SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
MINERAL
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia
Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS M.Kes
Disusun oleh:
Eriska Eqy Eprilina
6411414003/Rombel 1
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA
IBU HAMIL. Saya berterima kasih pula pada Bapak dr. Ngakan Putu DS
M.Kes selaku Dosen Biokimia yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyebab,
pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi zat besi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya
kritik, saran dan usulan demi memperbaiki makalah yang telah saya buat.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.
Semarang, 27 April 2015
Penyusun
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ….......................................................................................... 3
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan ................................................................................. 6
C. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6
2. ISI
A. Pengertian Mineral................................................................................ 7
B. Jenis Mineral......................................................................................... 7
C. Fungsi Mineral………………………….................................................. 8
D. BeberapaMineral dalam Tubuh……………………………..…………… 9
E. Anemia DefensiasiBesi………………………………………………...…. 16
F. Anemia DefensiasiBesipada Ibu Hamil………………………………… 18
3. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………..................... 21
B. Saran………………………………………………………………………... 22
4. DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 23
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini
harus disediakan lewat makanan kebanyakan mineral dapat dideteksi
dalam tubuh. (Kresno B Agus, 2001:63)
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai
contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak;
sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),
hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2).
Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk
senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan
antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik
(Davis dan Mertz 1987).
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi,
tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga
ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang
sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu
kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam
tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam
tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat
sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat
kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh
makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat
kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup
yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 5
dapat menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988; Spears
1999; Inoue et al. 2002)
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat
dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral
mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan
umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu
Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999).
Kalsium, besi dan iodium merupakan elemen-elemen yang seringkali
tidak terdapat cukup dalam makanan kita, terutama di negara-negara yang
sedang berkembang. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai patokan,
apabila ketiga nutrien diatas jumlahnya telah terpenuhi berada dalam diet
seseorang, jumlah nutrient lain pun akan terpenuhi pula jumlahnya.
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419)
Unsur-unsur mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah tertentu
adalah kalsium, fosfor, besi magnesium, sulfur, natrium, kalium dan klor.
Disamping itu tubuh memerlukan sejumlah kecil iodium, tembaga, klor,
mangan, seng, selenium, molibden, flour, dan sebagainya. (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009:419)
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi
berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan
menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. (Brock dan
Mainou-Fowler 1986; King 2006)
Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia yang sering
terjadi di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok
sosial ekonomi menengah kebawah adalah anemia gizi. Anemia gizi
disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan
absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 6
(vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E. (Setyawati
dan Syauqy, 2014)
Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi.
Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu
ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang
hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan
(37,8%).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup. (SDKI, 2012) Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Penyebab utama kematian maternal antara
lain perdarahan pasca postpartum,eklampsi,penyakit infeksi, dan plasenta
previa yang semua bersumber pada anemia defisiensi besi. (Purbadewi
dan Ulvi, 2013)
B. Rumusan Masalah
a. Anemia masih tinggi.
b. Angka Kematian Ibu yang disebabkan oleh Anemia.
c. Kurangnya pengetahuan tentang Anemia.
C. Tujuan Penulisan
a. Memberikan informasi mengenai Mineral yang ada pada tubuh.
b. Memberikan informasi mengenai pentingnya Mineral dalam
tubuh.
c. Memberikan informasi mengenai Anemia.
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 7
BAB II
ISI
A. Pengertian Mineral
Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas di
alam. Mineral berperan meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatan. Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan ditemukan di semua
cairan dan jaringan tubuh. (Dwijayanthi Linda, 2002:71)
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim
dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65%
adalah air dalam bobot tubuh. (Kresno B Agus, 2001:63)
Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lemak, cairan
dan steletan. Steletan mengandung mineral tubuh dalam proporsi yang
besar. Mineral yang terlibat dalam berbagai proses yaitu Cu, Zn, I Co, Mn,
Mg, Kr. Selenium. (Kresno B Agus, 2001:63)
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat
diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai
contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak;
sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),
hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2).
Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk
senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan
antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik
(Davis dan Mertz 1987).
B. Jenis Mineral
Mineral dikelompokkan menjadi mineral utama (makromineral) dan
mineral kelumit (trace mineral, mikromineral). Mineral utama dijumpai
dalam tubuh dalam jumlah lebih besar dari 5 g (setara dengan 1 sendok
teh) dan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar pula. Mikromineral
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 8
dijumpai dalam tubuh dalam jumlah kurang dari 5 g dan hanya dibutuhkan
dalam jumlah kecil. (Dwijayanthi Linda 2002:72)
Tabel 1. Unsur-unsur Mineral dalam Tubuh Orang Dewasa
Golongan Unsur % Berat Badan
1. Makromineral Kalsium 1,5-2,2
Fosfor 0,8-1,2
Kalium 0,35
Sulfur 0,25
Natrium 0,15
Klor 0,15
Magnesium 0,05
2. Makromineral Besi 0,004
Seng 0,002
Selenium 0,0003
Mangan 0,0002
Tembaga 0,00015
Iodium 0,00004
Sumber: Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:418
C. Fungsi Mineral
a) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan
kekuatan serta iriditas kepada jaringan tersebut. Ex: Te, P, Mg.
b) Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan
demikian mengendalikan komposisi cairan tubuh, Na dan Cl
merupakan unsure penting dalam cairan ekstra seluler dan darah:
Te, Mg dan P merupakan unsure penting dalam cairan intra
seluler.
c) Mineral turut membangun enzim dan protein dan merupakan
bagian dari asam amino. (Kresno B Agus 2001:65)
Keseimbangan ion-ion mineral dalam tubuh mengatur proses
metabolisme, mengatur keseimbangan asam basa, tekanan osmotik,
membantu transport senyawa-senyawa penting pembentuk jaringan tubuh.
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 9
Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses
pertumbuhan. Perlu dijelaskan disini bahwa peran mineral dalam tubuh kita
berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu
mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya. (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009:419).
D. Beberapa Mineral dalam Tubuh
a. Makromineral
 Kalsium (Ca)
Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa tubuh manusia
mengandung sekitar 22 gram kalsium per kilogram berat badannya tanpa
lemak. Daripadanya (jumlah itu) sekitar 99% Ca terdapat dalam tulang dan
gigi. (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:90) sedangakn yang 1% terdapat
dalam darah, cairan di luar sel dan dalam sel jaringan lunak dimana
kalsium mengatur berbagai fungsi metabolik yang penting. Pada anak-anak
sintesis tulang lebih besar daripada destruksi tulang, sedangkan pada
orang dewasa normal terdapat keseimbangan dinamik mineral kalsium
antara tulang dan cairan tubuh. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)
Peranan kalsium tidak saja sebagai pembentukan tulang dan gigi
serta memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan
biokhemik di dalam tubuh, fungsi lain dari kalsium yaitu:
1. Dalam cairan jaringan berfungsi untuk pengendalian kerja jantung
serta otot skeleton
2. Eksitabilitas syaraf otot
3. Proses pembekuan darah
4. Memberikan kekerasan dan ketahanan terhadap pengeroposan
5. Transmisi impits.
6. Relaksasi Kontraksi
7. Absosbsi dan aktivitas enzim
8. Memberikan rigiditas terhadap jaringan
9. Bersama fosfor membentuk matriks tulang yang dipengaruhi oleh
vitamin D. (Kresno B Agus, 2001:64)
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 10
Absorpsi kalsium dibantu oleh vitamin D, vitamin C dan laktosa,
sedangkan oksalat dan fitat menganggu absorpsi kalsium. (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009:421)
Tubuh dapat mengalami defisiensi kalsium, apabila penyerapannya
terganggu seperti pada sindrom metabsorpsi atau sebagai akibat
kekuarangan vit-D. (Kresno B Agus 2001:64)
Kekurangan kalsium dalam diet seseorang menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak dan
dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) pada orang dewasa.
Penggunaan kalsium diatur oleh hormone paratiroid. (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009)
Sumber makanan kalsium yaitu tulang lunak, keju, susu, molasse,
yogurt, padi-padian utuh, kacang, pohong-pohongan, sayuran berdaun
hijau. (Dwijayanthi Linda 2002:72)
Mengenai kebutuhan tubuh akan kalsium/zat kapur adalah sekitar 0,8
gram sehari (bagi orang dewasa normal), jumlah ini sesuai dengan hasil-
hasil Vuthonse, Mitchell, Steg-Gerda, yang antara lain menyimupulkan
bahwa kebutuhan akan kalsium bagi orang dewasa adalah antara 7 sampai
7,5 mg perkilogram berat badan atau ± 0,5 sampai 0,7 gram seharinya.
(Kartosapoetra dan Marsetyo 2008:90)
 Fosfor (P)
Mineral ini menempati kadar nomor dua dalam tubuh kita setelah
kalsium, yaitu 22% dari seluruh mineral yang ada. Kurang-lebih 80%
berada dalam bentuk kalsium fosfat Kristal yang tidak larut, yang
memberikan kekuatan pada gigi. Adapun sisanya (20%) didistribusi dalam
tiap sel dan dalam cairan diluar sel bersama dengan karbohidrat, lipid,
protein serta senyawa lainnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009)
Fungsi fosfor dalam ketersediannya di dalam tubuh yaitu:
1. Mempengaruhi semua proses perombakan dan pembentukan zat;
2. Membentuk fosforida, yaitu bagian penting dari plasma;
3. Pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat turunan;
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 11
4. Membentuk matriks tulang – (bersama-sama dengan Ca);
5. Membantu proses pengerutan otot. (Kartosapoetra dan Marsetyo
2008:92)
Disamping fungsi-fungsi tersebut, fosfor memiliki fungsi yang sangat
banyak bila dibandingkan dengan mineral-mineral lainnya. Senyawa seperti
ATP dan keratin fosfat, koensim dari golongan vitamin B protein kojugasi,
fosfolipid, merupakan contoh senyawa fosfat yang pentinga dalam tubuh
kita. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)
Biasanya kira-kira 70% dari fosfor yang berada dalam tubuh.
Penyerapan akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam jumlah
yang sama. Penyerapan fosfor di bantu oleh vitamin D dan diekskresi
melalui urine. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)
Sumber makanan fosfor adalah telur, ikan padi-padian, daging,
unggas, keju kuning, susu, produk susu. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)
Defisiensi fosfor akan terjadi pada jari peminum alkoholik, pasien
ginjal dan pasien yang mendapatkan nutrisi parenteria fosfor di samping itu
dapat juga menimbulkan gangguan-gangguan yang relative sama seperti
unsur Ca. (Kresno B Agus, 2001:65)
 Natrium (Na)
Tubuh manusia mengandung sekitar 1,8 gram Na perkilogram berat
badan yang bebas lemak, sebagian besar daripadanya dijumpai dalam
cairan ekstraselular. Kandungan Na dalam plasma yaitu sekitar 300-355
mg/100 ml. dikarenakan Na merupakan kation utama dari cairan
ekstraselular, pengendalian osmolaritas dan volume cairan tubuh adalah
sangat tergantung pada ion Na dan rasio Na terhadap ion lainnya.
(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:94)
Fungsi natrium adalah:
1. Dalam plasma darah dan cairan berperan dalam menyelimuti
jaringan.
2. Berperan dalam menghasilkan tekanan osmotik yang mengatur
pertukaran cairan antara sel dan cairan disekitarnya.
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 12
3. Menentukan volume dalam cairan ekstraseluler dan amina.
4. Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. (Kresno B Agus,
2001:67)
Natrium harus terdapat dalam jumlah yang cukup pada makanan
agar kecukupan Na ini dapat terjamin tubuh sendiri dapat mengatur kadar
Na tubuh dan mengeluarkan kelebihan Na melalui urine akan tetapi pada
penyakit tertentu Na tetap bertahan dalam tubuh dengan jumlah yang
berlebihan, pada keadaan ini diperlukan pembatasan pemasukan Na.
(Kresna B Agus 2001:67)
Defisiensi Na menimbulkan gejala kehilangan nafsu makan, atrofi
otot, muntah penurunan berat badan, sedangkan gejala toksisitas Na ialah
Edema dan peningkatan tekanan darah. (Dwijayanthi Linda, 2002:76)
b. Mikromineral
 Tembaga (Cu)
Mineral Cu yang terkandung dalam tubuh manusia diperkirakan
sekitar 1,5 sampai 2,5 mg per kilogram berat badan tanpa/bebas lemak,
tersebar diseluruh jaringan tubuh dan dalam hati, otak, jantung, dan ginjal.
Jumlah kandungannya adalah lebih besar kalau dibandingkan dengan
kadungan organ-organ tubuh lainnya. Dalam darah Cu terdapat dalam
jumlah sekitar yang sama terkandung dalam plasma dan eritrosit, dalam
plasma terkandung ± 115 mcg/100 ml. (Kartosapoetra dan Marsetyo,
2008:96)
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya
dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di
alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS). Walaupun
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu
kesehatan atau mengakibatkan keracunan. (Davis dan Mertz 1987; Baker
et al. 1991;Clark et al. 1993)
Fungsi tembaga:
1. Pembentukan tulang
2. Warna kulit dan rambut
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 13
3. Proses penyembuhan
4. Pembentukan hemoglobin dan sel darah merah
5. Mempertahankan serabut syaraf
6. Metabolisme besi. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)
Kebutuhan tembaga bagi orang dewasa adalah kurang-lebih 2 mg
per hari, dan pada umumnya dalam diet dikonsumsi 2,5-5,0 mg per hari.
Bayi dan anak-anak membutuhkan kurang-lebih 0,005-0,1 mg per kg berat
badan per hari. Pada umumnya kebutuhan tembaga adalah seper-sepuluh
kebutuhan akan zat besi. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:417)
Sumber dari tembaga adalah daging organ, kismis, makanan laut,
kacang, olase. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)
Defisiensi tembaga sangat jarang terjadi, biasanya diawali oleh
kekurangan besi. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:417) Penyakit akibat
kekurangan unsur tembaga ditemukan pada beberapa tempat di dunia.
Selain menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga mengakibatkan
gangguan pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu,
gangguan saluran pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang
belakang (Graham 1991; Engle et al. 2001; Sharma et al. 2003; Chung et
al. 2004).
 Iodium/Iodin (I)
Iodium merupakan bagian dari hormon kelenjar tiroid, yakni tiroksin
dan triiodotirosin. Biasanya tubuh mengandung 20-30 mg iodium. Kira-kira
60% berada dalam kelenjar tiroid dan selebihnya tersebar di jaringan-
jaringan tubuh, terutama di ovarium, otot dan darah. (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009:423)
Iodin secara perlahan-lahan diserap dari dinding saluran pencernaan
ke dalam darah. Penyerapan tersebut terutama terjadi dalam usus halus,
meskipun dapat berlangsung pula dalam lambung. Dalam usus, iodin
bebas atau iodat mengalami reduksi menjadi iodide sebelum diserap tubuh.
Dalam peredaran darah, iodida menyebar ke dalam cairan ekstraseluler
seperti halnya klorida. Iodida yang masuk ke dalam kelenjar tiroid dengan
cepat dioksidasi dan diubah menjadi iodin organik melalui penggabungan
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 14
dengan tiroksin. Proses tersebut terjadi pula secara terbatas dalam ovum
(Graham 1991; Puls 1994; Lee et al. 1999)
Dari penyelidikan diketahui bahwa kebutuhan iodium orang orang
dewasa adalah 100-200 mikrogram per hari, anak-anak 50 mikrogram per
hari, sedangkan bayi membutuhkam 20-40 mikogram per hari. Kebutuhan
iodium bagi wanita yang mengandung dan menyusui lebih besar daripada
orang dewasa pada umumnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)
Fungsi Iodium:
1. Produksi energi
2. Metabolisme
3. Perkembangan fisik dan mental. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)
Defisiensi iodium menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
mengakibatkan pembengkakan pada bagian leher. Kekurangan iodium
yang kronis menyebabkan terjadinya kretinisme dan terganggunya
kecerdasan. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)
Sumber iodium antara lain adalah ikan dan tumbuh-tumbuhan yang
hidup di daerah pantai. Oleh karenanya daerah gondok endemik biasanya
terdapat di daerah pegunungan. Langkah-langkah yang sudah dilakukan
pemerintah maupun oleh swasta untuk mencegah penyakit gondok ialah
iodiumsi garam kebutuhan sehari-hari. (Poedjiadidan Supriyanti, 2009:423)
 Besi (Fe)
Kadar besi dalam tubuh kita relative kecil. Pada pria dewasa terdapat
40-50 mg besi per kg berat badan dan pada wanita dewasa 35-50 mg per
kg berat badan. 60 sampai 70% digolongkan sebagai esensial, sisanya
adalah nonesensial. Kebanyakan dari besi esensial terdapat dalam
hemoglobin, kira-kira 5% terdapat dalam otot (mioglobin), dan kurang dari
1% terdapat dalam sel tubuh sebagai bagian dari enzim oksidu-reduktase.
Kira-kira 20% disimpan dalam hati ,sumsum tulang belakang dalam limpa
sebagai feritin dan hemosiderm.Dalam plasma darah besi terdapat sebagai
transferin. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 15
Unsur besiini diserap melalui dinding usus dalam bentuk ion fero. Ion
ini tidak langsung digunakan oleh tubuh, melainkan lebih dahulu disimpan
dalam hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Kemudian dibawa o leh
plasma darah ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk kompleks besi-
protein di atas. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)
Penyerapan besi dibantu oleh keasaman cairan lambung dan vitamin
C. ion feri juga diserap tetapi tidak semudah ion fero. Penyerapan ion besi
terbanyak berlangsung di duodenum bagian atas dan dikontrol oleh
mukosa intestin. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)
Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-
sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil
penyerapan pada saluran pencernaan (Darmono 1995; King 2006). Dari
ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama.
Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin,
mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin).
Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang (Brock
dan Mainou-Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al. 2004).
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi
berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan
menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel (Brock dan
Mainou-Fowler 1986; King 2006).
Zat besi bukan hanya diperlukan dalam pembentukan darah, tetapi
juga sebagai bagian dari beberapa enzim hemoprotein (Dhur et al. 1989).
Enzim ini memegang peran penting dalam proses oksidasi-reduksi dalam
sel. Sitokrom merupakan senyawa heme protein yang bertindak sebagai
agens dalam perpindahan elektron pada reaksi oksidasi-reduksi di dalam
sel. Zat besi mungkin diperlukan tidak hanya untuk pigmentasi bulu merah
yang diketahui mengandung ferrum, tetapi juga berfungsi dalam susunan
enzim dalam proses pigmentasi (Desousa 1989; Beard et al. 1996; Lee et
al. 1999).
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 16
Sumber besi diantaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, gandum,
roti, dan sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung,
dan otot.
Unsur besi merupakan komponen utama dari hemoglobin (Hb),
sehingga kekurangan besi dalam pakan akan mempengaruhi pembentukan
Hb. Sel darah merah muda (korpuskula) mengandung Hb yang diproduksi
dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Dari
sel darah merah yang rusak ini besi dibebaskan dan digunakan lagi dalam
pembentukan sel darah merah muda (Cook et al. 1992;Puls 1994;Inoue et
al. 2002; Brown et al. 2004).
Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan
besi dalam saluran pencernaan. Bila cadangan besi tidak mencukupi dan
berlangsung terus-menerus maka pembentukan sel darah merah berkurang
dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992).
E. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling
sering ditemukan didunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakt yang
bersifat endemik. Masalah ini terutama menjakiti para wanita dalam usia
reproduktif dan anak-anak di kawasan tropis dan subtropis. World Bank
mengestimasikan bahwa peranan langsung anemia karena defisiensi zat
besi pada beban global penyakit adalah 14 disability-addjusted lfe-years
per 1000 populasi. Masalah ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam
ha gangguan kesehatan, kematian premature, dan kehilangan pendapatan.
(Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:276)
Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalam
bidang gangguan gizi di dunia. Prevalensi anemia defisiensi besi masih
tergolong tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di
dunia yang terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, dan
wanita hamil (WHO, 2011).
Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia yang sering
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 17
terjadi di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok
sosial ekonomi menengah kebawah adalah anemia gizi. Anemia gizi
disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan
absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin
(vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E. (Setyawati
dan Syauqy, 2014)
Deplesi zat besi dapat dipilah menjadi 3 tahap dengan derajat
keparahan yang berbeda dan berkisar dari ringan hinggga berat.
 Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang
ditandai berdasarkan penurunan kadar feritin serum, meskipun tidak
disertai konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini
menggambarkan adanya peningkatan kerentanan dari keseimbangan
besi yang marjinal untuk jangka waktu lama sehingga dapat terjadi
defisiensi zat besi yang berat.
 Tahap kedua ditandai oleh perubahan biokimia yang mencerminkan
kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang normal. Pada
keadaan ini terjadi penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan
protoporfirineritrosit, dan peningkatan jumla reseptortransfein serum.
 Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia karena
defisiensi zat besi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7
g/dl. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:278)
Tabel 2. Titik cut off untuk nilai hemoglobin bagi diagnosis anemia.
Kelompok populasi Hemoglobin (g/l)
Laki-laki dewasa <120
Wanita dewasa yang tidak hamil dan tidak menyusui <120
Ibu hamil <110
Ibu menyusui <120
Anak-anak berusia <6tahun <110
Anak-anak berusia >6tahun <120
Sumber: WHO (1972).
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 18
F. Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil
Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di
Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan
gizi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis
anemia difisiensi di Indonesia.
Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi karena
kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan selama kehamilan
(Waryana, 2010).
Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu
ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang
hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan
(37,8%).
Kadar hb normal ibu hamil Hb>11 gr/dl. anemia pada ibu hamil
jika kadar Hb nya pada saat hamil trimester I <11 gr/dl, trimester II
<10,5 gr/dl, dan trimester III <10 gr/dl. Jika kadar hb normal pada
wanita tidak hamil yaitu >12 gr/dl.
Ibu hamil yang mengalami anemia memiliki risiko kematian hingga 3,6
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami
anemia. Anemia juga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap kematian di
Indonesia dengan persentase mencapai 50-70%. Selain itu, ibu hamil yang
menderita anemia dapat berdampak terhadap janin, seperti bayi lahir
prematur, kelainan janin, serta meningkatnya risiko gawat janin. (Amanda
Fatricia, 2012)
Dampak dari masalah anemia pada masa kehamilan adalah
meningkatkan risiko kematian janin selama periode prenatal, bayi lahir
sebelum waktunya, memicu hipertensi dan gagal jantung saat kehamilan,
atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Secara keseluruhan 20-40 % dari
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 19
50.000 kematian maternal juga disebabkan anemia saat kehamilan.
(Setyawati dan Syauqy, 2014)
Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan post partum dimana kita ketahui bahwa perdarahan post
partum merupakan penyebab kematian pada ibu. Istilah perdarahan post
partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml.
Perdarahan post partum sendiri terbagi menjadi perdarahan post partum
primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jampertama, dan
perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang
terjadi setelah 24 jam pertama (Nugroho, 2008).
Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemia
defisiensi besi pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak
patuh dalam mengkonsumsi tablet besi (Indreswari, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, dan efek
samping dari tablet besi yang diminumnya. Faktor yang sering
dikemukakan oleh ibu hamil ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet
besi (Purwaningsih dkk, 2006).
Tingkat pengetahuan ibu hamil yang rendah akan mempengaruhi
bagaimana ibu hamil menjaga kehamilannya. Pengetahuan kurang memiliki
risiko 1,45 kali lebih besar untuk menderita anemia dalam kehamilan
dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik (Mulyati, et al,
2007).
 Menurut NS. Tarwono dkk., (2007), bahwa tanda dan gejala anemia
selama ibu hamil adalah:
1. Cepat lelah/kelelahan, hal ini terjadi karena penyimpangan oksigen
dalam jaringan otot kurang sehingga metabolism otot terganggu.
2. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak
kekurangan oksigen karena daya angkut hemoglobin berkurang.
3. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, mukosa, dan konjungtiva.
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 20
 Pengobatan
a. Pemberian diet tinggi zat besi
b. Pemberian tambahan zat besi misalnya:
1. Sulfat ferosus
2. Feroglukonat atau diberikan secara parental jika mengalami alergi
c. Pemberian Vit C
d. Transfusi darah jika diperlukan (Sembiring Rinawati, 2010)
 Pencegahan
a. Penyediaan suplemen zat besi
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil
yaitu terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil.
Departemen Kesehatan masih terus melaksanakan progam
penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan
membagikan tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu hamil
sebanyak satu tablet setiap satu hari berturut-turut selama 90 hari selama
masa kehamilan. Suplemen besi folat lebih dikenal sebagai Tablet Tambah
Darah (TTD). (Amanda Fatricia, 2012)
Berdasarkan Depkes (2007), cakupan pemberian TTD sudah
mencapai angka 92,2%, namun ternyata prevalensi anemia masih cukup
tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan kegiatan tersebut adalah
rendahnya kepatuhan populasi target dalam konsumsi TTD.
b. Fortifikasi.
Fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan yang lazim
dikonsumsi merupakan pilihan menarik untuk mengatasi permasalahan
asupan zat besi yang tidak memadai dalam masyarakat. Jenis-jenis bahan
pangan yang berhasil dijadikan pembawa bagi fortifikasi pangan adalah
gandum, roti, tepung, susu formula bayi, dan gula. (Vijayaraghavan
Kamasamudram, 2004:285)
c. Edukasi Gizi
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 21
Upaya yang ekstensif dan persuasif diperlukan untuk menimbulkan
perubahan perilaku dalam masyarakat agar orang-orang dalam masyarakat
tersebut mau mengadopsi diversifiksi pngan. (Vijayaraghavan
Kamasamudram, 2004:285)
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat
dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral
mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan
umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu
Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999).
Kalsium, besi dan iodium merupakan elemen-elemen yang seringkali
tidak terdapat cukup dalam makanan kita, terutama di negara-negara yang
sedang berkembang. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai patokan,
apabila ketiga nutrien diatas jumlahnya telah terpenuhi berada dalam diet
seseorang, jumlah nutrient lain pun akan terpenuhi pula jumlahnya.
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419)
Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi
berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan
menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. (Brock dan
Mainou-Fowler 1986; King 2006)
Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Setyawati dan
Syauqy, 2014)
Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu
ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang
hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan
(37,8%).
Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan
pasca postpartum, eklampsi, penyakit infeksi, dan plasenta previa yang
semua bersumberpada anemia defisiensi besi. (Purbadewi dan Ulvi, 2013)
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 23
Pengobatan anemia defisiensi besi ialah dengan pemberian diet tinggi
zat besi, pemberian tambahan zat besimisalnya, pemberian Vit C, transfusi
darah jika diperlukan (Sembiring Rinawati, 2010)
Pencegahan anemia defisiensi besi diantaranya; penyediaan
suplemen zat besi, fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan,
edukasi gizi. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:285)
B. Saran
Untuk mengurangi anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil maka
sebaiknya diadakan beberapa kegiatan untuk mematangkan program
pemerintah. Diantaranya;
1. Melakukan penyuluhan pada setiap RT tentang pentingnya Tablet
Tambah Darah bagi para ibu hamil
2. Menganjurkan Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ibu hamil yang
kurang berminat dengan Tablet Tambah Darah
3. Fortifikasi zat besi pada makanan misalnya pada gula, seperti
fotifikasi iodium pada garam.
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Amanda Fatricia, 2012.
http://repository.unand.ac.id/20420/1/JURNALmanda.pdf. Diakses pada 25
April 2015.
Arifin Zainal, 2008, BEBERAPA UNSUR MINERAL ESENSIAL MIKRO
DALAM SISTEM BIOLOGI DAN METODE ANALISISNYA. Jurnal Litbang
Pertanian, Vol 27. No. 3.
pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3273084.pdf. Diakses pada 24
April 2015.
Dwijayanthi Linda, dr 2012. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Penerbit:
Buku Kedokteran GEC.
Hasan Syah Muhammad Nur, dkk, 2012. Status Zat Gizi Mikro (Besi,Asam
Folat Dan Seng) dan Kerusakan DNA pada Anemia Ibu Hamil di
Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Tahun 2012.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ea95f22be12960b243855c387d29dc0.
pdf. Diakses pada 25 April 2015.
Iswanto Budi, dkk, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Anemia Defisiensi Besidengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di
Puskesmas Karangdowo, Klaten. Vol 5. No. 2.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3280/3.%20B
UDI%20ISWANTO.pdf?sequence=1. Diakses pada 25 April 2015.
Kartosapoetra, Marsetyo. 2008. Ilmu Gizi. Penerbit: Rineka Cipta.
Kresno B Agus, 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Penerbit: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 25
Poedjiadi, Supriyanti, 2009. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit: Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Purbadewi Lindung dan Setiawati Ulvie Yuliana Noor, 2013. Hubungan
TingkatPengetahuan TentangAnemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil. Vol 2. No 1.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98410&val=421.
Diakses pada 25 April 2015.
Sembiring Rinawati, 2010, Hubungan Anemia Dalam Kehamilan dengan
Kejadian Perdarahan Post Partum Di Rsup.H. Adam Malik Medan. Vol 2.
No. 4. http://sari-mutiara.ac.id/new/wp-content/uploads/2013/10/31-
hubungan-anemia-dalam-kehamilan-dengan-kejadian-post-partum-di-
RSUP-H.Adam-Malik-Medan.doc. Diakses pada 25 April 2015.
Setyawati Ba’ul dan Syauqy Ahmad, 2014. Perbedaan Asupan Protein, Zat
Besi,Asam Folat,dan Vitamin B12 Antara Ibu Hamil Trimester III Anemia
dan Tidak Anemia Di PuskesmasTanggungharjo Kabupaten Grobogan.Vol
3. No 1.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=142600&val=4711&title
=PERBEDAAN%20ASUPAN%20PROTEIN,%20ZAT%20BESI,%20ASAM
%20FOLAT,%20DAN%20VITAMIN%20B12%20ANTARA%20IBU%20HAM
IL%20TRIMESTER%20III%20ANEMIA%20DAN%20TIDAK%20ANEMIA%
20DI%20PUSKESMAS%20TANGGUNGHARJO%20KABUPATEN%20GR
OBOGAN. Diakses pada 25 April 2015.
Vijayaraghavan Kasamamudram, 2004. Gizi Kesehatan Masyarakat.

More Related Content

What's hot

Makalah alkali tanah
Makalah alkali tanahMakalah alkali tanah
Makalah alkali tanahRriika J
 
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralPenyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralshintamardina
 
Flash card protein (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card protein (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakartaFlash card protein (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card protein (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakartaastridkarolinaa
 
Flash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN JakartaFlash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakartaastridkarolinaa
 
Flash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN JakartaFlash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakartaastridkarolinaa
 
C anmak vitamin&mineral
C anmak vitamin&mineralC anmak vitamin&mineral
C anmak vitamin&mineralDwi Yuliandini
 
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunFungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunIstikomah Umardani
 
Pidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.st
Pidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.stPidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.st
Pidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.stAndrew Hutabarat
 

What's hot (18)

Makalah alkali tanah
Makalah alkali tanahMakalah alkali tanah
Makalah alkali tanah
 
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralPenyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
 
M i n e r a l
M i n e r a l M i n e r a l
M i n e r a l
 
Ilmu gizi mineral- kel.5
Ilmu gizi mineral- kel.5Ilmu gizi mineral- kel.5
Ilmu gizi mineral- kel.5
 
Flash card protein (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card protein (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakartaFlash card protein (kelompok 3   ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
Flash card protein (kelompok 3 ilmu gizi) kesehatan masyarakat uin jakarta
 
Flash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN JakartaFlash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash Card Karbohidrat Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Flash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN JakartaFlash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
Flash card mineral Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 UIN Jakarta
 
Mineral Mikro
Mineral MikroMineral Mikro
Mineral Mikro
 
C anmak vitamin&mineral
C anmak vitamin&mineralC anmak vitamin&mineral
C anmak vitamin&mineral
 
Mineral dan air
Mineral dan airMineral dan air
Mineral dan air
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Ppt makro n mikronutrien
Ppt makro n mikronutrienPpt makro n mikronutrien
Ppt makro n mikronutrien
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imunFungsi  beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
Fungsi beberapa zat gizi mikro dalam sistem imun
 
Pidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.st
Pidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.stPidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.st
Pidato pengukuhan prof. dr. ir. didik indradewa dip.agr.st
 
Kimia pangan : mineral
Kimia pangan : mineralKimia pangan : mineral
Kimia pangan : mineral
 
mineral mikro
mineral mikromineral mikro
mineral mikro
 

Similar to MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudianaVinusKey
 
Fitoremediasi ry03 tugas dr jack
Fitoremediasi ry03 tugas dr jackFitoremediasi ry03 tugas dr jack
Fitoremediasi ry03 tugas dr jackRony - LIPI
 
Biologi - Sistem Percernaan
Biologi - Sistem PercernaanBiologi - Sistem Percernaan
Biologi - Sistem PercernaanReyhan Anwar
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO salma fitri
 
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Yabniel Lit Jingga
 
Mineral Dalam Gizi dan Diet
Mineral Dalam Gizi dan DietMineral Dalam Gizi dan Diet
Mineral Dalam Gizi dan DietSya Ombink
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziShanti Lestari
 
132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...
132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...
132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...Operator Warnet Vast Raha
 
Nutrisi Sangat Penting Untuk Tubuh
Nutrisi Sangat Penting Untuk TubuhNutrisi Sangat Penting Untuk Tubuh
Nutrisi Sangat Penting Untuk Tubuhyohanes meor
 

Similar to MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES) (20)

Mineral Unsur Mikro
Mineral Unsur MikroMineral Unsur Mikro
Mineral Unsur Mikro
 
MINERAL.pptx
MINERAL.pptxMINERAL.pptx
MINERAL.pptx
 
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
 
Fitoremediasi ry03 tugas dr jack
Fitoremediasi ry03 tugas dr jackFitoremediasi ry03 tugas dr jack
Fitoremediasi ry03 tugas dr jack
 
Mineral dalam tubuh
Mineral dalam tubuh Mineral dalam tubuh
Mineral dalam tubuh
 
mineral.pptx
mineral.pptxmineral.pptx
mineral.pptx
 
Biologi - Sistem Percernaan
Biologi - Sistem PercernaanBiologi - Sistem Percernaan
Biologi - Sistem Percernaan
 
Nutrisiku
NutrisikuNutrisiku
Nutrisiku
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu gizi
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
 
Mineral Dalam Gizi dan Diet
Mineral Dalam Gizi dan DietMineral Dalam Gizi dan Diet
Mineral Dalam Gizi dan Diet
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ilmu gizi
Ilmu giziIlmu gizi
Ilmu gizi
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu gizi
 
mineral mikro
mineral mikromineral mikro
mineral mikro
 
132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...
132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...
132568412 gambaran-asupan-zat-gizi-pada-ibu-pada-hamil-berdasarkan-jumlah-keb...
 
Nutrisi Sangat Penting Untuk Tubuh
Nutrisi Sangat Penting Untuk TubuhNutrisi Sangat Penting Untuk Tubuh
Nutrisi Sangat Penting Untuk Tubuh
 

Recently uploaded

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 

Recently uploaded (12)

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 

MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

  • 1. MINERAL ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS M.Kes Disusun oleh: Eriska Eqy Eprilina 6411414003/Rombel 1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
  • 2. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 2 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL. Saya berterima kasih pula pada Bapak dr. Ngakan Putu DS M.Kes selaku Dosen Biokimia yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyebab, pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi zat besi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi memperbaiki makalah yang telah saya buat. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Semarang, 27 April 2015 Penyusun
  • 3. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ................................................................................. 2 DAFTAR ISI ….......................................................................................... 3 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 4 B. Tujuan Penulisan ................................................................................. 6 C. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6 2. ISI A. Pengertian Mineral................................................................................ 7 B. Jenis Mineral......................................................................................... 7 C. Fungsi Mineral………………………….................................................. 8 D. BeberapaMineral dalam Tubuh……………………………..…………… 9 E. Anemia DefensiasiBesi………………………………………………...…. 16 F. Anemia DefensiasiBesipada Ibu Hamil………………………………… 18 3. PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………..................... 21 B. Saran………………………………………………………………………... 22 4. DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 23
  • 4. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini harus disediakan lewat makanan kebanyakan mineral dapat dideteksi dalam tubuh. (Kresno B Agus, 2001:63) Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987). Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga
  • 5. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 5 dapat menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988; Spears 1999; Inoue et al. 2002) Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999). Kalsium, besi dan iodium merupakan elemen-elemen yang seringkali tidak terdapat cukup dalam makanan kita, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai patokan, apabila ketiga nutrien diatas jumlahnya telah terpenuhi berada dalam diet seseorang, jumlah nutrient lain pun akan terpenuhi pula jumlahnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419) Unsur-unsur mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah tertentu adalah kalsium, fosfor, besi magnesium, sulfur, natrium, kalium dan klor. Disamping itu tubuh memerlukan sejumlah kecil iodium, tembaga, klor, mangan, seng, selenium, molibden, flour, dan sebagainya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419) Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. (Brock dan Mainou-Fowler 1986; King 2006) Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia yang sering terjadi di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosial ekonomi menengah kebawah adalah anemia gizi. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin
  • 6. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 6 (vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E. (Setyawati dan Syauqy, 2014) Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. (SDKI, 2012) Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pasca postpartum,eklampsi,penyakit infeksi, dan plasenta previa yang semua bersumber pada anemia defisiensi besi. (Purbadewi dan Ulvi, 2013) B. Rumusan Masalah a. Anemia masih tinggi. b. Angka Kematian Ibu yang disebabkan oleh Anemia. c. Kurangnya pengetahuan tentang Anemia. C. Tujuan Penulisan a. Memberikan informasi mengenai Mineral yang ada pada tubuh. b. Memberikan informasi mengenai pentingnya Mineral dalam tubuh. c. Memberikan informasi mengenai Anemia.
  • 7. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 7 BAB II ISI A. Pengertian Mineral Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas di alam. Mineral berperan meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan. Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan ditemukan di semua cairan dan jaringan tubuh. (Dwijayanthi Linda, 2002:71) Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh. (Kresno B Agus, 2001:63) Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lemak, cairan dan steletan. Steletan mengandung mineral tubuh dalam proporsi yang besar. Mineral yang terlibat dalam berbagai proses yaitu Cu, Zn, I Co, Mn, Mg, Kr. Selenium. (Kresno B Agus, 2001:63) Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987). B. Jenis Mineral Mineral dikelompokkan menjadi mineral utama (makromineral) dan mineral kelumit (trace mineral, mikromineral). Mineral utama dijumpai dalam tubuh dalam jumlah lebih besar dari 5 g (setara dengan 1 sendok teh) dan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar pula. Mikromineral
  • 8. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 8 dijumpai dalam tubuh dalam jumlah kurang dari 5 g dan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil. (Dwijayanthi Linda 2002:72) Tabel 1. Unsur-unsur Mineral dalam Tubuh Orang Dewasa Golongan Unsur % Berat Badan 1. Makromineral Kalsium 1,5-2,2 Fosfor 0,8-1,2 Kalium 0,35 Sulfur 0,25 Natrium 0,15 Klor 0,15 Magnesium 0,05 2. Makromineral Besi 0,004 Seng 0,002 Selenium 0,0003 Mangan 0,0002 Tembaga 0,00015 Iodium 0,00004 Sumber: Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:418 C. Fungsi Mineral a) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan serta iriditas kepada jaringan tersebut. Ex: Te, P, Mg. b) Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan demikian mengendalikan komposisi cairan tubuh, Na dan Cl merupakan unsure penting dalam cairan ekstra seluler dan darah: Te, Mg dan P merupakan unsure penting dalam cairan intra seluler. c) Mineral turut membangun enzim dan protein dan merupakan bagian dari asam amino. (Kresno B Agus 2001:65) Keseimbangan ion-ion mineral dalam tubuh mengatur proses metabolisme, mengatur keseimbangan asam basa, tekanan osmotik, membantu transport senyawa-senyawa penting pembentuk jaringan tubuh.
  • 9. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 9 Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses pertumbuhan. Perlu dijelaskan disini bahwa peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419). D. Beberapa Mineral dalam Tubuh a. Makromineral  Kalsium (Ca) Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per kilogram berat badannya tanpa lemak. Daripadanya (jumlah itu) sekitar 99% Ca terdapat dalam tulang dan gigi. (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:90) sedangakn yang 1% terdapat dalam darah, cairan di luar sel dan dalam sel jaringan lunak dimana kalsium mengatur berbagai fungsi metabolik yang penting. Pada anak-anak sintesis tulang lebih besar daripada destruksi tulang, sedangkan pada orang dewasa normal terdapat keseimbangan dinamik mineral kalsium antara tulang dan cairan tubuh. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421) Peranan kalsium tidak saja sebagai pembentukan tulang dan gigi serta memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh, fungsi lain dari kalsium yaitu: 1. Dalam cairan jaringan berfungsi untuk pengendalian kerja jantung serta otot skeleton 2. Eksitabilitas syaraf otot 3. Proses pembekuan darah 4. Memberikan kekerasan dan ketahanan terhadap pengeroposan 5. Transmisi impits. 6. Relaksasi Kontraksi 7. Absosbsi dan aktivitas enzim 8. Memberikan rigiditas terhadap jaringan 9. Bersama fosfor membentuk matriks tulang yang dipengaruhi oleh vitamin D. (Kresno B Agus, 2001:64)
  • 10. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 10 Absorpsi kalsium dibantu oleh vitamin D, vitamin C dan laktosa, sedangkan oksalat dan fitat menganggu absorpsi kalsium. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421) Tubuh dapat mengalami defisiensi kalsium, apabila penyerapannya terganggu seperti pada sindrom metabsorpsi atau sebagai akibat kekuarangan vit-D. (Kresno B Agus 2001:64) Kekurangan kalsium dalam diet seseorang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak dan dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) pada orang dewasa. Penggunaan kalsium diatur oleh hormone paratiroid. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009) Sumber makanan kalsium yaitu tulang lunak, keju, susu, molasse, yogurt, padi-padian utuh, kacang, pohong-pohongan, sayuran berdaun hijau. (Dwijayanthi Linda 2002:72) Mengenai kebutuhan tubuh akan kalsium/zat kapur adalah sekitar 0,8 gram sehari (bagi orang dewasa normal), jumlah ini sesuai dengan hasil- hasil Vuthonse, Mitchell, Steg-Gerda, yang antara lain menyimupulkan bahwa kebutuhan akan kalsium bagi orang dewasa adalah antara 7 sampai 7,5 mg perkilogram berat badan atau ± 0,5 sampai 0,7 gram seharinya. (Kartosapoetra dan Marsetyo 2008:90)  Fosfor (P) Mineral ini menempati kadar nomor dua dalam tubuh kita setelah kalsium, yaitu 22% dari seluruh mineral yang ada. Kurang-lebih 80% berada dalam bentuk kalsium fosfat Kristal yang tidak larut, yang memberikan kekuatan pada gigi. Adapun sisanya (20%) didistribusi dalam tiap sel dan dalam cairan diluar sel bersama dengan karbohidrat, lipid, protein serta senyawa lainnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009) Fungsi fosfor dalam ketersediannya di dalam tubuh yaitu: 1. Mempengaruhi semua proses perombakan dan pembentukan zat; 2. Membentuk fosforida, yaitu bagian penting dari plasma; 3. Pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat turunan;
  • 11. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 11 4. Membentuk matriks tulang – (bersama-sama dengan Ca); 5. Membantu proses pengerutan otot. (Kartosapoetra dan Marsetyo 2008:92) Disamping fungsi-fungsi tersebut, fosfor memiliki fungsi yang sangat banyak bila dibandingkan dengan mineral-mineral lainnya. Senyawa seperti ATP dan keratin fosfat, koensim dari golongan vitamin B protein kojugasi, fosfolipid, merupakan contoh senyawa fosfat yang pentinga dalam tubuh kita. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421) Biasanya kira-kira 70% dari fosfor yang berada dalam tubuh. Penyerapan akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam jumlah yang sama. Penyerapan fosfor di bantu oleh vitamin D dan diekskresi melalui urine. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421) Sumber makanan fosfor adalah telur, ikan padi-padian, daging, unggas, keju kuning, susu, produk susu. (Dwijayanthi Linda, 2002:72) Defisiensi fosfor akan terjadi pada jari peminum alkoholik, pasien ginjal dan pasien yang mendapatkan nutrisi parenteria fosfor di samping itu dapat juga menimbulkan gangguan-gangguan yang relative sama seperti unsur Ca. (Kresno B Agus, 2001:65)  Natrium (Na) Tubuh manusia mengandung sekitar 1,8 gram Na perkilogram berat badan yang bebas lemak, sebagian besar daripadanya dijumpai dalam cairan ekstraselular. Kandungan Na dalam plasma yaitu sekitar 300-355 mg/100 ml. dikarenakan Na merupakan kation utama dari cairan ekstraselular, pengendalian osmolaritas dan volume cairan tubuh adalah sangat tergantung pada ion Na dan rasio Na terhadap ion lainnya. (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:94) Fungsi natrium adalah: 1. Dalam plasma darah dan cairan berperan dalam menyelimuti jaringan. 2. Berperan dalam menghasilkan tekanan osmotik yang mengatur pertukaran cairan antara sel dan cairan disekitarnya.
  • 12. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 12 3. Menentukan volume dalam cairan ekstraseluler dan amina. 4. Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. (Kresno B Agus, 2001:67) Natrium harus terdapat dalam jumlah yang cukup pada makanan agar kecukupan Na ini dapat terjamin tubuh sendiri dapat mengatur kadar Na tubuh dan mengeluarkan kelebihan Na melalui urine akan tetapi pada penyakit tertentu Na tetap bertahan dalam tubuh dengan jumlah yang berlebihan, pada keadaan ini diperlukan pembatasan pemasukan Na. (Kresna B Agus 2001:67) Defisiensi Na menimbulkan gejala kehilangan nafsu makan, atrofi otot, muntah penurunan berat badan, sedangkan gejala toksisitas Na ialah Edema dan peningkatan tekanan darah. (Dwijayanthi Linda, 2002:76) b. Mikromineral  Tembaga (Cu) Mineral Cu yang terkandung dalam tubuh manusia diperkirakan sekitar 1,5 sampai 2,5 mg per kilogram berat badan tanpa/bebas lemak, tersebar diseluruh jaringan tubuh dan dalam hati, otak, jantung, dan ginjal. Jumlah kandungannya adalah lebih besar kalau dibandingkan dengan kadungan organ-organ tubuh lainnya. Dalam darah Cu terdapat dalam jumlah sekitar yang sama terkandung dalam plasma dan eritrosit, dalam plasma terkandung ± 115 mcg/100 ml. (Kartosapoetra dan Marsetyo, 2008:96) Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS). Walaupun dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu kesehatan atau mengakibatkan keracunan. (Davis dan Mertz 1987; Baker et al. 1991;Clark et al. 1993) Fungsi tembaga: 1. Pembentukan tulang 2. Warna kulit dan rambut
  • 13. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 13 3. Proses penyembuhan 4. Pembentukan hemoglobin dan sel darah merah 5. Mempertahankan serabut syaraf 6. Metabolisme besi. (Dwijayanthi Linda, 2002:72) Kebutuhan tembaga bagi orang dewasa adalah kurang-lebih 2 mg per hari, dan pada umumnya dalam diet dikonsumsi 2,5-5,0 mg per hari. Bayi dan anak-anak membutuhkan kurang-lebih 0,005-0,1 mg per kg berat badan per hari. Pada umumnya kebutuhan tembaga adalah seper-sepuluh kebutuhan akan zat besi. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:417) Sumber dari tembaga adalah daging organ, kismis, makanan laut, kacang, olase. (Dwijayanthi Linda, 2002:72) Defisiensi tembaga sangat jarang terjadi, biasanya diawali oleh kekurangan besi. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:417) Penyakit akibat kekurangan unsur tembaga ditemukan pada beberapa tempat di dunia. Selain menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga mengakibatkan gangguan pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu, gangguan saluran pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang belakang (Graham 1991; Engle et al. 2001; Sharma et al. 2003; Chung et al. 2004).  Iodium/Iodin (I) Iodium merupakan bagian dari hormon kelenjar tiroid, yakni tiroksin dan triiodotirosin. Biasanya tubuh mengandung 20-30 mg iodium. Kira-kira 60% berada dalam kelenjar tiroid dan selebihnya tersebar di jaringan- jaringan tubuh, terutama di ovarium, otot dan darah. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423) Iodin secara perlahan-lahan diserap dari dinding saluran pencernaan ke dalam darah. Penyerapan tersebut terutama terjadi dalam usus halus, meskipun dapat berlangsung pula dalam lambung. Dalam usus, iodin bebas atau iodat mengalami reduksi menjadi iodide sebelum diserap tubuh. Dalam peredaran darah, iodida menyebar ke dalam cairan ekstraseluler seperti halnya klorida. Iodida yang masuk ke dalam kelenjar tiroid dengan cepat dioksidasi dan diubah menjadi iodin organik melalui penggabungan
  • 14. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 14 dengan tiroksin. Proses tersebut terjadi pula secara terbatas dalam ovum (Graham 1991; Puls 1994; Lee et al. 1999) Dari penyelidikan diketahui bahwa kebutuhan iodium orang orang dewasa adalah 100-200 mikrogram per hari, anak-anak 50 mikrogram per hari, sedangkan bayi membutuhkam 20-40 mikogram per hari. Kebutuhan iodium bagi wanita yang mengandung dan menyusui lebih besar daripada orang dewasa pada umumnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423) Fungsi Iodium: 1. Produksi energi 2. Metabolisme 3. Perkembangan fisik dan mental. (Dwijayanthi Linda, 2002:72) Defisiensi iodium menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang mengakibatkan pembengkakan pada bagian leher. Kekurangan iodium yang kronis menyebabkan terjadinya kretinisme dan terganggunya kecerdasan. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423) Sumber iodium antara lain adalah ikan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah pantai. Oleh karenanya daerah gondok endemik biasanya terdapat di daerah pegunungan. Langkah-langkah yang sudah dilakukan pemerintah maupun oleh swasta untuk mencegah penyakit gondok ialah iodiumsi garam kebutuhan sehari-hari. (Poedjiadidan Supriyanti, 2009:423)  Besi (Fe) Kadar besi dalam tubuh kita relative kecil. Pada pria dewasa terdapat 40-50 mg besi per kg berat badan dan pada wanita dewasa 35-50 mg per kg berat badan. 60 sampai 70% digolongkan sebagai esensial, sisanya adalah nonesensial. Kebanyakan dari besi esensial terdapat dalam hemoglobin, kira-kira 5% terdapat dalam otot (mioglobin), dan kurang dari 1% terdapat dalam sel tubuh sebagai bagian dari enzim oksidu-reduktase. Kira-kira 20% disimpan dalam hati ,sumsum tulang belakang dalam limpa sebagai feritin dan hemosiderm.Dalam plasma darah besi terdapat sebagai transferin. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)
  • 15. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 15 Unsur besiini diserap melalui dinding usus dalam bentuk ion fero. Ion ini tidak langsung digunakan oleh tubuh, melainkan lebih dahulu disimpan dalam hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Kemudian dibawa o leh plasma darah ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk kompleks besi- protein di atas. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423) Penyerapan besi dibantu oleh keasaman cairan lambung dan vitamin C. ion feri juga diserap tetapi tidak semudah ion fero. Penyerapan ion besi terbanyak berlangsung di duodenum bagian atas dan dikontrol oleh mukosa intestin. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423) Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel- sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan (Darmono 1995; King 2006). Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin). Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang (Brock dan Mainou-Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al. 2004). Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel (Brock dan Mainou-Fowler 1986; King 2006). Zat besi bukan hanya diperlukan dalam pembentukan darah, tetapi juga sebagai bagian dari beberapa enzim hemoprotein (Dhur et al. 1989). Enzim ini memegang peran penting dalam proses oksidasi-reduksi dalam sel. Sitokrom merupakan senyawa heme protein yang bertindak sebagai agens dalam perpindahan elektron pada reaksi oksidasi-reduksi di dalam sel. Zat besi mungkin diperlukan tidak hanya untuk pigmentasi bulu merah yang diketahui mengandung ferrum, tetapi juga berfungsi dalam susunan enzim dalam proses pigmentasi (Desousa 1989; Beard et al. 1996; Lee et al. 1999).
  • 16. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 16 Sumber besi diantaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, gandum, roti, dan sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung, dan otot. Unsur besi merupakan komponen utama dari hemoglobin (Hb), sehingga kekurangan besi dalam pakan akan mempengaruhi pembentukan Hb. Sel darah merah muda (korpuskula) mengandung Hb yang diproduksi dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Dari sel darah merah yang rusak ini besi dibebaskan dan digunakan lagi dalam pembentukan sel darah merah muda (Cook et al. 1992;Puls 1994;Inoue et al. 2002; Brown et al. 2004). Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan besi dalam saluran pencernaan. Bila cadangan besi tidak mencukupi dan berlangsung terus-menerus maka pembentukan sel darah merah berkurang dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992). E. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan didunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakt yang bersifat endemik. Masalah ini terutama menjakiti para wanita dalam usia reproduktif dan anak-anak di kawasan tropis dan subtropis. World Bank mengestimasikan bahwa peranan langsung anemia karena defisiensi zat besi pada beban global penyakit adalah 14 disability-addjusted lfe-years per 1000 populasi. Masalah ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam ha gangguan kesehatan, kematian premature, dan kehilangan pendapatan. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:276) Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalam bidang gangguan gizi di dunia. Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolong tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia yang terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, dan wanita hamil (WHO, 2011). Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia yang sering
  • 17. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 17 terjadi di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosial ekonomi menengah kebawah adalah anemia gizi. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin (vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E. (Setyawati dan Syauqy, 2014) Deplesi zat besi dapat dipilah menjadi 3 tahap dengan derajat keparahan yang berbeda dan berkisar dari ringan hinggga berat.  Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang ditandai berdasarkan penurunan kadar feritin serum, meskipun tidak disertai konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini menggambarkan adanya peningkatan kerentanan dari keseimbangan besi yang marjinal untuk jangka waktu lama sehingga dapat terjadi defisiensi zat besi yang berat.  Tahap kedua ditandai oleh perubahan biokimia yang mencerminkan kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang normal. Pada keadaan ini terjadi penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan protoporfirineritrosit, dan peningkatan jumla reseptortransfein serum.  Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia karena defisiensi zat besi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7 g/dl. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:278) Tabel 2. Titik cut off untuk nilai hemoglobin bagi diagnosis anemia. Kelompok populasi Hemoglobin (g/l) Laki-laki dewasa <120 Wanita dewasa yang tidak hamil dan tidak menyusui <120 Ibu hamil <110 Ibu menyusui <120 Anak-anak berusia <6tahun <110 Anak-anak berusia >6tahun <120 Sumber: WHO (1972).
  • 18. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 18 F. Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis anemia difisiensi di Indonesia. Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan selama kehamilan (Waryana, 2010). Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Kadar hb normal ibu hamil Hb>11 gr/dl. anemia pada ibu hamil jika kadar Hb nya pada saat hamil trimester I <11 gr/dl, trimester II <10,5 gr/dl, dan trimester III <10 gr/dl. Jika kadar hb normal pada wanita tidak hamil yaitu >12 gr/dl. Ibu hamil yang mengalami anemia memiliki risiko kematian hingga 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia. Anemia juga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap kematian di Indonesia dengan persentase mencapai 50-70%. Selain itu, ibu hamil yang menderita anemia dapat berdampak terhadap janin, seperti bayi lahir prematur, kelainan janin, serta meningkatnya risiko gawat janin. (Amanda Fatricia, 2012) Dampak dari masalah anemia pada masa kehamilan adalah meningkatkan risiko kematian janin selama periode prenatal, bayi lahir sebelum waktunya, memicu hipertensi dan gagal jantung saat kehamilan, atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Secara keseluruhan 20-40 % dari
  • 19. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 19 50.000 kematian maternal juga disebabkan anemia saat kehamilan. (Setyawati dan Syauqy, 2014) Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan post partum dimana kita ketahui bahwa perdarahan post partum merupakan penyebab kematian pada ibu. Istilah perdarahan post partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml. Perdarahan post partum sendiri terbagi menjadi perdarahan post partum primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jampertama, dan perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang terjadi setelah 24 jam pertama (Nugroho, 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemia defisiensi besi pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet besi (Indreswari, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, dan efek samping dari tablet besi yang diminumnya. Faktor yang sering dikemukakan oleh ibu hamil ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet besi (Purwaningsih dkk, 2006). Tingkat pengetahuan ibu hamil yang rendah akan mempengaruhi bagaimana ibu hamil menjaga kehamilannya. Pengetahuan kurang memiliki risiko 1,45 kali lebih besar untuk menderita anemia dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik (Mulyati, et al, 2007).  Menurut NS. Tarwono dkk., (2007), bahwa tanda dan gejala anemia selama ibu hamil adalah: 1. Cepat lelah/kelelahan, hal ini terjadi karena penyimpangan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolism otot terganggu. 2. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen karena daya angkut hemoglobin berkurang. 3. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, mukosa, dan konjungtiva.
  • 20. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 20  Pengobatan a. Pemberian diet tinggi zat besi b. Pemberian tambahan zat besi misalnya: 1. Sulfat ferosus 2. Feroglukonat atau diberikan secara parental jika mengalami alergi c. Pemberian Vit C d. Transfusi darah jika diperlukan (Sembiring Rinawati, 2010)  Pencegahan a. Penyediaan suplemen zat besi Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Departemen Kesehatan masih terus melaksanakan progam penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. Suplemen besi folat lebih dikenal sebagai Tablet Tambah Darah (TTD). (Amanda Fatricia, 2012) Berdasarkan Depkes (2007), cakupan pemberian TTD sudah mencapai angka 92,2%, namun ternyata prevalensi anemia masih cukup tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan kegiatan tersebut adalah rendahnya kepatuhan populasi target dalam konsumsi TTD. b. Fortifikasi. Fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan yang lazim dikonsumsi merupakan pilihan menarik untuk mengatasi permasalahan asupan zat besi yang tidak memadai dalam masyarakat. Jenis-jenis bahan pangan yang berhasil dijadikan pembawa bagi fortifikasi pangan adalah gandum, roti, tepung, susu formula bayi, dan gula. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:285) c. Edukasi Gizi
  • 21. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 21 Upaya yang ekstensif dan persuasif diperlukan untuk menimbulkan perubahan perilaku dalam masyarakat agar orang-orang dalam masyarakat tersebut mau mengadopsi diversifiksi pngan. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:285)
  • 22. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999). Kalsium, besi dan iodium merupakan elemen-elemen yang seringkali tidak terdapat cukup dalam makanan kita, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai patokan, apabila ketiga nutrien diatas jumlahnya telah terpenuhi berada dalam diet seseorang, jumlah nutrient lain pun akan terpenuhi pula jumlahnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419) Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. (Brock dan Mainou-Fowler 1986; King 2006) Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Setyawati dan Syauqy, 2014) Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pasca postpartum, eklampsi, penyakit infeksi, dan plasenta previa yang semua bersumberpada anemia defisiensi besi. (Purbadewi dan Ulvi, 2013)
  • 23. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 23 Pengobatan anemia defisiensi besi ialah dengan pemberian diet tinggi zat besi, pemberian tambahan zat besimisalnya, pemberian Vit C, transfusi darah jika diperlukan (Sembiring Rinawati, 2010) Pencegahan anemia defisiensi besi diantaranya; penyediaan suplemen zat besi, fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan, edukasi gizi. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:285) B. Saran Untuk mengurangi anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil maka sebaiknya diadakan beberapa kegiatan untuk mematangkan program pemerintah. Diantaranya; 1. Melakukan penyuluhan pada setiap RT tentang pentingnya Tablet Tambah Darah bagi para ibu hamil 2. Menganjurkan Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ibu hamil yang kurang berminat dengan Tablet Tambah Darah 3. Fortifikasi zat besi pada makanan misalnya pada gula, seperti fotifikasi iodium pada garam.
  • 24. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 24 DAFTAR PUSTAKA Amanda Fatricia, 2012. http://repository.unand.ac.id/20420/1/JURNALmanda.pdf. Diakses pada 25 April 2015. Arifin Zainal, 2008, BEBERAPA UNSUR MINERAL ESENSIAL MIKRO DALAM SISTEM BIOLOGI DAN METODE ANALISISNYA. Jurnal Litbang Pertanian, Vol 27. No. 3. pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3273084.pdf. Diakses pada 24 April 2015. Dwijayanthi Linda, dr 2012. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Penerbit: Buku Kedokteran GEC. Hasan Syah Muhammad Nur, dkk, 2012. Status Zat Gizi Mikro (Besi,Asam Folat Dan Seng) dan Kerusakan DNA pada Anemia Ibu Hamil di Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Tahun 2012. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ea95f22be12960b243855c387d29dc0. pdf. Diakses pada 25 April 2015. Iswanto Budi, dkk, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Defisiensi Besidengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di Puskesmas Karangdowo, Klaten. Vol 5. No. 2. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3280/3.%20B UDI%20ISWANTO.pdf?sequence=1. Diakses pada 25 April 2015. Kartosapoetra, Marsetyo. 2008. Ilmu Gizi. Penerbit: Rineka Cipta. Kresno B Agus, 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Penerbit: Universitas Muhammadiyah Malang.
  • 25. Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 25 Poedjiadi, Supriyanti, 2009. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit: Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Purbadewi Lindung dan Setiawati Ulvie Yuliana Noor, 2013. Hubungan TingkatPengetahuan TentangAnemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Vol 2. No 1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98410&val=421. Diakses pada 25 April 2015. Sembiring Rinawati, 2010, Hubungan Anemia Dalam Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Di Rsup.H. Adam Malik Medan. Vol 2. No. 4. http://sari-mutiara.ac.id/new/wp-content/uploads/2013/10/31- hubungan-anemia-dalam-kehamilan-dengan-kejadian-post-partum-di- RSUP-H.Adam-Malik-Medan.doc. Diakses pada 25 April 2015. Setyawati Ba’ul dan Syauqy Ahmad, 2014. Perbedaan Asupan Protein, Zat Besi,Asam Folat,dan Vitamin B12 Antara Ibu Hamil Trimester III Anemia dan Tidak Anemia Di PuskesmasTanggungharjo Kabupaten Grobogan.Vol 3. No 1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=142600&val=4711&title =PERBEDAAN%20ASUPAN%20PROTEIN,%20ZAT%20BESI,%20ASAM %20FOLAT,%20DAN%20VITAMIN%20B12%20ANTARA%20IBU%20HAM IL%20TRIMESTER%20III%20ANEMIA%20DAN%20TIDAK%20ANEMIA% 20DI%20PUSKESMAS%20TANGGUNGHARJO%20KABUPATEN%20GR OBOGAN. Diakses pada 25 April 2015. Vijayaraghavan Kasamamudram, 2004. Gizi Kesehatan Masyarakat.