Artikel ini menganalisis peran komunikasi antar pribadi dalam proses komunikasi antara mahasiswa. Ia menjelaskan bagaimana komunikasi antar pribadi antara dua mahasiswa gagal karena ketidakcocokan karakter dan kurangnya penyesuaian dalam ajakan bertemu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebab kegagalan komunikasi antar pribadi antara teman baru.
1. 1
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA PROSES KOMUNIKASI
ANTAR MAHASISWA
Muhammad Argya Putra1
, Syifa Nurmaida2
, Qidam Akhmad Zuliyadi3
, dan Novalia Agung W.
Ardhoyo4
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Fakultas Ilmu Komuniakasi, Jakarta
e-mail : argya209@gmail.com
Abstract
This article describes the role of interpersonal communication on the communication process in the campus world in a
friendship environment. Humans are said to be social creatures, namely creatures who in their lives cannot escape the
influence of other humans, therefore humans need communication. Communication is the process of delivering messages
or interactions from the sender to the recipient and in the communication process there is an obstacle, it can be seen that
communication is not easy. As for several forms of communication, one of which is interpersonal communication that can
occur in a friendship environment. Interpersonal communication is communication between people face-to-face, which
allows each participant to capture each participant directly capture the reactions of others. The focus of this research is
to identify several issues that cause the failure of interpersonal communication between a new friends. The author uses a
descriptive qualitative approach. The author uses data collection techniques that include observation, interviews,
documentation.
Keywords : Communication, Interpersonal Communication, Human, Social Beings
Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang peranan komunikasi antar pribadi terhadap proses komunikasi pada dunia kampus dalam
lingkungan pertemanan. Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan
diri dari pengaruh manusia lain, maka dari itu manusia membutuhkan komunikasi. Komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan atau interaksi dari pengirim kepada penerima dan di dalam proses komunikasi tersebut terdapat
sebuah hambatan, dapat dilihat bahwa komunikasi itu tidak mudah. Adapun beberpa bentuk komunikasi,salah satunya
yaitu komunikasi antar pribadi yang bisa terjadi dalam lingkungan pertemanan. Komunikasi antar pribadi merupakan
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi beberapa isu
yang menjadi penyebab gagalnya komunikasi antar pribadi antara teman baru. Penulis menggunakan pendekatan
kualitatif secara deskriptif. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara,
dokumentasi.
Kata Kunci : Komunikasi, Komunikasi Antar Pribadi, Manusia, Makhluk Sosial
PENDAHULUAN
Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu
makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Manusia dikatakan mahluk sosial, juga
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan
untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk
hidup berkelompok dengan orang lain.
Seringkali didasari oleh kesamaan ciri atau
kepentingan masing – masing dijelaskan dalam
jurnal (Ratna Puspitasari, 2017). Dalam
hubungan sosial antar umat manusia secara
umum, manusia memerlukan komunikasi
untuk menjembatani maksud antar pihak.
Komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan atau interaksi dari
pengirim kepada penerima (Deddy Mulyana,
2015). Oleh karena itu komunikasi harus ada
hubungan timbal balik (feedback) antara
komunikator dan komunikan. Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya perihal
pentingnya komunikasi sebagai aspek yang
fundamental. Komunikasi memiliki cukup
banyak bentuknya, salah satunya adalah
komunikasi antar pribadi. Deddy Mulyana
(2008:81) bahwa komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antara orang – orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun nonverbal, yang
dikutip dari jurnal (Baraney Nicolas Londa,
2. 2
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
Senduk, dan Boham, 2014). Kendati demikian,
tidak selalu komunikasi berlangsung secara
baik dan lancar. Dalam proses komunikasi
terdapat noise atau hambatan yang
menyebabkan komunikasi tidak berjalan
sebagaimana mestinya, maka dari itu dapat
dilihat bahwa komunikasi itu tidak mudah.
Sebagai contoh terjadinya hambatan
komunikasi, sering kali terjadi di awal
pertemanan, yang dimana terjadinya konflik
kesalahpahaman dan perbedaan pendapat
dalam membahas hal – hal tertentu, seperti
‘nongkrong’. Hal ini bisa terjadi salah satunya
karena ada perbedaan cara pandang dalam hal
tersebut. Dengan menyadari aspek demikian,
sudah sangat wajar bilamana komunikasi
diperhatikan dari segala aspek dalam rangka
efisiensi komunikasi.
Untuk membedah sebuah isu
komunikasi, maka perlu digunakannya teori
komunikasi yang relevan. Dalam hal ini, kami
menggunakan teori yang paling tersohor,
“Teori Komunikasi” Oleh Lasswell. 5W + 1H
yang dikutip dari jurnal (Y Meikawati, 2018),
kami gunakan karena di dalamnya terdapat
aspek yang penting sekaligus efektif dalam
membeberkan aspek – aspek yang terdapat
pada isu yang kami angkat. What sebagai
‘apa’, Who sebagai ‘siapa’, When sebagai
‘kapan’, Where sebagai ‘dimana’, Why sebagai
‘mengapa’, dan How sebagai ‘bagaimana’.
Fenomena dan isu komunikasi di atas
masuk ke dalam komunikasi antar pribadi,
menurut Judy C. Pearson (1983) menjelaskan
ada enam karakteristik komunikasi antar
pribadi dan masuk ke dalam fenomena
tersebut, yang dikutip dari media massa
Kompas.com yang diterbitkan pada tahun
(2022), yaitu : yang pertama, komunikasi antar
pribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Pada
kasus ini Syifa menjelaskan bahwa dia
memiliki tujuan untuk mengenal teman baru,
yang kedua komunikasi antar pribadi
mencakup aspek – aspek isi pesan dan
hubungan antar pribadi. Pada kasus ini Syifa
bertukar informasi kepada Mougy bahwa dia
akan mengajak ‘nongkrong’ Mougy pada hari
libur kuliah nanti, yang ketiga komunikasi
antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan
fisik antara pihak – pihak yang berkomunikasi.
Pada kasus ini Syifa berbicara langsung
dengan Mougy pada saat di kelas untuk
mengajaknya ‘nongkrong’, keempat
komunikasi antar pribadi bersifat
transaksional. Pada kasus ini Syifa dan Mougy
saling bertukar pendapat mengenai hal
‘nongkrong’, yang kelima komunikasi antar
pribadi melibatkan pihak – pihak yang saling
tergantung satu dengan lainnya. Pada kasus ini
Syifa bergantung pada ketertarikan Mougy
dalam hal ‘nongkrong’ dan Mougy bergantung
kepada Syifa untuk bisa memahami keadaan
dirinya, yang keenam komunikasi antar pribadi
tidak dapat diubah maupun diulang. Kasus ini
tidak dapat diulang antara Mougy dan Syifa
karena dari kasus ini mereka sudah bisa
memahami karakter dari masing – masing
individu.
Dalam komunikasi antar pribadi terdapat
teori komunikasi yang sangat banyak. Selain
teori komunikasi antar pribadi 5W + 1H,
penulis juga menggunakan teori komunikasi
antar pribadi lainnya. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu, teori penetrasi sosial
dan teori disonansi kognitif.
Menurut Griffin (2018), menjelaskan
bahwa teori penetrasi sosial adalah proses
pengembangan keintiman yang lebih dalam
dengan orang lain melalui saling keterbukaan
dan merupakan bentuk lain dari keterbukaan
terhadap yang lainnya, yang dikutip dari jurnal
(Anggi Aldila S, Rahmadhany, dan Irwansyah,
2021). Menurut Taylor and Altman (1975)
menjelaskan bahwa, Teori penetrasi sosial ini
juga disebut dengan teori bawang, dimana
setiap lapisannya menggambarkan waktu dan
tingkat kedalaman/keintiman. Diilustrasikan
bahwa sebuah bawang yang memiliki banyak
lapisan sebagai struktur kepribadian
seseorang. Lapisan paling luar sebuah bawang
jika dikupas maka akan ditemukan lapisan lain
di dalamnya dan begitu seterusnya. Lapisan
terluar kepribadian tersebut mencakup
segudang detail dari seseorang dapat diakses
oleh publik yang melihat,. yang dikutip dari
jurnal (Anggi Aldila S, Rahmadhany, dan
Irwansyah, 2021).
Dalam buku Theories of Human
Communication yang ditulis oleh Littlejohn et
al. (2017), Leon Festinger (1951) menjelskan
bahawa, konsep teori disonansi kognitif terdiri
dari dua hal, yaitu kognitif dan disonansi.
Maksud dari kognitif adalah elemen kognitif
yang terdiri sikap, persepsi, pengetahuan, dan
3. 3
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
keyakinan. Sementara itu, disonansi
maksudnya adalah konflik atau inkonsistensi
atau tidak konsisten. Gagasan dari teori ini
adalah setiap orang memiliki atau membawa
elemen kognitif, di mana setiap elemen tidak
terisolasi, melainkan berhubungan satu sama
lain. Hubungan yang terjadi dibagi menjadi
tiga, antara lain : Pertama, hubungan yang
tidak relevan. Kedua, hubungan yang relevan
dan saling memperkuat atau konsisten
(konsonan), dan yang ketiga, hubungan yang
relevan dan saling bertabrakan atau tidak
konsisten (disonan). Menurut Leon Festinger
(1951), ketika seseorang memiliki dua elemen
kognitif yang berhubungan atau relevan tetapi
tidak konsisten maka akan terjadi disonansi
atau ketidaknyamanan, yang dikutip dari jurnal
(Alexandra Tatgyana Suatan dan Irwansyah,
2021).
Menurut Littlejohn et al. (2017), yang
menjadi asumsi dasar teori disonansi kognitif
adalah proses komunikasi yang terjadi dalam
kehidupan seseorang membawa berbagai
elemen kognitif yang saling berhubungan.
Ketika dua elemen kognitif yang relevan
mengalami ketidak konsistenan, maka akan
terjadi disonansi atau rasa tidak nyaman.
Ketidak konsistenan ini memotivasi seseorang
untuk mengatasi disonansi yang terjadi dengan
mengubah atau menyesuaikan beberapa bagian
dari sistem kognitif, dikutip dari jurnal
(Alexandra Tatgyana Suatan dan Irwansyah,
2021).
Tujuan dari riset yang sudah dilakukan
adalah mengidentifikasi beberapa isu yang
menjadi penyebab gagalnya komunikasi antar
pribadi antara teman baru. Dari sisi
komunikator, gagalnya komunikator
mengimbangi karakter dari komunikan.
Ditambah, komunikator juga tergesa – gesa
dalam mengajukan ajakan serta tidak
menggunakan diksi yang tepat yang
menyebabkan pesan tidak tersampaikan dan
diterima dengan baik oleh komunikan.
Sementara dari aspek komunikan dan efek,
penerimaan citra yang buruk oleh komunikator
terhadap komunikan menyebabkan penolakan
atas ajakan komunikator.
METODE PENELITIAN
Pada metodologi penelitian untuk kasus
ini penulis menggunakan paradigma post
positivist yang dijelaskan bahwa paradigma
post positivist adalah pendapat yang
menjelaskan bahwa manusia tidak mungkin
mendapatkan kebenaran dari realitas apabila
peneliti membuat jarak dengan realitas atau
tidak terlibat secara langsung dengan realitas,
(Ria Wijayaningsih & Khusnul Mufaidah,
2012). Pada penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan kualitatif. Dikutip
dari jurnal (Ngazis R, 2016) Pendekatan
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
– kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan
perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moelong,
2006). Metode pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : (1) Metode wawancara, dikutip dari
jurnal (Ngazis R, 2016) wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam topik (Esterberg, 2002), dimana penulis
mewawancarai dua narasumber. Narasumber
yang pertama yaitu Syifa sebagai komunikator
dan Narasumber kedua yaitu Mougy sebagai
komunikan. (2) Metode Observasi, Nasution
(1977) menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar ilmu pengetahuan, metode observasi ini
dilakukan dengan cara pengamatan langsung
di lapangan terhadap objek yang dituju
kemudian hasilnya dituangkan dalam sebuah
tulisan, dikutip dari jurnal (Ngazis R, 2016).
(3) Metode dokumentasi karya, merupakan
sumber data yang digunakan untuk melengkapi
penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,
gambar (foto), dan karya – karya monumental,
yang semuanya itu memberikan informasi bagi
proses penelitian dikutip dari jurnal (Natalina
Nilamsari, 2014).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
tujuan dari riset yang sudah dilakukan adalah
mengidentifikasi beberapa isu yang menjadi
penyebab gagalnya komunikasi antar pribadi
antara teman baru. Peneliti menetapkan tempat
penelitian tersebut di Universitas Prof. Dr.
Moestopo (B). Dalam riset ini peneliti
mengambil data dari 1 mahasiswa dan 1
mahasiswi dari Universitas Prof. Dr. Moestopo
(B).
4. 4
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
Pengambilan data dalam penelitian ini
dengan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Metode observasi digunakan
untuk mengumpulkan data dan mengetahui
bagaimana peranan komunikasi antar pribadi
terhaap proses komunikasi pada mahasiswa
dan mahasiswi Universitas Prof. Dr. Moestopo
(B) dalam lingkungan pertemenanan tersebut
apakah sudah berperan dengan semestinya atau
belum. Untuk metode wawancara sendiri
digunakan untuk mengetahui lebih dalam
tentang konflik yang terjadi antara kedua belah
pihak tersebut. Dan untuk metode yang
terakhir yaitu metode dokumentasi digunakan
sebagai bukti bahwa penelitian ini sudah
berjalan dengan baik dan sebagi pelengkap
data – data yang sudah ada.
Analisis Model Lasswell
Model komunikasi sebenarnya cukup
banyak modelnya. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan model komunikasi yang
cukup terkenal. Salah satu model yang cukup
terkenal adalah model Lasswell. Karena model
ini sederhana dan mudah dimengerti. Menurut
Lasswell komunikasi akan berjalan dengan
baik apabila melalui lima tahap. Dijelaskan
dalam jurnal (Dani K, 2018), kelima tahap itu
adalah : Who : Siapa orang yang
menyampaikan komunikasi (komunikator).
Says What : Apa pesan yang disampaikan. In
Which Channel : Saluran atau media apa yang
digunakan untuk menyampaikan pesan
komunikasi. To Whom : Siapa penerima pesan
komunikasi (komunikan). With what Effect :
Perubahan apa yang terjadi ketika komunikan
menerima pesan komunikasi yang telah
tersampaikan. Berikut adalah pembedahan
analisis masalah per-aspek yang didapati pada
penelitian kali ini.
Pada aspek who di sini Syifa sebagai
komunikator memposisikan diri sebagai pihak
yang lebih berkuasa atau berotoritas dalam
mengutarakan ajakannya dengan gaya ‘sok
asik’. Syifa beranggapan bahwasanya
pendekatan dan pesan yang diutarakan
sangatlah cocok seakan mereka sudah saling
dekat. Hal tersebut menyebabkan Mougy
sebagai komunikan diposisikan menjadi pihak
yang dibawahnya.
Pada aspek says what di sini pesan dari
sisi verbal dan nonverbal saling mendukung
mengarahkan pada tendensi yang negatif
dengan pemilihan kata yang ‘ngegas’. Konteks
yang sangat sempit dan singkat mengerucut
pada kesan sombong dan sembrono pada gaya
komunikasi yang digunakan. Gestures yang
digunakan berupa ‘ngatur’ atau bossy yang
menyebabkan pihak komunikan enggan untuk
menerima ajakan tersebut.
Pada aspek selanjutnya yaitu in which
channel. Dalam aspek ini pertemuan tatap
muka menjadi sarana yang sangat efektif dan
dapat mewakili segala hal yang mampu
memaksimalkan pesan secara total. Fatalnya,
Syifa menyampaikan pesan dengan tanpa
memperhatikan rambu – rambu dan norma –
norma yang mengakibatkan penolakan atas
ajakannya. Dengan pengutaraan yang
demikian, Syifa telah kehilangan kesempatan
terbaiknya dari sisi saluran komunikasi dalam
mewujudkan tujuan komunikasi yang Syifa
usahakan.
Pada aspek to whom di sini, dengan
barunya mereka berkenalan, hal ini
menimbulkan batas – batas atau jarak yang
masih sangat jauh dalam memahami maksud
antar pihak yang berkomunikasi. Syifa sebagai
komunikator tidak mendudukan pesannya
pada ranah netral dan cenderung melontarkan
dengan pendekatan ‘pinggir jurang’. Dapat
sangat dengan mudah komunikan yaitu Mougy
menanggapi dan menyimpulkan sebagai usaha
yang agresif dan kasar.
Pada aspek yang terakhir yaitu with what
effect di sini, dengan adanya pendekatan yang
demikian telah dijelaskan diatas, efek yang
ditimbulkan adalah penolakan serta kesan yang
terlampau buruk dari komunikator terhadap
komunikan. Hal ini bukan hanya berdampak
pada konteks “ajakan nongkrong”, melainkan
dapat menciptakan efek domino dengan
enggannya komunikan berkenalan lebih lanjut
terhadap komunikator setelah insiden yang
telah terjadi. Citra buruk telah kadung melekat
pada diri Syifa dimata Mougy yang
menganggapnya sebagai pihak yang ‘sok asik’.
Analisis Nilai
Aspek yang penulis amati dan dapati dari
penulisan kali ini cukup banyak dan begitu
kompleks, bahkan bilamana hanya
menggunakan pendekatan Lasswell. Dari isu
yang dihadapi kali ini, dapat dibedah menjadi
5. 5
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
begitu banyak sudut yang bisa menjadi bahan
perhatian sebagai aspek yang bisa
menyebabkan gagalnya proses dan maksud
komunikasi yang diharapkan. Utamanya, dari
sekian banyak aspek diatas menghasilkan
pengerucutan atau aspek terbesar yang dapat
diamati untuk dianalisis adalah aspek “Norma”
dan “Moral dan Etika”. Berikut ini adalah
penjelasan dari kedua aspek pokok tersebut.
Analisis Norma
Dalam analisis norma pada penelitian
ini, penulis melihat bahwa terdapat ada norma
kesopanan di dalamnya. Dijelaskan dalam
jurnal (Nova Febriana S, 2018) Norma
kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat
tentang tingkah laku yang baik dan tidak baik,
patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku
dalam suatu lingkungan masyarakat atau
komunitas tertentu. Norma ini biasanya
bersumber dari adat istiadat, budaya atau nilai
– nilai masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang telah dilakukan oleh penulis
dengan Syifa sebagai komunikator dan Mougy
sebagai komunikan. Dalam wawancara
tersebut Syifa memiliki pandangan terkait hal
“nongkrong”. Syifa menanggapi hal tersebut
dengan nada yang tinggi dan ‘nyolot’,
“Nongkrong itu suatu hal yang wajar dalam
dunia perkuliahan, apalagi dalam suatu
pergaulan. Dengan adanya kita main bareng
atau nongkrong, kita bisa lebih dekat dan
mengenal satu sama lain.” Berbeda dengan
Mougy yang memiliki pandangan bahwa
‘nongkrong’ tidak terlalu penting dalam proses
mengenal orang lain dalam dunia perkuliahan.
Mougy berpendapat, “Nongkrong itu gak
terlalu penting dalam proses pengenalan di
dunia perkuliahan. Banyak cara lain untuk kita
mengenal orang lain seperti, mengajak ngobrol
di dalam kelas, melakukan diskusi dan
melakukan hal positif seperti belajar bareng.
Kita juga bisa memanfaatkan waktu luang
dengan mengerjakan hal lain yang lebih
bermanfaat menurut gue.”
Dapat disimpulkan dari hasil observasi
dan wawancara yang sudah dilakukan, bahwa
Syifa cenderung memiliki sikap yang kurang
sopan dan memaksakan kehendak orang lain
ketika berkomunikasi dan dalam hal
pergaulan, terutama ajakan untuk ‘nongkrong’.
Hal tersebut mengakibatkan Mougy kurang
sependapat dengan Syifa dan tidak nyaman
dengan ajakan ‘nongkrong’ tersebut. Hal ini
dapat dilihat bahwa Syifa sudah melanggar
norma kesopanan dalam hal berkomunikasi
dengan orang yang baru Syifa kenal.
Analisis Moral Dan Etika
Dalam bahasa Indonesia moral diartikan
dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai
dengan ide – ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang patut dan wajar (Ilham Hudi, 2017).
Kemudian, adapun pengertian dari etika yang
dijelaskan dalam jurnal (Afna Fitria Sari,
2020) pengertian etika memaksudkan
penjelasan yang lebih luas dan mendalam
daripada definisi. Terminologi “etika” secara
etimologis berasal dari Yunani, “ethos”,
yang berarti “custom” atau kebiasaan yang
berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku
manusia, juga dapat berarti “karakter” manusia
(keseluruhan cetusan perilaku manusia dalam
perbuatannya). Ethos memiliki makna “an
action that is one’s own”, atau suatu
tindakan yang dilakukan seseorang dan
menjadi miliknya. Makna “ethos” semacam
ini juga dimiliki oleh kata Latin, “mores”, yang
darinya kata “moral” diturunkan. Dengan
demikian “ethical” dan “moral” bersinonim.
Etika adalah filsafat moral.
Tinjauan yang dapat dilihat dari sisi
moral dan etika berdasarkan hasil observasi,
serta wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis dengan Syifa sebagai komunikator dan
Mougy sebagai komunikan adalah
komunikator cenderung ‘terlalu PD’ akan
metode komunikasi, baik secara verbal
maupun nonverbal dalam mempersuasikan
pesan pada komunikan. Hal tersebut terlihat
jelas ketika komunikan diwawancarai terkait
hal demikian, komunikan merasa tidak
nyaman hingga mempersepsikan negatif atas
sikap komunikator. Mougy pun
menambahkan, “menurut gue, cara kenalan
enggak harus nongkrong, karena sebenarnya
masih banyak hal yang bisa kita lakuin.”
Dapat penulis simpulkan bahwa pada
penelitian kali ini, bahwa Syifa sebagai
komunikator berlaku keliru dari aspek verbal
dan nonverbal. Pada aspek verbal, pemilihan
kata yang digunakan bertendensi kurang sopan
6. 6
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
(terlebih pada pihak lain yang belum begitu
dekat), sedangkan pada aspek nonverbal,
gestur dan pola bicara yang digunakan
memposisikan komunikator sebagai pihak
yang lebih tinggi (otoriter). Hal tersebut
mengakibatkan Mougy menerjemahkan sikap
yang digunakan Syifa sebagai sikap yang
negatif dan melanggar etika, sehingga Mougy
tidak menerima ajakan Syifa untuk
‘nongkrong’.
Analisis Teori Penetrasi Sosial
Pada penjelasan sebelumnya, teori ini
menjelaskan bagaimana komunikasi terjalin
dari masing-masing personal selayaknya
sebuah bawang. ada lapisan terluar, hingga
lapisan inti (terdalam). Lapisan luar
menggambarkan citra umum seseorang yang
publik dapat menangkapnya secara jelas untuk
dieksplorasi. Sementara lapisan terdalam
bagaimana seorang pribadi tersebut adanya.
Tepat bilamana teori ini dijadikan pendekatan
atau tinjauan pengamatan dalam isu yang
tengah diteliti kali ini.
Secara mudah, ketika Syifa sebagai
Komunikator mengutarakan maksud pada
Mougy sebagai komunikan untuk
menyampaikan ajakannya untuk “nongkrong”,
mereka masih berada pada lapisan terluar dari
‘kulit bawang’. Namun, Syifa sebagai
komunikator merasa, sekaligus juga bersikap
selayaknya telah mencapai lapisan yang lebih
intim atau bahkan intim. Pendekatan
tersebutlah yang menjadikan ketidak-cocokan
akan kondisi dengan pendekatan yang
digunakan Syifa sebagai komunikator dalam
menyampaikan maksud kepada Mougy
sebagai komunikan hingga tidak tercapai
maksud Komunikator secara sempurna.
Dengan demikian, teori ini menjadi
acuan dalam mengkoreksi soal bagaimana
seharusnya komunikator menempatkan peran
dan pesan dalam berkomunikasi. Dalam hal
ini, komunikator salah memposisikan diri
dalam mempersuasi. Hal ini mengakibatkan
gagal tercapainya tujuan dari berkomunikasi.
Analisis Teori Disonansi Kognitif
Disonansi (dan) Kognitif terbagi
menjadi bagaimana ketidak-sesuaian
(disonansi) dan pengetahuan, pengilhaman,
keyakinan dan yang semisal dengannya
(kognitif). Pada kasus kali ini, terjadi disonansi
kognitif pada diri Mougy sebagai komunikan
saat menerima pesan dari Syifa sebagai
komunikator. Disonansi terjadi pada saat Syifa
sebagai komunikator memaksudkan ajakan
‘ramah’ untuk mendekatkan antar pribadi,
namun dalam tendensi yang arogan.
Dalam isu yang diangkat kali ini,
konteks ‘ramah’ yang dimaksudkan oleh
Komunikator dan berusaha memaksudkannya,
gagal terealisasi lantaran ketidak cocokan
antara penyampaian pesan dengan pendekatan
yang cenderung arogan hingga ditangkap
sebagai bentuk ajakan yang tidak nyaman dan
berakibat pada penolakan atas hasil
kesimpulan dari adanya disonansi dan kognitif
pada diri Komunikan.
Adanya ketidak singkronan antara
kognitif dengan stimulus yang dilakukan,
menyebabkan terjadinya distorsi antara apa
yang ditangkap dengan apa yang dipersepsikan
oleh komunikan. Komunikan beranggapan
bahwa ajakan yang sejatinya dalam bentuk
‘halus’, malah diutarakan secara arogan. Hal
ini mengakibatkan adanya ketidak cocokan
dari sisi kognitif dengan apa yang terjadi.
KESIMPULAN
Diatas, penulis menguraikan dari
berbagai analisis tersebut bahwasanya isu yang
diangkat dalam ranah komunikasi antar pribadi
dapat menuai berbagai sudut pandang dan sisi
kesalahan yang ada pada isu tersebut. Dengan
pendekatan berbagai analisis nilai dan teori,
mengungkapkan sisi mana saja yang menjadi
permasalahan yang timbul pada isu ini. Mulai
dari sisi komunikator sampai kepada sisi
komunikan.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan
analisis, penulis memperoleh kesimpulan dari
penelitian Peranan Komunikasi Antar Pribadi
Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan tentang
bagaimana penerapan etika berkomunikasi
dalam komunikasi tatap muka antar pribadi.
Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa
perlu dan penting bagi Komunikator untuk
terus melakukan dan menerapkan etika
berkomunikasi ini dalam berkomunikasi
dengan lawan bicara. Dari hasil penelitian ini
juga dijelaskan bahwa ada beberapa penyebab
7. 7
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
dari perubahan kecenderungan komunikasi
dalam Komunikan dan Komunikator. Juga
dijelaskan cara untuk membangun dan
meningkatkan kembali etika berkomunikasi
secara tatap muka.
Dalam dua teori yang digunakan penulis,
Komunikan secara garis besar gagal
memperhatikan aspek dari Teori Penetrasi
Sosial dan Teori Disonansi Kognitif. Pada
Penetrasi sosial, Komunikator lalai hingga
menginterpretasikan sikap yang tidak tepat
pada pihak lawan bicara yang baru saja
dikenalnya. Komunikator beranggapan atau
mendudukan posisinya seakan mereka telah
akrab. Ditambah, Disonansi Kognitif terjadi
pada diri komunikan yang menerima ajakan
‘ramah tamah’, namun terkesan jauh dari citra
‘ramah’ yang diutarakan oleh komunikator.
Kedua hal tersebut yang menyebabkan saling
mendukung dan mengakibatkan gagalnya
maksud dari komunikator untuk mengutarakan
maksud dan tujuan pada Komunikan.
Hal ini sangat diperlukan mengingat
Komunikasi Antar Pribadi adalah bagian yang
sangat penting dalam aspek komunikasi
kehidupan sehari – hari. Demikian maksud
penulis mengangkat isu tersebut untuk diteliti.
Dengan demikian, pengamatan yang
komprehensif ini menghasilkan tinjauan yang
demikian pula hingga dapat bermanfaat dalam
mencapai komunikasi yang baik dan
tersampaikan maksudnya.
REFERENSI
Hudi Ilham. 2017. Pengaruh Pengetahuan
Moral Terhadap Perilaku Moral
Pada Siswa SMP Negeri Kota
Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan
Orangtua.
https://www.neliti.com/publications/
255611/pengaruh-pengetahuan-
moral-moral-knowing-terhadap-
perilaku-moral-moral-action-pa
(diakses pada tanggal 08 Oktober
2022)
Kurniawan D. 2018. Komunikasi Model
Lasswell Dan Stimulus-Organism.
Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol 2
No 1.
https://journal.univetbantara.ac.id/ind
ex.php/komdik/article/download/65/
60&cd=17&hl=id&ct=clnk&gl=id
(diakses pada tanggal 08 Oktober
2022)
Londa Nicolas B, Senduk J, dan Boham A.
2014. Efektivitas Komunikasi Antar
Pribadidalam Meningkatkan
Kesuksesan Sparkle Organizer.
Journal Volume III. No. 1.
https://media.neliti.com/media/public
ations/89824-ID-efektivitas-
komunikasi-antar-pribadi-dal.pdf.
(diakses pada tanggal 22 Oktober
2022)
Mulyana Deddy. 2015. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
hal 46
Nilamsari N. 2014. Memahami Studi Dokumen
Dalam Penelitian Kualitatif.
https://journal.moestopo.ac.id/index.
php/wacana/article/view/143 (diakses
pada tanggal 01 Oktober 2022)
Putri Mulia Karunia V. 2022. Karakteristik
Komunikasi Interpersonal.
https://www.kompas.com/skola/read/
2022/02/24/120000069/karakteristik-
komunikasi-interpersonal-
antarpribadi-?page=all (diakses pada
tanggal 25 September 2022)
Puspitasari Ratna. 2017. Manusia Sebagai
Makhluk Sosial.
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/
files_dosen/modul/Pertemuan_6CD0
500350.pdf. (diakses pada tanggal 25
September 2022)
R Ngazis. 2016. Contoh Metode Penelitian
Kualitatif.
http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/3637/4/BAB%20II
I.pdf (diakses pada tanggal 01
Oktober 2022)
Safitri A A, Rahmadhany A, dan Dr. Irwansyah.
2021. Penerapan Teori Penetrasi
Sosial pada Media Sosial. Jurnal
Teknologi dan Informasi Bisnis. Vol.
3 No.1 31 Januari 2021.
http://www.jurnal.unidha.ac.id/index.
php/jteksis/article/view/180/107.
(diakses pada tanggal 12 November
2022)
Sari F. A. 2020. Etika Komunikasi
(Menanamkan Pemahaman Etika
Komunikasi Kepada Mahasiswa).
8. 8
Analisis Peranan Komunikasi Antar Pribad Pada Proses Komunikasi Antar Mahasiswa
Vol. 1, No. 2, 2020.
http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.
php/tanjak/article/view/152/97
(diakses pada tanggal 08 Oktober
2022)
Savitri F. N. 2018. Pengaruh Norma
Kesopanan Dan Kemampuan
Berbahasa Terhadap Tata Cara
Berkomunikasi Siswa Dengan Guru
Di Sdn Panjeng Jenangan Ponorogo.
http://etheses.iainponorogo.ac.id/423
7/1/SKRIPSI%20NOVA%202.pdf
(diakses pada tanggal 08 Oktober
2022)
Suatan Tatgyana A, Irwansyah. 2021. Studi
Review Sistematis: Aplikasi Teori
Disonansi Kognitif dan Upaya
Reduksinya pada Perokok Remaja.
Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi
Vol. 5, No. 1 (Juni 2021) 72-82.
http://e-journal.sari-
mutiara.ac.id/index.php/JLMI/article/
view/1556/1365. (diakses pada
tanggal 12 November 2022)
Wijayaningsih R. Mufaidah K, 2012.
Pendekatan Pendekatan Kualitatif
Umum. https://fia.ub.ac.id/rsc/info-
kegiatan/pendekatan-kuantitatif-
umum-dan pendekatan-kualitatif-
umum.html#:~:text (diakses pada
tanggal 01 Oktober 2022)
Y Meikawati. 2018. Analisis Masalah
Menggunakan 5W + 1H.
http://repository.unpas.ac.id/32970/5/
BAB%20III.pdf. (diakses pada
tanggal 26 September 2022)
LAMPIRAN
Foto Wawancara Narasumber 1 (Syifa sebagai
Komunikator)
Foto Wawancara Narasumber 2 (Mougy
sebagai Komunikan)