MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Bab v
1. 27
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah
trauma kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang dan jaringan otak atau
kombinasinya. Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak
Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh, dan cedera
olah raga, cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh pisau atau peluru. Cedera kepala
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian dan kecacatan utama pada usia
produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Di samping penanganan
dilokasi kejadian dan transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal
diruang gawat darurat sangat menentukan pelaksanaan dan prognosis selanjutnya.
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan
pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan
biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler,
patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan
cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang
terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampat kerusakan
jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer,
misalnya akibat dari hipoksemia,iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral,
hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada
penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika
terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia
jaringan otak. Infeksi, fraktur tengkorak atau luka terbuka dapat merobekan membran
meningen sehingga kuman dapat masuk. Infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena
keadaan ini memiiki potensi menyebar ke sistem saraf yang lain.
2. 28
Tanda-tanda dari terjadinya cedera kepala ringan adalah : Pingsan tidak lebih dari 10
menit, tanda-tanda vital dalam batas normal atau menurun, setelah sadar timbul nyeri,
pusing, muntah, GCS 13-15, tidak terdapat kelainan neurologis.
Gejala lain cedera kepala ringan adalah : Pada pernafasan secara progresif menjadi
abnormal, respon pupil mungkin lenyap atau progresif memburuk, nyeri kepala dapat
timbul segera atau bertahap seiring dengan tekanan intrakranial, dapat timbul muntah-
muntah akibat tekanan intrakranial, perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada
berbicara serta gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan kasus Sistem TRAUMA KEPALA. Dan nantinya makalah
ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai TRAUMA KEPALA.
2. Bagi Akademik
Semoga nantinya makalah ini dapat menadi referensi tambahan dalam proses
pembelajaran khususnya Blok Neurohebavior. Dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk makalah-makalah serupa.
3. 29
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca B. Fransisca (2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta. Salemba Medika
Dr. Dewanto George (2009). Diagnosa dan Tatalaksana penyakit saraf. Jakarat : EGC
Corwin, E.J. (2000). Patofisiologi, Alih Bahasa Brahn U , Pandit EGC ,Jakarta
Tarwoto. (2007).Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta. Salemba Medika
Suzanne C Smeltzer, Brenda G Bare().Buku Ajar Keperawata Medikal Bedah.Ed 8,Vol
2.Jakarta : EGC
Wahjopramono.(2005). Patofisiologi cedera kepala ringan.jakarta: EGC