Di abad modern ini ilmu komunikasi sangat berperan penting disetiap sektor, baik institusi, lembaga, organisasi, bahkan antarindividu. Dalam aktivitas kegiatan pembelajaran, komunikasi Ibarat jantung, karena komunikasi merupakan proses penyampaian pesan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan pendidikan kepada peserta didik. Dosen harus mampu menyampaikan komunikasi secara efektif dan cerdas.
Komunikasi yang efektif dan cerdas akan terbangun jika dosen mempunyai kemampuan untuk memproyeksikan dirinya pada peranan peserta didik. Sehingga komunikasi yang terjadi tidak terkesan menggurui, wajar dan mengalir tanpa adanya hambatan. Komunikasi yang efektif juga perlu disertai dengan sikap dan gaya berkomunikasi yang baik. Sikap antusiasme, bersungguh-sungguh, dan sopan adalah beberapa sikap yang akan membawa keberhasilan penyampaian komunikasi edukasi. Gaya berkomunikasi, misalnya sikap badan, cara berdiri, cara berpakaian, pandangan mata, suara dan gestur tubuh lainnya merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya untuk menunjang keberhasilan komunikasi dalam pembelajaran.
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
1. P r o l o g
Peran dosen sangat penting dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan melalui
proses pembelajaran. Bagaimana perannya dalam menjembatani dan menjelaskan
materi pelajaran dan berusaha menyampaikan pesan dan motivasi kepada peserta
didik melalui pendekatan komunikasi yang efektif dan cerdas. Komunikasi cerdas
menjadi kebutuhan penting untuk dipraktekkan dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran kekinian.
Dosen sebagai tenaga pengajar dan pendidik merupakan sub sistem pendidikan yang
berkait langsung dengan operasionalisasi roda pendidikan dan pengajaran di
perguruan tinggi. Di sini, fungsi komunikasi cerdas digunakan untuk
mentransformasikan ilmu pengetahuan dan “nilai: kepada peserta didik dengan
tujuan-tujuan komunikatif.
Topik ini penting karena menganggap komunkasi cerdas dalamp pendidikan sudah
menjadi kebutuhan utama dalam membelajarkan peserta didik milineial nantinya siap
menghadapi tantangan era revolusi Industri 4.0,
Tulisan ini akan membahas komunikasi cerdas dalam pembelajaran, bentuk-bentuk
komunikasi cerdas dalam pembelajaran, dan pentingnya komunikasi cerdas dalam
pendidikan dan pembelajaran kekinian.
2. 2
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
P E N D A H U L U A N
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin communis yang
berarti "sama", communico, atau communicare yang berarti "membuat sama" (to make common).
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan
tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal
tersebut, seperti dalam kalimat "Kita berbagi pikiran", "Kita mendiskusikan makna, dan "Kita mengirimkan
pesan".
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar
terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan
menggunakan katakata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa
verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat
bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non-verbal.
Theodorson and Theodorson (1969) memberi batasan lingkup communication berupa penyebaran
informasi, ide-ide, sikap atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain terutama melalui simbol-
simbol. Garbner (1967) mengatakan communication dapat didefinisikan sebagai social interaction melalui
pesan-pesan. Onong Uchayana mengatakan komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hati (Uchayana, 2002: 11).
Jadi lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi
sosial orang-orang dalam masyarakat; termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara
langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi. Untuk memahami pengertian komunikasi
sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in
Society.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa berkata apa dengan
menggunakan media apa kepada siapa dan apa dampaknya?)
Pertanyaan di atas sekurang-kurangnya mengandung lima unsur penting yang patut diperhatikan. Yakni
who (komunikator), says what (pesan), to whom (komunikan), in which channel (media) dan with what
effect (umpan balik). Kelima unsur ini saling bertaut satu sama lain dalam proses berkomunikasi.
Proses komunikasi itu pada dasarnya adalah “menjalankan” pesan, dari komunikator kepada komunikan.
Umpan balik yang diharapkan oleh komunikator merupakan tujuan dari komunikasi itu. Sehingga dapat
dikatakan bahwa umpan balik merupakan “produk” dari proses komunikasi atau dengan kata lain bahwa
komunikasi adalah proses produksi “umpan balik”. Lebih dari itu, di dalam ilmu komunikasi terdapat suatu
sistem yang akan dijabarkan sebagai suatu perangkat yang saling mempengaruhi dalam suatu lingkungan
dan membentuk suatu keseluruhan.
3. 3
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Dalam berkomunikasi, peserta komunikasi menyampaikan suatu pesan yang memuat makna mendua dan
hubungan komplementaris atau simetris. Pengertian pesan bermakna mendua, yaitu pesan yang memuat
isi pesan (content message) dan pesan memuat hubungan (relationship massage).Pengertian hubungan
komplementer, adalah satu bentuk perilaku diikuti oleh perlaku lawannya yang bersifat melengkapi. Dalam
simetri, aksi seseorang diikuti oleh aksi sejenis oleh orang lainnya. Di sini mulai telihat bagaimana proses
interaksi menciptakan struktur sistem, bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis
hubungan yang mereka miliki.
A. Makna dan Tujuan Komunikasi
Sebagai sebuah proses maka komunikasi memiliki sifat dinamis. Dalam proses itu mencakup beberapa
pentahapan, yaitu pengirim pesan “kepingin” mendistribusikan pesan-nya kepada pihak lain. Pihak lain ini
dapat disebut sebagai penerima pesan. Distribusi pesan itu dilakukan melalui “saluran distribusi” yang
ditetapkan sehingga sampai kepada penerima pesan. Dan proses itu dilanjutkan dengan lahir-nya reaksi
oleh penerima pesan atas pesan yang diterima-nya. Atau dapat dikatakan bahwa proses komunikasi
adalah proses aksi – reaksi, yang proses itu bisa terus ber-spiral.
Proses komunikasi itu pada dasar-nya adalah “menjalankan atau mengarak” pesan, dari komunikator
kepada komunikan. Umpan balik yang diharapkan oleh komunikator merupakan tujuan dari komunikasi itu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa umpan balik merupakan “produk” dari proses komunikasi atau dengan
kata lain bahwa komunikasi adalah proses produksi “umpan balik”.
Secara garis besar, terdapat dua tujuan komunikasi, yaitu: Pertama, komunikasi dilakukan supaya
komunikan mengetahui (informative objective) dan Kedua, komunikasi dilakukan supaya komunikan tidak
hanya mengetahui tetapi tergerak untuk melaksanakan (persuasive or instructive objective). Kedua tujuan
ini akan menentukan media dan srategi komunikasi yang akan dilakukan.
Terdapat lima unsur penting dalam komunikasi terdapat, yaitu who (komunikator), says what (pesan), to
whom (komunikan), in which channel (media) dan with what effect (umpan balik). Kelima unsur ini saling
bertaut dalam proses ber-komunikasi. (Harold Laswell dalam Fikri (2007)
.
1. Who (Komunikator)
Sebagai pemberi pesan, maka komunikan harus mengerti dan memahami tentang substansi pesan yang
akan disampaikan. Penguasaan atas materi (substansi) akan memberikan banyak kesan positif dari proses
komunikasi yang dijalankan. Anda bisa membayangkan, jika ada seorang yang tidak paham tentang fisika
sama sekali (atau setengah-setengah) dan ia harus menjelaskan tentang fisika, kira-kira apa yang akan
terjadi? Disamping menguasai secara substansial, komunikan harus mengetahui, memahami dan memiliki
ketrampilan dalam menggunakan media komunikasi yang akan dipilih, baik itu media primer (orality) atau
media sekunder (literacy). Jika tidak, apa sekira-nya yang bakal terjadi?
Yang harus pula dicermati oleh komunikator adalah mengetahui keadaan komunikan. Kharakteristik ini
perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan gaya, pilihan kata dan bahasa serta
media. Jika memungkinkan, bentuk dan tujuan komunikasi tertentu memerlukan “potret” budaya atas
komunikan. Pepatah “lain lubuk lain belalang” relevan dipakai dalam konteks ini. Jika kharakteristik ini di-
tabrak saja, maka komunikasi yang dilakukan tidak-lah efektif.
4. 4
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
2. Says What (Pesan)
Sebuah pesan yang akan mendapatkan respon positif jika pesan itu memang dibutuhkan oleh komunikan.
Pesan yang memang sudah di-ingin-kan “kehadiran”-nya. Selayak-nya sebuah produk, kemasan atas
pesan juga harus diperhatikan. Sebuah kemasan yang menarik akan menentukan keberhasilan
komunikasi. Jika kemasan sudah diperhatikan maka cara “penyajian”-nya juga harus dipertimbangkan.
Kemasan dan cara penyajian yang baik, akan mengkonversi “ke-enganan” komunikan untuk merespon
sebuah pesan menjadi kesenangan meskipun pesan itu sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
3. to Whom (Komunikan)
Setiap komunikan punya kharakteristik. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan
komunikan,yaitu: budaya, etnosentrime (rasisme), prasangka dan stereotif. (Fikri, 2007). Dalam budaya
terdapat tatanan nilai yang hidup dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai itu harus sudah teridentifikasi dan
dipahami sebelum komunikasi dilakukan. Etnosentrisme (rasisme) yang masih ada juga harus
diidentifikasi, misal-nya pada sebuah masyarakat tertentu terdapat kecenderungan untuk tidak mau
menerima “semua”informasi yang berasal dari komunikator yang berasal dari komunitas tertentu
(masyarakat desa VS masyarakat kota). Prasangka juga harus pula dijernihkan sebelum komunikasi
berlanjut lebih jauh dan stereotif yang masih hidup dalam masyarakat komunikan juga harus diperhatikan
pula.
4. In Which Channel (Saluran/Media)
Terdapat 2 (dua) saluran/media komunikasi, yaitu: saluran primer dan saluran sekunder. Saluran primer
merupakan saluran komunikasi yang menuntut adanya tatap muka langsung antara komunikator dengan
komunikan. Pilihan atas saluran ini memiliki keunggulan dan sekaligus memiliki kelemahan. Sedangkan
saluran sekunder merupakan saluran komunikasi yang tidak menuntut tatap muka lansung. Komunikasi
melalui saluran ini dapat berlangsung melalui televisi, media cetak, surat konvensional atau-pun elektronik,
website dan lain-lain. Sama dengan saluran primer, saluran sekunder-pun memiliki kelamahan dan
keunggulan.
Kelemahan dan keunggulan pilihan atas saluran komunikasi dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai
(informatif atau-pun persuasif) merupakan pekerjaan yang harus sudah tuntas sebelum komunikasi
dilakukan. Kesalahan dalam pertimbangan ini akan memberikan konsekuensi yang fatal. Disamping itu,
terdapat juga sebagian ahli komunikasi yang memberikan pemilahan saluran komunikasi menjadi 2 hal
yang lain, yaitu: Orality dan Literacy.
Orality terkait dengan saluran komunikasi dengan melibat-kan instrumen suara sedangkan Literacy dengan
pelibatan simbol-simbol yang bermakna (tulisan dan lain-lain). Tetapi dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) maka saluran-saluran komunikasi tidak bisa dipilah-pilah secara
konvensional karena dalam praktek akan lahir saluran komunikasi baru atau saluran komunikasi
penggabungan dari primer-sekunder-orality-literacy. Kita ikuti saja perkembangan-nya!
5. with What Effect (Respon/Umpan Balik)
Respon atau umpan balik dari sebuah komunikasi merupakan titik penting yang harus dicapai oleh
kemunikator sesuai dengan tujuan-nya. Ada 2 tujuan komunikasi, yaitu: komunikan mengetahui dan
5. 5
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
komunikan melaksanakan. Tujuan komunikasi dengan target “mengetahui” tidak berarti hanya sekedar
komunikan “tahu” tetapi lebih kepada terciptan-nya kondisi “paham”.
Sehingga format komunikasi yang dibangun haruslah memperhatikan derajad pemahaman komunikan atas
informasi. Untuk mencapai tujuan komunikasi dalam hal “melaksanakan” tentulah harus dimulai dari
keadaan “tahu” kemudian “paham” dan selanjutnya secara sadar”melaksanakan”. Derajad dari tujuan
komunikasi inilah yang perlu disikapi dengan baik, sehingga cara, strategi dan media komunikasi yang
dipilih efektif bagi tercapai-nya tujuan komunikasi yang telah ditetapkan.
Ekspresi komunikan sebagai respon atas komunikasi harus juga mendapatkan perhatian dari komunikator.
Ekspresi yang dilakukan oleh komunikan merupakan indikator awal dari sukses tidak-nya komunikasi yang
dilakukan. Sehingga ekspresi atas respon ini dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan-
perbaikan cara, strategi dan media komunikasi. Dan proses ini akan terus berlanjut ber-spiral terus
menerus.
b. Komunikasi VS Negoisasi
Secara prinsip, komunikasi dan negosiasi tidak bisa terlepas dalam setiap gerak manusia. Selalu, manusia
terlibat secara aktif maupun pasif (langsung atau tidak langsung) dalam proses komunikasi dan negosiasi.
Sehingga, keberadaan 2 hal ini haruslah dipahamai agar kita dapat memasuki aras kehidupan yang baik
dan bermartabat.
Komunikasi dan negosiasi merupakan sebuah subset, dimana dalam komunikasi terdapat bagian negosiasi
dan sebaliknya setiap negosiasi tidak terlepas dari kominikasi. Komunikasi merupakan pengiriman
informasi, negosiasi adalah pengiriman argumentasi sehingga benar bahwa merupakan merupakan suatu
subset.
Manusia pada prinsipnya adalah penjual dengan komoditas yang didistribusikan adalah ide, gagasan,
maksud baik, kehendak, kemauan, wacana, ambisi dan lain-lain. Untuk dapat mewujudkan itu semua
manusia perlu melakukan komunikasi dan negosiasi. Sehingga diperlukan kemampuan atau ketrampilan
untuk berkomunikasi dan ber-negosiasi dengan baik.
Kita pasti mafhum, manusia hidup di dunia tidak mungkin lepas dari proses komunikasi. Semua tingkah
laku macam apa pun adalah kegiatan ”komunikasi”. Sedangkan, ”diam” pun juga bagian komunikasi. Jadi
setiap komunikasi itu mengandung aspek relasi. Dengan lain bahasa Manusia adalah makhluk komunikasi.
Tatkala berhubungan antar sesama di ruang publik, manusia tidak bisa dilepaskan dengan kebutuhan pada
simbol-simbol komunikasi, baik lisan, tulisan maupun simbol-simbol komunikasi lainnya.
Tujuannya tidak lain agar manusia satu dengan lainnya bisa saling memahami dan mengenal serta bekerja
sama. Agar tujuan yang ingin dicapai dalam hubungan interaksi manusia bisa dicapai, maka komunikasi
cerdas dalam birokrasi publik diperlukan. Secara sederhana komunikasi cerdas dalam birokrasi publik
sangat menuntut kelancaran berbicara, kontrol emosi, pemilihan kata dan nada bicara. Lebih dari itu, juga
menuntut kemampuan untuk mengendalikan suasana, dan juga penguasaan bahan yang akan
dibicarakan.
6. 6
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Di dalam pendidikan, komunikasi adalah sebuah fungsi kunci proses pendidikan dan pengajaran, dalam
bisnis, komunikasi adalah sebuah fungsi kunci manajemen. Sebuah organisasi tidak dapat beroperasi,
tanpa komunikasi antar , tingkat manajemen, antar departemen, dan antar karyawan.
Cerdas komunikasi atau yang bisa disebut juga dengan CIQ (Communication Intelligence Quotient) atau
soft skills merupakan salah satu keahlian yang dibutuhkan dosen dan mahasiswa milenial saat ini.
Perusahaan jaman sekarang membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi.
Survey NACE (National Acociation of Collage and Employed) 20 karakter seorang yang sukses dari 457
perusahaan, diantaranya: Kemampuan komunikasi, Intergritas, Kemampuan kerja sama, Interpersonal,
Etika, Motivasi, Adaptasi, Kemamuan analitik, Kemampuan berorganisasi. Kemampuan komunikasi di
tempatkan pada posisi teratas. Hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa cerdas komunikasi sangat
penting.
Riset dari Albert Wiggan yang menyatakan bahwa dari 4000 pekerja yang diberhentikan, 90% penyebab
diberhentikan karena tidak adanya kemampuan berkomunikasi yang baik. Sedangkan 10% disebabkan
karena keahlian yang tidak baik. Dari riset tersebut menunjukkan kembali bahwa cerdas komunikasi sangat
berpengaruh dalam dunia pekerjaan dan merupakan salah satu jalan menuju sukses.
B. Pola Komunikasi antara Pengajar dan Peserta Didik dalam Pembelajaran
Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki keterampilan berkomunikasi secara baik dan
memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Kadang-
kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat common sense dan setiap
orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki
ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu
yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal. Ada ketrampilan komunikasi
dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan komunikasi secara interpersonal, ataupun secara
kelompok. Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.
Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada
juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesional lainnya termasuk pendidikan.
Komunikasi antara pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu aspek
penting yang patut dipelajari karena hal tersebut berkaitan erat dengan kualitas proses pengajaran.
Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan proses transformasi pesan edukatif berupa materi
pembelajaran dari pengajar kepada peserta didik. Keberhasilan proses pengajaran akan sangat tergantung
kepada efektivitas proses komunikasi yang terjadi antara pengajar dan peserta didik. Pengajar merupakan
pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya proses pengajaran, sehingga pengajar
dituntut untuk memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses belajar mengajar
yang efektif, sesuai dengan tujuan pendidikan.
Komunikasi yang terjadi antara pengajar dan peserta didik merupakan hal penting; yang menentukan
kelancaran dan tercapainya tujuan pendidikan. Seperti yang diketahui proses belajar mengajar merupakan
proses transfer ilmu dan pendidikan dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik bisa
menjadi orang yang cerdas secara akademis dan terdidik.
7. 7
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Sementara komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara komunikator (pengajar) dengan
komunikan (peserta didik). Ketika terjadi komunikasi yang efektif dimana ilmu dan didikan pengajar dapat
diterima bahkan diamalkan dengan baik oleh peserta didik barulah tercapai tujuan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan anak-anak bangsa. Oleh karena itu seorang pengajar tidak hanya dituntut harus
pintar dan cerdas secara akademis namun juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
sehingga pesan atau ilmu yang akan diberikan bisa tersampaikan dan diterima dengan baik oleh peserta
didik.
Berikut 3 (tiga) pola komunikasi antara pengajar (baca:guru/dosen) dan peserta didik (siswa, mahasiswa)
dalam proses belajar mengajar.
1. Pola komunikasi satu arah
Dalam hal ini pengajar berperan sebagai komunikator atau pemberi pesan dan peserta didik sebagai
komunikan atau penerima pesan. Dimana hanya terjadi komunikasi satu arah sehingga tidak ada peran
aktif dari peserta didik. peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar tanpa adanya
umpan balik.
Pola komunikasi seperti ini kurang dianjurkan karena hanya membuat peserta didik pasif, tidak kreatif,
serta tidak terbiasa mengeluarkan pemikirannya dengan baik. Padahal di zaman sekarang diperlukan
generasi muda yang tidak hanya cerdas namun kreatif sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman yang
super cepat.
2. Pola komunikasi dua arah
Pola komunikasi antara peserta didik dan peserta didik yang kedua adalah pola komunikasi dua arah
dimana telah terjadi interaksi antara pengajar dan peserta didik. Tidak hanya pengajar yang aktif
menyampaikan pesan namun ada pula peran aktif peserta didik dalam memberi reaksi atau umpan balik
dari apa yang disampaikan pengajar.
Ada peran aktif peserta didik dalam bertanya ataupun memberi masukan kepada pengajar. Pola
komunikasi ini lebih baik dari yang pertama karena membuat peserta didik lebih aktif sehingga
kreatifitasnya semakin terasah. Ada lebih banyak wawasan yang akan didapatkan peserta didik.
3. Pola komunikasi banyak arah
Lebih lanjut ada pola komunikasi banyak arah dimana tidak hanya terjadi komunikasi dinamis antara
pengajar dan peserta didik namun juga mengembangkan komunikasi dinamis antar sesama peserta didik
sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih interaktif dan dinamis.
Akan semakin banyak timbul pemikiran dan perspektif baru sehingga terjadi diskusi antara pengajar,
peserta didik, dan sesama peserta didik. Ruang kelas akan terasa lebih hidup dan tidak monoton.
Pola komunikasi yang ketiga atau komunikasi banyak arah merupakan pola komunikasi yang paling
disarankan sehingga pengajar dan seluruh peserta didik sama-sama aktif mengeluarkan pemikiran dan
argumentasinya sehingga terjadi diskusi menarik dan membangun. Akan banyak muncul perspektif-
8. 8
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
perspektif baru sehingga peserta didik tidak hanya cerdas dalam pengetahuannya namun juga belajar
untuk berani mengeluarkan dan mempertahankan pendapatnya
C. Fungsi Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Pengendalian.
Komunikasi berfungsi sebagai pengendalian dalam pembelajaran, artinya komunikasi berfungsi untuk
mengendalikan perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran.
2. Motivasi.
Komunikasi berfungsi sebagai motivasi. Komunikasi dapat memperkuat motivasi peserta didik dalam
pembelajaran dengan cara menjelaskan kepada peserta didik mengenai apa yang harus dipelajari,
bagaimana cara mempelajarinya, dan apa tujuan yang ingin dicapai dari apa yang dipelajari tersebut.
Dengan komunikasi yang baik dan efektif, pengajar berperan strategis untuk mengembangkan motivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaluinya.
3. Pengungkap Emosi.
Komunikasi merupakan saran untuk pengungkapan emosi dalam proses pembelajaran. Seperti kita pahami
bahwa proses pembelajaran di sekolah merupakan proses yang di dalamnya terjadi interaksi antar
berbagai karakter peserta didik, dimana dalam interaksi tersebut terjadi proses pengungkapan emosi. Oleh
karena itu, komunikasi merukana pelepsan ungkapan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan social
peserta didik.
4. Informasi.
Komunikasi dapat memberikan informasi yang diperlukan guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Selain itu, pengajar
memberikan informasi kepada peserta didik melalui penyampaian materi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
5. Bahan Diskusi.
Komunikasi berfungsi sebagai bahan diskusi, yakni menyediakan informasi yang akan digunakan oleh guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
6. Sosialisasi.
Komunikasi berfungsi sebagai media susialisasi, yakni sebagai sarana sosialisasi antara pengajar dan
poeserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menyediakan dan mengajarkan tentang pengetahuan,
bagaimana bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan sosial, serta bertindak sebagai warga
kampus yang baik.
7. Hiburan.
Komunikasi berfungsi sebagai hiburan. Bahwa komunikasi merupakan media hiburan yang mudah dan
murah bagi guru dan pesrta didik. Melalui komunikasi sebagai hiburan, maka setiap guru dan peserta didik
akan terlibat dalam proses pembelajaran yang menyenangkan.
9. 9
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
8. Integrasi.
Komunikasi berfungsi sebagai alat integrasi. Melalui komunikasi, terjadi integrasi diantara ragam
perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi juga berfungsi sebagai perekat
diantara perbedaan yang ada.
9. Pendidikan.
Komunikasi berfungsi untuk pendidikan. Bahwa komunikasi mendidik dan memberikan pengetahuan yang
cukup kepada guru untuk mentransfer pengetahuan dan segala kompetensi yang berhubungan
dengannya, sebagai bagian dari proses pendidikan bagi peserta didik.
10. Kebudayaan.
Komunikasi berfungsi untuk memajukan kebudayaan. Melalui pendidikan dan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh pengajar dan peserta didik, maka sesungguhnya kebudayaan sedang dibangun.
D. Bentuk, Tujuan, Hambatan Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Bentuk Komunikasi Pembelajaran:
a. Komunikasi Verbal; Yaitu bentuk komunikasi dimana pesan disampaikan secara lisan atau tertulis
menggunakan suatu bahasa. Bahasa didefinisikan sebagai perangkat kata yang disusun secara
terstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung arti.
Bentuk komunikasi verbal antara lain:
a. Berbicara.
b. Menulis
c. Mendengar
Kelebihan dan Kekurangan komunikasi verbal:
Kelebihan:
a. Komunikasi verbal memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung, serta memperoleh umpan
balik secara langsung pula, sehingga pemahamannya dapat teruji secara langsung pula
b. Para pelaku komunikasi dapat berbagi dan bertukar gagasan sehingga dapat memecahkan
masalah, karena ditemukannya titik temu antar kepentingan guru dan peserta didik.
c. Baik guru maupun peserta didik bisa menyampaikan secara langsung kebutuhan dan
kepentingannya.
Kekurangan:
a. Tidak adanya kesadaran bahwa pembicaraan (komunikasi lisan) sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran
b. Berbicara secara spontan, tanpa melakukan persiapan apa yang akan dikatakan dan bagaimana
cara mengatakannya
c. Tidak memikirkan tujuan sebelum dilakukan pembicaraan, dalam merumuskan pesan yang akan
disampaikan dan khalayak yang menjadi sasarannya
10. 10
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
d. Tidak merancang dan menyampaikan pesan secara logis
e. Pengajar terkadang cenderung memanipulasi pembicaraan
f. Terkadang muncul sikap melecehkan peserta didik secara verbal
b. Komunikasi Non Verbal; Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi yang paling dasar dari
komunikasi. Secara sederhana, komunikasi non verbal dapat didefinisikan sebagai komunikasi tanpa
kata- kata.
Beberpa macam bentuk komunikasi non verbal:
a. Gerakan tubuh
b. Gerakan/ Perilaku mata
c. Sentuhan:
1. Kinesthetic, merupan isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan untuk
mengungkapkan keakraban atau kenesraan.
2. Siciofugal, merupakan isyarat yang ditunjukkan dengan berjabatan tangan atau saling
merangkul untuk menunjukkan dimulainya persahaban.
3. Thernal, merupakan isyarat yang ditandai dengan sentuhan yang lebih emosional sebagai
tanda persahabatan yang intim. Misalnya menepuk bahu, aju tinju, dan adu telapak tangan
2. Tujuan Komunikasi dalam Pembelajaran
a. Menciptakan pengertian yang sama terhadap setiap pesan dan lambang yang disampaikan oleh
guru kepada peserta didik.
b. MMerangsang pemikiran peserta didik untuk memikirkan pesan dan rangsangan yang ia terima
dari guru.
c. Melakukan suatu tindakan yang selaras dengan pesan yang diterima peserta didik sebagaimana
diharapkan dengan adanya penyampaian pesan tersebut, yaitu untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
d. Pesan bagi peserta didk memperhatikan nada dan pengaruhnya terhadap peserta didik. Pilihan
kata dan nada dalam pesan peserta didik diperhatikan sedemikian rupa untuk menghindari adanya
pengaruh negative terhadap peserta didik.
3. Hambatan dalam Komunikasi Pembelajaran
Beberapa pakar komuniksai mengemukakan tentang hambatan yang umumnya terjadi dalam komunikasi.
Misalnya Ludlow dan Panton (1996) yang mengelompokkan kendala komunikasi ke dalam tiga kelompok,
yaitu:
a. Kendala penerimaan
Kendala dalam penerimaan yang meliputi rangsangan dari lingkungan, sikap dan nilai- nilai
penerima, kebutuhan dan harapan penerima.
b. Kendala dalam pemahaman
Kendala dalam pemahaman meliputi bahasa, masalah semantic, kemampuan penerima untuk
mendengar dan menerima, panjang komunikasi serta perbedaan status.
c. Kendala dalam penyambutan
Kendala dalam penyambutan meliputi praduga, konflik pribadi antara pengirim dan penerima.
11. 11
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
P E M B A H A S A N
A. Pengertian Komunikasi Cerdas
Komunikasi cerdas memang belum begitu populer dalam pembelajaran di perguruan tinggi. Selama ini
dikenal istilah "komunikasi efektif", yakni komunikasi yang disampaikan secara arif (persuasif) yang
hasilnya saling menguntungkan mereka yang berkomunikasi. Baik komunikator maupun komunikannya
dalam memahami pesan masing-masing.
Relasi dosen, proses pembelajaran dan mahasiswa memerlukan komunikasi. Agar apa yang menjadi
kepentingan masing-masing pihak bisa dipahami dan akhirnya dipenuhi. Tentu untuk memahami dan
memahamkan masing-masing kepentingan diperlukan komunikasi cerdas. Pertanyaannya, apa itu
komunikasi cerdas dan sudahkah dosen menjalankannya? Dan sejauhmana urgensi komunikasi cerdas
bagi dosen dalam proses pengajaran dan pemebelajaran.
Istilah komunikasi cerdas belum begitu populer dalam pembelajaran, khususnya di tanah Indonesia.
Selama ini hanya dikenal istilah "komunikasi efektif", yakni komunikasi yang disampaikan secara arif
(persuasif) yang hasilnya saling menguntungkan mereka yang berkomunikasi. Baik komunikator maupun
komunikannya memahami pesan masing-masing.Hal yang paling sering kita lakukan adalah komunikasi,
setiap hari dari kita bangun tidur sampai kita ingin tidur kembali. Komunikasi menjadi aktivitas yang sering
dilakukan oleh umat manusia karena komunikasi merupakan sarana untuk berinteraksi dengan orang lain
dalam usaha mepertahankan eksistensinya.
Komunikasi-communication adalah interaksi dari unsur-unsur pengirim, penerima, pesan, saluran
komunikasi, dan tujuan komunikasi. Komunikasi asertif yaitu kemampuan menerapkan strategi
berkomunikasi yang tepat sesuai karakter pengajar. Dengan komunikasi ini akan tercipta hubungan yang
harmonis antara pengajar dan peserta didik.
12. 12
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Sedangkan komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksut dapat dipahami. Definisi ini
menekankan bahwa komunikasi merupakan kegiatan mengirim pesan atau berita dari seseorang ke orang
lain sehingga pesan yang dikirimkan tersebut dapat dipahami oleh penerima pesan.
Komunikasi adalah proses, pertukaran, informasi, pesan, dua arah, dua orang atau lebih, sarana
penghubung, menciptakan, makna, dan pemahaman. Kedua belah pihak bukan hanya sekadar bertukar
informasi, berita, pengetahuan, pikiran, ide, gagasan atau perasaan, tetapi menciptakan dan berbagi
makna, sehingga makna tersebut menjadi milik bersama. Jadi, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah
sarana penghubung yang menyamakan persepsi kedua belah pihak yang berkomunikasi.
Cerdas mempunyai pengertian sempurna perkembangan akal budianya (untuk berpikir, mengerti), tajam
pikiran. Kunci memiliki arti kedudukan (tempat) yang sangat penting untuk menguasai sesuatu untuk
mengenakan pengaruh, atau alat untuk mencapai suatu yang dimaksud (dapat memborngkar rahasia,
memecahkan masalah). Sukses memiliki arti berhasil ; beruntung.
Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan, komunikasi yang cerdas merupakan kegiatan
pengiriman informasi, berita atau pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan akal
budinya (dengan berpikir) serta memanfaatkan berbagai media baik elektronik maupun non elektronik
untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah agar berhasil.
Dari definisi tersebut di atas jika diinventariasai ada beberapa komponen komunikasi. Komponen tersebut
antara lain komunikator, pesan atau informasi, media, komunikan dan efek. Kominakator merupakan pihak
yang memulai komunikasi atau sumber dari komunikasi (sumber informasi). Pesan adalah informasi yang
ingin disampaikan dalam proses komunikasi. Media adalah sarana yang digunakan dalam proses
komunikasi dan komunikan merupakan pihak yang diajak berkomunikasi oleh komunikan. Sedangkan efek
adalah dampak yang ditimbulkan oleh proses komunikasi tersebut.
B. Prinsip Dasar Komunikasi Cerdas
1. Prinsip Ikhlas
Ikhlas adalah kerja hati. Secara bahasa, ikhlas berasal daari kata khalasa yang berarti suci, bersih dari
noda. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah kerja yang dilakukan oleh hati untuk mensucikan dirinya
dari berbagai motif yang tidak benar. Ikhlas adalah prinsip paling mendasar dalam komunikasi cerdas.
Kehilangan prinsip ini dari komunikator maupun komunikan akan membuat tujuan utama komunikasi
yaitu silaturahim menjadi hilang dan kekuatan pesan yang disampaikan memudar. Kehilangan prinsip ini
dari salah satu pihak akan membuat proses komunikasi terhambat apalagi bertemu antara ketidak
ikhlasan komunikator dengan komunikan.
Ikhlas tempatnya adalah hati. Karena tempatnya hati, maka kita tidak mungkin mengukur tingkat
keikhlasan yang tempatnya dihati. Namun, keikhlasan itu ada jejaknya, apa yang ada didalam hati akan
terungkap lewat anggota tubuh. Ketika telinga mendengar berita duka, hati akan menjadi sedih dan
ketika hati sedang sedih, maka mata mengeluarkan air mata dengan sendirinya.
2. Prinsip pahala dan dosa
Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap pesan atau pernyataan yang keluar dari mulut itu mengandung
konsekwensi pahala atau dosa. Lisan memiliki peran kunci dalam berkomunikasi, yang bisa membawa
13. 13
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
kita kepada kesuksesan atau kehancuran. Agar lisan kita tidak menjadi alat pencetak dosa tetapi selalu
memproduksi pahala, maka islam membimbing manusia terutama umatnya untuk melakukan langkah-
langkah berikut:
a. Agama melarang berkata kotor dan kasar.
Kata kotor mencerminkan jiwa yang kotor. Sedangkan jiwa yang bersih berdampak pada ucapan
dan tingkah laku sehari-hari.
b. Memberikan motivasi agar selalu berkata yang baik.
Dalam konteks Islam, Rasulallah memberikan motivasi dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Menyampaikan kabar gembira kepada orang yang selalu berkata baik dan mewanti-wanti orang
orang yang sembarangan mengeluarkan pernyataan.
b. Berkata yang baik menyebabkan masuk surga dan mendapatkan tempat yang baik disana.
c. Berkata baik dikategorikan memberi sedekah atau pengganti pemberi sedekah.
d. Islam identik dengan ucapan yang baik
3. Prinsip kejujuran
Lisan membunuh karakter seseorang, bisa merusak hubungan antar sesame manusia, bahkan bisa
menyebabkan pertumpahan darah. Diantara bentuk kejujuran dalam berkomunikasi adalah:
a. Tidak memutarbalikkan fakta
Memutarbalikan fakta adalah fitnah yang membuat keruh suasana dan menimbulkan
ketidakharmonisan hubungan.
b. Tidak berdusta
Berdusta berarti memanipulasi informasi sehingga pesan tidak sampai sebagai mana mestinya.
4. Prinsip kebersihan
Komunikasi efektif dan cerdas sangat menekankan prinsip kebersihan dalam segala hal, termasuk
dalam menyampaikan pesan.
5. Prinsip Berkata positif
Pesan positif sangat berpengaruh bagi kebahagian seseorang dalam kondisi apapun dia berada.
Seorang komunikator yang sering mengirim pesan positif kepada komunikan akan menyimpan modal
yang banyak untuk berbuat yang positif. Misal mengucapkan semoga berhasil, semoga selalu sukses”.
6. Prinsip paket (Hati, Lisan dan Perbuatan)
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dalam satu paket lengkap. Ada unsur jiwa dan unsur
raga. Gerak raga dipengaruhi secara kuat oleh hati atau jiwa. Artinya, lisan akan berbicara yang baik
manakala hatinya baik. Konsistensi antara hati, kata dan perbuatan adalah ciri manusia sukses. Sifat
inkonsistensi adalah cacat yang membuat nilai seseorang menjadi berkurang. Inkonsistensi adalah cirri
kemunafikan. Ciri utama kemunafikan ada 4 yakni, tidak amanah, suka berbohong, tidak sesuai antara
yang dikandung hati dengan apa yang diucapkan oleh lisan, ingkar janji, dan tidak sportif.
7. Prinsip dua telinga satu mulut
Isyarat agar kita berhati-hati dalam berbicara dan banyak mendengar adalah pada struktur fisik kita
yang diciptakan dengan dua telinga satu mulut. Setelah informasi ditangkap oleh telinga, informasi
tersebut disaring oleh perangkat akal dan sebelum dikeluarkan oleh lisan melalui mulut. Orang yang
cerdas adalah orang yang mampu memilah-milih informasi dan hanya mengambil yang terbaik dari
informasi yang diterima.
14. 14
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
8. Prinsip pengawasan
Prinsip pengawasan muncul dari kepercayaan yang meyakini bahwa Allah maha mendengar, maha
melihat dan maha mengetahui. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa setiap kata yang diucapkan
akan dicatat oleh malaikat pencatat. Seperti dalam firmannya: “dan sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya……”. Prinsip pengawasan ini akan membuat orang selalu merasa
diperhatikan dan dipantau. Orang yang merasa dipantau akan selalu berhati-hati dalam mengeluarkan
statemen.
9. Prinsip selektivitas dan validitas
Berbicara dengan data dan informasi yang akurat adalah salah satu ciri pribadi berkualitas. Selain
menambah kredibilitas, informasi yang akurat menghindarkan kita jauh dari kesalahan yang berujung
kepada penyesalan. Prinsip selektifitas dan vakiditas dalam komunikasi bukan hanya bertujuan untuk
memberikan kepuasan bagi komunikan di dunia ini, tetapi tujuan utama mereka adalah agar bisa
mempertanggungjawabkan apa yang mereka kemukakan.
10. Prinsip saling mempengaruhi.
Komunikasi antar manusia merupakan aktivitas menyampaikan dan menerima pesan dari dan kepada
orang lain. Disamping itu, komunikasi juga bisa digunakan untuk mengadu domba, melemahkan
semangat karena muara dari komunikasi adalah mempengaruhi.
Diantara bentuk pengaruh strategis kamunikasi adalah:
a. Dapat merubah pendapat orang lain
Merubah pandangan orang lain bukanlah hal yang mudah, namun dengan adanya tukar menukar
penddapat, hal tersebut dapat dilakukan.
b. Menjadi faktor yang menetukan baik buruknya manusia.
Saat berinteraksi manusia hanya dihadapkan oleh dua pilihan, mempengaruhi atau dipengaruhi.
Untuk menghindarkan pengaruh negatif, sebaiknya kita menjauhi orang-orang yang dapat merusak
perilaku kita.
11. Prinsip keseimbangan berita (keadilan)
Informasi yang seimbang akan membuat keputusan menjadi akurat. Prinsip perimbangan dalam
menyerap informasi sebelum memberikan sikap adalah keharusan. Dengan prinsip ini, informasi yang
kita terima akan lebih akurat, karena pihak yang sedang berselisih kadang-kadang memberikan
informasi secara emosional dan kadang-kadang berlebihan.
12. Prinsip Privasi
Setiap orang memiliki ruang privacy yang tidak boleh diungkapkan di pentas publik, begitu juga dengan
organisasi, lembaga dan seterusnya. Membocorkan rahasia sama dengan menelanjangi orang.
Melanggar masalah privasi masuk dalam status penlanggaran hak-hak asasi manusia, yaitu
melakukan pencemaran nama baik. Seperti dalam firmannya:”hai orang-orang beriman jauhilah
purbasangka (kecurigaan)karena sebagaian dari purbasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang, dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya…..”.
15. 15
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
C. Rethinking Komunikasi Cerdas
Secara teoritik, definisi komunikasi adalah penyampaian pesan dari seorang komunikator (komtor) kepada
komunikan (komkan) melalui bahasa lisan atau tulisan. Tujuannya, supaya pesan yang disampaikan itu
bisa dipahami, dimengerti dan diterima hingga sampai pada mengubah tingkah laku komkan, tentunya
harus mempunyai kesamaan frame of reference dan kepentingan.
Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.
Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh
bahasa itu. Disini jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-
duanya, selain mengerti makna yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.
Komunikasi cerdas tidak hanya bersifat informatif, yaitu agar orang lain (komunikan) mengerti dan tahu,
tetapi komunikasi cerdas menuntut komunikasi yang persuasif, yakni agar komunikan bersedia menerima
suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan berdasarkan keinginan
komunikator yang berdasar pada situasi, kondisi komunikannya.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para
cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi studi Aristoteles
hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia
dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal
api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi dan sebagainya maka para
cendekiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan
menjadi ilmu.
Secara garis besar, terdapat dua tujuan komunikasi, yaitu: Pertama, komunikasi dilakukan supaya
komunikan mengetahui (informative objective) dan Kedua, komunikasi dilakukan supaya komunikan tidak
hanya mengetahui tetapi tergerak untuk melaksanakan (persuasive or instructive objective). Kedua tujuan
ini akan menentukan media dan strategi komunikasi yang akan dilakukan. Analognya jika kita mau ke
Makassar, maka kita bisa memilih naik kendaran pribadi atau kendaraan umum. Jika ingin tujuan ini
tercapai maka unsur komunikasi harus diperhatikan dan di-desain sesuai dengan tujuan.
D. Hukum Komunikasi Cerdas
Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai hubungan antara proses
komunikasi dan kesuksesan kerja. Mereka bersepakat bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja
berhubungan secara signifikan. Memperbaiki komunikasi berarti memperbaiki kinerja. Proses pembelajaran
yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai
komponen (pengajar, peserta didik, institusi pendidikan). Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling
koreksi antar komponen tersebut.
Dalam membangun komunikasi Cerdas kita perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi yang dirangkum
dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih.
Pertama: Respect. Hukum pertama ini artinya menghargai. Dalam mengembangkan komunikasi yang
efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa
16. 16
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
hormat dan saling menghargai merupakan hukum pertama yang penting dalam berkomunikasi. Ingatlah
bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik
atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan
seseorang.
Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita
dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita
baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan
penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga
mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia
mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak
harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak
tergoyahkan.
Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan
menggenggam orang dalam telapak tangannya. Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam
sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa
aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang
lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik
adalah dengan memberi penghargaan yang tulus.
Kedua, Empathy. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan
manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to
Understand–understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires
openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik.
Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa
empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang
akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Karenanya, dalam ilmu pendidikan
(marketing) memahami perilaku anak didik merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku anak didik,
maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan
dari anak didik.
Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerja sama
tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim. Rasa empati akan
menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan
unsur utama dalam membangun team work.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa
17. 17
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk
mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan
sikap yang positif.
Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain.
Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala
tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam
kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk
mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.
Ketiga, Audible. Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik,
maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian
hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu
kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat
diterima oleh penerima pesan. Dari sisi delivery channel, penggunaan teknologi bisa membantu melipat
gandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga bisa diterima oleh jauh lebih banyak
orang. Ini yang disebut sebagai kerja cerdas. Misalnya saja, dengan menggunakan media Internet, kita
bisa berkomunikasi dengan sangat mudah dan murah kepada banyak orang. Pendeknya High Tech namun
tetap High Touch.
Keempat, Clarity. Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang
terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika bekerja sebagai dosen, hal ini merupakan hukum yang
paling utama dalam menyiapkan bahan pelajaran. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat
menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan
sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling
curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme peserta didik atau mahasiswa
kita.
Kelima, Humble. Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang
lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pada intinya antara lain:
sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau
mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui
kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut, penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.
18. 18
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Jika komunikasi yang kita bangun dalam dunia pendidkan didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi
yang cerdas ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat
membangun jaringan hubungan dengan peserta didik dan seluruh sivitas akademika yang penuh dengan
penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dan saling menguatkan.
E. Format Interaksi Komunikasi Cerdas
Anda pasti pernah dengar kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional, tapi
mungkin sebagian banyak kita belum dengar dan tahu apa itu kecerdasan komunikasi dan komunikasi
cerdas? Kecerdasan komunikasi (communications quotion) menunjukkan kepada kemampuan orang untuk
mereproduksi atau menciptakan suatu pesan dengan tepat dan tidak bertele-tele. Dalam komunikasi, istilah
ketepatan (kecerdasan) digunakan untuk menguraikan tingkat persesuaian di antara pesan yang diciptakan
oleh si pengirim dan reproduksi si penerima mengenai pesan tersebut.
Atau dengan kata lain, tingkat persesuaian arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim dengan arti yang
diinterpretasi oleh si penerima. Kekurangan ketepatan atau perbedaan arti diantara yang dimaksudkan
oleh si pengirim dengan interpretasi si penerima dinamakan distorsi. Perbedaan arti atau distorsi pesan
dapat merupakan hal yang kritis dalam komunikasi. Misalnya salah menginterpretasikan instruksi
pemakaian suatu mesin dapat menimbulkan kerusakan yang fatal bagi mesin tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi dan arti pesan berubah dari apa yang dimaksudkan, ketika
pesan itu melewati individu-individu dalam jaringan komunikasi. Proses komunikasi ke bawah, ke atas,
horizontal dan berbagai arah ada yang terjadi dengan cara yang simultan, secara seri atau berantai.
Pesan yang didistribusikan dengan cara yang simultan mudah kena perubahan dan distorsi bila
dibandingkan dengan komunikasi interpersonal. Sementara, komunikasi cerdas menunjuk pada pola
komunikasi yang bukan saja efektif tetapi juga tepat sasaran. Sinergistitas olah pikir, bathin dan prilaku
sembari ujaran-ujaran komunikatif strategik yang terkadang terkesan provokatif tak jarang dijumpai.
Gayanya pun tidak monoton dan kaku. Hemat kata, keragaman model dan teknik komunikasi cerdas itu
tidak tunggal.
Format interaksi komunikasi pendidikan, dapat dibedakan atas 3 katagori yaitu komunikasi interpersonal,
komunikasi kelompok kecil dan komunikasi public. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri
sendiri. Dalam diri kita masing-masing terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan,
saluran penerima dan balikan. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung
diketahui balikannya.
Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita
dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk
beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah
satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil.
Komunikasi adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam kelas atau yang diluar
kelas, secara tatap muka atau melalui media. Lebih dari itu ada format lain yang perlu dimafhumi, yakni:
19. 19
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Pertama, Komunikasi Verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol
atau kata-kata, baik dinyatakan secara oral/ lisan maupun secara tulisan. Kemampuan menggunakan
komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi pengajar. Dengan adanya komunikasi verbal
memungkinkan pengidentifikasikan tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai
tujuan.
Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan
maksudnya suatu proses di mana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan manakala keputusan yang akan
disampaikan oleh pemimpin itu disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada
tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan pada pihak yang dimaksud.
Kedua, komunikasi Non-verbal. Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan
tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal
yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga
dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata
yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya
melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Fungsi utama adalah sebagai pengulangan,
pelengkapan, pengganti, memberikan penekanan dan memperdayakan.
Beratus-ratus ribu gerakan tubuh manusia yang berbeda-beda dapat dibuat sebagai signal dalam
komunikasi nonverbal, tetapi dalam bagian ini hanya dipilih beberapa gerakan dasar yang banyak
digunakan orang. Diantaranya adalah yang berhubungan dengan suara manusia atau vokalik, gerakan
badan seperti kepala, mata, bahu, tangan, kaki, sentuhan, sikap badan, penggunaan ruang atau jarak dan
penggunaan waktu serta metafora. Saat menyampaikan pesan, komunikator mengirimkan sejumlah sinyal
yang berbeda kepada komunikan/publik. Sinyal yang paling nyata adalah komunikasi non-verbal, seperti
penampilan, gerak fisik dan perangai seorang komunikator.
Para peneliti menyimpulkan bahwa lebih dari separuh proses komunikasi adalah proses non-verbal. Para
komunikan mulai memperhatikan seorang komunikator dan terlebih dahulu bertanya-tanya mengenai asal
usulnya. Tanpa disadari, komunikan akan menjadi terdiam memandang seorang komunikator diiringi rasa
penasaran. Mungkin saja para komunikan sedang menilai komunikator tersebut dalam sikap diam mereka.
Selain itu, melalui komunikasi non-verbal ini, komunikator juga mengirimkan pesan kepada para komunikan
melalui perilaku dan gerakan bawah sadar. Itu sebabnya, seulas senyum, mengangkat alis mata,
menggaruk tanpa sadar pada pangkal paha dan gerakan tubuh lainnya akan memberikan sejumlah pesan
kepada komunikan. Entah disadari atau tidak, selama komunikasi berlangsung, baik komunikator maupun
komunikan akan terus mengirimkan sinyal.
Bahasa tubuh dapat mengklarifikasi pesan atau perhatian yang disampaikan dan menyakinkan ketulusan
hati serta antusiasme kepada komunikan. Jika kita menggunakan bahasa tubuh dengan tepat dalam
pengajaran, maka komunikator akan sukses menyampaikan pesan verbalnya.
Ada enam fungsi komunikasi non-verbal yang perlu diketahui agar antara semua pihak bisa memahami.
Pertama, Untuk menekankan. Kita menggunakan komunikasi non-verbal untuk menonjolkan atau
menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya saja, anda mungkin tersenyum untuk
20. 20
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau anda memukulkan tangan anda ke meja untuk
menekankan suatu hal terentu.
Kedua, Untuk melengkapi (Complement). Kita juga menggunakan komunikasi non-verbal untuk
memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Jadi, anda mungkin
tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan
ketidakjujuran seseorang.
Ketiga, untuk Menunjukkan Kontradiksi. Kita juga bisa dengan sengaja mempertentangkan pesan verbal
kita dengan gerakan non-verbal. Sebagai conoth, anda dapat menyilangkan jari atau mengedipkan mata
untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar.
Keempat, untuk Mengatur. Gerak-gerik non-verbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan
anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau
membuat gerakan tangan untuk menujukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh
dari fungsi mengatur ini. Anda mungkin juga mengangkat tangan dan atau menyuarakan jenak (pause)
anda (misalnya dengan menggumamkan) untuk memperlihatkan bahwa anda belum selesai bicara.
Kelima, untuk Mengulangi. Kita juga dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan verbal.
Misalnya, anda dapat menyertakan pernyataan verbal “Apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda,
atau anda dapat menggerakan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “ayo kita mulai.” Untuk
menggantikan pesan verbal, anda dapat misalnya, menyatakan “oke” dengan tangan anda tanpa berkata
apa-apa. Anda dapat mengangguk untuk mengatakan “ya” atau menggeleng untuk mengatakan “tidak”.
E. Urgensi Komunikasi Cerdas
Habermas berpendapat bahwa komunikasi memiliki peran penting dalam emansipasi. Dalam hal ini ia
menyebut istilah kompetensi komunikasi (communicative competence), mencakup pengetahuan tentang
cara wicara yang patut dalam menggapai tujuan. Selanjutnya, melalui konsep universal pragmatics yang
mencakup prinsip universal dalam penggunaan bahasa, ia menyebut tiga macam fungsi dalam tindak tutur
(speech-act), yaitu :
Pertama, konstatif (constative) atau asertif, yaitu tindak-tutur berkaitan dengan nilai benar-salah ujaran
yang dilandasi oleh syarat kebenaran; kedua, regulative (regulative), yaitu tindak-tutur yang bertujuan
mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lainnya atau kelompok tertentu dan dilandasi oleh
syarat kepatutan (appropriateness); dan ketiga, avowals, yaitu tindak tutur yang bertujuan menggambarkan
kondisi internal diri penutur dan disyaratkan oleh ketulusan (sincerity) kejujuran (truthfulness).
Selain itu, Habermas juga menyebut wacana (discourse), yaitu bentuk komunikasi yang di dalamnya
pernyataan penutur diuji kebenarannya melalui argumen sistematis. Lebih jauh ia membedakan tiga
macam wacana, yaitu: Pertama, merupakan tingkat wacana terendah, wacana teoritis (theoretical
discourse), berkaitan dengan fakta-fakta yang mendukung kebenaran suatu pernyataan; Kedua, wacana
praktis (practical discourse), berkaitan dengan norma, yaitu tentang kepatutan dalam negoisasi; dan
Ketiga, merupakan tingkat wacana tertinggi yang terbagi menjadi dua secara bertingkat, yaitu (1) wacana
metateoretis (metatheritical discourse), memper-masalahkan fakta atau norma yang patut bagi situasi
tertentu; dan (2) wacana metaetis (metaethical discourse), mempermasalahkan pengetahuan sebagai
21. 21
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
pengetahuan, yaitu mempermasalahkan prosedur yang digunakan dalam menggeneralisasi sebuah
pengetahuan yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar, komunikasi cerdas sangat dibutuhkan untuk
meraih maksud, tujuan dan cita-cita pendidikan. Kunci sukses pendidikan terletak pada bagaimana
komunikasi dijalankan dan dipraktekkan secara cerdas dan efektif dalam pembelajaran. Dengan kata lain;
kegagalan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan dan “nilai” terletak pada tidak efektifnya
komunikasi (mis-communication) yang dipraktekkan dalam proses belajar mengajar tersebut. Komunikasi
yang cerdas harus terus diamalkan secara berkesinambungan.
F. Komunikasi Cerdas dengan Peserta Didik
Bayangkan saja jika ada profesor mengajar tentang sebuah bidang ilmu, tapi tak mampu
mengomunikasikannya dengan baik, besar kemungkinan akan ada gap kemengertian antara dirinya
dengan para muridnya. Alhasil, mungkin saja ia cerdas, tapi tidak mampu mencerdaskan muridnya.
Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sangat tergantung pada kualitas komunikasi yang terjadi antar
pengajar dan peserta didik.
Seorang pengajar dituntut untuk bisa menyampaikan dan mengirim informasi, berita atau pesan dari
seseorang kepada peserta didik dengan menggunakan akal budinya (dengan berpikir) secara cerdas
dengan lisan (verbal). Komunikasi bisa dikatakan cerdas apabila memiliki unsur-unsur di bawah ini :
1. Berkomunikasi Secara Efektif
Peserta didik mengikuti pembelajaranj dengan tujuandan harapan tertentu serta ingin memperoleh apa
yang diinginkan dengan cara yang menyenangkan. Oleh karena itu, pengajar diharapkan menguasai
teknik komunikasi yang sederhana, tetapi efektif, yang akan menimbulkan saling pengertian dan saling
menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara kedua belah pihak.
Dalam komunikasi yang paling penting adalah terjadinya hubungan yang serasi dan selaras serta
harmonis, disertai saling pengertian. Kunci komunikasi efektif adalah mencoba mengerti dan melakukan
tindakan untuk memuaskan keinginan peserta didik. Dengan demikian, pengajar akan menambah
semangat peserta didik untuk giat belajar dan mengikuti perkuliahan
2. Berkomunikasi Secara Santun
Percakapan merupakan realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi antara satu dengan yang
lainnya karena prinsipnya percakapan tersebut menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh
sebab itu percakapan tidak lepas dari pengaruh sosial budaya. Hal itu sesuai dengan pandangan
fungsional terhadap bahasa bahwa sebagai sistem tanda, bahasa tidak terlepas dari faktor eksternal,
yaitu ciri sosial, ciri demografi, dan sebagainya dan berarti pula bahwa fungsi bahasa tidak saja untuk
berkomunikasi, tetapi juga untuk menunjukkan identitas sosial bahkan budaya pemakainya.
Pengguna bahasa pada percakapan yang tidak terlepas dari tradisi berbahasa penuturnya. Dalam
berbahasa tiap pelaku tutur senantiasa dilatari oleh faktor sosial dan nilai budaya atau tradisi di
sekitarnya. Kebiasaan dapat bervareasi pada satu tempat dengan tempat lain. Oleh sebab itu,
pemakaian bahasa dapat dipandang sebagai sistem yang di dalamnya melibatkan komponen
kebahasaan, pelaku tutur, dan konteks tersebut. Dengan kata lain, aktivitas berbahasa senantiasa
22. 22
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
dipengaruhi oleh komponen kebahasaan, hal-hal yang berkaitan dengan pelaku tutur, dan faktor sosial
budaya sebagai konteks percakapan.
Kesantunan merupakan fenomena universal, artinya norma-norma kesantunan berlaku dalam
penggunaan bahasa di manapun. Manusia dalam berkomunikasi secara santun memiliki kesamaan
asasi karena manusia memiliki daya pikir dan rasa yang pada gilirannya dipresentasikan dalam
komunikasi. Hal itu terjadi karena manusia itu ingin dihargai dan dihormati. Tuturan imperatif dapat
berkisar antara suruhan keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun.
Tuturan tersebut dapat pula berkisar atau suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan
untuk melakukan sesuatu.
3. Mendapatkan Efek
Alasan yang utama mengapa kita perlu komunikasi cerdas, ialah untuk mengetahui bagaimana
komunikasi mendapat efek. Terhadap isi pesan (message content) yang kita kirimkan, kita ingin punya
kemajuan untuk meramalkan efek apa yang akan timbul pada pihak penerimanya. Biasa disebut “the
condition or succes in communication” (kondisi suksesnya komunikasi, yakni kondisi-kondisi yang harus
dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.
Syaratnya sebagai berikut :
a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian
peserta didik.
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara
sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat mengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan peserta didik dan menyarankan beberapa cara untuk
memperoleh kebutuhan itu.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi
peserta didik dimana sasaran berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang
dikehendaki.
Proses komunikasi sangat berkaitan dengan bagaimana komunikasi itu berlangsung yang diawali: siapa,
menyampaikan apa, dengan cara apa, atau melalui apa, kepada siapa dan berakibat apa. Proses
komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Iklim komunikasi dalam pendidikan dan pembelajaran sangat penting karena mempengaruhi
peserta didik sebagai objek dan subjek pendidikan.
Dalam kegiatan-aktifitas pembelajaran, permasalahan biasanya berawal dari peserta didik yang kurang
paham terhadap materi yang disampaikan dosen. Mengapa mereka kurang paham? Apakah materinya
terlalu sulit? Ataukah cara penyampaian dosen yang kurang pas? Jika materinya sulit ditambah dosenya
galak, killer, dan jarang tersenyum akan membuat peserta didik semakin enggan untuk mengikuti
pelajaran dan membuat peserta didik ill feel terhadap dosen.
Dalam pembelajaran, pengetahuan yang diajarkan sama pentingnya dengan cara memberikan pelajaran
itu sendiri. Sebaik apapun ilmu pengetahuan yang akan diajarkan, jika cara menyampaikan pelajaran tidak
menarik, maka semua akan sia-sia. Cara menyampaikan pelajaran adalah cara pengajar (dosen)
berkomunikasi dengan peserta didiknya.
23. 23
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Keterampilan interpersonal dan komunikasi dalam mempresentasikan materi pelajaran di kelas sangat
menentukan suksesnya proses pembelajaran. Seorang pengajar harus menyadari betapa pentingnya
keterampilan komunikasi dalam proses pembelajaran seperti halnya menyadari bahwa peserta didik itu
memiliki berbagai tingkat kekuatan dan kelemahan. Melalui keterampilan komunikasi pengajar dapat
memperkenalkan solusi kreatif dan efektif untuk masalah-masalah peserta didik.
Menjadi pengajar yang komunikatif dan kreatif itu tidak mudah. Butuh perjuangan, pengorbanan,
penghayatan, dan keikhlasan hati. Selain itu juga dibutuhkan kiat-kiat khusus untuk membangun
komunikasi cerdas. Mata pelajaran yang sulit jika disampaikan dengan baik, sistematis, dan komunikatif
akan mudah dipahami peserta didik.
Beberapa kiat cerdas berkomunikasi yang bisa dilakukan oleh pengajar untuk membuat peserta didik
merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran.yaitu :
Pertama, pada awal-awal pembelajaran pengajar membuat kontrak belajar (learning contrack) dengan
peserta didik. Isi kontrak belajar sederhana, yakni harapan mereka terhadap materi pelajaran dan terhadap
pengajar, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pengajar, serta komitmen mereka selama mengikuti
pelajaran. Tujuannya adalah untuk membangun jembatan ketulusan dengan peserta didik dan saling
terbuka.
Kedua, menggunakan bahasa motivasi. Bahasa motivasi bisa berupa respon positif.
Respon pengajar terhadap perkembangan anak didiknya merupakan hal yang teramat penting. Pengajar
harus bisa memberikan respon positif terhadap peserta didiknya dan hasil karya peserta didik. Misalnya
dengan menggunakan kata-kata pujian “kamu memang pandai”, “anak pintar”, “luar biasa‟, “top”, “bagus”,
“sip”, “keren”atau dengan kata-kata “kamu pasti bisa”. Dengan respon positif akan tumbuh antusiasme dan
ketertarikan peserta didik akan materi tersebut. Ini penting untuk menghapus rasa takut terhadap mata
pelajaran tertentu yang dianggap sulit.
Ketiga menggunakan bahasa tubuh (body language) yang efektif.
Kepribadian seseorang bisa dilihat dari bahasa tubuhnya. Bahasa tubuh yang baik menunjukkan orang
tersebut memiliki kecakapan, daya tarik, dan suasana hati yang positif. Bahasa tubuh dapat menunjukkan
ekspresi diri. Bagi pengajar ini penting untuk menunjukkan ekspresinya kepada peserta didiknya. Gerakan
jari jempol di atas memberi kesan memuji sebaliknya jari jempol ke bawah terkesan merendahkan, sorot
mata yang tajam menunjukkan ketidaksukaan, anggukan kepala tanda setuju, dan tepukan di bahu
memberi kesan menguatkan. Dengan bahasa tubuh peserta didik dapat menilai kepribadian pengajar
karena bahasa tubuhlah yang pertama diamati anak didik.
Keempat menggunakan humor.
Pengajar yang memiliki selera humor (sense of humor) yang baik dapat menghangatkan suasana sehingga
kelas menjadi terasa lebih hidup. Selain itu humor bisa menjaga kesehatan fisik dan mental pengajar
karena dapat menghilangkan stres. Pengajar yang humoris lebih disukai peserta didik karena mereka
merasa senang dan rileks.
Dalam kaitannya dengan pelajaran, pengajar yang komunikatif menggunakan humor untuk menjalin relasi
sosial karena akan lebih mudah berkomunikasi dengan para peserta didik. Suatu kepuasan tersendiri bagi
pengajar apabila bisa membuat peserta didik tersenyum dan tertawa sehingga tidak tegang dalam
menerima pelajaran.
24. 24
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Membangun komunikasi cerdas bisa dilakukan dengan banyak cara yang pada akhirnya akan terbangun
jaringan hubungan yang baik, saling menguntungkan dan menguatkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa
tidak ada satu pun metode pembelajaran yang efektif jika tidak ada komunikasi yang baik antara pengajar
dan peserta didik.
G. Kunci Sukses Komunikasi Cerdas
Kemampuan berkomunikasi merupakan Soft skill yang biasa disebut Communication Intelligence Quotent
(CIQ), butir-butirnya mencakup; kebagusan bahasa, keramahan, kesantunan, kemampuan beradaptasi,
kepemimpinan, empati, dan kemampuan meyakinkan orang lain terhadap apa yang sedang kita katakan.
Komunikasi yang baik tidak sekedar cukup mengandalkan tata bahasa dengan kata-kata terbaiknya, tetapi
perlu emosi positif, ekspresi positif dan persepsi positif, agar pesan yang ingin di sampaikan dapat diterima
dalam kesejukkan perasaan pendengar. Ekspresikan bahasa komunikasi Anda dalam gaya Anda sendiri,
dan jadilah diri sendiri yang mampu menyampaikan pesan dengan jelas, sederhana, serta mudah untuk
dimengerti oleh lawan bicara atau pendengar. Jadikan gaya bicara Anda sebagai seni yang memberikan
inspirasi buat para pendengar.
Miliki persepsi positif terhadap semua hal disekitar Anda, agar bisa bersikap baik kepada siapa pun.
Jangan lupa untuk selalu mengandalkan emosi positif dalam setiap dialog dengan siapa pun. Sebab, emosi
positif merupakan bahasa jiwa yang paling ampuh untuk menyejukkan perasaan lawan bicara, walaupun
mungkin Anda tidak mengerti bahasa yang sedang diucapkan lawan bicara Anda.
Bahasa komunikasi yang baik berarti cerdas secara emosi, cerdas secara persepsi, dan cerdas secara
ekspresi. Ketiga kecerdasan di atas akan mampu menghindari perdebatan yang tak penting, dan mampu
mengarahkan jiwa dan pikiran Anda dan pendengar untuk fokus berbicara tentang hal hal yang
bermanfaat. Sebuah kata bisa berbeda maknanya jika diucapkan dalam emosi, persepsi, dan ekspresi
yang berbeda.
Untuk itu, Anda harus cerdas membungkus kata-kata dengan emosi, persepsi, dan ekspresi, yang kaya
dengan semangat, motivasi dan niat baik, agar pendengar senang dan bangga mendengar dan bisa
berbicara dengan Anda. Bahasa yang baik adalah cahaya yang mampu menerangkan jiwa pendengar.
Melalui kata demi kata yang dibangun dalam semangat kebaikan pasti akan menjadi inspirasi buat
kehidupan banyak orang. Oleh sebab itu, sebuah pembicaraan yang baik tidaklah sekedar mengeluarkan
kata dan kalimat, tapi harus menjadi cahaya penerang batin dan pikiran pendengar.
Setiap orang selalu ingin mendengar kata dan kalimat yang menyejukkan perasaan mereka. Oleh sebab
itu, bahasa yang santun dalam tata karma berbicara positif menjadi modal awal terpenting dalam sebuah
dialog. Pastikan kata-kata Anda mampu mengekspresikan pesan yang ingin Anda sampaikan; pastikan
pesan-pesan itu diterima secara cerdas dalam logika berpikir yang sehat; pastikan ekspresi Anda tidak
menciptakan keraguan di hati dan pikiran pendengar; dan pastikan Anda tahu bahwa berbicara itu berarti
komunikasi dua arah, yaitu dari satu jiwa ke jiwa yang lain tanpa ada yang mendominasi.
Cerdas berkomunikasi berarti Anda harus mampu berkomunikasi dengan siapa pun dan di mana pun
bersama kekuatan emosi baik, persepsi positif, dan kekuatan ekspresi dalam balutan sikap baik Anda.
Ingat, seorang komunikator yang cerdas mampu berkomunikasi dengan siapa pun, dengan apa pun,
dimana pun, tanpa terpengaruh oleh perbedaan yang ada.
25. 25
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
H. Komunikasi Cerdas Bangkitkan Potensi Peserta Didik
1. Tantangan Dosen Menghadapi Generasi Net “Z”
Generasi net menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi pendidikan,
teknologi maupun moral dan budaya. Tapi sebenarnya, siapakah generasi net itu dan apakah masyarakat
benar-benar mengerti akan sebutan itu? Generasi Net atau kadang juga disebut dengan generasi z adalah
sekelompok orang yang lahir setelah Generasi Y, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 19980- hingga
kini. Mereka adalah generasi muda yang berumur 20 pada tahun ini.
Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya,
apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. Perkembangan peradaban dengan revolusi arus
informasinya memang mau tak mau membentuk kecenderungan sosial kaum muda. Mereka juga adalah
orang-orang dengan usia produktif sekaligus konsumen yang mendominasi pendidikan saat ini. Istilah
Generasi X, Y dan Z digunakan untuk merujuk kepada kelompok generasi dalam kumpulan umur tertentu.
Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital membagikan demografi penduduk kepada beberapa
kelompok berikut:
1. Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya)
2. The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964)
3. The Baby Bust (lahir antara 1965 – 1976) – Generasi “X”
4. The Echo of the Baby Boom (lahir antara 1977 – 1997) – Generasi “ Y”
5. Generation Net (lahir antara 1998 hingga kini) – Generasi “Z”-
6. Generation Alpha (lahir pada 2010) – Generasi A
26. 26
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Ciri Khas Dan Karakteristik Generasi Millenial “Z”
Generasi net memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna, handphone juga
internet sudah membumi. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi. Jika kita melihat ke dunia
sosial media, generasi Z sangat mendominasi jika dibandingkan dengan generasi Y dan X. Dengan
kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar
akan kesempatan dan peluang di depan mereka.
Generasi millennials cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia
politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli untuk
membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu
idealistis, yang penting bisa gaya.
Jadi, apa saja karakteristik dari generasi millennial tersebut?
a. Millennial lebih percaya User Generated Content (UGC) daripada informasi searah
Bisa dibilang millennial tidak percaya lagi kepada distribusi informasi yang bersifat satu arah. Mereka
lebih percaya kepada user generated content (UGC) atau konten dan informasi yang dibuat oleh
perorangan. Mereka lebih mementingkan pengalaman pribadi ketimbang iklan atau review
konvensional. Dalam hal komunikasi, banyak dari kalangan millennial menyukai pola komunikasi
terbuka, informal, dan empati. Mereka juga tak segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka
terhadap rekan mereka.
b. Millennial lebih memilih Gadget dibanding TV
Sebab generasi ini lahir di era kecanggihan teknologi, dan internet berperan besar dalam
keberlangsungan hidup mereka, maka televisi bukanlah prioritas generasi millennial untuk mendapatkan
informasi. Bagi kaum millennial, televisi biasanya dihindari. Generasi millennial lebih suka mendapat
informasi dari gadgetnya, dengan mencarinya ke Google atau perbincangan pada forum-forum, yang
diikuti generasi ini untuk selalu up-to-date dengan keadaan sekitar.
2. Perguruan tinggi, Dosen harus Berbenah
Saat ini, perguruan tinggi harus mampu berbenah dalam menghadapi generasi millenials yang berbeda
dengan generasi sebelumnya. Sehingga, menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi ialah proses
belajar mengajar terkait penggunaan teknologi informasi. Metode pembelajaran harus menyesuaikan
perilaku dan karakteristik generasi milenial. Pembelajaran harus inovatif dan bisa menarik minat belajar
mahasiswa. Institusi pendidikan tinggi harus bisa beradaptasi dengan lebih baik, penggunaan teknologi
harus dioptimalkan.
Dosen zaman now itu harus bisa memahami gaya belajar peserta didik masa kini. Mengajar tidak lagi
hanya sekadar tahu materi yang disampaikan, tetapi juga harus harus dapat menghadirkan proses
pembelajaran yang dinamis, inovatif, dan tentunya tetap kekinian. Begitupun dalam penyampaian materi
pembelajaran, tidak hanya disampaikan dengan gaya ceramah, tetapi juga dengan metode workshop,
simulasi, dan juga dengan pendekatan experiential learning.
27. 27
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Pendidikan tidak hanya bicara kuantitas (jumlah lulusan dan penguasaan ilmu) semata tapi lebih
mengedepankan faktor kualitas. Dosen yang amanah akan mengajar dengan persiapan yang baik,
mengedepankan komunikasi cerdas dalam menyampaikan materi perkulihan serta senantiasa mengupdate
materi sesuai dengan perkembangan zaman. Perlu dipahami dengan perubahan karakter mahasiswa yang
berasal dari generasi millenial, dosen harus lebih mengedepankan pendekatan student-centered learning.
Perkembangan teknologi informasin dan ilmu pengetahuan, memungkinkan mahasiswa bisa lebih
informatif dari dosennya dalam berbagai hal. Dosen dituntut untuk selalu men-“upgrade diri”.
Mempersiapkan diri secara optimal alam segala hal. Dosen yang tadinya dilihat sebagai teladan (role
model) akan dicap gagal atau bahkan mendapat predikat “dosen abal-abal” kalau tidak berhasil dalam
memberikan inspirasi dan transformasi diri anak didiknya. Mendidik yang baik perlu dibarengi dengan hati
nurani, tidak hanya mendewakan kompetensi duniawi. Perlu disadari juga bahwa tanggung jawab moral
seorang dosen sebagai pendidik ada diranah Ilahi bukan hanya memberi pencerahan teknis. Ilmu yang
disampaikan dengan hati nurani dan disertai cara penyampaian yang baik akan menjadi kebaikan mulia
yang berlipat dampaknya bagi diri seorang dosen.
Sementara Ilmu dengan penyampaian seadanya hanya akan menghasilkan mahasiswa/i robot dengan
karakteristik “referal thinker“, pola pikir dan intelegensia yang berbasis pada teks referensi yang sudah ada,
tidak ada ruang “improvement”. Ruang berpikir, daya kreativitas dan imajinasi otak kanan akan kerdil
karena stimulus yang diberikan oleh dosen tidak maksimal. Banyak dosen yang khilaf dengan
memperlakukan mahasiswa sesuai kehendak dirinya, mereka terperangkap dalam situasi power syndrome,
sense of intellectual arrogance dan google syndrome (merasa paling mengetahui banyak hal).
Jean Piaget mengungkapkan, “Tujuan utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang bisa
melakukan hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya . Manusia
yang kreatif, memiliki daya cipta, memiliki hasrat keingintahuan.” Pendidikan yang sempurna lahir dari
proses perubahan yang diselami dengan pendekatan “Intellectual Humility“. Mahasiswa yang ada
dihadapan dosen sudah sepantasnya diperlakukan sebagai “subjek” perubahan. Dengan memahami sudut
pandang ini maka proses transfer ilmu perlu dilakukan dengan cara, gaya dan daya yang memanusiakan
mahasiswa.
Salah satu contoh yang paling sederhana adalah dengan penggunaan bahasa dengan komunikasi efektif
dan cerdas dalam penyampaian bahan ajar yang mudah dimengerti. Pemberian contoh bahan ajar yang
dekat dengan dunia mereka dan serta situasi masa kini. Banyak dosen yang lupa bahwa mahasiswa hadir
kedalam kelas dengan tingkat kematangan (ilmu, emosi, pengetahuan dan kemampuan) yang berbeda.
Pendekatan “grassroot” perlu dikedepankan agar bahan ajar yang diberikan mudah dipahami dan
bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Salah satu ujian terberat sebagai dosen ialah “Classroom Management“, ini erat sekali dengan kecerdasan
emosi (EQ) seorang dosen. Pintar, cerdas, dan punya latar belakang edukasi yang mumpuni tidak cukup
membantu kita menjadi “dosen sukses” didalam kelas. Perlu adanya kemampuan komunikasi khusus
dalam hal penguasaan serta pengelolaan emosi dalam menguasai mahasiswa sebagai penghuni kelas.
Terpancing emosi dan mengumbar kemarahan didalam kelas akan menjadi “boomerang” tersendiri bagi
dosen.
Saat ini, kalangan mahasiswa merupakan generasi millennial yang melek dengan teknologi. Sedangkan
para pendidik masih didominasi generasi X dan sebagian kecil generasi Y. hal ini kerap membuat tidak
28. 28
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
selarasnya proses pembelajaran di kelas. Mahasiswa kekinian harus di posisikan sebagai pengamat
(observer) terbaik didalam kelas, just make sure we can gain their heart & attention with an elegant way.
Dosen perlu mahir untuk menciptakan suasana yang terbuka, santai tetapi tetap tegas dan serius. Seperti
layaknya seorang “Conductor” yang memimpin suatu pertunjukan. Our class is our own stage & it‟s belong
to us as a lecturer… to share, to educate, to entertain and to inspire, our best results shown by the students
with their “standing applause”.
Dalam proses pembelajaran, terdapat dua hal yang harus saling menyesuaikan. Pertama, yakni
mahasiswanya dan kedua adalah pada kebutuhan zaman. Karakter generasi millennial itu melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan. Kalau tidak suka, mereka tidak mau melaksanakan. Begitu juga kalau di
kelas. Kalau mereka tidak suka atau terlalu banyak teori akhirnya malas.
Mahasiswa saat ini tidak bisa dipaksa untuk menuruti semua arahan. Dosen harus menemukan cara untuk
membuat mahasiswa suka dengan apa yang diajarkan. Disinilah pentingnya membangun komunikasi
cerdas dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang dapat menyesuaikan perkembangan peserta
didik. Dilain sisi kebutuhan dunia usaha dan industry sekarang ini beda dengan zaman dahulu. Dunia
Usaha dan Industri butuh sumber daya manusia yang mau berinovasi. Beberapa perusahaan dan industry
sudah menerapkan analisis pendidikan. Sebab, berdasarkan suatu penelitian, ada titik tertentu ketika
seseorang memiliki IPK tinggi, justru ada gap besar dengan kemampuannya di dunia kerja.
Mahasiswa kekinian sangat dipengaruhi teknologi internet dan digital multimedia, memiliki kebiasaan yang
cenderung ingin mendapatkan sesuatu lebih cepat, lebih spontan dan ingin mendapatkan feedback atau
respons segera. Demikian juga dalam dunia pendidikan, mahasiswa mengetahui informasi lebih cepat dari
teknologi yang mereka gunakan. Dosen akan kewalahan untuk merespon berbagai informasi baru yang
didapatkan generasi millenial ini dengan menggunakan teknologi. Hal seperti ini tidak dapat didiamkan,
dosen perlu merespon perubahan ini dengan lebih bijak. Ketika peserta didik millenial bertanya tidak mesti
harus jawaban diberikan saat itu, lebih baik mengajak diskusi dan menanyakan pendapat mereka.
Dosen jangan merasa menjadi sumber pengetahuan yang lebih tahu dari mahasiswa, pola diskusi yang
setara membuat mahasiswa milenial ini lebih nayaman, lebih bergaul dan berdiskusi. Dosen bukan lagi
satu satunya sebagai sumber pengetahuan, karena pengetahuan itu sudah bisa diakses dimana-mana.
Dalam hal belajar, peserta didik Millenial ini lebih memilih belajar dengan nyaman, keterbukaan pola pikir,
rasa empati yang tinggi. Ini yang harus direspon dosen sekarang ini. Karena itu lah, cara ajar untuk
mendidik mereka pun harus dibedakan. Peserta didik milenial tidak perlu lagi disuapi dengan pelajaran
teoritis. Mereka sudah pandai membaca dan punya wawasan yang luas. Satu hal yang memudahkan
adalah peserta didik milenial tak perlu lagi diperkenalkan dengan teknologi. Mereka hanya perlu diarahkan
agar ilmu yang sudah mereka miliki dari hasil pencarian sendiri itu mampu diterapkan dalam dunia nyata.
Di sisi lain, mereka juga cenderung kritis bertanya. "Anak milenial (bila) disuruh A akan bertanya, kenapa
mesti A? Kami harus punya penjelasan yang jelas dan konkret. Dosen harus banyak memberikan
pengertian pada anak didik. Dosen harus membiarkan mereka berpendapat dan bertanya sesuai dengan
pengetahuanya. Bila ada hal yang kurang tepat, pengajar harus membuka ruang diskusi.
Mahasiswa milenial perlu diberi penjelasan dan dibimbing melalui pendekatan komunikasi cerdas agar
mereka menyadari (bila) mencapai sesuatu (itu) haruslah bersama-sama, tidak hanya fokus untuk diri
sendiri. Disinilah pentingnya dosen menerapkan komunikasi cerdas dalam mengajar peserta didik milenial.
29. 29
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Ilmu pengetahuan dan “nilai” yang mereka dapatkan tidak hanya berguna saat masa-masa belajar,
melainkan juga untuk dunia kerja yang punya tuntutan untuk bekerja sama dengan orang lain.
Dosen harus bisa jadi pemicu. Misal saat mahasiswa bertanya, (coba) tanya balik. Berikan sumber
pencarian jawaban. Nanti mereka (mahasiswa) yang akan eksplor sendiri. Dengan demikian, generasi
milenial dapat semakin bergairah saat belajar dan menghasilkan ide baru. Masa-masa belajar pun harus
jadi produktif. Salah satu yang bisa memicu hal itu adalah saat ada tugas atau proyek pembelajaran
dimana mereka dapat terlibat langsung dengan kegiatan tersebut.
Menghadapi era revolusi industri 4.0 tentu bukan hal mudah. Sederet hal perlu dipersiapkan, misalnya saja
dengan merubah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang ada saat ini. Perguruan Tinggi,
dosen perlu merubah tiga hal dari sisi edukasi. Yang paling fundamental adalah mengubah sifat dan pola
pikir peserta didik. Selanjutnya, perguruan tinggi harus bisa mengasah dan mengembangkan bakat peserta
didik. Institusi pendidikan tinggi seharusnya mampu mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan zaman kiwari. Zaman kiwari adalah komunikasi, kolaborasi, dan networking.
Sistem Pendidikan tak hanya Menanamkan “Knowing” tetapi “Being”. Sistem pendidikan. Yang pertama
adalah sistem pendidikan yang hanya menjadikan peserta didik menjadi makhluk “knowing” atau sekadar
tahu saja. Sedangkan, yang kedua sistem pendidikan yang mencetak peserta didik menjadi mahluk
“being”.
Mahasiswa tumbuh hanya menjadi “makhluk knowing” atau hanya sekedar “mengetahui” saja tanpa
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehar-hari dalam semua aspek. Tak jarang membuat para peserta
didik stress, under pressure, dan akhirnya malas kuliah. Segala macam diajarkan dan banyak hal diujikan,
tetapi tak satu pun dari peserta didik yang menerapkannya setelah ujian. Ujiannya pun hanya sekadar
tahu, “knowing”. Padahal falsafah pendidikan telah mengajarkan pada kita bahwa kita tidak dapat
menguasai ilmu dan memanfaatkannya jika tidak ikut berenang, berkontemplasi, serta mencarinya dengan
kesungguhan. Atau makna lain, mencari ilmu mesti melewati proses atau perjalanan lahir batin.
Contoh sederhananya adalah budaya menyeberang di sembarang tempat bukan di Zebra Cross atau
membuah sampah sembarangan. Padahal, mereka telah mengetahui bahwa zebra cross adalah tanda
atau hak bagi seseorang yang akan menyeberang jalan. Namun faktanya, tidak semestinya.
Perumpamaan lain, kita tentu saja sejak di sekolah ditanamkan buang sampah pada tempatnya. Namun
Faktanya kini kita justru melihat di mana-mana sebagian mahasiswa kita justru buang sampah
sembarangan.
Kita jadi bertanya-tanya, apa yang salah dengan pendidikan kita? Masihkah kita akan tetap
mempertahankan metode-metode lama yang tak lagi relevan? Padahal, kini kita memasuki era revolusi
industri 4.0 yang sungguh berbeda dari era sebelumnya. Revolusi industri generasi ke 4 dicirikan dengan
berkembangnya Internet of Things yang diikuti dengan teknologi baru dalam data sciences, robotik, cloud,
financial technology, dan seterusnya yang telah mendisrupsi inovasi-inovasi sebelumnya.
Lantas, memasuki revolusi Industri 4.0, bagaimana mestinya membenahi sistem Pendidikan dan
pembelajaran kita agar tak hanya menanamkan “knowing” tetapi “being”. Disinilah pentingnya seorang
pengajar membudayakan komunikasi cerdas untuk menanamkan spirit Being bagi peserta didik. Guna
menyiapkan generasi muda yang berdaya saing yang sesuai dengan kebutuhan masa depan.
30. 30
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Guna membangkitkan potensi mahasiswa milenial yang terkenal dengan sebagai generasi inovatif dan
kreatif tersebut. Dosen harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi mahasiswa yang
diharapkan, mampu berprestasi dan mau berkontribusi dalam pengembangan dan penyebarluasan ilmu
pengetahuan.
Berikut teknik pendidikan dan pembelajaran membangkitkan potensi peserta didik millennial. (Bersumber
dari buku Lead Or Leave It).
Pertama adalah, bangkitkan mereka dengan cara encouraging ideas atau mendorong mereka
menyampaikan ide-ide kreatif dan inovatif-nya. Generasi milenial sangat loyal terhadap kepentingan
mereka, jadi jika anda sanggup bersinergi dengan Kepentingan mereka, maka percayalah mereka akan
stay and stand strong. Ini terbukti secara efektif akan meningkatkan motivasi, karena mereka merasa
sangat dihargai dan sangat dilibatkan. Bagaimanapun, rapuhnya generasi Z ini, keunggulan mereka
dibanding dengan Generasi Y dan X, adalah mereka sangat cepat dan tepat menemukan cara-cara baru
untuk menyelesaikan tugas mereka.
Kedua, berikan sentuhan modifying ideas atau Modifikasi Ide-ide mereka, mengapa? Meskipun generasi
millenial ini sangat kreatif dan inovatif, jelas tidak semua ide-ide mereka applicable atau bisa dilaksanakan.
Dengan kata lain ada kalanya ide mereka belum realistis dan belum tentu cocok dengan kondisi saat ini.
Cara ini sangat penting, karena seburuk apapun ide yang disampaikan, jangan dibuang semuanya dan
jangan pula dihinakan. Jika Anda memaksakan diri membuang ide-ide mereka tentu perbuatan anda ini
sangat kontraproduktif dan menghancurkan motivasi mereka, sebab pada cara pertama kita mendorong
ide. Namun sayangnya pada cara kedua kita kerap mematikan ide tersebut hanya gara-gara ide tersebut
kurang realistis atau kurang pas.
Ketiga adalah providing feedback atau menghadirkan umpan balik bagi mereka, cambukan ini begitu
berdaya guna memastikan para generasi muda ini terus membara dengan motivasinya yang tinggi,
sehingga mereka akan mulai mengaum kembali. Providing feedback akan memampukan generasi Z yang
Anda pimpin belajar memahami siapa dirinya, termasuk kekuatan dan kelemahan mereka, dengan tetap
menjaga harkat dan derajat mereka. Cara ini sangat bermanfaat unutk menggantikan teguran, cacian atau
bahkan amarah yang selama ini digunakan oleh Generasi X dan Y, jika menemukan para milinial itu tidak
becus melaksanakan tugas.
Keempat adalah give alternative and limited direction. Artinya, beri mereka alternatif dan arahan atau
perintah yang terbatas. Cara ini bisa digunakan jika ketiga cambukan di atas ternyata belum mampu
membangkitkan semangat atau dengan kata lain mereka masih saja lunglai dan mengembik. Untuk
melaksanakan cambukan keempat ini kita selaku pengajar harus sedikit bersabar, berikan kesempatan
mereka berpikir saat kita libatkan dengan ketiga cara di atas, dan jika sampai batas waktu yang diberikan
mereka tetap bungkam, maka saatnya kita beri mereka alternative agar mereka mulai belajar berpikir.
Karena beradasarkan kenyataan, ada beberapa Generasi Z walaupun jumlahnya tidak terlalu besar
memang miskin ide dibandingkan dengan teman sebayanya.
Oleh sebab itu dengan anda memberikan alternative dan arahan yang terbatas, maka ini akan mampu
memicu daya kreatifitas serta inovasi mereka. Arahan yang terbatas akan mencegah mereka menjadi
manja alias mengembik, justru sebaliknya arahan yang terbatas ini akan mulai membuat mereka mampu
menunjukkan kemampuan terbaiknya.
31. 31
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
Peneliti dari Dalton State College, Christy Price, EdD mencoba untuk memetakan seperti apa karakteristik
pembelajar dari generasi milennials. Penelitian ini diperkuat oleh Price, yang mencoba melakukan analisis
kualitatif dari ratusan pembelajar generasi milennials untuk menemukan karakeristik umumnya.
Berdasarkan hasil penelitiannya, ditemukan ada 5 teknik untuk membuat dosen lebih berhasil dalam
memberikan pelajaran kepada generasi milennials. Berikut tekniknya :
a. Research – Based Methods: Satu hal yang pasti, teknik lecture konvensional sudah sulit menarik
minat milennials. Sebagai generasi multimedia, mereka lebih suka diberikan multimedia,
kesempatan kolaborasi, dan kemampuan mencari serta merangkum informasi sendiri. Di sinilah
kemudian tugas dosen lebih ke arah menjadi fasilitator untuk „meluruskan‟ jika ada sesuatu yang
salah dipahami mahasiswa untuk mencegah terjadinya sesat pikir. Memberikan „tantangan‟ kepada
mahasiswa untuk memecahkan sebuah masalah. Dosen memberikan tugas untuk mereka
melakukan eksplorasi. Di sinilah letak peran dosen, yaitu sebagai pemberi klarifikasi dan
mencegah mahasiswa untuk tidak sesat pikir atau salah logika dalam mengambil sebuah
kesimpulan dari proses belajar. Hasil penelitian mereka di presentasikan.
b. Relevance: Generasi Milennials adalah generasi yang menghargai sebuah informasi karena
„relevan‟ dengan kehidupan mereka. Maka di sini peran dosen adalah „menyortir‟ materi – materi
yang ada di buku, mana yang relevan dan akan banyak digunakan dalam kehidupan mahasiswa
dan mana yang tidak. Sudah bukan zamannya lagi seorang dosen „menyuapi‟ seluruh materi yang
ada di buku, tanpa mahasiswa tahu apa manfaatnya untuk mereka.
Hal – hal praktis dilakukan dosen untuk dapat terus membuat materi relevan adalah
menghubungkan konsep materi dengan kasus – kasus terkini yang relevan. Misalnya matakuliah
ilmu ekonomi, mereka disodori dengan pertanyaan, “apa sih makna dari “made in Indonesia” atau
“made in China”?” Pertanyaan itu adalah pembuka kesadaran mengapa mereka perlu belajar
tentang international trade, atau perdagangan internasional. Mereka pun menjadi mudah ingat
konsepnya karena “Made in China” itu hampir selalu melekat pada setiap barang yang dimiliki
mahasiswa. Termasuk kita juga, dosen – dosennya.
c. Rationale: Tidak seperti generasi sebelumnya yang dididik dengan pola otoriter, para generasi
milenial ini banyak yang dibesarkan dengan pola – pola demokratis oleh orang tua atau lingkungan
mereka. Sehingga, generasi milenial ini akan cenderung respek kalau tugas atau kebijakan yang
diterapkan rasional.
Kita sering mendapati hal ini ada benarnya, ketika banyak mahasiswa saya yang mengeluhkan
ada dosen yang memberikan tugas yang kurang make sense. Misalnya adalah menerjemahkan
buku teks. Hal yang mereka tanyakan adalah : apa esensinya menerjemahkan buku teks?
Beberapa dari mereka masih bisa menerima jika merangkum, tapi kalau menerjemahkan itu tidak
rasional.
Sebenarnya hal- hal seperti ini dapat dihindari apabila kita sebagai dosen mengkomunikasikannya
secara cerdas apa esensi atau rasionalitas dalam memberikan tugas atau menerapkan kebijakan
kelas. Dosen dalam memberikan tugas kepada mahasiswa, harus selalu berikan pemahaman
terkait manfaatnya untuk mereka dan akhirnya mereka akan respek dengan tugas diberikan dan
hal yang dilakukan di kelas itu rasional.
32. 32
KomunikasiCerdas:SebuahKebutuhanPrimerPendidikanKekinian
d. Relaxed: Berdasarkan hasil penelitian, milenial lebih senang berinteraksi dalam kondisi belajar
yang kurang formal atau lebih santai. Makanya dalam beberapa, komunikasi efektif dan cerdas
seorang dosen dalam pembelajaran akan dapat mencairkan kekuan dan rasa kebosanan
mahasiswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Untuk beberapa dosen lain, mungkin itu
menjadi sebuah masalah. Tapi selama dosen bisa membuat mereka rileks dan bisa terbuka, maka
proses belajar akan jadi lebih baik. Namun tetap menerapkan batas – batas tertentu, apalagi
dalam etika orang timur. Jika sudah melewati batas, maka mahasiswa akan mendapat teguran
tegas.
e. Rapport: Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa milenial ini bersifat relasional. Milenial mungkin
bukan orang yang banyak teman dekat, tetapi sekalinya dekat mereka bisa sangat loyal. MIsalnya
dengan mengingat nama, menanyakan kabar, atau mendengarkan mahasiswa curhat. Hasilnya,
mereka cenderung untuk respek, terbuka, dan berminat belajar tinggi jika memiliki kedekatan
personal dengan dosennya. Hal tersebut adalah salah bahan untuk membangun kualitas relasi
antara dosen dengan mahasiswa. Hasilnya berdampak pada kualitas pembelajaran jauh lebih
meningkat.
Kadang hal yang paling sulit adalah membangun rapport, karena umumnya dosen tidak mengingat satu
persatu nama mahasiswanya karena banyaknya mahasiswa membuat dosen kesulitan mengingat nama,
dan hal tersebut menghambat juga membangun kedekatan emosional dengan mereka.
Namun intinya, semata – mata kita kembalikan ke tujuan awal bahwa komunikasi cerdas merupakan
kebutuhan utama dalam pendidikan dan pembelajaran kekinian. Tujuan kita sebagai dosen adalah
menyebarluaskan ilmu pengetahuan sekaligus mentransformasikan “NILAI” kepada anak didik untuk bekal
mereka dalam menghadapi perubahan dan perkembangan zaman. Tentu agar peserta didik kita mencapai
learning outcome yang diharapkan.
Karakteristik mahasiswa milenial cukup berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hasil
penelitian menunjukkan, ceramah konvensional sudah sangat tidak efektif dan teknik tersebut diatas
adalah cara yang dianjurkan untuk membantu peserta didik mencapai target belajar mereka.
Menyesuaikan dengan kondisi milenial juga bukan berarti hanya dosen yang menyesuaikan, namun
mahasiswanya juga. Karena banyak dosen yang mengeluh, “kok generasi sekarang begini sih?” namun
dosen tersebut tidak melakukan perubahan apapun.
Materi yang diajarkan, tugas yang diberikan, dan cara mengajarnya itu-itu saja, padahal dunia sudah
berubah. Mahasiswa terus disalahkan, padahal memang pola pendidikan sudah berbeda. Mahasiswa juga
harus ikut menyesuaikan perkembangan yang ada. Attitude merupakan hal yang lebih penting daripada
ilmu yang di miliki. Banyak ilmu tapi tidak memiliki attitude, di manapun kita berada akan sulit diterima.
Namun, jauh lebih baik jika dosen dan mahasiswa memiliki ilmu dan attitiude di atas rata-rata.
Mendidik mahasiswa di masa sekarang harus selaras dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang
menyesuaikan kebutuhan dan tuntutan zaman. Beberapa hal yang harus saling menyesuaikan :
Pertama, yakni Mahasiswanya , Generasi millennial itu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan.
Kalau tidak suka, mereka tidak mau melaksanakan. Begitu juga bila di kelas. Kalau mereka tidak suka atau
terlalu banyak teori akhirnya malas, oleh sebab itu, bahwa pendidik atau dosen harus mampu
menyesuaikan sifat para mahasiswanya, mahasiswa saat ini tidak bisa dipaksa untuk menuruti semua