Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang misskomunikasi yang disebabkan oleh perbedaan bahasa daerah.
2. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara non-terstruktur kepada dua informan.
3. Teori tabula rasa dibahas untuk menjelaskan asal muasal pengetahuan seseorang yang dipengaruhi oleh pengalaman.
1. MISSKOMUNIKASI AKIBAT PERBEDAAN BAHASA DAERAH
Aurellia Christy Juniar Soyan Karay, Novalia Agung Wardjito Ardhoyo
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof.Dr Moestopo ( Beragama )
Email : aurellcjsoyan@gmail.com
ABSTRAK
Penyebab konflik dapat berupa apa saja, salah satunya ialah akibat perbedaan. Bila
mana terjadi suatu perbedaan yang tidak langsung diselesaikan maka akan mengundang
terjadinya konflik yang lebih besar, pada konflik yang penulis angkat merupakan konflik
dimana terjadinya perbedaan yang meliputi kultur budaya yang di dalamnya tergolong ke
dalam kebahasaan atau perbedaan bahasa antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus
tersebut metodologi yang digunakan ialah wawancara. Wawancara non terstruktur karena
pertanyaan yang saya ajukan guna mengumpulkan data atau informasi tidak terbatas, tidak
memiliki pola atau belum direncanakan senelumnya. Dan narasumber atau informan berhak
menjawab pertanyaan yang saya ajukan tanpa adanya batasan dalam menjawab, dibalik itu
pertanyaan yang saya ajukan bukan merupakan pertanyaan yang berat atau terlalu dalam guna
memperoleh informasi atau data. Kesimpulan dari kasus tersebut ialah, dimana terjadinya
misskomunikasi akibat perbedaan bahasa, namun dapat diatasi dengan cara penyesuaian dari
komunikator terhadap lingkungan baru yang ia tempati. Begitupun tujuan penelitian tersebut
ialah guna mengurangi misskomunikasi akibat perbedaan terlebih dalam perbedaan bahasa
dengan cara menerapkan sistem kesetaraan bahasa yang artinya dimana bila seorang
menempati lingkungan baru dengan "bahasa" yang berbeda dari daerah tempat ia tinggal
sebelumnya maka ia harus belajar dalam menyesuaikan diri di lingkungan baru yang ia tempati
karena dengan begitu komunikan atau individu lain dapat memahami pesan yang akan
disampaikan oleh komunikator tersebut.
Kata kunci : Misskomunikasi, Budaya, Bahasa
2. PENDAHULUAN
Pengertian Antropologi
Secara etimologi (bahasa) antropologi berasal dari kata anthropos yang bermakna manusia
dan logos yang bermakna ilmu pengetahuan atau wacana. Sederhananya, antropologi adalah
ilmu yang mempelajari segala macam seluk beluk, unsur-unsur, kebudayaan yang dihasilkan
dalam kehidupan manusia.
Bagaimana dengan komunikasi?
Komunikasi sendiri merupakan proses pertukaran ide, gagasan, informasi, atau data antar dua
orang atau lebih atau dari komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan dapat
beragam dan dapat melalui media apa saja. Lalu Antropologi komunikasi merupakan bagian
penting dalam kehidupan karena manusia sendiri tentu memerlukan komunikasi atau salah satu
kebutuhan manusia adalah berkomunikasi atau bersosialisasi. Ketika komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan bila mana terjadinya kecocokan atau kesamaan
budaya, latar belakang dan sebagainya maka pesan yang disampaikan dapat dipahami antar
komunikan dan komunikator tersebut, untuk itu mengapa antropologi komunikasi sangat
penting. Karena antropologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia
dimana meliputi kebudayaan, latar belakang dan sebagainya dalam kehidupan manusia, lalu
dengan adanya komunikasi manusia dapat mengembangkan kebudayaan-kebudayaan tersebut
atau dapat bertukar informasi lebih jauh berkat adanya komunikasi. Manusia dapat berkembang
karena adanya komunikasi yang merupakan jembatan dalam kehidupan manusia, guna
menyampaikan informasi, ide dan sebagainya pada individu lain. Antropologi komunikasi
merupakan ilmu yang berkaitan, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Manusia tidak dapat
berkembang seperti saat ini bila tidak adanya komunikasi, begitupun sebaliknya manusia dalam
melakukan pertukaran informasi perlu adanya kecocokan, kesamaan yang dapat meliputi faktor
kebudayaan, latar belakang dan lain-lain sehingga hal tersebut memudahkan manusia dalam
berkembang. Komunikasi dimana ilmu tersebut berhubungan dengan manusia dan komunikasi.
Mengapa demikian? Karena komunikasi memerlukan objek untuk melakukan pertukaran
informasi. Dalam melakukan proses pertukaran pesan atau komunikasi banyak faktor
mempengaruhi proses komunikasi tersebut. Komunikasi dapat dilihat dari dua sisi yang
berbeda, perspektif psikologis dan perspektif mekanitis. Dalam perspektif psikologis
komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian serta pertukaran pikiran dan perasaan dari
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami maknanya.
3. Contoh komunikasi dilihat dari pandangan psikologis ialah seperti curhatan, ketika seseorang
curhat apalati cerita tentang masalah yang dirasakan maka dalam penyampaian pesan tersebut
mengikat pikiran dan juga perasaan satu sama lain namun proses penyampaian pesan dengan
melibatkan pikiran dan perasaan tidak dapat berjalan efektif bila pikiran komunikan atau yang
diajak cerita sedang kacau. Selanjutnya ada perspektif mekanitis dalam proses komunikasi
tersebut dibedakan menjadi empat kategori. Kategori tersebut diantara lain ada proses
komunikasi primer, proses komunikasi sekunder, proses komunikasi linear dan proses
komunikasi sirkular.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pesan dan perasaan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan lambang ( symbol ) sebagai media atau saluran. Komunikasi
primer dilakukan secara langsung tanpa menggunakan alat bantu. Umumnya komunikasi
tersebut bersifat tatap muka, komunikasi jenis ini memiliki keuntungan psikologis lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya. Komunikasi sekunder, dalam komunikasi
sekunder proses penyampaian pesan dilakukan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media. Komunikasi tersebut menggunakan media karena komunikan yang diajak
berkomunikasi memiliki jarak yang jauh dengan komunikator atau komunikator
berkomunikasi dengan suatu kelompok yang jumlahnya banyak sehingga membutuhkan
media, alat atau sarana dalam penyampaian pesan tersebut. Selanjutnya ada komunikasi linear.
Artinya proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan bersifat satu arah,
prosesnya biasa dalam bentuk tatap muka, komunikasi kelompok atau komunikasi media.
Komunikasi linear umumnya terjadi pada masyarakat otokratis dan paternalistik. Terakhir ada
komunikasi sirkular, komunikasi yang satu ini merupakan kebalikan dari proses komunikasi
linear. Seperti sebuah lingkaran, pesan dari satu titik mengalir ke titik lainnya kemudian dari
titik itu pesan kembali pada titik yang semula. Dalam proses komunikasi sirkular komunikator
dan komunikan berperan sama karena adanya proses penyampaian pesan dan umpan balik atau
feedback dari komunikan dan begitu seterusnya.
Manusia adalah makhluk sosial dan juga sebagai salah satu objek dimana manusia sendiri
menggunakan komunikasi dalam mengembangkan potensi yang dimiliki atau dalam bertahan
hidup. Komunikasi yang dilakukan tentu saja harus memiliki feedback atau respond balik dari
yang diajak berbicara atau timbal balik dari komunikan kepada komunikator, dalam
menjalankan proses komunikasi banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan
misskomunikasi. Misskomunikasi merupakan kesalahan dalam memaknai atau menafsirkan
pesan yang disampaikan oleh komunikan, misskomunikasi merupakan kegagalan dalam
4. berkomunikasi yang baik. Dimana munculnya persepsi yang berbeda dari sisi atau pandangan
lawan bicara sehingga kesalah pahaman dalam penyampaian pesan tidak terwujud. Hal tersebut
membuat komunikasi tidak dapat berjalan dengan efektif, misskomunikasi merupakan salah
satu bentuk konflik dalam kehidupan kita. Manusia sendiri melakukan proses komunikasi guna
memenuhi kebutuhan sosial, yaitu agar dapat bertahan hidup atau dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki, bukan cuma itu melainkan manusia melakukan komunikasi guna
mengasah kemampuan berbicara, berinteraksi mereka baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan komunikan.
Konflik sendiri memiliki arti ialah adanya perselisihan, adanya pertentangan, terjadinya
ketidak cocok-an atau ketidak samaan dalam menjalani komunikasi atau aktivitas lainnya.
Sehingga menimbulkan perpecahan entah perpecahan yang kecil maupun yang besar. Dari
definisi-definisi diatas satu dengan yang lainnya tentu berkaitan. Dimana terjadinya konflik
bila mana adanya terjadi misskomunikasi atau kesalahan dalam memaknai pesan dari manusia
yang berinteraksi atau berkomunikasi. Jika terjadi perbedaan pendapat, bahasa, latar belakang
hal-hal tersebut dapat mengundang atau memancing konflik antar komunikator dan komunikan
untuk itu. Faktor-faktor dalam misskomunikasi tersebut yang tergolong kedalam perbedaan
budaya ( bahasa, suku dan sebagainya ), latar belakang dan lain-lain. Faktor kebudayaan
tersebut berasal dari ilmu antropologi sendiri yang dimana antropologi sendiri mempelajari hal-
hal tersebut yang berkaitan dengan manusia dan kebudayaannya sendiri. Konflik terjadi
disebabkan karena adanya ketidak cocok-an dalam memaknai pesan yang disampaikan dari
komunikator kepada komunikan atau dari satu individu kepada individu lainnya sehinggal hal
tersebutlah yang menyebabkan misskomunikasi hingga dapat berakibat fatal. Misskomunikasi
yang terjadi dapat berasal dari beberapa faktor yang dijelaskan diatas tadi. Namun konflik yang
terjadi dapat diselesaikan secara baik-baik. Konflik juga terjadi akibat adanya perbedaan.
Perbedaan menciptakan terjadinya perselisihan, biasanya akibat kurang dapat menyamai pesan
atau makna yang ingin disampaikan komunikator sehingga hal tersebut membuat terjadinya
perpecahan yang disebut konflik.
METODOLOGI
Dalam kasus atau konflik yang penulis angkat, kasus tersebut menggunakan metodologi
wawancara. Wawancara atau temu duga adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk
memperoleh informasi atau mengumpulkan data.. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan
dalam tulisan, atau direkam secara audio, visual, atau audio visual. Wawancara merupakan
5. kegiatan utama dalam kajian pengamatan. Kegiatan wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun non terstruktur. Dimana wawancara yang digunakan secara spesifik adalah
Wawancara non terstruktur yang artinya dimana pertanyaan yang penulis atau pewawancara
ajukan guna mengumpulkan data atau informasi tidak terbatas, tidak memiliki pola atau belum
direncanakan sebelumnya. Dan narasumber atau informan berhak menjawab pertanyaan yang
diajukan tanpa adanya batasan dalam menjawab, dibalik itu pertanyaan yang penulis ajukan
bukan merupakan pertanyaan yang berat atau terlalu dalam guna memperoleh informasi atau
data. Bentuk atau alat yang penulis gunakan dalam melakukan wawancara dan memperoleh
informasi yang dinyatakan berupa bentuk audio, karena pewawancara atau penulis
menggunakan handphone atau secara spesifik menggunakan media whatsapp dalam
memperoleh data dari informan tersebut.
Berikut adalah sumber atau data informan yang penulis peroleh dari wawancara tersebut :
A. Data Narasumber atau Informan :
Narasumber 1
Nama : Sanjali Usia : 22 tahun
Kelamin : Pria
Narasumber 2
Nama : Valdis Usia : 21 tahun
Kelamin : Pria
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan, penulis akan membahas masalah atau isi dari konflik yang diangkat,
berdasarkan landasan teori yang telah disiapkan.
PengertianTeori
Teori merupakan sebuah sistem konsep yang mengindikasikan adanya hubungan di antara
konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena secara alamiah.
Teori yang baik memiliki kegunaan (utility), dalam hal teori tersebut dapat memberitahukan
banyak hal kepada kita mengenai komunikasi dan perilaku manusia. Hal ini memungkinkan
kita untuk mengetahui beberapa elemen dari komunikasi yang sebelumnya tidak jelas. Dengan
demikian, teori dapat membentuk dan mengubah perilaku kita.
6. Teori Tabularasa
John Locke (1690) mengemukakan bahwa manusia dilahirkan dengan suatu keadaan dimana
tidak ada bawaan yang akan dibangun pada saat lahir. Locke menyatakan bahwa segala sesuatu
yang kita pelajari dalam hidup adalah hasil dari hal-hal yang kita amati dengan menggunakan
indera kita. Locke menolak doktrin tentang keberadaan ide-ide bawaan. Seorang individu, pada
saat ia lahir pikirannya, seperti kertas putih atau disebut “tabularasa”. Yang artinya tidak ada
sesuatu apapun dalam pikiran seorang individu. Lebih tegasnya, tidak ada pikiran apapun
dalam diri seorang individu pada saat ia lahir. Pikiran yang ada pada seorang individu, dalam
perkembangannya merupakan produk dari pengalaman selama ia hidup. Sampai di sini, Locke
ingin menggaris bawahi fakta bahwa seluruh pengetahuan kita berasal dari pengalaman melalui
sensasi dan refleksi. Secara sintkat menurut Locke seorang individu memperoleh pengetahuan
berdasarkan atau berasal dari pengalaman yang ia dapatkan atau lewati saat ia memperoleh
pendidikan dari masa anak-anak sampai dewasa.
Lewat teori tabularasa tersebut, penulis berpendapat bahwa yang dimaksud dengan teori
tersebut dan hubungan teori tersebut dengan konflik yang diangkat ialah. Sebelum terjadinya
konflik atau awal mula terjadi konflik seperti teori tabularasa. Dimana ketika seorang individu
lahir dan digambarkan seperti kertas kosong yang belum terisi akan tinta artinya seorang
individu tersebut belum memperoleh pengetahuan apapun karena belum banyak pengalaman
yang ia dapatkan sehingga lewat pertumbuhannya ia akan memperoleh pengetahuan
berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan lewat pendidikan yang diperoleh dari taman kanak-
kanak hingga sampai ke perguruan tinggi. Lalu darimana munculnya konflik? Jika diamati
setiap individu satu dengan yang lainnya memiliki pengetahuan berbeda dari perbedaan
pengalaman yang diperoleh, untuk itu bila suatu individu tidak memiliki kesamaan dengan
individu lainnya maka hal tersebut bukan suatu kesalahan. Karena setiap individu tumbuh dan
berkembang di lingkungan yang berbeda sehingga masing-masing dari mereka memperoleh
pengetahuan dan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Hal tersebut tidak menutup
kemungkinan terjadinya konflik, apalagi konflik akibat perbedaan bahasa. Perbedaan bahasa
dapat dilihat dari masing-masing individu yang bersangkutan yang dimana kedua pihak
komunikator dan komunikan berasal dari lingkungan yang berbeda, memiliki pengalaman yang
berbeda sehingga memperoleh pengetahuan yang sama berbeda. Hal tersebut yang membuat
terjadinya konflik atau misskomunikasi diantara komunikator dan komunikan pada kasus
tersebut.
7. Dalam konflik yang diangkat, ada salah satu model komunikasi yang diambil. Model
komunikasi tersebut menjelaskan konflik yang terjadi pada kasus tersebut. Model tersebut
ialah:
A. Model Berlo ( 1960 )
Model ini dikemukakan oleh David K. Berlo pada tahun 1960, Berlo mengatakan bahwa
terdapat empat komponen penting yang disebut SMCR. SMCR dimana S adalah source (
sumber ), M adalah Message ( pesan ), C adalah channel ( media/saluran) dan R adalah
receiver ( penerima pesan ). David K. Berlo juga menggambarkan bahwa butuh encoder dan
decoder. Encoder merupakan proses menghasilkan sebuah pesan dan decoder merupakan
proses menafsirkan atau menerima pesan tersebut. Artinya ketika komunikator atau sumber
atau pemberi pesan ingin menyampaikan suatu pesan, ia akan melakukan tahap atau proses
encoder terlebih dahulu. Komunikator tersebut akan memikirkan isi pesan lebih dulu untuk
disampaikan kepada komunikan, lalu ketika pesan tersebut disampaikan kepada komunikan,
maka komunikan tersebut akan masuk ke dalam tahap atau proses decoder yang artinya
penerima pesan atau komunikan tersebut akan mencerna atau menafsirkan isi pesan yang
disampaikan oleh komunikator tadi. Menurut model Berlo, sumber atau komunikator dan
penerima pesan atau komunikan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut meliputi :
a). Keterampilan komunikasi
b). Sikap
c). Pengetahuan
d). Nilai/kepercayaan/peraturan
e). Kultur budaya
Faktor tersebut mempengaruhi proses terjadinya komunikasi, karena balik lagi pada teori
tabularasa dimana pengalaman adalah asal munculnya pengetahuan. Namun tidak semua
individu memiliki pengelaman bahkan pengetahuan yang berbeda, sehingga hal tersebut yang
meliputi faktor keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, nilai/kepercayaan yang dianut
atau peraturan yang berlaku bahkan kultur budaya yang berbeda satu dengan yang lain.
Selain kelima faktor tersebut ada juga pesan yang akan disampaikan juga dipengaruhi beberapa
faktor, ialah :
a. Elemen
b. Konten/isi
8. c. Treatment/perlakuan
d. Struktur
e. Kode
Kelima faktor tersebut sangat berpengaruh pada penyampaian pesan yang disampaikan kepada
komunikan. Mulai dari elemen yang dimana terdiri dari komponen-komponen pesan yang akan
disampaikan, lalu konten atau isi pesan seperti apa yang ingin disampaikan, ada juga perlakuan
dimana apakah pesan yang disampaikan sudah tersampaikan dengan baik kepada komunikator
apa belum, ada juga struktur yang merupakan susunan isi pesan yang ingin disampaikan, isi
pesan seperti apa yang akan disampaikan lebih dahulu dan diikuti dengan isi pesan lainnya.
Dan yang terakhir ada kode, merupakan simbol dari pesan-pesan yang disampaikan, hal
tersebut memudahkan komunikan untuk lebih mudah menafsirkan pesan yang disampaikan
oleh komunikator.
Faktor-faktor yang meliputi channel atau media seperti berikut :
a). Seeing (melihat)
b). Hearing (mendengar)
c). Touching (menyentuh)
d). Smelling (mencium)
e). Tasting (mengecap)
Faktor media atau channel, menggunakan indra kita sendiri. Dimana komunikan dapat
menafsirkan pesan lewat komunikator dapar berupa media apa(?) misalnya pesan yang
disampaikan oleh komunikator yaitu lewat audio makan penerima pesan akan menangkan isi
pesan tersebut dengan media hearing atau mendengarkan.
Pada kasus yang penulis angkat, merupakan konflik yang dimana konflik tersebut terjadi
disekitaran kita. Konflik tersebut berhubungan dengan model komunikasi Berlo. Karena si
komunikator atau Sanjali berasal dari suatu daerah yang berbeda sebelumnya dengan si
komunikan atau Valdis. Pada perbedaan tersebut sudah tergambar adanya perbedaan kultur
budaya yang salah satunya meliputi bahasa. Bahasa yang biasa digunakan oleh komunikator
berbeda dengan bahasa yang sering digunakan oleh komunikan. Hal tersebut adalah sumber
dari terjadinya konflik, dalam konten atau isi pesan, struktur, perlakuan yang disampaikan oleh
Sanjali sudah benar, hanya saja kode atau simbol dalam isi pesan berbeda dalam bahasa yang
9. digunakan sehingga membuat Valdis si komunikan tidak dapat menafsirkan pesan yang
disampaikan oleh Sanjali. Pada kasus yang terjadi, Sanjali menyampaikan pesan lewat audio,
dimana kedua pihak tersebut bertemu secara langsung dan bertukar pesan. Pesan yang
ditafsirkan oleh Valdis melalui media hearing (mendengar) namun hanya saja isi pesan yang
disampaikan oleh Sanjali tidak dapat dimengerti oleh Valdis. Pesan yang disampaikan oleh
Sanjali berisi “so nyanda bagus kwa itu pisang, su padede dang penyampaian pesan tersebut
menggunakan bahasa serta logad daerah yang digunakan. Sehingga hal tersebut membuat
komunikan atau Valdis bingung. Tidak adanya feedback dari Valdis membuat Sanjali paham
bahwa ada yang salah dengan isi pesan tersebut, sehingga ia kembali mengulangi pesan yang
disampaikan menggunakan bahasa Indonesia yang baik & benar “pisang itu sudah tidak bagus,
sudah terlalu lembek” pengulangan pesan tersebut membawa dampak yang baik, karena Valdis
sebagai komunikan dapat memahami isi pesan tersebut dan memberikan feedback atau respond
kepada Sanjali. Dalam model komunikasi yang digunakan dan dengan konflik yang terjadi,
dapat dikatakan bahwa faktor kultur budaya dan lain-lain sangat penting dalam mempengaruhi
isi pesan yang akan disampaikan. Jika salah satu dari faktor tersebut tidak dapat dipenuhi maka
isi pesan yang disampaikan tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada komunikan.
Karena setiap individu sendiri memperoleh pengalaman dan pengetahuan dengan cara yang
berbeda, sehingga tidak semuanya 100% sama. Demikian hal tersebut dapat mengundang
terjadinya konflik. Namun setiap konflik yang terjadi tentu saja ada jalan keluar atau
penyelesaian konflik tersebut. Berikut adalah cara atau penyelesaian misskomunikasi yang
terjadi dalam kasus tersebut. Penyelesaiannya menggunakan salah satu teori komunikasi.
Teori Resolusi Konflik
Teori resolusi konflik adalah salah satu metode penyelesaian konflik atau pengeluaran konflik
yang dimana sumber konflik dihilangkan atau konflik tersebut dihilangkan atau dihapuskan
dengan cara saling bersepakat atau bernegosiasi dan kegiatan lain serupa antara pihak yang
berkonflik atau bersangkutan. Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris conflict resolution
dalam pandangan Burton adalah upaya transformasi hubungan yang berkaitan dengan mencari
jalan keluar dari suatu perilaku konfliktual sebagai suatu hal yang utama. Ada beberapa cara
dalam menghadapi konflik sendiri, cara tersebut adalah :
10. a). Lumping it
Terkait dengan kegagalan salah satu pihak yang bersengketa untuk menekankan tuntutannya.
Dengan kata lain isu yang dilontarkan diabaikan (simply ignored) dan hubungan dengan pihak
lawan terus berjalan.
b). Avoidance or exit
Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya. Dasar pertimbangannya adalah pada
keterbatasan kekuatan yang dimiliki (powerlessness) salah satu pihak ataupun alasan-alasan
biaya sosial, ekonomi atau psikologis.
c). Coersion
Satu pihak yang bersengketa menerapkan keinginan atau kepentingannya pada pihak yang lain.
d). Negotiation
Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersamasama (mutual settlement) tanpa
melibatkan pihak ketiga.
e). Concilliation
Mengajak (menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa untuk bersama-sama melihat
konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan persengketaan.
f). Negotiation
Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersamasama (mutual settlement) tanpa
melibatkan pihak ketiga.
g). Concilliation
Mengajak (menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa untuk bersama-sama melihat
konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan persengketaan.
h). Adjudication
Apabila terdapat intervensi pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk mengintervensi
persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan yang diambil baik yang diharapkan
maupun tidak oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
Beberapa faktor diatas dapat membantu menyelesaikan konflik yang terjadi, seperti kasus atau
konflik yang diangkat. Penulis menggunakan metode negotiation atau negosiasi dimana kedua
pihak yaitu komunikator dan komunikan atau Sanjali dan Valdis menyelesaikan konflik
tersebut secara bernegosiasi, tanpa melibatkan pihak ketiga dalam konflik tersebut. Konflik
tersebut diselesaikan dengan baik menggunakan kesepakatan bersama tanpa campur tangan
dari pihak lain atau pihak ketiga. Dengan begitu konflik tersebut dapat diselesaikan dengan
baik tanpa merugikan pihak lain.
11. Kesimpulan
Penulis menarik kesimpulan dalam kasus yang terjadi ialah, dimana setiap manusia atau
individu adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk saling melengkapi guna memenuhi
kebutuhan hidup bersama. Salah satu kebutuhan manusia sendiri ialah berkomunikasi, lewat
komunikasi sendiri manusia dapat berkembang, memperoleh pengalaman dan mendapatkan
pengalaman. Seperti teori tabularasa bahwa manusia atau individu yang baru dilahirkan
digambarkan seperti kertas kosong yang masih putih bersih belum tercoret, namun seiring
berjalannya waktu, manusia atau suatu individu pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, Manusia berkembang dan bertumbuh dari anak-anak sampai menjadi dewasa,
dalam proses tumbuh dan kembangnya itu manusia tersebut memperoleh pendidikan yang
membawa pengalaman hingga menciptakan atau memunculkan adanya pengetahuan. Namun
kembali lagi pada setiap individu itu masing-masing yang dimana tiap individu yang berada di
muka bumi ini pastinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda, sehingga
hal tersebut yang memunculkan pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, memunculkan
persepsi yang tidak sama atau beda antar manusia satu dan manusia lainnya. Tidak ada manusia
yang pengalaman, pengetahuan mereka sama 100%. Pasti ada terjadinya perbedaan kecil
maupun perbedaan besar dimana dari perbedaan-perbedaan tersebutlah yang dapat
mengundang munculnya konflik terlebih yang paling sering terjadi yaitu konflik
misakomunikasi. Seperti yang telah dijelaskan ketika manusia dihadapkan dengan perbedaan
dalam memahami pesan, atau dalam menyampaikan pesan makan disitulah terjadi
misskomunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi misskomunikasi tersebut diantaranya
adalah faktor sikap, faktor pengetahuan, latar belakang yang berbeda, faktor psikis dan faktor
kultur budaya yang meliputi ( lingkungan tempat kita tinggal, bahasa yang digunakan sehari-
hari ) dan lain sebagainya. Dalam konflik yang terjadi, memakai model komunikasi Berlo yang
menjelaskan bahwa model tersebut memiliki Penerima pesan, komunikator atau narasumber,
isi pesan yang akan disampaikan, media atau channel yang akan digunakan dalam penyampaian
pesan tersebut dan yang terakhir ada penerima pesan atau komunikan yang akan menerima
pesan tersebut. Pesan akan disampaikan melalui media apa dan akan di pahami seperti apa
seperti yang telah dijelaskan diatas. Meskipun begitu setiap konflik yang terjadi selalu memiliki
cara dalam menyelesaikannya. Seperti konflik yang sedang penulis angkat dimana metode
penyelesaian konflik tersebut menggunakan metode negosiasi, dimana konflik yang terjadi
hanya di selesaikan dengan dua orang tersebut yang bersangkutan, tanpa adanya campur tangan
dari pihak lain atau pihak ketiga.
12. DAFTAR PUSTAKA
Humaira Aliya (2022). Miskomunikasi: Arti, Penyebab, Contoh, dan Cara Mengatasinya.
Diakses dari https://fib.ugm.ac.id/akademik/program-%20sarjana/antropologi
Husen Mulachela (2022). Budaya Adalah Cara Hidup, Begini Penjelasannya. Diakses dari
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e128ff924cd/budaya-adalah-cara-hidup-begini-
penjelasannya
Liang Markomi (2016). Fungsi-fungsi Komunikasi Antarbudaya. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/pairunan/56b0ab5d33977362048b456b/fungsifungsi-
%20komunikasi-antarbu
RadeJuniver, Marco (2022). Paradigma Konstruktivsme: Multi Realitas. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/marco88729/635902c129f19e035b7a92f2/paradigma-
konstruktivisme-multi-realitas
Richard West, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Apikasi Edisi Ke 3, (Jakarta :
Salemba Humanika, 2008). Kajian teori. Diakses dari https://repository.uin-
suska.ac.id/16642/7/7.%20BAB%20II_2018377KOM.pdf