4. KEPEMIMPINAN
ALINI GILANG,SH.MM
.Kepemimpinan adalah proses yang dijalankan oleh
Pemimpin untuk mempengaruhi orang lain dalam
rangka mencapai tujuan bersama yang telah
direncanakan, sebagaimana tertuang didalam rencana
organisasi dan memastikan setiap elemen organisasi
dapat bekerjasama dan membangun organisasi yang
kondusif dan solid serta memiliki arah yang jelas
5. UNSUR-UNSUR
KEPEMIMPINAN
.
1. Pemimpin (Leader) merupakan orang yang memimpin
2. Bawahan (Pengikut) merupakan orang-orang yang
dipimpin
3. Organisasi merupakan alat dan wadah untuk melakukan
kepemimpinan
4. Tujuan (objective) merupakan sasaran yang ingin dicapai
5. Lingkungan merupakan internal dan eksternal /organisasi
perusahaan
6. FUNGSI-FUNGSI
KEPEMIMPINAN
.1. Pengambilan keputusan dan meralisasi keputusan itu
2. Pendelegasian wewenang dan pembagian kerja kepada pra
bawahan.
3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna semua unsur manaj
4. Memotivasi bawahan, agar bekerja dengan efektif dan bersemangat.
5. Mengembangkan Imajinasi, Kreativitas, dan loyalitas bawahan.
6. Penilaian prestasi dan pemberian teguran atau penghargaan kepada
bawahan.
7. Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana.
7. FUNGSI-FUNGSI
KEPEMIMPINAN
ALINI GILANG,SH.MM
.
8. Mengkordinasi dan mengintegrasi kegiatan-kegiatan bawahan.
9. Pengembangan bawahan melalui pendidikan atau pelatihan.
10. Melaksanakan pengawasan melekat dan perbutan-perbuatan
perbaikan jika perlu.
11. Menjaga aktivitas-aktivitas perusahaan sesuai dengan izinnya.
12. Mempertanggung jawabkan semua tindakan kepada pemilik,
karyawan, dan pemerintah.
13. Membina dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
14. Pemberian, ketenangan, kompensasi dan keselamatan bagi semua
karyawan
8. KONFLIK
a. Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul
b. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya
9. KONFLIK
c. Konflik adalah suatu perselisihan, pertentangan atau pertikaian diantara dua
pihak atau lebih yang ditandai dengan permusuhan baik secara terbuka
maupun tersembunyi yang dapat mengganggu tercapai tujuan pihak lain
d. Konflik adalah suatu masalah sosial yang timbul karena adanya perbedaan
pandangan yang terjadi di dalam masyarakat maupun negara
e. Konflik muncul akibat tidak adanya rasa toleransi dan saling mengerti
kebutuhan masing-masing individu.
10. FAKTORS PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik.
Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu
perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
11. FAKTORS PENYEBAB KONFLIK
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
12. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
Ada 5 teknik yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin dalam memediasi
konflik yang terjadi, yaitu :
1. Kompetisi
2. Kolaborasi
3. Pengelakan
4. Akomodasi
5. Kompromi.
13. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
1. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak
ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan-alasan keamanan.
14. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
2. Kolaborasi.
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan
kerja yang sama.
Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
15. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
3. Pengelakan/Menghindar.
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik
tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri.
Manajer yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan
“Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan
tanggal untuk melakukan diskusi”.
16. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
4. Akomodasi.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain.
Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan.
Karyawan/seseorang yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di
tempat yang pertama.
17. METODE PENYELESAIAN KONFLIK
5. Kompromi/negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu
yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
18. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Tujuan Pembelajaran :
Memahami Pengertian tentang konsep kepemimpinan situasinal
Mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan
kematangan/kesiapan pengikut
Mendiskripsikan gaya kepemimpinan yang sesuai
Memahami gaya kepemimpinan situasional dalam berbagai bentuk
perusahaan/organisasi
19. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory
adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey,
penulis buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan
penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku
Management of Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam
edisi yang ke-9).
20. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Hersey dan Blanchard mengungkapkan teori kepemimpinan yang
dikenal dengan “Cycle Theory of Leadership” pada tahun 1982 yang
bertolak dari siklus kehidupan manusia.
Menurut penelitian yang mereka temukan bahwa gaya kepemimpinan
cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi yang lain. Untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif harus diawali dengan
mendiagnosis situasi sebaik-baiknya.
21. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Definisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency
theory that focuses on followers readiness/maturity”.
Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya
kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari
tingkat kesiapan para pengikutnya.
22. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Gaya kepemimpinan situasional cukup menarik di era saat ini, karena
pemimpin dengan gaya ini akan selalu berusaha menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi organisasi, serta bersifat fleksibel dalam
beradaptasi/menyesuaikan dengan kematangan bawahan dan lingkungan
kerjanya.
Hal itu sesuai dengan kondisi dan situasi saat ini yang menuntut pemimpin
harus bersifat akomodatif dan aspiratif terhadap lingkungan kerjanya.
23. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang
tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik.
Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan
hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya
kepemimpinan yang tepat.
24. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu
dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi
yang dibutuhkan secara keseluruhan.
Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
25. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya
terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental
yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai
pengikut dan gaya kepemimpinan.
26. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
4 Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)
Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh
kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut.
Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard
mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam notasi R1 hingga
R4.
27. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
4 Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness) lanjutan :
Tingkat kesiapan/kematangan pengikut ditandai oleh dua karakteristik
sebagai berikut:
(i.) the ability and willingness for directing their own behavior; dan (ii.) the
extent to which people have and willingness to accomplish a specific
task.
28. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
4 Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)
Berdasarkan kriteria mampu dan mau, maka diperoleh empat tingkat
kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:
29. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Follower Readiness
R1: Readiness 1 — Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut
tidak mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab untuk
melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki
kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai
“The honeymoon is over“).
30. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Follower Readiness
R2: Readiness 2 — Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan
suatu tugas, tetapi ia sudah memiliki kemauan.
Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan
kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.
31. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
R3: Readiness 3 — Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki
pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk
melaksanakan tugas-tugas.
Tetapi pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
oleh pemimpinnya.
32. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
R4: Readiness 4 — Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki
pengetahuan dan keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan kemauan yang kuat untuk
melaksanakannya.
33. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
4 Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
Tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok yang berbeda menuntut gaya
kepemimpinan yang berbeda pula.
Hersey dan Blanchard memilah gaya kepemimpinan dalam perilaku kerja dan
perilaku hubungan yang harus diterapkan terhadap pengikut dengan derajat
kesiapan/kematangan tertentu.
Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan
pemberitahuan pada pengikut seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan,
kapan, dan bagaimana melakukannya.
34. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang tinggi di
sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.
Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah,
mendengar, memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses
pengambilan keputusan, serta memberikan dukungan emosional pada
mereka.
Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di aneka situasi.
35. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Kategori dari keseluruhan gaya kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka
dalam 4 notasi yaitu S1 sampai S4 yang merupakan kombinasi dari dua
perilaku diatas:
37. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken Blanchard
S1: Telling (Pemberitahu) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini
menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas.
Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya
kepemimpinan dengan komunikasi satu arah.
Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan
dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas,
arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
38. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
S2: Selling (Penjual) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat
(R2). Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada
tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan
namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara
emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya
diri pengikut.
39. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
S3: Participating (Partisipatif) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan
pengikut tinggi dengan motivasi moderat (R3). Ini menekankan pada
jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah.
Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok
untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan
dengan semangat yang mereka tunjukkan.
40. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
S4: Delegating (Pendelegasian) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan
pengikut tinggi (R4). Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku
kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini
cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan
dan pelaksanaannya.
Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi
yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena
pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil
tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah
memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
41. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap
saat bagi seorang pemimpin.
Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap
situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya kepemimpinan,
terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.
42. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Pengertian Kepemimpinan Situasional lanjutan:
Merupakan perkembangan dari model efektivitas pemimpin tiga
demensi Reddin. (efektivitas,hubungan pemimpin dengan tugas dan
hubungan kerja )
Kepemimpinan situasional didasarkan kepada :
Tingakat pengarahan yg diberikan pemimpin ( perilaku petugas)
Tingkat dukungan yg diberikan pemimpin ( prilaku hubungan)
Tingkat kematangan bawahan/pengikut yang menggambarkan
pelaksanaan tugas, fungsi dan tujuan tertentu
43. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Pengertian Kepemimpinan Situasional :
Konsep kepemimpinan situasional menjelaskan hubungan antara
gaya kepemimpinan yang efektif dengan level kematangan para
pengikut/staff.
Kematangan (maturity) didefinisikan sebagai kemampuan (ability) dan
kemauan ( willingness).
45. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Gaya kepemimpinan yang diterapkan tergantung pada level
kematangan orang yang dipengaruhi pimpinan
Kurva berbentuk lonceng disebut kurva perspektif menunjukkan gaya
kepemimpinan sesuai dengan level kematangan
Gaya kepemimpinan dalam kurva tersebut :
Memberitahukan ( telling)
Menjajakan (selling)
Mengikutsertakan (participating)
Mendelegasikan (delegating)
46. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Gaya yg disebutkan merupakan kombinasi dari prilaku tugas dan
prilaku hubungan
Prilaku tugas adalah sejauh mana pemimpin mengarahkan
subordinat/bawahan
Prilaku hubungan sejaumana pemimpin melakukan hubungan dua
arah dengan staf/bawahannya, menyediakan dukungan dan dorongan
52. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga
pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau
kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam
pekerjaan.
53. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan
pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai
pengarah.
Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini
melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang
baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah
memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
54. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Mengembangkan dan Memotivasi Pengikut
Seorang pemimpin yang baik mengembangkan kompetensi dan komitmen dari pengikut sehingga mereka memotivasi diri
sendiri daripada bergantung pada orang lain untuk diarahkan atau dibimbing.
Menurut Hersey tingginya kinerja pemimpin menciptakan harapan yang realistis akan tingginya kinerja dari pengikut.
Sebaliknya rendahnya harapan pemimpin mengakibatkan rendahnya kinerja pengikut. Menurut Ken Blanchard empat
kombinasi kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat perkembangan seperti yang disebutkan dalam notasi dibawah
ini:
D1 — Kompetensi rendah dan komitmen yang tinggi
D2 — Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah
D3 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang rendah
D4 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi
55. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Dalam rangka untuk membuat siklus yang efektif, seorang pemimpin perlu memotivasi
pengikutnya dengan benar.
Kepemimpinan Situasional II
Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika mereka
sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an, Hersey
merubah nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan situasional dan
Blanchard menawarkan Teori Kepemimpinan Situasional sebagai Pendekatan Situasional
untuk Mengelola Orang. Blanchard dan rekan-rekannya terus merevisi pendekatan
situasional untuk mengelola orang, dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan
Situasional II (SLII).
56. Creativity and Innovation is Key for Success
“Life is good, Life is beautiful”
Perubahan tidak menjamin kondisi akan lebih baik, tapi tanpa perubahan
sesuatu tidak akan mungkin menjadi lebih baik. By RK
“ Jadilah kalian pemuda sebagai agen/pemimpin perubahan, jangan hanya
sebagai pembaca sejarah, tapi buatlah sejarah”
57. Let’s go for achieve more.......
see you next time, insya Allah......!!!
Waslm wr wb,
Thank you/Terima kasih/Nuhun