SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
TUGAS CRITICAL JURNAL REVIEW
Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam
Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya
Disusun Oleh :
- ElisElis mawati Buulolo (4173331017)
- Linda Rosita (4173131020)
- Sonia Kinanti Sihombing (4173331046)
- Vizny Grace Irene Damanik (4173331048)
- Nico Romualdo Tinambunan (4173331034)
Dosen Pengampu : Salwa Rezeqi, S.Pd, M. Pd
Mata Kuliah : Biologi Sistem
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
3. Tujuan Percobaan............................................................................................ 1
BAB IIPEMBAHASAN
1. Identitas jurnal ............................................................................................... 2
2. Ringakasan jurnal .......................................................................................... 2
BAB III METODE DAN HASIL ANALISIS
1. Metode penelitian .......................................................................................... 5
2. Hasil analisis .................................................................................................. 5
BAB IVKELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. Kelebihan ....................................................................................................... 7
2. Kekurangan .................................................................................................... 7
BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah Critical jurnal review (CJR) kami ini, tak lupa pula
shalawat bertangkaikan salam kami hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi
besar kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga kita
menjadi salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian CJR ini tidak terlepas dari peran dan
sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnyakepada semua pihak yang membantu
kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Biologi sistem Salwa Rezeqi, S.Pd,
M. Pd yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas CJR ini, dengan
selesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini nantinya bisa menjadi bukti bahwa kami telah
melaksanakan eksperimen yang dilaksanakan pada 24-29 Agustus 2017. Semoga makalah ini
bermanfaat. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat. Amin.
Medan, 27September 2017
TIM PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Semua mahluk hidup memerlukan unsur anorganik atau mineral untuk proses kehidupan yang
normal. Semua jaringan ternak dan makanan atau pakan mengandung mineral dalam jumlah dan
proporsi yang sangat beragam.
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di
samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon
berubah menjadi gas karbon dioksida (CO hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap
Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa
anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga
terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987).
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua
mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial
yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja
enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan,
yaitu mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro
yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan
dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral non esensial adalah logam yang perannya dalam tubuh
makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya
tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Unsur mineral?
2. Bagaimana penggolongan mineral dalam tubuh ?
3. Mineral apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh?
4. Bagamana peranan mikro esensial bagi tubuh?
5. Apa saja penyakit defisiensi yang ditimbulkan oleh mikro essensial ?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui apa ituUnsur mineral
2. Untuk mengetahui apa saja penggolongan mineral dalam tubuh
3. Untuk mengetahui mineral apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh
4. Untuk memahami peranan mikro esensial bagi tubuh
5. Untuk mengetahui penyakit defisiensi yang ditimbulkan oleh mikro essensial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Jurnal
Judul : Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan
MetodeAnalisisnya
Nama Jurnal : Jurnal Litbang Pertanian
Downdload :http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3273084.pdf(diakses
pada tanggal 23 September 2017, pukul 20.00 WIB)
Volume : Volume. 27 No. 3
Tahun : 2008
Penulis : Zainal Arifin
Tanggal di Review : 26 September 2017
2.2 Ringkasan Jurnal
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di
samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon
berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap
nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa
anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga
terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987). Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat
dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada
mineral esensialdan nonesensial.
Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup
untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh
terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk
membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam
jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral
ini biasanya terikatdengan protein, termasuk enzim untukproses metabolisme tubuh, yaitu kalsium(Ca),
fosforus (P), kalium (K), natrium (Na),klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg),besi (Fe), tembaga
(Cu), seng (Zn), mangan(Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium(Se).
Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan
kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh
makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga dapat
menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988; Spears 1999; Inoue et al. 2002). Logam
tersebut bahkan sangatberbahaya bagi makhluk hidup, sepertitimbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik
(As),kadmium (Cd), dan aluminium (Al)(Gartenberg et al. 1990; Darmono 1995;Spears 1999).
A. PERAN MINERAL MIKRO ESENSIAL DALAM TUBUH
No Mineral Fungsi Sumber
1 Besi (Fe) Membentuk hemoglobin dan
Telur, tanah, makanan hijauan
Telur, tanah, makanan hijauan dan
butiran, injeksi besi,
enzim babi, FeSO4
2 Tembaga (Cu) Eritropoiesis, susunan Co enzim,
fungsi jantung yang
baik, pigmentasi bulu, reproduksi
Bahan makanan dan CuSO4
0,25−0,50%) CuSO4 ditambahkan pada
garam
3 Iodin (I) Membentuk hormon trioksin,
Garam beriodin (kalium iodida
Garam beriodin (kalium iodida pada
garam, minyak ikan)
4 Kobalt (Co) Bagian dari vitamin B12 Pelet kobalt (untuk ruminansia), 0,50
ppm garam ditambahkan pada ransum
(injeksi vitamin B12 untuk
menghilangkan defisiensi kobalt)
5 Seng (Zn) Carbonic anhydrase ZnO atau ZnCO3 ditambahkan pada
ransum pekan hijauan
Sumber: McDonald et al. (1988)
B. PENYAKIT DEFISIENSI MINERAL MIKRO ESENSIAL
Penyakit akibat kekurangan tembaga menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga
mengakibatkan gangguan pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu, gangguan
saluran pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang belakang (Graham 1991; Engle et al.
2001; Sharma et al. 2003; Chung et al. 2004).
Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan besi dalam saluran
pencernaan. Bila cadangan besi tidak mencukupi dan berlangsung terus-menerus maka pembentukan
sel darah merah berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992).
Penyuntikan garam besi dapat mencegah kekurangan besi pada ternak (Ahmed et al. 2002).
Kekurangan kobalt hanya terjadi pada hewan ruminansia. Gejalanya ialah hewan malas, nafsu
makan berkurang, bobot badan menurun, lemah, anemia yang bersifat normositik dan normokronis
dan kemudian mati (Graham 1991; Hussein et al. 1994; Stangl et al. 1999). Gejala akan timbul
beberapa bulan kemudian, karena hewan memiliki cadangan vitamin B12 dalam hati dan ginjal
sebagai sumber kobalt. Pemberian pakan yang mengandung kobalt dapat mencegah kekurangan
kobalt pada ternak (Puls 1994; Ahmed et al. 2002)..
Pada hewan yang kekurangan iodin, produksi tiroksin pada kelenjar tiroid menurun, yang
dicirikan oleh pembesaran kelenjar tiroidea yang disebut goiter endemis. Karena kelenjar tiroidea
terdapat pada leher maka pada hewan yang menderita defisiensi iodin akan terjadi pembengkakan
pada leher. Penyakit ini dapat mengganggu daya reproduksi akibat fungsi tiroid menurun. Bila induk
melahirkan anak maka anak yang dilahirkan tidak berbulu, lemah, dan mati muda (Graham 1991;
Sandstead et al. 1998).
Defisiensi seng sering ditemukan pada anak ayam, dengan gejala pertumbuhan terganggu, tulang
kaki memendek dan menebal, sendi kaki membesar, penyerapan makanan menurun, nafsu makan
hilang, dan dalam keadaan parah menyebabkan kematian Pada babi, akibat defisiensi seng yang
penting adalah dermitis yang disebut parakeratosis. Penyakit tersebut ditandai dengan luka-luka
pada kulit, pertumbuhan terganggu, kelemahan, muntah-muntah, dan kegatalan. Defisiensi seng
pada anak sapi ditandai dengan peradangan pada hidung dan mulut, pembengkakan persendian, dan
parakeratosis (Mills 1987; Darmono dan Bahri 1989). Defisiensi seng dapat mengganggu
penghancuran mikroba (ingestion) dan fagositosis, juga menghambat penyembuhan luka. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya kejadian infestasi parasit cacing nematoda (Fraker et al. 1986;
Sandstead et al. 1998 ).
C. KERACUNAN NYAKIT DEFISIENSI MINERAL MIKRO ESENSIAL
Daya racun logam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kadar logam yang termakan,
lamanya ternak mengkonsumsi logam, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan, kondisi
tubuh, dan kemampuan jaringan tubuh dalam mengkonsumsi logam tersebut Logam yang dapat
meracuni ternak meliputi logam esensial seperti Cu dan Zn serta logam nonesensial seperti Hg, Pb,
Cd, dan As.
Keracunan logam pada hewan dapat terjadi melalui injeksi, air minum maupun melalui pakan.
Keracunan logam mempengaruhi produksi, yaitu penurunan bobot badan, hambatan pertumbuhan,
peka terhadap penyakit infeksi, dan kematian. Di samping itu, residu logam dapat menurunkan
kualitas produk ternak.
Keracunan tembaga terjadi bila logam tersebut langsung kontak dengan dinding usus sehingga
menimbulkan radang (gastroenteristis), tinja berbentuk cair dan berwarna biru-kehijauan, ternak
menjadi stres dan akhirnya mati. Menurut Bostwick (1982),
keracunan kronis atau fatal terjadi bila domba mengkonsumsi 1,50 g Cu/ekor/hari selama 30
hari. Keracunan kronis bersumber dari pakan yang terkontaminasi Cu atau kelebihan Cu yang
disimpan dalam hati. Keracunan kronis politogenus dapat terjadi pada hewan yang merumput
dipadang penggembalaan yang hijauannya mengandung Cu normal (10−20 mg Cu/kg berat kering),
tetapi kandungan sulfatnya berlebih dan atau kandungan molibdenum (Mo) kurang pabrik.
Pada anak kuda dan babi, keracunan seng menyebabkan lamenes, antriftines, dan osteomalasea,
sedangkan pada kelinci menunjukkan gejala nefrosis dan pada anak domba menyebabkan fibrosis
pankreas. Kuda yang hidup di daerah pertambangan menunjukkan gejala osteomalasea, kalkulis
renalis, dan proteinuria melaporkan bahwa anak kuda yang digembalakan pada padang rumput yang
dekat daerah industri menunjukkan gejala pembentukan tulang abnormal yaitu pembesaran tulang.
BAB III
METODE DAN HASIL ANALISIS
3.1 Metode
Beberapa metode analisis logam telah ditemukan, meliputi metode kualitatif (untuk mengetahui
ada tidaknya logam dalam sampel) dan kuantitatif (untuk me-ngetahui kandungan logam dalam
sampel). Metode sensitif dan spesifik merupakan dasar dalam mengukur kadar logam pada
konsentrasi yang sangat rendah. Dengan sensitivitas analisis yang tinggi akan diketahui jenis logam
dan pengaruhnya terhadap sistem biologis hewan (Ewing 1990; Darmono 1995).
Alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan logam dalam sampel ber-gantung pada jenis
logam yang diperiksa dan tingkat sensitivitas pengukuran yang diperlukan. Umumnya logam diukur
dengan sistem atomisasi dan kalorimetri.
Serapan Atom (SSA) merupakan salah satu teknik anali-sis untuk mengukur jumlah unsur ber-
dasarkan jumlah energi cahaya yang diserap oleh unsur tersebut dari sumber cahaya yang
dipancarkan. Prinsip kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang
terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari
sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hollow cathode lamp) yang mengandung unsur
yang akan dianalisis. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang
tertentu menurut jenis logam.
3.2 Hasil Analisis
1. Bahan yang Dianalisis
Jenis bahan yang dianalisis bermacam-macam, meliputi bahan nabati (tanaman, bahan pakan
dan pangan), bahan hewani (daging, hati, ginjal, darah, rambut), serta bahan air dan sedimen (air
minum, air laut, dan endapan laut). Pada dasarnya, metode analisis logam pada bahan tersebut
hampir sama, tetapi caranya agak berbeda karena
komposisi kimia bahan tersebut berbeda; misalnya bahan nabati banyak mengan-dung selulosa,
sedangkan bahan hewani banyak mengandung unsur organik. Oleh karena itu, ekstraksi atau digesti
memer-lukan cara yang khusus untuk setiap bahan maupun jenis logam (Ewing 1990; Darmono
1995).
 Bahan nabati, pakan, dan pangan
Termasuk dalam bahan ini ialah daun, rerumputan, sisa pakan, makanan, dan se-bagainya.
Digesti atau ekstraksi dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan sistem kering atau basah.
Digesti kering (pengabuan). Cawanporselen yang bersih direndam dalam HNO3 10% dan
dibilas dengan akuades lalu dikeringkan dan ditimbang. Selan-jutnya sampel dimasukkan ke
dalamnya dan ditimbang, lalu dikeringkan dalam oven 60oC selama 3 hari. Sampel ditimbang lagi
dan dihitung berat keringnya. Berat sampel diusahakan sekitar 3−5 g. Setelah dingin, sampel
dimasukkan ke dalam furnase pada suhu 100oC dan perlahan-lahan dinaikkan sampai 550oC
minimal selama 8 jam. Sampel lalu didinginkan dan dilarutkan dalam asam khlorida pekat 10 ml,
lalu dipanaskan sampai volume tinggal 5 ml. Sampel lalu dilarutkan dalam HCl 10%, kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur melalui kertas saring Whatman 42 dengan menggunakan corong
plastik sampai volume menjadi 50 ml, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik SSA.
Digesti basah. Sampel dengan berat 2−5 gdimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, kemudian
ditambahkan campuran HNO3 pekat: HClO4 = 4 : 1 sebanyak 10 ml dan ditutup dengan gelas erlogi
(1 malam), lalu dipanaskan di atas hotplate pada suhu 115oC selama 6−8 jam sampai larutan
berwarna bening. Larutan hasil destruksi lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan ditambah
HNO3 10% sampai tanda batas. Larutan tersebut siap untuk pengukuran dengan SSA (Ewing 1990;
Darmono 1995).
 Bahan organ hewan dan manusia
Yang termasuk dalam bahan ini antara lain adalah jaringan hati, ginjal, dan daging.
Sampel dapat dalam bentuk kering atau basah, tetapi dalam perhitungan harus diberi keterangan
berat kering atau berat basah (Ewing 1990; Darmono 1995).
Digesti 1. Sampel dimasukkan dalamcangkir porselen bersih kemudian dikeringkan, ditambah 8
ml HNO3 pekat kemudian dipanaskan di atas hotplate pada suhu 75oC selama 3 jam atau lebih dan
dibiarkan mengering. Sampel lalu dilarutkan dalam HNO3 10%, disaring melalui kertas Whatman
42, dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume 50 ml, kemudian dianalisis dengan
menggunakan SSA.
Digesti 2. Sampel dengan berat 2−5 gdimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan ditutup dengan gelas erlogi (1 malam), lalu dipanaskan di atas
hotplate pada suhu 115oC selama 6−8 jam sampai larutan berwarna bening. Larutan hasil destruksi
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambah HNO3 10% sampai tanda batas. Larutan siap
untuk dilakukan pengukuran dengan SSA (Ewing 1990; Darmono 1995).
 Bahan darah
Ada tiga bentuk sampel darah untuk analisis logam, yaitu plasma, serum, dan darah keseluruhan.
Sampel dalam bentuk plasma dan serum tidak perlu digesti dan dapat langsung diencerkan. Untuk
analisis Ca dan Mg, semua sampel dilarutkan dalam LaCl3 dan HCl dengan prosedur sebagai
berikut: 0,10 ml sampel dilarutkan dalam 5 ml dari 1% LaCl3 dalam 0,10 M HCl, kemudian dibaca
dalam SSA. Untuk analisis Cu dan Zn, prosedurnya sebagai berikut: 2 ml sampel dilarutkan dalam 4
ml akuabides kemudian dianalisis menggu-nakan SSA dengan larutan standar Cu dan Zn yang
dilarutkan dalam gliserol 10% (Osheim 1983; Darmono 1995).
2. Interpretasi Hasil
Dalam menginterpretasikan hasil analisis kandungan logam dalam sampel, perlu diketahui
kandungan normal logam tersebut. Jika kandungan logam esensial pada sampel sangat rendah,
diduga terjadi penyakit defisiensi. Sebaliknya, bila kandungan logam nonesensial melebihi normal
diduga terjadi keracunan.
3. Defisiensi
Diagnosis defisiensi logam biasanya dilakukan dengan menganalisis serum atau darah, yang
mempunyai kriteria kandungan tertentu pada masing-masing hewan. Berdasarkan hasil penelitian,
penyakit defisiensi dan keracunan mineral merupakan salah satu penghambat per-tumbuhan ternak.
Oleh karena itu, upaya penanggulangan penyakit tersebut adalah dengan memberikan mineral
tambahan pada pakan dengan jumlah sesuai yang diperlukan ternak. Namun, kandungan mineral
dalam tubuh ternak (serum) dan pakan tambahan yang akan diberikan perlu dievaluasi terlebih
dahulu agar pemberian mineral tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.
BAB IV
Penilaian
4.1 Keunggulan
1. Dalam ringkasan materi sudah sangat jelas dan sesuai dengan judul materi.
2. Tidak terlalu banyak halaman jurnalnya sehingga mudah dalam mengkritik .
3. Dilengkapi dengan data dan sumber yang jelas .
4.2 Kelemahan
1. Bahasa yang terdapat dalam jurnal sulit dipahami kosa katanya. Oeh karena itu, kita harus
mencari tahu apa arti dari tiap kosa kata yang rumit
2. Hasil dari penelitian nya kurang sempurna tidak disertai dengan hasil akhirnya
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis,
dan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral mikro esensial
mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan. Mineral makro dibutuhkan
tubuh dalam jumlah besar, yang terdiri atas kalsium, klorin, magnesium, kalium, fosforus, natrium,
dan sulfur. Mineral mikro diperlukan tubuh dalam jumlah kecil, seperti kobalt, tembaga, iodin, besi,
mangan, selenium, dan seng. Keperluan optimum akan berbagai mineral tersebut belum banyak
diketahui dengan pasti, sedangkan mineral mikro dapat ditemukan pada berbagai bagian tubuh
walaupun dalam jumlah sedikit. Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial dapat
menyebabkan penyakit. Kekurangan (defisiensi) mineral, baik pada manusia maupun hewan, dapat
menyebabkan penyakit. Sebaliknya pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat
menimbulkan gejala keracunan. Analisis kandungan mineral dalam jaringan biologik dengan
metode spektrofotometri serapan atom dapat mendiagnosis kasus defisiensi atau keracunan mineral.
Penyakit defisiensi mineral serta keracunan pada ternak, baik ruminansia maupun
nonruminansia, merupakan salah satu kendala dalam perkembangan ternak. Oleh karena itu, status
mineral mikro perlu diperhatikan, dan kadarnya dalam tubuh hewan (serum) maupun pakan yang
akan diberikan dianalisis dengan menggunakan SSA. Pemberian mineral mikro esensial dalam
pakan harus sesuai dengan kebutuhan hewan atau ternak untuk mencegah terjadinya penyakit
defisiensi atau keracunan.
B. Saran
Seharusnya penulis lebih teliti lagi dalam menulis jurnalnya karena di dalam jurnal masih banyak
terdapat kesalahan seperti bahasanya dan kata-katanya. Dan penulis seharusnya lebih banyak lagi
belajar.
Tugas dan Pertanyaan
1. Uraikan lah secara ringkas hal-hal penting yang disampaikan didalam jurnal yang telah anda
baca !
Jawab :
Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis,
dan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro.
 Mineral mikro esensial mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan.
Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, yang terdiri atas kalsium, klorin,
magnesium, kalium, fosforus, natrium, dan sulfur.
 Mineral mikro diperlukan tubuh dalam jumlah kecil, seperti kobalt, tembaga, iodin, besi,
mangan, selenium, dan seng. Keperluan optimum akan berbagai mineral tersebut belum
banyak diketahui dengan pasti, sedangkan mineral mikro dapat ditemukan pada berbagai
bagian tubuh walaupun dalam jumlah sedikit.
 Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial dapat menyebabkan penyakit.
Kekurangan (defisiensi) mineral, baik pada manusia maupun hewan, dapat menyebabkan
penyakit.
 Pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan. Analisis
kandungan mineral dalam jaringan biologik dengan metode spektrofotometri serapan atom
dapat mendiagnosis kasus defisiensi atau keracunan mineral.
 Status mineral mikro perlu diperhatikan, dan kadarnya dalam tubuh hewan (serum) maupun
pakan yang akan diberikan dianalisis dengan menggunakan SSA. Pemberian mineral mikro
esensial dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan hewan atau ternak untuk mencegah
terjadinya penyakit defisiensi atau keracunan.
2. Bagaimana kesesuaian hasil penelitian didalam jurnal dengan materi metabolisme dengan yang
ada dibuku biologi umum 1 !
Jawab :
Didalam buku biologi umum 1 membahas mengenai komposisi penyusun kimia yang terdiri
dari unsur-unsur kimia . membahas mengenai protein, enzim, dan beberapa senyawa lainnya.
Dan dalam jurnal yang kami kutip juga membahas mengenai komposisi unsur mineral mikro
esensial yang berhubungan dengan materi di biologi umum 1. Jadi , menurut jurnal dengan
materi di buku sesuai .
Daftar Pustaka
Zainal Arifin, 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode
Analisisnya , Jurnal Litbang Pertanian,27 (3)
Ediyunasri, 2012, Mineral makro dan Mineral mikro,
http://ediyunasri.blogspot.co.id/2012/09/mineral-makro-dan-mineral-mikro.html (diakses pada
tanggal 26 September 2017 pada pukul 21.00 WIB)
http://srisumarnimarsuki.blogspot.co.id/2012/06/mineral-mikro.html(diakses pada tanggal 26
September 2017 pada pukul 21.00 WIB)
Simanjutak, Tiurma PT, 2014, komponen gisi dan terapi pangan ala papua, deepublish,
Yogyakarta,

More Related Content

What's hot

makalah biologi tentang materi kehidupan
makalah biologi tentang materi kehidupanmakalah biologi tentang materi kehidupan
makalah biologi tentang materi kehidupansuyono fis
 
Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)Hilma Ahdiah
 
Sejarah perkembangan biokimua
Sejarah perkembangan biokimuaSejarah perkembangan biokimua
Sejarah perkembangan biokimuaBoy Ballo
 
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunFungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunIstikomah Umardani
 
Mineral
MineralMineral
Mineralevias
 
Kelompok 1 pengantar biokimia dan biomolekul
Kelompok 1   pengantar biokimia dan biomolekulKelompok 1   pengantar biokimia dan biomolekul
Kelompok 1 pengantar biokimia dan biomolekulFitra Aris Munandar
 
Biokimia mengenai mineral
Biokimia mengenai mineralBiokimia mengenai mineral
Biokimia mengenai mineralMeri Septiani
 
Zat Gizi Mineral Makro-Mikro
Zat Gizi Mineral Makro-MikroZat Gizi Mineral Makro-Mikro
Zat Gizi Mineral Makro-MikroSilmi Mufidah
 
Analisis protein
Analisis proteinAnalisis protein
Analisis proteinOvi Ardiana
 
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudianaVinusKey
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianperdos5 cuy
 
PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO salma fitri
 
Tugas biokim ppt
Tugas biokim pptTugas biokim ppt
Tugas biokim pptinamaliaris
 
netnot unej
netnot unejnetnot unej
netnot unejnetnot
 

What's hot (20)

Pengantar biokimia
Pengantar biokimiaPengantar biokimia
Pengantar biokimia
 
makalah biologi tentang materi kehidupan
makalah biologi tentang materi kehidupanmakalah biologi tentang materi kehidupan
makalah biologi tentang materi kehidupan
 
Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)
 
Mineral Mikro
Mineral MikroMineral Mikro
Mineral Mikro
 
Sejarah perkembangan biokimua
Sejarah perkembangan biokimuaSejarah perkembangan biokimua
Sejarah perkembangan biokimua
 
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunFungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Kelompok 1 pengantar biokimia dan biomolekul
Kelompok 1   pengantar biokimia dan biomolekulKelompok 1   pengantar biokimia dan biomolekul
Kelompok 1 pengantar biokimia dan biomolekul
 
Biokimia mengenai mineral
Biokimia mengenai mineralBiokimia mengenai mineral
Biokimia mengenai mineral
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Zat Gizi Mineral Makro-Mikro
Zat Gizi Mineral Makro-MikroZat Gizi Mineral Makro-Mikro
Zat Gizi Mineral Makro-Mikro
 
Analisis protein
Analisis proteinAnalisis protein
Analisis protein
 
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
 
M i n e r a l
M i n e r a l M i n e r a l
M i n e r a l
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO
 
mineral mikro
mineral mikromineral mikro
mineral mikro
 
Tugas biokim ppt
Tugas biokim pptTugas biokim ppt
Tugas biokim ppt
 
netnot unej
netnot unejnetnot unej
netnot unej
 

Similar to Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya

Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaAlbert Tiar
 
Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)
Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)
Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)noviyanty
 
BAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdfBAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdfWan Na
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 
Falsafah BioKimia
Falsafah BioKimiaFalsafah BioKimia
Falsafah BioKimiaIbnu Masud
 
Falsafah BioKimia
Falsafah BioKimiaFalsafah BioKimia
Falsafah BioKimiaIbnu Masud
 
pdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdf
pdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdfpdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdf
pdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdfAgathaHaselvin
 
Function of minerals
Function of mineralsFunction of minerals
Function of mineralsdyahruri
 
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleksandragrup01
 

Similar to Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya (20)

Mineral Unsur Mikro
Mineral Unsur MikroMineral Unsur Mikro
Mineral Unsur Mikro
 
Mineral dalam tubuh
Mineral dalam tubuh Mineral dalam tubuh
Mineral dalam tubuh
 
Kimia pangan : mineral
Kimia pangan : mineralKimia pangan : mineral
Kimia pangan : mineral
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 
MINERAL.pptx
MINERAL.pptxMINERAL.pptx
MINERAL.pptx
 
Mineral dan air
Mineral dan airMineral dan air
Mineral dan air
 
PERTEMUAN 1.pptx
PERTEMUAN 1.pptxPERTEMUAN 1.pptx
PERTEMUAN 1.pptx
 
Iodium [autosaved]
Iodium [autosaved]Iodium [autosaved]
Iodium [autosaved]
 
toksikologi-logam-berat.ppt
toksikologi-logam-berat.ppttoksikologi-logam-berat.ppt
toksikologi-logam-berat.ppt
 
Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)
Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)
Kimia anorganik (senyawa komplek) (1)
 
BAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdfBAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdf
BAHAN BACAAN BAB 5 Nutrisi dan Media Pertumbuhan Utk Mikroba.pdf
 
M18 kelompok 7 nutrisi tanaman
M18 kelompok 7 nutrisi tanamanM18 kelompok 7 nutrisi tanaman
M18 kelompok 7 nutrisi tanaman
 
1. KOMPONEN KIMIAWI SEL.ppt
1. KOMPONEN KIMIAWI SEL.ppt1. KOMPONEN KIMIAWI SEL.ppt
1. KOMPONEN KIMIAWI SEL.ppt
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 
Falsafah BioKimia
Falsafah BioKimiaFalsafah BioKimia
Falsafah BioKimia
 
Falsafah BioKimia
Falsafah BioKimiaFalsafah BioKimia
Falsafah BioKimia
 
pdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdf
pdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdfpdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdf
pdf_nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba-nutrisi_mikroba.pdf
 
Function of minerals
Function of mineralsFunction of minerals
Function of minerals
 
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
 

More from Linda Rosita

CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWCJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWLinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESLinda Rosita
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...Linda Rosita
 
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENPPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENLinda Rosita
 
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYAMAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYALinda Rosita
 
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYACBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYALinda Rosita
 
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMLinda Rosita
 
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANPENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANLinda Rosita
 
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASIKONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASILinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASALinda Rosita
 
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIAANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIALinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASALinda Rosita
 
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASALinda Rosita
 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPLinda Rosita
 
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALTERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALLinda Rosita
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairLinda Rosita
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISLinda Rosita
 
PEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGPEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGLinda Rosita
 

More from Linda Rosita (20)

CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTWCJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
CJR PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA MODEL PBL DAN TTW
 
ANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TESANALISIS INSTRUMEN TES
ANALISIS INSTRUMEN TES
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
 
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGENPPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
PPT POWER POINT UNSUR NITROGEN
 
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYAMAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
MAKALAH HIDROGEN DAN TURUNANNYA
 
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYACBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
CBR STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN UNSUR BORON DAN SENYAWANYA
 
CBR BORON
CBR BORONCBR BORON
CBR BORON
 
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
 
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIANPENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
PENENTUAN SKOR DAN MENGOLAH DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN
 
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASIKONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
 
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN ASAM BASA
 
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIAANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
 
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN TES DAN NON TES POKOK BAHASAN ASAM BASA
 
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASAANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
ANALISIS INSTRUMEN SOAL ASAM BASA
 
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROPREKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
REKAYASA IDE DESTILASI AZEOTROP
 
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERALTERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
TERMODINAMIKA DALAM MEMAHAMI PROSES PENGOLAHAN MINERAL
 
Kromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cairKromatografi vakum cair
Kromatografi vakum cair
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
 
PEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTINGPEMISAHAN ZONE MELTING
PEMISAHAN ZONE MELTING
 
CBR ZONE MELTING
CBR ZONE MELTINGCBR ZONE MELTING
CBR ZONE MELTING
 

Recently uploaded

Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxMuhammadSatarKusumaS
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energiZulfiWahyudiAsyhaer1
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 

Recently uploaded (10)

Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 

Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya

  • 1. TUGAS CRITICAL JURNAL REVIEW Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya Disusun Oleh : - ElisElis mawati Buulolo (4173331017) - Linda Rosita (4173131020) - Sonia Kinanti Sihombing (4173331046) - Vizny Grace Irene Damanik (4173331048) - Nico Romualdo Tinambunan (4173331034) Dosen Pengampu : Salwa Rezeqi, S.Pd, M. Pd Mata Kuliah : Biologi Sistem PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017
  • 2. DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang masalah................................................................................... 1 2. Rumusan Masalah........................................................................................... 1 3. Tujuan Percobaan............................................................................................ 1 BAB IIPEMBAHASAN 1. Identitas jurnal ............................................................................................... 2 2. Ringakasan jurnal .......................................................................................... 2 BAB III METODE DAN HASIL ANALISIS 1. Metode penelitian .......................................................................................... 5 2. Hasil analisis .................................................................................................. 5 BAB IVKELEBIHAN DAN KEKURANGAN 1. Kelebihan ....................................................................................................... 7 2. Kekurangan .................................................................................................... 7 BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 8 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9
  • 3. KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah Critical jurnal review (CJR) kami ini, tak lupa pula shalawat bertangkaikan salam kami hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi besar kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga kita menjadi salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin. Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian CJR ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnyakepada semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Biologi sistem Salwa Rezeqi, S.Pd, M. Pd yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas CJR ini, dengan selesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini nantinya bisa menjadi bukti bahwa kami telah melaksanakan eksperimen yang dilaksanakan pada 24-29 Agustus 2017. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin. Medan, 27September 2017 TIM PENYUSUN
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Semua mahluk hidup memerlukan unsur anorganik atau mineral untuk proses kehidupan yang normal. Semua jaringan ternak dan makanan atau pakan mengandung mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat beragam. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987). Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral non esensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Unsur mineral? 2. Bagaimana penggolongan mineral dalam tubuh ? 3. Mineral apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh? 4. Bagamana peranan mikro esensial bagi tubuh? 5. Apa saja penyakit defisiensi yang ditimbulkan oleh mikro essensial ? 1.3 Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui apa ituUnsur mineral 2. Untuk mengetahui apa saja penggolongan mineral dalam tubuh 3. Untuk mengetahui mineral apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh 4. Untuk memahami peranan mikro esensial bagi tubuh 5. Untuk mengetahui penyakit defisiensi yang ditimbulkan oleh mikro essensial
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Identitas Jurnal Judul : Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan MetodeAnalisisnya Nama Jurnal : Jurnal Litbang Pertanian Downdload :http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3273084.pdf(diakses pada tanggal 23 September 2017, pukul 20.00 WIB) Volume : Volume. 27 No. 3 Tahun : 2008 Penulis : Zainal Arifin Tanggal di Review : 26 September 2017 2.2 Ringkasan Jurnal Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987). Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensialdan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral ini biasanya terikatdengan protein, termasuk enzim untukproses metabolisme tubuh, yaitu kalsium(Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na),klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg),besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan(Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium(Se). Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988; Spears 1999; Inoue et al. 2002). Logam tersebut bahkan sangatberbahaya bagi makhluk hidup, sepertitimbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As),kadmium (Cd), dan aluminium (Al)(Gartenberg et al. 1990; Darmono 1995;Spears 1999). A. PERAN MINERAL MIKRO ESENSIAL DALAM TUBUH No Mineral Fungsi Sumber 1 Besi (Fe) Membentuk hemoglobin dan Telur, tanah, makanan hijauan Telur, tanah, makanan hijauan dan butiran, injeksi besi, enzim babi, FeSO4
  • 6. 2 Tembaga (Cu) Eritropoiesis, susunan Co enzim, fungsi jantung yang baik, pigmentasi bulu, reproduksi Bahan makanan dan CuSO4 0,25−0,50%) CuSO4 ditambahkan pada garam 3 Iodin (I) Membentuk hormon trioksin, Garam beriodin (kalium iodida Garam beriodin (kalium iodida pada garam, minyak ikan) 4 Kobalt (Co) Bagian dari vitamin B12 Pelet kobalt (untuk ruminansia), 0,50 ppm garam ditambahkan pada ransum (injeksi vitamin B12 untuk menghilangkan defisiensi kobalt) 5 Seng (Zn) Carbonic anhydrase ZnO atau ZnCO3 ditambahkan pada ransum pekan hijauan Sumber: McDonald et al. (1988) B. PENYAKIT DEFISIENSI MINERAL MIKRO ESENSIAL Penyakit akibat kekurangan tembaga menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga mengakibatkan gangguan pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu, gangguan saluran pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang belakang (Graham 1991; Engle et al. 2001; Sharma et al. 2003; Chung et al. 2004). Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan besi dalam saluran pencernaan. Bila cadangan besi tidak mencukupi dan berlangsung terus-menerus maka pembentukan sel darah merah berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992). Penyuntikan garam besi dapat mencegah kekurangan besi pada ternak (Ahmed et al. 2002). Kekurangan kobalt hanya terjadi pada hewan ruminansia. Gejalanya ialah hewan malas, nafsu makan berkurang, bobot badan menurun, lemah, anemia yang bersifat normositik dan normokronis dan kemudian mati (Graham 1991; Hussein et al. 1994; Stangl et al. 1999). Gejala akan timbul beberapa bulan kemudian, karena hewan memiliki cadangan vitamin B12 dalam hati dan ginjal sebagai sumber kobalt. Pemberian pakan yang mengandung kobalt dapat mencegah kekurangan kobalt pada ternak (Puls 1994; Ahmed et al. 2002).. Pada hewan yang kekurangan iodin, produksi tiroksin pada kelenjar tiroid menurun, yang dicirikan oleh pembesaran kelenjar tiroidea yang disebut goiter endemis. Karena kelenjar tiroidea terdapat pada leher maka pada hewan yang menderita defisiensi iodin akan terjadi pembengkakan pada leher. Penyakit ini dapat mengganggu daya reproduksi akibat fungsi tiroid menurun. Bila induk melahirkan anak maka anak yang dilahirkan tidak berbulu, lemah, dan mati muda (Graham 1991; Sandstead et al. 1998). Defisiensi seng sering ditemukan pada anak ayam, dengan gejala pertumbuhan terganggu, tulang kaki memendek dan menebal, sendi kaki membesar, penyerapan makanan menurun, nafsu makan hilang, dan dalam keadaan parah menyebabkan kematian Pada babi, akibat defisiensi seng yang penting adalah dermitis yang disebut parakeratosis. Penyakit tersebut ditandai dengan luka-luka pada kulit, pertumbuhan terganggu, kelemahan, muntah-muntah, dan kegatalan. Defisiensi seng pada anak sapi ditandai dengan peradangan pada hidung dan mulut, pembengkakan persendian, dan parakeratosis (Mills 1987; Darmono dan Bahri 1989). Defisiensi seng dapat mengganggu penghancuran mikroba (ingestion) dan fagositosis, juga menghambat penyembuhan luka. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kejadian infestasi parasit cacing nematoda (Fraker et al. 1986; Sandstead et al. 1998 ). C. KERACUNAN NYAKIT DEFISIENSI MINERAL MIKRO ESENSIAL Daya racun logam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kadar logam yang termakan, lamanya ternak mengkonsumsi logam, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan, kondisi
  • 7. tubuh, dan kemampuan jaringan tubuh dalam mengkonsumsi logam tersebut Logam yang dapat meracuni ternak meliputi logam esensial seperti Cu dan Zn serta logam nonesensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As. Keracunan logam pada hewan dapat terjadi melalui injeksi, air minum maupun melalui pakan. Keracunan logam mempengaruhi produksi, yaitu penurunan bobot badan, hambatan pertumbuhan, peka terhadap penyakit infeksi, dan kematian. Di samping itu, residu logam dapat menurunkan kualitas produk ternak. Keracunan tembaga terjadi bila logam tersebut langsung kontak dengan dinding usus sehingga menimbulkan radang (gastroenteristis), tinja berbentuk cair dan berwarna biru-kehijauan, ternak menjadi stres dan akhirnya mati. Menurut Bostwick (1982), keracunan kronis atau fatal terjadi bila domba mengkonsumsi 1,50 g Cu/ekor/hari selama 30 hari. Keracunan kronis bersumber dari pakan yang terkontaminasi Cu atau kelebihan Cu yang disimpan dalam hati. Keracunan kronis politogenus dapat terjadi pada hewan yang merumput dipadang penggembalaan yang hijauannya mengandung Cu normal (10−20 mg Cu/kg berat kering), tetapi kandungan sulfatnya berlebih dan atau kandungan molibdenum (Mo) kurang pabrik. Pada anak kuda dan babi, keracunan seng menyebabkan lamenes, antriftines, dan osteomalasea, sedangkan pada kelinci menunjukkan gejala nefrosis dan pada anak domba menyebabkan fibrosis pankreas. Kuda yang hidup di daerah pertambangan menunjukkan gejala osteomalasea, kalkulis renalis, dan proteinuria melaporkan bahwa anak kuda yang digembalakan pada padang rumput yang dekat daerah industri menunjukkan gejala pembentukan tulang abnormal yaitu pembesaran tulang.
  • 8. BAB III METODE DAN HASIL ANALISIS 3.1 Metode Beberapa metode analisis logam telah ditemukan, meliputi metode kualitatif (untuk mengetahui ada tidaknya logam dalam sampel) dan kuantitatif (untuk me-ngetahui kandungan logam dalam sampel). Metode sensitif dan spesifik merupakan dasar dalam mengukur kadar logam pada konsentrasi yang sangat rendah. Dengan sensitivitas analisis yang tinggi akan diketahui jenis logam dan pengaruhnya terhadap sistem biologis hewan (Ewing 1990; Darmono 1995). Alat yang digunakan untuk mengetahui kandungan logam dalam sampel ber-gantung pada jenis logam yang diperiksa dan tingkat sensitivitas pengukuran yang diperlukan. Umumnya logam diukur dengan sistem atomisasi dan kalorimetri. Serapan Atom (SSA) merupakan salah satu teknik anali-sis untuk mengukur jumlah unsur ber- dasarkan jumlah energi cahaya yang diserap oleh unsur tersebut dari sumber cahaya yang dipancarkan. Prinsip kerja alat ini berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hollow cathode lamp) yang mengandung unsur yang akan dianalisis. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logam. 3.2 Hasil Analisis 1. Bahan yang Dianalisis Jenis bahan yang dianalisis bermacam-macam, meliputi bahan nabati (tanaman, bahan pakan dan pangan), bahan hewani (daging, hati, ginjal, darah, rambut), serta bahan air dan sedimen (air minum, air laut, dan endapan laut). Pada dasarnya, metode analisis logam pada bahan tersebut hampir sama, tetapi caranya agak berbeda karena komposisi kimia bahan tersebut berbeda; misalnya bahan nabati banyak mengan-dung selulosa, sedangkan bahan hewani banyak mengandung unsur organik. Oleh karena itu, ekstraksi atau digesti memer-lukan cara yang khusus untuk setiap bahan maupun jenis logam (Ewing 1990; Darmono 1995).  Bahan nabati, pakan, dan pangan Termasuk dalam bahan ini ialah daun, rerumputan, sisa pakan, makanan, dan se-bagainya. Digesti atau ekstraksi dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan sistem kering atau basah. Digesti kering (pengabuan). Cawanporselen yang bersih direndam dalam HNO3 10% dan dibilas dengan akuades lalu dikeringkan dan ditimbang. Selan-jutnya sampel dimasukkan ke dalamnya dan ditimbang, lalu dikeringkan dalam oven 60oC selama 3 hari. Sampel ditimbang lagi dan dihitung berat keringnya. Berat sampel diusahakan sekitar 3−5 g. Setelah dingin, sampel dimasukkan ke dalam furnase pada suhu 100oC dan perlahan-lahan dinaikkan sampai 550oC minimal selama 8 jam. Sampel lalu didinginkan dan dilarutkan dalam asam khlorida pekat 10 ml, lalu dipanaskan sampai volume tinggal 5 ml. Sampel lalu dilarutkan dalam HCl 10%, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur melalui kertas saring Whatman 42 dengan menggunakan corong plastik sampai volume menjadi 50 ml, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik SSA. Digesti basah. Sampel dengan berat 2−5 gdimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, kemudian
  • 9. ditambahkan campuran HNO3 pekat: HClO4 = 4 : 1 sebanyak 10 ml dan ditutup dengan gelas erlogi (1 malam), lalu dipanaskan di atas hotplate pada suhu 115oC selama 6−8 jam sampai larutan berwarna bening. Larutan hasil destruksi lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 ml dan ditambah HNO3 10% sampai tanda batas. Larutan tersebut siap untuk pengukuran dengan SSA (Ewing 1990; Darmono 1995).  Bahan organ hewan dan manusia Yang termasuk dalam bahan ini antara lain adalah jaringan hati, ginjal, dan daging. Sampel dapat dalam bentuk kering atau basah, tetapi dalam perhitungan harus diberi keterangan berat kering atau berat basah (Ewing 1990; Darmono 1995). Digesti 1. Sampel dimasukkan dalamcangkir porselen bersih kemudian dikeringkan, ditambah 8 ml HNO3 pekat kemudian dipanaskan di atas hotplate pada suhu 75oC selama 3 jam atau lebih dan dibiarkan mengering. Sampel lalu dilarutkan dalam HNO3 10%, disaring melalui kertas Whatman 42, dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume 50 ml, kemudian dianalisis dengan menggunakan SSA. Digesti 2. Sampel dengan berat 2−5 gdimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan ditutup dengan gelas erlogi (1 malam), lalu dipanaskan di atas hotplate pada suhu 115oC selama 6−8 jam sampai larutan berwarna bening. Larutan hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambah HNO3 10% sampai tanda batas. Larutan siap untuk dilakukan pengukuran dengan SSA (Ewing 1990; Darmono 1995).  Bahan darah Ada tiga bentuk sampel darah untuk analisis logam, yaitu plasma, serum, dan darah keseluruhan. Sampel dalam bentuk plasma dan serum tidak perlu digesti dan dapat langsung diencerkan. Untuk analisis Ca dan Mg, semua sampel dilarutkan dalam LaCl3 dan HCl dengan prosedur sebagai berikut: 0,10 ml sampel dilarutkan dalam 5 ml dari 1% LaCl3 dalam 0,10 M HCl, kemudian dibaca dalam SSA. Untuk analisis Cu dan Zn, prosedurnya sebagai berikut: 2 ml sampel dilarutkan dalam 4 ml akuabides kemudian dianalisis menggu-nakan SSA dengan larutan standar Cu dan Zn yang dilarutkan dalam gliserol 10% (Osheim 1983; Darmono 1995). 2. Interpretasi Hasil Dalam menginterpretasikan hasil analisis kandungan logam dalam sampel, perlu diketahui kandungan normal logam tersebut. Jika kandungan logam esensial pada sampel sangat rendah, diduga terjadi penyakit defisiensi. Sebaliknya, bila kandungan logam nonesensial melebihi normal diduga terjadi keracunan. 3. Defisiensi Diagnosis defisiensi logam biasanya dilakukan dengan menganalisis serum atau darah, yang mempunyai kriteria kandungan tertentu pada masing-masing hewan. Berdasarkan hasil penelitian, penyakit defisiensi dan keracunan mineral merupakan salah satu penghambat per-tumbuhan ternak. Oleh karena itu, upaya penanggulangan penyakit tersebut adalah dengan memberikan mineral tambahan pada pakan dengan jumlah sesuai yang diperlukan ternak. Namun, kandungan mineral dalam tubuh ternak (serum) dan pakan tambahan yang akan diberikan perlu dievaluasi terlebih dahulu agar pemberian mineral tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.
  • 10. BAB IV Penilaian 4.1 Keunggulan 1. Dalam ringkasan materi sudah sangat jelas dan sesuai dengan judul materi. 2. Tidak terlalu banyak halaman jurnalnya sehingga mudah dalam mengkritik . 3. Dilengkapi dengan data dan sumber yang jelas . 4.2 Kelemahan 1. Bahasa yang terdapat dalam jurnal sulit dipahami kosa katanya. Oeh karena itu, kita harus mencari tahu apa arti dari tiap kosa kata yang rumit 2. Hasil dari penelitian nya kurang sempurna tidak disertai dengan hasil akhirnya
  • 11. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis, dan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral mikro esensial mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan. Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, yang terdiri atas kalsium, klorin, magnesium, kalium, fosforus, natrium, dan sulfur. Mineral mikro diperlukan tubuh dalam jumlah kecil, seperti kobalt, tembaga, iodin, besi, mangan, selenium, dan seng. Keperluan optimum akan berbagai mineral tersebut belum banyak diketahui dengan pasti, sedangkan mineral mikro dapat ditemukan pada berbagai bagian tubuh walaupun dalam jumlah sedikit. Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial dapat menyebabkan penyakit. Kekurangan (defisiensi) mineral, baik pada manusia maupun hewan, dapat menyebabkan penyakit. Sebaliknya pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan. Analisis kandungan mineral dalam jaringan biologik dengan metode spektrofotometri serapan atom dapat mendiagnosis kasus defisiensi atau keracunan mineral. Penyakit defisiensi mineral serta keracunan pada ternak, baik ruminansia maupun nonruminansia, merupakan salah satu kendala dalam perkembangan ternak. Oleh karena itu, status mineral mikro perlu diperhatikan, dan kadarnya dalam tubuh hewan (serum) maupun pakan yang akan diberikan dianalisis dengan menggunakan SSA. Pemberian mineral mikro esensial dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan hewan atau ternak untuk mencegah terjadinya penyakit defisiensi atau keracunan. B. Saran Seharusnya penulis lebih teliti lagi dalam menulis jurnalnya karena di dalam jurnal masih banyak terdapat kesalahan seperti bahasanya dan kata-katanya. Dan penulis seharusnya lebih banyak lagi belajar.
  • 12. Tugas dan Pertanyaan 1. Uraikan lah secara ringkas hal-hal penting yang disampaikan didalam jurnal yang telah anda baca ! Jawab : Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis, dan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro.  Mineral mikro esensial mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan. Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, yang terdiri atas kalsium, klorin, magnesium, kalium, fosforus, natrium, dan sulfur.  Mineral mikro diperlukan tubuh dalam jumlah kecil, seperti kobalt, tembaga, iodin, besi, mangan, selenium, dan seng. Keperluan optimum akan berbagai mineral tersebut belum banyak diketahui dengan pasti, sedangkan mineral mikro dapat ditemukan pada berbagai bagian tubuh walaupun dalam jumlah sedikit.  Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial dapat menyebabkan penyakit. Kekurangan (defisiensi) mineral, baik pada manusia maupun hewan, dapat menyebabkan penyakit.  Pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan. Analisis kandungan mineral dalam jaringan biologik dengan metode spektrofotometri serapan atom dapat mendiagnosis kasus defisiensi atau keracunan mineral.  Status mineral mikro perlu diperhatikan, dan kadarnya dalam tubuh hewan (serum) maupun pakan yang akan diberikan dianalisis dengan menggunakan SSA. Pemberian mineral mikro esensial dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan hewan atau ternak untuk mencegah terjadinya penyakit defisiensi atau keracunan. 2. Bagaimana kesesuaian hasil penelitian didalam jurnal dengan materi metabolisme dengan yang ada dibuku biologi umum 1 ! Jawab : Didalam buku biologi umum 1 membahas mengenai komposisi penyusun kimia yang terdiri dari unsur-unsur kimia . membahas mengenai protein, enzim, dan beberapa senyawa lainnya. Dan dalam jurnal yang kami kutip juga membahas mengenai komposisi unsur mineral mikro esensial yang berhubungan dengan materi di biologi umum 1. Jadi , menurut jurnal dengan materi di buku sesuai .
  • 13. Daftar Pustaka Zainal Arifin, 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya , Jurnal Litbang Pertanian,27 (3) Ediyunasri, 2012, Mineral makro dan Mineral mikro, http://ediyunasri.blogspot.co.id/2012/09/mineral-makro-dan-mineral-mikro.html (diakses pada tanggal 26 September 2017 pada pukul 21.00 WIB) http://srisumarnimarsuki.blogspot.co.id/2012/06/mineral-mikro.html(diakses pada tanggal 26 September 2017 pada pukul 21.00 WIB) Simanjutak, Tiurma PT, 2014, komponen gisi dan terapi pangan ala papua, deepublish, Yogyakarta,