Dokumen tersebut membahas tentang penataan permukiman nelayan di kawasan Pasar Sentral Raha, khususnya di Permukiman Nelayan Laino Pantai, Kabupaten Muna. Dokumen menganalisis kondisi fisik dan non-fisik permukiman, potensi yang ada, dan memberikan arahan penataan serta pengembangan potensi berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
1. PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN
DI KAWASAN PASAR SENTRAL RAHA
(Studi Kasus : Permukiman Nelayan Laino Pantai,
Laiworu Kab.Muna)
Oleh :
SYAMSUL BAHRI
3208201834
Surabaya, 03 Februari 2010
2. Bab 1
Latar Belakang
• Kota merupakan sumber penghasilan, akumulasi dan
konsentrasi kesempatan kerja (sumber kekuatan ekonomi),
fasilitas, pelayanan (Sadyohutomo, 2008)
• Urbanisasi telah menjadi bagian penting dari pembangunan di
sebagian besar negara sebagai usaha yang dilakukan
sekelompok manusia dalam mencapai perbaikan standar
hidup yang berkualitas (UN Habitat, 1996)
• Rencana tata ruang belum berfungsi secara efektif sebagai
dasar pengembangan prasarana kota, pertambahan prasarana
kota dan wilayah yang dibangun terlalu sedikit sehingga tidak
memadai dengan pertumbuhan kebutuhan penduduk,
pembangunan prasarana umum terlambat, sementara wilayah
perencanaan berkembang menjadi bangunan permanen yang
tidak sesuai rencana, prasarana umum belum dimanfaatkan
optimal (Sadyohutomo, 2008)
3. Bab 1
Latar Belakang
Perumusan Masalah :
• Bagaimana Arahan
Penataan Permukiman yang
sesuai dengan kehidupan
dan kegiatan sehari-hari
para nelayan di daerah
Laino Pantai?
• Potensi Apa yang dapat
dikembangkan di
Permukiman Nelayan Laino
Pantai?
• Bagaimana Arahan
Pengembangan Potensi
Permukiman Nelayan Laino
Pantai tsb?
Tujuan Penelitian :
• Menemukan arahan penataan
sekitar kawasan Pasar Sentral
Raha, khususnya di
Permukiman Nelayan Laino
Pantai, sesuai dgn Misi KSNPP
dgn pendekatan perlindungan
dan perbaikan kualitas dan
keseimbangan linkungan
permukiman di kota Raha.
• Mengidentifikasi potensi yang
dapat dikembangkan di
Permukiman Nelayan L.P.
• Menemukan Arahan
Pengembangan Potensi
Permukiman Nelayan L.P.
4. BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan, Permukiman, dan Lingkungan
• Pembangunan dalam konteks penataan dan
pengembangan wilayah adalah berbagai jenis kegiatan,
baik yang mencakup sektor pemerintah maupun
masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki
tingkat kesejahteraan hidup masyarakat (Santosa, 2000)
• perumahan bukanlah kata benda, melainkan kata kerja
yang berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi
penghuni (Turner, 1972)
• Disebutkan dalam kutipan Turner (1972) bahwa peran
penghuni sangat dibutuhkan untuk terlibat dalam peran
pembangunan permukiman
5. 2.2 Pedoman Penataan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman
• Studi mengenai penataan permukiman masyarakat
ini memiliki acuan kepada isu-isu utama baik yang
bersifat universal sesuai yang dicanangkan Habitat
Agenda II maupun yang bersifat lokal dan sesuai
dengan lokasi studi, yaitu dari Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman
• Wacana yang didapat dapat mengarahkan dan
memberikan fokus jelas terhadap kriteria penataan
yang ingin dicapai
6. 2.2.1 Isu Utama dalam Habitat Agenda II
• Perumahan Layak untuk Semua/Adequate Shelter for All
• Permukiman yang Berkelanjutan/Sustainable Human
Settlement
2.2.2 Pedoman Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Berlandaskan UU No.4/1992 mengenai Perumahan dan
Permukiman, telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) pada tahun
1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan teknis,
perencanaan, pemrograman, dan kegiatan yang terkait
dengan Perumahan dan Permukiman.
Penelitian ini berpedoman pada visi KSNPP yaitu berusaha
mewujudkan perumahan yang layak untuk semua dalam
lingkungan yang berkelanjutan melalui studi penataan
permukiman. Pengembangan potensi sumberdaya juga
dipelajari berdasarkan misi KSNPP
7. 2.3 Penataan dan Pengembangan Permukiman dan
Lingkungan
2.3.1 Teori Penataan dan Pengembangan Kawasan
dengan Interaksi Dua Arah (Man – Environment
Studies)
Man-Environment Studies, yaitu sebuah studi
mengenai hubungan saling menguntungkan (mutual
interaction) antara manusia dengan lingkungan
terbangun di sekitarnya (3 variabel) :
1.Karakteristik manusia sebagai pembentuk karakter
lingkungan
2.Lingkungan Fisik dan Manusia
3.Mekanisme yang menghubungkan antara manusia
dengan lingkungan dalam interaksi dua arah
8. • Ada beberapa aspek fundamental yang melengkapi
organisasi keruangan (Rapoport,1977), yaitu:
1. Tatanan Ruang - Organization of space yaitu
merupakan tatanan lingkungan dan menciptakan
hubungan antara manusia dengan lingkungannya
2. Tatanan berdasarkan Makna - Organization of
meaning
3. Tatanan berdasarkan Waktu - Organization of time
4. Tatanan berdasarkan Komunikasi - Organization of
communication
Dari berbagai organisasi dalam lingkungan tersebut,
penataan kawasan permukiman dalam studi ini dibatasi
dalam lingkup organisasi ruang (space organization) saja.
Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian adalah
mencari rumusan pola tatanan (space organization)
sekaligus menjaga agar fokus studi tidak meluas
9. 2.3.2 Definisi dan Prinsip Teori Empiris Praktis
Penataan merupakan sebuah kegiatan membentuk benda,
energi, dan proses menuju sebuah kebutuhan dan keinginan
yang dimiliki seorang atau sekelompok manusia (Van Der Ryn,
1996)
Prinsip sustainable memiliki poin-poin sebagai acuan dalam
melakukan analisa potensi, penataan, dan pengembangan di
masyarakat (Vales,1991) :
Efisiensi Energi (Conserving Energy)
Penyesuaian terhadap Iklim (Working with Climate)
Membudayakan Daur Ulang (Minimizing New Resources)
Menghargai Pengguna (Respect for Users)
Menghargai Lingkungan (Respect for Site)
Menyeluruh (Holism)
Respect for users dipilih sebagai fokus karena pendekatan
terhadap studi penataan ini adalah keterlibatan masyarakat
dalam pembangunan permukiman
10. 2.3.3 Definisi dan Prinsip Teori Fenomenologi
Pada dasarnya berbagai pola penciptaan tempat
menghasilkan karakter permukiman menjadi beberapa tipe
dasar dari organisasi ruang berikut (Norberg-Schulz, 1971):
1. Tipe dasar Cluster
2. Tipe dasar Row
3. Tipe dasar Enclosure
karakter permukiman dapat dilihat dari organisasi ruang
permukiman (Rapoport ,1977):
1.Orientasi permukiman mengelilingi central space
Gambar 2.2 Dwelling surrounding the central space;
Terdapat bermacam bentuk pola permukiman dengan
organisasi yang mirip
11. Gambar 2.3 Street related housing (kiri) dan waterfront housing
(kanan)
2. Orientasi permukiman menyusuri jalan/along the streets
Terdapat dua macam organisasi dalam orientasi ini, yaitu
rumah berada di sepanjang jalan dan berseberangan dengan
rumah lain atau rumah berada di sepanjang jalan dan
berseberangan dengan unsur air (waterfront).
12. Gambar 2.4 The inside-out city; Orientasi ke dalam memiliki
domain privat-publik
3. Orientasi kearah dalam (inside-out city)
13. 2.4.1 Klasifikasi Nelayan
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, nelayan dibagi
menjadi tiga kategori (Brata ,2005), yaitu:
• Nelayan Tani
• Nelayan Pekerja
• Nelayan Juragan
2.4.2 Permukiman Pantai sebagai Tempat Tinggal Nelayan
Beberapa permukiman pantai dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Refshauge, 2003):
• Kota Pantai/Coastal Cities - penduduk lebih dari 20,000
orang
• Kampung Kota Pantai/Coastal Towns - 3,000-20,000 orang
• Desa Pantai/Coastal Villages - jumlah populasi hingga
3,000 orang
• Daerah Berpusat di Pantai/Inland Coastal Centres -
• Permukiman Pantai Baru/New Coastal Settlements
14. 2.4.3 Program Pemerintah terhadap Permukiman Pesisir
Program pemerintah dalam usaha memperbaiki kehidupan
permukiman pesisir tercantum pada kebijakan
Depkimpraswil, 2004 mengenai penataan ruang :
1. Perbaikan Kawasan Kumuh Nelayan
2. Penyediaan Prasarana dan Sarana Desa-Desa
Pesisir/Nelayan
Program pemerintah Kabupaten Muna mengenai penataan
permukiman pesisir tersebut diwujudkan dalam Masterplan
Kabupaten Muna (RTRW Kabupaten Muna 2003-2013)
untuk pengembangan daerah pesisir yang dimiliki
Kabupaten Muna. Sepanjang pantai Timur Kota Raha
Kabupaten Muna akan ditetapkan sebagai kawasan lindung,
suaka alam, budaya, fasilitas olah raga air, pengembangan
kawasan budidaya & kawasan perdagangan
15. BAB 3
METODA PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel dari Ringkasan Teori
Klasifikasi variabel dari hasil kajian pustaka adalah
sebagai berikut:
• Variabel Tergantung/Terikat (Dependent Variable)
1. Potensi Lokasi Permukiman Nelayan
2. Profil Penduduk dan Kegiatan
3. Alternatif Kriteria Penataan berbasis Prinsip
Probabilisme
• Variabel Bebas
1. Letak Geografis
2. Topografi dan Iklim
3. Kondisi Daerah Pantai
16. 3.2 Strategi Penelitian
Metodologi atau format dari sebuah penelitian
didefinisikan oleh Creswell (1994) sebagai proses
keseluruhan dalam penelitian, dimulai dari
identifikasi masalah hingga analisa data dengan
penggunaan metode-metode tertentu
Studi penataan ini bersifat empiris praktis, sehingga
akan digunakan strategi kualitatif dalam metode
penelitiannya
17. 3.3 Taktik Penelitian
• Pengumpulan Data
1. Kuisioner/Questionnaire
2. Pengamatan/Observation
3. Wawancara Mendalam/In Depth Interview
4. Pengumpulan Data Sekunder
5. Rekam Visual/Photograph
• Metoda Analisis
1. memeriksa hasil data
2. Mentabulasikan hasil jawaban
3. Menyelidiki kemungkinan terjadinya inkonsistensi
dalam data
Analisis dilakukan dengan memakai standar yang telah
dikeluarkan oleh Departeman Pekerjaan Umum
18. • Penentuan Sampel
1. Kriteria Responden
• Nelayan laut dan memiliki jukung sendiri
• Nelayan laut dan tidak memiliki jukung sendiri
(pandega)
• Petambak
• Pengolah dan penjual hasil tangkapan
• Pemilik industri rumah tangga hasil tangkapan
2. Jumlah Responden
jumlah total nelayan yang tergabung adalah 124 orang
Responden yang terlibat, baik dalam pengisian
kuisioner, diskusi kelompok, dan wawancara
mendalam berjumlah 40 orang (32.25%)
19. Gbr. Cara Pengambilan Data Responden
Responden
diambil secara
acak yg dapat
mewakli dari
tiap2 bagian
lokasi t4 tinggal
20. 3.4 Tahapan Penelitian
• Tahap Pra Lapangan
o Melakukan pendalaman terhadap masalah yang sudah
dirumuskan dengan cara studi literature
o Merumuskan hipotesa dan menyusun rancangan penelitian
o Menyiapkan instrumen penelitian berupa kegiatan
pengumpulan data (telah dijelaskan sebelumnya) untuk tahap
pekerjaan lapangan
• Tahap Pekerjaan Lapangan
o Melaksanakan pengumpulan data sekunder
o Melaksanakan kegiatan pengumpulan data
• Tahap Pengolahan Data
o Melakukan analisis data dari yang telah dikumpulkan
o Menarik kesimpulan awal dari hasil penelitian
o Melakukan pengujian kesimpulan awal dengan mengajukan
hasilnya kepada responden dan pihak terkait
o Menarik kesimpulan akhir
o Penyusunan laporan
21. BAB 4
KONDISI LOKASI PENELITIAN
Gbr. Peta Prop. SultraGbr. Peta P. Sulawesi
Lokasi Penelitian
22. • Dalam menilai komponen lingkungan yang baik digunakan
klasifikasi berdasarkan aspek fisik dan non fisik (Johan Silas, 1985).
Aspek fisik meliputi letak geografis, lingkungan alam dan binaan,
sarana dan prasarana lingkungan. Sedangkan aspek non fisik
meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Peta Kelurahan Laiworu
Lokasi Penelitian
Desa Wakorambu
Desa Wawesa
Selat Buton
23. Yg Menjadi Nilai Lebih
PPI
Lokasi br Pasar Sentral
Jln Lingkar
Pasar Sentral
26. BAB 5
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Man-Environment Studies (Rapoport, 1977) - Sketsa di Laino Pantai
Penilaian Kondisi
Fisik Permukiman
(Eksisting)
Kondisi Fisik Permukiman
Ideal sesuai Masyarakat
Lokal (Future)
Arahan Penataan
Kawasan
Permukiman
(Output 1)
Penilaian Kondisi
Non-Fisik
Permukiman
(Eksisting)
Kondisi Non-Fisik yang
berpotensi untuk
dipertahankan dan
dikembangkan
berdasarkan Arahan
Penataan Lingkungan
Fisik
Arahan
Pengembangan
Potensi Permukiman
(Output 2)
Environtmen to Man
Man to Environtmen
27. 5.1 Pencapaian Arahan Penataan Permukiman Nelayan Laino
Pantai
- Kebijakan Kimpraswil, 2002
- Pembangunan kondisi fisik merupakan salah satu dari aspek
penataan permukiman yang layak tinggal (Johan Silas, 1985)
Kondisi fisik tersebut meliputi lokasi geografis, lingkungan
alam dan binaan, serta sarana dan prasarana
Tahab-tahab :
1. Mengevaluasi Kondisi Eksisting; Standar Ditjen Cipta Karya
(Dept. PU, 1975)
2. Mengevaluasi Permukiman Nelayan terhadap kriteria dan
standar Departrmen PU yang berlaku secara Umum;
3. Mengevaluasi Keterlibatan Masyarakat; hasil wawancara
dengan tokoh dan masyarakat setempat
28. 5.1.1 Penilaian Kondisi Fisik Eksisting Permukiman
Nelayan Laino Pantai
PERMUKIMAN
Kondisi Eksisting Nilai
Perumahan nelayan cukup baik dengan
luasan rata-rata 7 m²/orang
3
Air bersih tidak tersedia di setiap rumah 2
Terdapat jalan setapak dari tanah yg tdk
beraturan
2
Pematusan Ada, 25% panjang jalan 2
Tempat Sampah , Sampah tdk tertampung 2
MCK Dipakai oleh ≤ 2 keluarga 4
Balai desa Menampung semua` 5
Pasar, Jarak < 1km 5
Rata-rata 3,13
Tabel 5.2 Evaluasi Kondisi Eksisting Berdasarkan Kriteria Penilaian
Karena angka 3.3 lebih mendekati angka tiga, maka disimpulkan
bahwa kondisi eksisting permukiman nelayan msh cukup baik.
29. Tabel 5.4 Evaluasi Kondisi Lingkungan Alam Berdasarkan Kriteria
Penilaian
KONDISI LINGKUNGAN
ALAM
Kondisi Eksisting Nilai
Bakau,
> 40% Garis pantai
3
Pantai, Kecuraman < 20% 3
Lahan Desa,
Terbangun ≥ 60%
3
Produktivitas Tanah < 40% 2
Rata-rata 2,75
Karena angka 2.75 lebih mendekati angka tiga, maka disimpulkan
bahwa kondisi lingkungan alam di permukiman nelayan eksisting
masih masih cukup baik.
30. 5.1.2 Pembahasan Kriteria Lingkungan Fisik Permukiman
Nelayan berdasarkan Rencana Pemerintah, Standar, dan
Masyarakat
1. Lokasi Geografis
Hal yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat
mengenai lokasi permukiman mereka adalah
kemudahan akses terhadap pantai dan penambatan
perahu
2. Lingkungan Alam
Kesulitan yang dialami sebagian besar nelayan berkaitan
dengan keberadaan proyek Jalan Lingkar Kota adalah
penempatan perahu yang belum dirasakan aman
3. Lingkungan Binaan
31. Tabel 5.5 Preferensi Masyarakat mengenai Orientasi Ruang Permukiman
Variabel Preferensi Responden Teoritik
Lingkungan Binaan Berdasarkan Preferensi
Orientasi Ruang
Permukiman
Perempuan Hadap
Tetangga
Cluster: orientasi inside
out
Laki-Laki Hadap
Pantai>tetangga
Waterfront: orientasi
jalan & Pantai
Nelayan Tangguh Hadap
pantai>tetangga
Waterfront: orientasi
jalan & Pantai
Petambak Hadap
pantai=tetangga
Orientasi inside out
Pengolah Ikan Hadap
pantai<tetangga
Cluster: orientasi inside
out
Dari preferensi dan wacana literatur di atas :
1. Aksebilitas yang baik antara tempat tinggal dengan pekerjaan
2. Ruang pengolahan yang tidak menggangu kesehatan dan
merusak lingkungan ruang permukiman nelayan.
32. • Orientasi waterfront, yaitu orientasi permukiman yang
terhubung langsung dengan jalan dan unsur air akan sangat
mendukung pekerjaan nelayan tangguh. Orientasi inside-out
(terbalik/ke dalam) akan sangat pendukung pekerjaan
pengolah ikan, karena central space yang menjadi orientasi
kedalam dapat menjadi ruang pengolahan ikan. Kedua
orientasi tersebut tergabung dalam komposisi berulang dalam
organisasi ruang
• Gambar 5.2 Orientasi waterfront (kiri), orientasi inside-out
(tengah), dan komposisi berulang dalam organisasi ruang
(kanan)
• Sumber : Rapoport, 1977
33. 4. Prasarana Transportasi
Keberadaan jarak antar bangunan untuk pencegahan
kebakaran, jsebagai sarana ambulan atau pertolongan
pertama, baik terhadap evakuasi kebakaran, bencana alam,
maupun mereka yang mengalami sakit
5. Penyediaan Air Bersih
Respon terbesar dari masyarakat mengenai penyediaan
prasarana pada rencana permukiman nelayan adalah
penyediaan air bersih
6. Sistem Drainase
Masyarakat memberikan respon atau keluhan mengenai
sistem drainase karena hal ini sangat mengganggu aktivitas
mereka, apalagi dimusim hujan
7. Sistem Pengolahan Limbah
Sistem pengolahan limbah (IPAL) belum tersedia di lokasi
eksisting
34. 8. Pertamanan, Pemakaman, dan Kebersihan
Masyarakat memberikan respon atau keluhan
mengenai sampah karena hal ini mengganggu
aktivitas mereka
9. Sarana Ekonomi
Sarana ekonomi pada kondisi eksisting cukup baik.
Terdapat Pasar sentral Raha yang merupakan pusat
perdagangan Kabupaten Muna, PPI, serta toko –
toko disekitar kawasan
35. Tabel 5.6 Arahan Penataan Lingkungan Fisik Permukiman Nelayan Laino Pantai
LOKASI GEOGRAFIS
Eksisting Kriteria ARAHAN
Terletak tepat di
sebelah disebelah
Barat Jalan Lingkar
Kota Raha & di sebalah
Utara Pasar Sentral
Raha
Aksesibilitas ,
Jangkauan terhadap garis
pantai
Kemudahan aksesibilitas keluar dan ke dalam.
Kemudahan nelayan dalam mencapai garis
pantai dan kedekatan lokasi tempat tinggal
dengan dermaga
LINGKUNGAN ALAM
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 3
(cukup)
Hutan bakau >40%
garis pantai. Kondisi
tercampur dengan
sampah.
Keberadaan konservasi
hutan bakau
Penetapan Garis
Sempadan Pantai
Perwilayahan fungsi
kawasan
Tanggapan terhadap isu
global warming
Hutan bakau diremajakan dengan pengadaan
wetland setidaknya 60% garis pantai
GSP ditetapkan minimal 100 meter dari titik
pasang tertinggi
Lebar daratan pantai 400-2 km
Beberapa aktivitas darat harus terlindung dari
kemungkinan banjir karena semakin naiknya
permukaan laut akibat pemanasan global
5.1.3 Arahan Penataan Kawasan Permukiman Nelayan di
Kawasan Pasar Sentral Raha
36. LINGKUNGAN BINAAN
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 3 (cukup)
Permukiman tumbuh
secara tidak merata
Tidak semua rumah
memiliki akses terhadap
jalan
Struktur ruang
permukiman yang
mempertahankan ruang
sosial
Organisasi ruang berbentuk
cluster dengan
mempertahankan ruang
sosial didalamnya
Orientasi ganda pada
setiap rumah yang
penghuninya bekerja
sebagai nelayan dan
pengolah ikan (waterfront
dan inside out clustering)
PRASARANA AIR BERSIH
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2 (Kurang)
Tidak semua warga
mendapatkan air bersih
melalui PDAM. Sebagian
besar masih membeli dari
penjual air keliling.
Akses terhadap air bersih
Penyediaan air bersih
menjadi fokus utama pada
prasaran perencanaan
permukima
Kemudahan mendapat air
bersih adalah hak setiap
orang. Pihak penyedia
sebaiknya memudahkan
penyediaan min. 50
liter/hari/orang
37. PRASARANA TRANSPORTASI
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2(kurang)
Jalan lingkungan terbuat
dari aspal tetapi banyak
yang rusak dan jalan
setapak tidak beraturan
Kondisi/material pembuat
jalan
Jalan tidak hanya sebagai
sarana transportasi, namun
juga sebagai pencegah
perambatan kebakaran dan
jalan ambulan
Pengadaan jalan yang lebar
(minimal 5 m pada jalan
lingkungan, dan 3 m pada
jalan penghubung)
Pencapaian jalan ke setiap
rumah
PRASARANA PEMATUSAN/DRAINASE
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2(kurang)
Panjang sistem drainase
25% dari panjang jalan
Sistem drainase yang sesuai
dengan kondisi daratan
pantai
Perbaikan/pembangunan
drainase, Dapat digunakan
sistem drainase bentuk
garpu sekaligus sebagai pola
permukiman nelayan.
38. PRASARANA PENGOLAHAN LIMBAH
Eksisting Kriteria ARAHAN
Belum ada Sistem pengolahan yang
sesuai dengan daratan
pantai
Pengadaan Sistem IPAL
dan dapat menggunakan
teknologi UASB dan
Johkasau yang cocok untuk
daratan dengan muka air
tanah tinggi
PRASARANA PERTAMANAN, PEMAKAMAN, KEBERSIHAN
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2(kurang)
Terdapat TPS yang tidak
layak, pengangkutan
dilakukan setiap hari tapi
tidak optimal, tidak
tersedianya bak sampah
disetiap rumah. Lapangan
bola voli dan sepak bola
menggunakan lahan
kosong.
Ketersediaan ruang terbuka
Ketersediaan petugas
kebersihan dan TPS, serta
kesadaran masyarakat
Ruang terbuka sebagai
sarana olahraga
Pengadaan TPS,
pengangkutan dilakukan
setiap hari, bak sampah di
setiap rumah
39. PRASARANA PEMATUSAN/DRAINASE
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 5 (baik
sekali)
Terdapat pasar, pelelangan
ikan, maupun distribusi
hasil tangkapan atau
pengolahan komoditi
Ketersediaan pasar, tempat
pelelangan ikan, atau lokasi
distribusi komoditi.
Penguatan sistem distribusi
melalui koperasi nelayan
40. 5.2.1 Penilaian Kondisi Non Fisik Eksisting Permukiman
Nelayan Laino Pantai sebagai Identifikasi Potensi
POTENSI EKONOMI
(SUMBERDAYA ALAM)
Kondisi Eksisting Nilai
Kelapa 1
Sawah 1
Ikan 5
Udang 1
Kerang 5
Ikan Hias 1
Rata-rata 2.33
Tabel 5.8 Evaluasi Potensi Ekonomi (Sumberdaya Alam) Berdasarkan
Kriteria Penilaian
Karena angka 2.33 lebih mendekati angka 2, maka disimpulkan
bahwa potensi sumberdaya alam di permukiman nelayan eksisting
tergolong kurang
41. Tabel 5.10 Evaluasi Potensi Ekonomi (Sumberdaya Alam)
Berdasarkan Kriteria Penilaian
Sumberdaya Manusia Kondisi Eksisting Nilai
Pendidikan
Lulus SD 19 org, diatas SD 7 org 1
Tidak Lulus SD 21 org 1
Rata-rata 1
angka satu (1) menyatakan kondisi buruk. Dapat disimpulkan
bahwa kualitas sumberdaya manusia menurut tingkat
pendidikan adalah buruk. Namun potensi sumberdaya manusia
tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan, tetapi juga dari
pengalaman sebagai nelayan dan karakteristik masyarakat
42. 5.2.3 Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan di
Kawasan Pasar Sentral Raha
POTENSI KELEMBAGAAN NELAYAN (POLITIK)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Belum terdapat lembaga
(rukun) nelayan karena
pemahaman minim
Keberadaan lembaga
masyarakat lokal
Manfaat kelembagaan
terhadap kehidupan
masyarakat
Kelembagaan rukun
nelayan perlu dibentuk
agar nelayan selalu terpacu
dalam persaingan sehat
POTENSI KEMANDIRIAN NELAYAN (EKONOMI)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Pekerjaan kenelayanan di
darat meliputi pengasapan
ikan dan penjual ikan
Pendapatan nelayan rata-
rata 700rb-1 juta.
Koperasi membantu
kehidupan ekonomi
nelayan
Kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan
hidup
Kemandirian masyarakat
dalam kehidupan ekonomi
Konsep smoked fish-to-go,
yaitu proses-package-dan
penjualan dilakukan di
permukiman nelayan
Pengadaan koperasi
nelayan
Tabel 5.11 Arahan Penataan Lingkungan Non Fisik Permukiman Nelayan Laino Pantai
43. POTENSI KEMASYARAKATAN (SOSIAL)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 1 (Buruk)
Tingkat pendidikan nelayan
sangat minim
Melaut dan kegiatan nelayan
lainnya dimulai sejak SD
Pribadi nelayan yang tekun
dan bekerja keras
Peran istri sangat besar dalam
proses kenelayanan di darat
Kualitas Sumberdaya
Manusia
Generasi muda nelayan
sebaiknya dibekali
pendidikan formal mengenai
kelautan. Jika mungkin sejak
SD karena tidak bisa dijamin
bahwa mereka dapat
mengenyam pendidikan
lebih tinggi dari itu kecuali
pendidikan bebas biaya
POTENSI KEUNIKAN DAN PARIWISATA (BUDAYA)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Pekerjaan turun temurun
Mampu bekerjasama dalam
tim
Kegiatan kemasyarakatan
rutin dilakukan
Aktif dalam berbagai lomba
perahu
Kegiatan unik untuk
dilestarikan
Kegiatan lomba perahu
dapat
dijadikan point of interest.
Ruang pengolahan diadakan
dengan pola per ruang untuk
2-3 orang (pola bekerja di
darat)
44. KESIMPULAN
Arahan penataan sekitar kawasan Pasar Sentral Raha, khususnya
di permukiman nelayan Laino Pantai adalah sebagai berikut :
1. Lokasi Geografis
• Aksebilitas memadai keluar dan kedalam permukiman
• Aksebilitas nelayan terhadap shoreline melalui jalur khusus
• Ketersidiaan dermaga yang dekat dengan permukiman
2. Lingkungan Alam
• Penetapan Garis Sempadan Pantai min. 100 meter dari titik
pasang tertinggi
• Penetapan Daratan Pantai dengan fungsi permukiman dan
pengolahan selebar 400m – 2 km dari GSP
• Pemikiran terhadap isu pemanasan global dan antisipatif
terhadap kenaikan muka air laut.
45. 3. Lingkungan Binaan (Ruang Permukiman)
• Orientasi dua arah bagi permukiman nelayan tangguh dan
pengolah ikan, yaitu waterfront dan inside-out tersusun dalam
komposisi ruang yang berulang (continuity of space)
• Penggunaan central space dalam cluster sebagai ruang pengolah
dangan barrier tertentu
• Mempertahankan struktur ruang sosial yang telah terbentuk
sebelumnya dalam permukiman eksisting.
4. Sarana dan Prasarana
• Penyediaan air bersih di ruang permukiman dan ruang
pengolahan
• Pengadaan jalan sebagai sarana transportasi sekaligus pencegah
perambatan kebakaran dan evakuasi melalui jarak yang telah
ditetapkan
• Perbaikan/pengadaan drainase sesuai panjang jalan
• Penyediaan sistem IPAL atau Sisitem UASP pada kawasan pesisir
• Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah organik
• Pengadaan Koperasi sebagai sarana ekonomi penduduk ekonomi
nelayan
46. Potensi yang dapat dikembangkan di permukiman Laino Pantai
dan arahan pengembangan potensi kampung nelayan Laino
Pantai adalah sebagai berikut:
1. Potensi Kelembagaan Nelayan (Politik)
Mempertahankan kelembagaan lokal yang sudah ada,
membentuk kelompok nelayan yang terorganisir dan
memacu persaingan sehat serta pembinaan kenelayaan
sejak dini
2. Potensi Kemandirian Nelayan (Ekonomi)
Mengembangkan sentral Industri pengasapan melalui
konsep smoke fish-to-go, yaitu proses, kemas dan jual dalam
suatu area
3. Potensi Kemasyarakatan (Sosial)
Mengasah kemampuan formal dan Informal kenelayanan
sejak dini (eksrakulikuler tingkat SD)
4. Potensi Pariwisata (Budaya)
Lomba Perahu yang semakin menarik karena dilalui jalan
lingkar kota Raha sepanjang pantai.
47. Arahan penataan yang didapatkan dengan proses
environtmental probalism mengahsilkan preferensi
masyarakat sebagai berikut :
Dari preferensi responden didapatkan bahwa pada
ruang permukiman yang paling sesuai dengan pola
kehidupan nelayan Laino Pantai adalah pola
permukiman tepi pantai (waterfront) dan cluster.
Perumahan waterfront mirip dengan perumahan tepi
jalan, berorientasi kepada unsur air sebagai arah hadap.
Pola perumahan tipe ini sangat sesuai dengan
karakteristik nelayan yang setip hari melaut (nelayan
tangguh). Sedangkan tipe cluster yaitu rumah dengan
orientasi pada meeting space di tengah, sesuai untuk
mereka yang bekerja sebagai pengolah ikan.
48. Saran - Saran
• Pemerintah Daerah Kabupaten Muna dengan
secepatnya memperhatikan/menata Permukiman
Nelayan Laino Pantai, dimana kawasan sekitarnya
mempunyai potensi yang besar sebagai kawasan
perdagangan dan wisata karena akan menjadi
wajah sentral Kota Raha di waktu yang akan
datang.
• Semoga segala kekurangan pada saat ini, menjadi
bahan masukan bagi program yang sama untuk
angkatan selanjutnya.