Dokumen tersebut merangkum tentang komunikasi dan model-model kepemimpinan. Komunikasi dijelaskan sebagai proses penyampaian informasi antara dua pihak dengan menggunakan verbal atau nonverbal. Model-model kepemimpinan yang dijelaskan meliputi model kontigensi Fiedler, model Vroom-Jago, model jalur tujuan, dan model situasional Hersey-Blanchard.
1. KEWIRAUSAHAAN
Pertemuan 6
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kewirausahaan 6”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, MM,CMA
Disusun Oleh:
Retno Aprilia Dwi Ningsih (43217110131)
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISTAS MERCU BUANA
JAKARTA
2018
2. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gesture tubuh, menunjukkan
sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung
dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak
lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada
pihak lain.
Saluran (channel) adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam
komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran
nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan ("Protokkol")
Masalah komunikasi adalah masalah sangat penting, rasanya tidak mungkin seseorang hidup
tanpa berkomunikasi dengan orang lain,demikian pula dengan organisasi bisnis,komunikasi adalah
sumber kehidupannya.
Suatu perusahaan hanya akan merealisasikan tujuannya jika setiap petugasnya berkerja secara
effisien dan ada kerjasama antara petugas yang satu dengan yang lain. Salah satu faktor yang
memungkinkan ialah adanya hubungan baik antara pimpinan dan bawahan. Cara-cara yang
dilakukan badan usaha antara lain pertemuan,berbicara melalui telepon,mengirim email,berbicara
langsung, pemberian laporan, pemberian petunjuk dan pemberian perintah. Agar terdapat suatu
hubungan yang baik maka cara-cara tersebut harus terpelihara dengan baik.
Komunikasi secara garis besar terbagi menjadi dua,yaitu Komunikasi kedalam dan Komunikasi
keluar. Komunikasi kedalam yang dimaksud adalah sesuai dengan tujuan kepada siapa warta itu
disampaikan. Dibedakan menjadi dua yaitu Vertikal dan Horizontal, Komunikasi Vertikal yaitu proses
penyampaian dari pihak pimpinan ke pegawai dan sebaliknya. Masing-masing komunikasi bertujuan
3. untuk menjamin hubungan yang baik antara pimpinan dan bawahan dan mengkoordinasi kegiatan
bawahan itu agar tertuju kepada tujuan perusahaan. Komunikasi keatas diwujudkan dalam bentuk
penyampaian laporan-laporan. Komunikasi keluar adalah antara pihak atasan dengan pihak luar
diwujudkan dengan telpon,berbicara langsung, atau dengan pengiriman surat.
Mengusung konsep demokrasi, pemimpin mengampu tanggung jawab sebagai gaya
kepemimpinannya. Tapi, anak buah punya peran yang penting juga karena tugas-tugas akan
didelegasikan ke para ‘awak kabin’ sesuai dengan kemampuan masing-masing. Gaya kepimpinan ini
berbanding terbalik dengan kepemimpinan yang otokratis, yang mana pemimpin mengambil alih
semua keputusan tanpa melibatkan anak buah. Dari banyaknya jenis gaya kepemimpinan, pemimpin
yang demokrat masih jadi favorit dan bisa dilakukan sepanjang masa karena komunikasi atasan ke
bawahan dan sebaliknya bisa terjalin. Ada kreativitas, kejujuran, dan usaha yang bakal terlihat
dengan jelas lewat gaya kepemimpinan yang demokratis.
MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN
1. Model Kontigensi Fiedler
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut
beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara
atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the
situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor
ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara
pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan
posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana
pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk
pemimpin.
Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan
secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang
rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk
menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing.
Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan
otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat
(demotions).
4. 2. Model Kepemimpinan Vroom – Jago
Model kepemimpinan ini menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang paling efektif dalam
situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan adalah autokratis dan gaya konsultatif, dan
satu gaya berorientasi keputusan bersama. Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton
membuat beberapa asumsi yaitu :
a) Model ini harus dapat memberikan kepada para pemimpin, gaya yang harus dipakai dalam
berbagai situasi
b) Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai dalam segala situasi
c) Fokus utama harus dilakukan pada masalah yang akan dihadapi dan situasi dimana masalah
ini terjadi
d) Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang
dipakai dalam situasi yang lain
e) Beberapa proses social berpengaruh pada tingkat partisipasi dari bawahan dalam
pemecahan masalah.
3. Model Kepemimpinan Jalur Tujuan
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin
terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian
tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini
dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam
berbagai situasi.
Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin
adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti
misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap
lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan
dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang
kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel
situasional
4. Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard
Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan
dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan
dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari
kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha
mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan
5. manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah
unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan
tertentu.
Menjelaskanbahwa pendekatan situasional menekankan pada pentingnya faktor-faktor
kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal,
dan karakteristik para pengikut.
Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan kepemimpinan
situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan yang khusus
dari sangat direktif, partisipatif, supportif sampai laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif
tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah
merujuk pada sampai dimana pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan
tugas tertentu. Namun, pendekatan situasional dari Hersey dan Blanchard ini menurut Kreitner dan
Kinicki (2005) tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian
mengenai kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam berbagai
penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya digunakan dengan catatan-
catatan khusus.
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
https://teorionline.wordpress.com/2012/02/15/model-model-kepemimpinan/