Artikel ini membahas penggunaan teori resolusi konflik dan tabula rasa dalam menangani hambatan komunikasi, khususnya kesalahpahaman, antara individu dan kelompok. Teori resolusi konflik menawarkan pendekatan untuk menyelesaikan konflik secara efektif melalui komunikasi yang baik, sedangkan teori tabula rasa menekankan pentingnya pembelajaran positif dalam mengembangkan keterampilan pengelolaan konflik.
ANTROPOLOGI KOMUNIKASI - MUHAMMAD REZA LAZUARDI - 202241189.docx
1. “Upaya menghadapi hambatan dalam komunikasi di era Gen Z dengan Teori
Resolusi Konflik dan Tabula rasa”
Muhammad Reza Lazuardi, Novalia Agung W. Ardhoyo
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Fakultas Ilmu Komunikasi
Email: rezalazuardi014@gmail.com
Abstrak
Konflik adalah fenomena sosial yang tidak dapat dihindari dan sudah pasti terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Kajian ini bertujuan membahas hubungan antara teori resolusi konflik dan
tabula rasa serta implikasinya dalam pengelolaan konflik di kehidupan sehari-hari. Teori resolusi
konflik menawarkan berbagai pendekatan untuk mengatasi konflik dan mengembangkan
kemampuan individu dalam mengelola konflik. Selain itu, teori tabula rasa yang dikemukakan
oleh John Locke juga memiliki implikasi penting bagi pengelolaan konflik. Dalam konteks
pemgelolaan konflik, teori tabula rasa menekankan pentingnya memberikan pengalaman dan
pembelajaran yang positif bagi individu dalam mengembangkan keterampilan mengelola konflik.
Kajian ini menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan resolusi konflik yang tepat dan
memberikan pengalaman yang positif dalam mengelola konflik dapat membantu individu
mengembangkan keterampilan dalam menghadapi konflik dan menghindari konflik yang tidak
perlu. Selain itu, implikasi teori tabula rasa ini dapat membantu individu dalam memahami konflik
sebagai pengalaman hidup untuk belajar yang membantu mereka untuk berkembang. Kajian ini
akan membahas dan menganalisis tentang masalah penulis yang terjadi saat melakukan
komunikasi dengan orangtua, yaitu terjadinya miscommunication atau kesalahpahaman saat
berkomunikasi melalui telepon genggam atau biasa dikenal dengan handphone. Proses komunikasi
dua arah akan berjalan efektif apabila terjadi timbal balik antar komunikator dan komunikan dalam
menyampaikan pesan menggunakan alat atau media.
Kata Kunci: Teori resolusi konflik, teori tabula rasa, pengelolaan konflik
Abstract
Conflict is an unavoidable social phenomenon that inevitably occurs in everyday life. This paper
aims to discuss the relationship between conflict resolution theory and tabula rasa and its
implications for conflict management in everyday life. Conflict resolution theory offers various
approaches to resolve conflicts and develop individuals' ability to manage conflicts. In addition,
the tabula rasa theory proposed by John Locke also has important implications for conflict
management. In the context of conflict management, tabula rasa theory emphasizes the importance
of providing positive experiences and learning for individuals in developing conflict management
2. skills. This study concludes that using the right conflict resolution approach and providing positive
experiences in managing conflict can help individuals develop skills in dealing with conflict and
avoid unnecessary conflict. In addition, the implications of this tabula rasa theory can help
individuals in understanding conflict as a life experience for learning that helps them to develop.
This study will discuss and analyze the author's problem that occurs when communicating with
parents, namely the occurrence of miscommunication or misunderstanding when communicating
via mobile phones or commonly known as cellphones. The two-way communication process will
run effectively if there is reciprocity between communicators and communicants in conveying
messages using tools or media.
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dipastikan manusia berinteraksi dengan satu sama lain,
dalam berinteraksi dibutuhkan yang namanya komunikasi. Menurut Hovland, Jains dan Kelley,
komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata- kata) dengan tujuan untuk membentuk perilaku orang- orang lainnya
(khalayak). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, perasaan, keahlian dan
sejenisnya. Komunikasi adalah pintu gerbang ke semua interaksi sosial. Komunikasi merupakan
peran manusia yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam pelaksanaan
proses interaksi. Terutama yang terjadi dalam kerangka masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Untuk
mencapai tujuan komunikasi yang dimaksud, perlu adanya tanggapan atau feedback dari orang
yang dituju oleh komunikator dalam menyampaikan pesan. Kata atau istilah untuk berkomunikasi
(kata bahasa Inggris "komunikasi"), secara etimologis atau asal usulnya, berasal dari bahasa Latin
communicatus, dan kata communis berasal dari kata communis yang tujuannya penyatuan, atau
serupa artinya. Communication merupakan istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris yang berarti
berbagi atau milik bersama.
Interaksi yang dilakukan individu dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk bertahan
hidup dan menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Manusia menyadari bahwa ia
tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya. Akan tetapi, masih banyak yang tidak
mengetahui makna dari manusia adalah makhluk sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri. Bahkan
untuk memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya. Ini
berlaku untuk semua manusia tidak pandang bulu karena setiap manusia membutuhkan manusia
lainnya. Setiap manusia dalam masyarakat harus berkomunikasi, bergaul dan juga berinteraksi
dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial sudah ada sejak lahir. Seorang manusia yang
lahir juga membutuhkan manusia lain untuk membantu.
Dalam berinteraksi sudah pasti ada hambatan, karena hambatan ini pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat tidak efektif dan tidak tersampaikan dengan baik. Melansir jurnal
Hambatan Komunikasi Pendamping Sosial (2018) karya Imam Alfi dan Dedi Riyadin Saputro,
secara teknis, hambatan merupakan hal apa pun yang dapat mendistorsi pesan, baik dari segi
pengiriman atau penerimaan pesan. Hambatan komunikasi merupakan bentuk-bentuk gangguan
3. yang terjadi saat proses penyampaian pesan. Ini yang menyebabkan kesalahpahaman atau
misscommunication dalam mengartikan pesan yang disampaikan sehingga dapat menimbulkan
konflik. Disinilah peran pemahaman tentang komunikasi dan mengimplikasikan teori-teori
komunikasi yang ada untuk mencapai sebuah komunikasi yang efektif sehingga meminimalisir
adanya kesalahpahaman.
Penulis akan membagikan pengalamannya saat menghadapi hambatan dalam berkomunikasi
yang juga dirasakan oleh banyak individu lainnya, yaitu kesalahpahaman saat menyampaikan atau
menerima pesan sehingga komunikasi tidak berjalan dengan efektif dan pesan tidak tersampaikan
dengan baik. Disini penulis akan mengemukakan dua teori, yaitu teori resolusi konflik dan tabula
rasa sebagai pendekatan dalam menghadapi hambatan tersebut.
Kesalahpahaman adalah salah satu bentuk konflik interpersonal yang umum terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun terkadang terlihat sepele, kesalahpahaman dapat berdampak
besar pada hubungan interpersonal, bahkan dapat memicu konflik yang lebih besar. Untuk
mengatasi kesalahpahaman dan mencegah eskalasi konflik, terdapat berbagai teori yang dapat
diaplikasikan, salah satunya adalah teori resolusi konflik.
Teori resolusi konflik menawarkan berbagai pendekatan dan strategi untuk mengatasi
konflik, baik dalam lingkup interpersonal maupun sosial. Dalam konteks interpersonal, teori
resolusi konflik menekankan pentingnya komunikasi yang baik dan saling pengertian dalam
mengelola konflik. Oleh karena itu, studi ini akan mengeksplorasi potensi penerapan teori resolusi
konflik dalam mengatasi kesalahpahaman dalam konteks interpersonal. Penerapan teori resolusi
konflik dapat membantu individu dalam mengatasi kesalahpahaman dengan lebih efektif. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik dan saling pengertian, individu dapat
memperbaiki hubungan interpersonal dan menghindari eskalasi konflik. Selain itu, strategi
pengelolaan konflik yang baik juga dapat membantu individu dalam mengatasi kesalahpahaman
dengan lebih efektif.
Penulis mengemukakan bahwa penerapan teori resolusi konflik yang tepat dan strategi
pengelolaan konflik yang baik dapat membantu individu dan kelompok dalam mengatasi konflik
secara efektif. Di samping itu, teori tabula rasa juga memberikan kontribusi penting dalam
membentuk individu yang mampu mengelola konflik dengan baik, melalui pembelajaran dan
pengalaman yang positif. Artikel ini bertujuan untuk menggali potensi pengelolaan konflik dengan
menerapkan teori resolusi konflik dan tabula rasa dalam konteks sosial. Studi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, melalui pengumpulan data dari wawancara dan observasi,.
Partisipan studi terdiri dari individu-individu yang mengalami konflik dalam konteks sosial dalam
kelompok masyarakat.
Kesimpulannya, pengelolaan konflik yang efektif dalam konteks interpersonal dapat dicapai
dengan menerapkan teori resolusi konflik yang tepat dan strategi pengelolaan konflik yang baik.
Artikel yang dibuat oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan konflik dalam konteks interpersonal dan
membantu individu dalam mengatasi kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi antar
individu.
4. Metodologi
Informasi dalam artikel ini dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data
penelitian literatur dan wawancara kemudian dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Creswell (2010) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Tujuan dari pendekatan ini merupakan
pemahaman secara mendalam terhadap suatu hambatan dalam melakukan komunikasi
Pembahasan dan teori-teori
Setiap harinya, manusia pasti berinteraksi dengan manusia lain. Dengan berinteraksi
manusia mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Diperlukan pemahaman
saat berinteraksi supaya komunikasi berjalan dengan efektif, komunikator atau komunikan yang
baik adalah yang memahami dengan siapa dia berinteraksi.
Dalam buku ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‘ karangan Dedy Mulyana; Harorl D.
Lasswell menjelaskan bahwa pada komunikasi merupakan proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat atau hasil apa?
Komunikasi adalah proses saling bertukar pesan atau informasi antara dua orang atau lebih,
yang bertujuan untuk menghasilkan pemahaman dan arti bersama. Komunikasi dapat terjadi secara
verbal (melalui kata-kata) maupun nonverbal (melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dll).
Komunikasi juga dapat terjadi secara langsung, seperti melalui percakapan tatap muka atau
telepon, atau melalui media sosial, email, surat, dan sebagainya. Komunikasi merupakan
kebutuhan manusia yang sangat penting, karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan orang lain. Dalam setiap aspek kehidupan, komunikasi dapat mempengaruhi
hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, bahkan negara. Oleh karena itu, penting bagi setiap
individu untuk mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik, agar dapat berinteraksi
dengan orang lain secara efektif dan efisien.
Dalam memahami dan mempelajari teori komunikasi yang telah ada perlu dipahami
perspektif oleh sumbernya dan implikasinya terhadap teori-teori tersebut. Karena setiap individu
memiliki perspektif dan persepsinya masing-masing. Ember dan Ember (1990:11) menjelaskan,
Antropologi adalah studi tentang manusia. Antropologi terdiri dari dua kata yaitu “antrop” yang
berarti manusia dan “logi” yang berarti ilmu, yang apabila diartikan Antropologi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan
interaksi dalam bertahan hidup. Salah satu bentuk interaksi sosial untuk sesama manusia yaitu
dengan komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah dengan adanya feedback atau respon yang
baik berupa verbal atau non verbal untuk membuat komunikasi tersebut menjadi efektif.
5. Antropologi adalah sebuah ilmu disiplin ilmu sosial yang mempelajari manusia, baik dari
segi fisik, sosial, maupun budayanya. Antropologi membahas tentang aspek-aspek kehidupan
manusia seperti bahasa, adat istiadat, kepercayaan, agama, struktur sosial, serta bagaimana hidup
manusia dari masa lalu hingga sekarang. Antropologi berusaha untuk memahami manusia dari
berbagai perspektif, termasuk aspek biologis, sosial dan budaya, serta bagaimana interaksi antara
manusia dengan lingkungannya. Tujuan utama antropologi adalah untuk memahami keberagaman
manusia dan membantu masyarakat memahami perbedaan antarbudaya dan nilai-nilai yang ada.
Antropologi juga memiliki subdisiplin seperti arkeologi, antropologi linguistik, antropologi
ekonomi, antropologi politik, dan lain sebagainya.
Dikutip dari buku Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenai Antropologi (2019)
yang ditulis oleh Gunsu Nurmansyah dkk, antropologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mencoba menelaah sifat-sifat manusia secara umum dan menempatkan manusia yang unik dalam
sebuah lingkungan hidup yang lebih bermartabat.
Antropologi memiliki peran penting dalam memahami berbagai masalah sosial dan budaya
dalam masyarakat, seperti konflik antarbudaya, perbedaan pandangan dan kepercayaan, dan
perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Antropologi juga dapat membantu dalam
merumuskan kebijakan dan program-program yang lebih baik untuk mengatasi berbagai masalah
sosial dan budaya, serta meningkatkan kualitas hidup manusia.
Ruang Lingkup Kajian Antropologi
Melansir dari buku Pengantar Ilmu Antropologi (2009) yang ditulis oleh Koentjaraningrat,
ada dua ruang lingkup kajian dari antropologi, yaitu :
1. Antropologi fisik (Physical Anthropology)
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis, menelusuri
perkembangan manusia menurut perkembangannya, dan mempelajari variasi biologisnya
dalam berbagai jenis (spesies). Melalui analisis mendalam terhadap fosil dan pengamatan
primata hidup.
2. Antropologi Budaya (Cultural Anthropology)
Antropologi budaya berfokus pada budaya atau gaya hidup manusia dalam suatu
masyarakat. Kemudian antropologi budaya ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu arkeologi,
antropologi linguistik dan etnologi.
Antropologi dalam komunikasi adalah cabang antropologi yang mempelajari hubungan
antara budaya dan komunikasi manusia. Mengkaji tentang bagaimana manusia berkomunikasi,
bagaimana komunikasi terjadi dalam berbagai budaya, dan bagaimana budaya mempengaruhi
komunikasi manusia. Kemudian mempelajari aspek-aspek seperti bahasa, tanda, simbol, narasi,
dan ritus dalam konteks budaya manusia.
6. Antropologi berusaha untuk memahami bagaimana komunikasi mempengaruhi budaya dan
sebaliknya, bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi. Antropologi dalam komunikasi juga
mencoba untuk memahami bagaimana konteks sosial, politik, dan ekonomi mempengaruhi
komunikasi manusia. Dalam antropologi komunikasi, penting untuk memahami bahwa
komunikasi tidak hanya melibatkan aspek verbal atau lisan, tetapi juga melibatkan bahasa tubuh,
gestur, dan ekspresi wajah.
Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi komunikasi modern, antropologi
juga meneliti tentang dampak dari teknologi komunikasi terhadap budaya manusia dan bagaimana
budaya manusia berevolusi dalam menjawab tantangan dari perubahan teknologi komunikasi.
Antropologi penting dalam membantu kita memahami kompleksitas komunikasi manusia dan
bagaimana budaya mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu pasti pernah mengalami miscommunication
atau kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Hal ini tidak dapat dihindari dikarenakan manusia
mempunyai persepsinya sendiri terhadap suatu hal sehingga terjadinya perbedaan dalam berpikir
dan menafsirkan sesuatu. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya pemahaman antar individu
untuk meminimalisir adanya hambatan dalam berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan
diterima dengan baik kemudian adanya feedback sehingga komunikasi berjalan dengan efektif.
Pada dasarnya, orang tidak dapat menghindari konflik yang ada. Konflik melekat dalam
kehidupan dan perkembangan manusia. Konflik muncul karena adanya perbedaan dalam
kehidupan, seperti perbedaan jenis kelamin, kelas sosial dan ekonomi, sistem hukum, suku, agama,
keyakinan, budaya, ideologi, keyakinan politik, dll. Selama perbedaan-perbedaan itu ada, konflik
dalam kehidupan manusia tidak dapat dihindari. Namun, ini tidak berarti bahwa konflik tidak dapat
diselesaikan.
Dalam kajian ini penulis akan membahas bagaimana pengalamannya saat mengalami
hambatan dalam berkomunikasi. Dalam studi kasusnya, penulis mengalami masalah saat
kesalahpahaman saat melakukan komunikasi di ruang lingkup masyarakat terkecil yaitu keluarga.
pada saat itu penulis mengalami miscommunication atau salah paham dengan orangtua. Saat
penulis sedang berdiskusi dengan teman organisasinya di suatu kedai kopi dari pihak orangtua
melakukan panggilan suara terhadap penulis yang handphone-nya sedang hilang. Karena openulis
tidak dapat merespon panggilan masuk dari orangtuanya di handphone orangtua menjadi khawatir,
disitulah terjadi kesalahpahaman. Penulis akan menjelaskan bagaimana cara menghadapi
hambatan tersebut dengan mengemukakan teori resolusi konflik dan tabula rasa.
Teori Resolusi Konflik
Teori resolusi konflik adalah teori yang menekankan pentingnya menyelesaikan konflik atau
perselisihan dengan cara yang konstruktif dan damai. Konflik sering terjadi dalam hubungan
sosial, baik dalam keluarga, organisasi, masyarakat, atau bahkan antarnegara. Teori resolusi
konflik menekankan bahwa konflik dapat diselesaikan melalui berbagai cara yang tidak merugikan
pihak-pihak yang terlibat.
7. Dikutip dari A Glossary of Terms and Concepts in Peace and Conflict Studies (2005) oleh
Christopher E. Miller, Resolusi konflik adalah pendekatan yang bertujuan untuk menyelesaikan
konflik melalui pemecahan masalah yang konstruktif.
Menurut teori resolusi konflik, terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik. Beberapa strategi tersebut antara lain:
1. Kolaborasi: Menggabungkan kepentingan kedua belah pihak dan mencari solusi bersama
yang memuaskan kedua belah pihak.
2. Kompromi: Menyepakati suatu kesepakatan yang dapat memenuhi kepentingan kedua
belah pihak secara setengah-setengah.
3. Akomodasi: Menerima kepentingan pihak lain dan mengesampingkan kepentingan diri
sendiri.
4. Persaingan: Berusaha untuk memenangkan konflik dengan cara merugikan pihak lain.
5. Menghindar: Menghindari konflik dengan cara mengabaikan atau menjauhkan diri dari
situasi yang memicu konflik.
Teori resolusi konflik menekankan pentingnya memilih strategi yang tepat dan konstruktif
dalam menyelesaikan konflik. Selain itu, teori ini juga menekankan pentingnya memahami
penyebab konflik dan menemukan solusi yang dapat memenuhi kepentingan kedua belah pihak.
Dengan cara ini, konflik dapat diselesaikan dengan cara yang damai dan tidak merugikan pihak-
pihak yang terlibat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk resolusi konflik menurut Lamuru (2007), adalah
sebagai berikut :
1. Penyelesaian konflik tanpa kekerasan
2. Fasilitasi (pemberdayaan kelompok lokal atau masyarakat yang
terkena dampak konflik)
3. Mediasi (lobbying dan negosiasi para pihak konflik yang
berkepentingan)
4. Adanya informasi dan komunikasi (dinamisasi upaya penyelesaian
konflik diterapkan)
5. Kolaborasi penyelesaian konflik bersama pemerintah
Kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat menjadi salah satu sumber konflik yang sering
terjadi. Kesalahpahaman terjadi ketika pesan yang disampaikan tidak dipahami atau diartikan
dengan benar oleh pihak lain, sehingga dapat memicu terjadinya konflik. Untuk menyelesaikan
8. konflik yang diakibatkan oleh kesalahpahaman, teori resolusi konflik dapat digunakan sebagai
pedoman dalam mencari solusi yang konstruktif dan damai.
Menurut teori resolusi konflik, salah satu strategi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik adalah dengan mengadopsi strategi kolaborasi. Strategi ini menggabungkan
kepentingan kedua belah pihak dan mencari solusi bersama yang memuaskan kedua belah pihak.
Dalam konteks kesalahpahaman, strategi kolaborasi dapat diterapkan dengan mengupayakan
pemahaman yang sama antara kedua belah pihak. Dengan melalui pendekatan ini, penulis dan
orangtua dapat bernegosiasi untuk masalah kesalahpahamannya bisa dengan cara meminjam
handphone milik temannya setelah handphone-nya tidak ditemukan kemudian menjelaskan
mengapa tidak dapat menerima panggilan masuk dari orangtuanya.
Teori tabula rasa
Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong) merujuk pada pandangan epistemologi bahwa
seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain "kosong", dan seluruh sumber
pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat indranya
terhadap dunia di luar dirinya. Sebelum dikembangkan oleh John Locke, teori ini sudah muncul
sejak zaman Yunani kuno oleh aliran stoa. Kemudian teori ini dikembangkan oleh filsuf yang
berasal dari Britania Raya John Locke.
Gagasan teori ini sangat dipengaruhi oleh pendapat John Locke pada abad ke-17. Dalam
filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) setelah lahir adalah "kertas
kosong" tanpa aturan untuk memproses informasi. , dan informasi tambahan dan aturan
pemrosesannya hanya terdiri dari pengalaman indrawi. Pandangan ini merupakan inti dari
empirisme Lockean. Dalam pandangan Locke, tabula rasa berarti pikiran individu "kosong" saat
lahir, dan juga menekankan kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu
bebas menentukan isi karakternya – namun identitas dasarnya sebagai manusia tidak dapat diubah.
Dari asumsi tentang pikiran yang bebas dan ditentukan sendiri yang terkait dengan sifat manusia
ini, tumbuhlah doktrin Lockean tentang alam. Tabularasa pada awalnya berasal dari studi John
Locke tentang empirisme Francis Bacon (1561-1626).
Beberapa pendapat mengatakan teori ini memiliki kemiripan dengan konsep fitrah dalam
agama Islam. Seperti Tabula Rasa, Fitrah menciptakan sesuatu untuk pertama kali atau tanpa
wujud sebelumnya. Secara umum Fitrah juga diartikan suci dan bersih tanpa cela. Ada pendapat
lain yang mengatakan teori Tabula Rasa ini tidak bisa disamakan dengan konsep Fitrah. Meski
terlihat sama, pendapat lain menegaskan teori ini tidak bisa disamakan dengan konsep Fitrah
karena setiap manusia memiliki potensi kebaikan dalam dirinya.
Tabula Rasa, atau Blank Slate Theory, adalah teori bahwa manusia dilahirkan dengan pikiran
dan insting kosong yang kemudian dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya. Dalam konteks
kesalahpahaman komunikasi, teori tabula rasa dapat diartikan sebagai orang yang pada prinsipnya
memiliki kemampuan belajar dan beradaptasi untuk memahami pesan yang dikomunikasikan,
namun terkadang dapat mempengaruhi pengalaman dan persepsi subyektifnya.
9. Kesalahpahaman dalam komunikasi muncul ketika pihak lain tidak memahami atau
menafsirkan dengan benar pesan yang disampaikan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor
seperti perbedaan bahasa, budaya, latar belakang, pengalaman, dll. Namun menurut teori tabula
rasa, kesalahpahaman dapat diatasi dengan mendapatkan pengalaman baru yang lebih baik.
Dalam konteks komunikasi, seseorang dapat memperoleh pengalaman baru dengan
memperluas wawasan dan pengetahuannya tentang bahasa, budaya, dan latar belakang pihak lain
guna mengatasi kesalahpahaman. Anda juga dapat mencoba mendekati pihak lain secara terbuka
dan memahami bahwa setiap orang memiliki ide yang berbeda.
Dalam hal ini, teori tabula rasa dapat dijadikan landasan untuk mengatasi kesalahpahaman
dalam berkomunikasi. Dengan memahami bahwa setiap orang memiliki pengalaman, latar
belakang dan persepsi yang berbeda, langkah yang tepat dapat diambil untuk menghilangkan
kesalahpahaman tersebut. Salah satu opsi adalah menggunakan strategi kompromi atau mediasi
untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Didalam jurnal milik Anton E. Lawson berjudul “The Acquisition of biological knowledge
during childhood : Cognitive conflict or tabula rasa?” Artikel ini menganalisis perolehan
pengetahuan tentang konflik kognitif atau tabula rasa pada anak, yang berarti pengetahuan anak
kecil dipengaruhi oleh lingkungannya atau adakah pengetahuan bawaan sejak lahir?. Kemudian
artikel yang ditulis oleh Nicholas G. Petryszak dengan judul “Tabula rasa-its origins and
implication”. Dalam tulisannya ini dijelaskan awal mula muncul teori tabula rasa.
Kesimpulan
Jurnal yang membahas tentang mengatasi kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan
teori resolusi konflik dan teori tabula rasa menyimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki
peran penting dalam membantu mengatasi kesalahpahaman dalam komunikasi.
Teori resolusi konflik mengajarkan cara-cara untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang
damai dan membangun hubungan yang harmonis. Dalam konteks komunikasi, resolusi konflik
dapat dicapai melalui teknik-teknik seperti mendengarkan dengan empati, memahami sudut
pandang orang lain, dan mencari solusi yang menguntungkan bagi semua pihak.
Sementara itu, teori tabula rasa mengemukakan bahwa individu dilahirkan dengan pikiran
kosong dan belajar melalui pengalaman hidup mereka. Dalam konteks komunikasi, teori ini
menekankan pentingnya pendekatan yang terbuka dan tidak memihak untuk mencapai pemahaman
yang lebih baik. Dengan kata lain, kita harus bersedia untuk mendengarkan pandangan orang lain
dan tidak mempertahankan posisi kita sendiri secara kaku.
Dari kedua teori ini, dapat disimpulkan bahwa cara terbaik untuk mengatasi kesalahpahaman
dalam komunikasi adalah dengan pendekatan yang terbuka, empatik, dan mengedepankan solusi
yang menguntungkan bagi semua pihak. Kita juga harus bersedia untuk memahami sudut pandang
orang lain dan tidak mempertahankan posisi kita sendiri secara kaku. Dengan cara ini, kita dapat
membangun hubungan yang harmonis.
10. Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy. 2014. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18. Bandung
PT. Remaja Rosdakarya.
Heryanto, Gun Gun & Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 20.
Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta.
Potensi Bawaan Manusia: Studi Komparatif Teori Tabularasa dan Konsep Fitrah, 2023
Kajian Pustaka 2.1.1 “Pengertian Resolusi Konflik”
https://eprints.umm.ac.id/39519/3/BAB%20II.pdf
35 Pengertian Komunikasi Menurut para Ahli. (2017, September 23). PakarKomunikasi.com.
https://pakarkomunikasi.com/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli
Tabula Rasa. Program Kelas Karyawan (Kuliah Online / Blended). ,2023
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tabula_rasa#:~:text=Gagasan%20mengenai%20teori%20i
ni%20banyak,dibentuk%20hanya%20oleh%20pengalaman%20alat
Perspektif Antropologi Dan Teori Komunikasi: Penelusuran Teori-Teori ...
https://media.neliti.com/media/publications/99526-ID-perspektif-antropologi-dan-teori-
komunik.pdf.
Gischa, Serafica. “Resolusi Konflik: Definisi Dan Metodenya.” KOMPAS.com, Kompas.com, 5
Dec. 2020, https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/05/155751569/resolusi-konflik-
definisi-dan-metodenya.
Mawardi, R. A. (n.d.). Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli Dan Ruang lingkupnya.
detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6212983/pengertian-antropologi-menurut-
para-ahli-dan-ruang-lingkupnya
Kurniasih, W. (2021, October 6). Pengertian Dan Contoh Manusia Sebagai Makhluk Sosial.
Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-dan-contoh-manusia-sebagai-
makhluk-sosial/
Putri, Vanya Karunia Mulia. “Hambatan Komunikasi: Pengertian Serta Bentuk Hambatannya.”
KOMPAS.com, Kompas.com, 28 Jan. 2022,
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/28/110000869/hambatan-komunikasi--pengertian-
serta-bentuk-hambatannya.
11. Ruman, Yustinus Suhardi. “Teori Tabula Rasa John Locke Tentang Permerolehan Pengetahuan
.” Character Building, 30 Sept. 2022, https://binus.ac.id/character-building/2022/09/teori-tabula-
rasa-john-locke-tentang-permerolehan-pengetahuan/.