapa Tuhan membiarkan kejahatan dan penderitaan terjadi jika Dia mahabisa dan baik. Mahasiswa kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan profesor yang menggunakan logika ilmiah.
Artikel ini membedakan antara rasa suka dan cinta. Rasa suka berorientasi pada diri sendiri dan hanya menginginkan kesenangan, sedangkan cinta berorientasi pada orang lain dan rela berkorban. Pacaran hanya berdasarkan suka berisiko tidak berkembang menjadi cinta sejati dan dapat menyebabkan pernikahan yang penuh frustasi dan kejam.
Peraturan Resmi Bolabasket 2018 mengatur tentang aturan-aturan yang berlaku dalam pertandingan bola basket, meliputi:
1. Ukuran dan garis-garis lapangan permainan, daerah tembakan, dan posisi petugas pertandingan
2. Ketentuan mengenai jumlah pemain, pergantian pemain, dan tugas-tugas kapten serta pelatih
3. Aturan dasar permainan seperti waktu pertandingan, cara memulai dan mengakhiri permainan,
Renungan ini membahas tentang tingginya angka kriminalitas di Indonesia dan Amerika Serikat yang mencapai ratusan ribu kasus setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan rasa takut yang wajar bagi masyarakat menjadi korban kejahatan. Akan tetapi, Mazmur 18 mengingatkan bahwa Tuhan adalah gunung batu yang dapat dijadikan tempat berlindung yang aman.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki tiga ciri utama: 1) taat pada Roh Kudus dan sepenuhnya dipimpin oleh-Nya, 2) hidup suci dan peka terhadap dosa, 3) menjunjung tinggi Firman Tuhan."
Dokumen ini berisi dialog antara seorang profesor ateis dengan mahasiswa percaya tentang keberadaan Tuhan. Profesor mengajukan beberapa pertanyaan untuk menguji kepercayaan mahasiswa, seperti mengapa Tuhan membiarkan kejahatan dan penderitaan terjadi jika Dia mahabisa dan baik. Mahasiswa kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan profesor yang menggunakan logika ilmiah.
Artikel ini membedakan antara rasa suka dan cinta. Rasa suka berorientasi pada diri sendiri dan hanya menginginkan kesenangan, sedangkan cinta berorientasi pada orang lain dan rela berkorban. Pacaran hanya berdasarkan suka berisiko tidak berkembang menjadi cinta sejati dan dapat menyebabkan pernikahan yang penuh frustasi dan kejam.
Peraturan Resmi Bolabasket 2018 mengatur tentang aturan-aturan yang berlaku dalam pertandingan bola basket, meliputi:
1. Ukuran dan garis-garis lapangan permainan, daerah tembakan, dan posisi petugas pertandingan
2. Ketentuan mengenai jumlah pemain, pergantian pemain, dan tugas-tugas kapten serta pelatih
3. Aturan dasar permainan seperti waktu pertandingan, cara memulai dan mengakhiri permainan,
Renungan ini membahas tentang tingginya angka kriminalitas di Indonesia dan Amerika Serikat yang mencapai ratusan ribu kasus setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan rasa takut yang wajar bagi masyarakat menjadi korban kejahatan. Akan tetapi, Mazmur 18 mengingatkan bahwa Tuhan adalah gunung batu yang dapat dijadikan tempat berlindung yang aman.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus memiliki tiga ciri utama: 1) taat pada Roh Kudus dan sepenuhnya dipimpin oleh-Nya, 2) hidup suci dan peka terhadap dosa, 3) menjunjung tinggi Firman Tuhan."
Dokumen tersebut merupakan laporan akhir studi potensi dan permasalahan di wilayah Weleri Raya, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Laporan ini menganalisis karakteristik fisik, sosial ekonomi, dan infrastruktur wilayah tersebut pada tingkat makro (Kabupaten Kendal), meso (Weleri Raya), dan mikro (desa/kelurahan). Dilakukan identifikasi potensi dan permasalahan di berbagai aspek, serta memberikan
Dokumen tersebut merupakan peraturan kepala Badan Pusat Statistik tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia tahun 2009. Peraturan ini menetapkan pengelompokan semua kegiatan ekonomi di Indonesia ke dalam satu klasifikasi yang komprehensif agar dapat digunakan untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data statistik menurut kegiatan ekonomi.
Katalog khusus ini memuat tentang daftar koleksi khusus yang ada di Perpustakaan MPR RI. Contohnya adalah Risalah Perundingan, Profil Pimpinan MPR RI, Jurnal Majelis dan lainnya.
Dokumen ini membahas tentang pembangkangan terhadap Tuhan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Kita sering menolak perintah Tuhan dengan berbagai alasan padahal Tuhan telah memberikan segala karunia-Nya untuk kebaikan kita. Tuhan kecewa melihat perilaku umat-Nya yang terus membangkang. Kita diseru untuk memilih kehidupan dengan mengasihi dan taat kepada Tuhan.
Modul ini membahas tentang akuntansi persekutuan dan likuidasi persekutuan secara sederhana dan berangsur. Modul ini terdiri dari 5 bab yang membahas tentang pembentukan dan perubahan persekutuan, pembagian laba atau rugi, serta proses likuidasi persekutuan baik secara sederhana maupun berangsur."
Dokumen ini membahas rencana penelitian untuk membuat sistem kontrol gerak menggunakan Visual Basic dan MPC-3028. Bab 1 berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta dasar teori yang meliputi konsep SANS, stopped flow cell, MPC-3028, motor stepper, dan sensor magnetik. Bab 2 menjelaskan rencana kerja penelitian mulai dari perancangan sistem, pembuatan perangkat keras dan lunak, hingga pengujian
Buku pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang proses pemutakhiran data mandiri ASN dan PPT Non-ASN meliputi data yang perlu dimutakhirkan, pihak yang terlibat, alur proses verifikasi dan persetujuan data oleh instansi dan BKN, serta penyelesaian permasalahan data."
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kutai Barat meningkat dari 2005 hingga 2010. PDRB atas dasar harga berlaku meningkat dari 2,4 triliun Rupiah pada 2005 menjadi 5,1 triliun Rupiah pada 2010, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan meningkat dari 2,4 triliun Rupiah menjadi 3,8 triliun Rupiah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 8,
Dokumen ini membahas tentang pedoman perencanaan kawasan budi daya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pedoman ini memberikan panduan operasional dan teknis untuk perencanaan kawasan budi daya agar dapat merealisasikan Rencana Tata Ruang Wilayah di tingkat kabupaten/kota. Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya d
Dokumen ini membahas tentang kejawen dan Islam. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain tujuan kejawen untuk mendapatkan ilmu sejati dan hidup dalam harmoni dengan Tuhan, serta menjalankan kewajiban untuk bermanfaat bagi orang lain. Dokumen ini juga menjelaskan pandangan kejawen tentang hubungan dengan Tuhan yang bersifat pribadi, serta melakukan doa dan latihan spiritual secara teratur untuk mendekatkan
Buku Panduan biMBA AIUEO (Januari 2021)Diklat biMBA
Buku panduan ini berisi penjelasan tentang kebimbaan dan kurikulum biMBA AIUEO. Kebimbaan adalah ilmu yang mempelajari tentang biMBA meliputi filosofi, metode, dan institusinya. Tujuannya adalah mengetahui pentingnya paradigma biMBA dan menjadi pembelajar yang terus berkembang. Terdapat tiga tahapan ilmu biMBA yaitu filosofi, metode, dan institusi.
Dokumen tersebut memberikan nasihat-nasihat kepada orang Kristen untuk menjadi terang di tengah kegelapan dunia dengan cara menjalankan fungsi sebagai pelita yang memancarkan cahaya kasih, kebaikan, dan teladan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Kristus. Orang Kristen disarankan untuk rela berkorban demi memberi terang kepada orang lain dan menjadi contoh teladan bagi sesama.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya orang Kristen untuk tumbuh dan menjadi dewasa rohani. Hal ini diperlukan karena manusia harus selalu berubah dan bertumbuh, begitu pula dengan kehidupan rohani seseorang. Untuk menjadi dewasa rohani, diperlukan proses, disiplin diri, dan mengikuti teladan Yesus.
Dokumen tersebut merupakan laporan akhir studi potensi dan permasalahan di wilayah Weleri Raya, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Laporan ini menganalisis karakteristik fisik, sosial ekonomi, dan infrastruktur wilayah tersebut pada tingkat makro (Kabupaten Kendal), meso (Weleri Raya), dan mikro (desa/kelurahan). Dilakukan identifikasi potensi dan permasalahan di berbagai aspek, serta memberikan
Dokumen tersebut merupakan peraturan kepala Badan Pusat Statistik tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia tahun 2009. Peraturan ini menetapkan pengelompokan semua kegiatan ekonomi di Indonesia ke dalam satu klasifikasi yang komprehensif agar dapat digunakan untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data statistik menurut kegiatan ekonomi.
Katalog khusus ini memuat tentang daftar koleksi khusus yang ada di Perpustakaan MPR RI. Contohnya adalah Risalah Perundingan, Profil Pimpinan MPR RI, Jurnal Majelis dan lainnya.
Dokumen ini membahas tentang pembangkangan terhadap Tuhan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Kita sering menolak perintah Tuhan dengan berbagai alasan padahal Tuhan telah memberikan segala karunia-Nya untuk kebaikan kita. Tuhan kecewa melihat perilaku umat-Nya yang terus membangkang. Kita diseru untuk memilih kehidupan dengan mengasihi dan taat kepada Tuhan.
Modul ini membahas tentang akuntansi persekutuan dan likuidasi persekutuan secara sederhana dan berangsur. Modul ini terdiri dari 5 bab yang membahas tentang pembentukan dan perubahan persekutuan, pembagian laba atau rugi, serta proses likuidasi persekutuan baik secara sederhana maupun berangsur."
Dokumen ini membahas rencana penelitian untuk membuat sistem kontrol gerak menggunakan Visual Basic dan MPC-3028. Bab 1 berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta dasar teori yang meliputi konsep SANS, stopped flow cell, MPC-3028, motor stepper, dan sensor magnetik. Bab 2 menjelaskan rencana kerja penelitian mulai dari perancangan sistem, pembuatan perangkat keras dan lunak, hingga pengujian
Buku pedoman ini memberikan panduan lengkap tentang proses pemutakhiran data mandiri ASN dan PPT Non-ASN meliputi data yang perlu dimutakhirkan, pihak yang terlibat, alur proses verifikasi dan persetujuan data oleh instansi dan BKN, serta penyelesaian permasalahan data."
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kutai Barat meningkat dari 2005 hingga 2010. PDRB atas dasar harga berlaku meningkat dari 2,4 triliun Rupiah pada 2005 menjadi 5,1 triliun Rupiah pada 2010, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan meningkat dari 2,4 triliun Rupiah menjadi 3,8 triliun Rupiah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 8,
Dokumen ini membahas tentang pedoman perencanaan kawasan budi daya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pedoman ini memberikan panduan operasional dan teknis untuk perencanaan kawasan budi daya agar dapat merealisasikan Rencana Tata Ruang Wilayah di tingkat kabupaten/kota. Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya d
Dokumen ini membahas tentang kejawen dan Islam. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain tujuan kejawen untuk mendapatkan ilmu sejati dan hidup dalam harmoni dengan Tuhan, serta menjalankan kewajiban untuk bermanfaat bagi orang lain. Dokumen ini juga menjelaskan pandangan kejawen tentang hubungan dengan Tuhan yang bersifat pribadi, serta melakukan doa dan latihan spiritual secara teratur untuk mendekatkan
Buku Panduan biMBA AIUEO (Januari 2021)Diklat biMBA
Buku panduan ini berisi penjelasan tentang kebimbaan dan kurikulum biMBA AIUEO. Kebimbaan adalah ilmu yang mempelajari tentang biMBA meliputi filosofi, metode, dan institusinya. Tujuannya adalah mengetahui pentingnya paradigma biMBA dan menjadi pembelajar yang terus berkembang. Terdapat tiga tahapan ilmu biMBA yaitu filosofi, metode, dan institusi.
Dokumen tersebut memberikan nasihat-nasihat kepada orang Kristen untuk menjadi terang di tengah kegelapan dunia dengan cara menjalankan fungsi sebagai pelita yang memancarkan cahaya kasih, kebaikan, dan teladan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Kristus. Orang Kristen disarankan untuk rela berkorban demi memberi terang kepada orang lain dan menjadi contoh teladan bagi sesama.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya orang Kristen untuk tumbuh dan menjadi dewasa rohani. Hal ini diperlukan karena manusia harus selalu berubah dan bertumbuh, begitu pula dengan kehidupan rohani seseorang. Untuk menjadi dewasa rohani, diperlukan proses, disiplin diri, dan mengikuti teladan Yesus.
Teks tersebut memberikan panduan untuk menghadapi masa-masa sulit (viadolorosa) dengan cara belajar dari contoh Yesus yaitu dengan berfokus kepada Tuhan melalui doa, berbagi kesedihan kepada orang-orang terdekat, dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan.
Pemerintah Indonesia berencana mengembangkan industri halal untuk meningkatkan ekspor dan pariwisata. Beberapa langkah yang akan dilakukan antara lain mempromosikan produk halal ke pasar global, meningkatkan sertifikasi produk halal, serta melatih SDM agar dapat bersaing di industri halal.
Dokumen tersebut membahas dua topik utama, yaitu (1) bijak mengelola keuangan keluarga Kristen dengan cara yang benar dan bertanggung jawab serta (2) mengembangkan karakter Kristus dalam diri seseorang. Beberapa prinsip pengelolaan keuangan yang dibahas antara lain belanja lebih kecil dari pendapatan, hindari hutang, hidup sederhana, serta pentingnya komunikasi antara suami istri.
Berdasarkan data kriminalitas di Sumatera Utara antara tahun 2007-2009:
1. Jumlah kasus prioritas meningkat namun tingkat penyelesaiannya menurun
2. Kasus narkoba dan judi merupakan jenis kejahatan dengan jumlah terbanyak
3. Tingkat penyelesaian kasus narkoba dan judi masih di atas 90%
Teori akuntansi membahas sistem informasi akuntansi, struktur teori akuntansi, teori akuntansi dan perumusannya, laporan laba rugi, laporan arus kas, neraca dan pencatatan. Teori ini memberikan panduan untuk praktik akuntansi perusahaan dalam pengumpulan, pengelompokan dan pelaporan informasi keuangan.
Buku ini memberikan panduan pelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti untuk siswa kelas XII SMA/SMK/MA. Buku ini dilindungi hak cipta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan hanya boleh digunakan sebagai buku siswa dalam penerapan Kurikulum 2013. Buku ini dapat terus diperbaiki berdasarkan masukan dari berbagai pihak.
SD-MI kelas04 ayo belajar matematika burhan arysekolah maya
Berdasarkan penjelasan di atas, saya menyimpulkan:
- Dalam penjumlahan dan perkalian bilangan berlaku sifat pertukaran atau sifat komutatif, yaitu a + b = b + a dan a × b = b × a. Artinya hasil penjumlahan dan perkalian tidak bergantung pada urutan penggunaan bilangan.
- Sifat komutatif tidak berlaku pada pengurangan dan pembagian. Dalam pengurangan dan pembagian, hasilnya bergantung p
Sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian. Pada pengurangan dan pembagian, sifat komutatif tidak berlaku. Berikut penjelasannya:
- Penjumlahan dan perkalian:
a + b = b + a
a x b = b x a
- Pengurangan dan pembagian:
a - b ≠ b - a
a ÷ b ≠ b ÷ a
Contoh:
- 5 - 3 ≠ 3 - 5
- 10 ÷ 2 ≠ 2 ÷ 10
J
Sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian. Pada pengurangan dan pembagian, sifat komutatif tidak berlaku. Berikut penjelasannya:
- Penjumlahan dan perkalian:
a + b = b + a
a x b = b x a
- Pengurangan dan pembagian:
a - b ≠ b - a
a ÷ b ≠ b ÷ a
Contoh:
- 5 - 3 ≠ 3 - 5
- 10 ÷ 2 ≠ 2 ÷ 10
J
Laporan Tahunan Pengadilan Negeri Batang tahun 2010 memberikan ringkasan tentang kinerja pengadilan tersebut pada tahun tersebut, mencakup data perkara, keuangan, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Laporan Tahunan Pengadilan Negeri Batang tahun 2010 memberikan ringkasan tentang kinerja pengadilan tersebut pada tahun tersebut, mencakup data perkara, keuangan, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Lembar pengesahan Rencana Kerja Jangka Menengah SDN Pondokkaso Tonggoh untuk tahun pelajaran 2012/2013-2015/2016 telah ditandatangani oleh Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah, dan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Cidahu.
Buku ini membahas tentang materi-materi ajaran agama Islam kelas VIII seperti hukum bacaan Qalqalah dan Ra, iman kepada kitab-kitab Allah, zuhud dan tawakal, perilaku tercela, salat sunah rawatib, macam-macam sujud, dan puasa. Buku ini disusun dengan mengacu pada sumber-sumber standar agama Islam dan menggunakan pendekatan kontekstual serta student centered untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.
1. Tulisan ini membahas bagaimana orang Kristen dapat bertahan dalam menghadapi penderitaan. Roh Kudus akan membantu orang percaya untuk tumbuh dalam kesabaran dan kekuatan iman melalui penderitaan.
2. Penderitaan adalah ujian yang digunakan Allah untuk membersihkan dan memperbaiki karakter seseorang agar menjadi lebih dekat dengan-Nya. Dalam kesulitan, orang percaya harus bergantung pada Allah dan yakin bahwa
Dokumen tersebut membahas prinsip-prinsip dasar kepemimpinan yang meliputi definisi kepemimpinan, pengertian pemimpin, tugas dan peran pemimpin, serta prinsip-prinsip dasar kepemimpinan seperti belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan, membawa energi positif, dan latihan mengembangkan diri."
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara spiritualitas dan kepemimpinan. Spiritualitas membantu membangun karakter seorang pemimpi, termasuk pola kepemimpinannya. Kepemimpinan berbasis spiritualitas tidak hanya mengenai kecerdasan dan ketrampilan, tetapi juga menjunjung nilai-nilai seperti kebenaran, integritas, dan belas kasih. Spiritualitas penting untuk mencapai otoritas moral bahkan dalam situasi sulit.
Tujuh tanda kepemimpinan transformasional adalah:
1. Meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai luhur
2. Meningkatkan kebutuhan akan prestasi dan aktualisasi diri
3. Mendorong kematangan moral yang tinggi
4. Menggerakkan pengikut untuk kepentingan yang lebih besar
5. Membawa perubahan mendasar secara fisik dan ide
6. Memiliki pengaruh yang berkelanjutan
7. Mengambil pendekatan
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut berisi kumpulan cerita pendek dan renungan yang bertema keagamaan yang mencakup topik seperti iman, persahabatan, kasih karunia Tuhan, dan transformasi spiritual.
Ada beberapa alasan mengapa Alkitab dapat dipercayai sebagai Firman Allah, yaitu: (1) Alkitab bersifat ilahi dan diilhami Allah, (2) memiliki keotentikan dan kejelasan, (3) bebas dari kesalahan, (4) memiliki keharmonisan meskipun ditulis oleh berbagai penulis, dan (5) tetap relevan hingga kini meskipun berusia ratusan tahun. Alkitab dapat dipercayai karena didukung
Mother Teresa was a Roman Catholic nun and missionary who spent her life serving the poor in India. She founded the Missionaries of Charity, which operates charitable institutions worldwide. The document contains quotes from Mother Teresa about love, service, faith, and living life to the fullest. It discusses her background growing up in Macedonia and moving to Albania as a child. The bulk of the document presents inspirational quotes from Mother Teresa on topics like love, faith, service, and living life to the best of one's abilities.
Dokumen tersebut merupakan kumpulan renungan harian selama sebulan penuh, dimulai dari tanggal 1 Juni hingga 30 Juni 2014. Renungan-renungan tersebut membahas berbagai topik spiritual seperti iman, perbuatan, kasih, dosa, keangkuhan, dan pengelolaan waktu."
Renungan ini membahas hubungan antara hati dan air muka seseorang. Hati yang tenang dan bersukacita akan mencerminkan air muka yang cerah dan menyenangkan, sementara hati yang panas atau tidak bersukacita akan terlihat dari air muka yang muram. Air muka yang muram dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dokumen ini memberikan tiga pesan utama:
1. Kita harus selalu menolak dosa dan jangan pernah membiarkannya masuk dan berkuasa atas diri kita.
2. Dosa bisa terlihat menarik namun akibatnya sangat berbahaya dan bahkan membawa maut.
3. Meski kita telah bebas dari dosa, kita harus tetap waspada agar dosa tidak kembali menguasai kita."
3. i | P a g e
Table of Contents
PENDAHULUAN...........................................................Error! Bookmark not defined.
MENYERTAKAN PBC.............................................................................................. 1
Menyertakan “PBC” ke dalam Kalender Anda...................................................... 1
Artikel Terkait ....................................................................................................... 2
ETIKA PERANG .................................................................................................... 10
Prinsip Dasar Etika Kristen tentang Perang: Sebuah Tinjauan terhadap Pacifism
dan Just War Theory........................................................................................... 10
Artikel Terkait ..................................................................................................... 10
PELAYANAN KAUM AWAM 2.............................................................................. 32
PELAYANAN KAUM AWAM 1.............................................................................. 37
PEKERJAAN ANDA DI MATA TUHAN................................................................... 43
Artikel Terkait ..................................................................................................... 43
STANDARD PENGINJILAN.................................................................................... 57
Artikel Terkait ..................................................................................................... 58
SEMANGAT REFORMASI ..................................................................................... 71
Artikel Terkait ..................................................................................................... 72
DISIPLIN ATAU RUTINITAS? ................................................................................ 77
Artikel Terkait ..................................................................................................... 78
KHOTBAH EXPOSITORY....................................................................................... 85
Pengantar Mempersiapkan Khotbah Ekspositori: Motivasi, Definisi, dan Ikhtisar
Proses Persiapan Khotbah (Bag. 1)..................................................................... 94
APAKAH PELAYANAN ITU SUATU KARIER?....................................................... 102
Artikel Terkait ................................................................................................... 103
MENEMUKAN PANGGILAN HIDUP PADA MOBILITAS YANG MENURUN.......... 109
MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH ..................................................................... 114
TIDAK ADA KEBANGUNAN ROHANI TANPA REFORMASI.................................. 128
PERCAYA PD ALLAH DLM SEGALA SESUATU (2) ............................................... 134
4. ii | P a g e
7 LANGKAH HIDUP BIJAKSANA..........................................................................142
Artikel Terkait....................................................................................................144
AKSI SOSIAL & PEDULI ORANG MISKIN .............................................................157
Aksi Sosial Kristen dan Kepedulian Kepada Orang Miskin ................................158
Artikel Terkait....................................................................................................158
Orang Kristen dan Perhatian Sosialnya.........................................................159
Provokasi atau Tantangan?...........................................................................159
Prinsip Kristen Tentang “Memberi” ..............................................................161
Kuasa Memberi .............................................................................................163
PANDANGAN TENTANG WAKTU.......................................................................164
Apakah Waktu Itu?........................................................................................164
Artikel Terkait....................................................................................................164
Konsep Mengenai Waktu..............................................................................169
PERCAYA TUHAN DALAM SEGALA SESUATU.....................................................172
Artikel Terkait....................................................................................................173
PENGEMBANGAN DIRI TANPA TUHAN?............................................................182
Artikel Terkait....................................................................................................183
Artikel Terkait....................................................................................................184
PENTINGNYA TEOLOGI......................................................................................194
Artikel Terkait....................................................................................................195
KRISTEN SEJATI..................................................................................................199
PEMIKIRAN ABAD 21.........................................................................................204
POSTMODERNISME ....................................................................................222
HAMBA TUHAN & KOTBAHNYA ................................................................250
HAMBA TUHAN & BACAANNYA ................................................................262
RELASI SAAT INI DENGAN TUHAN..........................................................268
MENGIKUTI KEHENDAK TUHAN...............................................................271
ENGKAU TAK LAGI MEMBERI BUNGA....................................................276
TEMAN PENDETA.........................................................................................282
5. iii | P a g e
POLA PIKIR ROHANI ................................................................................... 294
PRIORITAS SEORANG PENDETA............................................................ 302
SURAT TERBUKA PADA PENDETA......................................................... 311
7 MENIT BERSAMA TUHAN....................................................................... 313
BERGUNA BAGI PERTUMBUHAN............................................................ 318
MENGURANGI TEKANAN........................................................................... 319
TERDAMPAR ................................................................................................. 320
BATU KARANG & ROBOT........................................................................... 321
INGATAN YG BERKARAT........................................................................... 322
DIAMLAH & KETAHUILAH........................................................................... 323
INDAHNYA KESUNYIAN ............................................................................. 324
MAKAN DI DASHBOARD............................................................................. 324
MENJADI BERGUNA.................................................................................... 325
LATIHAN KEBUGARAN ............................................................................... 326
BAPA YANG MENCARI................................................................................ 327
ISTIRAHAT ..................................................................................................... 328
TEDUH BERSAMA TUHAN......................................................................... 329
PENUTUP ....................................................................Error! Bookmark not defined.
6.
7. 1 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
MENYERTAKAN PBC
Menyertakan “PBC” ke dalam Kalender Anda
Editorial:
Dear e-Reformed Netters,
Salam sejahtera,
Walaupun sudah terlambat, tidak ada salahnya kalau saya mengucapkan:
―Belated Happy New Year!‖
Sebelum memasuki tahun baru, banyak dari kita yang membuat resolusi.
Nah, sebagai anak Tuhan, saya yakin salah satu resolusi yang selalu
berulang-ulang kita buat adalah berjanji untuk membaca firman Tuhan atau
berdoa atau rajin beribadah ke gereja …. Benar, bukan?
Biasanya, kita mulai menjalankan resolusi tersebut dengan penuh semangat
dan berusaha keras untuk menjalankannya sebaik mungkin setiap hari.
Namun, karena satu dan lain hal, lambat laun semangat kita mulai kendur,
apalagi kalau sudah memasuki bulan Maret, bahkan sebelum bulan Februari
berakhir. Sampai akhirnya kita berkata pada diri sendiri, ―Ah, masa bodoh!‖
Mengapa? Tentu Anda punya seribu satu macam alasan untuk
membenarkan diri. Ya atau ya …? Tapi, toh kita tidak pernah ―give up‖.
Buktinya setiap tahun resolusi yang sama itu selalu mengiang di telinga kita,
karena ―deep … deep down in our heart‖ kita tahu semuanya itu adalah hal-
hal penting.
Karena itu, saya pun tidak ingin ―give up‖. Artikel sederhana yang saya
kirimkan ke Anda ini mungkin terlalu sederhana. Namun, justru dalam
kesederhanaan itulah mungkin kita bisa belajar untuk tidak lagi berdalih
bahwa kita perlu memperbaiki rencana kerja harian kita. Biarlah kita belajar
menempatkan Tuhan pada tempat yang pertama dalam agenda kita setiap
hari dan menyertakan Tuhan di dalamnya. Jadikan hal ini bukan hanya
sebagai resolusi tahun baru saja, melainkan resolusi setiap hari. Maukah
Anda?
In Christ, Yulia Oeniyati < yulia(at)in-christ.net >
<http://reformed.sabda.org>
8. 2 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Artikel Terkait
Pasang Surut Kehidupan Doa
Tanggung Jawab Seorang Intelektual Kristen
Membesarkan Anak dalam Tuhan
Lagu Natal dari Desa di Gunung
“Ketidakjelasan” dalam Panggilan Tuhan
Tujuh Langkah Menuju Hidup yang Bijaksana
Peta Perubahan Teknologi Komunikasi dan Dampaknya bagi
Pelayanan pada Abad XXI (2)
Penulis:
Dru Scott Decker
Edisi:
107/XIII/2009
Tanggal:
23-01-2009
Isi:
―Dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai.‖ (Yesaya 9:6)
Pernahkah Anda mengalami peristiwa seperti ini, kepala Anda masih ada di
atas bantal pada suatu pagi, lalu mendengar alarm berdering, dan bersiap-
siap untuk mandi, tapi tiba-tiba Anda memikirkan tentang masalah sulit
yang harus Anda selesaikan? Bahkan sebelum Anda melangkah ke kamar
mandi, masalah tersebut telah menyerbu pikiran Anda.
Mungkin Anda sedang menghadapi masalah dengan putra atau putri Anda
dan menegur mereka mengenai sesuatu yang Anda temukan; atau mungkin
Anda ingin memecat seorang pegawai Anda; atau mungkin Anda harus
menghadapi manajer Anda; atau bisa juga Anda harus menghadapi
komitmen bisnis yang telah memburuk.
9. 3 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Apa pun masalahnya, lebih mudah untuk membayangkan tidur kembali dan
berharap masalah itu menghilang dengan sendirinya.
Namun, Anda tahu itu tidak mungkin.
Pada saat seperti itu, Anda menghadapi dua pilihan penting. Mencoba
menangani sendiri. Atau menghadapinya bersama Pelatih Anda, yaitu
―Penasihat Ajaib Anda‖.
Entah Anda berusaha menjalaninya sendirian atau memohon bimbingan,
kekuatan, dan pertolongan Allah untuk situasi tersebut, tergantung dari
relasi Anda dengan Dia. Jika selama ini Anda selalu mengabaikan Allah,
agaknya Anda akan berusaha melakukannya seorang diri.
Di lain pihak, jika Anda selalu menggunakan tiga kunci penting untuk
membangun relasi Anda dengan Allah, tampaknya Anda akan berpaling
kepada Allah.
Ketiga kunci ini sederhana, namun ampuh, dan kunci itu membukakan pintu
untuk bukan hanya menangani tekanan-tekanan secara lebih efektif, tetapi
untuk menikmati kasih, sukacita, dan kedamaian selama hidup Anda.
Menyertakan “Pbc” dalam Kalender Sehari-Hari
Perhatikan ketiga kunci rumusan ini, ―P‖ artinya ―praying‖ (berdoa), ―B‖
untuk ―Bible‖ (membaca Alkitab), dan ―C‖ untuk ―character‖ (karakter
Allah). Mampu menerapkan PBC dalam kalender Anda akan memberi Anda
fokus, penyelesaian, dan energi yang lebih besar.
“P” UNTUK PRAYING (BERDOA)
―Bapa kami yang ada di sorga ….‖ (Matius 6:9)
Karena doa berarti berbicara dengan Allah, mudah untuk melihat betapa
pentingnya hal ini di dalam membangun relasi Anda dengan-Nya. Untuk
sesaat, lihat relasi tersebut dari sisi yang lain. Bayangkan Anda berada
dalam sebuah ruangan bersama seseorang kepada siapa Anda telah memberi
banyak hadiah yang berharga. Orang tersebut mengerjakan banyak hal
dengan hadiah-hadiah itu, namun tidak pernah mengatakan apa-apa kepada
Anda.
10. 4 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Paling tidak, tindakan ini akan memperenggang relasi tersebut. Dan itulah
yang kita lakukan jika kita tidak berbicara dengan Allah. Selain itu, kita
merindukan bimbingan dan kuasa-Nya. Jadi, kuncinya adalah mengingat
bahwa Anda dapat berbicara dengan-Nya mengenai apa pun dan segala
sesuatu, dan Anda dapat melakukannya kapan pun. Di dalam Mazmur, kita
diberitahu bahwa Allah berpaling dan mendengar kita:
―Aku sangat menanti-nantikan Tuhan, lalu Ia menjenguk kepadaku dan
mendengar teriakku minta tolong.‖ (Mazmur 40:1)
Doa tidak selalu menempati tempat utama dalam hati saya. Setelah melajang
selama hampir seluruh hidup saya, saya menikah — pasti Anda telah
menebaknya — dengan seseorang yang memiliki kepribadian yang teratur.
Sebelum pernikahan kami, saya memberitahukannya bahwa saya adalah
seorang yang tidak teratur, tetapi saat itu ia tidak percaya.
Waktu berubah saat saya menikahi duda dengan tiga anak remaja ini dan
pindah dari kondominium yang tenang di San Francisco ke sebuah rumah
yang sibuk di pinggiran kota. Ketika pernikahan dan anak-anak tiri tidak
memenuhi mimpi saya tentang percintaan dan kebahagiaan, suatu malam
saya menemui sahabat saya, Elizabeth, yang telah menolong saya
mempelajari Alkitab dan memercayai Yesus, dan memohon, ―Apakah ada
jalan keluar yang alkitabiah dari pernikahan ini?‖
Kehidupan saya berubah arah saat ia menyentuh tangan saya, menatap mata
saya, dan menjelaskan, ―Tidak. Tidak ada jalan keluar yang alkitabiah dari
pernikahanmu, kecuali kamu menjadi seorang wanita pendoa.‖
Tanggapan yang tidak diduga-duga ini membukakan pintu menuju kuasa
penyembuhan dari doa, sukacita dari iman, dan kejutan berupa waktu yang
melimpah dalam hidup saya.
Kisah saya mengenai bagaimana Allah dapat memulihkan suatu pernikahan
melalui doa, ditambah langkah-langkah praktis untuk menjadi seorang
pendoa terangkum dalam buku ―The Prayer Box Gift: Encouraging Yourself
and Others to Pray‖ (karangan Dru Scott Decker, San Francisco:
BridgeCross Press, 2001). Sebagai seorang wanita yang bahagia saat ini,
sungguh suatu hak istimewa untuk membagikan cara- cara yang ampuh dan
praktis ini untuk membangun relasi Anda dengan Allah dan keluarga Anda.
Jika Anda dapat mendoakan diri Anda sendiri, keluarga Anda, dan dunia
11. 5 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
dalam waktu 2 atau 3 menit, Anda akan menikmati cara-cara yang cepat dan
mudah ini, yang mendorong Anda untuk berdoa seperti dalam Kitab Suci
dan mengubah doa-doa yang dipanjatkan dalam keadaan darurat menjadi
suatu lukisan yang ditenun sepanjang hari-hari Anda.
“B” UNTUK BIBLE (MEMBACA ALKITAB)
―Tetapi Yesus menjawab: ‗Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.'‖ (Matius 4:4)
Selain berdoa dan berbicara dengan Allah, kita membutuhkan sisi lain dari
komunikasi — mendengarkan Allah. Dan cara terbaik untuk mendengarkan
Allah dan menerima bimbingan-Nya adalah dengan membaca Alkitab setiap
hari. Anda mungkin membacanya hanya selama beberapa menit atau
beberapa jam. Kuncinya adalah memohon agar Allah menunjukkan kepada
Anda apa yang Ia ingin Anda ketahui, pelajari, atau gunakan. Bacalah
sampai timbul gagasan tertentu. Sesuatu yang ada relevansi khusus dengan
Anda. Tandai di dalam Alkitab untuk membantu Anda memfokuskan diri
pada ayat itu. Jika tidak ada yang istimewa, mintalah agar Allah tetap
menanamkan firman-Nya di dalam hati Anda. Kita tahu bahwa waktu yang
diluangkan untuk membaca dan mempelajari Alkitab merupakan suatu
investasi untuk hari ini dan masa yang akan datang.
―Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.‖ (Mazmur
119:105)
Apa yang Terjadi Saat Anda Meluangkan Waktu 15 Menit Setiap Hari
untuk Membaca Alkitab?
Ketika saya menyarankan membaca Alkitab sepanjang tahun, orang-orang
sering kali menjawab dengan dua penolakan. Yang pertama biasanya
adalah, ―Saya tidak punya waktu.‖ Ada rasa lega saat mereka mendengar
bahwa hanya dibutuhkan 15 menit setiap harinya.
Penolakan kedua adalah: ―Tetapi ada hal-hal di dalam Alkitab yang tidak
saya pahami.‖ Penolakan ini terjawab ketika suatu malam saya mendorong
pintu, merasa ragu-ragu, dan melangkah masuk ke dalam kelas Konservatori
Musik untuk menyanyikan lagu Messias. Keraguan saya semakin bertambah
ketika kartu pendaftaran meminta setiap orang untuk mengisi kategori
sopran, alto, tenor, atau bas. Saya merasa yakin mengenai kotak-kotak untuk
12. 6 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
tenor dan bas, tetapi saya tidak tahu perihal kotak-kotak untuk sopran atau
alto.
Sebelum saya memutuskan, seorang anggota staf di meja berikutnya
menyerahkan sebuah buku musik lagu Messias. Saat saya membuka buku
yang tebalnya satu inci itu dan memandang satu halaman, lebih banyak not-
not daripada yang bisa saya hitung menatap balik kepada saya.
Satu pertanyaan memenuhi benak saya, ―Apa yang sedang aku lakukan di
sini?‖ Tetapi saya memutuskan untuk menyingkirkan rasa takut saya dan
memercayai antusiasme seorang teman mengenai kelas yang dipimpin guru
ini selama liburan Natal yang lalu.
Ketika saya berhasil menemukan tempat duduk, perasaan lega melanda saya
ketika sang guru, Michael Matson, berdiri di samping piano dan menyambut
grup tersebut dengan pesan ini: ―Ingat tujuan dari pelajaran ini. Tidak peduli
seperti apa kemampuan musikal Anda, Anda ada di sini untuk menikmati
lagu Messias dan mendapatkan lebih banyak not lagi setiap tahun.‖
Memperoleh Lebih Banyak Not Setiap Tahunnya
Pesan yang sama juga berlaku untuk pembacaan Alkitab. Dapatkan lebih
banyak makna setiap kalinya. Jangan ragu untuk membacanya hanya karena
Anda tidak memahami semuanya. Kekayaan firman Allah akan terus
memberikan bimbingan dan menyingkapkan misteri untuk mengenal
Pencipta Anda. Setiap kali Anda membuka Alkitab, berdoalah dan mintalah
agar A11ah menunjukkan kepada Anda apa yang Ia ingin agar Anda
lakukan. Bacalah Alkitab sepanjang tahun dan ingat rahasianya: dapatkan
lebih banyak not setiap tahun.
Selain pembacaan harian Anda, carilah sumber-sumber lain untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda. Tanyakan pendeta Anda. Tanyakan
orang-orang yang mengajar kelas-kelas pendalaman Alkitab. Kunjungi toko
buku Kristen favorit Anda dan mintalah uraian-uraian yang akan memberi
Anda wawasan yang lebih dalam. Saat Anda terus mempelajari Alkitab
setiap hari, Anda akan menemukan bahwa itu merupakan gudang harta
berupa ide-ide praktis dan penuh ilham.
13. 7 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Investasikan waktu 15 menit sehari dan Anda dapat menyelesaikan
membaca Alkitab dalam setahun. Ingat, kekuatannya adalah
mengerjakannya setiap hari.
“C” UNTUK CHARACTER (KARAKTER ALLAH)
―Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti
berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat
dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan
sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-
Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan
yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.‖
(Kolose 1:9, 10)
Saat kembali pada pola P untuk doa, B untuk membaca Alkitab, dan C
untuk berusaha memahami karaker Allah, Anda mungkin bertanya,
―Mengapa saya harus meluangkan waktu untuk memahami karakter Allah?‖
Meskipun ada banyak manfaatnya, salah satunya yang mengherankan
orang-orang adalah saat Anda memahami karakter Allah, Anda dapat
menghilangkan beberapa item dari daftar hal-hal yang harus Anda lakukan.
Pikirkan tiga hal berikut ini:
1. Merasa benci dengan cara seseorang memperlakukan Anda.
Membalas dendam bukanlah hal yang harus Anda lakukan. Itu
adalah hak Allah. Allah mengatakan: ―Hak-Kulah dendam dan
pembalasan.‖ (Ulangan 32:35)
2. Merasa gagal. Kita membaca bahwa Allah adalah Allah yang
memberikan harapan dan awal yang baru.
―Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena
rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh
kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu
hidup yang penuh pengharapan.‖ (1 Petrus 1:3)
3. Merasa benar-benar sendirian. Alkitab meyakinkan kita bahwa
Tuhan adalah Gembala, Penghibur, dan Penyelamat kita yang
berkuasa.
―Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia
14. 8 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena
nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak
takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah
yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan
lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh
melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur
hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.‖
(Mazmur 23:1-6)
Ketika Elizabeth memberi saya sebuah gelas bergambar gembala dan seekor
domba, ia tidak tahu bahwa hadiahnya itu akan mengawali koleksi gelas
bergambar domba milik saya. Ketika seorang sahabat lain, Crissie, memberi
saya buku tentang domba, ia tidak tahu bahwa buku itu akan membuat saya
menitikkan air mata saat saya membuka halaman- halamannya. Buku ini
menjelaskan tentang karakter dan tindakan seorang gembala yang penuh
kasih yang sedang menggembalakan domba-dombanya dan seperti apa
domba-domba itu. Di dalam ―A Shepherd Looks at Psalm 23″, Philip Keller
menjelaskan apa yang mungkin menimpa seekor domba yang tidak
memiliki relasi setiap saat dengan gembalanya. Seekor domba sering
mengendus-ngendus tanah untuk menemukan rumput di tempat yang biasa
ada dan sekarang tidak ada lagi. Seekor domba bisa berbaring, dengan tidak
sengaja berguling pada punggungnya dan menendang-nendang udara, dan
tidak bisa berdiri lagi. Atau seekor domba dapat mengikuti pemimpin yang
menyesatkan sampai ke pinggir tebing dan terjatuh.
Seekor domba memerlukan gembala yang baik agar senantiasa dibimbing.
Itulah sebabnya mengapa Yesus mengatakan kepada kita di dalam Injil
Yohanes, ―Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya‖ (Yohanes 10:11). Dapatkah Anda
bayangkan seekor domba mengatakan pada gembalanya, ―Sampai bertemu
lagi jika saya menghadapi masalah besar,‖ lalu berlari sendirian menuju
lapangan berikutnya? Seperti domba itu, kita membutuhkan bimbingan dari
Gembala yang Baik dalam relasi dari hari ke hari.
Jika Anda ingin tahu hal-hal yang tidak boleh ada di dalam daftar hal- hal
yang harus dilakukan dan hal-hal yang harus dilakukan, berpalinglah pada
Gembala yang Baik. Ubahlah daftar itu menjadi hal- hal yang harus Anda
doakan. Carilah jawabannya dari Allah di dalam relasi Anda dengan-Nya.
Bertumbuhlah di dalam pengenalan akan Dia dan karakter-Nya.
15. 9 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
PBC dan Melakukannya Setiap Hari
―Tuhan, kasihanilah kami, Engkau kami nanti-nantikan! Lindungilah kami
setiap pagi dengan tangan-Mu.‖ (Yesaya 33:2)
Tidak seorang pun pernah menarik saya ke pinggir setelah suatu presentasi
untuk menanyakan saya apa pentingnya doa setiap hari, pembacaan Alkitab,
dan berusaha lebih mengenal karakter Allah. Namun demikian, banyak
sekali orang menanyakan ke saya tentang bagaimana cara memelihara
pertemuan yang konsisten dengan Allah setiap hari. Dan itulah bidang yang
dahulu saya geluti hingga proses sederhana ini muncul. Orang-orang yang
menggunakan ide ini memeluk saya dan berterima kasih pada saya karena
ide ini begitu sederhana dan ampuh.
Inilah dia. Belilah kalender yang menunjukkan satu tahun penuh dalam satu
halaman dan taruh di suatu tempat di mana orang-orang dalam hidup Anda
dapat melihatnya. Di ruang keluarga, dinding di samping telepon, tempat
kerja Anda di rumah, di suatu tempat di mana Anda, dan orang lain dapat
melihatnya. Lalu, setiap hari saat Anda selesai berdoa, mempelajari Alkitab,
dan berusaha mengenal karakter Allah, hampiri kalender itu dan tuliskan
PBC pada tanggal hari itu. Anda dapat melihat betapa memotivasinya proses
ini. Hanya ada satu hari dalam setahun di mana Anda dapat menuliskan
sesuatu di dalam kotak untuk hari ini, namun demikian, Anda dan orang lain
dapat melihat kalender itu selama satu tahun penuh! Dan keluarga serta
teman-teman Anda akan melihatnya.
Berikut ini adalah variasi yang memberi ilham. Jane mulai mempelajari
Alkitab, memercayai Kristus, lalu ingin agar suaminya juga mengasihi
Yesus. Rekomendasinya yang penuh semangat kepada suaminya tidak
diterima dengan baik. Ia patah semangat, tetapi terus berdoa. Lalu ketika ia
sedang berdiri di kamar mandi mereka, ia menatap dinding dekat pintu dan
berkata, ―Di situlah tempatnya.‖ Ia menggantungkan kalender bulanan, terus
mendoakan suaminya, terus menerapkan apa yang diajarkan Tuhan
kepadanya, berhenti bicara tentang gereja, Yesus, atau Alkitab, dan
menuliskan PBC setiap hari pada kalender di mana ia melakukannya. Belum
3 bulan berlalu, suaminya bertanya tentang kalender itu dan memutuskan
bahwa ia juga ingin mempraktikkan PBC. Dalam waktu 6 bulan sejak
memulai kebiasaan ini, suaminya bertanya kepada seorang teman saat
sarapan bagaimana ia dapat memperbaiki relasinya dengan Allah.
16. 10 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Jika Anda berjuang untuk konsisten dengan pertemuan Anda setiap hari
dengan Allah, Anda boleh menggunakan kalender tahunan ini. Anda akan
gembira menyaksikan hasilnya, dan Anda akan siap untuk menemukan
rahasia bagaimana menemukan kekuatan yang lebih besar dalam waktu
Anda.
Sumber:
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Memiliki Lebih Banyak Waktu dalam Hidup Anda
Judul asli buku : Finding More Time in Your Life
Penulis : Dru Scott Decker
Penerjemah : Anne Natanael
Penerbit : Gospel Press, Batam Center
Halaman : 293 — 302
Posted on January 22, 2015Leave a comment Edit
ETIKA PERANG
Prinsip Dasar Etika Kristen tentang Perang: Sebuah Tinjauan
terhadap Pacifism dan Just War Theory
Editorial:
Artikel Terkait
Pasang Surut Kehidupan Doa
Menyertakan “PBC” ke dalam Kalender Anda
Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (2)
Lagu Natal dari Desa di Gunung
“Ketidakjelasan” dalam Panggilan Tuhan
Tanggung Jawab Seorang Intelektual Kristen
Membesarkan Anak dalam Tuhan
17. 11 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Penulis:
Kalvin S. Budiman
Edisi:
038/IV/2003
Isi:
[Catatan : **Angka merah dalam artikel adalah Catatan Kaki yang dapat
ditemukan pada akhir artikel]
Adakah perang yang dapat dibenarkan (‗justified‘)? Pertanyaan ini bukan
sedang diarahkan kepada perang tertentu, entah yang pernah atau sedang
terjadi, tetapi lebih sebagai pertanyaan yang bersifat prinsip. Artinya,
berdasarkan prinsip etika Kristen, adakah dasar-dasar pertimbangan untuk
membenarkan perang atau penggunaan kekerasan demi mencapai suatu
sasaran kemanusiaan yang lebih mulia? Sebagai orang Kristen yang lekat
dengan prinsip kasih, tentu kita bukanlah orang- orang yang terpanggil
untuk mengobarkan semangat perang. Namun demikian, di tengah dunia
yang sudah jatuh ke dalam dosa di mana kekerasan merupakan isu moral
yang tidak pernah dapat dihindari, sering kali kita harus mengakui bahwa
perang atau penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan dengan segala
etika yang terkandung di dalamnya, adalah pilihan yang harus kita
pertimbangkan. Barangkali contoh sederhana adalah dari Francis Schaeffer:
I am walking down the street and I come upon a big, burly man beating a
tiny tot to death-beating this little girl…I plead with him to stop. Suppose he
refuses? What does love mean now? Love means that I stop him in any way
I can, including hitting him.**1
Isu etika tentang perang memang tidak harus selalu berarti kekerasan. Di
dalamnya terkandung pertanyaan-pertanyaan etika lainnya seperti:
bagaimana jika seorang Kristen terpanggil sebagai polisi atau tentara?
Apakah kita harus memandang profesi semacam itu sebagai ‗anomali‘ bagi
kekristenan? Bagaimana dengan keterlibatan orang Kristen dalam politik
atau bernegara? Bagaimana pula seandainya keutuhan negara kita terancam
oleh kekuatan politik atau senjata, baik dari negara lain ataupun dari dalam
18. 12 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
negeri? Serangkaian pertanyaan ini bisa terus kita kembangkan, tetapi pada
intinya isu ini menuntut setiap orang Kristen untuk dengan serius
mempertimbangkan tanggung jawab dan panggilannya sebagai warga
negara. Atau menurut istilah Agustinus, salah seorang bapa gereja,
meskipun pengharapan utama setiap orang percaya adalah digenapinya
secara penuh ‗City of God‘ di dalam langit dan bumi yang baru, tetapi
selama masih tinggal di bumi ini kita tidak dapat melepaskan diri dari
tanggung jawab di dalam ‗civitas terrena‘ (kota duniawi) yang kita
tinggali.**2
Gereja memang pernah dinodai oleh deklarasi ―perang suci‖ dari pihak
kekristenan. Namun jikalau kita meneliti sejarah gereja, sebenarnya ada dua
posisi lain yang kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan menurut
firman Tuhan serta patut kita pertimbangkan, yaitu ‗pacifism‘**3 dan ‗just
war theory‘.**4 ‗Pacifism‘ pada hakikatnya adalah pandangan yang
berpendapat bahwa berdasarkan prinsip iman Kristen, tidak ada satu pun
perang atau penggunaan kekerasan yang dapat dibenarkan, sekalipun
dengan alasan kemanusiaan. Setiap orang Kristen harus secara mutlak
menolak isu tentang perang, bahkan sebagian pendukung kelompok ini
menegaskan bahwa penolakan tersebut termasuk dalam profesi sebagai
prajurit. Sebaliknya, setiap orang yang sudah ditebus oleh Kristus harus
sanggup memancarkan kasih Kristus di dalam situasi dan kondisi apa pun.
Sedangkan pandangan kedua, ‗just war theory‘, percaya ada perang atau
penggunaan kekerasan demi alasan kemanusiaan yang dapat dibenarkan.
Sekalipun karakter utama setiap orang Kristen adalah kasih, namun menurut
pendukung teori ini pelaksanaan kasih di dalam dunia yang sudah jatuh ke
dalam dosa ini tidak dapat dilepaskan dari keadilan (justice) yang
adakalanya mengandung aspek kekerasan.
Artikel ini merupakan sebuah usaha untuk memberikan landasan biblika dan
teologis dalam mengambil posisi etika antara kedua paham tersebut. Untuk
itu pada bagian berikut akan dibahas terlebih dahulu pandangan masing-
masing posisi. Selanjutnya, dengan menggunakan pendekatan hermeneutik
dan teologis, pada bagian akhir, kita akan mencoba menyimpulkan posisi
etika yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
Penulis menyadari bahwa semua kategori pembahasan dalam artikel ini
adalah topik-topik diskusi yang sangat luas, karena itu melalui artikel yang
tidak terlalu panjang ini, rasanya berlebihan jika seseorang mengharapkan
pembahasan secara detail dan menyeluruh. Penulis hanya berharap artikel
19. 13 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
ini dapat memberikan sedikit sumbangsih bagi pergumulan etika, khususnya
isu tentang perang.
PACIFISM
Posisi ini berangkat dari suatu kesadaran akan adanya pertentangan yang
tajam antara penggunaan kekerasan dalam PL dan PB. Kita dapat membaca
misalnya tentang ―Hukum Perang‖ di Ulangan 20, di mana salah satu
ayatnya mengatakan ketika bangsa Israel memasuki sebuah kota yang
menolak tawaran perdamaian, maka Tuhan berkata, ―Haruslah engkau
membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang‖ (ay.
13). Pada bagian selanjutnya dikatakan bahwa dari kota-kota bangsa-
bangsa lain yang diberikan kepada Israel, Tuhan berkata, ―janganlah
kaubiarkan hidup apa pun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali,
yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan
orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu‖
(ay. 16-17). Tetapi jika kita membaca PB, khususnya Khotbah di Bukit, kita
akan mendapati nuansa yang sama sekali berbeda. Tuhan Yesus berkata,
Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau
karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang
memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh
dua mil… Kamu telah mendengar fiman: Kasihilah sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat 5:38-41, 43- 44).
Berangkat dari ayat-ayat PB seperti di atas, tradisi ‗pacifism‘ dengan tegas
menyatakan bahwa hukum perang di PL sudah tidak berlaku lagi. Tanpa
terjebak kepada bidat Marcion yang memisahkan dan membedakan Allah di
PL dari Allah PB, Tertullian, seorang bapa gereja abad ketiga, mengatakan
bahwa berita yang Kristus sampaikan melalui Khotbah di Bukit, bila
dibandingkan dengan hukum di PL merupakan penyingkapan maksud Allah
sebenarnya, yaitu bahwa pembalasan dan murka adalah hak Allah.
Panggilan utama hidup Kristen adalah untuk setiap saat siap sedia
―memberikan pipi kiri jika pipi kanan kita ditampar‖ atau dengan kata lain,
rela menderita bagi Kristus dalam situasi apa pun.**5 Hippolytus, seorang
20. 14 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
bapa gereja yang hidup sezaman dengan Tertullian, lebih jauh berkata, ―If a
catechumen or a baptized Christian wishes to become a soldier, let him be
cast out. For he has despised God.‖**6 Dalam tulisannya yang lain, ―The
Soldier‘s Chaplet‖, Tertullian juga menegaskan bahwa berdasarkan prinsip
kasih yang Kristus telah ajarkan, maka profesi militer adalah sebuah jabatan
yang sifatnya ―offending God.‖ Baginya, kisah seperti prajurit-prajurit yang
datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptiskan ataupun perwira
pasukan yang mengundang Petrus ke rumahnya adalah ―sebelum‖ iman
Kristen sungguh- sungguh berakar dalam diri mereka. Tetapi begitu iman
yang sejati telah tumbuh maka profesi semacam itu harus ditinggalkan.**7
Pada abad ke-16, tradisi Tertullian tersebut diteruskan oleh kelompok
Anabaptist yang dengan tegas menyatakan: ―Christ is now our Lord, not the
Old Testament.‖**8Akibatnya, mereka percaya bahwa setiap murid Kristus
terpanggil untuk hidup dalam kasih, ketaatan dan kesetiaan yang radikal
terhadap segala perkataan Kristus. Salah satu contoh ekstrem dari
Anabaptist adalah kasus Michael Sattler. Pada abad ke-16 ketika Eropa
Barat diserang oleh orang-orang Turks, di hadapan publik Sattler berseru,
―We should not resist any of our persecutors with the sword, but with prayer
cling to God that He might resist and defend.‖**9 Lebih jauh ia menegur
orang-orang Kristen yang turut berperang, ―The Turks knows nothing about
the Christian faith, he is a ‗Turk according to the flesh.‘ But you want to be
considered Christians, boast of being Christ‘s and still persecute His pious
witnesses, you are Turks according to the spirit.‖**10
Dengan kata lain, mereka percaya bahwa dalam prinsip pewahyuan secara
progresif, PB telah menggantikan PL. Ajaran Yesus dan para rasul harus
dilihat lebih superior daripada tulisan Musa, Yosua dan para nabi lain. Bagi
kelompok ini, etika PB jelas mengajarkan prinsip pacifism. Panggilan
perang dan penggunaan kekerasan apa pun alasannya adalah hal yang
sepenuhnya bertentangan dengan panggilan sebagai murid Kristus. Setiap
orang yang telah ditebus harus mengenakan senjata rohani dan hidup di
dalam kasih yang sifatnya ‗defenseless‘ (tanpa pembelaan). Etika PL yang
menekankan perang, penggunaan kekerasan dan pembalasan sekarang telah
digantikan oleh model hamba yang menderita yang telah dicontohkan oleh
Kristus sendiri.**11
Pada masa sekarang tradisi pacifism terus dikumandangkan oleh kelompok
Neo-Augustinian.**12 Salah seorang di antaranya yang sangat menonjol
21. 15 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
ialah Richard B. Hays, seorang pengajar PB di Duke University. Ia
menegaskan tradisi Tertullian maupun Anabaptist tentang ‗pacifism‘ dengan
berkata bahwa salib dan kebangkitan telah merumuskan prinsip dasar hidup
Kristiani yang semestinya, yaitu kasih dan damai.
…the New Testament‘s witness is finally normative. If irreconcilable
tensions exist between the moral vision of the New Testament and that of
particular Old Testament texts, the New Testament vision trumps the Old
Testament… So also Jesus‘ explicit teaching and example of nonviolence
reshapes our understanding of God and of the covenant community in such
a way that killing enemies is no longer a justifiable option… Once that word
has been spoken to us and perfectly embodied in the story of Jesus‘ life and
death, we cannot appeal back to Samuel as a counterexample to Jesus.
Everything is changed by the cross and resurrection.**13
Sedikit berbeda dengan Anabaptist, Hays tidak menegaskan bahwa PB telah
menggantikan PL. Yang hendak ia ajarkan adalah, jika ada prinsip moral PL
yang bertentangan dengan PB, maka prinsip moral di PB sifatnya ‗normatif‘
sehingga harus dipandang lebih superior ketimbang PL. Isu tentang perang
adalah salah satu contoh di mana kita harus melihat prinsip kasih di PB
sebagai yang lebih normatif daripada hukum perang di PL.
Di dalam konteks tentang perang, bagi Hays, setiap orang Kristen terpanggil
untuk hidup di dalam prinsip moral yang sama sekali berbeda dengan dunia.
Ia melihat, misalnya, ketika Tuhan Yesus menyampaikan Khotbah di Bukit,
khotbah ini diberikan dalam sebuah situasi di mana kekristenan bukan
sebagai penguasa politik pada masa tersebut, tetapi sebagai kelompok
marginal yang berada di luar lingkaran politik. Hal ini mengandung
pengertian bahwa jika orang Kristen ingin sungguh- sungguh hidup menurut
ajaran dan teladan Tuhan Yesus, maka ia harus memiliki standar moral yang
berbeda secara radikal dari komunitas duniawi. Dengan demikian, tugas dan
panggilan gereja adalah ―to tell an alternative story‖ dan ―to resist the
seductions of violence‖ di tengah-tengah mayoritas komunitas dunia yang
sejak Adam jatuh dalam dosa terus terikat oleh kekerasan dan
peperangan.**14 Ia menegaskan jika gereja ingin sungguh-sungguh menjadi
komunitas yang dibangun atas dasar Alkitab maka gereja harus mau terus-
menerus meneladani ―nonviolent countercultural community‖ sebagaimana
telah dicontohkan melalui Khotbah di Bukit.**15 Ia merasa heran sekarang
ini gereja ingin memberi pengaruh kepada dunia dengan cara menjadi
22. 16 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
serupa dengan dunia (appearing reasonable in the eyes of the world), dengan
cara mereduksi sedapat mungkin prinsip-prinsip inti iman Kristen. Ini
bukanlah panggilan murid Kristus; baginya, justru komunitas Kristen akan
memberikan dampak yang besar seandainya orang-orang percaya ―less
concerned about appearing reasonable in the eyes of the world and more
concerned about faithfully embodying the New Testament‘s teaching
against violence.‖**16 Dengan kata lain, kasih Kristus baru dapat terpancar
dengan terang ketika kita tidak mengikuti pola hidup dunia yang sudah
terjebak oleh kekerasan. Hal ini tidak perlu diartikan bahwa orang-orang
pacifist bukanlah warga negara yang baik. Yang hendak mereka tekankan
adalah, sebagai orang Kristen mereka harus hidup sebagai warga negara
yang baik dengan cara menyaksikan prinsip- prinsip moral yang secara
eksklusif dibangun atas dasar Alkitab, yang sama sekali tidak
dikompromikan dengan prinsip moral apa pun yang ada di dunia ini.
Strategi pacifism Hays jelas mengandung risiko dan bahaya. Di satu pihak,
dengan hidup berbeda secara radikal dari dunia umat Kristen harus selalu
siap untuk terus menjadi kelompok marginal. Di lain pihak, prinsip
semacam ini barangkali hanya berbeda selangkah dari bunuh diri, sebab apa
pun yang terjadi orang Kristen tidak boleh memilih jalur politik atau
penggunaan kekerasan demi membela diri ataupun orang lain. Hays bukan
tidak menyadari hal ini. Menurutnya, prinsip hidup yang meneladani kasih
Kristus, ―in calculable terms, this way is sheer folly. Why do we choose the
way of nonviolent love of enemies?‖**17 Namun dengan indah ia
mengkalimatkan jawaban untuk pertanyaan retorik ini sebagai berikut.
If our reasons for that choice are shaped by the New Testament, we are
motivated not by the sheer horror of war, not by the desire for saving our
own skins and the skins of our children (if we are trying to save our skins,
pacifism is a very poor strategy), not by some general feeling of reverence
for human life, not by the naive hope that all people are really nice and will
be friendly if we are friendly first. No, if our reasons for choosing
nonviolence are shaped by the New Testament witness, we act in simple
obedience to the God who willed that his own Son should give himself up to
death on a cross. We make this choice in the hope and anticipation that
God‘s love will finally prevail through the way of the cross, despite our
inability to see how this is posibble…. When the church as a community is
faithful to that calling, it prefigures the peaceable kingdom of God in a
world wracked by violence.
23. 17 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
**18
Dengan demikian, bukan kekuatan manusia yang diandalkan dalam prinsip
pacifism, tetapi kekuatan Allah sendiri untuk bekerja di dalam dunia yang
sudah terjebak oleh peperangan dan kekerasan. Kita hanyalah lilin-lilin kecil
yang tak berdaya yang dipakai untuk memancarkan terang kasih Kristus
yang penuh kuasa.
JUST WAR THEORY
Agustinus umumnya dipandang sebagai pemikir Kristen pertama yang
mencetuskan ide ‗just war theory‘ (teori tentang adanya perang yang dapat
dibenarkan). Meskipun ia sendiri tidak pernah merumuskan secara
sistematis – pembahasannya tentang perang bersifat menyebar dalam
berbagai tulisannya dan dalam konteks pembelaan iman Kristen – banyak
ahli telah mencoba memformulasikan secara sistematis konsep politik dan
perang melalui tulisannya. Tidak heran bila di kemudian hari banyak
perbedaan di antara penganut ‗just war theory‘, sekalipun mereka sama-
sama mengklaim berdiri di dalam tradisi Agustinus.**19
Dalam salah satu bukunya yang sangat terkenal, ‗The City of God‘, yang
ditulis antara 413 dan 427, Agustinus memberikan pembelaan terhadap
umat Kristen yang saat itu oleh kekaisaran Romawi dituduh sebagai
penyebab melemahnya kekuatan kerajaan sehingga membuka peluang bagi
serangan dari suku barbar (Alaric dan Goths). Hal ini dapat terjadi sebab, di
mata orang-orang Romawi, doktrin Kristen tentang kasih persaudaraan,
kasih terhadap orang yang memusuhi, kerendahan hati, kesabaran dan yang
sejenisnya, telah melemahkan semangat untuk berjuang bagi negara.**20
Menghadapi tuduhan itu, Agustinus menulis bahwa kekristenan sama sekali
tidak meniadakan patriotisme, melainkan justru mengangkat semangat itu
hingga kepada level sebagai ketaatan iman (religious obligation).**21
Berbeda dengan Tertullian, Agustinus yang hidup kurang lebih satu abad
sesudahnya (354-430), dapat melihat patriotisme dalam bernegara sebagai
bentuk ketaatan rohani adalah karena ia tidak mempertentangkan PL dan PB
secara tajam. Ia melihat bahwa perang yang dilaksanakan oleh perintah
Allah di PL harus dipandang di dalam konteks sebagai ―just and righteous
retribution‖ terhadap dosa bangsa tertentu, termasuk Israel. Baginya, perang
yang didasarkan bukan pada motivasi kenikmatan terhadap kekerasan itu
24. 18 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
sendiri, tetapi karena ketaatan kepada Allah dan penghukuman terhadap
pelaku kejahatan demi mencegah dosa yang lebih besar, merupakan ―an act
of love.‖**22 Perintah agar kita ―tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan‖ (Mat 5:39), menurutnya bukanlah larangan secara mutlak bagi
perang itu sendiri, tetapi bagi kebencian (malice) yang merupakan bahaya
sebenarnya di dalam hubungan antara sesama. Demikian pula perintah agar
kita ―memberikan pipi kiri jika pipi kanan ditampar‖ lebih ditujukan kepada
motivasi kasih dan kesabaran, ketimbang perilaku secara harafiah. Dengan
membedakan antara motivasi dan perbuatan, Agustinus sanggup
mengatakan bahwa kasih tidak selalu bertentangan dengan penggunaan
kekerasan, sebab, misalnya ―when Moses killed sinners [di dalam perangnya
dengan bangsa-bangsa lain] he was motivated by charity, not cruelty. Love
for one‘s enemies did not prevent a ‗benevolent severity‘ toward
them.‖**23
Pandangan Agustinus juga berbeda dengan tradisi Tertullian mengenai
profesi sebagai prajurit. Baginya, PB tidak pernah memerintahkan prajurit-
prajurit yang disebutkan dalam Alkitab untuk meninggalkan jabatan mereka.
Hal ini diakui oleh Hays, seorang pacifist, bahwa beberapa perikop yang
menyinggung profesi prajurit, seperti Lukas 3:14- 15; Matius 8:5-13; Kisah
Para Rasul 10:1-11:18, dapat menjadi dasar yang sah bahwa menjadi murid
Kristus sama sekali tidak berarti menjauhkan diri dari penggunaan
kekerasan demi mempertahankan kesejahteraan sosial atau keadilan.**24
Tetapi yang lebih menjadi fokus dan perhatian Agustinus adalah hati yang
sudah diperbaharui, bukan profesi atau tindakan perang itu sendiri. Artinya,
kalaupun seseorang memutuskan untuk pergi berperang, hal itu harus
dilaksanakan di dalam ―benevolent design and without undue
harshness.‖**25 Ia mengakui bahwa dalam situasi tertentu kondisi damai
dapat dicapai melalui pengampunan tanpa harus menggunakan kekerasan.
Tetapi dalam situasi-situasi lain, membiarkan kejahatan tanpa adanya usaha
untuk mencegahnya dengan segala daya upaya, termasuk menggunakan
kekerasan, sama saja dengan membiarkan kejahatan menindas keadilan.
Dengan demikian, perang adalah suatu tindakan yang sifatnya
―permissible‖, tetapi hanya dan jika hanya ―undertaken out of necessity and
for the sake of peace.‖**26 Namun demikian, di bagian lain, ia menyangkal
adanya perang yang dibenarkan jika alasannya adalah untuk kepentingan
pribadi. Ia menegaskan bahwa penggunaan kekerasan untuk kepentingan
pribadi akan selalu merupakan ekspresi kebencian. Apa yang hendak ia
katakan adalah perang atau penggunaan kekerasan hanya mungkin
25. 19 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
dibenarkan jika yang mengambil keputusan adalah pemerintah yang sah
atau ―public officials.‖ Ringkasnya, mereka yang berada dalam tradisi
Agustinus umumnya sepakat bahwa bagi Agustinus sebuah perang dapat
dibenarkan jikalau memenuhi tiga kriteria berikut: dilaksanakan oleh
legitimate authority (penguasa yang sah), just cause of avenging injuries
(alasan yang dapat dibenarkan dalam melaksanakan hukuman) dan
righteous intention (motivasi yang benar).**27
Sekalipun pada hakikatnya bagi Agustinus perang adalah sesuatu yang
sifatnya permissible atau occasionally necessary, ia tidak pernah
mengatakan bahwa perang adalah sesuatu yang baik. Kalaupun sebuah
perang dapat dibenarkan ia tetap melihat hal itu cenderung akan memberi
peluang bagi kejahatan dan penderitaan umat manusia.**28 Karena itu
dalam memahami konsepnya tentang ‗just war theory‘, lebih tepat bila kita
menyimpulkan bahwa baginya perang bukanlah cara positif untuk meraih
keadilan dan kedamaian, melainkan sebuah ―cara negatif untuk mencegah
ketidakadilan‖ sehingga sifatnya ―always to be regretted.‖**29 Itu
sebabnya, ada kesengajaan dari pihak Agustinus sendiri untuk tidak
membahas secara detail ketiga kriteria perang – kalaupun ia memang
memberikan ketiga hal tersebut. Ia memang jelas berpendapat bahwa
berdasarkan PL, otoritas yang paling sah dalam memutuskan sebuah perang
adalah Allah sendiri. Jika demikian pertanyaannya adalah: pada masa kini
siapa yang dapat berkata, sekalipun ia adalah pemerintah yang resmi, bahwa
ketika ia memutuskan untuk berperang, ia sedang mewakili kehendak
Allah? Ia juga mengatakan satu-satunya alasan yang dapat dibenarkan untuk
penggunaan kekerasan adalah untuk memelihara kedamaian sosial yang
terancam. Kendati demikian hal ini pun masih dapat dipertanyakan, yaitu
bagaimana kita dapat yakin bahwa perang tersebut akan menimbulkan
kedamaian, bukan kebencian lainnya, mengingat hakikat manusia yang
berdosa? Ia jelas pula berkata bahwa motivasi yang benar dalam sebuah
peperangan adalah demi kepentingan mempertahankan negara sehingga
perang adalah pilihan terakhir dalam penyelesaian sebuah konflik, bukan
sesuatu yang secara aktif kita adakan. Tetapi bagaimana kita tahu bahwa
kita sudah cukup bertahan sehingga perang boleh menjadi pilihan kita? Apa
batasan untuk ―bertahan‖ sehingga itu tidak merupakan ―serangan‖ bagi
pihak lain? Dengan kata lain, pada hakikatnya ‗just war theory‘ adalah
sebuah teori yang menegaskan perlunya kesadaran untuk secara terus-
menerus dan serius mengevaluasi berbagai aspek yang terkandung dalam
masing- masing kriteria.
26. 20 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
TINJAUAN SECARA HERMENEUTIK DAN TEOLOGIS
Jika kita perhatikan masing-masing pandangan di atas, maka tanpa
bermaksud mengabaikan aspek-aspek pertimbangan lainnya, tinjauan
teologis ini dapat kita fokuskan ke dalam dua kategori permasalahan, yaitu
permasalahan hermeneutik hubungan antara PL dan PB, serta permasalahan
teologis antara kasih dan keadilan. Permasalahan pertama ditujukan untuk
menjawab pertanyaan seperti: bagaimana seharusnya kita memandang
adanya pernyataan-pernyataan tentang perang yang secara harafiah
bertentangan antara PL dan PB? Sedangkan kategori kedua ditujukan untuk
menjawab pertanyaan seperti: apakah kasih yang sifatnya nonkekerasan
dalam pelaksanaannya dapat dipisahkan dari keadilan yang sering kali
mengandung unsur penggunaan kekerasan?
Pendekatan Hermeneutik: Problema Relasi PL dan PB
Hays benar ketika ia menyatakan bahwa salib dan kebangkitan Kristus
adalah kunci untuk memahami PL. Sejak Kristus menggenapi nubuat-
nubuat di PL ada suatu perubahan prinsip moral yang radikal yang harus
disadari oleh setiap murid-Nya. Namun demikian, dalam prinsip
hermeneutiknya ada aspek lain yang dilupakan atau kurang diberi tekanan
oleh Hays dan juga tradisi Tertullian atau Anabaptist, yaitu kontinuitas atau
kesinambungan antara kedua perjanjian.**30 Yang dimaksud kontinuitas
bukan dalam arti ―menggantikan‖ atau ―memperbaharui untuk meniadakan
yang lama,‖ tetapi kontinuitas dalam pengertian melihat PL dan PB sebagai
satu kesatuan pewahyuan Allah yang sifatnya progresif. Namun bukan pula
progresivitas pewahyuan seperti yang dimengerti oleh Anabaptist yang
percaya bahwa wahyu di PB telah menggantikan PL, melainkan
progresivitas dalam pengertian bahwa baik PL maupun PB, keduanya sama-
sama berbicara tentang Kristus, tetapi di dalam bentuk, wujud atau cara
yang berbeda. Jika PL berbicara secara simbolik dan samar-samar tentang
Kristus, maka di PB Kristus hadir dalam wujud yang tampak oleh mata
jasmani. Sebaliknya, ada hukum-hukum di PL yang sifatnya lahiriah tetapi
berita sebenarnya adalah prinsip rohani atau moral yang terkandung di
dalamnya, seperti yang banyak ditekankan di PB melalui kehadiran Kristus.
Artinya, baik PL maupun PB sama-sama berbicara tentang rencana
penebusan Allah melalui kedatangan sang Mesias, yaitu Yesus Kristus,
tetapi dalam cara yang berbeda.
27. 21 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Kebenaran prinsip hermeneutik di atas dapat kita lihat melalui kata- kata
Tuhan Yesus sendiri. Dalam Matius 5:17-20 Ia menyatakan tiga macam
sikap terhadap hukum Taurat sebagai akibat dari kedatangan-Nya. Pertama,
di ayat 17 Ia menyatakan bahwa kedatangan-Nya bukan untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya.
Kalimat ini mengandung pengertian bahwa di satu pihak, berkaitan dengan
nubuat para nabi, realita yang mereka nubuatkan telah terwujud melalui
kedatangan Tuhan Yesus. Di lain pihak, berkaitan dengan hukum Taurat,
kedatangan Kristus merupakan ―a realization in history of the righteousness
articulated in the law.‖**31 Artinya, kehadiran Kristus menyingkapkan
maksud asali (original intention) dari kehendak Allah, yang di PL diwakili
oleh hukum-hukum yang tertulis dalam Taurat maupun tulisan para nabi.
Sehingga dengan kata lain, kebenaran yang Kristus ajarkan pada hakikatnya
merupakan kontinuitas dari kebenaran yang dituntut melalui hukum Taurat
dalam PL.**32 Dengan demikian, sebagai contoh, ketika di bagian
selanjutnya Kristus mengkontraskan apa yang orang-orang pernah dengar
tentang ―mengasihi sesama dan membenci musuh‖ dengan ―kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu‖ (Mat 5:43),
di sini Ia sedang mengungkapkan kehendak Allah yang sebenarnya, yang
sudah dinyatakan dari sejak PL namun baru tersingkap dengan jelas ketika
Ia sudah datang dengan membawa prinsip hidup kerajaan Allah di dalam
dunia ini.
Kedua, dalam Matius 5:18 Tuhan Yesus mengatakan, ―selama belum lenyap
langit dan bumi ini‖ dan ―sebelum semuanya terjadi atau tergenapi
(genetai),‖ satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum
Taurat. Kalimat ini lebih jauh lagi menegaskan bahwa hukum di PL tetap
berlaku bagi orang-orang percaya, bahkan bagian yang tampaknya tidak
terlalu berarti (satu iota atau satu titik), sehingga kita tidak dapat berkata
tentang hukum-hukum tertentu di PL, ―This is rescinded, this is
cancelled.‖**33Namun demikian, untuk memahami kalimat ini dengan
benar kita tidak boleh melepaskannya dari pengertian pertama di atas. Sudah
tentu maksud Tuhan Yesus bukan tulisan secara harafiah yang lebih
dipentingkan, tetapi agar kita dapat memahami maksud Allah melalui PL
maka seluruh hukum yang sudah dinyatakan harus kita terima secara utuh.
Di pihak lain, kita harus mencermati dua kategori penggenapan yang Kristus
sebutkan di ayat ini, yaitu ―selama belum lenyap langit dan bumi ini‖ serta
―sebelum semuanya tergenapi.‖ Kategori pertama menyatakan bahwa
sampai pada kesudahan dunia, hukum Taurat harus tetap kita terima secara
28. 22 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
utuh. Kategori kedua bersangkut-paut dengan kedatangan Kristus;
kedatangan- Nya yang menggenapi hukum Taurat telah menyebabkan kita
―mengalami‖ hukum Taurat secara berbeda. Maksudnya,
…even though Jesus affirms the ongoing validity of the law until the close
of the age, the Christian has no direct access to that validity apart from the
fulfillment in Christ. The fact that something is required by a specific Old
Testament commandment does not directly dictate the shape of Christian
obedience. The shape of that obedience is understood only by following the
teachings and actions of Jesus Christ… Only as fulfilled and radicalized in
the teaching and life of Jesus does the Old Testament law retain its validity
until the close of the age.**34
Sikap ketiga terhadap hukum Taurat sebagai akibat kedatangan Kristus
adalah hidup keagamaan yang lebih tinggi daripada ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi (Mat 5:20). D.A. Carson percaya bahwa dengan kalimat
ini Kristus sedang memperkenalkan pembenaran melalui iman dan kelahiran
baru melalui karya Roh Kudus,**35 suatu hal yang tidak mungkin diraih
sekalipun kita menaati seluruh hukum Taurat. Sedikit berbeda, J.M. Boice
menegaskan bahwa apa yang Kristus tuntut di sini adalah ketaatan melalui
perubahan hati, bukan secara lahiriah.**36 Sudah tentu sikap semacam ini
Allah telah kehendaki bahkan sejak PL. Dengan kata lain, jika kita kembali
kepada perkataan Tuhan Yesus yang pertama (Mat 5:17), maka sikap ketiga
terhadap hukum Taurat ini menyingkapkan kehendak Allah sejak semula.
Ketiga sikap terhadap hukum Taurat yang Kristus ajarkan menyatakan
bahwa ―Jesus does not conceive of his life and ministry in terms of
opposition to the Old Testament, but in terms of bringing to fruition that
toward which it points.‖**37 Bagaimanakah kita memakai prinsip
kontinuitas ini untuk memahami hukum perang di PL? Apakah original
intention dari kehendak Allah dalam pernyataan-Nya tentang perang yang
sangat eksplisit di PL, namun sama sekali tidak dinyatakan dalam PB?
Jika kita berdiri pada posisi pacifist, kita dapat mengabaikan hukum perang
di PL begitu saja dan menganggapnya sebagai prinsip moral yang sudah
tidak berlaku lagi. Kesulitan dari keyakinan semacam ini adalah kita harus
membuang sebagian besar isi PL, yang harus diakui sangat penuh dengan
pernyataan tentang perang, apa pun pengertiannya (simbolik, rohani,
maupun harafiah). Namun tidak berarti bahwa jika kita menerima prinsip
29. 23 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
‗just war theory‘ maka kita tidak akan mengalami kesulitan. Seperti yang
dikatakan John H. Yoder, secara struktural perang yang Allah canangkan di
PL sifatnya sangat berbeda dengan perang-perang yang manusia jalani di
sepanjang zaman.**38Akibatnya, penganut ‗just war theory‘ tidak dapat
dengan serta-merta menarik garis paralel antara perang di PL dengan
perang-perang yang dilaksanakan dengan prinsip ‗just war theory‘ pada
masa kini. Ada prinsip teologis tentang maksud dan rencana Allah yang
harus kita mengerti terlebih dahulu sebelum kita memutuskan untuk
menolak atau memasukkannya ke dalam prinsip moral tentang perang untuk
masa sekarang ini. Paul Hanson berkata bahwa perang di PL adalah sebuah
isu yang sangat kompleks. Seseorang harus memahami adanya struktur
rohani, nilai dan tujuan di dalam setiap perang yang dikehendaki oleh
Allah.**39
John Wood memberikan lima perspektif tentang hubungan antara Allah
dengan perang di dalam PL:**40 pertama, tradisi perang di PL bersifat
―revelatory,‖ artinya bukan perang itu sendiri yang menjadi berita utama
para penulis PL, melainkan kebesaran dan kemuliaan Allah dibandingkan
kuasa-kuasa lainnya atau kesombongan manusia. Kedua, Allah adalah Allah
yang memelihara keteraturan alam semesta (universal order), sehingga
sekalipun kuasa dosa dan kejahatan ada di bawah kontrol Allah, namun
kuasa-kuasa itu harus diperangi. Kehidupan umat manusia, dengan
demikian, adalah sebuah ―medan peperangan‖ di mana Allah akan tampil
sebagai pemenangnya.
Ketiga, perang di PL senantiasa berkaitan dengan konsep kosmologi dunia
kuno di mana orang-orang pada zaman itu selalu kuatir terhadap timbulnya
‗chaos‘ yaitu suatu kekacauan atau ketidakharmonisan di dalam tatanan
dunia ciptaan. Hanya Allah yang sanggup memerangi dan mengalahkan
kuasa-kuasa penyebab chaos yang patut disembah. Relasi perjanjian Allah
dengan umat-Nya adalah bentuk keharmonisan yang harus dijaga bahkan
dengan jalan perang. Keempat, perang dalam PL bersangkut- paut dengan
pembuktian iman bangsa Israel bahwa Allah yang mereka sembah adalah
Allah yang bertindak di dalam sejarah, yang membedakan Israel dari
agama-agama lain pada masa itu. Umat Allah saat itu percaya bahwa Allah
adalah Allah yang hadir di dalam setiap aspek sejarah, termasuk dalam
perang. Kelima, sekalipun Allah adalah Allah yang mengizinkan perang
sebagai salah satu sarana untuk menyatakan kebesaran-Nya, namun ini
bukan sebuah legitimasi bagi Israel untuk memutuskan perang. Ada tujuan
30. 24 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
lain yang Allah hendak capai yaitu ditegakkannya keadilan dan kebenaran
di tengah-tengah umat-Nya – sehingga adakalanya Allah bahkan
mendisiplin umat-Nya sendiri dengan jalan perang – serta terwujudnya
rencana penebusan-Nya di bumi (Yes 2:2-4; Mi 4:1-4).
Dari penjelasan Wood dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya hubungan
antara Allah dan perang di PL berada di dalam kompleksitas konteks: dosa,
keadilan (‗justice‘) dan keteraturan (‗order‘). Allah memakai perang untuk
mencegah atau menghukum dosa, menegakkan keadilan-Nya dan mencegah
‗chaos‘, atau untuk mencapai damai dan keteraturan bagi umat- Nya
maupun bumi ciptaan-Nya (lih. a.l. Kej 6:7; 15:13-16; Kel 12:12; 15:3-4;
Bil 33:50-56; Yos 1:1-9; 1Sam 17:1- 54; Mzm 9:9; Yes 13:11; Am 1, 2).
Perlu diingat bahwa apa yang ditekankan di sini bukanlah ―perang‖ itu
sendiri, tetapi sikap hati Allah terhadap dosa, ketidakadilan dan chaos.
Hanya dengan memahami konteks ini baru kita dapat melihat kontinuitas
kehadiran Kristus dengan hukum perang di PL. Secara rohani kita dapat
berkata bahwa kedatangan Kristus adalah untuk ―berperang‖ dengan dosa,
ketidakadilan dan chaos. Secara sosial, apakah perang masih merupakan
sarana yang dapat dibenarkan? Ada indikasi yang kuat di PB bahwa perang
tetap merupakan sarana sosial yang dapat dipakai untuk berurusan dengan
dosa, ketidakadilan dan kekacauan. Pertama, melalui wewenang yang Allah
―titipkan‖ kepada pemerintah (Rm 13:1-7 bdk. Ams 8:15-16; Yer 27:6-12);
kedua, melalui penerimaan jabatan prajurit di dalam komunitas orang-orang
percaya (Mat 8:5-13; Luk 3:12-14; Kis 10:22).
Pendekatan Teologis: Hubungan antara Kasih dan Keadilan
Perdebatan antara ‗pacifism‘ dan ‗just war theory‘ juga berkisar di sekitar
kategori hubungan antara kasih dan keadilan. Kelompok pertama percaya
bahwa panggilan utama murid Kristus adalah untuk menyatakan kasih
Kristus secara radikal dengan menolak segala bentuk kekerasan apa pun
alasannya, bahkan termasuk konsistensi jabatan prajurit dengan iman
Kristen. Kelompok kedua, walaupun tidak menyangkali proklamasi kasih
Kristus sebagai panggilan utama, namun di dalam dunia yang sudah jatuh di
dalam dosa, perwujudan kasih tidak dapat dilepaskan dari keadilan yang
sering kali mengandung unsur penghukuman atau penggunaan kekerasan.
Pemahaman secara teologis terhadap hubungan antara kasih dan keadilan
akan memberikan kita satu lagi prinsip dasar etika Kristen dalam
mengevaluasi paham ‗pacifism‘ dan ‗just war theory‘.
31. 25 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Henry Stob dalam salah satu tulisannya mencoba memetakan hubungan
antara kasih dan keadilan ke dalam tiga kategori: (1) dalam karya penebusan
Allah; (2) aktivitas manusia dalam arena sosial; (3) aktivitas manusia dalam
relasi pribadi dengan sesama.**41Dalam ketiga kategori ini Stob mendapati
adanya hubungan dialektik antara kasih dan keadilan yang tidak mungkin
dapat dipisahkan. Dalam karya penebusan Allah misalnya, kita melihat
bahwa ketika Allah menyatakan kasih-Nya, Ia bukan meniadakan keadilan
tetapi justru menanggungnya. Demikian pula dalam relasi pribadi dengan
sesama (kategori ketiga), salah satu pengertian ―mengasihi‖ ialah ―never
acts unjustly.‖**42Karena isu yang sedang kita bicarakan adalah isu sosial,
maka kita akan memfokuskan pembahasan hanya pada kategori kedua.
Di dalam kategori hubungan yang kedua, Stob memaparkan adanya lima
macam hubungan antara kasih dan keadilan yang bisa diringkas sebagai
berikut:**43 pertama, kasih di dalam konteks sosial menuntut agar
masyarakat (‗society‘) menjalankan keadilan kepada setiap anggotanya.
Kesadaran akan kasih mengharuskan kita untuk menegakkan keadilan sosial
di masyarakat, sehingga setiap anggota di dalamnya dapat memperoleh
kebebasan dan kebutuhan sesuai dengan hak-haknya. Memberitakan Injil
memang adalah bentuk pernyataan kasih, tetapi jika kita berhenti sampai di
sana maka kita belum cukup mengasihi. Ia berkata, ―One does not love the
neighbor enough if one does not also sponsor and defend his earthly right to
be treated in the public arena as an image bearer of God with his own
vocation.‖**44 Artinya, kasih baru benar-benar terwujud di dalam
masyarakat jika dalam pelaksanaannya ia memberi ruang bagi terwujudnya
keadilan. Lebih jauh, supaya keadilan dapat langgeng selama kurun waktu
yang cukup lama maka ia harus distrukturkan di dalam lembaga atau
hukum-hukum yang dampak baliknya ialah memberikan kesempatan lebih
luas bagi pelaksanaan kasih di dalam masyarakat. Jadi ada hubungan timbal
balik antara kasih dan keadilan. Di satu pihak, masyarakat yang mengasihi
adalah masyarakat yang mewujudkan keadilan sosial, dan di lain pihak,
keadilan sosial yang terstruktur dengan baik ialah sarana yang kondusif bagi
pelaksanaan kasih.
Kedua, berangkat dari prinsip kerajaan Allah yang sifatnya telah digenapi
meskipun masih belum sepenuhnya, menurut Stob kita harus dapat
membedakan antara berita kasih dalam PB yang sifatnya ‗justitia
evangelica‘ dengan kasih di dalam dunia yang sifatnya ‗justicia civilis‘
(mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip-prinsip
32. 26 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
kemanusiaan).**45 Baginya, kasih seperti yang diajarkan dalam Khotbah di
Bukit adalah kasih yang sifatnya sempurna dan yang baru dapat diwujudkan
secara penuh pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, yaitu ketika
janji langit dan bumi yang baru digenapi. Dengan kata lain, kasih yang
Kristus wartakan sekalipun di dalamnya mengandung aspek keadilan yang
dibutuhkan masyarakat, sifat utamanya adalah sebagai ―kabar baik‖
(‗evangelica‘), sehingga kita tidak perlu frustasi ketika prinsip yang ideal itu
tidak tercapai di dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa ini. Selama
kita masih menantikan tergenapinya langit dan bumi yang baru kita harus
waspada agar tidak jatuh ke dalam prinsip hidup di dalam kasih yang ideal
yang mengabaikan sama sekali ‗justicia civil‘, atau sebaliknya, kita hidup
semata-mata dalam ‗justicia civil‘ dengan mengabaikan kasih yang Kristus
sudah wartakan. Ketegangan ini akan terus mewarnai perwujudan etika
Kristen di dalam dunia ini.
Jika kita menarik prinsip ini ke dalam lingkup yang lebih luas, yaitu seluruh
dunia, jelas bahwa panggilan setiap umat manusia, khususnya orang-orang
percaya, adalah menegakkan kasih dan keadilan di dalam proporsi yang
semestinya. Hal ini didasarkan atas sikap Allah sendiri kepada umat
manusia; sekalipun Allah adalah Allah yang mahakasih, Ia juga mahaadil
dan merupakan ―api yang menghanguskan‖ bagi mereka yang terus hidup di
dalam kefasikan (bdk. Ul 4:24; Ibr 12:29). Menekankan kasih Allah secara
berlebihan dan mengabaikan keadilan-Nya sama bahayanya dengan
menekankan keadilan Allah secara berlebihan dan mengabaikan kasih-Nya.
Membiarkan dosa dan ketidakadilan tanpa usaha mencegahnya, sama saja
dengan kita menyetujui perbuatan dosa yang mendukakan hati Allah.
Demikian pula, penekanan yang berlebihan pada hukum-hukum keadilan
tanpa mengenal prinsip kasih akan menyebabkan kita jatuh pada legalisme
mutlak yang menghambat hubungan yang harmonis antarsesama.
Prinsip kasih dan keadilan, dengan kata lain, memberi peluang bagi adanya
kemungkinan perang yang bisa dibenarkan. Namun demikian, pada saat
yang bersamaan, kompleksitas hubungan yang paradoks antara kasih dan
keadilan menyingkapkan bahwa untuk sampai pada suatu keyakinan bahwa
perang adalah pilihan yang adil merupakan hal yang sangat sulit, kalau
bukan mustahil. Akan tetapi, paling tidak melalui pertimbangan ini umat
Kristen memiliki dasar kebenaran untuk, misalnya, menjawab panggilan
sebagai seorang prajurit atau terlibat dalam masalah sosial politik.
33. 27 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
KESIMPULAN
Sekalipun pada dasarnya posisi ‗just war theory‘ lebih dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara hermeneutik dan teologis,
saya tetap melihat bahwa mestinya kedua posisi ini tidak dipertentangkan
secara tajam. Umat Kristen yang menerima paham ‗pacifism‘ adalah orang-
orang yang secara aktif mengusahakan kedamaian dunia dengan cara
menolak sama sekali aspek ―violence‖ termasuk profesi-profesi tertentu,
seperti prajurit, yang sifatnya membuka peluang bagi penggunaan
kekerasan. Hal yang terakhir memang harus diakui sangat berlebihan.
Namun sejauh mereka adalah orang-orang yang berangkat dari asumsi
―damai‖, maka pada hakikatnya ‗pacifism‘ tidak bertentangan dengan ‗just
war theory‘. Orang-orang yang mempercayai adanya perang yang dapat
dibenarkan, asumsi dasarnya bukan ―kekerasan‖ atau ―peperangan,‖ tetapi
juga ―kedamaian.‖ Seseorang yang menerima panggilan sebagai seorang
prajurit, motivasi utamanya bukanlah ―perang,‖ tetapi kedamaian dan
keteraturan. Richard Neuhaus dalam dialognya dengan Stanley Hauerwas
berkata,
The presumption of ‗just war theory‘ is against the use of military force.
The theory erects an obstacle course of moral testings aimed at preventing
the unjust resort to war… The goal is ―to secure just order in an essentially
disordered world.‖ The question is not violence vs. nonviolence but
legitimate vs. illegitimate uses of force. Violence is better understood as the
illegitimate use of force, and just war theory is designed to restrain that as
much as possible in a history that will always be marked by violence short
of the End Time.**46
Demikian pula, jikalau ‗pacifism‘ menekankan pentingnya hidup sesuai
dengan jati diri kita sebagai murid Kristus, maka orang Kristen yang
menerima ‗just war theory‘ juga menyadari panggilan ini. Kembali
mengutip kata-kata Neuhaus, ia berkata, ―I believe that Christians are alien
citizens whose primary loyalty is to the heavenly polis and whose obedience
to Christ the King entails responsibility for the earthly polis.‖**47 Hanya
saja jika ‗pacifism‘ memandang perlunya menjadi warga negara di dalam
‗earthly polis‘ dengan cara mengusahakan kehadiran kerajaan Kristus secara
nyata sekarang ini dan di bumi ini, maka ‗just war theory‘ lebih melihat
kerajaan Allah sebagai paradoks antara yang sudah digenapi oleh Kristus
dan yang belum sepenuhnya terwujud. Sehingga, Neuhaus melanjutkan,
34. 28 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
I will continue to caution that no world order will be free from the radical
disorder of sin, and no hope for earthly peace should be confused with the
saving peace that is ours in Christ. God willing, there will be something like
a ―new world order‖ that will restrain the violence… To be sure, it will be
partial and it will be only for a time, but I would like to think that you join
me in prayer that it will be.**48
Footnote (Catatan Kaki):
**1. Francis Schaeffer, et al., Who is for Peace? (Nashville: Thomas
Nelson, 1983) 23-24 [garis bawah adalah penekanan penulis]
**2. Agustinus tidak menggunakan istilah ―cities‖ hanya kepada lokasi atau
zaman tertentu, melainkan kepada dua macam sikap kepada Allah – antara
orang percaya dan tidak – yang akan terus bersitegang di dalam dunia ini,
―Two cities, then, have been created by two loves: that is, the earthly by
love of self extending even to contempt of God, and the heavenly by love of
God extending to contempt of self‖ (lih. The City of God against the Pagans
[ed. & tr. R.W. Dyson; Cambridge: Cambridge University Press, 1998]
632.XIV.28)
**3. Ada sebagian orang yang keliru memahami pacifism sebagai passivism
(pasif-isme). Pacifism berasal dari pacifist (bukan passivist), artinya ―peace
lover.‖ Dengan kata lain, orang-orang pacifist ialah mereka yang secara
aktif mempromosikan ajaran cinta damai
**4. Variasi kedua pandangan ini memang sangat banyak, tetapi tanpa harus
masuk ke dalam detail perbedaan pandangan di dalamnya, pada artikel ini
penulis berusaha untuk tidak mengorbankan esensi keduanya. Beberapa
buku yang dengan baik menjelaskan variasi pandangan tersebut adalah John
Howard Yoder, Nevertheless: The Varieties and Shortcomings of Religious
Pacifism (Scottdale: Herald, 1992); Albert Marrin, ed., War and the
Christian Conscience (Chicago: Henry Regnery, 1971)
**5. The Five Books against Marcion (The Ages Digital Library Collections
ver.2.0: The Ante-Nicene Fathers Vol. III; eds. A. Roberts & J. Donaldson;
tr. Dr. Holmes, IV. 16; Albany: Books for the Ages, 1997) 666-667
**6. Gregory Dix, The Treatise on the Apostolic Tradition of St. Hippolytus
of Rome (London: Alban, 1937) 27
35. 29 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
**7. Pemahaman ini merupakan tafsiran Tertullian yang tidak ditegaskan
secara harafiah dalam Alkitab (Lih. ―The Soldier Chaplet‖ dalam War and
the Christian Conscience [ed. Albert Marrin; Chicago: Henry Regney, 1971]
29-30)
**8. Harold Bender, ―The Pacifism of Sixteenth Century Anabaptists,‖
Mennonite Quarterly Review (1956) 17
**9. Ibid. 11-12
**10. Ibid. Sattler ditangkap dan diadili karena pernyataannya ini
**11. Ibid. 17
**12. Orang-orang yang dimasukkan ke dalam kelompok ini antara lain:
George Lindbeck, Stanley Hauerwas, John Milbank, David Yeago,
Reinhard Hutter, Richard Hays dan N.T. Wright (lih. Robert Benne, ―The
Neo-Agustinian Temptation,‖ First Thing 81 [March 1998] 14).
**13. The Moral Vision of the New Testament (New York: HarperCollins,
1996) 336-337
**14. Ibid. 342
**15. Ibid. 342-343
**16. Ibid. 343 [garis bawah dari penulis]
**17. Ibid
**18. Ibid. [garis bawah dari penulis]
**19. Lihat misalnya kata-kata R.W. Dyson dalam bagian ―Introduction‖
(The City of God xiv dst.). Yang unik adalah bahkan ada sekelompok
penganut pacifism yang juga menyatakan telah mewarisi tradisi Agustinus.
Contohnya, Stanley Hauerwas, seorang pacifist, memandang sekelompok
‗just war theory‘ telah salah membaca tulisan Agustinus. Dalam salah satu
suratnya kepada Richard John Neuhaus, seorang pengikut ‗just war theory‘,
ia berkata bahwa Agustinus senantiasa memisahkan komunitas orang
percaya dari dunia. Sehingga sekalipun Agustinus berbicara tentang ‗two
36. 30 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
cities‘ dalam ‗The City of God‘, pada hakikatnya ia lebih menekankan
komunitas gereja yang ciri utamanya adalah kerajaan Allah yang
diwujudkan melalui Kristus (lih. Stanley Hauerwas & Richard John
Neuhaus, ―Pacifism, Just War & the Gulf,‖ First Thing 13 [May 1991] 41)
**20. Ernest L. Fortin, ―Civitate Dei, De‖ (The City of God) dalam:
Augustine Through the Ages (ed. Allan D. Fitzgerald; Grand Rapids:
Eerdmans, 1999) 197. Perlu diingat bahwa ‗The City of God‘ ditulis oleh
Agustinus jauh sesudah Edict of Milan dicanangkan (313 M), yaitu
pengakuan agama Kristen sebagai agama resmi kekaisaran pada masa itu
**21. Ibid
**22. Frederick H. Russell, ―War‖ dalam Augustine Through the Ages 875
**23. Ibid
**24. The Moral Vision 335-336
**25. Fortin, ―Civitate Dei, De‖ 198
**26. Ibid
**27. Agustinus sendiri tidak pernah memformulasikan ketiga kriteria ini;
ketiganya merupakan kesimpulan yang ditarik dari tulisannya (lih. William
R. Stevenson, Jr., Christian Love and Just War [Macon: Mercer University
Press, 1987] 4)
**28. The City of God XIX. 7
**29. Stevenson, Christian Love 39, 41
**30. Khususnya dalam isu tentang perang. Penulis tidak bermaksud
menerapkan evaluasi ini secara general terhadap prinsip hermeneutik Hays;
dalam banyak aspek, penulis sangat menghormati ajaran Hays
**31. David E. Holwerda, Jesus and Israel: One Covenant or Two? (Grand
Rapids: Eerdmans, 1995) 132
**32. Ibid. 131
37. 31 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
**33. Ibid. 132
**34. Ibid. 132-133
**35. The Sermon on the Mount (Grand Rapids: Baker, 1978) 39
**36. The Sermon on the Mount (Grand Rapids: Zondervan, 1972) 100 s
**37. Carson, The Sermon 37
**38. Lih. Millard Lind, Yahweh is Warrior (Scottdale: Herald, 1980) 18
(Introduction)
**39. ―War, Peace, and Justice in Early Israel,‖ Bible Review (Fall 1987)
45
**40. Perspective on War in the Bible (Macon: Mercer University Press,
1998) 163-172
**41. Ethical Reflections: Essays on Moral Themes (Grand Rapids:
Eerdmans, 1978) 135
**42. Ibid. 141
**43. Bdk. pandangan Stob dengan Lewis B. Smedes yang juga mengupas
hubungan antara kasih dan keadilan dengan sangat baik di dalam bukunya
Mere Morality: What God Expects from Ordinary People (Grand Rapids:
Eerdmans, 1999), perhatikan khususnya bab 2 dan 3
**44. Ethical Reflections 137
**45. Ibid. 139
**46. ―Pacifism, Just War‖ 43 [garis bawah dari penulis]
**47. Ibid
**48. Ibid. 44-45
Sumber:
38. 32 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Sumber diambil dari:
Judul Buku : VERITAS 4/1 (April 2003)
Judul Artikel : Prinsip Dasar Etika Kristen tentang Perang:
Sebuah Tinjauan terhadap Pacifism dan Just War Theory
Penulis : Kalvin S. Budiman
Penerjemah : -
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara
Halaman : -
Posted on January 22, 2015Leave a comment Edit
PELAYANAN KAUM AWAM 2
Intisari Keimamatan Orang Percaya
Konsep keimaman orang-orang percaya, yang diambil dari sifat gereja,
dapat dengan mudah menjadi slogan teologi Kristen semata-mata, kecuali
hakikat konsep tersebut memberikan hakikat yang nyata, praktis, dan
berarti. Hakikat keimaman orang-orang percaya yaitu: akses langsung
kepada Tuhan, korban atau persembahan rohani, penginjilan, baptisan dan
perjamuan kudus, sebagai fungsi mediasi. [21]
1. Akses Langsung kepada Tuhan
Akses langsung kepada Tuhan di Bait Kudus-Nya lewat pengorbanan
Kristus. Oleh karena itu, akses langsung terbuka bagi semua orang yang
beriman kepada Kristus (Roma 5:2), yang dibaptis dalam Dia (Roma 6:1-
11), dan telah menerima Roh Kudus (Efesus 2:18). Lebih lanjut, Ogden
menyatakan, ―Seluruh orang percaya memiliki akses langsung kepada
Tuhan melalui Yesus Kristus … Kita semua adalah Hamba Tuhan dalam
arti kita melayani di hadapan Tuhan. Satu-satunya Imam Besar, Yesus
Kristus telah membuka jalan dengan mengorbankan diri-Nya bagi dosa kita,
dan Ia duduk di sebelah kanan Allah untuk berdoa syafaat bagi kita terus
39. 33 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
menerus. Kelas imam tertentu yang mewakili kita kepada Tuhan dan
sebaliknya tidak lagi diperlukan. Kita semua adalah imam, dalam arti kita
mewakili diri kita sendiri di hadapan Tuhan melalui Sang Pengantara, Yesus
Kristus.‖ [22]
1. Korban Rohani
Jelas sekali dalam Perjanjian Baru, hamba-hamba Tuhan dari golongan
orang percaya diperingatkan untuk mempersembahkan korban kepada
Tuhan melalui Yesus Kristus (Roma 12:1). Nelson menyatakan bahwa
korban-korban rohani terdiri dari sikap etis, perbuatan baik (1 Petrus 2:15;
3:1-2, 4:9), dan ketaatan yang membutuhkan penyangkalan diri (1 Petrus
2:13-14,18; 3:1, 5:6; 5:5-6). [23] Korban-korban Rohani menurut Kung,
yaitu doa, pujian dan ucapan syukur, buah-buah pertobatan, iman, dan kasih.
Pada dasarnya, korban-korban umat Kristen, bukanlah suatu tambahan
korban penebusan karena korban-Nya sempurna. Korban-korban tersebut
merupakan respons umat terhadap karya penebusan, respons pujian dan
ucapan syukur, respons iman pengaduan pribadi, dan pelayanan kasih dalam
Dia.
1. Penginjilan
Seluruh orang percaya memiliki tugas keimaman yang sama untuk
memberitakan Injil. Tugas tersebut berkaitan erat dengan panggilan Tuhan
untuk mewakili Dia di dunia, sebagai umat tebusan melalui iman dan Juru
Selamat Yesus Kristus, dengan kata lain, Tuhan telah memanggil keluar
bangsa yang kudus untuk mengemban amanat-Nya di dunia, yaitu
menyelesaikan pelayanan perdamaian (2 Korintus 5:19; Yohanes 3:16,
17:18). Pemberitaan Injil merupakan pengorbanan tertentu bagi keimaman
yang dilatih oleh gereja. Jadi, seluruh orang percaya akan menjadi
―Pemenang-pemenang jiwa‖, karena ―penginjilan adalah tugas umat Kristen
yang berlaku bagi setiap anggota tubuh Kristus‖. [24]
1. Melaksanakan Baptisan dan Perjamuan Kudus
Dua hal yang paling penting menyangkut penginjilan yang efektif bagi umat
Kristen yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Kedua hal itu harus dilakukan,
karena setiap umat Kristen diberikan kuasa untuk membaptis (Matius
28:19); dan ―tiap-tiap umat Kristen pada dasarnya diberikan kuasa untuk
40. 34 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
berperan aktif dalam perjamuan eskatologis di akhir zaman, pengucapan
syukur, dan persekutuan‖ (Lukas 22:19). [25]
1. Fungsi Mediasi
Sesuai konteks Perjanjian Lama, pelayanan keimaman bangsa Israel adalah
menjadi mediator Tuhan di dunia dan sebaliknya ―bangsa ini, kaum umat
milik Allah, dipanggil, diangkat, dan ditugaskan untuk menggenapi
pelayanan sebagai perantara. Sama halnya dalam Perjanjian Lama,
pelayanan keimaman bagi gereja dimulai dari penyembahan komunitas,
terutama dalam perjamuan kudus, lalu berkembang keluar ke dunia. Di atas
segalanya, pelayanan diberikan kepada tiap-tiap individu dalam komunitas
orang percaya dan kepada orang lain di dunia. Di atas segalanya, pelayanan
diberikan kepada tiap-tiap individu dalam komunitas orang percaya, dan
kepada orang lain di dunia pada waktu yang sama. Penting bagi pelayanan,
―keimaman orang percaya bukan hanya sekadar hubungan pribadi dengan
Tuhan … Ibadah berkembang dari penyembahan komunitas orang percaya
menjadi penyembahan sehari-hari dalam dunia sekuler‖. [26]
Berkaitan erat dengan pelayanan keimaman dalam komunitas orang percaya
dalam dunia, doktrin keimaman seluruh orang percaya dengan jelas
menunjukkan bahwa, tiap-tiap orang percaya dipanggil oleh Tuhan bagi
misi dan pelayanan. Kung setuju bahwa keimaman seluruh orang percaya,
memperlihatkan panggilan mereka yang setia untuk bersaksi tentang Tuhan
dan kehendak-Nya di hadapan dunia, dan untuk menawarkan pelayanan
kehidupan mereka sehari-hari. Dalam hal ini, kaum awam menerima
tanggung jawab utama bagi pelayanan Tuhan di dunia.
Doktrin tersebut menyatakan dengan tegas bahwa agen-agen utama dalam
pelayanan perdamaian dunia adalah kaum awam. Mereka akan
mempersembahkan diri mereka sebagai korban pelayanan bagi dunia, di
mana Kristus telah mati. Kaum awam adalah umat Allah yang telah
menerima keselamatan sebagai hadiah untuk dinikmati, dan tugas untuk
ditampilkan. Hal itu merupakan makna panggilan Ilahi guna menjalani
hidup dalam karya keselamatan Allah. Seperti yang terlihat dalam panggilan
Tuhan sebagai berikut, ―Umat Allah membawa kekudusan ke dalam dunia
sekuler …, lewat ketaatan kepada Tuhan yang memiliki dunia. Sifat dan
ruang lingkup panggilan tersebut merupakan tugas seluruh orang percaya,
setiap anggota awam berada di bawah panggilan Allah, dan bertanggung
41. 35 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
jawab untuk merespons kepada-Nya. … Panggilan adalah karunia dan tugas
dari seluruh umat Allah, dilakukan dan dinikmati di dalam sudut pandang
konkret dunia, di mana individu itu hidup.‖ [27]
Jadi, teologi keimamatan orang percaya sangat jelas, dan bukanlah hanya
slogan teologis yang kosong. Ini membentuk suatu realitas konkret yang
sangat kaya. Strausch secara empati menegaskan kebenaran dari Allah,
bahwa semua orang Kristen berdasarkan Perjanjian Baru telah diteguhkan
oleh darah Kristus. Sebagai hasilnya, semua adalah sama sebagai imam.
Semua dibersihkan oleh darah Yesus Kristus. Semua didiami oleh Roh
Kudus. Jadi, semua diidentifikasi sebagai anggota tubuh Kristus; sebagai
pelayan satu dengan lainnya.
Implikasi Bagi Pelayanan Gereja
Pada dasarnya, umat Allah memasukkan komunitas Kristen secara
keseluruhan adalah kerajaan imam. Jadi, seluruh orang percaya
diidentifikasi sebagai imam-imam. Berdasarkan hal ini, Richard menantang
orang Kristen untuk berkomitmen penuh pada ajaran Alkitab, bahwa setiap
orang Kristen adalah ―orang percaya-imam‖. [28] Implikasinya adalah
semua orang percaya melayani, bukan hanya rasul-rasul atau para pemimpin
utama. Perjanjian Baru mengenali bahwa beberapa orang Kristen dipanggil
secara khusus untuk melayani gereja di dalam dunia ini. Tetapi semuanya
dipanggil untuk Kristus di dalam dunia ini.
Sejalan dengan fungsi keimamatan semua orang percaya, pelayanan
bersama membutuhkan gaya kepemimpinan untuk kaum awam. Pelayanan
bersama dalam keselarasan seperti yang dicontohkan dalam Efesus 4:11-13.
Rasul Paulus berkata bahwa beberapa orang percaya dipanggil; untuk
menjadi rasul, nabi, gembala-pengajar, dan pengkhotbah untuk membangun
peranan bahwa semua orang percaya dimampukan dalam fungsi pelayanan.
Ogden mencatat bahwa pembangunan adalah pendekatan fundamental untuk
melatih melayani oleh Gembala. Peran pembangunan pria dan wanita untuk
melayani adalah sesuatu yang selayaknya dalam hubungan umat Allah,
namun peran ini mengimplikasikan perbedaan fungsional (bukan kualitas)
antara awam dan imam.
Untuk menekankan signifikansi konsep pembangunan, Ogden memberikan
suatu studi istilah Yunaninya secara menyeluruh, Artios — akar yang lebih
42. 36 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
baik ―dikenal‖ (Efesus 4:12) dapat diterjemahkan sebagai ―predicate
adjective‖ yang diartikan ―dialah sempurna‖. Kata Artios mengandung
sasaran-sasaran pembangunan untuk murid secara individual maupun
keseluruhan tubuh Kristus. Hal ini mencakup antara pengertian lengkap,
penuh, berorasi secara, menemukan, mengisi situasi yang khusus, layak.
―Katartimos — participle‖ yang digunakan hanya dalam Efesus 4:12 dan
dapat diterjemahkan ―mempersiapkan‖ atau ―memperlengkapi‖. [29]
Stedman menyatakan bahwa pekerjaan tertinggi gereja bukanlah
menghasilkan satu kelompok imam atau awam yang hebat, yang dilatih
secara spesifik dan profesional. Namun seharusnya dilakukan oleh seluruh
orang percaya (Efesus 4:11-14). Untuk alasan ini Allah memilih beberapa
orang menjadi rasul, nabi, penginjil, guru, dan gembala untuk membangun
umat-Nya melakukan tugas pelayanan dan membangun komunitas Kristen,
Tubuh Kristus. [30]
Sasaran terakhir pembangunan adalah kedewasaan setiap anggota gereja dan
gereja secara keseluruhan. Kedewasaan adalah konsep induk dari kehidupan
Kristen. Pesan Efesus di atas mendefinisikan kedewasaan sebagai
―kerendahan relasional‖ daripada realisasi diri sendiri, ―sebagai kepastian
doktrinal daripada kemandirian‖ [31] ―sebagai pemimpin-pemimpin
membangun umat Allah untuk melayani satu dengan lainnya, tubuh Kristus
bertumbuh dan dewasa adalah refleksi pada diri Kristus sendiri. [32]
Tulisan ini pernah dimuat dalam STULOS Theological Journal 5, Bandung
Theological Seminary, November 1997, Hal. 97-117
Catatan kaki:
21. Kung, the Church, 474
22. The New Reformstion, 11
23. Nelson, Raising Up, 475
24. A Cole, The Body of Christ: A New Testament Image of
the Church (London: Holdder Staughton, 1964), 41
25. Kung, the Church, 485
43. 37 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
26. Ibid, 486, 487
27. Bucy, The New Laity, 16
28. Lawrwnce O. Richard A Theology of Christian Education
(Grands Rapids: Zondervan, 1975), 131
29. Ogden, The New Reformation, 98, 99
30. R. Stedman, Body Life (Glandale: REgal, 1972), 88
31. Stevens, Liberating the Laity, hlm 32
32. G.C. Newton, “The Motivation of the Saints and the
Interpersonal Competencies of Their Leaders”, dalam
Christian Educational Journal, 10/3 (1989), 9-15
Sumber:
Diambil dari:
Judul buku : Keunggulan Anugerah Mutlak: Kumpulan Refleksi Teologis
Atas Iman Kristen
Judul
artikel
: Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam
Penyusun : Dr. Joseph Tong
Penerbit : Sekolah Tinggi Teologia Bandung, 2006
Halaman : 178 — 185
Posted on January 22, 2015Leave a comment Edit
PELAYANAN KAUM AWAM 1
Pelayanan adalah sebuah anugerah yang Tuhan percayakan kepada kita.
Meskipun kita tidak layak, tetapi Tuhan melayakkan kita untuk ikut ambil
bagian dalam pekerjaan-Nya. Pada bulan ini, kami akan kirimkan satu
44. 38 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
artikel (2 bagian) yang membahas perspektif alkitabiah tentang pelayanan
kaum awam. Banyak orang yang masih membagi umat Allah dalam dua
bagian, yaitu para rohaniwan dan para kaum awam. Para rohaniwan yang
dianggap layak untuk mengerjakan tugas-tugas pelayanan, sedangkan orang
awam hanyalah kaum biasa-biasa saja yang pasif. Tentunya dikotomi ini
tidak alkitabiah dan dapat merusak fungsi umat Allah yang sesungguhnya.
Artikel pada edisi 2 ini membahas tentang konsep kata ―awam‖ dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan konsep keimaman seluruh orang
percaya yang berasal dari sifat-sifat gereja sendiri. Kiranya artikel ini dapat
meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang konsep pelayanan
kaum awam dan dapat menggerakkan setiap pembaca untuk semakin giat
dalam melayani Tuhan. Soli Deo Gloria!
Selamat menyimak.
Staf Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< http://reformed.sabda.org >
Edisi:
Edisi 139/April 2013
Isi:
Isu mengenai pelayanan kaum awam telah menjadi suatu topik populer
dalam banyak artikel dan buku-buku, serta disampaikan dalam banyak
khotbah. [1] Selain itu, Strauch [2] menyatakan bahwa masalah tentang
pembaruan kaum awam telah menjadi suatu bahan diskusi yang meluas.
Selain populer, teologi kaum awam banyak disalah mengerti. Bahkan istilah
―awam‖ seringkali ditafsirkan secara salah. Kaum awam kerap dianggap
setara dengan golongan ―nonprofesional‖, ketika ditinjau dari keahlian atau
kemampuan khusus tiap individu. Dalam organisasi-organisasi keagamaan,
orang awam dianggap sebagai ―kaum percaya biasa‖ yang berbeda dari
―pengerja‖ penuh waktu atau hamba Tuhan. [3]
Dampak konsep tersebut adalah pembagian umat Allah ke dalam dua
tingkatan, yaitu struktur pengerja penuh, yang menampilkan fungsi-fungsi
religius masyarakat, dan sejumlah besar kaum awam yang tidak
45. 39 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
berkualifikasi. [4] Pembagian itu merupakan hasil tiruan pola
kepemimpinan ―Graeco-Roman‖, yang membagi administrasi kota menjadi
dua bagian yaitu: ―para pegawai‖, yang memimpin dan ―kaum awam‖,
warga yang polos serta tidak berpendidikan. [5] Jika pola tersebut
diterapkan pada pelayanan di gereja, maka dapat menyebabkan perpecahan
yang menghancurkan, menghilangkan partisipasi penuh umat Kristiani
dalam pelayanan, serta mencegah pertumbuhan atau kedewasaan Rohani.
Konsep Awam dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Dalam rangka mencegah dikotomi dan mengembangkan suara teologia
awam, istilah ―awam‖ harus dijelaskan dengan menggunakan sudut pandang
alkitabiah. Istilah tersebut diambil dari kata sifat bahasa Latin ―laicus‖, yang
sama dengan kata sifat bahasa Yunani ―laikos‖, yang berarti ―milik
masyarakat‖. Kata bendanya adalah ―laos‖, yang mengekspresikan konsep
yang signifikan, [6] karena muncul 2000 kali dalam Septuaginta dan
ditambah 140 kali dalam Perjanjian Baru. [7]
Dalam Perjanjian Lama (Keluaran 19:4-7; Ulangan 4; Ulangan 7:6-12),
―laos‖ biasanya mengacu kepada bangsa Israel. Kata tersebut mengandung
―nilai khusus bagi masyarakat, karena keaslian dan tujuannya dalam kasih
karunia yang Tuhan tentukan. Bangsa Israel menganggap diri mereka
sebagai ‗laos theou‘ (umat pilihan Allah)‖. [8] Secara teologis, hal tersebut
menunjukkan bahwa Bangsa Israel adalah suatu bangsa yang terpisah dari
bangsa-bangsa lain di dunia, yang disebabkan oleh pilihan Tuhan atas
mereka sebagai milik-Nya (Ulangan 7:6). Mereka memperoleh status
istimewa sebagai ―umat Allah‖. Meskipun demikian, umat Allah tidak
hanya menerima status istimewa, tetapi juga pelayanan istimewa. Bucy
menjelaskan lebih lanjut, ―seluruh kaum awam merupakan ‗milik Tuhan‘,
dipilih bukan sekadar memperoleh hak-hak istimewa, tapi untuk pelayanan
istimewa. Perhatikan juga bahwa sifat pelayanan tersebut, dijabarkan dalam
hubungan langsung dengan hak Tuhan atas ‗seluruh bumi‘. Bangsa Israel
terpanggil dari antara ‗segala bangsa‘, untuk melayani sebagai suatu
‗kerajaan imam dan segala bangsa yang kudus‘, mewakili kerajaan-kerajaan
dan bangsa-bangsa di dunia‖. [9] Singkat kata, umat Allah atau kaum awam,
dipanggil untuk memenuhi misi penebusan Allah bagi perdamaian dunia.
[10]
46. 40 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Umat Allah dalam Perjanjian Lama hanya mengacu pada Bangsa Israel.
Dalam Perjanjian Baru, umat Allah mengacu kepada bangsa Israel dan
bangsa-bangsa lain. Mengenai hal tersebut, Kraemer menegaskan bahwa
Yahweh ingin bangsa Israel menjadi kudus-Nya, yang merespons
sepenuhnya kepemilikan Tuhan yang telah memilih mereka. Hal yang sama
berlaku bagi gereja. [11]
Gereja disebut sebagai ―umat yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah.‖ (1 Petrus 2:9) Secara khusus, gereja dalam 1
Petrus 2:5 digambarkan sebagai ―batu-batu hidup‖, yang dibangun menjadi
sebuah rumah Rohani, dan mereka mempersembahkan korban-korban
rohani yang berkenan di hadapan Allah melalui Yesus Kristus. Kedua pasal
memperlihatkan bahwa gereja terdiri dari orang-orang percaya yang disebut
―suatu keimamatan‖. Kata Yunani untuk keimaman ialah ―hierateuma‖,
yang menunjukkan suatu gagasan komunitas masyarakat yang melayani
sebagai ―imam‖. [12] Oleh karena itu, gereja merupakan komunitas imam
atau keimaman dari orang-orang percaya, yang hanya mungkin terjadi
melalui Yesus Kristus, Imam Besar perjanjian yang baru, yang telah
mengorbankan diri-Nya dan menguduskan, serta menyempurnakan orang-
orang percaya sekali untuk selamanya (Ibrani 9:15; 10:10,14).
Konsekuensinya yaitu seluruh orang percaya boleh mempersembahkan
korban secara langsung melalui Kristus. Mengenai hal ini, Kung
menyatakan demikian, ―Bila seluruh orang percaya harus
mempersembahkan korban lewat Kristus dengan cara tersebut, berarti
mereka memiliki fungsi Imam, dalam pengertian yang sama sekali baru,
melalui Kristus Sang Imam Besar dan Pengantara. Mengabolisikan kasta
istimewa keimaman dan pengertiannya oleh Imam Besar yang baru dan
kekal, menurut konsekuensinya yang unik namun logis, memiliki fakta
bahwa seluruh orang percaya terlibat dalam keimaman secara universal.‖
[13]
Hakikat Gereja
Kenyataannya, konsep keimaman orang-orang percaya diperoleh dari sifat
gereja itu sendiri, yaitu umat Allah, tubuh Kristus, bangunan rohani, dan
Bait Roh Kudus. Konsep itu diperluas sebagai berikut.
1. Gereja adalah Umat Allah
47. 41 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Artinya seluruh anggota gereja mempunyai persamaan yang mendasar.
Tidak ada istilah kelas atau kasta dalam hubungan antar anggota, karena
semuanya adalah: ―orang-orang terpilih‖, ―orang-orang kudus‖, ―murid-
murid‖, dan ―saudara-saudara‖. Selain itu, ―tidak ada jarak‖ antar anggota
dan tidak ada penduduk kelas dua dalam keluarga Allah. Tentang
persamaan, umat Allah diangkat martabatnya sebagai pelayan-pelayan
Yesus Kristus. [17] Gibbs dan Morton dengan tegas menyatakan, ―Doktrin
sejati kaum awam sebagai umat Allah, yang bermitra bersama-sama tanpa
perbedaan kelas.‖ [18]
1. Gereja adalah Tubuh Kristus
Tentang karakter yang saling berkaitan dari anggota-anggota gereja (Roma
12:4-8; 1 Korintus 12:12), tubuh dibangun oleh anggota-anggota yang
saling bergantung satu sama lain sebagai kesatuan tubuh. [19] Seluruh
anggota tubuh Kristus memainkan peranan penting. Masing-masing
memiliki martabat dan fungsi ―semuanya saling melayani dalam simpati dan
kasih yang menguntungkan, serta dalam sukacita‖. [20]
1. Gereja adalah Bangunan/Bait Rohani
Gereja adalah bangunan/bait rohani, yang berarti bahwa Roh Kudus tinggal
di dalam seluruh orang-orang percaya (Kisah Para Rasul 2). Akibatnya,
seluruh umat Kristen dibenarkan, dituntun dan dipimpin, serta hidup oleh
Roh Kudus. Dalam 1 Korintus 3:16 dan Efesus 2:22, Rasul Paulus
menekankan bahwa Roh Kudus berdiam dalam hati orang-orang percaya.
Mereka adalah bait Allah yang kudus. Konsep bait Allah yang kudus di
bumi dipersamakan dengan komunitas Kristen yang dimungkinkan hanya
melalui Yesus Kristus; hanya melalui Dia, bait Allah yang kudus digantikan
oleh ―bangsa yang kudus‖.
1. Gereja adalah Bait Roh Kudus
Ketika suatu gereja dikatakan sebagai Bait Roh Kudus, hal itu mengandung
arti setiap anggota gereja adalah suatu Bait yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Dalam bentuk ini, Bait tersebut dibangun atas ―kunci kehidupan‖ dan ―batu
penjuru‖, Tuhan Yesus, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, batu
hidup dan yang setia. Bentuk Bait Keimaman merupakan kelanjutan dari
bentuk yang baru saja diperkenalkan (1 Petrus 2:4). Lebih lanjut dikatakan,
konsep itu tidak diperuntukkan bagi keimaman resmi suatu kelompok
48. 42 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Kristen tertentu, tapi bagi semua orang percaya. ―Semua orang yang
dipenuhi oleh Roh Kristus, menjadi suatu keimaman yang terpisah; seluruh
umat Kristen adalah hamba Tuhan‖.
[Lanjutan artikel ini (Bagian 2) akan kami kirimkan dalam email yang
terpisah.]
Catatan kaki:
1. F.B Edge, ―Into The World, so Send You‘ dalam The New Laity:
Between Church and World, R.D Bucy, ed (Waco: World, 1978), 14
2. Alexander Strauch, Biblical Eldership: An Urgent Call to Restore
Biblical Church Leadership (Littleton: Lewis and Roth, 1986), 91
3. Edge dalam The New Laity, 14
4. Strauch, Biblical Eldership, 101
5. R.P. Stevens, Liberating the Laity: Equipping All the Saints for
Ministry (Downers Grove: InterVarsity, 1985), 21
6. Edge, 14
7. Howard A. Snyder, The Problem of Wine Skins: Church Stucture in
A Technological Age (Downers Grove: InterVarsity, 1975), 102
8. Dalam Bucy, The New Laity, 15
9. Snyder, The Problem of Wine Skkins, 102
10. F.B. Edge, The Doctrine of the Laity (Nashville: Convention, 1985),
28
11. R.D. Nelson, Raising Up A Faithfull Priest: Community and
Priesthood (Lousville: Westminster, 1003), 160
12. Hans Kung, The Church (Garden City: Image 1976), 473
13. Ibid
14. G. Ogden, The New Reformation Returning, The Minitry to the
People of God (Grand Rapids: Ministry Resourch Library), 11
15. V.J. Dozier, Toward A Theology of Laity: Lay Leaders Resourch
Notebook (Washington: Alban Intitute, 1976), 16
16. R.P. Stevens, Liberating the Laity, 27
17. M. Gibbs & T.R. Morton, God‘s Frozen People: A Book for and
about Christian Layman (Philadelpihia: Westminster,1964), 15
18. R.D. Dale, Sharing Ministry whit Volunteer Leaders (Nashville:
Convention Press, 1986), 13
19. Kung, the Church, 474
49. 43 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Sumber:
Diambil dari:
Judul buku : Keunggulan Anugerah Mutlak: Kumpulan Refleksi Teologis
Atas Iman Kristen
Judul
artikel
: Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam
Penyusun : Dr. Joseph Tong
Penerbit : Sekolah Tinggi Teologia Bandung, 2006
Halaman : 173 — 177
Posted on January 22, 2015Leave a comment Edit
PEKERJAAN ANDA DI MATA TUHAN
Dear e-Reformed Netters,
Artikel yang saya kirimkan ke mailbox Anda ini sudah cukup panjang. Jadi,
saya tidak perlu menambah dengan komentar lagi. Saya hanya ingin
menegaskan bahwa artikel ini akan menjadi jawaban dari dua pertanyaan
yang banyak ditanyakan oleh orang awam.
1. Mengapa Tuhan menempatkan saya di dunia “sekular” (di mana
Tuhan dianggap tidak ada)?
2. “Bagaimana saya membawa Tuhan ke dunia “sekular” (di mana
Tuhan dianggap tidak ada?)
Selamat menemukan jawabannya.
In Christ, Yulia < yulia(at)in-christ.net >
Artikel Terkait
Tujuh Menit Bersama Tuhan
Dataran Tinggi Doa Syafaat
50. 44 |BERJALAN BERSAMA TUHAN
Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (1)
Prinsip Dasar Etika Kristen tentang Perang: Sebuah Tinjauan
terhadap Pacifism dan Just War Theory
Menyertakan “PBC” ke dalam Kalender Anda
Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (2)
Lagu Natal dari Desa di Gunung
Penulis:
Neil Hood
Edisi:
093/XI/2007
Tanggal:
19-11-2007
Isi:
PENTINGNYA PEKERJAAN ANDA DI MATA TUHAN
―Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.‖ (Yoh.
1:14)
Sebelum kita melihat lebih jauh mengenai bagaimana memahami dunia
kerja melalui sudut pandang alkitabiah, kita perlu mempertimbangkan
bagaimana Tuhan memandang pekerjaan kita. Jika kita tidak tahu apa arti
pekerjaan kita dan dampaknya bagi Tuhan dan kerajaan-Nya, kita berisiko
memandang iman dalam bekerja sebagai sesuatu yang tak penting. Topik ini
menghadirkan dua pertanyaan pokok dan kemudian kita akan melihat
sekilas apa yang dikatakan Alkitab mengenai sikap yang Tuhan inginkan
dalam kita bekerja.
Apa istimewanya pekerjaan saya?