SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
1
A. Pengertian
Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang
peradangannya menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di
Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan
pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga
meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya
penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-
kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh.
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam
2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus rubeola, dan
Paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis,atau Corynebacterium
diphtheriae (Rahajoe, 2012).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai
suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala
yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang
berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran. (Ngastiyah, 1997 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus.
Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis ( manurung,2008 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea
oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus
seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus
parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin,2008).
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang
terhirup (Chang, 2010).
2
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Bronkitis
adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus,
gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya
penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan.
Bronkitis dapat bersifat akut dan kronik.
B. Etiologi
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu
rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor
keturunan dan status sosial.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking
Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat
hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi
paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab,
tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia
dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2,
zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau
tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan
suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
3
Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.
Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RVS, virus influenza, virus
parainfluenza, Adeno virus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Menurut
laporan penyebab lain dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti
asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah
perjalanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau perjalanan
dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronkitis
kronis.
Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma
pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada
anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan
Corynebacterium diphtheriae biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi
dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium
kataral pertusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas
berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti usaha keras
dan mendadak untuk insipirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk
biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe,2012).
4
C. Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar
mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan
infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.
Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya
mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas
silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi
akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel
silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran
nafas
D. PATHWAY
5
6
E. Manifestasi klinis
Tanda Dan Gejala
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang
tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian:
a. Lapisan teratas agak keruh.
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ).
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).
2. Haemaptoe
Haemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi
akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah
(pecah) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai
dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup
banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat
hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis (
daerah berasal dari peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-
satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya
baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek
batuk. pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru,
7
bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi
haemaptoe.
3. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak
nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan
destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang
(ISPA), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi
(wheezing), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
4. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering
mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga
sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,
manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih
lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah
jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah
paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau
ronchi basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau
timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat
luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut:
terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang
terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang
terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis
8
sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi
obstruksi bronkus.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis
kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai
oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling
kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
5. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh
darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan
tindakan beah gawat darurat.
6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit
bronkitis yang sering ditemui dan pada penyakit gangguan saluran nafas
lainnya.
7. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang
arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous
shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral,
selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi
pulmonal, kor pulmoner kronik, Selanjutnya akan terjadi gagal jantung
kanan.
8. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat dan luas.
9
9. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
10
F. Penatalaksanaan
1. Tindakan Medis.
1) Jangan beri obat antihistamin berlebih.
2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.
3) Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari.
4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
5) Terapi khusus (pengobatan) :
a) Bronchodilator
b) Antimikroba
c) Kortikosteroid
d) Terapi pernafasan
e) Terapi aerosol
f) Terapi oksigen
g) Penyesuaian fisik
h) Latihan relaksasi
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).
b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d) Bengek.
e) Sedikit demam.
f) Dada merasa tidak nyaman.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah
berat saat melakukan kegiatan yang ringan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
a) Asma.
11
b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis). .
c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus,
infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis,
fungi/jamur.
d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama.
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi :
1) Keadaan Umum
Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi
wajah, dan posisi klien saat datang
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat
3) Sistem Kardiovaskuler
peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat
4) Pemeriksaan Dada
a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal
b) terdengar Bunyi nafas ronchi
c) Perkusi hyperresonan pada area paru.
d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
e) pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru,
Wizing kadang (+), kadang samar
5) Pola aktifitas sehari-hari dengan:
Aspek biologi:
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan buruk/anoreksia
c) Ketidakmampuan untuk makan
12
d) Penurunan berat badan
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) LED meningkat
b) HB cenderung tetap atau sedang menurun
c) Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2
2) Radiologi
Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau
berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau
bronkiolus.
c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
d. Intoleransi aktivitas
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
f. Gangguan fentilasi spontan
3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
Tujuan : bersih jalan nafas
KH: pada saat bernafas tidak menggunakan otot - otot bantu, frekuensi
nafas dalam batas normal.
INTERVENSI:
Mandiri:
13
I/ :Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.
R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien
kooperatif dalam tindakan perawatan.
I/ :Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih
banyak dan hangat kepada klien.
R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga
sekret akan lebih mudah dikeluarkan.
I/ :Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif
R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural
drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif
mengeluarkan sekret secara adekuat.
I/ :Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama,
suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.
R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk
mengetahui kecukupan suplai oksigen.
Kolaborasi :
I/ :pemberian ekspektoran.
R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk
mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.
b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau
bronkiolus.
TUJUAN :pola nafas normal
KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur
INTERVENSI
Mandiri:
14
I/: kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
R/: Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan
kerja napas.
I/: observasi pola batuk dan karakteristik secret.
R/: Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas.
Kolaborasi:
I/: berikan oksigen tambahan
R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal
KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas
normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.
INTERVENSI
Mandiri :
I/: Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.
R/: Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
I/: Berikan Kompres.
R/: penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui
kompres.
I/: Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.
R/: Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.
I/: Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis
dan menyerap keringat untuk klien.
R/: penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi
15
Kolaborasi:
I/: Pemberian antipiretik.
R/: Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat
pengatur suhu di hipotalamus
4. Tindakan Keperawatan
Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah
dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi Perkembangan pasien.
a. Pola nafas membaik
b. Jalan nafas bersih
c. Suhu tubuh normal
6. Dokumentasi
Catat setiap tindakan yang dilakukan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia, 2009. Bronkitis, http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis. di akses
tanggal 17 September 2014.
Xamthone, 2010. Bronkitis. http://xamthone-plus.com/bronkitis. di akses tanggal
17 September 2014.
Ginageh,2011.PenyakitBronkitis. http://ginageh.wordpress.com/2011/09/30/penya
kit-bronkitis/. di akses tanggal 17 September 2014.
http://bronkitis-bronkiolitis.blogspot.com/2011/11/makalah-bronkitis-dan-
bronkiolitis.html
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-bronkitis.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6409/1/paru-antaruddin.pdf
http://aniwulandar.blogspot.com/2013/10/makalah-kmb-askep-bronkitis.html

More Related Content

What's hot (20)

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 
Woc diabetes-melitus
Woc diabetes-melitusWoc diabetes-melitus
Woc diabetes-melitus
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Makalah ispa
Makalah ispaMakalah ispa
Makalah ispa
 
Lp tb
Lp tbLp tb
Lp tb
 
Lp pneumonia
Lp pneumoniaLp pneumonia
Lp pneumonia
 
Asuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbcAsuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbc
 
Pengkajian anemia
Pengkajian anemiaPengkajian anemia
Pengkajian anemia
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Woc kista ovarium
Woc kista ovariumWoc kista ovarium
Woc kista ovarium
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 

Viewers also liked

Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitisProses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitiskristanto djuwahir
 
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis GravidarumLaporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarumnorrahmahacik
 
skep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikskep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikroropuji
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...Warnet Raha
 
Pptaskep 111006064606-phpapp02
Pptaskep 111006064606-phpapp02Pptaskep 111006064606-phpapp02
Pptaskep 111006064606-phpapp02Desy Ridha Mulyani
 
4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimatbusitisahara
 
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by SheraraKelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by SheraraShervind Shervind
 
Definisi bronchitis kronis pptna
Definisi bronchitis kronis pptnaDefinisi bronchitis kronis pptna
Definisi bronchitis kronis pptnaaneng_kuya
 
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran) Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran) Putri Shyafira El-Maryam
 
PPT BRONKHITIS AKUT
PPT BRONKHITIS AKUTPPT BRONKHITIS AKUT
PPT BRONKHITIS AKUTNcie Artie
 
Ppt emfisema
Ppt emfisemaPpt emfisema
Ppt emfisemayeliani
 

Viewers also liked (20)

Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitisProses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
 
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis GravidarumLaporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
 
Bab 1 2 uda siap
Bab 1 2 uda siapBab 1 2 uda siap
Bab 1 2 uda siap
 
skep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikskep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotik
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY.“W” HIPEREM...
 
Pptaskep 111006064606-phpapp02
Pptaskep 111006064606-phpapp02Pptaskep 111006064606-phpapp02
Pptaskep 111006064606-phpapp02
 
Askep emfisema.
Askep emfisema.Askep emfisema.
Askep emfisema.
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
4. kata, frase, dan klausa, dalam kalimat
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by SheraraKelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
 
Makalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratumMakalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratum
 
Makalah ASMA
Makalah ASMAMakalah ASMA
Makalah ASMA
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Definisi bronchitis kronis pptna
Definisi bronchitis kronis pptnaDefinisi bronchitis kronis pptna
Definisi bronchitis kronis pptna
 
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran) Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
Lung Cancer (kanker Paru paru _ Ilmu.kedokteran)
 
PPT BRONKHITIS AKUT
PPT BRONKHITIS AKUTPPT BRONKHITIS AKUT
PPT BRONKHITIS AKUT
 
Ppt emfisema
Ppt emfisemaPpt emfisema
Ppt emfisema
 

Similar to Bronkitis Akut dan Kronik (20)

Askep indry AKPER PEMKAB MUNA
Askep indry AKPER PEMKAB MUNAAskep indry AKPER PEMKAB MUNA
Askep indry AKPER PEMKAB MUNA
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Bronkhitis kronis
Bronkhitis kronisBronkhitis kronis
Bronkhitis kronis
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Patologi sistem respirasi
Patologi sistem respirasiPatologi sistem respirasi
Patologi sistem respirasi
 
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tb paru
Askep tb paruAskep tb paru
Askep tb paru
 
copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
 
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
 
Materi abses paru
Materi abses paruMateri abses paru
Materi abses paru
 
ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx
ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docxASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx
ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Tb
TbTb
Tb
 
A1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptxA1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptx
 
Lp dokep kel.ndariiiii
Lp dokep kel.ndariiiiiLp dokep kel.ndariiiii
Lp dokep kel.ndariiiii
 
Gangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasanGangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasan
 
Penyakit bbl
Penyakit bblPenyakit bbl
Penyakit bbl
 
PPOM
PPOMPPOM
PPOM
 

More from Selvia Agueda

penyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteripenyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteriSelvia Agueda
 
13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utami13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utamiSelvia Agueda
 
13.0601.0045 wisnu abdi santoso
13.0601.0045  wisnu abdi santoso13.0601.0045  wisnu abdi santoso
13.0601.0045 wisnu abdi santosoSelvia Agueda
 
13.0601.0044 fitri jayanti
13.0601.0044  fitri jayanti13.0601.0044  fitri jayanti
13.0601.0044 fitri jayantiSelvia Agueda
 
13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahya13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahyaSelvia Agueda
 
13.0601.0042 novia sofiyanti
13.0601.0042  novia sofiyanti13.0601.0042  novia sofiyanti
13.0601.0042 novia sofiyantiSelvia Agueda
 
13.0601.0041 saprida apriani
13.0601.0041  saprida apriani13.0601.0041  saprida apriani
13.0601.0041 saprida aprianiSelvia Agueda
 
13.0601.0040 candra satrio
13.0601.0040  candra satrio13.0601.0040  candra satrio
13.0601.0040 candra satrioSelvia Agueda
 
13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandari13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandariSelvia Agueda
 
13.0601.0038 hida dwi ning tyas
13.0601.0038  hida dwi ning tyas13.0601.0038  hida dwi ning tyas
13.0601.0038 hida dwi ning tyasSelvia Agueda
 
13.0601.0037 iin rafiah
13.0601.0037  iin rafiah13.0601.0037  iin rafiah
13.0601.0037 iin rafiahSelvia Agueda
 
13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyanti13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyantiSelvia Agueda
 
13.0601.0035 ririn setyowati
13.0601.0035  ririn setyowati13.0601.0035  ririn setyowati
13.0601.0035 ririn setyowatiSelvia Agueda
 
13.0601.0034 rizki ulfa alana
13.0601.0034  rizki ulfa alana13.0601.0034  rizki ulfa alana
13.0601.0034 rizki ulfa alanaSelvia Agueda
 
13.0601.0033 oktavia indri h
13.0601.0033  oktavia indri h13.0601.0033  oktavia indri h
13.0601.0033 oktavia indri hSelvia Agueda
 
13.0601.0032 hasna miftakhul safitri
13.0601.0032  hasna miftakhul safitri13.0601.0032  hasna miftakhul safitri
13.0601.0032 hasna miftakhul safitriSelvia Agueda
 
13.0601.0030 ganda ardi pameling
13.0601.0030  ganda ardi pameling13.0601.0030  ganda ardi pameling
13.0601.0030 ganda ardi pamelingSelvia Agueda
 
13.0601.0029 odji riswanda saputra
13.0601.0029  odji riswanda saputra13.0601.0029  odji riswanda saputra
13.0601.0029 odji riswanda saputraSelvia Agueda
 
13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul laily13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul lailySelvia Agueda
 

More from Selvia Agueda (20)

penyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteripenyakit yang disebabkan oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteri
 
ide mutu
ide mutuide mutu
ide mutu
 
13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utami13.0601.0046 diah utami
13.0601.0046 diah utami
 
13.0601.0045 wisnu abdi santoso
13.0601.0045  wisnu abdi santoso13.0601.0045  wisnu abdi santoso
13.0601.0045 wisnu abdi santoso
 
13.0601.0044 fitri jayanti
13.0601.0044  fitri jayanti13.0601.0044  fitri jayanti
13.0601.0044 fitri jayanti
 
13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahya13.0601.0043 anita mahya
13.0601.0043 anita mahya
 
13.0601.0042 novia sofiyanti
13.0601.0042  novia sofiyanti13.0601.0042  novia sofiyanti
13.0601.0042 novia sofiyanti
 
13.0601.0041 saprida apriani
13.0601.0041  saprida apriani13.0601.0041  saprida apriani
13.0601.0041 saprida apriani
 
13.0601.0040 candra satrio
13.0601.0040  candra satrio13.0601.0040  candra satrio
13.0601.0040 candra satrio
 
13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandari13.0601.0039 dekry anisa wulandari
13.0601.0039 dekry anisa wulandari
 
13.0601.0038 hida dwi ning tyas
13.0601.0038  hida dwi ning tyas13.0601.0038  hida dwi ning tyas
13.0601.0038 hida dwi ning tyas
 
13.0601.0037 iin rafiah
13.0601.0037  iin rafiah13.0601.0037  iin rafiah
13.0601.0037 iin rafiah
 
13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyanti13.0601.0036 eka mardiyanti
13.0601.0036 eka mardiyanti
 
13.0601.0035 ririn setyowati
13.0601.0035  ririn setyowati13.0601.0035  ririn setyowati
13.0601.0035 ririn setyowati
 
13.0601.0034 rizki ulfa alana
13.0601.0034  rizki ulfa alana13.0601.0034  rizki ulfa alana
13.0601.0034 rizki ulfa alana
 
13.0601.0033 oktavia indri h
13.0601.0033  oktavia indri h13.0601.0033  oktavia indri h
13.0601.0033 oktavia indri h
 
13.0601.0032 hasna miftakhul safitri
13.0601.0032  hasna miftakhul safitri13.0601.0032  hasna miftakhul safitri
13.0601.0032 hasna miftakhul safitri
 
13.0601.0030 ganda ardi pameling
13.0601.0030  ganda ardi pameling13.0601.0030  ganda ardi pameling
13.0601.0030 ganda ardi pameling
 
13.0601.0029 odji riswanda saputra
13.0601.0029  odji riswanda saputra13.0601.0029  odji riswanda saputra
13.0601.0029 odji riswanda saputra
 
13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul laily13.0601.0028 azizatul laily
13.0601.0028 azizatul laily
 

Recently uploaded

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

Bronkitis Akut dan Kronik

  • 1. 1 A. Pengertian Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama- kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh. Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis,atau Corynebacterium diphtheriae (Rahajoe, 2012). Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran. (Ngastiyah, 1997 ). Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis ( manurung,2008 ). Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin,2008). Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup (Chang, 2010).
  • 2. 2 Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Bronkitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus, gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan. Bronkitis dapat bersifat akut dan kronik. B. Etiologi Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. 1. Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. 2. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie. 3. Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. 4. Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
  • 3. 3 Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. 5. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RVS, virus influenza, virus parainfluenza, Adeno virus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Menurut laporan penyebab lain dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah perjalanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau perjalanan dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronkitis kronis. Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan Corynebacterium diphtheriae biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium kataral pertusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti usaha keras dan mendadak untuk insipirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe,2012).
  • 4. 4 C. Patofisiologi Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas D. PATHWAY
  • 5. 5
  • 6. 6 E. Manifestasi klinis Tanda Dan Gejala 1. Batuk Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian: a. Lapisan teratas agak keruh. b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ). c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ). 2. Haemaptoe Haemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik ). Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu- satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk. pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru,
  • 7. 7 bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe. 3. Sesak nafas ( dispnue ) Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang (ISPA), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi (wheezing), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya. 4. Demam berulang Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang) 5. Kelainan fisis Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau ronchi basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut: terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis
  • 8. 8 sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus. Komplikasi Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain : 1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. 2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik. 3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena. 4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian. 5. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat. 6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit bronkitis yang sering ditemui dan pada penyakit gangguan saluran nafas lainnya. 7. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik, Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan. 8. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat dan luas.
  • 9. 9 9. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.
  • 10. 10 F. Penatalaksanaan 1. Tindakan Medis. 1) Jangan beri obat antihistamin berlebih. 2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial. 3) Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari. 4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif 5) Terapi khusus (pengobatan) : a) Bronchodilator b) Antimikroba c) Kortikosteroid d) Terapi pernafasan e) Terapi aerosol f) Terapi oksigen g) Penyesuaian fisik h) Latihan relaksasi G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Pasien 1) Keluhan Utama a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan). b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan. c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu). d) Bengek. e) Sedikit demam. f) Dada merasa tidak nyaman. 2) Riwayat Penyakit Sekarang Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat melakukan kegiatan yang ringan. 3) Riwayat Penyakit Dahulu a) Asma.
  • 11. 11 b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). . c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis. 4) Riwayat Penyakit Keluarga Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama. b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi : 1) Keadaan Umum Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi wajah, dan posisi klien saat datang 2) Pemeriksaan tanda-tanda vital Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat 3) Sistem Kardiovaskuler peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat 4) Pemeriksaan Dada a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal b) terdengar Bunyi nafas ronchi c) Perkusi hyperresonan pada area paru. d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan. e) pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru, Wizing kadang (+), kadang samar 5) Pola aktifitas sehari-hari dengan: Aspek biologi: a) Mual/muntah b) Nafsu makan buruk/anoreksia c) Ketidakmampuan untuk makan
  • 12. 12 d) Penurunan berat badan c. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium a) LED meningkat b) HB cenderung tetap atau sedang menurun c) Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2 2) Radiologi Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar. 2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus. b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau bronkiolus. c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus d. Intoleransi aktivitas e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer f. Gangguan fentilasi spontan 3. Perencanaan Keperawatan a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus. Tujuan : bersih jalan nafas KH: pada saat bernafas tidak menggunakan otot - otot bantu, frekuensi nafas dalam batas normal. INTERVENSI: Mandiri:
  • 13. 13 I/ :Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret. R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan. I/ :Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien. R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan. I/ :Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat. I/ :Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu. R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen. Kolaborasi : I/ :pemberian ekspektoran. R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan. b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau bronkiolus. TUJUAN :pola nafas normal KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur INTERVENSI Mandiri:
  • 14. 14 I/: kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada R/: Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan kerja napas. I/: observasi pola batuk dan karakteristik secret. R/: Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas. Kolaborasi: I/: berikan oksigen tambahan R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal. INTERVENSI Mandiri : I/: Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan. R/: Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan. I/: Berikan Kompres. R/: penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres. I/: Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak. R/: Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh. I/: Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien. R/: penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi
  • 15. 15 Kolaborasi: I/: Pemberian antipiretik. R/: Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus 4. Tindakan Keperawatan Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah dibuat. 5. Evaluasi Evaluasi Perkembangan pasien. a. Pola nafas membaik b. Jalan nafas bersih c. Suhu tubuh normal 6. Dokumentasi Catat setiap tindakan yang dilakukan.
  • 16. 16 DAFTAR PUSTAKA Wikipedia, 2009. Bronkitis, http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis. di akses tanggal 17 September 2014. Xamthone, 2010. Bronkitis. http://xamthone-plus.com/bronkitis. di akses tanggal 17 September 2014. Ginageh,2011.PenyakitBronkitis. http://ginageh.wordpress.com/2011/09/30/penya kit-bronkitis/. di akses tanggal 17 September 2014. http://bronkitis-bronkiolitis.blogspot.com/2011/11/makalah-bronkitis-dan- bronkiolitis.html http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-bronkitis.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6409/1/paru-antaruddin.pdf http://aniwulandar.blogspot.com/2013/10/makalah-kmb-askep-bronkitis.html