SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
BAB 4
Logika Matematika
Standar Kompetensi:
 Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pertanyaan majemuk dan pertanyaan berkuantor.
Kompetensi Dasar:
 Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkaran atau negasinya.
 Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.
 Merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan
berkuantor yang diberikan.
 Menggunakan prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah.
Pernyataan adalah kalimat yang benar saja atau salah saja,
tetapi tidak dapat sekaligus benar dan salah.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah/
variabel, sehingga belum dapat ditentukan nilai kebenarannya
(benar atau salah).
Contoh:
Jika x diganti 3, diperoleh “2(3) + 3 = 11”
Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka
Jika x diganti 4, diperoleh “2(4) + 3 = 11”
Pernyataan SALAH
Pernyataan BENAR
1. Kalimat terbuka dapat diubah menjadi pernyataan dengan
cara mengganti peubah pada himpunan semestanya.
2. penyelesaian kalimat terbuka adalah nilai pengganti pada
himpunan semesta yang mengubah kalimat terbuka
menjadi pernyataan yang benar.
3. Himpunan penyelesaian kalimat terbuka adalah suatu
himpunan dengan anggota-anggota merupakan
penyelesaian dari kalimat terbuka itu.
Kalimat Terbuka
Jika p adalah pernyataan yang diketahui, maka ingkaran atau
negasi dari p dapat ditulis dengan memakai lambang.
dibaca: tidak benar p atau bukan p.
~p
i. Jika p adalah pernyataan yang bernilai benar, maka ~p bernilai salah.
ii. Jika p adalah pernyataan yang bernilai salah, maka ~p bernilai benar.
p ~p
B
S
S
B
Ingkaran atau Negasi
P merupakan penyelesaian kalimat terbuka p(x) dalam
semesta S, p merupakan pernyataan yang terbentuk
dengan mengganti x  S, maka himpunan komplemen dari
P (ditulis P’) merupakan penyelesaian kalimat terbuka
~p(x) dalam semesta S yang sama.
P’ = {xl ~p(x)}
Hubungan Antara Ingkaran Pernyataan dengan
Komplemen Himpunan
S
P’
P
p v q
(dibaca: p atau q)
Ada dua macam disjungsi, yaitu disjungsi ekslusif
dan disjungsi inklusif.
Disjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari
dua pernyataan p dan q yang dirangkai dengan
menggunakan kata hubung atau.
Disjungsi
• p v q benar, jika salah satu di antara p dan q benar atau p dan q dua-
duanya benar.
Nilai kebenaran disjungsi p v q dapat ditentukan melalui definisi berikut.
Nilai Kebenaran Disjungsi
• p v q salah, jika p dan q dua-duanya salah.
p q p v q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
(1)
(1) (2) (3)
(2)
(4)
(3)
Tabel kebenaran disjungsi p v q
Hubungan Antara Disjungsi Dua Pernyataan
dengan Gabungan Dua Himpunan
Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan penyelesaian dari kalimat
terbuka p(x) dan p(x) pada himpunan semesta S, maka P  Q adalah himpunan
penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) v p(x) pada himpunan semesta S.
P = {x l p(x)}, p benar jika x  P}
Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q}
P Q = {x l p(x) v q(x)}, p v q benar jika x  (P Q)
S
P QPQ
P Q = {x l p(x) v q(x)}
Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari
dua pernyataan p dan q yang dirangkai dengan
menggunakan kata hubung dan.
Konjungsi pernyataan p dan pernyataan q ditulis
dengan lambang:
p q
ν
(dibaca: p dan q)
Nilai kebenaran konjungsi p q dapat ditentukan dengan
menggunakan definisi berikut:
ν
• p q benar, jika p benar dan q benarν
• p q salah, jika salah satu p atau q salah atau p salah
dan q salah
ν
p q p q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
(1)
(1) (2) (3)
(2)
(4)
(3)
Tabel kebenaran konjungsi p q
ν
ν
Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan penyelesaian dari
kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada himpunan semesta S, maka P Q
adalah himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) q(x) pada
himpunan semesta S yang sama.
ν
P = {x l p(x)}, p benar jika x  P}
Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q}
P Q = {x l p(x) q(x)}, p q benar jika x  (P Q)
ν ν
S
P Q
P Q = {x l p(x) q(x)}
ν
Hubungan antara Konjungsi Dua Pernyataan
dengan Irisan Dua Himpunan
Implikasi atau pernyataan bersyarat/kondisional adalah pernyataan
majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk
jika p maka q.
Implikasi “jika p maka q” dapat ditulis dengan lambang sebagai berikut.
p  q
(dibaca: jika p maka q)
Implikasi p  q dapat dibaca
i. p hanya jika q
ii. q jika p
iii. p syarat cukup bagi q
iv. q syarat perlu bagi p
Implikasi
Nilai kebenaran p  q dapat ditentukan dengan menggunakan
definisi berikut.
p  q dinyatakan salah, jika p benar dan q salah.
Dalam kemungkinan yang lainnya p  q dinyatakan benar.
p q p  q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
(1)
(1) (2) (3)
(2)
(4)
(3)
Tabel kebenaran implikasi p  q
Hubungan antara Implikasi dengan Himpunan Bagian
Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan
penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada
himpunan semesta S, maka p  q benar jika P  Q.
P = {x l p(x)}, p benar jika x  P
Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q
Implikasi p  q benar, jika P Q
S
P Q
Biimplikasi atau Implikasi Dwiarah
Pernyataan p dan pernyataan q dapat dirangkai dengan
menggunakan kata hubung “jika dan hanya jika”.
Pernyataan yang dirangkai dengan cara tersebut disebut
biimplikasi atau implikasi dwiarah.
p  q
(dibaca: p jika dan hanya jika q)
i. Jika p maka q dan jika q maka p.
ii. p syarat perlu dan cukup bagi q.
iii. Q syarat perlu cukup bagi p.
p  q dinyatakan benar, jika (p) = (q) (dibaca: p dan
q mempunyai nilai kebenaran yang sama).
p  q dinyatakan salah, jika (p) = (q) (dibaca: p dan
q mempunyai nilai kebenaran yang tidak sama).
p q p  q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
B
(1)
(1) (2) (3)
(2)
(4)
(3)
Tabel kebenaran implikasi p  q
Hubungan antara Biimplikasi dengan dua Himpunan
yang Sama
Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan
penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada
semesta pembicaraan S, maka p(x)  q(x) menjadi
biimplikasi p  q yang bernilai benar apabila P =Q.
S
P = Q
P = {x l p(x)}, p benar jika x  P
Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q
Implikasi p  q benar, jika P Q
Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang berbentuk
dari beberapa pernyataan tunggal (komponen) yang
dirangkai dengan menggunakan kata hubung logika.
Jika sebuah pernyataan majemuk terdiri dari n buah
pernyataan tunggal yang berlainan, maka banyak baris pada
tabel kebenaran yang memuat nilai kebenaran adalah 2n.
(i) (~p q)  p (iii) ~[p (p  q)]
(ii) q  (p v ~q) (iv) [(p v q)  r]
ν ν
Contoh Pernyataan Majemuk
Tautologi
1. Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu
benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari
pernyataan-pernyataan komponennya.
p q p  q (p  q) p [(p  q ) p]  q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
B
S
S
S
B
B
B
B
νν
(1) (2) (4)(3) (5)
[(p  q) p]  q selalu benarν
2. Implikasi logis adalah sebuah tautologi yang memuat
pernyataan implikasi.
Dua Buah Pernyataan Majemuk
yang Ekuivalen
1. Tautologi yang berbentuk a  b dinamakan
ekuivalen logis dan dituliskan dengan
lambang a  b (dibaca: a ekuivalen b).
2.Dua buah pernyataan majemuk dikatakan
ekuivalen, jika kedua pernyataan majemuk
itu mempunyai nilai kebenaran yang sama
untuk semua kemungkinan nilai kebenaran
pernyataan-pernyataan komponennya.
1. Sifat Komutatif
a) p v q  p q
b) p q  p v q
ν
ν
Ingkaran dan Disjungsi, Konjungsi, Implikasi, dan Biimplikasi
2. Sifat Asosiatif
a) (p v q) v r  p v (q v r)
b) (p q) r  p (q r)
ν ν ν ν
3. Sifat Distributif
a) Distributif disjungsi terhadap konjungsi.
p v (q r)  (p v q) (p v r)
b) Distributif konjungsi terhadap disjungsi.
p (q v r)  (p q) v (p r)
νν
ν ν ν
ν
νa) ~(p v q)  (~p ~q)
b) ~(p q)  (~p v ~q)
Hukum de Morgan
c) ~(p  q)  (p ~q)
d) ~(p  q)  (p ~q) v (~q ~p)
ν
ν ν
KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Implikasi Konvers Invers Kontraposisi
p  q q  p ~p  ~q ~q  ~p
B
S
B
B
B
B
S
B
B
B
S
B
B
S
B
B
p q ~p ~q
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
(1) (2) (4)(3)
Kesimpulan dari tabel tersebut:
1. Implikasi tidak ekuivalen dengan konversnya.
2. Implikasi tidak ekuivalen dengan inversnya.
3. Implikasinya ekuivalen dengan kontraposisinya.
4. Konvers ekuivalen dengan invers dari sebuah implikasi
KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Kuantor Universal
U B
A
Pernyataan berkuantor universal “Semua A adalah B” ekuivalen
dengan pernyataan implikasi “Jika x  A, maka x  B.
Contoh
“Semua penyanyi dangdut berparas cantik”,
ekuivalen dengan “jika Eli penyanyi dangdut,
maka ia berparas cantik”.
Kuantor Universal
S
A
B
Pernyataan berkuantor eksistensial “Berapa A adalah
B” ekuivalen dengan “Sekurang-kurangnya ada sebuah
x  A, maka x  B”.
Contoh
“Beberapa kuda berwarna coklat”, ekuivalen
dengan “Sekurang-kurangnya ada sektor
kuda yang berwarna coklat”.
Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Universal
~ [  x, p(x)]   x, ~p(x)
Dibaca: ingkaran dari “untuk semua x yang berlaku p(x)”
ekuivalen “ ada x yang bukan p(x)”.
Contoh
Pernyataan  x  R, x + 3 = 4 merupakan pernyataan salah.
Ingkarannya ditentukan dengan menggunakan hubungan
~( x  R, x + 3 = 4)  x  R, x + 3  4
Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Ekstensial
~ [ x, p(x)]   x, ~p(x)
Dibaca: ingkaran dari “ada x yang berlaku p(x)”
ekuivalen dengan “untuk semua x yang bukan p(x)”.
~( x  R, x + 4 = 1)  x  R, x + 4  1
Pernyataan  x  R, x + 4 = 1 merupakan
pernyataan benar.
Contoh
PERNYATAAN
BERKUANTOR INGKARAN
 x, ~p(x) x, ~p(x)
Semua X adalah Y Beberapa X bukan Y
atau
Tidak semua X adalah Y
x, ~p(x)  x, ~p(x)
Beberapa X adalah Y Semua X bukan Y
atau
Tidak ada (tiada) X yang
merupakan Y
atau
Jika x adalah X, maka x bukan Y
SILOGISME, MODUS PONENS, DAN
MODUS TOLLENS
1. Silogisme, modus ponens, dan modus tollens adalah
metode atau cara yang digunakan dalam penarikan
kesimpulan.
2. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa
pernyataan yang diketahui nilai kebenarannya
(disebut premis).
3. Kemudian, dengan menggunakan prinsip-prinsip logika
dapat diturunkan pernyataan baru (disebut
kesimpulan/konklusi) yang diturunkan dari premis-
premis semula.
4. Penarikan kesimpulan seperti itu sering juga disebut
argumentasi.
Prinsip-prinsip Logika dalam
Proses Penarikan Kesimpulan
1. Argumentasi dikatakan berlaku atau sah:
jika konjungsi dari premis-premisnya berimplikasi
konklusi.
Suatu argumentasi dikatakan sah jika premis-
premisnya benar, maka konklusinya juga benar.
2. Argumentasi dikatakan tidak berlaku atau tidak sah:
jika konjungsi dari premis-premisnya tidak
berimplikasi konklusi.
Silogisme
p  q …………. premis 1
q  r ………... premis 2
p  r …………. kesimpulan/konklusi
ν ν
p q r p  q q  r p  r (p  q) q  r (p  q) (q  r) (p  r )
B
B
B
B
S
S
S
S
B
B
S
S
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
S
B
B
S
S
B
B
B
B
B
S
B
B
B
S
B
B
B
S
B
S
B
B
B
B
B
S
S
S
B
S
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
[(p  q) (q  r)]  (p  r)
ν
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Modus Ponens
Misalkan diketahui premis-premis p  q dan p. Dari premis-premis itu
dapat diambil konklusi q. Pengambilan kesimpulan seperti itu disebut
modus ponens atau kaidah pengasingan.
p  q …………. premis 1
p …………. premis 2
 q …………. kesimpulan/konklusi
[(p  q)  p]  q
ν
p q p  q p  q p [(p  q)  p]  q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
B
S
S
S
B
B
B
B
ν ν
(1) (2) (3 (4) (5)
Modus Tollens
Misalkan diketahui premis-premis p  q dan ~q. Dari premis-premis
itu dapat diambil konklusi ~p. Pengambilan kesimpulan seperti itu
disebut modus tollens atau kaidah penolakan akibat.
[(p  q)  ~q]  ~pν
p  q …………. premis 1
~q …………. premis 2
 ~p …………. kesimpulan/konklusi
p q ~p ~q p  q p  q ~q [(p  q)  ~q]  ~p
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
B
S
B
B
S
S
S
B
B
B
B
B
ν ν
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

More Related Content

What's hot

Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
proposisi majemuk & Tautologi
 proposisi majemuk & Tautologi proposisi majemuk & Tautologi
proposisi majemuk & TautologiHuzairi Zairi
 
Penarikan Kesimpulan
Penarikan KesimpulanPenarikan Kesimpulan
Penarikan KesimpulanTARSUDINN
 
Proposisi Logika Informatika
Proposisi Logika InformatikaProposisi Logika Informatika
Proposisi Logika InformatikaDeviGayatri
 
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenMatematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenBeny Nugraha
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanNia Matus
 
Bahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitasBahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitasAndika Saputra
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03KuliahKita
 
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunanFajar Istiqomah
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
 

What's hot (20)

Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
proposisi majemuk & Tautologi
 proposisi majemuk & Tautologi proposisi majemuk & Tautologi
proposisi majemuk & Tautologi
 
Himpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskritHimpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskrit
 
Penarikan Kesimpulan
Penarikan KesimpulanPenarikan Kesimpulan
Penarikan Kesimpulan
 
Proposisi Logika Informatika
Proposisi Logika InformatikaProposisi Logika Informatika
Proposisi Logika Informatika
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenMatematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
Bahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitasBahan ajar matematika dasar universitas
Bahan ajar matematika dasar universitas
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
 
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Geometri transformasi
Geometri transformasiGeometri transformasi
Geometri transformasi
 
Induksi matematika
Induksi matematikaInduksi matematika
Induksi matematika
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 

Similar to SEOLOGIS

Similar to SEOLOGIS (20)

Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Mathematicallogic
MathematicallogicMathematicallogic
Mathematicallogic
 
Mathematicallogic
MathematicallogicMathematicallogic
Mathematicallogic
 
Kata Hubung Kalimat Logika Matematika
Kata Hubung Kalimat Logika MatematikaKata Hubung Kalimat Logika Matematika
Kata Hubung Kalimat Logika Matematika
 
Matematika-Logika revisi
Matematika-Logika revisiMatematika-Logika revisi
Matematika-Logika revisi
 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematika
 
logika-matematika.ppt
logika-matematika.pptlogika-matematika.ppt
logika-matematika.ppt
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Kelas x bab 7
Kelas x bab 7Kelas x bab 7
Kelas x bab 7
 
Kelas x bab 7
Kelas x bab 7Kelas x bab 7
Kelas x bab 7
 
Kelas x bab 7
Kelas x bab 7Kelas x bab 7
Kelas x bab 7
 
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi InversLogika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
 
Materi logika
Materi logikaMateri logika
Materi logika
 
Materi logika
Materi logikaMateri logika
Materi logika
 
Materilogika 181021060717
Materilogika 181021060717Materilogika 181021060717
Materilogika 181021060717
 
Logika matematika-1
Logika matematika-1Logika matematika-1
Logika matematika-1
 

More from mfebri26

eksponen dan logaritma
eksponen dan logaritmaeksponen dan logaritma
eksponen dan logaritmamfebri26
 
barisan dan deret
 barisan dan deret barisan dan deret
barisan dan deretmfebri26
 
transformasi
transformasitransformasi
transformasimfebri26
 
program linier
program linierprogram linier
program liniermfebri26
 
limit fungsi
limit fungsilimit fungsi
limit fungsimfebri26
 
komposisi dua fungsi dan fungsi invers
komposisi dua fungsi dan fungsi inverskomposisi dua fungsi dan fungsi invers
komposisi dua fungsi dan fungsi inversmfebri26
 
sukubanyak
sukubanyaksukubanyak
sukubanyakmfebri26
 
persamaan lingkaran dan garis singgung
persamaan lingkaran dan garis singgungpersamaan lingkaran dan garis singgung
persamaan lingkaran dan garis singgungmfebri26
 
rumus rumus trigonometri
rumus rumus trigonometrirumus rumus trigonometri
rumus rumus trigonometrimfebri26
 
statistika
statistikastatistika
statistikamfebri26
 
Bab 1 statistika
Bab 1 statistikaBab 1 statistika
Bab 1 statistikamfebri26
 
trigonometri
 trigonometri trigonometri
trigonometrimfebri26
 
sistem persamaan linear
sistem persamaan linearsistem persamaan linear
sistem persamaan linearmfebri26
 
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
 fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadratmfebri26
 

More from mfebri26 (20)

eksponen dan logaritma
eksponen dan logaritmaeksponen dan logaritma
eksponen dan logaritma
 
barisan dan deret
 barisan dan deret barisan dan deret
barisan dan deret
 
transformasi
transformasitransformasi
transformasi
 
vektor
vektorvektor
vektor
 
matriks
matriksmatriks
matriks
 
program linier
program linierprogram linier
program linier
 
integral
 integral integral
integral
 
turunan
turunanturunan
turunan
 
limit fungsi
limit fungsilimit fungsi
limit fungsi
 
komposisi dua fungsi dan fungsi invers
komposisi dua fungsi dan fungsi inverskomposisi dua fungsi dan fungsi invers
komposisi dua fungsi dan fungsi invers
 
sukubanyak
sukubanyaksukubanyak
sukubanyak
 
persamaan lingkaran dan garis singgung
persamaan lingkaran dan garis singgungpersamaan lingkaran dan garis singgung
persamaan lingkaran dan garis singgung
 
rumus rumus trigonometri
rumus rumus trigonometrirumus rumus trigonometri
rumus rumus trigonometri
 
peluang
peluangpeluang
peluang
 
statistika
statistikastatistika
statistika
 
Bab 1 statistika
Bab 1 statistikaBab 1 statistika
Bab 1 statistika
 
geometri
geometrigeometri
geometri
 
trigonometri
 trigonometri trigonometri
trigonometri
 
sistem persamaan linear
sistem persamaan linearsistem persamaan linear
sistem persamaan linear
 
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
 fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
fungsi, persamaan & pertidaksamaan kuadrat
 

SEOLOGIS

  • 1. BAB 4 Logika Matematika Standar Kompetensi:  Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan majemuk dan pertanyaan berkuantor. Kompetensi Dasar:  Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkaran atau negasinya.  Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.  Merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan berkuantor yang diberikan.  Menggunakan prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah.
  • 2. Pernyataan adalah kalimat yang benar saja atau salah saja, tetapi tidak dapat sekaligus benar dan salah. Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat peubah/ variabel, sehingga belum dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah). Contoh: Jika x diganti 3, diperoleh “2(3) + 3 = 11” Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka Jika x diganti 4, diperoleh “2(4) + 3 = 11” Pernyataan SALAH Pernyataan BENAR
  • 3. 1. Kalimat terbuka dapat diubah menjadi pernyataan dengan cara mengganti peubah pada himpunan semestanya. 2. penyelesaian kalimat terbuka adalah nilai pengganti pada himpunan semesta yang mengubah kalimat terbuka menjadi pernyataan yang benar. 3. Himpunan penyelesaian kalimat terbuka adalah suatu himpunan dengan anggota-anggota merupakan penyelesaian dari kalimat terbuka itu. Kalimat Terbuka
  • 4. Jika p adalah pernyataan yang diketahui, maka ingkaran atau negasi dari p dapat ditulis dengan memakai lambang. dibaca: tidak benar p atau bukan p. ~p i. Jika p adalah pernyataan yang bernilai benar, maka ~p bernilai salah. ii. Jika p adalah pernyataan yang bernilai salah, maka ~p bernilai benar. p ~p B S S B Ingkaran atau Negasi
  • 5. P merupakan penyelesaian kalimat terbuka p(x) dalam semesta S, p merupakan pernyataan yang terbentuk dengan mengganti x  S, maka himpunan komplemen dari P (ditulis P’) merupakan penyelesaian kalimat terbuka ~p(x) dalam semesta S yang sama. P’ = {xl ~p(x)} Hubungan Antara Ingkaran Pernyataan dengan Komplemen Himpunan S P’ P
  • 6. p v q (dibaca: p atau q) Ada dua macam disjungsi, yaitu disjungsi ekslusif dan disjungsi inklusif. Disjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung atau. Disjungsi
  • 7. • p v q benar, jika salah satu di antara p dan q benar atau p dan q dua- duanya benar. Nilai kebenaran disjungsi p v q dapat ditentukan melalui definisi berikut. Nilai Kebenaran Disjungsi • p v q salah, jika p dan q dua-duanya salah. p q p v q B B S S B S B S B B B S (1) (1) (2) (3) (2) (4) (3) Tabel kebenaran disjungsi p v q
  • 8. Hubungan Antara Disjungsi Dua Pernyataan dengan Gabungan Dua Himpunan Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) dan p(x) pada himpunan semesta S, maka P  Q adalah himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) v p(x) pada himpunan semesta S. P = {x l p(x)}, p benar jika x  P} Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q} P Q = {x l p(x) v q(x)}, p v q benar jika x  (P Q) S P QPQ P Q = {x l p(x) v q(x)}
  • 9. Konjungsi Konjungsi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung dan. Konjungsi pernyataan p dan pernyataan q ditulis dengan lambang: p q ν (dibaca: p dan q)
  • 10. Nilai kebenaran konjungsi p q dapat ditentukan dengan menggunakan definisi berikut: ν • p q benar, jika p benar dan q benarν • p q salah, jika salah satu p atau q salah atau p salah dan q salah ν p q p q B B S S B S B S B S S S (1) (1) (2) (3) (2) (4) (3) Tabel kebenaran konjungsi p q ν ν
  • 11. Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada himpunan semesta S, maka P Q adalah himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) q(x) pada himpunan semesta S yang sama. ν P = {x l p(x)}, p benar jika x  P} Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q} P Q = {x l p(x) q(x)}, p q benar jika x  (P Q) ν ν S P Q P Q = {x l p(x) q(x)} ν Hubungan antara Konjungsi Dua Pernyataan dengan Irisan Dua Himpunan
  • 12. Implikasi atau pernyataan bersyarat/kondisional adalah pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan p dan q dalam bentuk jika p maka q. Implikasi “jika p maka q” dapat ditulis dengan lambang sebagai berikut. p  q (dibaca: jika p maka q) Implikasi p  q dapat dibaca i. p hanya jika q ii. q jika p iii. p syarat cukup bagi q iv. q syarat perlu bagi p Implikasi
  • 13. Nilai kebenaran p  q dapat ditentukan dengan menggunakan definisi berikut. p  q dinyatakan salah, jika p benar dan q salah. Dalam kemungkinan yang lainnya p  q dinyatakan benar. p q p  q B B S S B S B S B S B B (1) (1) (2) (3) (2) (4) (3) Tabel kebenaran implikasi p  q
  • 14. Hubungan antara Implikasi dengan Himpunan Bagian Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada himpunan semesta S, maka p  q benar jika P  Q. P = {x l p(x)}, p benar jika x  P Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q Implikasi p  q benar, jika P Q S P Q
  • 15. Biimplikasi atau Implikasi Dwiarah Pernyataan p dan pernyataan q dapat dirangkai dengan menggunakan kata hubung “jika dan hanya jika”. Pernyataan yang dirangkai dengan cara tersebut disebut biimplikasi atau implikasi dwiarah. p  q (dibaca: p jika dan hanya jika q) i. Jika p maka q dan jika q maka p. ii. p syarat perlu dan cukup bagi q. iii. Q syarat perlu cukup bagi p.
  • 16. p  q dinyatakan benar, jika (p) = (q) (dibaca: p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama). p  q dinyatakan salah, jika (p) = (q) (dibaca: p dan q mempunyai nilai kebenaran yang tidak sama). p q p  q B B S S B S B S B S S B (1) (1) (2) (3) (2) (4) (3) Tabel kebenaran implikasi p  q
  • 17. Hubungan antara Biimplikasi dengan dua Himpunan yang Sama Jika P dan Q masing-masing merupakan himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka p(x) dan q(x) pada semesta pembicaraan S, maka p(x)  q(x) menjadi biimplikasi p  q yang bernilai benar apabila P =Q. S P = Q P = {x l p(x)}, p benar jika x  P Q = {x l q(x)}, q benar jika x  Q Implikasi p  q benar, jika P Q
  • 18. Pernyataan Majemuk dan Nilai Kebenarannya Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang berbentuk dari beberapa pernyataan tunggal (komponen) yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung logika. Jika sebuah pernyataan majemuk terdiri dari n buah pernyataan tunggal yang berlainan, maka banyak baris pada tabel kebenaran yang memuat nilai kebenaran adalah 2n. (i) (~p q)  p (iii) ~[p (p  q)] (ii) q  (p v ~q) (iv) [(p v q)  r] ν ν Contoh Pernyataan Majemuk
  • 19. Tautologi 1. Tautologi adalah sebuah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. p q p  q (p  q) p [(p  q ) p]  q B B S S B S B S B S B B B S S S B B B B νν (1) (2) (4)(3) (5) [(p  q) p]  q selalu benarν 2. Implikasi logis adalah sebuah tautologi yang memuat pernyataan implikasi.
  • 20. Dua Buah Pernyataan Majemuk yang Ekuivalen 1. Tautologi yang berbentuk a  b dinamakan ekuivalen logis dan dituliskan dengan lambang a  b (dibaca: a ekuivalen b). 2.Dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen, jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan komponennya.
  • 21. 1. Sifat Komutatif a) p v q  p q b) p q  p v q ν ν Ingkaran dan Disjungsi, Konjungsi, Implikasi, dan Biimplikasi 2. Sifat Asosiatif a) (p v q) v r  p v (q v r) b) (p q) r  p (q r) ν ν ν ν 3. Sifat Distributif a) Distributif disjungsi terhadap konjungsi. p v (q r)  (p v q) (p v r) b) Distributif konjungsi terhadap disjungsi. p (q v r)  (p q) v (p r) νν ν ν ν ν νa) ~(p v q)  (~p ~q) b) ~(p q)  (~p v ~q) Hukum de Morgan c) ~(p  q)  (p ~q) d) ~(p  q)  (p ~q) v (~q ~p) ν ν ν
  • 22. KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI Implikasi Konvers Invers Kontraposisi p  q q  p ~p  ~q ~q  ~p B S B B B B S B B B S B B S B B p q ~p ~q B B S S B S B S S S B B S B S B (1) (2) (4)(3) Kesimpulan dari tabel tersebut: 1. Implikasi tidak ekuivalen dengan konversnya. 2. Implikasi tidak ekuivalen dengan inversnya. 3. Implikasinya ekuivalen dengan kontraposisinya. 4. Konvers ekuivalen dengan invers dari sebuah implikasi
  • 23. KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI Kuantor Universal U B A Pernyataan berkuantor universal “Semua A adalah B” ekuivalen dengan pernyataan implikasi “Jika x  A, maka x  B. Contoh “Semua penyanyi dangdut berparas cantik”, ekuivalen dengan “jika Eli penyanyi dangdut, maka ia berparas cantik”.
  • 24. Kuantor Universal S A B Pernyataan berkuantor eksistensial “Berapa A adalah B” ekuivalen dengan “Sekurang-kurangnya ada sebuah x  A, maka x  B”. Contoh “Beberapa kuda berwarna coklat”, ekuivalen dengan “Sekurang-kurangnya ada sektor kuda yang berwarna coklat”.
  • 25. Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Universal ~ [  x, p(x)]   x, ~p(x) Dibaca: ingkaran dari “untuk semua x yang berlaku p(x)” ekuivalen “ ada x yang bukan p(x)”. Contoh Pernyataan  x  R, x + 3 = 4 merupakan pernyataan salah. Ingkarannya ditentukan dengan menggunakan hubungan ~( x  R, x + 3 = 4)  x  R, x + 3  4
  • 26. Ingkaran dari Pernyataan Berkuantor Ekstensial ~ [ x, p(x)]   x, ~p(x) Dibaca: ingkaran dari “ada x yang berlaku p(x)” ekuivalen dengan “untuk semua x yang bukan p(x)”. ~( x  R, x + 4 = 1)  x  R, x + 4  1 Pernyataan  x  R, x + 4 = 1 merupakan pernyataan benar. Contoh
  • 27. PERNYATAAN BERKUANTOR INGKARAN  x, ~p(x) x, ~p(x) Semua X adalah Y Beberapa X bukan Y atau Tidak semua X adalah Y x, ~p(x)  x, ~p(x) Beberapa X adalah Y Semua X bukan Y atau Tidak ada (tiada) X yang merupakan Y atau Jika x adalah X, maka x bukan Y
  • 28. SILOGISME, MODUS PONENS, DAN MODUS TOLLENS 1. Silogisme, modus ponens, dan modus tollens adalah metode atau cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan. 2. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui nilai kebenarannya (disebut premis). 3. Kemudian, dengan menggunakan prinsip-prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut kesimpulan/konklusi) yang diturunkan dari premis- premis semula. 4. Penarikan kesimpulan seperti itu sering juga disebut argumentasi.
  • 29. Prinsip-prinsip Logika dalam Proses Penarikan Kesimpulan 1. Argumentasi dikatakan berlaku atau sah: jika konjungsi dari premis-premisnya berimplikasi konklusi. Suatu argumentasi dikatakan sah jika premis- premisnya benar, maka konklusinya juga benar. 2. Argumentasi dikatakan tidak berlaku atau tidak sah: jika konjungsi dari premis-premisnya tidak berimplikasi konklusi.
  • 30. Silogisme p  q …………. premis 1 q  r ………... premis 2 p  r …………. kesimpulan/konklusi ν ν p q r p  q q  r p  r (p  q) q  r (p  q) (q  r) (p  r ) B B B B S S S S B B S S B B S S B S B S B S B S B B S S B B B B B S B B B S B B B S B S B B B B B S S S B S B B B B B B B B B B [(p  q) (q  r)]  (p  r) ν (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
  • 31. Modus Ponens Misalkan diketahui premis-premis p  q dan p. Dari premis-premis itu dapat diambil konklusi q. Pengambilan kesimpulan seperti itu disebut modus ponens atau kaidah pengasingan. p  q …………. premis 1 p …………. premis 2  q …………. kesimpulan/konklusi [(p  q)  p]  q ν p q p  q p  q p [(p  q)  p]  q B B S S B S B S B S B B B S S S B B B B ν ν (1) (2) (3 (4) (5)
  • 32. Modus Tollens Misalkan diketahui premis-premis p  q dan ~q. Dari premis-premis itu dapat diambil konklusi ~p. Pengambilan kesimpulan seperti itu disebut modus tollens atau kaidah penolakan akibat. [(p  q)  ~q]  ~pν p  q …………. premis 1 ~q …………. premis 2  ~p …………. kesimpulan/konklusi p q ~p ~q p  q p  q ~q [(p  q)  ~q]  ~p B B S S B S B S S S B B S B S B B S B B S S S B B B B B ν ν (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)