1. KONFLIK ANTARA MAHASISWA DAN PEDAGANG
Sheilan Alghira
Novalia Agung Wardjito Ardhoyo
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Email: sheilanalghira10@gmail.com
Abstrak: Jurnal ini membahas tentang konflik antara Mahasiswa dan Pedagang. Antropologi
adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dalam segala aspek kehidupannya, seperti
budaya, masyarakat, bahasa, agama, dan sejarah. Oleh karena itu, manusia menjadi subjek
utama yang dipelajari oleh antropologi. Ilmu ini mempelajari manusia sebagai makhluk sosial
yang memiliki kebiasaan, nilai, dan norma-norma yang memengaruhi cara mereka
berinteraksi dan hidup bersama. Dalam praktiknya, antropologi membantu memahami
bagaimana manusia hidup dan berkembang dalam berbagai masyarakat dan budaya, serta
bagaimana kebiasaan dan kepercayaan mereka mempengaruhi cara mereka berpikir dan
bertindak. Oleh karena itu, antropologi memiliki kaitan erat dengan manusia karena
mempelajari tentang manusia itu sendiri. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Komunikasi secara umum terlihat
mudah, tetapi secara spesifik sedikit lebih rumit, karena menghadapi audiens yang berbeda
termasuk perbedaan psikologis, latar belakang pendidikan, usia, media komunikasi yang
digunakan. Karena perbedaan inilah dapat menyebabkan sebuah misskomunikasi,
misskomunikasi adalah kegagalan dalam proses komunikasi. Miskomunikasi dapat
menyebabkan kesalahpahaman karena pesan atau informasi yang disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh komunikan. Tujuan riset ini adalah mengetahui hambatan-
hambatan apa saja yang dapat menimbulkan konflik antara mahasiswa dan pedagang.
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, yang merupakan metode riset yang
memberikan penjelasan lebih analisis dan bersifat subjektif. Pada metode ini peneliti
menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran yang diutamakan dalam
2. memperoleh hasil penelitian. Dari jurnal yang dibahas oleh peneliti, yaitu Konflik Antara
Mahasiswa dan Pedagang, dari konflik ini menunjukkan bahwasannya masih banyak
seseorang yang belum bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Alasan mengapa konflik ini
bisa terjadi karena salahnya persepsi antara komunikator dan komunikan yang pada akhirnya
menimbulkan kesalahpahaman di antara kedua belah pihak yang pada akhirnya menimbulkan
sebuah konflik berkepanjangan.
Kata Kunci: Antropologi, Komunikasi, Konflik.
LATAR BELAKANG
Dikutip dari salah satu tokoh antropologi dunia Franz Boas (1911), Antropologi
mempelajari manusia, apa yang dia pikirkan, dan cara hidupnya. Ini membandingkan manusia
dengan makhluk hidup lainnya, mengklasifikasikannya dan menyelidiki sejarah
perkembangannya. Kutipan ini menekankan pentingnya antropologi dalam mempelajari
manusia secara holistik dan memperhatikan aspek-aspek seperti pemikiran, kehidupan, serta
evolusi manusia dari waktu ke waktu. Boas juga menekankan pentingnya membandingkan
manusia dengan makhluk hidup lainnya, yang menunjukkan pentingnya perspektif komparatif
dalam antropologi.
Dikutip dari buku Anthropology, the Exploration of Human Diversity (1974), Philip
Kottak Conrad menerangkan bahwa antropologi merupakan ilmu yang mempelajari keragaman
umat manusia secara holistik. Ini meliputi aspek sosial budaya, biologis, bahasa dan
lingkungannya dalam dimensi waktu masa lalu, saat ini dan masa depan. Menurut Kottak,
antropologi merupakan studi terhadap semua masyarakat, dari masyarakat yang primitif atau
kuno hingga masyarakat modern, dari masyarakat sederhana hingga masyaraat yang kompleks.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam unsur, kebudayaan yang dihasilkan
dalam kehidupan manusia.
Dikutip dari Elisabeth (2015), bahwa manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak luput
dengan berkomunikasi. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang
sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm
3. menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk,
sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan
komunikasi. Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia
lainnya? Teori dasar Biologi menyebutnya adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Harold D. Laswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu
politik menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu
berkomunikasi. Pertama, adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui
komunikasi manusia dapat mengetahui peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan
menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia
dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat
mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui
informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Kedua, adalah upaya manusia untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnya
tergantung bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian
disini bukan saja terletak pada kemampuan manusia memberi tanggapan terhadap gejala alam
seperti banjir, gempa bumi dan musim yang mempengaruhi perilaku manusia, tetapi juga
lingkungan masyarakat tempat manusia hidup dalam tantangan. Dalam lingkungan seperti ini
diperlukan penyesuaian, agar manusia dapat hidup dalam suasana yang harmonis. Ketiga,
adalah upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin
mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan
pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Misalnya bagaimana orangtua mengajarkan tatakrama
bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya. Bagaimana sekolah difungsikan untuk
mendidik warga negara. Bagaimana media massa menyalurkan hati nurani khalayaknya, dan
bagaimana pemerintah dengan kebijaksanaan yang dibuatnya untuk mengayomi kepentingan
anggota masyarakat yang dilayaninya. Ketiga fungsi menjadi patokan dasar bagi setiap
individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Profesor David K. Berlo dari
Michigan State University menyebut secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrumen dari
interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk
mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat.
Dengan demikian bahwa komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat
manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk
4. mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi
pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, apakah ia
seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan,
pramuniaga, dan lain sebagainya. Sehingga, keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam
mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh
kemampuannya berkomunikasi. Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk
mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara
otomatis melalui lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti
setiap lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Kebutuhan manusia untuk berhubungan
dengan sesamanya diakui oleh hampir semua agama. Disamping itu, komunikasi telah
memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha
menjembatani antara pikiran, perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya.
Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan
berusaha memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala
seseorang menjadi makin luas. Dengan penjelasan diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa
komunikasi penting dalam kehidupan manusia.
Pada karya tulis ini Saya akan menggunakan model komunikasi Berlo, Model SMCR
dikenalkan oleh David K. SMCR adalah kepanjangan dari S (source), M (message), C
(channel), dan R (receiver). Menurut model ini, sumber dan penerima dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut: kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya.
Dikutip dari Shirley (2012), bahwa miskomunikasi adalah kegagalan dalam proses
berkomunikasi. Miskomunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman karena pesan atau
informasi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Salah satu
faktor penyebabnya adalah karena komunikasi verbal yang tidak didukung oleh komunikasi
nonverbal. Hal ini umumnya terjadi dalam percakapan yang dilakukan secara tertulis. Saat
chatting, misalnya, kamu tidak dapat melihat ekspresi muka lawan bicara. Ekspresi muka dapat
membantu menjelaskan pesan yang disampaikan. Miskomunikasi juga dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan komunikator untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ini bisa terjadi jika
komunikator tidak berlatih sesuai kaidah umum yang diterima oleh masyarakat. Ada pula
komunikator yang berkomunikasi sesuai budaya atau kebiasaan yang ternyata berbeda dengan
orang lain. Ini bisa menjadi sumber miskomunikasi. Selain itu, miskomunikasi pun bisa terjadi
karena komunikan tidak membuka diri. Ada tipe orang yang tidak fleksibel dan kurang open
minded sehingga menangkap pesan atau informasi secara salah. Orang tersebut memahami
5. sesuatu secara kaku dan terlebih dahulu berasumsi tanpa analisis lebih lanjut. Tak heran jika
terjadi miskomunikasi antara komunikator dengan komunikan.
Salah satu konflik yang sering sekali kita temui adalah akibat dari perbedaan latar belakang
budaya antara komunikator dan komunikan. Dalam hal ini saya akan mengangkat konflik dari
dua orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Kesalahpahaman ini bermula
ketika Pak Teguh (pedagang) menegur Bagus (mahasiswa) dan teman-temannya yang sedang
nongkrong dikawasan Pak Teguh berjualan. Teguran ini terjadi di karenakan Bagas dan teman-
temannya yang seenaknya memarkirkan kendaraannya di lahan kawasan Pak Teguh berjualan.
Menurut Pak Teguh, tindakan Bagas dan teman-temannya ini dinilai tidak etis, di karenakan
sangat mengganggu para pembeli. Di tambah lagi para mahasiswa yang merokok dan
membuang putung rokok di sembarang tempat. Di karenakan Pak Teguh yang sudah sangat
jengkel dengan para mahasiswa, ia mengambil langkah dengan menegur Bagas dan teman-
temannya, ia menegur dengan nada bicara yang sangat tegas agar mahasiswa sadar bahwa
tindakannya selama ini tidak benar, tetapi Bagas salah mengartikan informasi yang di
sampaikan oleh Pak Teguh. Bagas menganggap bahwa Pak Teguh tidak menegurnya dengan
baik-baik, karena tidak terima di tegur dengan tegas Bagas dan teman-temannya malah
menghiraukan teguran dari Pak Teguh. Hanya karena Miss communication saat berkomunikasi
dengan seseorang, maka dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan.
Dapat kita analisis dalam kasus tersebut jika dilihat dari sudut pandang teori penguatan
sosial perbuatan yang dilakukan Bagas dan teman temannya itu memang salah tapi karena ia
sering melihat banyak mahasiswa lain yang suka nongkrong di area tersebut, ia mendapatkan
penguatan di dalam pikirannya bahwa ia dan teman-temannya tidak berbuat kesalahan, karena
lingkungan sosial mereka tidak ada yang memberikan larangan kepada mereka sehingga
pemikiran Bagas ia merasa tidak bersalah sehingga ia menghiraukan teguran dari Pak Teguh
yang membuat Pak Teguh geram dan pada akhirnya menimbulkan konflik. Jadi intinya di
dalam teori penguatan sosial seseorang yang berbuat salah akan merasa benar jika lingkungan
sosial mereka “membenarkan” perbuatan yang salah tersebut dan tidak ada yang menegurnya,
sehingga dalam pikiran pelaku apa yang selama ini ia lakukan adalah benar.
Apabila kita lihat dari sudut pandang teori kognitif ternyata Pak Teguh (pedagang) memang
memiliki nada bicara yang tinggi ketika ia berbicara dengan siapapun jadi saat menegur Bagas
dan teman temannya ia tidak merasa ada yang salah. Dari sudut Bagas (mahasiswa) ia biasanya
ditegur dengan baik baik dengan nada yang lembut jadi saat Pak Teguh menegurnya dengan
6. nada tinggi ia tidak terima dan juga memang ia memiliki kebiasaan yang sering nongkrong,
jadi ia menganggap bahwa dia boleh/bisa nongkrong dimana saja, dan juga memang Bagas
suka menghiraukan perkataan orang lain jadi karena sudah terbiasa melakukan hal tersebut dia
akhirnya juga menghiraukan teguran dari Pak Teguh karena kesal dengan nada bicara yang
dikeluarkan oleh Pak Teguh, akhirnya dari kesalahpahaman tersebut dapat menimbulkan
konflik. Jadi dari sudut pandang teori kognitif ketika seseorang itu dihadapkan dengan 2 hal
yang bertentangan maka orang tersebut akan merasa bimbang/disonansi. Seperti yang
dirasakan oleh Bagas ia biasanya di tegur dengan baik baik oleh orang lain dan tidak pernah
ditegur dengan nada bicara yang tinggi jadi saat Pak Teguh menegurnya dengan nada yang
tinggi ia merasa tersinggung sehingga mengabaikan teguran tersebut. Di satu sisi Pak Teguh
yang menegurnya merasa bingung dengan sikap Bagas dan teman temannya setelah ditegur
malah terkesan cuek dan mengabaikannya, nah dari situlah akhirnya terjadilah konflik karena
kesalahpahaman.
Apabila dilihat dalam model komunikasi, komunikator dan komunikan dalam
berkomunikasi memang dapat dipengaruhi oleh latar belakang budayanya. Jadi apa yang
dilakukan Pak Teguh dalam menegur Bagas dengan nada yang tinggi bukanlah hal yang
sepenuhnya salah karena memang latar belakang budaya yang sudah mempengaruhi cara bicara
seseorang. Oleh karena itu seharusnya Pak Teguh memberitahu secara baik baik kepada Bagas
dan teman-temannya agar dapat dimengerti dan tidak terjadi kesalahpahaman, tetapi juga
Bagas dan teman-temannya harus memiliki kesadaran diri bahwa perbuatan yang mereka
lakukan tidak benar, seharusnya Bagas dan teman-temannya nongkrong dikawasan yang
memang diperuntukkan untuk hal tersebut tanpa harus merugikan pedagang manapun.
Antropologi komunikasi merupakan salah satu cabang ilmu antropologi yang mempelajari
tentang bagaimana manusia berkomunikasi secara budaya dan sosial. Ilmu ini mencakup
berbagai aspek, seperti bahasa, ritus, simbol, dan tata nilai dalam masyarakat yang berbeda-
beda. Antropologi komunikasi memperhatikan bagaimana komunikasi menjadi bagian penting
dalam kehidupan manusia, terutama dalam menjalin hubungan sosial dan membentuk identitas
budaya.
Dalam kaitannya dengan miscommunication yang terjadi antara Pak Teguh dan Bagas,
antropologi komunikasi akan memandangnya dari sudut pandang budaya dan sosial yang
berbeda di antara keduanya. Antropologi komunikasi memandang bahwa komunikasi tidak
7. hanya sekedar pengiriman pesan dan penerimaan pesan, tetapi juga mempertimbangkan
konteks sosial, lingkungan budaya, dan sistem nilai dalam masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan data dari hasil observasi serta wawancara dan
menjabarkan analisis terhadap konflik yang terjadi, seperti: Apa yang menyebabkan konflik
komunikasi dari perbedaan pendidikan, bagaimana cara untuk mengatasi konflik, dll.
Pengaitan dengan teori komunikasi, budaya dan juga antropologi perlu dilakukan agar hasil
penelitian menjadi objektif dan juga reliabel.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi paradigma merupakan cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai
dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. Dapat
disimpulkan bahwa paradigma penelitian merupakan akar bagi peneliti untuk mengkondisikan
kerangka berpikirnya dalam melakukan penelitian terhadap masalah penelitiannya. Kerangka
berpikir tersebut kemudian akan menuntun peneliti menuju konsep teori apa yang akan
digunakan, pendekatan, metode, teknik, dan langkah-langkah analisis penelitian selanjutnya
sehingga berkesinambungan. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian Ini adalah
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah sebuah cara atau metode
penelitian yang lebih menekankan analisa atau deskriptif. Dalam sebuah proses penelitian
kualitatif hal hal yang bersifat perspektif subjek lebih ditonjolkan dan andasan teori
dimanfaatkan oleh peneliti sebagai pemandu, agar proses penelitian sesuai dengan fakta yang
ditemui di lapangan ketika melakukan penelitian. Metode penelitian kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan suatu fenomena dengan mendalam dan dilakukan dengan mengumpulkan data
sedalam-dalamnya. Metode kualitatif lebih mengutamakan pengamatan fenomena dan lebih
meneliti ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian kualitatif
sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan.
Dikutip dari Zainal (2010), wawancara adalah suatu proses interaksi sosial yang dilakukan
antara pewawancara dan responden dengan tujuan untuk memperoleh data atau informasi
tentang suatu topik atau fenomena yang sedang diteliti. Adapun tujuan lain dari wawancara
menurut Zainal (2010) yaitu, memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu
hal atau situasi dan kondisi tertentu, memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau
8. orang tertentu, melengkapi suatu penyelidikan ilmiah. Merujuk pada tujuan-tujuan tersebut,
maka dapat diartikan fungsi wawancara adalah guna mendapat informasi maupun data secara
akurat, mendalam, objektif, sekaligus menjadi pelengkap informasi awal pewawancara. Selain
itu, wawancara juga memungkinkan munculnya perspektif baru dari topik yang diangkat.
Dalam konteks yang lebih umum, wawancara biasanya merujuk pada proses tanya jawab antara
seorang pewawancara atau sekelompok pewawancara dengan seorang narasumber dalam
rangka memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu seperti
pengambilan keputusan, penelitian, atau evaluasi. Wawancara biasanya dilakukan dengan
mengikuti suatu panduan atau kerangka acuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk
memastikan bahwa informasi yang diperoleh konsisten dan relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Jadi saya akan menanyakan hal-hal berikut ini dalam melakukan wawancara:
1. Apakah partisipan mengetahui latar belakang lawan bicara masing-masing?
2. Bagaimana nada bicara yang biasa kalian gunakan saat berbicara dengan orang lain?
3. Bagaimana solusi agar kesalahpahaman akibat misskomunikasi ini tidak terjadi lagi?
Untuk teknik pengumpulan data yang kedua saya akan melakukan observasi dengan
berpatisipasi dalam kehidupan narasumber di mana peneliti akan mengamati dan mencatat
kegiatan dan interaksi sosial partisipan. Dengan berpartisipasi secara langsung dalam
kehidupan partisipan dan mendengarkan pengalaman dan pandangan mereka melalui
wawancara, peneliti dapat menghasilkan pemahaman yang lebih kaya dan kontekstual tentang
realitas sosial yang sedang diteliti. Selain itu, observasi partisipan dan wawancara juga
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang mendalam dan detail tentang fenomena
yang sedang diteliti, sehingga hasil penelitian menjadi lebih valid.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Model Komunikasi Berlo
Dengan model komunikasi Berlo kita dapat melihat bagaimana cara Pak Teguh dan
Bagas berkomunikasi lebih mudah. Dalam model komunikasinya, Berlo menekankan
bahwa komunikasi merupakan proses yang memiliki beberapa komponen. Diantaranya
9. adalah Source, Message, Channel, dan Reciever atau secara singkatnya dapat
dinamakan sebagai SMCR.
a. Sumber (source)
Sender/source atau pengirim pesan adalah sumber berasalnya pesan atau
bisa dikatakan seseorang yang memberikan pesan. Sumber dalam komunikasi
dapat disebut komunikator (Encoder) (Wijayani, 2022). Dalam model
komunikasi Berlo, ia juga menekankan beberapa faktor yang memengaruhi
diantaranya adalah seperti kemampuan berkomunikasi, sikap, pengetahuan,
lingkungan sosial, dan budaya. Dalam kasus ini Pak Teguh merupakan sumber
(source) dalam proses komunikasi yang terjadi. Karena Pak Teguh jauh lebih
tua dibandingkan Bagas. Jadi Pak Teguh memiliki pengetahuan yang lebih luas
dalam berbahasa dan dapat berkomunikasi dengan baik.
Berikut beberapa faktor yang memengaruhi komunikator atau sumber (source):
1. Keterampilan komunikasi (Communication skills)
Merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi seperti
kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan lain
sebagainya. Keterampilan komunikasi yang dimiliki oleh sender/source
merupakan faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Jika
sender/source memiliki keterampilan komunikasi yang baik, maka pesan
akan dapat dikomunikasikan dengan lebih baik, begitu juga sebaliknya
(Wijayani, 2022).
Bagas dalam konflik ini harus belajar dalam memahami latar belakang
budaya dan pengaruh lingkungan dalam berkomunikasi dengan Pak Teguh.
Karena dengan mempelajari hal tersebut maka pengetahuan dan wawasan
Bagas budaya, jadi dia dapat memaklumi nada bicara seseorang. Oleh
karena itu, Pak Teguh sebagai seorang yang lebih dewasa harus
menyampaikan pesannya dengan berkomunikasi yang terampil. Misalnya,
menggunakan kata yang sederhana dan tidak begitu rumit serta tidak
menggunakan nada bicara yang tinggi saat menegur Bagas.
2. Sikap (attitude)
10. Merupakan sikap yang diberikan oleh sender/source kepada diri sendiri,
komunikan, dan lingkungan dapat memberikan perubahan makna dan efek
pesan (Wijayani, 2022). Dalam konflik ini sikap dari Bagas yang harus
diperbaiki, karena ia tidak acuh dan menghiraukan perkataan orang yang
lebih tua yang sedang menegurnya. Bagas harus memahami latar belakang
budaya dari Pak Teguh agar pesan yang disampaikan tepat seusai dengan
keinginan.
3. Pengetahuan (knowledge)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh sender/source tentang
subyek pesan yang membuat pesan dikomunikasikan memiliki efek yang
lebih terhadap komunikan. Dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang
subyek akan membuat pesan dapat dikirimkan secara lebih efektif oleh
komunikator. Perlu dipahami bahwa pengetahuan disini menyangkut
pengetahuan tentang subyek bukan pengetahuan secara umum (Wijayani,
2022).
4. Sistem sosial (social systems)
Meliputi beberapa aspek sistem sosial seperti nilai-nilai, kepercayaan,
budaya, agama, dan pemahaman umum terkait masyarakat (Wijayani,
2022). Disini menjelaskan bagaimana komunikator mengirimkan pesan
berdasarkan dengan aspek sistem yang disebutkan. Contohnya: Saat Bagas
menerima pesan dari Pak Teguh ia harus berusaha memahami budaya
dalam berkomunikasi yang dilakukan oleh Pak Teguh, karena Pak Teguh
lebih terbiasa dengan nada bicara yang tinggi saat berbicara karena
lingkungan budaya serta suku asal Pak Teguh memang terbiasa dengan hal
tersebut.
5. Budaya (culture)
Merupakan bagian dari masyarakat yang juga berada dalam sistem
sosial. Latar belakang budaya yang dimiliki oleh individu dapat
mempengaruhi dalam pembentukan serta penerimaan pesan. Dengan kata
lain, perbedaan budaya mempengaruhi dalam penerimaan pesan (Wijayani,
2022). Dalam hal ini budaya yang dimiliki Pak Teguh dan Bagas memiliki
11. perbedaan. Oleh karena itu, Bagas perlu memahami latar belakang budaya
yang dimiliki oleh Pak Teguh karena dapat berpengaruh dalam penerimaan
pesan.
b. Pesan (message)
Yang dimaksud dengan elemen message atau pesan dalam model
komunikasi Berlo adalah substansi yang dikirimkan oleh sender/source kepada
penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh sender/source dapat berbentuk
suara, teks, video, ataupun media lainnya (Wijayani, 2022). Pak Teguh
melakukan komunikasi dengan Bagas bertujuan untuk memberikan Bagas dan
teman temannya teguran karena nongkrong didepan tempat Pak Teguh
berjualan.
Berikut beberapa faktor yang bisa mempengaruhi sebuah pesan dalam
komunikasi :
1. Isi (content) Merujuk pada materi dalam pesan yang dipilih oleh
sender/source dalam mengekspresikan tujuannya. Isi atau content memiliki
elemen dan struktur (Wijayani, 2022).
2. Elemen (elements) Menyangkut beberapa hal nonverbal seperti bahasa,
gestur, bahasa tubuh dan lain sebagainya. Dalam pesan selalu terdapat
beberapa elemen yang melengkapi isi pesan atau conten (Wijayani, 2022).
3. Perlakuan (treatment) merujuk pengemasan pesan yang mencakup
bagaimana pesan dikirimkan kepada penerima pesan serta memberikan efek
terhadap umpan balik yang diberikan oleh receiver atau penerima pesan
(Wijayani, 2022).
4. Struktur (structure) Merujuk pada struktur pesan yang berdampak pada
keefektifan sebuah pesan. Pesan bisa jadi sama namun struktur pesan yang
tidak baik akan membuat pesan tidak dapat diterima dengan baik oleh
receiver atau penerima pesan (Wijayani, 2022).
5. Kode (code) merujuk pada kode pesan dalam artian bagaimana bentuk pesan
yang dikirimkan misalnya bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa tubuh,
gestur, musik, dan budaya. Melalui kode-kode, kita memberikan atau
menerima pesan(Wijayani, 2022).
c. Media dan Saluran Komunikasi (channel)
12. Seorang sender atau pengirim pesan perlu memilih saluran apa yang akan ia
gunakan untuk membawa pesan tersebut agar sampai kepada receiver
(Wijayani, 2022). Pada konflik ini, Pak Teguh membawakan pesannya melalui
media hearing dan seeing. Karena ia berbicara secara bertatap muka dengan
Bagas dengan menggunakan gerakan gestur dan juga komunikasi yang secara
lisan yang dapat didengar oleh Bagas secara langsung.
d. Penerima Pesan (receiver)
Dalam konteks komunikasi, receiver atau penerima pesan adalah individu
atau kelompok yang menerima dan memproses pesan yang dikirimkan oleh
pengirim atau sender.. Didalam kasus ini yang dimaksud receiver adalah Bagas.
Penerima pesan memiliki peran penting dalam komunikasi karena mereka
bertanggung jawab untuk memahami pesan yang diterima dengan benar. Proses
pemahaman pesan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti latar belakang
budaya, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan persepsi individu.
Penerima pesan juga memiliki kemampuan untuk memberikan respons atau
feedback terhadap pesan yang diterima. Respons ini dapat berupa tindakan,
kata-kata, atau bahkan diam saja. Respons ini akan menjadi penting bagi
pengirim untuk memastikan pesan yang dikirimkan telah diterima dengan benar
dan tujuan komunikasi tercapai.
Dalam komunikasi yang efektif, penerima pesan harus memperhatikan dan
fokus pada pesan yang diterima serta melakukan upaya untuk memahami pesan
dengan benar dan menghindari kesalahan interpretasi atau kesalahpahaman.
Selain itu, penerima pesan juga harus memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi
wajah pengirim untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pesan
yang disampaikan.
B. Penjelasan Terkait Dengan Teori Penguatan Sosial
Teori penguatan sosial pertama kali dikembangkan oleh B.F. Skinner, seorang
psikolog dan ahli teori pembelajaran, pada tahun 1950-an. Skinner berpendapat bahwa
manusia dan hewan lainnya belajar melalui penguatan, yaitu proses di mana perilaku
yang diikuti oleh konsekuensi positif cenderung untuk diperkuat dan perilaku yang
diikuti oleh konsekuensi negatif cenderung untuk dilemahkan atau dihentikan.
13. Teori penguatan sosial adalah suatu teori dalam psikologi sosial yang menyatakan
bahwa perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh konsekuensi-konsekuensi atau hasil-
hasil dari perilaku tersebut. Lebih khusus lagi, teori ini menyatakan bahwa perilaku
manusia cenderung untuk dipertahankan atau diperkuat oleh konsekuensi-konsekuensi
yang menyenangkan atau menguntungkan dan cenderung untuk dihentikan atau
dilemahkan oleh konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan atau merugikan.
Teori penguatan sosial juga dapat diterapkan pada perilaku sosial dan budaya.
Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan perilaku yang dianggap baik oleh
masyarakat, seperti membantu orang lain, maka mereka dapat mendapatkan penguatan
positif seperti pujian atau penghargaan dari orang lain. Dalam hal ini, perilaku tersebut
cenderung untuk diperkuat dan diulangi di masa depan. Di sisi lain, jika seseorang
melakukan perilaku yang dianggap buruk atau tidak sesuai dengan norma-norma sosial,
seperti mencuri atau berbohong, mereka dapat mendapatkan konsekuensi negatif
seperti hukuman atau pengucilan sosial, yang dapat menghasilkan perilaku tersebut
dilemahkan atau dihentikan.
Dalam prakteknya, teori penguatan sosial dapat digunakan untuk memotivasi
perilaku yang diinginkan atau mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Salah satu
cara yang umum digunakan adalah dengan memberikan penguatan positif ketika
perilaku yang diinginkan terjadi, seperti memberikan pujian atau penghargaan. Di sisi
lain, perilaku yang tidak diinginkan dapat dihentikan atau dilemahkan dengan
memberikan konsekuensi negatif seperti hukuman atau sanksi sosial.
Dapat kita analisis dalam kasus tersebut jika dilihat dari sudut pandang teori
penguatan sosial perbuatan yang dilakukan Bagas dan teman temannya itu memang
salah tapi karena ia sering melihat banyak mahasiswa lain yang suka nongkrong di area
tersebut, ia mendapatkan penguatan di dalam pikirannya bahwa ia dan teman-temannya
tidak berbuat kesalahan, karena lingkungan sosial mereka tidak ada yang memberikan
larangan kepada mereka sehingga pemikiran Bagas ia merasa tidak bersalah sehingga
ia menghiraukan teguran dari Pak Teguh yang membuat Pak Teguh geram dan pada
akhirnya menimbulkan konflik. Jadi intinya di dalam teori penguatan sosial seseorang
yang berbuat salah akan merasa benar jika lingkungan sosial mereka “membenarkan”
perbuatan yang salah tersebut dan tidak ada yang menegurnya, sehingga dalam pikiran
pelaku apa yang selama ini ia lakukan adalah benar.
C. Penjelasan Terkait Dengan Teori Kognitif
14. Teori kognitif adalah suatu teori yang mempelajari tentang bagaimana manusia
memproses informasi yang diterimanya melalui interaksi dengan lingkungan dan
bagaimana proses kognitif tersebut mempengaruhi perilaku manusia. Teori ini berfokus
pada pemikiran, persepsi, pengolahan informasi, dan bagaimana hal-hal tersebut
mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia.
Teori kognitif mengasumsikan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk
memproses informasi, memperoleh pengetahuan, dan menghasilkan pemikiran yang
kompleks. Pemikiran dan persepsi manusia dipengaruhi oleh informasi sensorik yang
diterima dari lingkungan, yang kemudian diproses dan diinterpretasikan oleh sistem
kognitif manusia. Selanjutnya, pemikiran dan persepsi ini dapat mempengaruhi
tindakan dan perilaku manusia.
Salah satu tokoh terkenal dalam teori kognitif adalah Jean Piaget, seorang psikolog
asal Swiss yang mengembangkan teori perkembangan kognitif anak-anak. Menurut
Piaget, anak-anak melewati empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda-beda
dalam hidup mereka, yaitu tahap sensorimotor, praoperasional, konkret operasional,
dan formal operasional. Tiap tahap dianggap memengaruhi persepsi dan pemikiran
anak-anak dalam cara yang berbeda dan menghasilkan perilaku yang berbeda pula.
Teori kognitif juga memperhatikan adanya kemampuan manusia untuk mengelola
dan mengubah pemikiran mereka. Salah satu teori kognitif yang terkenal adalah teori
kognitif sosial Albert Bandura, yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan
sosial dalam perkembangan dan perubahan kognitif. Menurut Bandura, manusia
mempelajari perilaku melalui pengamatan dan pengalaman, dan kemudian memproses
dan mengelola pengalaman tersebut melalui pemikiran dan refleksi.
Apabila kita lihat dari sudut pandang teori kognitif ternyata Pak Teguh (pedagang)
memang memiliki nada bicara yang tinggi ketika ia berbicara dengan siapapun jadi saat
menegur Bagas dan teman temannya ia tidak merasa ada yang salah. Dari sudut Bagas
(mahasiswa) ia biasanya ditegur dengan baik baik dengan nada yang lembut jadi saat
Pak Teguh menegurnya dengan nada tinggi ia tidak terima dan juga memang ia
memiliki kebiasaan yang sering nongkrong, jadi ia menganggap bahwa dia boleh/bisa
nongkrong dimana saja, dan juga memang Bagas suka menghiraukan perkataan orang
lain jadi karena sudah terbiasa melakukan hal tersebut dia akhirnya juga menghiraukan
teguran dari Pak Teguh karena kesal dengan nada bicara yang dikeluarkan oleh Pak
Teguh, akhirnya dari kesalahpahaman tersebut dapat menimbulkan konflik. Jadi dari
sudut pandang teori kognitif ketika seseorang itu dihadapkan dengan 2 hal yang
15. bertentangan maka orang tersebut akan merasa bimbang/disonansi. Seperti yang
dirasakan oleh Bagas ia biasanya di tegur dengan baik baik oleh orang lain dan tidak
pernah ditegur dengan nada bicara yang tinggi jadi saat Pak Teguh menegurnya dengan
nada yang tinggi ia merasa tersinggung sehingga mengabaikan teguran tersebut. Di satu
sisi Pak Teguh yang menegurnya merasa bingung dengan sikap Bagas dan teman
temannya setelah ditegur malah terkesan cuek dan mengabaikannya, nah dari situlah
akhirnya terjadilah konflik karena kesalahpahaman.
D. Analisis Wawancara
Dari hasil wawancara dengan Pak Teguh dan Bagas didapatkan bahwa:
1.Apakah partisipan mengetahui latar belakang lawan bicara masing-masing?
= Diketahui bahwa dari dua partisipan tidak ada yang mengetahui sama sekali terkait
dengan latar belakang budaya, dan juga faktor lingkungan dari lawan bicara masing-
masing. Sehingga komunikasi yang terjalin menjadi terhambat dan menimbulkan
konflik.
2. Bagaimana nada bicara yang biasa kalian gunakan saat berbicara dengan orang lain?
= Dari hasil wawancara diketahui bahwa Pak Teguh yang berlatar belakang suku Batak
memang terbiasa menggunakan nada bicara yang tinggi saat berbicara dengan
siapapun, jadi ketika ia menegur Bagas ia tidak merasa ada yang salah dengan nada
bicaranya itu. Namun disisi lain Bagas yang memiliki latar belakang suku Sunda sudah
terbiasa dengan nada bicara yang lembut dan mengedepankan kesopanan dalam
berkomunikasi sehingga saat Pak Teguh menegurnya ia tidak terima.
3.Bagaimana solusi agar kesalahpahaman akibat misskomunikasi ini tidak terjadi lagi?
= Solusi untuk penyelesaian masalah ini seharusnya Pak Teguh memberitahu secara
baik baik kepada Bagas dan teman-temannya agar dapat dimengerti dan tidak terjadi
kesalahpahaman, tetapi juga Bagas dan teman-temannya harus memiliki kesadaran diri
bahwa perbuatan yang mereka lakukan tidak benar, seharusnya Bagas dan teman-
temannya nongkrong dikawasan yang memang diperuntukkan untuk hal tersebut tanpa
harus merugikan pedagang manapun.
16. KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah kita sebagai makhluk sosial memang sangat memerlukan interaksi
dengan manusia lain melalui komunikasi. Komunikasi itu sendiri memiliki peran yang sangat
penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai cara manusia mendapatkan dan menerima
informasi. Tetapi dalam komunikasi itu sendiri terdapat hambatan-hambatan yang dapat
menimbulkan berbagai konflik dalam aktivitas komunikasi. Konflik yang kami angkat disini
adalah akibat dari perbedaan profesi. Padahal konflik dalam aktivitas komunikasi tersebut
dapat dicegah apabila kedua belah pihak berbicara dengan sopan dan nada yang rendah, saling
mengormati, dan juga memiliki etika yang baik dalam berkomunikasi, dengan melakukan hal
tersebut hambatan-hambatan dalam aktivitas komunikasi tersebut bisa dihindari sehingga tidak
terjadi konflik dalam aktivitas komunikasi dan juga terdapat kaitan yang erat antara konflik,
miss komunikasi, dan antropologi. Konflik sering kali disebabkan oleh miss komunikasi atau
ketidaksepahaman antara individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik. Misalnya,
perbedaan bahasa, budaya, dan latar belakang sosial dapat menyebabkan miss komunikasi yang
dapat memperburuk konflik. Di sinilah antropologi dapat berperan penting dalam memahami
konflik dan miss komunikasi. Dalam konteks konflik, antropologi dapat membantu dalam
memahami perbedaan-perbedaan budaya, bahasa, dan nilai-nilai yang menjadi akar penyebab
konflik. Dengan memahami perbedaan-perbedaan ini, dapat ditemukan solusi yang tepat untuk
mengatasi konflik dan menghindari miss komunikasi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
- Putri,A,S. (2022). “Antropologi: Pengertian Ahli, Obyek, Fungsi, Tujuan, dan
Manfaatnya”. Diakses dari
17. https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/15/133613469/antropologi-
pengertian-ahli-obyek-fungsi-tujuan-dan-manfaatnya pada 12 Maret 2023.
- Putri,V,K. (2021). “Model Komunikasi Lasswell: Konsep dan
Karakteristiknya”. Diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/10/143000369/model-
komunikasi-lasswell-konsep-dan-karakteristiknya pada 12 Maret 2023.
- Pupolix. (2022). “Wawancara Adalah: Pengertian, Jenis, Fungsi, Tahap, dan
Tips”. Diakses dari https://info.populix.co/articles/wawancara-adalah/ pada
17 Maret 2023.
- Astuti,F,N. (2020). “Tujuan Wawancara yang Wajib Diketahui, Berikut
Pengertian dan Jenisnya”. Diakses dari
https://www.merdeka.com/jabar/tujuan-wawancara-yang-wajib-diketahui-
berikut-pengertian-dan-jenisnya-kln.html pada 26 Maret 2023.
- Edra.R. (2017). “10 Pengertian Observasi Menurut Para Ahli”. Diakses dari
https://www.ruangguru.com/blog/10-pengertian-observasi-menurut-para-ahli
pada 26 Maret 2023.
- Fai. (2022). “Metode Penelitian Kualitatif Adalah”. Diakses dari
https://umsu.ac.id/metode-penelitian-kualitatif-adalah/ pada 9 April 2023.
- Suhendra,R dan Nurjannah. (2015). “Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya”.
Diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.uni
med.ac.id/2012/index.php/antrophos/article/download/5078/4487&ved=2ahU
KEwjg75jI5pz-
AhVEyDgGHRx4CggQFnoECCIQAQ&usg=AOvVaw0bN9N3tjp3sOFEeVpq
DBRK pada 9 April 2023.
18. - Wijayani, Q. N. (2022). “Komunikasi Aplikasi Model Komunikasi Berlo dalam
Komunikasi Pemasaran PT. Lion Wings Indonesia. Jurnal Komunikasi”,
Diakses dari Htps://doi.org/1 0.21 107Alkom.v 16i1.17080 pada 5 Mei 2023