SlideShare a Scribd company logo
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
I. Atmosfer Bintang
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Pengamatan bintang dengan menggunakan teleskop
hanya dapat mencapai bagian luar bintang saja yang
disebut dengan atmosfer bintang. Sedangkan bagian
dalam bintang tidak pernah bisa terjangkau oleh
pengamatan astronomi.
 Akan tetapi pengetahuan tentang bintang tidak akan
lengkap tanpa mengetahui sifat fisis bagian dalamnya.
Apalagi apa yang diamati pada bagian luar bintang
tidak terlepas dari struktur bagian dalamnya.
 Para astronom berusaha membuat
model struktur bintang berdasarkan
apa yang diamati dari permukaannya.
Persamaan Hantaran Pancaran
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Walaupun tidak ada satupun astronom yang yakin
sepenuhnya bahwa model bintang yang dibuatnya
benar, namun apabila modelnya berkelakuan sesuai
dengan yang diamati, maka kemungkinan besar model
tersebut sudah berada pada arah yang benar.
 Sebenarnya antara atmosfer bintang dan bagian
dalamnya tidak ada batas yang jelas, karena
seluruhnya merupakan satu kesatuan.
 Astronom membedakan kedua bagian bintang tersebut
hanya untuk memudahkan analisis matematiknya saja.
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Oleh karena lapisan atmosfer bintang jauh lebih tipis
dari besar keseluruhan bintang
Lapisan atmosfer dianggap sebagai permukaan
bidang sejajar
Atmosfer
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
θ
dσ
n
x < 0
Tinjau suatu elemen luas dσ yang terletak pada
kedalaman x dari permukaan atmosfer (x = tebal
geometri dari permukaan ke elemen dσ). Misalkan θ
adalah sudut antara arah normal dσ dan arah x
x = 0
x
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Energi pancaran dengan panjang gelombang antara λ
dan λ+ dλ yang melewati elemen luas dσ dalam sudut
ruang dω dan dalam waktu dt adalah,
Iλ(θ, x) dσ dω dt dλ
Intensitas spesifik
dσ
θ
d
ω
n
. . . . . (1-1)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Jika pancaran tersebut melalui elemen massa yg
berbentuk silinder dg penampang dσ dan tinggi ds serta
sumbu silindernya sejajar dengan arah pancaran
dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ
ds Kerapatan
Koefisien absorpsi
Intensitas berkurang
θdx
ds
dσ
. . (1-2)
Pengurangan intensitas sebanding
dengan kerapatan massa di dalam
silinder dan tebal silinder dan juga
sebanding dengan besarnya
intensitas itu sendiri
maka akibat penyerapan energi oleh massa dalam
tabung, intensitas spesifiknya akan berkurang sebesar
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
ds = dx secθ . . . . . . . . . . . . . . . . (1-3)
dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx
secθ
. (1-4)
Definisikan tebal optik, yaitu
dτλ = - κλ ρ dx . . . . . . . . . . . (1-5)
Subtitusikan pers (1-5) ke pers (1-4) akan diperoleh,
dIλ(θ, x) = Iλ(θ, x) secθ dτλ
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-6)atau
dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ
ds
(1-2)
Subtitusikan pers (1-3) ke pers
akan diperoleh,
dIλ(θ, x)
= secθ dτλ
Iλ(θ, x)
θdx
ds
dσ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
dIλ(θ, x)
= secθ dtλ
Iλ(θ, x)
 Integrasikan medium kontinu dan pers (1-6) dari τλ
sampai 0 (permukaan),
Pers. (1-6) :
τλ
0
τλ
0
. . . . . . . . (1-7)
Intensitas awal
Intensitas setelah
terjadi penyerapan
Intensitas berkurang dengan faktor redaman sebesar
exp(-τλ sec θ) setelah menempuh tebal optis sebesar τλ
Iλ(θ, x) = e Iλo(θ,
x)
- τλ secθ
Maka akan diperoleh.
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
τλ = 0
τλ + dτλ
τλ > 0
x = 0
x + dx
x < 0
θ Iλo
Hubungan antara tebal optik
dan tebal geometri
Iλ = e -τλ sec θ Iλo
 Selain menyerap energi, elemen silinder juga akan
memberikan pancaran. Besarnya intensitas yang
dipancarkan oleh elemen tabung adalah,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
jλ ρ ds = jλ ρ dx secθ . . . . . . . . . . . . . (1-8)
Koefisien emisi
 Jadi setelah melewati elemen silinder, pancaran akan
mengalami pengurangan energi akibat penyerapan
(pers 1-4)
dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx secθ + jλ ρ dx
secθ
. . . (1-9)
dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx
secθ
Pers (1-4) :
dan penambahan energi akibat pancaran (pers. 1-8)
sehingga,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Apabila kita subtitusikan pers. (1-5)
dτλ = - κλ ρ dx
dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx secθ + jλ ρ dx
secθ
. . . . . . (1-10)atau
Persamaan diferensial hantaran pancaran
dIλ(θ, τλ)
=
Iλ(θ, τλ) sec θ
dτλ −
sec θ
dτλ
jλ
κλ
dIλ(θ,
τλ)
= Iλ(θ, τλ) −
dτλ
cos θ
jλ
κλ
ke pers. (1-9)
maka akan diperoleh,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Solusi Persamaan Diferensial Pancaran
Kalikan persamaan (1-10)
dIλ(θ,
τλ)
= Iλ(θ, τλ) dω −
dτλ
cos θ
dω
jλ
κλ
dω
Solusi pertama :
dIλ(θ,
τλ)
= Iλ(θ, τλ) −
dτλ
cos θ
jλ
κλ
dengan dω diperoleh,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Kemudian integrasikan pada seluruh bola
dI
dω = Iλ dω −
dτλ
cos θ
jλ
κλ
bola bola bola
dω
Diferensial yang berdasarkan pada τ tidak
bergantung pada integrasi di seluruh sudut, sehingga
. . . . . . . . . (1-11)
d
dτλ
I cos θ dω = I dω −
dω
bola bola
jλ
κλ
bola
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Dari kuliah Astrofisika I kita ketahui bahwa fluks
pancaran dinyatakan oleh,
. . . . . (1-12)Fλ = Iλ cos θ sin θ dθ dφ
2π π/2
0 0 dω
= Iλ cos θ dω
bola
Selanjutnya definisikan Intensitas Rata-rata yaitu,
. . . . . . . . . . (1-13)
Iλ dω
bola
Jλ =
dω
bola
=
1
4π
Iλ d
ωbola
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
d
dτλ
I cos θ dω = I dω −
dω
bola bola
jλ
κλ
bola
Di subtitusikan ke pers. (1-11) :
Jika pers (1-12) :
Fλ 4
πJλ
dan pers. (1-13) :
Fλ = Iλ cos θ dω
bola
Jλ =
1
4π
Iλ d
ωbola
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Karena jλ/κλ tidak bergantung pada besaran sudut,
maka persamaan di atas dapat dituliskan kembali
menjadi,
. . . . . . . . . . . . . . (1-14)
maka diperoleh,
d
dτλ
Fλ = 4π Jλ −
jλ
κλ
bola
dω
Fλ = 4π J − 4π
jλ
κλ
d
dτλ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Karena atmosfer dapat dianggap bukan merupakan
sumber energi (energi berasal dari dalam bintang),
maka atmosfer bintang dapat dianggap berada dalam
kesetimbangan termodinamik (energi yang diserap oleh
suatu elemen materi sama dengan yang dipancarkan).
 Akibatnya jumlah energi yang masuk pada suatu
lapisan atmosfer harus sama dengan jumlah energi
yang meninggalkan lapisan atmosfer tersebut setiap
detiknya.
 Fluks pancaran selalu tetap konstan terhadap
ketebalan optis. Jadi
. . . . . . . . . . . . . . . . . (1-15)Fλ = 0d
dτλ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Subtitusikan pers. (1-15) ke pers. (1-14)
4π Jλ − 4π =
0
jλ
κλ
Jλ =
jλ
κλ
Pers. (1-14) : Fλ = 4π J − 4π
jλ
κλ
d
dτλ
Fλ = 0d
dτλ
Pers. (1-15) :
dalam hal ini . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-16)Jλ = Sλ =
jλ
κλ
fungsi sumber
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Dalam keadaan setimbang termodinamik, harga jλ/κλ
hanya bergantung pada temperatur sehingga berlaku,
Sλ = Bλ(T) . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-17)
Hukum Kirchoff
Fungsi Planck
sehingga . . . . . . . . . . . . . . (1-18)Bλ T(τλ) = Jλ(τλ)
=
jλ
κλ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Solusi kedua :
cos 2
θ dω = Iλ(θ, τλ) cosθ dω − cosθ dωdIλ(θ,
τλ)dτλ
jλ
κλ
Kalikan persamaan (1-10) :
dengan cosθ dω diperoleh,
dIλ(θ,
τλ)
= Iλ(θ, τλ) −
dτλ
cos θ
jλ
κλ
Selanjutnya integrasikan pada seluruh bola
dω = Iλ cos
θ dω −
jλ
κλ
dIλ
dτ
cos2
θ
bola bola bola
cos θ dω
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
. . . (1-19)
atau
dτ
d
Iλ cos2
θ dω = Iλ cos θ dω − cosθ
dω
jλ
κλ
bola bola bola
karena Buktikan !!!
bola
cos
θ dω = 0
bola
Iλ cosθ dω
Hλ (τλ)
= dω
=
1
4π Iλ
cosθ dω = Fbola
1
4π
bola
dan kita definisikan
. . . (1-20)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
4π Hλ(τλ)4π Kλ(τλ) 0
serta . . . (1-21)
bola
Iλ
cos2
θ dωKλ (τλ) = =
1
4π Iλ
cos2
θ dωbola
bola
dω
selanjutnya subtitusikan pers (1-20) dan (1-21) ke (1-19),
d
dτ
Iλ cos2
θ dω = Iλ cos θ dω − cosθ
dω
jλ
κλ
bola bola bola
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
dKλ
dτλ
= Hλ
d
dτλ
4π Kλ(τλ) = 4π
Hλ(τλ)
Maka pers. (1-19) menjadi,
sehingga . . . . . . . . . (1-22)Kλ(τλ) = Hλ(τλ) + Konstanta
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Persamaan Diferensial Hantaran Pancaran
Lanjutan
dIλ(θ,
τλ)
= Iλ(θ, τλ) −
dτλ
cos θ
jλ
κλ
Pers. (1-10) :
Subtitusikan pers. (1-18) ke pers. (1-10),
Bλ(Τ) =
jλ
κλ
Pers. (1-18) :
temperatur pada kedalaman
tebal optik τλ dari
permukaan
. . . . . . . . . . (1-23)
dτλ
dIλ(θ,
τλ)
cosθ = Iλ(θ, τλ) −
Bλ Τ(τλ)
Bλ(τλ)
Akan diperoleh persamaan hantaran pancaran dalam
keadaan setimbang termodinamik yaitu,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
atau
. . . . . (1-24)
dτλ
dIλ(θ,
τλ) − Iλ(θ, τλ) sec θ = − Bλ(τλ) sec
θ
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-25)
dy
+ Py = Q
dx
Pers. (1-24) ini dapat dituliskan dalam bentuk
dimana,
y = Iλ(τλ, θ) , x = τλ, P = − sec θ, Q = −Bλ(τλ) sec
θ
Pers. differensial linier
orde pertama
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Jika kita masukan kembali harga x, y, P dan Q, maka
diperoleh
Iλ(τλ, θ) e = C − Bλ(t) sec θ e
dt
−τλ sec θ − t sec θ
0
τλ
. . . . (1-27)
Variabel t sebagai pengganti τλ
Solusi pers. (1-25) adalah,
. . . . . . . . . . . (1-26)
Tetapan integrasi
Untuk menentukan tetapan integrasi C, ambil syarat
batas pada,
τλ = τλ
∗
Ιλ(τλ, θ) = Ιλ (τλ
∗
, θ)
Buktikan ini solusinya !!
ye = C + Q e dx
P dx P dx
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Iλ(τλ, θ) e =−τλ sec θ − t sec θ
0
τλ
. . . . (1-27)
Variabel t sebagai pengganti τλ
Solusi pers. (1-25) adalah,
. . . . . . . . . . . (1-26)
Tetapan integrasi Buktikan ini solusinya !!
ye = C + Q e dx
P dx P dx
y = Iλ(τλ, θ) , x = τλ, P = − sec θ, Q = −Bλ(τλ) sec
θ
C − Bλ(t) sec θ e dt
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Jadi,
. . . . . (1-28)
Subtitusikan harga C ini ke pers. (1-27), akan diperoleh,
. . . . . (1-29)
Apabila diambil τλ
∗
. . . . . . . . . . . . (1-30)
Hal ini disebabkan karena Iλ(τλ, θ)
tidak berubah secepat fungsi
eksponensial dengan pertambahan τλ.
∞, maka
C = Iλ(τλ
*
, θ ) e + Bλ(t) sec θ e
dt
−τλ
∗
sec θ − t sec θ
0
τλ
∗
Iλ(τλ, θ ) e = Iλ(τλ
*
, θ ) e + Bλ(t) sec θ e
dt
−τλ
∗
sec θ − t sec θ
τλ
−τλ sec θ
τλ
∗
Lim Iλ(τλ
*
, θ ) e = 0
−τλ
∗
sec θ
τλ ∞
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Jadi, . . . . . . . . (1-31)
Persamaan ini memberikan intensitas pancaran yg menuju
ke arah luar (kepermukaan ; 0 ≤ θ ≤ π/2 di kedalaman
τλ.)
θ = 0
θ =
π/2
θ =
π/2
θ = π
Ιλ
Iλ(τλ, θ ) = e Bλ(t) sec θ dt
τλ
∞
−(t -τλ) sec
θ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Pers (1-31) dapat digunakan untuk menentukan intensitas
pancaran di permukaan bintang (τλ = 0) sebagai fungsi θ
. . . . . . . . . . . (1-32)
Dapat dilakukan dengan memecahkan model struk-
tur atmosfer bintang. Model atmosfer bintang mem-
berikan berbagai variabel seperti tekanan gas, te-
kanan elektron, temperatur dan koefisien absorpsi
sebagai fungsi τλ (untuk kuliah Atmosfer Bintang)
Karena fungsi Planck merupakan fungsi temperatur maka
pers. (1-32) dapat dipecahkan apabila temperatur sebagai
fungsi kedalaman optik (τλ) dapat ditentukan.
variabel t dituliskan kembali menjadi τλ.
Iλ(0, θ ) = e Bλ(τλ ) sec θ
dτλ 0
−τλ sec θ
∞
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Apabila kita membicarakan bintang, yang dapat kita
tentukan hanyalah intensitas rata-rata pada seluruh
permukaan bintang atau fluks pancaran yaitu,
. . . . . . . . . . . . (1-33)
Distribusi energi
pada kontinum
bintang kelas A0V
Spektrum Bintang Kelas A
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang
Intensitas
Fλ(0) = 2π Iλ(0, θ ) cos θ sin θ
dθ 0
π /2
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Pendekatan Pertama Eddington
Menurut Eddington, medan radiasi pada suatu titik terdiri
dari intensitas konstan I1(τ) ke arah luar bola dan intensitas
konstan I2(τ) ke arah dalam bola.
θ = 0
θ =
π/2
θ =
π/2
θ = π
Ι1
Ι2
Ι(τλ, θ ) =
Ι1(τλ) ; 0 ≤ θ ≤
π/2
I2(τλ) ; π/2 ≤ θ ≤
π
Ι1 dan I2 sebagai fungsi
τλ
DND - 2003
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Tinjau besaran-besaran J, H, dan K sebagai fungsi dari I1
dan I2
 Besaran J (Intensitas rata-rata)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-34)
4π 4πJλ = Iλ dω = Iλ sinθ dθ
dφ
1
bola
1
2π
0
π
0
= 2π I1 sinθ dθ + I2 sinθ
dθ
1
4π
π/2
0
π
π/2
= I1 − cosθ + I2
− cosθ
2
1
0
π/2
π/
2
π
2
1
= I1 + I2
2
1
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Besaran H
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-35)
Hλ = Iλ cosθ dω = Iλ cosθ sinθ
dθ dφ
1
4π
bola
1
4π
0
2π
0
π
4π
= 2π I1 cosθ sinθ dθ + I2 cosθ sinθ
dθ
1
π/2
0
π
π/2
= I1 sin2
θ + I2 sin2
θ
2
1
π/2
π
2
1
2
1
0
π/2
2
1
= I1 - I2
4
1
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
atau bisa dicari dengan cara berikut
Karena
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-36)
Fλ = Iλ cos θ sin θ dθ
dφ
2
π
π
0 0
= 2π I1 cosθ sinθ dθ + I2 cosθ sinθ
dθ
π/2
0
π
π/2
= 2π I1 sin2
θ + 2π I2
sin2
θ π/2
π
2
1
0
π/2
2
1
= π I1 - I2
Hλ = Fλ4π
1 Hλ = π I1 - I2 = I1 – I2
4π
1
4
1
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
4π
= 2π I1 cos2
θ sinθ dθ + I2 cos2
θ sinθ
dθ
1
π/2
0
π
π/2
 Besaran K
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-37)
Kλ = Iλ cos2
θ dω = Iλ cos2
θ sinθ
dθ dφ
1
4π
bola
1
4π
0
2π
0
π
= I1 − cos3
θ + I2 − cos3
θ
2
1
π/2
π
2
1
3
1
0
π/2
3
1
= I1 + I2
6
1
= Jλ3
1
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Hλ = I1 - I2 = I14
1
4
1
Kλ
= Hλ
τλ
+ KonsDari pers. (1-22) :
Dari pers. (1-35) :
Untuk menentukan konstanta, kita ambil τ = 0, jadi
Untuk syarat batas. diandaikan tidak ada radiasi yang
datang dari luar bintang, yaitu
I2(0) = 0
Dari pers. (1-34) :
Dari pers. (1-37) :
Jλ
(0) = 2Hλ
. . . . . . . . . (1-38)
Kλ = Jλ3
1 Jλ = Hλτλ + Konst
3
1
Jλ (0) = Konst
3
1
Jλ = I1 + I2 = I1
2
1
2
1
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Jλ
(0) = 2Hλ
. . . . . . . . . . (1-39)
Oleh karena
Subtitusikan pers. (1-39) ke pers. (1-38), didapatkan
atau
. . . . . . . . . . . . . . . . (1-40)
Persamaan ini sangat berguna karena menyatakan J
dalam term kedalaman optik (τ) dan salah satu sifat dasar
sebuah bintang H
Jλ(0) = Konst
3
1
Konst = Hλ3
2
Jλ = Hλτλ +
Hλ
3
1
3
2
Jλ(τλ) = Hλ (3τλ +
2)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Sekarang akan ditentukan I1(τ) dan I2(τ)
Dari pers. (1-35) :
Dari pers. (1-34) :
. . . . . . . . . . . . (1-41)
Subtitusikan per. (1-40) ke pers. (1-41)
. . . . . . . . . . . . . (1-42)atau,
Jλ = I1 + I2
2
1
2
1
2Hλ = I1 − I2
2
1
2
1
Jλ + 2Hλ = I1
Hλ (3τλ + 2) + 2Hλ = I1 (τ)
I1 (τλ) = Hλ (4 +
3τλ)
(1-
40) . . .
Jλ(τλ) = Hλ (3τλ +
2)
akan diperoleh,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
. . . . . . . . . . . . (1-43)Jλ - 2Hλ = I2
Dari pers. (1-35) :
Dari pers. (1-34) :
Subtitusikan per. (1-40) ke pers. (1-43)
. . . . . . . . . . . . . (1-44)atau,
Jλ = I1 + I22
1
2
1
2Hλ = I1 − I2
2
1
2
1
Hλ (3τλ + 2) − 2Hλ = I2 (τ)
I2 (τλ) = 3
Hλ τλ
(1-
40) . . .
Jλ(τλ) = Hλ (3τλ +
2)
akan diperoleh,
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
5H
1H
4H
τ = 0
τ = 1/3
τ = 2/3
τ = 1
6H
7H
2H
3H
τ = 0 I1 (τ) = 4H
I2 (τ) = 0
τ = 1/3 I1 (τ) = 5H
I2 (τ) = 1H
τ = 2/3 I1 (τ) = 6H
I2 (τ) = 2H
τ = 1 I1 (τ) = 7H
I2 (τ) = 3H
I1 (τλ) = Hλ (4 +
3τλ)I2 (τλ) = 3Hτλ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Apabila kita bandingkan intensitas di bagian tepi
dengan di bagian tengah piringan Matahari dengan
menggunakan Pers (1-32), maka akan didapatkan
bahwa bagian tepi lebih gelap daripada bagian tengah
piringan matahari
Efek penggelapan tepi pada Matahari
Penggelapan Tepi Matahari
Matahari
Iλ(0,
θ)Iλ(0, 0)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
θ
Ιλ(0, θ)
Ιλ(0, 0)
Matahari
cos θ
1,0 0,8 0,6 0,4 0,2
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
Iλ(0, θ)
Iλ(0, 0)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Untuk menjelaskan terjadinya efek penggelapan tepi,
subtitusikan pers. (1-18) ke pers. (1-32)
Pers. (1-18) :
Pers. (1-32) :
. . . . (1-45)
Subtitusikan pers. (1-40) ke pers (1-45).
diperoleh :
Bλ(τλ ) = Jλ(τλ)
Pers (1-40) : Jλ(τλ) = Hλ (3τλ +
2)
diperoleh :
Iλ(0, θ ) = e Bλ(τλ ) sec θ
dτλ
0
−τλ sec θ
∞
Iλ(0, θ ) = e Jλ (τλ ) sec θ
dτλ
0
−τλ sec θ
∞
Iλ(0, θ ) = Hλ(2+3τλ) e sec θ
dτλ
0
−τλ sec θ
∞
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
d(τλ secθ) = secθ dτλ + τλ
d(secθ) = 0 karena θ dianggap
konstan utk suatu harga I
jadi :
Sehingga,
= 1 = 1/secθ
Buktikan !!
Iλ(0, θ ) = 2Hλ e secθ dτλ + 3Hλ τλ e
secθ dτλ
0
∞
−τλ sec θ
0
∞
−τλ sec θ
d(τλ secθ) =
secθ dτλ
Atau,
Iλ(0, θ ) = 2Hλ e d(τλsecθ ) + 3Hλ τλ e
d(τλsecθ ) 0
∞
−τλ sec θ
0
∞
−τλ sec θ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Akhirnya kita peroleh,
. . . . . (1-46)
Intensitas bergantung pada θ
Untuk θ = 0 I(0,0) = 2Hλ + 3Hλ = 5Hλ
Untuk θ = π/2 I(0,π/2) = 2Hλ
Intensitas di tengah piringan bintang lebih besar
daripada dibagian tepi
Efek penggelapan tepi
Iλ(0, θ ) = 2Hλ + = 2Hλ + 3Hλ
cosθ
3Hλ
secθ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
θθ
θ = 0
θ = π/2θ = π/2
θ
=
0
θ
θ
θ
=
0
θ
θ
θ=0
θ=π/2θ=π/2
θθ
θ=0
θ=π/2θ=π/2
θθ
Skema Penggelapan Tepi
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
T4
= H (3τ + 2)
σ
π
Distribusi temperatur
Distribusi temperatur sebagai fungsi kedalaman optik
dapat ditentukan sebagai berikut :
. . . (1-47)
Dari pers. (1-18) :
Apabila κ dan j tidak bergantung pada λ(atmosfer kelabu
– gray atmosphere), maka
Karena
dan
= Bλ (T) dλ = B(T) = T4
jλ
κλ
0
∞
σ
π
J(τ) = B(T) = T4
σ
π
J(τ) = H (3τ + 2)
Bλ T(τλ) = Jλ(τλ)
=
jλ
κλ
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
T4
= To
4
+ To
4
τ
σ
π
σ
π
3σ
2π
To
4
= 2H
σ
π
Untuk τ = 0, diperoleh temperatur permukaan bintang
yaitu,
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-48)
Apabila pers. (1-48) disubtitusikan ke pers. (1-47),
atau . . . . . . . . . . . . . . . (1-49)
distribusi temperatur ∼ τ
T4
= H (3τ + 2)
σ
π
Pers (1-47) :
akan diperoleh,
T4
= To
4
(1 + τ)3
2
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Dari kuliah Astrofisika I diperoleh bahwa temperatur
efektif dapat dinyatakan oleh,
F = σTef
4
Dari pers (1-20) : F = 4πH
. . . . . . . . (1-50)
Dengan mensubtitusikan pers. (1-50) ke (1-48) diperoleh,
atau
atau
H = Tef
4
σ
4π
To
4
= Tef
4
σ
2π
σ
π
Tef
4
= 2 To
4
Tef = 2 To = 1,189 To
4
. . . . . . . . . (1-51)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Penyerapan Energi
Dalam proses penghantaran emergi di dalam bintang
terjadi penyerapan energi oleh materi bintang. Ada
empat macam proses penyerapan energi yaitu,
 penyerapan terikat-terikat (bound-bound absorption)
 penyerapan terikat-bebas (bound-free absorption)
 penyerapan lepas-lepas (free-free absorption)
 penyebaran (scattering)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Penyerapan terikat-bebas terjadi apabila energi diserap
oleh atom untuk melepaskan elektron yang terikat oleh
atom tersebut atau untuk mengionisasikan elektronnya
 Penyerapan lepas-lepas terjadi apabila elektron bebas di
sekitar suatu inti atau ion positif menambah energi
kinetiknya dengan menyerap foton.
Elektron bebas
hν
hν
h
ν
terikat-terikat
terikat-bebas
bebas-bebas
 Penyerapan terikat-terikat terjadi apabila foton diserap
oleh elektron untuk mengeksitasikan elektronnya ke
tingkat energi yang lebih tinggi
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Penyerapan terikat-terikat
 menimbulkan garis-garis absorpsi yang diamati
pada spektrum bintang
HαHβHγHδHζ Hε
Spektrum Bintang Kelas A
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang
Intensitas
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 hanya foton yang energinya lebih besar atau
sama dengan energi ikat elektron yang dapat
diserap
 apabila energi yang diserap lebih besar
daripada energi ikat elektron, maka kelebihan
energi akan digunakan elektron sebagai energi
kinetiknya
 proses ini menimbulkan penyerapan pada
pancaran kontinum
 Penyerapan terikat-bebas
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 tidak ada pembatasan pada energi yang
diserapnya
 supaya terjadi penyerapan lepas-lepas, harus
tersedia sejumlah inti atau ion positif di tempat
tersebut
 suatu elektron di ruang bebas tidak mungkin
menambah energinya dengan menyerap foton
kecuali bila elektron tersebut bergerak dalam
medan listrik suatu inti atau ion positif.
 Penyerapan lepas-lepas
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Dalam penyerapan terikat-lepas dan lepas-lepas, foton
dengan energi rendah (λ besar) lebih mudah diserap
κλ ∝ λ3
 proses ini menimbulkan penyerapan pada
pancaran kontinum
 Suatu foton dapat disebarkan oleh suatu elektron atau
atom. Dalam hal ini tidak terjadi penyerapan yang
sebenarnya karena foton hanya dibelokan dari arah
semula.
 dampaknya seperti pada penyerapan
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Suatu aliran pancaran yang bergerak ke suatu arah
akan kehilangan sejumlah foton dalam berkas
pancaran itu karena foton disebarkan ke arah lain.
 akan mengakibatkan melemahnya intensitas
pancaran pada arah itu
 Contoh :
 Penyebaran Thomson, yaitu penyebaran oleh
elektron bebas dalam bintang yang panas
 Penyebaran Rayleigh yaitu penyebaran oleh
atom hidrogen netral pada bintang yang dingin
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Perhitungan koefisien absorpsi dapat dilakukan
berdasarkan mekanika kuantum dan merupakan
perhitungan yang rumit
 Apabila akan menghitung koefisien absorpsi suatu
materi bintang dengan komposisi kimia tertentu
sebagai fungsi T, tekanan elektron Pe, maka harus
dihitung derajat eksitasi dan ionisasi setiap ion.
κλ = κ(λ, Pg, T, komposisi kimia)
 Koefisien absorpsi yang dihitung merupakan
gabungan semua proses yang dibicarakan di atas
 Pada umumnya koefisien absorpsi merupakan
fungsi panjang gelombang, komposisi kimia,
tekanan gas (dan tekanan pancaran) serta
temperatur
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 R. Wildt (1938) menunjukkan bahwa penyerapan
terikat-lepas dan lepas-lepas oleh ion hidrogen negatif
(ion H−
) memegang pearanan penting dalam atmosfer
bintang
 Ion H−
adalah atom hidrogen yang mengikat elektron
kedua dengan energi ikat 0,75 eV.
 Di dalam atmosfer bintang, apabila diketahui
tekanan dan temperatur sebagai fungsi dari tebal
optik τλ, maka dapat ditentukan κλ sebagai fungsi τλ.
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Model atmosfer bintang dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu, atmosfer kelabu dan atmosfer bukan kelabu.
 Pada atmosfer kelabu, koefisien absorpsi dan juga
tebal optik bukan fungsi panjang gelombang,
sehingga pers. (1-23) dapat dituliskan kembali
menjadi
. . . . . . . . . . (1-52)
 Pada atmosfer bukan kelabu, koefisien absorpsi dan
tebal optik tetap merupakan fungsi panjang
gelombang seperti dalam kenyataanya.
dτ
dI(θ, τ)
cos θ = I(θ, τ) − B Τ(τ)
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Model atmosfer kelabu dapat diperoleh dengan
merata-ratakan κλ untuk seluruh panjang gelom-
bang rata-rata yang diperoleh (κ )
 Penentuan κλ atau κ merupakan perhitungan yang
rumit, namun untuk perhitungan sederhana dapat
digunakan rumus pendekatan yaitu,
κ = κo ρ T−3,5
. . . . . . . . . . . . . . . . (1-53)
tetapan bergantung
pada komposisi kimia
Hukum Kramers
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Rosseland
-19
-20
-21
-22
-23
-24
-25
-26
1000 10 000 100 000
λ(Å)
H Lyman
limit
C
Si
Mg1
S
Al
Mg3
P
log κ
logκ(λ)
H Balmer
limit
H−
boun-free
H
− free-free
Koefisien absorpsi sebagai
fungsi λ pada T = 5040 K
dan Pg = 5,8 x 104
dyne cm-2
di dalam Matahari
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
 Semua proses diimbangi proses kebalikannya
dengan laju yang sama.
Sering sekali materi di dalam bintang dianggap seperti
gas yang terkurung dalam ruang dengan temperatur
yang seragam dan konstan
 Gas berada dalam kesetimbangan termodinamik
(thermodynamic equilibrium - TE)
 ionisasi dimbangi dengan rekombinasi
 eksitasi diimbangi dengan deeksitasi
 dll
Demikian juga energi yang diserap dipancarkan
kembali dengan laju yang sama, walaupun tidak
perlu pada arah semula. Frekuensinya pun tidak
perlu sama dengan frekuensi semula
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Keadaan setimbang termodinamik berlaku di dalam
bintang ?
 Medan pancaran tidak isotrop
 Temperatur di pusat Matahari > 10 juta derajat,
sedangkan temperatur di permukaan hanya ribuan
derajat
 Temperatur tidak seragam
 energi yang mengalir keluar lebih banyak
daripada yang ke dalam
DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id
Walaupun demikian gradien temperatur di dalam
Matahari kecil, hanya 10o
per km, atau 0,1% per km
 Jadi walaupun secara keseluruhan anggapan
keadaan setimbang termodinamik tidak benar,
namun secara lokal keadaan ini merupakan
pendekatan yang cukup baik
 Anggapan ini disebut keadaan setimbang termod1-
namik lokal (local thermodynamic equilibrium –
LTE)

More Related Content

What's hot

Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Ridlo Wibowo
 
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Annisa Khoerunnisya
 
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoSoal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Adhi Susanto
 
Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)
Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)
Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)
Annisa Khoerunnisya
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
eli priyatna laidan
 
astronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintangastronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Bintang Ganda
Bintang GandaBintang Ganda
Bintang Ganda
Muhamad Dzaki Albiruni
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
eli priyatna laidan
 
59511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-201059511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-2010
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
eli priyatna laidan
 
Sistem magnitudo
Sistem magnitudoSistem magnitudo
Sistem magnitudo
Annisa Khoerunnisya
 
Tata Koordinat Benda Langit
Tata Koordinat Benda LangitTata Koordinat Benda Langit
Tata Koordinat Benda Langit
Lina Nofita
 
Astronomi fisika bab i
Astronomi fisika bab iAstronomi fisika bab i
Astronomi fisika bab i
eli priyatna laidan
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
FKIP UHO
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Annisa Khoerunnisya
 
58394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-201158394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-2011
eli priyatna laidan
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 

What's hot (20)

Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
 
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
 
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoSoal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
 
Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)
Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)
Materi ajar 4 (magnitudo-fotometri)
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
 
Fotometri bintang1
Fotometri bintang1Fotometri bintang1
Fotometri bintang1
 
astronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintangastronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintang
 
Bintang Ganda
Bintang GandaBintang Ganda
Bintang Ganda
 
Materi astronomi
Materi astronomiMateri astronomi
Materi astronomi
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
59511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-201059511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-2010
 
Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
 
Sistem magnitudo
Sistem magnitudoSistem magnitudo
Sistem magnitudo
 
Tata Koordinat Benda Langit
Tata Koordinat Benda LangitTata Koordinat Benda Langit
Tata Koordinat Benda Langit
 
Astronomi fisika bab i
Astronomi fisika bab iAstronomi fisika bab i
Astronomi fisika bab i
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
 
58394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-201158394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-2011
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
 

Viewers also liked

evolusi bintang
evolusi bintangevolusi bintang
evolusi bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Materi fisika sma x bab 8
Materi fisika sma x  bab 8Materi fisika sma x  bab 8
Materi fisika sma x bab 8
eli priyatna laidan
 
Bab i va
Bab i vaBab i va
Bab 6. evolusi bintang ganda
Bab 6. evolusi bintang gandaBab 6. evolusi bintang ganda
Bab 6. evolusi bintang ganda
eli priyatna laidan
 
Bab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintangBab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintang
eli priyatna laidan
 
10 ds and algorithm session_14
10 ds and algorithm session_1410 ds and algorithm session_14
10 ds and algorithm session_14
Niit Care
 
I suggest efinancials
I suggest efinancialsI suggest efinancials
I suggest efinancials
TietoNL
 
Fstpt 15-solo-english
Fstpt 15-solo-englishFstpt 15-solo-english
Fstpt 15-solo-english
a_agung_kartika
 
InApp Inc. Corporate Profile
InApp Inc. Corporate ProfileInApp Inc. Corporate Profile
InApp Inc. Corporate Profile
inapp
 
Портфоліо Кушніренко К.А.
Портфоліо Кушніренко К.А.Портфоліо Кушніренко К.А.
Портфоліо Кушніренко К.А.
dashootkagakh
 
Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11
Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11
Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11
WSKT
 
Realizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulos
Realizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulosRealizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulos
Realizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulos
Danube University Krems, Centre for E-Governance
 
Belajar autocad civil_3d
Belajar autocad civil_3dBelajar autocad civil_3d
Belajar autocad civil_3d
dedi setyawan
 
Bab 4. matahari
Bab 4. matahariBab 4. matahari
Bab 4. matahari
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
eli priyatna laidan
 
Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
eli priyatna laidan
 
Bab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang cBab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang c
eli priyatna laidan
 

Viewers also liked (20)

evolusi bintang
evolusi bintangevolusi bintang
evolusi bintang
 
Materi fisika sma x bab 8
Materi fisika sma x  bab 8Materi fisika sma x  bab 8
Materi fisika sma x bab 8
 
Bab i va
Bab i vaBab i va
Bab i va
 
Bab 6. evolusi bintang ganda
Bab 6. evolusi bintang gandaBab 6. evolusi bintang ganda
Bab 6. evolusi bintang ganda
 
Bab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintangBab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintang
 
10 ds and algorithm session_14
10 ds and algorithm session_1410 ds and algorithm session_14
10 ds and algorithm session_14
 
I suggest efinancials
I suggest efinancialsI suggest efinancials
I suggest efinancials
 
Fstpt 15-solo-english
Fstpt 15-solo-englishFstpt 15-solo-english
Fstpt 15-solo-english
 
InApp Inc. Corporate Profile
InApp Inc. Corporate ProfileInApp Inc. Corporate Profile
InApp Inc. Corporate Profile
 
Портфоліо Кушніренко К.А.
Портфоліо Кушніренко К.А.Портфоліо Кушніренко К.А.
Портфоліо Кушніренко К.А.
 
Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11
Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11
Hec ras-dasar-simple-geometry-river-sep11
 
Cas_client_Sporting
Cas_client_SportingCas_client_Sporting
Cas_client_Sporting
 
Realizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulos
Realizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulosRealizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulos
Realizin modeling and evaluation city's enerfy efficiency leonidas anthopoulos
 
Belajar autocad civil_3d
Belajar autocad civil_3dBelajar autocad civil_3d
Belajar autocad civil_3d
 
Bab 4. matahari
Bab 4. matahariBab 4. matahari
Bab 4. matahari
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
 
Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
 
Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab i vb
 
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
 
Bab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang cBab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang c
 

Similar to Bab 1. atmosfer bintang

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaranBab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaran
eli priyatna laidan
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Annisa Khoerunnisya
 
Fotometri bintang
Fotometri bintangFotometri bintang
Fotometri bintang
Annisa Khoerunnisya
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
Didit Prasetiyo
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Contoh-soal-kalkulus-iii
Contoh-soal-kalkulus-iiiContoh-soal-kalkulus-iii
Contoh-soal-kalkulus-iii
Hana Zainab Mukarromah
 
Latihan um-unair-ipa
Latihan um-unair-ipaLatihan um-unair-ipa
Latihan um-unair-ipa
raizin
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
eli priyatna laidan
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
Khoirunnisa Luthfi
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
Laila Rusmaya
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
ssuser9a63291
 
TEOREMA RANTAI
TEOREMA RANTAITEOREMA RANTAI
TEOREMA RANTAI
Hanifa Zulfitri
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
andizckaactionscript
 
integrasi
integrasiintegrasi
integrasi
Qiu Mil
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Arief Indrawan
 
Muhammad Sahid - fractal sierpinski triangle
Muhammad Sahid - fractal sierpinski triangleMuhammad Sahid - fractal sierpinski triangle
Muhammad Sahid - fractal sierpinski triangle
Hari Haryanto
 
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegralFisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
Rozaq Fadlli
 

Similar to Bab 1. atmosfer bintang (19)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaranBab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaran
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
 
Fotometri bintang
Fotometri bintangFotometri bintang
Fotometri bintang
 
Integral
IntegralIntegral
Integral
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
 
Contoh-soal-kalkulus-iii
Contoh-soal-kalkulus-iiiContoh-soal-kalkulus-iii
Contoh-soal-kalkulus-iii
 
Latihan um-unair-ipa
Latihan um-unair-ipaLatihan um-unair-ipa
Latihan um-unair-ipa
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
 
TEOREMA RANTAI
TEOREMA RANTAITEOREMA RANTAI
TEOREMA RANTAI
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
 
integrasi
integrasiintegrasi
integrasi
 
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourierDeret fourier-dan-transformasi-fourier
Deret fourier-dan-transformasi-fourier
 
Muhammad Sahid - fractal sierpinski triangle
Muhammad Sahid - fractal sierpinski triangleMuhammad Sahid - fractal sierpinski triangle
Muhammad Sahid - fractal sierpinski triangle
 
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegralFisika matematika bab4 differensial danintegral
Fisika matematika bab4 differensial danintegral
 

More from eli priyatna laidan

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
eli priyatna laidan
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
eli priyatna laidan
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
eli priyatna laidan
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
eli priyatna laidan
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
eli priyatna laidan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
eli priyatna laidan
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
eli priyatna laidan
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
eli priyatna laidan
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
eli priyatna laidan
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
eli priyatna laidan
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
eli priyatna laidan
 

More from eli priyatna laidan (20)

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
 

Recently uploaded

Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
OswaldusDiwaDoka
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
anikdwihariyanti
 
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar PancasilaProyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
ArulArya1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptxPanduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
tab2008
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Herry Prasetyo
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
MunirLuvNaAin
 
power point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohonpower point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohon
NoegPutra1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
RizkiArdhan
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdfRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pdf.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdfProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.pdf.pdf
 
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar PancasilaProyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
Proyek Tema Dimensi P5 Pelajar Pancasila
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptxPanduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
Panduan Pemilihan Mapel Pilihan SMK.pptx
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
 
power point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohonpower point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohon
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 

Bab 1. atmosfer bintang

  • 1. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id I. Atmosfer Bintang
  • 2. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Pengamatan bintang dengan menggunakan teleskop hanya dapat mencapai bagian luar bintang saja yang disebut dengan atmosfer bintang. Sedangkan bagian dalam bintang tidak pernah bisa terjangkau oleh pengamatan astronomi.  Akan tetapi pengetahuan tentang bintang tidak akan lengkap tanpa mengetahui sifat fisis bagian dalamnya. Apalagi apa yang diamati pada bagian luar bintang tidak terlepas dari struktur bagian dalamnya.  Para astronom berusaha membuat model struktur bintang berdasarkan apa yang diamati dari permukaannya. Persamaan Hantaran Pancaran
  • 3. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Walaupun tidak ada satupun astronom yang yakin sepenuhnya bahwa model bintang yang dibuatnya benar, namun apabila modelnya berkelakuan sesuai dengan yang diamati, maka kemungkinan besar model tersebut sudah berada pada arah yang benar.  Sebenarnya antara atmosfer bintang dan bagian dalamnya tidak ada batas yang jelas, karena seluruhnya merupakan satu kesatuan.  Astronom membedakan kedua bagian bintang tersebut hanya untuk memudahkan analisis matematiknya saja.
  • 4. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Oleh karena lapisan atmosfer bintang jauh lebih tipis dari besar keseluruhan bintang Lapisan atmosfer dianggap sebagai permukaan bidang sejajar Atmosfer
  • 5. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id θ dσ n x < 0 Tinjau suatu elemen luas dσ yang terletak pada kedalaman x dari permukaan atmosfer (x = tebal geometri dari permukaan ke elemen dσ). Misalkan θ adalah sudut antara arah normal dσ dan arah x x = 0 x
  • 6. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Energi pancaran dengan panjang gelombang antara λ dan λ+ dλ yang melewati elemen luas dσ dalam sudut ruang dω dan dalam waktu dt adalah, Iλ(θ, x) dσ dω dt dλ Intensitas spesifik dσ θ d ω n . . . . . (1-1)
  • 7. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Jika pancaran tersebut melalui elemen massa yg berbentuk silinder dg penampang dσ dan tinggi ds serta sumbu silindernya sejajar dengan arah pancaran dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ ds Kerapatan Koefisien absorpsi Intensitas berkurang θdx ds dσ . . (1-2) Pengurangan intensitas sebanding dengan kerapatan massa di dalam silinder dan tebal silinder dan juga sebanding dengan besarnya intensitas itu sendiri maka akibat penyerapan energi oleh massa dalam tabung, intensitas spesifiknya akan berkurang sebesar
  • 8. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id ds = dx secθ . . . . . . . . . . . . . . . . (1-3) dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx secθ . (1-4) Definisikan tebal optik, yaitu dτλ = - κλ ρ dx . . . . . . . . . . . (1-5) Subtitusikan pers (1-5) ke pers (1-4) akan diperoleh, dIλ(θ, x) = Iλ(θ, x) secθ dτλ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-6)atau dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ ds (1-2) Subtitusikan pers (1-3) ke pers akan diperoleh, dIλ(θ, x) = secθ dτλ Iλ(θ, x) θdx ds dσ
  • 9. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id dIλ(θ, x) = secθ dtλ Iλ(θ, x)  Integrasikan medium kontinu dan pers (1-6) dari τλ sampai 0 (permukaan), Pers. (1-6) : τλ 0 τλ 0 . . . . . . . . (1-7) Intensitas awal Intensitas setelah terjadi penyerapan Intensitas berkurang dengan faktor redaman sebesar exp(-τλ sec θ) setelah menempuh tebal optis sebesar τλ Iλ(θ, x) = e Iλo(θ, x) - τλ secθ Maka akan diperoleh.
  • 10. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id τλ = 0 τλ + dτλ τλ > 0 x = 0 x + dx x < 0 θ Iλo Hubungan antara tebal optik dan tebal geometri Iλ = e -τλ sec θ Iλo  Selain menyerap energi, elemen silinder juga akan memberikan pancaran. Besarnya intensitas yang dipancarkan oleh elemen tabung adalah,
  • 11. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id jλ ρ ds = jλ ρ dx secθ . . . . . . . . . . . . . (1-8) Koefisien emisi  Jadi setelah melewati elemen silinder, pancaran akan mengalami pengurangan energi akibat penyerapan (pers 1-4) dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx secθ + jλ ρ dx secθ . . . (1-9) dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx secθ Pers (1-4) : dan penambahan energi akibat pancaran (pers. 1-8) sehingga,
  • 12. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Apabila kita subtitusikan pers. (1-5) dτλ = - κλ ρ dx dIλ(θ, x) = - κλ Iλ(θ, x) ρ dx secθ + jλ ρ dx secθ . . . . . . (1-10)atau Persamaan diferensial hantaran pancaran dIλ(θ, τλ) = Iλ(θ, τλ) sec θ dτλ − sec θ dτλ jλ κλ dIλ(θ, τλ) = Iλ(θ, τλ) − dτλ cos θ jλ κλ ke pers. (1-9) maka akan diperoleh,
  • 13. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Solusi Persamaan Diferensial Pancaran Kalikan persamaan (1-10) dIλ(θ, τλ) = Iλ(θ, τλ) dω − dτλ cos θ dω jλ κλ dω Solusi pertama : dIλ(θ, τλ) = Iλ(θ, τλ) − dτλ cos θ jλ κλ dengan dω diperoleh,
  • 14. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Kemudian integrasikan pada seluruh bola dI dω = Iλ dω − dτλ cos θ jλ κλ bola bola bola dω Diferensial yang berdasarkan pada τ tidak bergantung pada integrasi di seluruh sudut, sehingga . . . . . . . . . (1-11) d dτλ I cos θ dω = I dω − dω bola bola jλ κλ bola
  • 15. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Dari kuliah Astrofisika I kita ketahui bahwa fluks pancaran dinyatakan oleh, . . . . . (1-12)Fλ = Iλ cos θ sin θ dθ dφ 2π π/2 0 0 dω = Iλ cos θ dω bola Selanjutnya definisikan Intensitas Rata-rata yaitu, . . . . . . . . . . (1-13) Iλ dω bola Jλ = dω bola = 1 4π Iλ d ωbola
  • 16. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id d dτλ I cos θ dω = I dω − dω bola bola jλ κλ bola Di subtitusikan ke pers. (1-11) : Jika pers (1-12) : Fλ 4 πJλ dan pers. (1-13) : Fλ = Iλ cos θ dω bola Jλ = 1 4π Iλ d ωbola
  • 17. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Karena jλ/κλ tidak bergantung pada besaran sudut, maka persamaan di atas dapat dituliskan kembali menjadi, . . . . . . . . . . . . . . (1-14) maka diperoleh, d dτλ Fλ = 4π Jλ − jλ κλ bola dω Fλ = 4π J − 4π jλ κλ d dτλ
  • 18. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Karena atmosfer dapat dianggap bukan merupakan sumber energi (energi berasal dari dalam bintang), maka atmosfer bintang dapat dianggap berada dalam kesetimbangan termodinamik (energi yang diserap oleh suatu elemen materi sama dengan yang dipancarkan).  Akibatnya jumlah energi yang masuk pada suatu lapisan atmosfer harus sama dengan jumlah energi yang meninggalkan lapisan atmosfer tersebut setiap detiknya.  Fluks pancaran selalu tetap konstan terhadap ketebalan optis. Jadi . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-15)Fλ = 0d dτλ
  • 19. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Subtitusikan pers. (1-15) ke pers. (1-14) 4π Jλ − 4π = 0 jλ κλ Jλ = jλ κλ Pers. (1-14) : Fλ = 4π J − 4π jλ κλ d dτλ Fλ = 0d dτλ Pers. (1-15) : dalam hal ini . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-16)Jλ = Sλ = jλ κλ fungsi sumber
  • 20. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Dalam keadaan setimbang termodinamik, harga jλ/κλ hanya bergantung pada temperatur sehingga berlaku, Sλ = Bλ(T) . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-17) Hukum Kirchoff Fungsi Planck sehingga . . . . . . . . . . . . . . (1-18)Bλ T(τλ) = Jλ(τλ) = jλ κλ
  • 21. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Solusi kedua : cos 2 θ dω = Iλ(θ, τλ) cosθ dω − cosθ dωdIλ(θ, τλ)dτλ jλ κλ Kalikan persamaan (1-10) : dengan cosθ dω diperoleh, dIλ(θ, τλ) = Iλ(θ, τλ) − dτλ cos θ jλ κλ Selanjutnya integrasikan pada seluruh bola dω = Iλ cos θ dω − jλ κλ dIλ dτ cos2 θ bola bola bola cos θ dω
  • 22. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id . . . (1-19) atau dτ d Iλ cos2 θ dω = Iλ cos θ dω − cosθ dω jλ κλ bola bola bola karena Buktikan !!! bola cos θ dω = 0 bola Iλ cosθ dω Hλ (τλ) = dω = 1 4π Iλ cosθ dω = Fbola 1 4π bola dan kita definisikan . . . (1-20)
  • 23. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id 4π Hλ(τλ)4π Kλ(τλ) 0 serta . . . (1-21) bola Iλ cos2 θ dωKλ (τλ) = = 1 4π Iλ cos2 θ dωbola bola dω selanjutnya subtitusikan pers (1-20) dan (1-21) ke (1-19), d dτ Iλ cos2 θ dω = Iλ cos θ dω − cosθ dω jλ κλ bola bola bola
  • 24. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id dKλ dτλ = Hλ d dτλ 4π Kλ(τλ) = 4π Hλ(τλ) Maka pers. (1-19) menjadi, sehingga . . . . . . . . . (1-22)Kλ(τλ) = Hλ(τλ) + Konstanta
  • 25. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Persamaan Diferensial Hantaran Pancaran Lanjutan dIλ(θ, τλ) = Iλ(θ, τλ) − dτλ cos θ jλ κλ Pers. (1-10) : Subtitusikan pers. (1-18) ke pers. (1-10), Bλ(Τ) = jλ κλ Pers. (1-18) : temperatur pada kedalaman tebal optik τλ dari permukaan . . . . . . . . . . (1-23) dτλ dIλ(θ, τλ) cosθ = Iλ(θ, τλ) − Bλ Τ(τλ) Bλ(τλ) Akan diperoleh persamaan hantaran pancaran dalam keadaan setimbang termodinamik yaitu,
  • 26. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id atau . . . . . (1-24) dτλ dIλ(θ, τλ) − Iλ(θ, τλ) sec θ = − Bλ(τλ) sec θ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-25) dy + Py = Q dx Pers. (1-24) ini dapat dituliskan dalam bentuk dimana, y = Iλ(τλ, θ) , x = τλ, P = − sec θ, Q = −Bλ(τλ) sec θ Pers. differensial linier orde pertama
  • 27. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Jika kita masukan kembali harga x, y, P dan Q, maka diperoleh Iλ(τλ, θ) e = C − Bλ(t) sec θ e dt −τλ sec θ − t sec θ 0 τλ . . . . (1-27) Variabel t sebagai pengganti τλ Solusi pers. (1-25) adalah, . . . . . . . . . . . (1-26) Tetapan integrasi Untuk menentukan tetapan integrasi C, ambil syarat batas pada, τλ = τλ ∗ Ιλ(τλ, θ) = Ιλ (τλ ∗ , θ) Buktikan ini solusinya !! ye = C + Q e dx P dx P dx
  • 28. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Iλ(τλ, θ) e =−τλ sec θ − t sec θ 0 τλ . . . . (1-27) Variabel t sebagai pengganti τλ Solusi pers. (1-25) adalah, . . . . . . . . . . . (1-26) Tetapan integrasi Buktikan ini solusinya !! ye = C + Q e dx P dx P dx y = Iλ(τλ, θ) , x = τλ, P = − sec θ, Q = −Bλ(τλ) sec θ C − Bλ(t) sec θ e dt
  • 29. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Jadi, . . . . . (1-28) Subtitusikan harga C ini ke pers. (1-27), akan diperoleh, . . . . . (1-29) Apabila diambil τλ ∗ . . . . . . . . . . . . (1-30) Hal ini disebabkan karena Iλ(τλ, θ) tidak berubah secepat fungsi eksponensial dengan pertambahan τλ. ∞, maka C = Iλ(τλ * , θ ) e + Bλ(t) sec θ e dt −τλ ∗ sec θ − t sec θ 0 τλ ∗ Iλ(τλ, θ ) e = Iλ(τλ * , θ ) e + Bλ(t) sec θ e dt −τλ ∗ sec θ − t sec θ τλ −τλ sec θ τλ ∗ Lim Iλ(τλ * , θ ) e = 0 −τλ ∗ sec θ τλ ∞
  • 30. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Jadi, . . . . . . . . (1-31) Persamaan ini memberikan intensitas pancaran yg menuju ke arah luar (kepermukaan ; 0 ≤ θ ≤ π/2 di kedalaman τλ.) θ = 0 θ = π/2 θ = π/2 θ = π Ιλ Iλ(τλ, θ ) = e Bλ(t) sec θ dt τλ ∞ −(t -τλ) sec θ
  • 31. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Pers (1-31) dapat digunakan untuk menentukan intensitas pancaran di permukaan bintang (τλ = 0) sebagai fungsi θ . . . . . . . . . . . (1-32) Dapat dilakukan dengan memecahkan model struk- tur atmosfer bintang. Model atmosfer bintang mem- berikan berbagai variabel seperti tekanan gas, te- kanan elektron, temperatur dan koefisien absorpsi sebagai fungsi τλ (untuk kuliah Atmosfer Bintang) Karena fungsi Planck merupakan fungsi temperatur maka pers. (1-32) dapat dipecahkan apabila temperatur sebagai fungsi kedalaman optik (τλ) dapat ditentukan. variabel t dituliskan kembali menjadi τλ. Iλ(0, θ ) = e Bλ(τλ ) sec θ dτλ 0 −τλ sec θ ∞
  • 32. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Apabila kita membicarakan bintang, yang dapat kita tentukan hanyalah intensitas rata-rata pada seluruh permukaan bintang atau fluks pancaran yaitu, . . . . . . . . . . . . (1-33) Distribusi energi pada kontinum bintang kelas A0V Spektrum Bintang Kelas A 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 Panjang Gelombang Intensitas Fλ(0) = 2π Iλ(0, θ ) cos θ sin θ dθ 0 π /2
  • 33. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Pendekatan Pertama Eddington Menurut Eddington, medan radiasi pada suatu titik terdiri dari intensitas konstan I1(τ) ke arah luar bola dan intensitas konstan I2(τ) ke arah dalam bola. θ = 0 θ = π/2 θ = π/2 θ = π Ι1 Ι2 Ι(τλ, θ ) = Ι1(τλ) ; 0 ≤ θ ≤ π/2 I2(τλ) ; π/2 ≤ θ ≤ π Ι1 dan I2 sebagai fungsi τλ DND - 2003
  • 34. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Tinjau besaran-besaran J, H, dan K sebagai fungsi dari I1 dan I2  Besaran J (Intensitas rata-rata) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-34) 4π 4πJλ = Iλ dω = Iλ sinθ dθ dφ 1 bola 1 2π 0 π 0 = 2π I1 sinθ dθ + I2 sinθ dθ 1 4π π/2 0 π π/2 = I1 − cosθ + I2 − cosθ 2 1 0 π/2 π/ 2 π 2 1 = I1 + I2 2 1
  • 35. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Besaran H . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-35) Hλ = Iλ cosθ dω = Iλ cosθ sinθ dθ dφ 1 4π bola 1 4π 0 2π 0 π 4π = 2π I1 cosθ sinθ dθ + I2 cosθ sinθ dθ 1 π/2 0 π π/2 = I1 sin2 θ + I2 sin2 θ 2 1 π/2 π 2 1 2 1 0 π/2 2 1 = I1 - I2 4 1
  • 36. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id atau bisa dicari dengan cara berikut Karena . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-36) Fλ = Iλ cos θ sin θ dθ dφ 2 π π 0 0 = 2π I1 cosθ sinθ dθ + I2 cosθ sinθ dθ π/2 0 π π/2 = 2π I1 sin2 θ + 2π I2 sin2 θ π/2 π 2 1 0 π/2 2 1 = π I1 - I2 Hλ = Fλ4π 1 Hλ = π I1 - I2 = I1 – I2 4π 1 4 1
  • 37. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id 4π = 2π I1 cos2 θ sinθ dθ + I2 cos2 θ sinθ dθ 1 π/2 0 π π/2  Besaran K . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-37) Kλ = Iλ cos2 θ dω = Iλ cos2 θ sinθ dθ dφ 1 4π bola 1 4π 0 2π 0 π = I1 − cos3 θ + I2 − cos3 θ 2 1 π/2 π 2 1 3 1 0 π/2 3 1 = I1 + I2 6 1 = Jλ3 1
  • 38. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Hλ = I1 - I2 = I14 1 4 1 Kλ = Hλ τλ + KonsDari pers. (1-22) : Dari pers. (1-35) : Untuk menentukan konstanta, kita ambil τ = 0, jadi Untuk syarat batas. diandaikan tidak ada radiasi yang datang dari luar bintang, yaitu I2(0) = 0 Dari pers. (1-34) : Dari pers. (1-37) : Jλ (0) = 2Hλ . . . . . . . . . (1-38) Kλ = Jλ3 1 Jλ = Hλτλ + Konst 3 1 Jλ (0) = Konst 3 1 Jλ = I1 + I2 = I1 2 1 2 1
  • 39. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Jλ (0) = 2Hλ . . . . . . . . . . (1-39) Oleh karena Subtitusikan pers. (1-39) ke pers. (1-38), didapatkan atau . . . . . . . . . . . . . . . . (1-40) Persamaan ini sangat berguna karena menyatakan J dalam term kedalaman optik (τ) dan salah satu sifat dasar sebuah bintang H Jλ(0) = Konst 3 1 Konst = Hλ3 2 Jλ = Hλτλ + Hλ 3 1 3 2 Jλ(τλ) = Hλ (3τλ + 2)
  • 40. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Sekarang akan ditentukan I1(τ) dan I2(τ) Dari pers. (1-35) : Dari pers. (1-34) : . . . . . . . . . . . . (1-41) Subtitusikan per. (1-40) ke pers. (1-41) . . . . . . . . . . . . . (1-42)atau, Jλ = I1 + I2 2 1 2 1 2Hλ = I1 − I2 2 1 2 1 Jλ + 2Hλ = I1 Hλ (3τλ + 2) + 2Hλ = I1 (τ) I1 (τλ) = Hλ (4 + 3τλ) (1- 40) . . . Jλ(τλ) = Hλ (3τλ + 2) akan diperoleh,
  • 41. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id . . . . . . . . . . . . (1-43)Jλ - 2Hλ = I2 Dari pers. (1-35) : Dari pers. (1-34) : Subtitusikan per. (1-40) ke pers. (1-43) . . . . . . . . . . . . . (1-44)atau, Jλ = I1 + I22 1 2 1 2Hλ = I1 − I2 2 1 2 1 Hλ (3τλ + 2) − 2Hλ = I2 (τ) I2 (τλ) = 3 Hλ τλ (1- 40) . . . Jλ(τλ) = Hλ (3τλ + 2) akan diperoleh,
  • 42. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id 5H 1H 4H τ = 0 τ = 1/3 τ = 2/3 τ = 1 6H 7H 2H 3H τ = 0 I1 (τ) = 4H I2 (τ) = 0 τ = 1/3 I1 (τ) = 5H I2 (τ) = 1H τ = 2/3 I1 (τ) = 6H I2 (τ) = 2H τ = 1 I1 (τ) = 7H I2 (τ) = 3H I1 (τλ) = Hλ (4 + 3τλ)I2 (τλ) = 3Hτλ
  • 43. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Apabila kita bandingkan intensitas di bagian tepi dengan di bagian tengah piringan Matahari dengan menggunakan Pers (1-32), maka akan didapatkan bahwa bagian tepi lebih gelap daripada bagian tengah piringan matahari Efek penggelapan tepi pada Matahari Penggelapan Tepi Matahari Matahari Iλ(0, θ)Iλ(0, 0)
  • 44. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id θ Ιλ(0, θ) Ιλ(0, 0) Matahari cos θ 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Iλ(0, θ) Iλ(0, 0)
  • 45. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Untuk menjelaskan terjadinya efek penggelapan tepi, subtitusikan pers. (1-18) ke pers. (1-32) Pers. (1-18) : Pers. (1-32) : . . . . (1-45) Subtitusikan pers. (1-40) ke pers (1-45). diperoleh : Bλ(τλ ) = Jλ(τλ) Pers (1-40) : Jλ(τλ) = Hλ (3τλ + 2) diperoleh : Iλ(0, θ ) = e Bλ(τλ ) sec θ dτλ 0 −τλ sec θ ∞ Iλ(0, θ ) = e Jλ (τλ ) sec θ dτλ 0 −τλ sec θ ∞ Iλ(0, θ ) = Hλ(2+3τλ) e sec θ dτλ 0 −τλ sec θ ∞
  • 46. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id d(τλ secθ) = secθ dτλ + τλ d(secθ) = 0 karena θ dianggap konstan utk suatu harga I jadi : Sehingga, = 1 = 1/secθ Buktikan !! Iλ(0, θ ) = 2Hλ e secθ dτλ + 3Hλ τλ e secθ dτλ 0 ∞ −τλ sec θ 0 ∞ −τλ sec θ d(τλ secθ) = secθ dτλ Atau, Iλ(0, θ ) = 2Hλ e d(τλsecθ ) + 3Hλ τλ e d(τλsecθ ) 0 ∞ −τλ sec θ 0 ∞ −τλ sec θ
  • 47. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Akhirnya kita peroleh, . . . . . (1-46) Intensitas bergantung pada θ Untuk θ = 0 I(0,0) = 2Hλ + 3Hλ = 5Hλ Untuk θ = π/2 I(0,π/2) = 2Hλ Intensitas di tengah piringan bintang lebih besar daripada dibagian tepi Efek penggelapan tepi Iλ(0, θ ) = 2Hλ + = 2Hλ + 3Hλ cosθ 3Hλ secθ
  • 48. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id θθ θ = 0 θ = π/2θ = π/2 θ = 0 θ θ θ = 0 θ θ θ=0 θ=π/2θ=π/2 θθ θ=0 θ=π/2θ=π/2 θθ Skema Penggelapan Tepi
  • 49. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id T4 = H (3τ + 2) σ π Distribusi temperatur Distribusi temperatur sebagai fungsi kedalaman optik dapat ditentukan sebagai berikut : . . . (1-47) Dari pers. (1-18) : Apabila κ dan j tidak bergantung pada λ(atmosfer kelabu – gray atmosphere), maka Karena dan = Bλ (T) dλ = B(T) = T4 jλ κλ 0 ∞ σ π J(τ) = B(T) = T4 σ π J(τ) = H (3τ + 2) Bλ T(τλ) = Jλ(τλ) = jλ κλ
  • 50. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id T4 = To 4 + To 4 τ σ π σ π 3σ 2π To 4 = 2H σ π Untuk τ = 0, diperoleh temperatur permukaan bintang yaitu, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1-48) Apabila pers. (1-48) disubtitusikan ke pers. (1-47), atau . . . . . . . . . . . . . . . (1-49) distribusi temperatur ∼ τ T4 = H (3τ + 2) σ π Pers (1-47) : akan diperoleh, T4 = To 4 (1 + τ)3 2
  • 51. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Dari kuliah Astrofisika I diperoleh bahwa temperatur efektif dapat dinyatakan oleh, F = σTef 4 Dari pers (1-20) : F = 4πH . . . . . . . . (1-50) Dengan mensubtitusikan pers. (1-50) ke (1-48) diperoleh, atau atau H = Tef 4 σ 4π To 4 = Tef 4 σ 2π σ π Tef 4 = 2 To 4 Tef = 2 To = 1,189 To 4 . . . . . . . . . (1-51)
  • 52. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Penyerapan Energi Dalam proses penghantaran emergi di dalam bintang terjadi penyerapan energi oleh materi bintang. Ada empat macam proses penyerapan energi yaitu,  penyerapan terikat-terikat (bound-bound absorption)  penyerapan terikat-bebas (bound-free absorption)  penyerapan lepas-lepas (free-free absorption)  penyebaran (scattering)
  • 53. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Penyerapan terikat-bebas terjadi apabila energi diserap oleh atom untuk melepaskan elektron yang terikat oleh atom tersebut atau untuk mengionisasikan elektronnya  Penyerapan lepas-lepas terjadi apabila elektron bebas di sekitar suatu inti atau ion positif menambah energi kinetiknya dengan menyerap foton. Elektron bebas hν hν h ν terikat-terikat terikat-bebas bebas-bebas  Penyerapan terikat-terikat terjadi apabila foton diserap oleh elektron untuk mengeksitasikan elektronnya ke tingkat energi yang lebih tinggi
  • 54. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Penyerapan terikat-terikat  menimbulkan garis-garis absorpsi yang diamati pada spektrum bintang HαHβHγHδHζ Hε Spektrum Bintang Kelas A 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 Panjang Gelombang Intensitas
  • 55. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  hanya foton yang energinya lebih besar atau sama dengan energi ikat elektron yang dapat diserap  apabila energi yang diserap lebih besar daripada energi ikat elektron, maka kelebihan energi akan digunakan elektron sebagai energi kinetiknya  proses ini menimbulkan penyerapan pada pancaran kontinum  Penyerapan terikat-bebas
  • 56. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  tidak ada pembatasan pada energi yang diserapnya  supaya terjadi penyerapan lepas-lepas, harus tersedia sejumlah inti atau ion positif di tempat tersebut  suatu elektron di ruang bebas tidak mungkin menambah energinya dengan menyerap foton kecuali bila elektron tersebut bergerak dalam medan listrik suatu inti atau ion positif.  Penyerapan lepas-lepas
  • 57. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Dalam penyerapan terikat-lepas dan lepas-lepas, foton dengan energi rendah (λ besar) lebih mudah diserap κλ ∝ λ3  proses ini menimbulkan penyerapan pada pancaran kontinum  Suatu foton dapat disebarkan oleh suatu elektron atau atom. Dalam hal ini tidak terjadi penyerapan yang sebenarnya karena foton hanya dibelokan dari arah semula.  dampaknya seperti pada penyerapan
  • 58. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Suatu aliran pancaran yang bergerak ke suatu arah akan kehilangan sejumlah foton dalam berkas pancaran itu karena foton disebarkan ke arah lain.  akan mengakibatkan melemahnya intensitas pancaran pada arah itu  Contoh :  Penyebaran Thomson, yaitu penyebaran oleh elektron bebas dalam bintang yang panas  Penyebaran Rayleigh yaitu penyebaran oleh atom hidrogen netral pada bintang yang dingin
  • 59. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Perhitungan koefisien absorpsi dapat dilakukan berdasarkan mekanika kuantum dan merupakan perhitungan yang rumit  Apabila akan menghitung koefisien absorpsi suatu materi bintang dengan komposisi kimia tertentu sebagai fungsi T, tekanan elektron Pe, maka harus dihitung derajat eksitasi dan ionisasi setiap ion. κλ = κ(λ, Pg, T, komposisi kimia)  Koefisien absorpsi yang dihitung merupakan gabungan semua proses yang dibicarakan di atas  Pada umumnya koefisien absorpsi merupakan fungsi panjang gelombang, komposisi kimia, tekanan gas (dan tekanan pancaran) serta temperatur
  • 60. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  R. Wildt (1938) menunjukkan bahwa penyerapan terikat-lepas dan lepas-lepas oleh ion hidrogen negatif (ion H− ) memegang pearanan penting dalam atmosfer bintang  Ion H− adalah atom hidrogen yang mengikat elektron kedua dengan energi ikat 0,75 eV.  Di dalam atmosfer bintang, apabila diketahui tekanan dan temperatur sebagai fungsi dari tebal optik τλ, maka dapat ditentukan κλ sebagai fungsi τλ.
  • 61. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Model atmosfer bintang dapat dibagi dalam dua jenis yaitu, atmosfer kelabu dan atmosfer bukan kelabu.  Pada atmosfer kelabu, koefisien absorpsi dan juga tebal optik bukan fungsi panjang gelombang, sehingga pers. (1-23) dapat dituliskan kembali menjadi . . . . . . . . . . (1-52)  Pada atmosfer bukan kelabu, koefisien absorpsi dan tebal optik tetap merupakan fungsi panjang gelombang seperti dalam kenyataanya. dτ dI(θ, τ) cos θ = I(θ, τ) − B Τ(τ)
  • 62. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Model atmosfer kelabu dapat diperoleh dengan merata-ratakan κλ untuk seluruh panjang gelom- bang rata-rata yang diperoleh (κ )  Penentuan κλ atau κ merupakan perhitungan yang rumit, namun untuk perhitungan sederhana dapat digunakan rumus pendekatan yaitu, κ = κo ρ T−3,5 . . . . . . . . . . . . . . . . (1-53) tetapan bergantung pada komposisi kimia Hukum Kramers
  • 63. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Rosseland -19 -20 -21 -22 -23 -24 -25 -26 1000 10 000 100 000 λ(Å) H Lyman limit C Si Mg1 S Al Mg3 P log κ logκ(λ) H Balmer limit H− boun-free H − free-free Koefisien absorpsi sebagai fungsi λ pada T = 5040 K dan Pg = 5,8 x 104 dyne cm-2 di dalam Matahari
  • 64. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id  Semua proses diimbangi proses kebalikannya dengan laju yang sama. Sering sekali materi di dalam bintang dianggap seperti gas yang terkurung dalam ruang dengan temperatur yang seragam dan konstan  Gas berada dalam kesetimbangan termodinamik (thermodynamic equilibrium - TE)  ionisasi dimbangi dengan rekombinasi  eksitasi diimbangi dengan deeksitasi  dll Demikian juga energi yang diserap dipancarkan kembali dengan laju yang sama, walaupun tidak perlu pada arah semula. Frekuensinya pun tidak perlu sama dengan frekuensi semula
  • 65. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Keadaan setimbang termodinamik berlaku di dalam bintang ?  Medan pancaran tidak isotrop  Temperatur di pusat Matahari > 10 juta derajat, sedangkan temperatur di permukaan hanya ribuan derajat  Temperatur tidak seragam  energi yang mengalir keluar lebih banyak daripada yang ke dalam
  • 66. DND - 2004 djoni@as.itb.ac.id Walaupun demikian gradien temperatur di dalam Matahari kecil, hanya 10o per km, atau 0,1% per km  Jadi walaupun secara keseluruhan anggapan keadaan setimbang termodinamik tidak benar, namun secara lokal keadaan ini merupakan pendekatan yang cukup baik  Anggapan ini disebut keadaan setimbang termod1- namik lokal (local thermodynamic equilibrium – LTE)