Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai surveilans epidemiologi dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Indonesia, termasuk data kasus aktif, sembuh, meninggal, dan suspek di berbagai daerah. Juga dijelaskan prosedur identifikasi, pelacakan, dan pemantauan kontak erat untuk mencegah penularan lebih lanjut.
9. diii
103.303
Kasus konfirmas (+1525)
4838
Kasus meninggal (4,7 %)
58.173
Kasus sembuh (+58,0 %)
37.292
Dalam perawatan(37,2 %)
5490
Kasus suspek
471
Kab/kota terdampak
189
Transmisi lokal
Situasi Kasus di indonesia
384
Kasus
konfirmas
29
Kasus
meninggal
295
Kasus sembuh
(+76,38 %)
105
Dalam
perawatan(76,
8
5428
Kasus suspek
18
Kec terdampak
19
Transmisi lokal
Situasi kasus di kab. bekasi
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. Sesorang yang memiliki salah satu dari kriteria
berikut :
1. Orang dengan infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) DAN pada 14 hari sebelum
timbul gejala memiliki riwayat perjalanan
atau tinggal di Negara/wilayah Indonesia
yang melaporkan transmisi local
2. Orang dengan gejala/tanda ISPA DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19
3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat
*** yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit DAN yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebablain berdasarkan gambaran klinis
yang nyata
Kasus Suspek dengan ISPA
berat/ARDS***/meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan
COVID-19 belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium PCR
Ket. Termasuk yang tidak ada hasil
laboratorium dengan alas an
apapaun
Seseorang yang dinyatakan positif
terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium RT PCR
Kasus konfirmasi dibagi 2
- Kasus konirmasi dengan gejala
(simptomatik)
- - Kasus konfirmasi tanpa gejala (
asimptomatik
Kasus suspek
Kasus Probable
Kasus Konfirmasi
Catatan :Istilah PDP dan ODP saat ini dikenal dengan istilah suspek
- ISPA adalah demam > 38 C atau rriwayat demam , disertai salah satu gejala sakit pernapasan seperti batuk, sesak
napas, sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat
- Negara wilayah tranmisi local adalah Negara/wilayah yang melaporkan adanya kasuskonfirmasiyang sumber
penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan kasus tersebut.
- Negara transmisi local merupakan Negara yang termasukdalam klasifikasi kasus klaster dan transmisi komunitas
dapat dilihat melalui situs http://www who inf/emergencies/diseases/novel coronavirus2019/situation-report
- Wilayah transmisi local di Indonesia dapat dilihat melalui situs http://infkesiemergging.kemkes.go.id
- Definisi ISPA BERAT/Pneumonia berat dan ARDS dapat dilihat pada table 51 di BAB V
30. 1. Identifikasi Kontak erat
1. Lakukan Wawancara Langsung/Via telepon
2. Sampaikan maksud dan tujuan
3. Catat Data Kontak (nama, alamat, usia, NI, No.
tlp, taanggal terakhir kontak dsb
4. Sampaikan ke kontak untuk melakukan hal-hal
berikut :
a Karantina Mandiri
b. Jika muncul gejala segera melapor, untuk
segera mendapat tindakan
c. Apabila harus dirujuk lakukan hal berikut :
•Beritahu Fasyankes
•Kontak erat harus memakai masker medis
•Hindari memakai kendaraan umum
•Selalu melalukan jaga jarak dan cuci tangan
•Setiap bagian baik di rmh maupun
kendaraan yg terkena secret harus segera
didesinfektan
2. Pendataan Kontak erat
rumah
klinik
rumah
makan
tempat kerja
Puskesmas
Dan
selanjutnya…………
31. Follow Up Kontak
Erat
Petugas yang sudah
melakukan identifikasi
kontak mengumpulkan
tim pemantau
Lakukan komunikasi
resiko ke masy utk
mencegah stigma
Petugas surveilans kab
dan propinsi
melakukan
pemantauan
Pelaporan setiap hari
32. a. Melakukan penilaian risiko berkala pada
petugas kesehatan yang merawat langsung
pasien
b. Rekomendasi untuk petugas kesehatan
dengann kriteria kontak erat :
1. Berhenti bekerja sementara
2. Lakukan pemeriksaan RT-PCR segera pada
kasus probable
3. Melakukan karantina dan monitoring
mandiri (14 hari)
c. Petugas yang tidak termasuk kriteria kontak
erat, dapat terus bekerja
d. Petugas melaporkan secara rutin tentang
kondisi tubuhnya
e. Petugas yang mungkin terpapar COVID-19 dari
luar harus mengikuti prosedur yang sama
a. Formulir Pemantauan Harian
b. Alat Tulis
c. Thermometer (tanpa sentuh jika ada)
d. Hand Sanitizer
e. Informasi KIE COVID-19
f. Panduan Pencegahan Penularan di
Rumah
g. Panduan APD
h. Masker Bedah
i. Identitas Diri
j. Nomor-nomor penting
k. Alat komunikasi
4. Pelacakan kontak pada petugas
Kesehatan
5. Alat untuk Pelacakan Kontak dan
Monitoring
33.
34. Siapa Petugas Pelacakan Kontak Erat
1. Petugas surveilans puskesmas/dinas kesehatan –
koordinator/supervisor
2. Relawan yang dilatih : PMI, relawan gugus tugas, karang taruna,
mahasiswa ilmu kesehatan (mahasiswa kedokteran, kesmas,
keperawatan dll)
(harus dilakukan pelatihan: cara melakukan pelacakan kontak
dan penggunaan APD)
36. Dasar Penghitungan Target
Indikator:
Penurunan transmisi atau penularan
COVID-19 dilihat dari Positivity Rate
<5%, suspek yang diperiksa PCR dan
hasilnya positif jumlahnya kurang dari
5% dari total suspek yang diperiksa.
*positivity rate dapat diperhitungkan
jika jumlah suspek yang diperiksa
mencapai 1/1000 penduduk per-
minggu.
Sumber: KMK No.413m 2020
Contoh:
Jumlah penduduk 10.000.000
(10 juta)
Maka targetnya adalah,
10.000.000 / 1000 per minggu
= 10.000 per-minggu
Per-hari berarti
10.000/7 = 1.428 suspek
diperiksa per-hari
37. Dimana dapat menemukan orang untuk di tes?
Beberapa tempat yang bisa menjadi sasaran untuk melakukan skrining
gejala-gejala COVID-19.
1. Fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta
(Puskesmas, RS, klinik-klinik)
2. Pelacakan kontak erat
3. Apotek – jika ada yang membeli obat flu/obat batuk/obat demam
4. Fasilitas-fasilitas umum: mall, kantor-kantor, dsb
5. Fasilitas tertutup: Lembaga pemasyarakatan, panti-panti sosial,
boarding school, pondok pesantren dll
Ini adalah ilustrasi, dimana kita diharapkan bisa meningkatkan sensitivitas terutama untuk penemuan kasus suspek. Jika sudah menemukan kasus suspek maka pastikan untuk diperiksa swab.
Target kita adalah bulatan yang merah tersebut (kasus konfirmasi) <5% dari seluruh suspek yang diperiksa spesimennya.
Prioritas pemeriksaan laboratorium PCR tetap pada kasus-kasus bergejala (Suspek), jika kapasitas masih mencukupi maka dapat dilanjutkan dengan kelompok lainnya seperti kontak erat, orang populasi rentan dsb.
Untuk setting2 tertentu, tetap diutamakan pada yang bergejala, dengan mempertimbangkan kapasitas lab. Akan tetapi skrining gejala harus dilakukan secara rutin di tempat-tempat tersebut.
Jika wilayah memiliki stok RDT, maka dapat digunakan untuk skrining di fasilitas-fasilitas tertentu. Jika hasil RDT reaktif, maka harus dilakukan pemeriksaan PCR