https://www.instagram.com/nadasilitonga/
https://www.facebook.com/nadsilitonga/
Usaha-usaha oikumenis telah dijajaki oleh gereja-gereja anggota PGI untuk terwujudnya gereja Kristen yang esa di Indonesia. Dan nampaknya istilah Oikumene bukan lagi suatu hal yang asing, bahkan menjadi satu mode dalam suatu kegiatan di antara beberapa gereja. Jiwa Oikumenis sering diungkapkan dengan mengadakan suatu perayaan hari besar Kristen, seperti: Paskah dan Natal bersama, dsbnya; sehingga ada sebagian orang mengidentikkan kegiatan secara bersama-sama itulah Oikumene. Segala usaha berupa pertemuan, konsultasi, rapat dan mengadakan proyek secara bersama-sama itu sudah menyatakan kesadaran Oikumenis. Di sini jelas kesadaran Oikumenis hanya dilihat secara lahiriah berupa kegiatan-kegiatan.
https://www.instagram.com/nadasilitonga/
https://www.facebook.com/nadsilitonga/
Usaha-usaha oikumenis telah dijajaki oleh gereja-gereja anggota PGI untuk terwujudnya gereja Kristen yang esa di Indonesia. Dan nampaknya istilah Oikumene bukan lagi suatu hal yang asing, bahkan menjadi satu mode dalam suatu kegiatan di antara beberapa gereja. Jiwa Oikumenis sering diungkapkan dengan mengadakan suatu perayaan hari besar Kristen, seperti: Paskah dan Natal bersama, dsbnya; sehingga ada sebagian orang mengidentikkan kegiatan secara bersama-sama itulah Oikumene. Segala usaha berupa pertemuan, konsultasi, rapat dan mengadakan proyek secara bersama-sama itu sudah menyatakan kesadaran Oikumenis. Di sini jelas kesadaran Oikumenis hanya dilihat secara lahiriah berupa kegiatan-kegiatan.
Sakramen yang diterimakan kepada orang katolik yang sudah dibaptis, ketika menghadapi kejadian luar biasa, seperti tindakan operasi, maupun sakit berat.
Sakramen yang diterimakan kepada orang katolik yang sudah dibaptis, ketika menghadapi kejadian luar biasa, seperti tindakan operasi, maupun sakit berat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Gereja dan sakramen
1. AJARAN TENTANG GEREJA DAN SAKRAMEN
Makalah
AJARAN TENTANG GEREJA DAN SAKRAMEN
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Agama Kristen
Dosen : M Nuh Hasan, M.A.
Di susun oleh:
M. Rahmat. Ramadhan (1113032100036)
Jurusan perbandingan agama
Fakultas ushuluddin
Universitas islam negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................2
Latar Belakang Masalah .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
2. Pengertian Gereja Sifat dan Tujuannya.............................................................................3
Gereja sebagai tubuh Kristus...........................................................................................5
Hubungan Gereja dengan kerajaan Allah.........................................................................6
Gereja sebagai Doktrin Penyelamatan..............................................................................8
Pengertian Sakramen ......................................................................................................9
Sakramen dalam Gereja Roma Khatolik dan Kristen Protestan.......................................11
Jenis-jenis dan MaknaSakramen...................................................................................15
Sakramen sebagai Dokrtin Penyelamatan.......................................................................17
Hubungan antara Gereja dan Sakramen.........................................................................18
BAB III PENUTUP..................................................................................................................20
Kesimpulan...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembahasan kal ini kita akan menbicarakan tentang kegerejaan dan sakramen agama Kristen. Kita tahu
bahwa umat kristiani itu memiliki tempat peribadatan yaitu Gereja akan tetapi terkadang kita tidak mengetahui akan
pengertian gereja tersebut atau tujuan dan sifat dari gereja tersebut.
Gereja itu berbeda dengan majid yang mana segala ketentuan apapun yang bersangkutan dengan aturan aturan itu
tidak di tentukan oleh masjd akan tetapi oleh para ulama kalau diindonesia MUI. Akan tetapi berbeda dengan gereja yang
mana segala ketentuan itu diatur oleh gereja, gereja memiliki kekuasan atas umatnya. Kita tidak melihat akan hal itu dalam
makalah ini akan tetapi kita akan melihat apa tujuan dan sifat dari gereja yang mana menjadi pegangan bagi umat Kristiani.
Selain itu juga ada beberapa sakramen sakramen yang sering dilakukan oleh umat Kristiani diantaranya nyaitu
Sakramen Pembaptisan, Sakramen Penguatan, Sakramen Taubat, Sakramen Ekaristi, Sakramen Pernikahan. Yang mana ini
semua adalah sakramen yang sering umat Kristiani lakuakan. Memang dalam pembahasan ini juga membahas akan
hubungan sakramen dengan penyelamatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian gereja
Gereja itu berasal dari bahasa Portugis yaitu Igreja atau dalam bahasa Yunaninya itu Ekkiesia[1]yaitu “dipanggil
keluar” atau bisa dikatakan sebagai “kumpulan orang orang yang keluar dari dunia. Maksud keluar disini ialah memilki arti
yang sangat luas.Ada yang mengartiakan “Umat” atau persekutuan orang orang Kristen.Ada juga yang mengartikan sebagai
“perhimpunan” atau lebih tepatnya perkumpulan ibadah umat kristiani.Ada juga yang mengarikan sebagai “Mazhab” yaitu
Khatolik, Protestan dll.
3. Apabila kita mengacu pada arti yang pertama itu gereja terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Kristus yaitu pada
perayaan Pantekosta.Ketika ituRoh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua orang yang percaya kepada Yesus
Kristus.
Selain itu juga Gereja memiliki sifat-sifat yang tentunya mempunyai kaitan dengan makna dan hakikat Gereja itu
sendiri. Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam doa kredo (credere = percaya). Ada dua rumusan kredo yaitu
rumusan pendek dan rumusan panjang.Syahadat rumusan pendek disebut Syahadat Para Rasul karena menurut tradisi
syahadat ini disusun oleh para rasul.Yang panjang disebut Syahadat Nikea yang disahkan dalam Konsili Nikea (325) yang
menekankan keilahian Yesus.Dikemudian hari lazim disebut sebagai Syadat Nikea-Konstantinopel karena berhubungan
dengan Konsili Konstantinopel I (381)[2].
Pada Konsili ini ditekankan keilahian Roh Kudus yang harus disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan
Putera.Syahadat inilah yang lebih banyak digunakan dalam liturgi-liturgi Gereja Katolik. Di dalam rumusan syahadat
panjang itu pada bagian akhir dinyatakan keempat sifat atau ciri Gereja Katolik satu, kudus, katolik dan apostolik[3].
1. Gereja itu “satu”
karena Roh Kudus yang mempersatukan para anggota jemaat satu sama lain dengan para kepala atau pimpinan
jemaat (uskup) baik partikular maupun universal (Paus) yang berkedudukan di Vatikan.
Selain itu juga dilihat dari Kesatuan iman para anggotanya.Kesatuan iman ini bukan kesatuan statis tetapi kesatuan
yang dinamis, artinya iman yang sama namun diungkapkan dan dirumuskan secara berbeda-beda. Kesatuan di sini bukanlah
keseragaman tetapi bisa dipahami seperti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Kesatuan dalam pimpinan yaitu hierarki. Yesus memilih 12 rasul namun Ia juga memilih Petrus sebagai ketua para
rasul. Dalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman yang kemudian diteruskan dalam diri Paus juga
masing-masing uskup sebagai pemimpin Gereja di sebuah wilayah.
Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental.Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi
simbolis dari kesatuan gereja artinya lewat kesatuan kebaktian, sakramen-sakramen yang diterima Nampak jelas kesatuan
gereja itu sendiri.
2. Gereja itu “kudus”
karena berkat Roh Kudus yang menjiwai-Nya, Gereja bersatu dengan Tuhan, satu-satunya yang dari diri-Nya
sendiri kudus. Yang mana Kekudusan gereja nampak dalam beberapa hal antara lain:Sumber gereja itu kudus. Gereja
didirikan oleh Kristus .gereja menerima kekudusan dari Kristus sendiri (Yoh 17: 11), selain itu juga Tujuan dan arah gereja
adalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan penyelamatan manusia.Selai itu jugaJiwa Gereja adalah kudus
sebab jiwa gereja adalah Roh Kudus sendiri.
Unsur-unsur Ilahi yang otentik/asli yang berada dalam gereja adalah kudus misalnya ajaran-ajaran atau sakramen-
sakramen. Dan Anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan dipersatukan melalui iman,
harapan dan cinta yang kudus. Artinya, kita semua dipanggil menjuju kekudusan.
3. Gereja itu “katolik”, “menyeluruh”, “am” atau “umum”
karena tersebar di seluruh dunia sehingga mencakup semua.Yang Hidup di tengah segala bangsa dan Ajaran gereja
dapat diwartakan untuk segala bangsa dengan keanekaragamannya.Selain itu juga Gereja terbuka terhadap semua bangsa
dari berbagai daerah, agama, suku dan budaya.Yang mana Iman dan ajaran gereja bersifat umum artinya dapat diterima dan
dihayati oleh siapa saja.
4. 4. Gereja itu “apostolik”
Yang mana gereja itu dibahawah bimbingan roh kidus selain itu juga warganya dikatakan “anggota umat Allah”
jika bersatu dengan pusat-pusat Gereja yang mengakui diri sebagai tahta para Rasul (apostoloi)[4].
Selain dari sifat sifatnya ada pula tujuan dari Gereja itu yaitu ada dua yang pertama itu koinonia atau persekutuan
yang mana gereja itu merupakan persekutuan orang orang yang mempercayai akan yesus kristus. Selain itu juga merupakan
pemersatu diantara umat kristiani. Sedangkan tujuan yang kedua itu Diakonia yang mana umat kristiani menyakini akan
bahwa Gereja itu merupaka misi dari tuhan.
B. Gereja sebagai tubuh Kristus
Ada pun maksud dari sini ialah bukan hanya mengartikan tubuh yesus itu secara jasmaniyah atau individu akan
tetapi maksud disinia ialah umum untuk semuanya. Dalam Perjanjian Baru menamai gereja itu dengan beberapa istilah, yaitu
gereja adalah bait Allah, bangsa Allah, Israel baru. Tetapi istilah yang paling tepat adalah gereja sebagai tubuh Kristus.
Istilah ini sangat banyak dalam surat-surat Paulus (Ef 1:22; 5:29; Kol 1:18; 1 Kor 10:6). Dari ayat-ayat ini dinyatakan
walaupun anggota tubuh dalam satu badan yang berbeda, tapi mempunyai tugas masing-masing dan tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain. Tubuh dan kepala ialah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan wujud gereja[5].
Ada beberapa arti dalam istilah ini yang pertama itu Tubuh Kristus berarti bahwa di dalam gereja ada hubungan
dengan Kristus. Gereja bukan lanjutan inkarnasi Allah. Tapi tanda itu nampak di dunia ini. Kristus telah pernah datang
berupa badan manusia, sekarang berada dalam tubuh-Nya yakni gereja. Jadi gereja adalah tubuh duniawi dari Tuhan
surgawi.
Selain itu juga Gereja dikumpulkan dan diperintahkan oleh Kristus sang kepala gereja. Gereja tidak boleh
bertindak seolah-olah ia berdiri sendiri dan tidak boleh memerintah diri sendiri. Dari awal, gereja adalah milik Kristus dan
Dia-lah yang memerintah (Kristokrasi).Jadi gereja bukan perkumpulan orang-orang yang saleh. Gereja dijadikan oleh
Kristus dan milik Kristus.
Ada juga arti yang menyatakan bahwa Perkataan tubuh Kristus berarti anggota gereja bukan membntuk kesatuan
oleh dorongan hati sendiri. Mereka adalah satu kesatuan. Gereja bukan gabungan oknum-oknum yang mengakibatkan
berdirinya gereja. Gereja melebihi oknum, melebihi jumlah anggota jemaat, gereja adalah ibu orang percaya.
Dan yang terakhir Istilah tubuh ada kaitannya dengan suatu badan yang tampak. Jika kita lihat gereja, kita melihat
anggota jemaat, pendeta dll. Tapi masih ada yang tidak kelihatan, yaitu iman, persekutuan. Kita percaya bahwa kita adalah
anggota jemaat yang telah dipanggil dan dibenarkan juga dihimpunkan oleh Tuhan. Kita tidak boleh membedakan gereja
yang tampak dan tidak tampak. Keduanya adalah dua segi dari satu badan.
C. Hubungan gereja dengan kerajaan Allah
Di dalam Al kitab kita mendapatkan bahwa Yesus sendirilah yang pertama kali menggunakan kata Gereja atau
Jemaat. Dalam (Matius 16:16-18) ketika pertama kali Kristus berbicara mengenai gereja, yang Ia maksudkan adalah Gereja
atau Jemaat yang Universal, yang sesungguhnya tidak keliatan oleh mata manusia[6]. Atas dasar pernyataan Yesus ini maka
dapat di sebutkan bahwa gereja adalah:
Milik Kristus;
Hanya ada satu (kata gereja di sini tidak di tulis dalam bentuk jamak).
Didirikan oleh Kristus sendiri.
Dibangun atas Batu Karang (pondasi rohani), yaitu Yesus Kristus.
5. Akan mengalahkan alam maut.
Memiliki kunci kerajaan surge.
Akan memiliki kuasa untuk mengikat dan melepaskann, baik dibumi maupun di sorga
Jelaslah bahwa diantara Kerajaan Allah dan Gereja terdapat hubungan yang erat, karena Kristus telah memberikan
kunci kerajaan surga kepada gereja.George E. Ledd menyatakan bahwa Kerajaan Allah harus dianggap sebagai
pemerintahan Allah. Gereja dengan demikian merupakan kumpulan orang yang berbeda dibawah pemerintahan Allah.
Kerajaan Allah adalah kepemimpinan Allah, sedangkan gereja merupakan masyarakat yang berbeda dibawah kepemimpinan
tersebut. Lima butir dasar hubungan di antara Kerajaan Allah dengan Gereja, yaitu:
Gereja bukan Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah mendirikan Gereja.
Gereja menyaksikan kerajaan Allah.
Gereja merupakan alat Kerajaan Allah.
Gereja adalah pemelihara-penjaga kerajaan Allah[7].
Jadi, Gereja meruapakan manifestasi dari kerajaan atau pemerintahan Allah. Gereja merupakan bentuk
pemerintahan Allah tersebut dimuka bumi ini. Gereja merupakan manifestasi pemerintahan Allah yang berdaulat di dalam
hati kita, dimana kehendak Allah dilaksanakan.(Erickson, Millard J., 1985. Christian Theology. Edisi Indonesia
diterjemahkan (1998), 3 jilid, Penerbit Gandum Mas: Malang).
D. Gereja Sebagai Doktrin Penyelamatan
Gereja sangat identik dengan doktrin dan dogma-dogma yang ditetapkan dan dianut olehnya.Selain zaman
sekarang yang sering dikatakan sebagai zaman yang mendekati “akhir zaman” gereja mau tidak mau juga identik dengan
paham keselamatan yang dimengerti oleh gereja. Masalah akhir zaman, merupakan masalah yang berkaitan dengan
pertanyaan “masuk surga atau masuk neraka kah kelak kita ketika Allah datang kedua kali?”.Pembahasan tentang pernyataan
ini sebenarnya bukan hanya dibahas pada masa-masa sekarang, namun telah ada sejak kekristenan muncul. Dan pengertian
tentang keselamatan yang “katanya” akan menuju surga itu, juga telah menyebabkan perpecahan gereja mula-mula yang
disebut dengan masa reformasi.
Banyak teolog yang membahas tentang dosa dan keselamatan yang mengkaitkan dengan pertobatan. Dimana
pertobatan sangat penting bagi keselamatan bahkan sangat mempengaruhi keselamatan manusia dari api neraka tempat
terdapat tangisan dan kertak gigi (Mat 22:13 ; Mat 8:12 ; Mat 25:30 ; Luk 13:28).
Soteriologi adalah sebuah pengajaran tentang penyelamatan (bahasa Yunani: Sôteria yang berarti keselamatan)[8].
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keselamatan berarti keadaaan yang selamat; kesejahteraan, kebahagiaan.Soteriologi
berhubungan dengan pengkhususan tentang teologi penciptaan yang berhubungan erat dengan ketritunggalan Allah.Dalam
sejarah umat manusia, karya penyelamatan itu di lakukan oleh Allah Tritunggal dalam wujud Sabda dan Roh Kudus.
Pada pengkategorian Soteriologi sebagai pemikiran teologi, kata “selamat’ dalam “penyelamatan” mengandung
banyak arti.Diantaranya selamat bererti manusia yang tidak berdosa karena dosa yang telah dihapuskan, dan keadaan dimana
manusia menyatu dengan Allah karena karya penyelamatan tersebut dan pengertian yang berbeda menurut teolog dan filsuf
lainnya dalam pemikiran dan zaman yang berbeda.
6. Penyelamatan itu ada ketika pertobatan itu ada dan pertobatan ada ketika dosa itu juga ada. Dosa pada saat ini
dianggap sebagai suatu pelanggaran pada tindakan, sikap atau dosa juga dianggap sebagai sesuatu yang alami yang melawan
atau berlawanan dengan hukum atau perintah Tuhan .
E. Pengertian Sakramen
Istilah sakramen telah dipakai oleh jemaat kristiani sejak abad yang pertama untuk mengatakan kumpulan orang
yang diperbolehkan hadir dan turut ambil bagian dalam perjamuan kudus, dan waktu baptis kudus dilayani.
Sakramen adalah tanda dan meterai yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan untuk menjelaskan segala
sesuatu yang dijanjikan-Nya, atau dapat pula diartikan tanda dan meterai yang meneguhkan iman.
Tanda adalah gambaran untuk memperingati sesuatu yang tidak kelihatan, seperti pelangi dijadikan tanda anugerah
Allah setelah ada air bah.
Meterai (Rm 4:11) mengatakan bahwa sesuatu adalah benar; meterai menjamin kebenaran.
Dalam PL, sunat menjadi meterai kebenaran janji Allah. Demikian juga tanda-tanda sakramen dalam PB dijadikan
meterai untuk segala sesuatu yang dijadiakan oleh Tuhan, dan ketentuan janji itu menjadi besar jika melihat meterai-meterai
itu. Kata “sakramen” tidak diambil dari Alkitab, melainkan dari adat istiadat Roma, yaitu dari kata “sakramentum”. Kata ini
memilki dua arti, yaitu:
a) Sumpah prajurit, yaitu sumpah kesetiaan yang harus diucapkan oleh seorang prajurit di hadapan panji-panji kaisar.
b) Uang tanggungan, yang harus diletakkan di kuil oleh dua golongan yang sedang berperkara. Siapa yang dalam perkara itu
akan kehilangan uangnya.
Oleh karena itu maka kata sakramen (yang dijabarkan dari kata sacer = kudus) mengandung juga arti perbuatan
atau perkara yang rahasia, yang kudus, yang berhubungan dengan para dewa. Berhubung dengan itu maka kata sacramentum
kemudian dipandang sebagai terjemahan dari bahasa yunani Mysterion.
Sakramen beararti suatu kenyataan yang tampak yang meghadirkan rahmat penyelamataan Allah. Dengan kata
lain, sakramen adalah suatu “tanda” yang tampak dari karya Allah yang tidak tampak.
Orang-orang Kristiani yankin bahwa keberadaan Gereja (jemaat Kristiani) di dunia ini menandakan karya yang telah,
sedang, dan akan dilaksanakan oleh Allah bagi umat manusia melalui manusia Yesus. Karya Allah, yaitu karya
rekonsiliasi/pendamaian (medamaikan manuisa dengan Allah dan manusia dengan manusia) dan karya
pengudusan (membuat manusia menjadi kudus, yaitu hidup dalam kasih dan ketaatan kepada Allah), berlanngsung di dalam
dan di luar Gereja Kristiani (misalnya, Allah berkarya pula dalam umat Islam). Keberadan Gereja menjadi saksi karya
pendamaian dan pengudusan yang dilakukan Allah dalam sejarah dan menunjukan cara Allah menurut keyakinan Kristiani
melaksanakan penyelamatan umat manusia.
Orang-orang Kristiani yakin bahwa Kristus yang telah bangkit hidup didalam dan bersama dengan umat-Nya dan
senantiasa melakukan hal yang sama seperti yang telah Ia lakukan dalam hidup Nya di Palestina mengajar, berdoa, member
makan, menghibur, mengampuni, menderita, dan mati di bunuh. Aktifitas yang tidak nampak ini dibuat tampak dalam
kehidupan umat melalui penerimaan sakramen-sakramen. Dengan kata lain, ketika orang Kristiani mengambil bagian dalam
penerimaan sakramen, ia percaya bahwa ia berjumpa dengan Kristus yang telah bangkit yang menawarkan rahmat
penyelamatan Allah[9].
Hampir semua orang Kristiani sependapat bahwa sakramen yang utama ada dua, yaitu: Sakramen Baptis dan
Ekaristi. Disamping sakramen yang utama ini, orang-orang Kristiani Ortodoks dan Katolik meyakini ada lima sakramen
7. yang lain, sehingga semuanya ada tujuh sakramen. Gereja-gereja Protestan bervariasi dalam hal jumlah sakramen yang
mereka akui, tetapi kebanyakan menerima ada dua sakramen utama, yaitu Baptis dan Ekaristi (Perjamuan Kudus). Sedikit
saja Gereja Protestan, misalnya “Quakers” (Penggoncang) dan “Salavation Army” (Bala Keselamatan) yang sama sekali
tidak mempunyai sakramen. (Thomas Michel S. J . 2001, hal, 78-79).
F. Sakramen dalam Gereja Roma Khatolik dan Kristen Protestan
Dalam tradisi Kekristenan Barat, sakramen kerap diartikan sebagai tanda yang terlihat, yakni kulit luar yang
membungkus isinya, yaitu rahmat rohaniah (walaupun tidak semua sakramen diterima semua Gereja
sebagaisakramen). ketujuh sakramen
adalah Pembaptisan, Krisma (atau Penguatan), Ekaristi (Komuni), Imamat (Pentahbisan), Rekonsiliasi (atau Pengakuan
Dosa), Pengurapan orang sakit (Minyak Suci), dan Pernikahan.
Kebanyakan dari sakramen-sakramen ini digunakan sejak masa apostolik dalam Gereja, tetapi perkawinan, misalnya,
baru diakui sebagai suatu sakramen pada abad pertengahan.Beberapa Gereja tidak menganggap beberapa dari sakramen di
atas sebagai sakramen. Beberapa Gereja yang lain, misalnya Gereja Anglikan dan Kaum Katolik-Lama (bukan Gereja
Katolik), menganggap dua sakramen ketuhanan dalam Injil, yaitu Pembaptisan dan Ekaristi, sebagai "sakramen-sakramen
yang diperintahkan, yang mendasar, dan yang utama, yang dianugerahkan bagi keselamatan kita," serta menganggap kelima
ritus sakramental lainnya sebagai "sakramen rendah" yang merupakan turunan dari kedua sakramen utama tadi[10].
Sudah jelas bahwa Gereja-Gereja, denominasi-denominasi, dan sekte-sekte Kristen tidak sepaham dalam hal
jumlah dan pelaksanaan sakramen, namun umumnya sakramen-sakramen diyakini telah dilembagakan oleh Yesus. Pihak
yang tidak percaya pada teologi sakramental menyebut ritus-ritus tersebutatau setidak-tidaknya ritus-ritus yang mereka
gunakan terutama pembaptisan dan Komuni, sebagai "ordinansi."Sakramen-sakramen biasanya dilayankan oleh klerus bagi
satu atau lebih penerima, dan umumnya difahami melibatkan unsur-unsur yang terlihat dan yang tak terlihat. Unsur yang tak
terlihat (yang bermanifestasi di dalam diri) dianggap terjadi berkat karya Roh Kudus, rahmat Allah bekerja di dalam diri para
penerima sakramen, sedangkan unsur yang terlihat (atau yang tampak dari luar) meliputi penggunaan benda-benda
sepertiair, minyak, roti, serta roti dan anggur yang diberkati atau dikonsekrasi; penumpangan tangan; atau suatu
kaul(sumpah) penting tertentu yang ditandai dengan suatu pemberkatan umum (seperti pada pernikahan dan absolusi).
SAKRAMEN DALAM GEREJA KHATOLIK
Ketujuh sakramen adalah sebagai berikut:
Pembaptisan (Permandian)
Ekaristi (Komuni Suci)
Penguatan (Sakramen Krisma)
Pernikahan (Perkawinan)
Imamat (Pentahbisan)
Rekonsiliasi (Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat)
Pengurapan orang sakit (Sakramen Minyak Suci)
Beberapa Gereja menggunakan nama-nama lain untuk menyebut sakramen-sakramen yang mereka akui, misalnya
Krisma (Bahasa Inggris: Chrismation, Bahasa Italia: Crezima) adalah sebutan Gereja Ortodoks untuk menyebut ritus
penerimaan meterai Roh Kudus (Sakramen Penguatan); dan Gereja-Gereja Protestan di Indonesia lebih umum menggunakan
sebutan Sakramen Perjamuan Kudus atau Sakramen Meja Tuhan dari pada Sakramen Ekaristi atau Komuni Suci.
8. Selain ketujuh sakramen di atas, beberapa golongan Kristen (khususnya golongan Anabaptis dan kelompok-
kelompok Persaudaraan) mengakui upacara pembasuhan kaki sebagai sakramen (lihat Injil Yohanes 13:14), dan beberapa
golongan Kristen lainnya (Misalnya Polish National Catholic Church of America) ingin agar mendengarkan Pembacaan Injil
dianggap sebagai suatu sakramen pula. Jumlah, nama dan makna sakramen-sakramen serta penambahan sakramen-sakramen
baru berbeda beda antara satu denominasi dengan denominasi lainnya.
Berbagai Gereja bertradisi Katolik juga mengenal sakramental, yakni tindakan penyembahan yang berbeda dari
layaknya sakramen-sakramen, namun juga merupakan sarana-sarana rahmat. Benda-benda seperti rosario (tasbih), berbagai
macam skapulir dan medali suci termasuk dalam sakramental[11].
Pendekatan ini merupakan karakteristik teologi Ortodoks pada umumnya, dan kerap disebut "apofatik," artinya
setiap dan semua pernyataan positif mengenai Allah dan hal-hal teologis lainnya harus diimbangi dengan pernyataan-
pernyataan negatif. Misalnya, meskipun bahwasanya benar dan tepat untuk mengatakan bahwa Allah itu ada, atau bahkan
bahwa Allah adalah satu-satunya yang sungguh-sungguh ada, pernyataan-pernyataan semacam itu harus difahami juga
mengandung gagasan bahwa Allah melampaui apa yang biasanya difahami dengan istilah "ada."Meskipun demikian, para
teolog Ortodoks menulis juga mengenai adanya tujuh misteri (sakramen) "utama."
SAKRAMEN GEREJA PROTESTAN
Bagi Gereja Protestan, kata "menjadi perantara" atau "menyalurkan" digunakan hanya dengan pemahaman bahwa
sakramen adalah suatu simbol atau peringatan yang terlihat dari rahmat yang tak terlihat.
Gereja-Gereja Pentakosta klasik, kaum Injili, Nazarin dan Fundamentalis, menganut suatu bentuk imamat yang
unik. Karena alasan ini, kebanyakan dari mereka lebih suka menggunakan istilah “Fungsi Imamat” atau “Ordinansi”.
Keyakinan ini menjadikan ordinansi efektif dalam hal ketaatan dan partisipasi orang-orang percaya serta kesaksian pimpinan
dan anggota jemaat[12].
Cara pandang ini bersumber dari pengembangan konsep "imamat setiap orang percaya". Kegiatan ordinansi lebih
ditekankan peran imamat dari pada peran sakramentalnya sehingga ordinansi lebih dipandang sebagai suatu tindakan
pengorbanan yang dipersembahkan oleh orang-orang percaya dari pribadinya masing-masing, dari pada sebagai suatu ritual
yang mengandung kuasa sendiri.
G. Jenis Jenis dan Makna Sakramen
Dalam bagian ini pembahasan akan pemaknaan sakramen yang dilakukan oleh umat Kristiani yang sering mereka
lakuakn dan makna yang terdapat dalam setiap Sakramennya. Diantaranya yaitu:
Sakramen pemembaptisan
Dalam kitab injil dijelaskan (Mat 28:19, Yoh 3: 5) ini merupakan sakramen yang pertama umat kristiani, yang
mana umat yang beriman ini harus melakukan sakramen ini sebelum melakukan sakramen yang lainnya. Untuk menghapus
dosa yang dahulu yang menjadikan warisan dari orang yang pertama yaitu Nabi Adam, selain itu juga menganugrahkan
jasad jasad Kristus yang telah menyatu dengan jiwa umat Kristiani. Pembaptisan juga hanya dilakukan sekali selama seumur
hidup namun meninggalkan matrai rohani yang tidak dapat dihapuskan.
Sakramen Penguatan
(Kis 2:14-18, 9:17-19, 10:45, 19:5-6, Titus 3:4-8). Yang mana sakramen ini untuk menjadikan umat kristiani ini
mejadi Dewasa dan menjadikan sebagai saksi-saksi Kristus. Penguatan juga hanya dilakukan sekali selama seumur hidup
namun meninggalkan matrai rohani yang tidak dapat dihapuskan.
9. Sakramen Ekaristi
Sakramen ini merupakan sakramen yang bisa dikatan sakramen yang kudus atau komuni kudus. Yang mana
sakramen ini merupakan sakramen penyatuan drah dengan jiwa Kristus. Ekaristi bukanlah bukan sekedar lambang belaka
akan tetapi tubuh dan darah jiwa kristus. Dalam mukzikjat perayaan Ekaristi imam mengkonsentrasikan dengan roti dan
anggur yang menjadikan sebagai darah dan jiwanya (1 Kor 11:23-15). (Yoh 6:48 - 52) jika kita melakukan dosa berat kita
harus mengakukan dosa kita sebelum kita melakukan komuni kudus jika tidak maka komuni kudus bukan mendatangkan
rahmat bagi jiwa akan tetapi mendatangkan dosa Sakrilegi[13].
Sakramen Tobat
Merupakan sakramen pengakuan atau rekonsiliasi, kristus memberikan kekuasan kepada rasul untuk
membebaskan dosa dosa dan para rasul meneruskan kekuasaan itu kepada Uskup dan Imam. Sakramen taubat mengampunan
setelah sakramen pembaptisan ketika mengaku dosa umat beriman harus mengaku dosa dasa yang ada didirinya. Menurut
jenisnya, misalnya Perjinahan atau pencurian serta menurut jumlahnya misalnya satu kali, beberapa atu sering kali. Setelah
mengakui dosa dosanya kemudian mendengarkan nasehat dari imam, mengucapkan tobat, menerima absolusi pengmpunan
Kristus dari imam.
Sakramen Pengurapan orang Sakit
Yang mana dalam sakramen ini merupakan sakramen penyembuhan yang mana langsug pertolongan dari tuhan .
Batuan tuhan melalui keutan rohaniah menolong orang sakit menuju kesembuhan jiwa tetapi juga menuju kesembuhan
badan kalau itu sesuai kehendak allah. (Mrk 6:13 yak 5:14-15).
Sakramen Tahdisan
Yang merupakan sakramen ini untuk meneruskan suatu warisan sakramen dari para rasul. Ada tiga jenjang
sakramen Tahdisan yaitu diakon, imam, uskup. Yang boleh menerima Sakramen hanya imama dan Uskup dan
mempersembahkan koraban Missa (Mat 19:22, Luk 18:29-20, 1 Kor 7).
Sakramen Pernikahan
Dengan sakramen ini tuhan telah menganugrahkan kepada semua orang untuk saling menyayangi yang mana
dalam sakramen pernikahaan ini juga manusia diharuskan menjaga akan keharmonian yang mana dalam Khatolik
pembatalan dari pernikahaan itu bukanlah perceraian. (Mrk 10:22-12, EF 5:22-33).
H. Sakramen Sebagai dokrin penyelamatan
Sakramen menjadi lambang serta Sarana Penyelamatan manusia merupakan kehendak
Allah dan itu diwujudkandan dilaksanakan dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi sakramen induk, artinya dalam
dialah terjadi sejarah penyelamatan Allah.Kristus menjadi lambang dan sarana Allah yang menyelamatkan umat manusia.
Sekarang, tindak penyelamatan Allah itu dilanjutkan oleh Allah dalam Gereja, Tubuh Kristus.Gereja didirikan oleh
Kristus bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk tujuan penyelamatan itu. Gereja menjalankan fungsi
penyelamatan yang diembannya dalam Roh Kudus yang dijanjikan Kristus. Gereja merupakan tanda dan tempat kehadiran
Kristus[14].
Gereja adalah tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan sebagian terlaksana dalam Yesus Kristus. Oleh karena
itu, Gereja juga disebut sakramen dasar karena Kritus, kalau demikian, Gereja menjadi lambang dan sarana penyelamatan
Allah yang terwujud dalam Kristus.
I. Hubungan antara Gereja dan Sakramen
10. Sakramen – sakramen Gereja ini tidak dapat dipisahkan dari ibadat atau liturgi Gereja, karena semua sakramen-
sakramen adalah bentuk bentuk ibadat gereja. Yaitu mereka mereyakan misteri merayakan penyelamatan Allah melalui
Kristus. Melalui tanda – tanda, mereka menghasilkan rahmat yang sesuatu dengan masing masing Sakramen bagi pribadi -
pribadi yang merayakan sakramen sakramen ini.
Sejrah keselamatan adalah sejarah perjumpaan personal Allah dengan manusia dan penyingkapan penyelamatan
rencana keselamatan-Nya dalam sejarah. Yang mana perjumpaan Personal Allah dengan manusia ini yang siatifnya datang
dari Allah dan hanya dari dia, telah terpenuhi sekali untuk selamanya dalam Yesus KristuS, dalam satu Pengantara
jarak tak terbatas yang memisahkan manusia dari Allah telah dijembatani[15]. melalui misteri Paskah Kristus semua
manusia telah diselamatkan dan dipersatukan dengan Allah.
Dengan demikian ada dua pengeshan Fundamental baerkaitan dengan ajaran gereja tentang Sakramen yang
pertama, Gereja adalah Tempat meyimpan tanda tanda yang ditetapkan oleh Kristus, yang dipercayakan-Nya pada Gereja
supaya dipelihara dan dirayakan dengan setia. Yang kedua, Tanda-tanda ini, karena mereka adalah tanda tanda tindakan
Kristus yang mulia, merupakan tanda tanda yang berdaya rahmat. Dirancang oleh-Nya untuk mengkomunikasikan
penyelamatan-Nya dan dianggap-Nya sebagai tindakan-Nya sendiri, tanda tanda itu tidak di halangi dalam validasi mereka
oleh kelemahan manusiawi dari para pelayannya, sejauh mereka bermaksud untuk mengkomunikasikan apa yang telah
dipercayakan Kristus pada Gereja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas yang mana dalam pengertian gereja itu merupakan misi yang memenag datang dari Allah
untuk menuntun dan membebaskan manusia dari dosan, selain itu juga manusia akan dibimbing oleh Roh kudus. Dari pada
itu juga dalam hubungan bahwa geresa merupakan tubuh kristus dikarnakan gereja merupakan sekumpulan umat yang
mempercayai akan Kristus itu sendiri.
Dalam pembahasan akan sakramen yang ditas bisa kita ambil dari iti sari nya yaitu bahwa mereka melakukan
Sakaramen Pembaptisan terlebih dahulu. Bagi orang yang beriman dia diwajibkan melakukan Sakramen Pembaptisan
terlebih dahulu sebelum melakukan sakramen yang lainnya
Daftar pustaka
11. Sudarmi. R, Ikhtisar Dogmatika, 1982, BPK Gunung Mulya- Jakarta
Berkhof .H, Iman Kristen, Momentum, Surabaya 2010.
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2009
G.C. van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 2008
Erickson, Millard J., 1985. Christian Theology. Edisi Indonesia diterjemahkan (1998), 3 jilid, Penerbit Gandum Mas Malang
[1] Di dalam PB kata yang dipakai untuk menyebutkan persekutuan para orang beriman adalahekklesia,
yang berarti rapatatau perkumpulan yang terdiri dari orang-orang yang dipanggil untuk berkumpul.Mereka
berkumpul karena dipanggil atau dikumpulkan
[2] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta:BPK-GM, 2009, hlm 380
[3] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta:BPK-GM, 2009, hlm 412
[4] Berkhof .H, Iman Kristen, Momentum, Surabaya 2010, hlm 223
[5] Ibid h 234
[6] Sudarmi. R, Ikhtisar Dogmatika, 1982, BPK Gunung Mulya- Jakarta
[7] Ibid h 342
[8] Sudarmi. R, Ikhtisar Dogmatika, 1982, BPK Gunung Mulya- Jakarta
[9] Berkhof .H, Iman Kristen, Momentum, Surabaya 2010.
[10] Ibid hlm 90
[11] Erickson, Millard J., 1985. Christian Theology. Edisi Indonesia diterjemahkan (1998), 3
jilid, Penerbit Gandum Mas Malang
[12] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2009
[13] Ibid hlm 126
[14] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2009
[15] Sudarmi. R, Ikhtisar Dogmatika, 1982, BPK Gunung Mulya- Jakarta