SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL 
(International Criminal Court/ICC)
Pengantar 
• Tanggal 17 Juli 1998, dilahirkan sebuah statuta yang disebut Statuta Roma untuk 
membentuk Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) setelah 
melalui Konferensi Diplomatik PBB di Roma, yang telah berlangsung sejak 15 Juni 1998. 
Hasil penghitungan suara yaitu 120 mendukung, 7 menentang, dan 21 abstain. 
• Mahkamah Pidana Internasional ini akan mengadili tindak kejahatan paling serius yang 
menjadi perhatian internasional yaitu genocide (pemusnahan etnis/suku bangsa), crime 
against humanity (kejahatan terhadap kemanusiaan), dan war crime (kejahatan perang) 
dan kejahatan agresi. 
• Statuta ini belum bisa diberlakukan sebelum 60 negara meratifikasinya, sebuah proses 
yang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Baru berlaku 11 April 2002 dimana hari itu 
sepuluh negara meratifikasi Rome Statute for International Criminal Court sekaligus dan 
ICC berlaku. Jumlah ini menggenapkan negara yang telah meratifikasi Statuta ICC menjadi 
60 negara Negara yang belum meratifikasinya antara lain China, Irak, Amerika, Indonesia, 
dsb. 
• Statuta ini bisa memutus mata rantai impunity.
Sejarah 
• Tahun 1474, dibentuk mahkamah untuk mengadili Peter Von 
Hagenbach yang melibatkan 28 hakim dari negara2 di bawah 
kerajaan Romawi. Tuduhannya dia dianggap melakukan 
pembunuhan, pemerkosaan dan kejahatan lain dan melanggar 
“hukum Tuhan dan hukum manusia”. Putusannya, Peter dijatuhi 
hukuman mati dan dilucuti kebangsawanannya. 
• Peradilan Leipzig: dibentuk di akhir PD I. berdasarkan 
perjanjian Versailles 1919, Jerman selaku pihak yang kalah dalam 
PD Idiwajibkan menyerahkan para tersangka pelaku kejahatan 
perang kepada sekutu untuk diadili. Namun alih-alih menyerahkan, 
Jerman mengadili sendiri 45 orang tersangka dan menolak 
menyerahkan 896 pelaku kejahatan ke sekutu. Dari 45 orang, hanya 
12 yang diajukan ke pengadilan. Dari 12 org, hanya 6 yang 
dinyatakan bersalah dan dihukum ringan.
• Perjanjian Sevres 1920 merupakan perjanjian damai antara 
sekutu dengan kekaisaran Usmaniyah Turki. Perjanjian itu 
meletakkan kewajiban bagi Turki untuk menyerahkan orang-orang 
yang disangka melakukan KTK. Namun melalui Perjanjian 
Lausanne1923, para pelaku itu akhirnya mendapat amnesti. 
• Mahkamah Nuremberg: setelah pembicaraan2 di London dan 
Moskow 1942-1943, akhirnya sekutu menyepakati Piagam London 8 
Agustus 1945 yang menjadi dasar pembentukan Mahkamah 
Nuremberg yaitu pengadilan untuk mengadili penjahat perang 
jerman. Sebanyak 24 tersangka diajukan dan hasilnya 19 orang 
dinyatakan bersalah serta dijatuhi hukuman bervariasi dari mulai 
10 tahun, seumur hidup dan hukuman mati. Salah satu prinsip 
penting bagi perkembangan hukum internasional adalah 
“pertanggungjawaban individu” dan tidak dipakainya argumen 
“perintah atasan” sebagai cara menghindar dari tanggung jawab 
pidana. 
• Mahkamah Tokyo: dibentuk dengan model yang hampir sama 
dengan Mahk Nuremberg. Sebanyak 25 tersangka diajukan dan 
kesemuanya dinyatakan bersalah. Tujuh orang dijatuhi pidana mati.
• International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia 
(ICTY) 
Runtuhnya komunis pada era perang dingin mempengaruhi negara-negara 
persekutuan di Blok Timur dan juga bagi Yugoslavia sebiah negara federasi 
yang berideologi komunis. Ketika cengkraman komunis melemah, republik-republik 
di bawah Yugoslavia yaitu Slovenia, Kroasia, Bosnia Herzegovina 
berturut-turut menyatakan memerdekakan diri. Etnik Serbia yang terkuat 
di federasi menolak pemisahan diri itu sehingga dimulailah siklus 
kekerasan disana. 
Kekerasan juga menimpa Kosovo salah satu provinsi yang memiliki etnis 
Albania muslim terbesar (90%) dan Serbia (10%). Slobodan Milosevic 
melancarkan kampanye ethnic cleansing d wilayah ini. 
Kekerasan ini terburuk kedua setelah NAZI, sehingga mendorong PBB 
melalui Dewan keamanannya menetapkan konflik tersebut sebagai 
mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Dikeluarkanlah Resolusi 
827/1993 yang membentuk ICTY sebagai lembaga peradilan ad hoc untuk 
mengadili pelaku pelanggaran HAM berat di wilayah bekas Yugoslavia.
• International Criminal Tribunal for Rwanda 
Rwanda adalah negara yang komposisi penduduknya didominasi dua suku 
yaitu Hutu (85%) dan Tutsi (14%). Tahun 1959 kelompok mayoritas Hutu 
memberontak terhadap penguasa yang didominasi Tutsi dan kemudian 
parpol yang didominasi etnis Hutu menjadi penguasa. Tahun 1963, 
kekerasan etnis meletus dan memakan korban 20rb etnis Tutsi tewas. 
Tahun 1973, Juvenal Habyarimana mengkudeta dan menjadi penguasa 
surut namun kekerasan tidak surut. Tahun 1990 Front Patriotic Rwanda 
(RPF) melancarkan serangan dari Uganda dan sebanyak 10 rb etnis Tutsi 
dan oposisi dijebloskan ke penjara tanpa proses hukum. Ribuan orang 
kemudian mati dan mengungsi. 
Tahun 1994, pesawat yang ditumpangi presiden Habyarimana dan 
Ntaryamira (presiden Burundi) jatuh di Kigali dan menewaskan keduanya. 
Hal ini memicu kekerasan di seluruh penjuru negara. RPF dituduh sebagai 
dalang. Serangan terhadap suku Tutsi meningkat, ratusan ribu org tewas. 
RPF dan tentara Rwanda juga kembali berperang. Tahun 1994, RPF 
menyatakan kemenangan atas pasukan Rwanda dan membentuk 
pemerintahan. Tahun yang sama, DK PBB membentuk komisi investigasi 
dan membuat rekomendasi. Laporan investigasi itu merekomendasikan 
dibentuknya Mahkamah kejahatan int untuk mengadili pelaku kejahatan 
dan genosida di Rwanda sejak tgl 6 April 1994 dan dibentuklah pada tgl 8 
November 1994..
Alasan Pembentukan mahkamah-mahkamah tersebut 
diatas salah satunya adalah untuk mengakhiri impunitas. 
Gagasan mengakhiri impunitas terlihat dari beberapa 
peristiwa yaitu: 
• permohonan ekstradisi Augusto Pinochet (mantan 
pemimpin Chile) 
• ekstradisi Richardo Cavallo ke Spanyol (perwira AL 
Argentina yang dituduh melakukan genosida ). 
• diseretnya Hissene Habre (mantan presiden Chad) ke 
hadapan pengadilan Senegal. 
• pembentukan pengadilan HAM Timtim.
Kejahatan yang ditangani Mahkamah 
(yurisdiksi Rationae Materiae) 
• Kejahatan terhadap kemanusiaan 
• Genosida 
• Kejahatan perang 
• Kejahatan agresi
Perbedaan Pelanggaran HAM yang Berat dengan 
kejahatan biasa 
• Pelanggaran HAM yang berat merupakan kejahatan yang 
menggoncangkan nurani umat manusia (shocking 
conciousness of humankind) dan menjadi musuh dari seluruh 
umat manusia (hostis humanis generis). Pelanggaran HAM 
yang berat (Kejahatan genosida dan kejahatan terhadap 
kemanusiaan) adalah kejahatan yang luar biasa 
(extraordinary crimes) karena dilakukan dengan cara-cara 
yang sistematis, meluas yang merupakan kelanjutan dari 
kebijakan negara atau organisasi tertentu. Sedangkan 
pelanggaran HAM biasa tidak memiliki efek sebesar yang 
dihasilkan pelanggaran HAM yang bera 
Sumber: 
http://www.bantuanhukum.info/?page=detail&cat=B13&sub=B1301&prod=B130102&t=3&ty=2, 
diunduh 30 oktober 2009
Complementary Principle 
• Prinsip dasar Statuta Roma adalah bahwa ICC merupakan 
pelengkap (complementary) bagi yurisdiksi pidana nasional” 
(Pasal 1). Ini berarti bahwa Mahkamah harus mendahulukan 
sistem nasional, kecuali jika sistem nasional yang ada benar-benar 
tidak mampu (unable) dan tidak bersedia (unwilling) 
untuk melakukan penyelidikan atau menuntut tindak 
kejahatan yang terjadi, maka akan diambil alih menjadi 
yurisdiksi Mahkamah (Pasal 17). 
• Prinsip komplementaritas  menggarisbawahi bahwa 
Mahkamah tidak dimaksudkan untuk menggantikan sistem 
peradilan nasional yang masih berfungsi, melainkan untuk 
menyediakan sebuah alternatif untuk mencegah impunity 
yang disebabkan karena sistem peradilan yang independen 
dan efektif tidak tersedia.
Suatu kasus akan dinyatakan dapat diterima oleh ICC 
apabila: 
1. Ada unwillingness atau inability negara yang 
seharusnya memiliki yurisdiksi penyelidikan dan 
penuntutan suatu kasus, meskipun prosesnya 
masih berjalan di pengadilan. 
2. Negara yang memiliki yurisdiksi memutuskan 
tidak menuntut tersangka pelaku kejahatan oleh 
karena disebabkan unwillingness dan inability 
tersebut. 
3. Proses pemeriksaan pengadilan dimaksudkan 
untuk melindungi tersangka pelaku dari tanggung 
jawab pidana. 
4. Proses pemeriksaan pengadilanterhadap 
tersangka pelaku kejahatan dalam suatu kasus 
tidak berlangsung secara independen atau 
imparsial.
Status Mahkamah Pidana Int 
Status hukum institusi internasional  2 aspek yaitu legal personality (personalitas hukum) 
dan legal capacity (kapasitas hukum). 
legal personality  kualita organisasi internasional sebagai subjek hukum. 
legal capacity  kemampuan organisasi int dalam melakukan tindakan hukum. 
ICC memiliki legal personality berdasarkan Statuta Roma  memungkinkannya dianggap 
sebagai subjek hukum internasional yang punya hak dan kewajiban (legal actor). 
ICC memiliki legal capacity yaitu kemampuan melakukan tindakan-tindakan hukum, 
misalnya kemampuan membuat perjanjian, kapasitas untuk melakukan proses hukum, 
dsb. 
Mahkamah ini merupakan pengadilan permanen yang berkedudukan di Kota DenHaag, 
Belanda (Pasal 3 ayat 1). 
Karena Mahkamah ini diberlakukan atas dasar statuta multilateral, maka ia tidak menjadi 
bagian atau organ dari PBB, meskipun kedua organisasi ini mempunyai hubungan yang 
formal (Pasal 2).
Struktur ICC 
1. Lembaga kepresidenan 
2. Divisi pra sidang 
3. Sidang 
4. Banding 
5. Kantor Penuntut Umum 
6. Kepaniteraan 
Organ Non-ofisial  Majelis negara-negara pihak 
(sangat berpengaruh)
Divisi - divisi 
• Divisi pra sidang: terdiri dari 6 orang hakim. 
Masa jabatan 3 tahun atau sampai kasus selesai. 
Majelis hakim terdiri dari 3 orang atau tunggal. 
• Divisi sidang: idem diatas. Majelis hakim 3 
orang. 
• Divisi banding: terdir dari 4 hakim dan presiden 
ICC.
Hakim 
• Mahkamah terdiri dari 18 orang hakim yang 
bertugas selama 9 tahun tanpa dapat dipilih 
kembali. 
• Para hakim dipilih berdasarkan 2/3 (dua pertiga 
suara) Majelis Negara Pihak, yang terdiri atas 
negara-negara yang telah meratifikasi statuta ini 
(Pasal 36 ayat 6 dan 9). 
• Separuh dari hakim memiliki kompetensi di bidang 
hukum pidana dan acara pidana, sementara paling 
tidak lima lainnya mempunyai kompetensi di bidang 
hukum internasional, misalnya saja hukum 
humaniter internasional, dan hukum HAM 
internasional (Pasal 36 ayat 5).
• Dalam memilih para hakim, negara pihak 
memperhitungkan representasi berdasarkan 
prinsip-prinsip sistem legal di dunia, 
keseimbangan geografis, dan keseimbangan 
jender (Pasal36 ayat 8). 
• Para hakim akan “disebar” dalam tiga bagian : 
pra-peradilan, peradilan, dan peradilan banding 
(Pasal 39).
Kantor Penuntut Umum 
Mayoritas absolut dari Majelis Negara Pihak akan menetapkan jaksa 
penuntut dan satu atau lebih wakil jaksa penuntut dengan masa kerja 
sembilan tahun, dan tidak dapat 
dipilih kembali (Pasal 42 ayat 4). 
Jaksa Penuntut harus memiliki pengalaman praktek yang luas dalam 
penuntutan atau penyidangan kasus-kasus pidana (Pasal 42 ayat 3). 
Jaksa akan bertindak terhadap suatu peristiwa pelanggaran 
HAM apabila: 
• Ada penyerahan dari Negara Pihak 
• Ada penyerahan dari Dewan Keamanan PBB 
• Atas inisiatif jaksa sendiri melakukan penyelidikan 
(propio motu).
• Propio Motu ini merupakan terobosan bagus karena Dewan Keamanan merupakan sebuah 
badan politis yang seringkali dilumpuhkan oleh hak veto para anggota tetapnya. Sementara 
para negara seringkali segan untuk mengajukan pengaduan jka berkaitan dengan 
kedaulatan negara lain, terutama jika bisa merusak hubungan diplomatik dan ekonomi, 
atau jika bisa mengundang pengaduan balasan. Konsekuensinya, jaksa penuntut yang 
independen sangat penting artinya jika kasus yang ditangani ada dalam situasi tindak 
kriminal yang sangat keji dimana kemauan politik untuk memprosesnya sangatlah kurang. 
• Propio motu dibatasi hanya bagi peristiwa yang terjadi di dalam wilayah sebuah negara 
yang telah menerima yurisdiksi Mahkamah atau yang dilakukan oleh negara itu sendiri 
(Pasal 12 ayat 2). Sebuah negara dinyatakan menerima yurisdiksi Mahkamah jika ia telah 
meratifikasi Statuta -- meskipun negara tersebut dapat menunda penerimaannya atas 
yurisdiksi kejahatan perang selama tujuh tahun (Pasal 124) --, atau dengan cara 
menandatangani deklarasi ad hoc yang menyatakan menerima otoritas Mahkamah. 
• Sebaliknya, Dewan Keamanan dapat merujuk sebuah situasi yang melibatkan wilayah atau 
bangsa dari suatu negara yang menjadi Pihak dalam Piagam PBB, dan Dewan Keamanan 
juga mempunyai otoritas untuk menyelenggarakan pengadilan ad hoc tanpa perlu 
mendapatkan persetujuan dari negara yang bersangkutan.
Batasan Propio Motu 
• Sebelum penuntut memulai inisiatifnya, ia harus 
meyakinkan terlebih dahulu hakim bahwa “ada 
suatu dasar yang masuk akal untuk melanjutkan 
dengan penyelidikan, dan bahwa kasus itu tampak 
masuk ke dalam yurisdiksi Mahkamah,” (Pasal 15 
ayat 4). 
• Jaksa Penuntut juga harus menghormati 
penyelidikan yang dilakukan oleh otoritas nasional, 
kecuali jika dewan hakim memutuskan bahwa 
otoritas yang ada benar-benar tidak berniat atau 
tidak mampu melakukan penyelidikan atau 
penuntutan (Pasal 17 dan 18).
Kepresidenan 
• Organ utama ICC 
• Terdiri dari seorang presiden dan dua orang 
wakil yang dipili dari antara hakim dan oleh 
hakim dengan suara mayoritas mutlak. 
• Jabatan selama 3 tahun dan dapat dipilih 
kembali disesuaikan dengan masa jabatan 
sebagai hakim. 
• Fungsi: melakukan pengelolaan ICC, kecuali 
untuk kantor Penuntut Umum; melakukan 
fungsi-fungsi lain yang diberikan statuta.
kepaniteraan 
• Menangani aspek non yudisial. 
• dipimpin seorang panitera.
Majelis negara-negara 
Pasal 112.2 Statuta Roma 1998, tugas dan wewenang majelis negara adalah: 
1. Mempertimbangkan dan bila perlu menerima saran-saran dari preparatory 
commission. 
2. Menyediakan supervisi manajemen bagi lembaga kepresidenan, panitera dan penuntut 
umum dalam pengelolaan mahkamah. 
3. Menilai laporan dan aktivitas biro serta mengambil tindakan berkenaan dengan hal 
tersebut. 
4. Mempertimbangkan dan memutuskan anggaran mahkamah. 
5. Menentukan perlu tidaknya mengubah jumlah hakimICC sesuai pasal 36. 
6. Mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut penolakan kerjasama dari negara pihak 
atau negara lain yang memiliki kesepakatan dengan mahkamah sesuai artikel 87 ayat 5 
dan 7. 
7. Menjalankan fungsi lain yang sejalan dengan statuta Roma dan aturan tentang prosedur 
dan pembuktian. 
8. Wewenang menerima aturan mengenai unsur-unsur tindak pidana 
9. Wewenang menerima aturan mengenai prosedur dan pembuktian. 
10. Wewenang memilih hakim ICC, penuntut dan waki penuntut 
Setiap negara memiliki satu suara dalam majelis. Voting dilakukan dengan melihat apa yang 
hendak diputuskan. Mengenai hal prosedural diputuskan melalui prinsip mayoritas 
sederhana, sedangkan mengenai substansial melalui persetujuan 2/3 suara anggota 
yang hadir (present and vote)
Peran Dewan Keamanan 
Wewenang Dewan Keamanan dalam Mahkamah: 
• Wewenang untuk merujuk atau mengajukan suatu kejahatan 
ke Mahkamah, saat memainkan peran sebagaimana yang 
disebutkan pada Bab VII Piagam PBB. Dengan kata laim, 
Dewan Keamanan berwenang memprakarsai suatu 
penyelidikan (Pasal 13). 
• Wewenang untuk menunda penyelidikan atau penuntutan 
sampai dua belas bulan dan dapat diperbaharui kembali 
(Pasal 16). 
• Dewan Keamanan juga mempunyai otoritas untuk 
menyelenggarakan pengadilan ad hoc tanpa perlu 
mendapatkan persetujuan dari negara yang bersangkutan.
Perdebatan perlu tidaknyamelibatkan DK PBB: 
• Salah satu yang paling kuat menentang kewenangan Dewan 
Keamanan ini adalah India, yang berargumen bahwa Dewan 
Keamanan hendaknya tidak mempunyai peranan apapun dalam 
operasional Mahkamah. India menambahkan bahwa “pemberian 
peran kepada Dewan Keamanan yang tercantum dalam Statuta 
melanggar hukum internasional.” 
• Negara yang menentang ICC misalnya Amerika, dalam kongres 
Amerika Serikat, macam senator Jesse Helms dan senator od 
Grams, mengkritik Statuta Roma sebagai sebuah upaya untuk 
memuarakan semua persoalan pada Dewan Keamanan. Grams lebih 
lanjut mengatakan bahwa Statuta Roma tersebut justru merupakan 
“sebuah kemenangan besar bagi mereka yang mengkritik Dewan 
Keamanan selama ini”. Padahal faktanya para pengkritik Dewan 
Keamanan yang paling keras, macam India, Irak, dan Libya, justru 
menolak untuk mendukung Statuta ini, sementara tiga dari lima 
anggota tetap Dewan Keamanan justru mendukungnya
Yurisdiksi ICC 
Yurisdiksi Teritorial 
• Secara umum, ICC hanya menjalankan fungsi di wilayah 
negara pihak namun bisa di negara bukan pihak selama 
dibuat perjanjian khusus (psl 4 ay 2) 
• Inisiasi dari Jaksa Penuntut  TKP (locus delicti) atau 
kewarganegaraan pelaku haruslah negara pihak. 
• Inisiasi dari Dewan keamanan PBB  TKP atau 
kewarganegaraan pelaku bisa dari negara pihak dan bisa 
bukan negara pihak 
• Negara bukan pihak bisa menundukkan diri terhadap 
ICC asalkan membuat deklarasi yang menerima ICC.
wilayah Inisiatif 
negara pihak 
Inisiatif jaksa Inisiatif DK 
PBB 
Negara pihak Dapat Dapat Dapat 
Negara bukan 
pihak 
Dapat, asalkan 
pelaku 
pelanggaran 
HAM adalah 
warganegara dari 
negara pihak 
Dapat, asalkan 
pelaku 
pelanggaran 
HAM adalah 
warganegara dari 
negara pihak 
Dapat (baik 
pihak maupun 
bukan pihak)
Yurisdiksi Ratione Temporis 
• Mahkamah hanya menangani tindak kejahatan 
yang terjadi setelah diberlakukannya Statuta 
Roma ini (Prinsip tidak berlaku surut/non 
retroaktif) (Pasal 24).
Yurisdiksi Ratione Personae 
• ICC hanya memiliki yurisdiksi terhadap orang. ICC tidak berwenang 
memeriksa dan mengadili negara atau organisasi internasional. 
• Pelaku kejahatan HAM yang masuk yurisdiksi ICC, harus bertanggung 
jawab (pidana) secara individu. 
Pertanggungjawaban individu berasal dari putusan Mahkamah Nuremberg, 
pasal 7 (1) Statuta ICTY dan pasal 6 ayat 1 Statuta ICTR, dan Resolusi 
Majelis Umum PBB No. 177 (II) 
Pasal 6 ayat 1 ICTR: 
“Setiap individu yang merencanakan, mendorong, memerintahkan, 
melakukan, membantu atau bersekongkol dalam perencanaan, persiapan 
dan pelaksanaan kejahatan yang dicakup statuta dinyatakan memikul 
tanggung jawab pidana secara individual.” 
“posisi pelaku baik sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan 
maupun pejabat pemerintahan tidak membebaskan pelaku dari tanggung 
jawab pidana dan tidak meringankan pidana yang dijatuhkan.”
Atasan tidak luput dari tanggung jawab pidana 
atas tindak pidana yang dilakukan bawahannya 
apabila: 
• Ia mengetahui atau seharusnya mengetahui 
bahwa bawahannya akan atau telah melakukan 
tindak pidana, dan 
• Ia gagal mengambil tindakan yang diperlukan 
guna mencegah tindak pidana itu atau guna 
menghukum pelakunya.

More Related Content

What's hot

Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
Nuelnuel11
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
sesukakita
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
Ica Diennissa
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Izzatul Ulya
 

What's hot (20)

Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT Hukum Acara Pidana Militer PPT
Hukum Acara Pidana Militer PPT
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
P. 4 hubungan viktimologi dgn ip
P. 4 hubungan viktimologi dgn ipP. 4 hubungan viktimologi dgn ip
P. 4 hubungan viktimologi dgn ip
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2Hukum perdata internasional 2
Hukum perdata internasional 2
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
Ringkasan hukum perdata
Ringkasan hukum perdataRingkasan hukum perdata
Ringkasan hukum perdata
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di IndonesiaHukum Pidana Militer di Indonesia
Hukum Pidana Militer di Indonesia
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
 

Viewers also liked

Panel khusus & spesial pidana internasional
Panel khusus & spesial pidana internasionalPanel khusus & spesial pidana internasional
Panel khusus & spesial pidana internasional
Rochimudin
 
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Merta Triyadi
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
Kuroko Tetsuya
 
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Operator Warnet Vast Raha
 
Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...
Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...
Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...
MARYAM ARIFFIN
 
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Mirza Afrizal
 
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadPengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Ahmad Yanwar
 
MYTHS slide deck revised
MYTHS slide deck revisedMYTHS slide deck revised
MYTHS slide deck revised
Laura Maurer
 

Viewers also liked (20)

Hakim hakim mahkamah internasional
Hakim hakim mahkamah internasionalHakim hakim mahkamah internasional
Hakim hakim mahkamah internasional
 
Panel khusus & spesial pidana internasional
Panel khusus & spesial pidana internasionalPanel khusus & spesial pidana internasional
Panel khusus & spesial pidana internasional
 
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Makalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasionalMakalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasional
 
Nasionalisme Turki
Nasionalisme Turki Nasionalisme Turki
Nasionalisme Turki
 
Bab 3 perang dunia
Bab 3 perang duniaBab 3 perang dunia
Bab 3 perang dunia
 
Perang Dunia I
Perang Dunia IPerang Dunia I
Perang Dunia I
 
Pestisida Alami dan Cara Pembuatannya
Pestisida Alami dan Cara Pembuatannya Pestisida Alami dan Cara Pembuatannya
Pestisida Alami dan Cara Pembuatannya
 
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
 
Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...
Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...
Ctu 311:Kemuncak Kecemerlangan Inovasi Islam Yang Ditandai Oleh Keunggulan In...
 
Makalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasionalMakalah mahkama internasional
Makalah mahkama internasional
 
Lembaga peradilan internasional
Lembaga peradilan internasionalLembaga peradilan internasional
Lembaga peradilan internasional
 
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
 
Cardiac tamponade sample paper for neet pg, usmle, plab, fmge (mci screening ...
Cardiac tamponade sample paper for neet pg, usmle, plab, fmge (mci screening ...Cardiac tamponade sample paper for neet pg, usmle, plab, fmge (mci screening ...
Cardiac tamponade sample paper for neet pg, usmle, plab, fmge (mci screening ...
 
Company Profile
Company ProfileCompany Profile
Company Profile
 
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadPengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
 
elective_marketing_aCipolla_3EMBAPT
elective_marketing_aCipolla_3EMBAPTelective_marketing_aCipolla_3EMBAPT
elective_marketing_aCipolla_3EMBAPT
 
MYTHS slide deck revised
MYTHS slide deck revisedMYTHS slide deck revised
MYTHS slide deck revised
 
Ppt ta deal
Ppt ta dealPpt ta deal
Ppt ta deal
 

Similar to Bab iv mahkamah pidana internasional

BAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptx
BAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptxBAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptx
BAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptx
ssuser80b999
 
Sistem Hukum dan Perdilan Internasional
Sistem Hukum dan Perdilan InternasionalSistem Hukum dan Perdilan Internasional
Sistem Hukum dan Perdilan Internasional
Fanny Yunitasari
 
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalPKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
Yudistira Ydstr
 
Hak asasi manusia (x mipa 5)
Hak asasi manusia (x mipa 5)Hak asasi manusia (x mipa 5)
Hak asasi manusia (x mipa 5)
Azka8
 

Similar to Bab iv mahkamah pidana internasional (20)

Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona
Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum NasionaRatifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona
Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona
 
Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...
Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...
Kajian Yuridis terhadap Asas Pertanggungjawaban Komando (Suatu Tinjaun Kritis...
 
Sejarah Pengadilan HAM.pptx
Sejarah Pengadilan HAM.pptxSejarah Pengadilan HAM.pptx
Sejarah Pengadilan HAM.pptx
 
BAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptx
BAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptxBAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptx
BAB_5_SISTEM_HUKUM_DAN_PERADILAN_INTERNA.pptx
 
Bab 3 ham kls x retno
Bab 3 ham kls x   retnoBab 3 ham kls x   retno
Bab 3 ham kls x retno
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Ham
Ham Ham
Ham
 
Sistem Hukum dan Perdilan Internasional
Sistem Hukum dan Perdilan InternasionalSistem Hukum dan Perdilan Internasional
Sistem Hukum dan Perdilan Internasional
 
Makalah fahmi
Makalah fahmiMakalah fahmi
Makalah fahmi
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Instrumen HAM
Instrumen HAMInstrumen HAM
Instrumen HAM
 
Minimalist Korean Aesthetic Pitch Deck by Slidesgo.pptx
Minimalist Korean Aesthetic Pitch Deck by Slidesgo.pptxMinimalist Korean Aesthetic Pitch Deck by Slidesgo.pptx
Minimalist Korean Aesthetic Pitch Deck by Slidesgo.pptx
 
HUKUM ACARA PENGADILAN HAM.pptx..............................
HUKUM ACARA PENGADILAN HAM.pptx..............................HUKUM ACARA PENGADILAN HAM.pptx..............................
HUKUM ACARA PENGADILAN HAM.pptx..............................
 
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesiaRatifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
 
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum InternasionalPKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
PKn Kelas 11 - Sistem Hukum Internasional
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
 
Presentasi tentang mekanisme ham internasional
Presentasi tentang mekanisme ham internasional Presentasi tentang mekanisme ham internasional
Presentasi tentang mekanisme ham internasional
 
Hak asasi manusia (x mipa 5)
Hak asasi manusia (x mipa 5)Hak asasi manusia (x mipa 5)
Hak asasi manusia (x mipa 5)
 
Jenis pelanggaran hak asasi manusia
Jenis pelanggaran hak asasi manusiaJenis pelanggaran hak asasi manusia
Jenis pelanggaran hak asasi manusia
 

Recently uploaded

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
danzztzy405
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
EndangNingsih7
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Recently uploaded (17)

KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGDATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 

Bab iv mahkamah pidana internasional

  • 1. MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL (International Criminal Court/ICC)
  • 2. Pengantar • Tanggal 17 Juli 1998, dilahirkan sebuah statuta yang disebut Statuta Roma untuk membentuk Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) setelah melalui Konferensi Diplomatik PBB di Roma, yang telah berlangsung sejak 15 Juni 1998. Hasil penghitungan suara yaitu 120 mendukung, 7 menentang, dan 21 abstain. • Mahkamah Pidana Internasional ini akan mengadili tindak kejahatan paling serius yang menjadi perhatian internasional yaitu genocide (pemusnahan etnis/suku bangsa), crime against humanity (kejahatan terhadap kemanusiaan), dan war crime (kejahatan perang) dan kejahatan agresi. • Statuta ini belum bisa diberlakukan sebelum 60 negara meratifikasinya, sebuah proses yang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Baru berlaku 11 April 2002 dimana hari itu sepuluh negara meratifikasi Rome Statute for International Criminal Court sekaligus dan ICC berlaku. Jumlah ini menggenapkan negara yang telah meratifikasi Statuta ICC menjadi 60 negara Negara yang belum meratifikasinya antara lain China, Irak, Amerika, Indonesia, dsb. • Statuta ini bisa memutus mata rantai impunity.
  • 3. Sejarah • Tahun 1474, dibentuk mahkamah untuk mengadili Peter Von Hagenbach yang melibatkan 28 hakim dari negara2 di bawah kerajaan Romawi. Tuduhannya dia dianggap melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan kejahatan lain dan melanggar “hukum Tuhan dan hukum manusia”. Putusannya, Peter dijatuhi hukuman mati dan dilucuti kebangsawanannya. • Peradilan Leipzig: dibentuk di akhir PD I. berdasarkan perjanjian Versailles 1919, Jerman selaku pihak yang kalah dalam PD Idiwajibkan menyerahkan para tersangka pelaku kejahatan perang kepada sekutu untuk diadili. Namun alih-alih menyerahkan, Jerman mengadili sendiri 45 orang tersangka dan menolak menyerahkan 896 pelaku kejahatan ke sekutu. Dari 45 orang, hanya 12 yang diajukan ke pengadilan. Dari 12 org, hanya 6 yang dinyatakan bersalah dan dihukum ringan.
  • 4. • Perjanjian Sevres 1920 merupakan perjanjian damai antara sekutu dengan kekaisaran Usmaniyah Turki. Perjanjian itu meletakkan kewajiban bagi Turki untuk menyerahkan orang-orang yang disangka melakukan KTK. Namun melalui Perjanjian Lausanne1923, para pelaku itu akhirnya mendapat amnesti. • Mahkamah Nuremberg: setelah pembicaraan2 di London dan Moskow 1942-1943, akhirnya sekutu menyepakati Piagam London 8 Agustus 1945 yang menjadi dasar pembentukan Mahkamah Nuremberg yaitu pengadilan untuk mengadili penjahat perang jerman. Sebanyak 24 tersangka diajukan dan hasilnya 19 orang dinyatakan bersalah serta dijatuhi hukuman bervariasi dari mulai 10 tahun, seumur hidup dan hukuman mati. Salah satu prinsip penting bagi perkembangan hukum internasional adalah “pertanggungjawaban individu” dan tidak dipakainya argumen “perintah atasan” sebagai cara menghindar dari tanggung jawab pidana. • Mahkamah Tokyo: dibentuk dengan model yang hampir sama dengan Mahk Nuremberg. Sebanyak 25 tersangka diajukan dan kesemuanya dinyatakan bersalah. Tujuh orang dijatuhi pidana mati.
  • 5. • International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia (ICTY) Runtuhnya komunis pada era perang dingin mempengaruhi negara-negara persekutuan di Blok Timur dan juga bagi Yugoslavia sebiah negara federasi yang berideologi komunis. Ketika cengkraman komunis melemah, republik-republik di bawah Yugoslavia yaitu Slovenia, Kroasia, Bosnia Herzegovina berturut-turut menyatakan memerdekakan diri. Etnik Serbia yang terkuat di federasi menolak pemisahan diri itu sehingga dimulailah siklus kekerasan disana. Kekerasan juga menimpa Kosovo salah satu provinsi yang memiliki etnis Albania muslim terbesar (90%) dan Serbia (10%). Slobodan Milosevic melancarkan kampanye ethnic cleansing d wilayah ini. Kekerasan ini terburuk kedua setelah NAZI, sehingga mendorong PBB melalui Dewan keamanannya menetapkan konflik tersebut sebagai mengancam perdamaian dan keamanan dunia. Dikeluarkanlah Resolusi 827/1993 yang membentuk ICTY sebagai lembaga peradilan ad hoc untuk mengadili pelaku pelanggaran HAM berat di wilayah bekas Yugoslavia.
  • 6. • International Criminal Tribunal for Rwanda Rwanda adalah negara yang komposisi penduduknya didominasi dua suku yaitu Hutu (85%) dan Tutsi (14%). Tahun 1959 kelompok mayoritas Hutu memberontak terhadap penguasa yang didominasi Tutsi dan kemudian parpol yang didominasi etnis Hutu menjadi penguasa. Tahun 1963, kekerasan etnis meletus dan memakan korban 20rb etnis Tutsi tewas. Tahun 1973, Juvenal Habyarimana mengkudeta dan menjadi penguasa surut namun kekerasan tidak surut. Tahun 1990 Front Patriotic Rwanda (RPF) melancarkan serangan dari Uganda dan sebanyak 10 rb etnis Tutsi dan oposisi dijebloskan ke penjara tanpa proses hukum. Ribuan orang kemudian mati dan mengungsi. Tahun 1994, pesawat yang ditumpangi presiden Habyarimana dan Ntaryamira (presiden Burundi) jatuh di Kigali dan menewaskan keduanya. Hal ini memicu kekerasan di seluruh penjuru negara. RPF dituduh sebagai dalang. Serangan terhadap suku Tutsi meningkat, ratusan ribu org tewas. RPF dan tentara Rwanda juga kembali berperang. Tahun 1994, RPF menyatakan kemenangan atas pasukan Rwanda dan membentuk pemerintahan. Tahun yang sama, DK PBB membentuk komisi investigasi dan membuat rekomendasi. Laporan investigasi itu merekomendasikan dibentuknya Mahkamah kejahatan int untuk mengadili pelaku kejahatan dan genosida di Rwanda sejak tgl 6 April 1994 dan dibentuklah pada tgl 8 November 1994..
  • 7. Alasan Pembentukan mahkamah-mahkamah tersebut diatas salah satunya adalah untuk mengakhiri impunitas. Gagasan mengakhiri impunitas terlihat dari beberapa peristiwa yaitu: • permohonan ekstradisi Augusto Pinochet (mantan pemimpin Chile) • ekstradisi Richardo Cavallo ke Spanyol (perwira AL Argentina yang dituduh melakukan genosida ). • diseretnya Hissene Habre (mantan presiden Chad) ke hadapan pengadilan Senegal. • pembentukan pengadilan HAM Timtim.
  • 8. Kejahatan yang ditangani Mahkamah (yurisdiksi Rationae Materiae) • Kejahatan terhadap kemanusiaan • Genosida • Kejahatan perang • Kejahatan agresi
  • 9. Perbedaan Pelanggaran HAM yang Berat dengan kejahatan biasa • Pelanggaran HAM yang berat merupakan kejahatan yang menggoncangkan nurani umat manusia (shocking conciousness of humankind) dan menjadi musuh dari seluruh umat manusia (hostis humanis generis). Pelanggaran HAM yang berat (Kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan) adalah kejahatan yang luar biasa (extraordinary crimes) karena dilakukan dengan cara-cara yang sistematis, meluas yang merupakan kelanjutan dari kebijakan negara atau organisasi tertentu. Sedangkan pelanggaran HAM biasa tidak memiliki efek sebesar yang dihasilkan pelanggaran HAM yang bera Sumber: http://www.bantuanhukum.info/?page=detail&cat=B13&sub=B1301&prod=B130102&t=3&ty=2, diunduh 30 oktober 2009
  • 10. Complementary Principle • Prinsip dasar Statuta Roma adalah bahwa ICC merupakan pelengkap (complementary) bagi yurisdiksi pidana nasional” (Pasal 1). Ini berarti bahwa Mahkamah harus mendahulukan sistem nasional, kecuali jika sistem nasional yang ada benar-benar tidak mampu (unable) dan tidak bersedia (unwilling) untuk melakukan penyelidikan atau menuntut tindak kejahatan yang terjadi, maka akan diambil alih menjadi yurisdiksi Mahkamah (Pasal 17). • Prinsip komplementaritas  menggarisbawahi bahwa Mahkamah tidak dimaksudkan untuk menggantikan sistem peradilan nasional yang masih berfungsi, melainkan untuk menyediakan sebuah alternatif untuk mencegah impunity yang disebabkan karena sistem peradilan yang independen dan efektif tidak tersedia.
  • 11. Suatu kasus akan dinyatakan dapat diterima oleh ICC apabila: 1. Ada unwillingness atau inability negara yang seharusnya memiliki yurisdiksi penyelidikan dan penuntutan suatu kasus, meskipun prosesnya masih berjalan di pengadilan. 2. Negara yang memiliki yurisdiksi memutuskan tidak menuntut tersangka pelaku kejahatan oleh karena disebabkan unwillingness dan inability tersebut. 3. Proses pemeriksaan pengadilan dimaksudkan untuk melindungi tersangka pelaku dari tanggung jawab pidana. 4. Proses pemeriksaan pengadilanterhadap tersangka pelaku kejahatan dalam suatu kasus tidak berlangsung secara independen atau imparsial.
  • 12. Status Mahkamah Pidana Int Status hukum institusi internasional  2 aspek yaitu legal personality (personalitas hukum) dan legal capacity (kapasitas hukum). legal personality  kualita organisasi internasional sebagai subjek hukum. legal capacity  kemampuan organisasi int dalam melakukan tindakan hukum. ICC memiliki legal personality berdasarkan Statuta Roma  memungkinkannya dianggap sebagai subjek hukum internasional yang punya hak dan kewajiban (legal actor). ICC memiliki legal capacity yaitu kemampuan melakukan tindakan-tindakan hukum, misalnya kemampuan membuat perjanjian, kapasitas untuk melakukan proses hukum, dsb. Mahkamah ini merupakan pengadilan permanen yang berkedudukan di Kota DenHaag, Belanda (Pasal 3 ayat 1). Karena Mahkamah ini diberlakukan atas dasar statuta multilateral, maka ia tidak menjadi bagian atau organ dari PBB, meskipun kedua organisasi ini mempunyai hubungan yang formal (Pasal 2).
  • 13. Struktur ICC 1. Lembaga kepresidenan 2. Divisi pra sidang 3. Sidang 4. Banding 5. Kantor Penuntut Umum 6. Kepaniteraan Organ Non-ofisial  Majelis negara-negara pihak (sangat berpengaruh)
  • 14. Divisi - divisi • Divisi pra sidang: terdiri dari 6 orang hakim. Masa jabatan 3 tahun atau sampai kasus selesai. Majelis hakim terdiri dari 3 orang atau tunggal. • Divisi sidang: idem diatas. Majelis hakim 3 orang. • Divisi banding: terdir dari 4 hakim dan presiden ICC.
  • 15. Hakim • Mahkamah terdiri dari 18 orang hakim yang bertugas selama 9 tahun tanpa dapat dipilih kembali. • Para hakim dipilih berdasarkan 2/3 (dua pertiga suara) Majelis Negara Pihak, yang terdiri atas negara-negara yang telah meratifikasi statuta ini (Pasal 36 ayat 6 dan 9). • Separuh dari hakim memiliki kompetensi di bidang hukum pidana dan acara pidana, sementara paling tidak lima lainnya mempunyai kompetensi di bidang hukum internasional, misalnya saja hukum humaniter internasional, dan hukum HAM internasional (Pasal 36 ayat 5).
  • 16. • Dalam memilih para hakim, negara pihak memperhitungkan representasi berdasarkan prinsip-prinsip sistem legal di dunia, keseimbangan geografis, dan keseimbangan jender (Pasal36 ayat 8). • Para hakim akan “disebar” dalam tiga bagian : pra-peradilan, peradilan, dan peradilan banding (Pasal 39).
  • 17. Kantor Penuntut Umum Mayoritas absolut dari Majelis Negara Pihak akan menetapkan jaksa penuntut dan satu atau lebih wakil jaksa penuntut dengan masa kerja sembilan tahun, dan tidak dapat dipilih kembali (Pasal 42 ayat 4). Jaksa Penuntut harus memiliki pengalaman praktek yang luas dalam penuntutan atau penyidangan kasus-kasus pidana (Pasal 42 ayat 3). Jaksa akan bertindak terhadap suatu peristiwa pelanggaran HAM apabila: • Ada penyerahan dari Negara Pihak • Ada penyerahan dari Dewan Keamanan PBB • Atas inisiatif jaksa sendiri melakukan penyelidikan (propio motu).
  • 18. • Propio Motu ini merupakan terobosan bagus karena Dewan Keamanan merupakan sebuah badan politis yang seringkali dilumpuhkan oleh hak veto para anggota tetapnya. Sementara para negara seringkali segan untuk mengajukan pengaduan jka berkaitan dengan kedaulatan negara lain, terutama jika bisa merusak hubungan diplomatik dan ekonomi, atau jika bisa mengundang pengaduan balasan. Konsekuensinya, jaksa penuntut yang independen sangat penting artinya jika kasus yang ditangani ada dalam situasi tindak kriminal yang sangat keji dimana kemauan politik untuk memprosesnya sangatlah kurang. • Propio motu dibatasi hanya bagi peristiwa yang terjadi di dalam wilayah sebuah negara yang telah menerima yurisdiksi Mahkamah atau yang dilakukan oleh negara itu sendiri (Pasal 12 ayat 2). Sebuah negara dinyatakan menerima yurisdiksi Mahkamah jika ia telah meratifikasi Statuta -- meskipun negara tersebut dapat menunda penerimaannya atas yurisdiksi kejahatan perang selama tujuh tahun (Pasal 124) --, atau dengan cara menandatangani deklarasi ad hoc yang menyatakan menerima otoritas Mahkamah. • Sebaliknya, Dewan Keamanan dapat merujuk sebuah situasi yang melibatkan wilayah atau bangsa dari suatu negara yang menjadi Pihak dalam Piagam PBB, dan Dewan Keamanan juga mempunyai otoritas untuk menyelenggarakan pengadilan ad hoc tanpa perlu mendapatkan persetujuan dari negara yang bersangkutan.
  • 19. Batasan Propio Motu • Sebelum penuntut memulai inisiatifnya, ia harus meyakinkan terlebih dahulu hakim bahwa “ada suatu dasar yang masuk akal untuk melanjutkan dengan penyelidikan, dan bahwa kasus itu tampak masuk ke dalam yurisdiksi Mahkamah,” (Pasal 15 ayat 4). • Jaksa Penuntut juga harus menghormati penyelidikan yang dilakukan oleh otoritas nasional, kecuali jika dewan hakim memutuskan bahwa otoritas yang ada benar-benar tidak berniat atau tidak mampu melakukan penyelidikan atau penuntutan (Pasal 17 dan 18).
  • 20. Kepresidenan • Organ utama ICC • Terdiri dari seorang presiden dan dua orang wakil yang dipili dari antara hakim dan oleh hakim dengan suara mayoritas mutlak. • Jabatan selama 3 tahun dan dapat dipilih kembali disesuaikan dengan masa jabatan sebagai hakim. • Fungsi: melakukan pengelolaan ICC, kecuali untuk kantor Penuntut Umum; melakukan fungsi-fungsi lain yang diberikan statuta.
  • 21. kepaniteraan • Menangani aspek non yudisial. • dipimpin seorang panitera.
  • 22. Majelis negara-negara Pasal 112.2 Statuta Roma 1998, tugas dan wewenang majelis negara adalah: 1. Mempertimbangkan dan bila perlu menerima saran-saran dari preparatory commission. 2. Menyediakan supervisi manajemen bagi lembaga kepresidenan, panitera dan penuntut umum dalam pengelolaan mahkamah. 3. Menilai laporan dan aktivitas biro serta mengambil tindakan berkenaan dengan hal tersebut. 4. Mempertimbangkan dan memutuskan anggaran mahkamah. 5. Menentukan perlu tidaknya mengubah jumlah hakimICC sesuai pasal 36. 6. Mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut penolakan kerjasama dari negara pihak atau negara lain yang memiliki kesepakatan dengan mahkamah sesuai artikel 87 ayat 5 dan 7. 7. Menjalankan fungsi lain yang sejalan dengan statuta Roma dan aturan tentang prosedur dan pembuktian. 8. Wewenang menerima aturan mengenai unsur-unsur tindak pidana 9. Wewenang menerima aturan mengenai prosedur dan pembuktian. 10. Wewenang memilih hakim ICC, penuntut dan waki penuntut Setiap negara memiliki satu suara dalam majelis. Voting dilakukan dengan melihat apa yang hendak diputuskan. Mengenai hal prosedural diputuskan melalui prinsip mayoritas sederhana, sedangkan mengenai substansial melalui persetujuan 2/3 suara anggota yang hadir (present and vote)
  • 23. Peran Dewan Keamanan Wewenang Dewan Keamanan dalam Mahkamah: • Wewenang untuk merujuk atau mengajukan suatu kejahatan ke Mahkamah, saat memainkan peran sebagaimana yang disebutkan pada Bab VII Piagam PBB. Dengan kata laim, Dewan Keamanan berwenang memprakarsai suatu penyelidikan (Pasal 13). • Wewenang untuk menunda penyelidikan atau penuntutan sampai dua belas bulan dan dapat diperbaharui kembali (Pasal 16). • Dewan Keamanan juga mempunyai otoritas untuk menyelenggarakan pengadilan ad hoc tanpa perlu mendapatkan persetujuan dari negara yang bersangkutan.
  • 24. Perdebatan perlu tidaknyamelibatkan DK PBB: • Salah satu yang paling kuat menentang kewenangan Dewan Keamanan ini adalah India, yang berargumen bahwa Dewan Keamanan hendaknya tidak mempunyai peranan apapun dalam operasional Mahkamah. India menambahkan bahwa “pemberian peran kepada Dewan Keamanan yang tercantum dalam Statuta melanggar hukum internasional.” • Negara yang menentang ICC misalnya Amerika, dalam kongres Amerika Serikat, macam senator Jesse Helms dan senator od Grams, mengkritik Statuta Roma sebagai sebuah upaya untuk memuarakan semua persoalan pada Dewan Keamanan. Grams lebih lanjut mengatakan bahwa Statuta Roma tersebut justru merupakan “sebuah kemenangan besar bagi mereka yang mengkritik Dewan Keamanan selama ini”. Padahal faktanya para pengkritik Dewan Keamanan yang paling keras, macam India, Irak, dan Libya, justru menolak untuk mendukung Statuta ini, sementara tiga dari lima anggota tetap Dewan Keamanan justru mendukungnya
  • 25. Yurisdiksi ICC Yurisdiksi Teritorial • Secara umum, ICC hanya menjalankan fungsi di wilayah negara pihak namun bisa di negara bukan pihak selama dibuat perjanjian khusus (psl 4 ay 2) • Inisiasi dari Jaksa Penuntut  TKP (locus delicti) atau kewarganegaraan pelaku haruslah negara pihak. • Inisiasi dari Dewan keamanan PBB  TKP atau kewarganegaraan pelaku bisa dari negara pihak dan bisa bukan negara pihak • Negara bukan pihak bisa menundukkan diri terhadap ICC asalkan membuat deklarasi yang menerima ICC.
  • 26. wilayah Inisiatif negara pihak Inisiatif jaksa Inisiatif DK PBB Negara pihak Dapat Dapat Dapat Negara bukan pihak Dapat, asalkan pelaku pelanggaran HAM adalah warganegara dari negara pihak Dapat, asalkan pelaku pelanggaran HAM adalah warganegara dari negara pihak Dapat (baik pihak maupun bukan pihak)
  • 27. Yurisdiksi Ratione Temporis • Mahkamah hanya menangani tindak kejahatan yang terjadi setelah diberlakukannya Statuta Roma ini (Prinsip tidak berlaku surut/non retroaktif) (Pasal 24).
  • 28. Yurisdiksi Ratione Personae • ICC hanya memiliki yurisdiksi terhadap orang. ICC tidak berwenang memeriksa dan mengadili negara atau organisasi internasional. • Pelaku kejahatan HAM yang masuk yurisdiksi ICC, harus bertanggung jawab (pidana) secara individu. Pertanggungjawaban individu berasal dari putusan Mahkamah Nuremberg, pasal 7 (1) Statuta ICTY dan pasal 6 ayat 1 Statuta ICTR, dan Resolusi Majelis Umum PBB No. 177 (II) Pasal 6 ayat 1 ICTR: “Setiap individu yang merencanakan, mendorong, memerintahkan, melakukan, membantu atau bersekongkol dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan kejahatan yang dicakup statuta dinyatakan memikul tanggung jawab pidana secara individual.” “posisi pelaku baik sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan maupun pejabat pemerintahan tidak membebaskan pelaku dari tanggung jawab pidana dan tidak meringankan pidana yang dijatuhkan.”
  • 29. Atasan tidak luput dari tanggung jawab pidana atas tindak pidana yang dilakukan bawahannya apabila: • Ia mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa bawahannya akan atau telah melakukan tindak pidana, dan • Ia gagal mengambil tindakan yang diperlukan guna mencegah tindak pidana itu atau guna menghukum pelakunya.